Anda di halaman 1dari 24

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sebagian besar senyawa kimia ditemukan di alam dalam keadaan yang
tidak murni. Biasanya, suatu senyawa kimia berada dalam keadaan tercampur
dengan senyawa lain. Untuk beberapa keperluan dalam bidang farmasi
sehingga dibutuhkannya senyawa kimia untuk pembuatan obat, makanan, dan
air bersih. Proses pemisahan ini sangat penting dalam bidang farmasi dan
industri kimia. Pemisahan senyawa ini diperlukan dengan tujuan untuk
mendapatkan zat murni dari suatu zat yang telah tercemar atau tercampur.
Campuran dua atau lebih zat ddimana dalam penggabungan ini zat-zat
tersebut mempertahankan identitasnya masing-masing dan tidak memiliki
susunan yang tepat, artinya masih bisa berubah. Campuran dapat dibedakan
menjadi dua bagian yaitu campuran homogen dan campuran heterogen.
Campuran juga dapat dipisahkan berdasarkan perbedaan sifat-sifat fisiknya.
Untuk memperoleh zat murni, kita harus memisahkannya dari
campurannya untuk mendapatkan zat murni, dilakukan suatu sistem yang
dapat memisahkan antara zat murni dengan bahan-bahan pencemar atau
pencemaran lainnya pada suatu campuran yakni pemisahan dan pemurnian.
Pemisahan dan pemurnian zat dapat dilakukan dengan berbagai cara
yaitu, penyaringan (filtrasi), dekantasi, sublimasi, kristalisasi, destilasi,
adsorbsi, ekstraksi, dan lain-lain.
Melalui percobaan pemisahan dan pemurnian senyawa kita dapat
memahami secara tepat cara untuk memperoleh produk yang lebih murni dari
campuran zat yang masih tercampur oleh zat lain.
Dalam ilmu kimia, rumus kimia suatu senyawa memiliki peranan yang
sangat penting untuk identifikasi zat. Identifikasi dapat berupa suatu analisis,
di mana analisis ini berperan dalam penentuan komposisi zat, baik itu
komponen penyusun suatu senyawa maupun jenis dan massa komponen
penyusun senyawa. Rumus kimia ini dapat berupa rumus molekul dan rumus
empiris, di mana rumus empiris suatu senyawa dapat ditentukan dalam
percobaan laboratorium dengan mencari rasio antara jumlah mol unsur dalam
senyawa.

B. Maksud dan Tujuan Percobaan


1. Maksud Percobaan
a. Mengetahui dan memahami metode pemisahan campuran.
b. Mengetahui dan memahami cara penentuan rumus empiris suatu
senyawa.
2. Tujuan Percobaan
a. Pemisahan senyawa dari campuran
1) Untuk menentukan senyawa murni dalam suatu campuran.
2) Untuk menentukan presentase senyawa dalam campuran.
b. Penentuan rumus empiris
1) Untuk menentukan komposisi persen unsur dalam suatu
senyawa.
2) Untuk memeverifikasi rumus empiris tembaga sulfat (CuSO4).
3) Untuk menggambarkan Hukum Komposisi Konstan.

C. Prinsip Percobaan
a. Pemisahan senyawa dari campuran pasir, naftalen, dan NaCl
menggunakan metode pemanasan di mana campuran ini menghasilkan
sublimat (senyawa) kemudian disaring. Residu yang kering ditimbang
dan filtrat yang telah padat ditimbang pula.
b. Penetuan rumus empiris CuSO4 berdasarkan metode pemisahan mol yang
terjadi, hasil reaksi kimia yang terjadi antara CuSO4 dan Fe kemudian
disaring, residu yang diperoleh dikeringkan lalu ditimbang. Residu ini
merupakan perbandingan mol terhadap CuSO4.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Teori Umum
Menurut hukum penggabungan kimia, setiap zat dijelaskan oleh suatu
rumus kimia yang menyatakan jumlah relatif atom yang ada dalam zat itu.
Rumus molekul suatu zat menjelaskan jumlah atom setiap unsur dalam satu
molekul zat itu. Jadi, rumus molekul karbon dioksida ialah CO2, setiap
molekul karbon dioksida mengandung satu atom karbon dan dua atom
oksigen. Rumus molekul glukosa ialah C6H12O6, setiap molekul glukosa
mengandung 6 atom karbon, 6 oksigen, dan 12 hidrogen. Rumus molekul
dapat ditentukan untuk semua zat berwujud gas dan cairan serta padatan
seperti glukosa dengan submit molekul yang didefinisikan dengan baik.
(Widayanti, 2008:24)

Cara-cara pemisahan komponen campuran yaitu (Thamrin, 2004:12-13) :

1. Filtrasi
Filtrasi adalah cara memisahkan zat dari cairan melalui saringan
(filtrat) yang berpori. Cairan hasil penyaringan disebut filtrat.
2. Sublimasi
Sublimasi adalah cara pemisahan komponen campuran berdasarkan
peruibahan wujud zat dari padat menjadi gas tanpa melalui fase cairan.
3. Kristalisasi
Kristalisasi adalah cara memperoleh zat padat yang larut dalam
cairan. Ada dua kristalisasi yang dapat dilakukan yaitu cara penguapan
dan cara pendinginan.
4. Ekstraksi
Ekstraksi adalah cara pemisahan suatu zat dari campurannya dengan
melarutkan zat itu pada pelarut yang sesuai.
5. Adsorbsi
Adsorbsi adalah penarikan suatu zat terhadap zat lain secara kuat
sehingga menempel pada permukaannya. Zat menyerap yang digunakan
misalnya zat karbon aktik (arang murni) yang mampu menyerap gas, zat
warna, bahkan mikroorganisme.
6. Kromatografi
Kromatografi adalah cara pemisahan berdasarkan perbedaan
kecepatan zat-zat terlarut yang bergerak bersamaan dengan pelarutnya
pada permukaan satu benda penyerap.
Campuran adalah penggabungan dua atau lebih zat di mana dalam
penggabungan ini, zat-zat Tersebut mempertahankan identitasnya masing-
masing. Beberapa contoh di antaranya adalah udara, minuman ringan, susu,
dan semen. Campuran tidak memiliki susunan yang tetap atau sifat dan
komposisi yang tetap. Berdasarkan sifatnya, campuran dikelompokkan
menjadi 2 macam yaitu (Barnasconi, 1995:2-3) :
1. Campuran homogen
Campuran homogen merupakan campuran yang tidak bisa dibedakan
antara zat-zat yang bercampur di dalamnya.
Contoh :
a. Teh,
b. Campuran gula,
c. Air, dan
d. Udara.
2. Campuran heterogen
Merupakan campuran yang mengandung zat-zat yang tidak dapat
bercampur satu dengan yang lain secara sempurna sehingga dapat
dikenali perbedaan sifat-sifat partikel dari zat yang bercampur tersebut.
Contoh:
a. Tepung yang bercampur dengan air,
b. Air dengan pasir, dan
c. Beras bercampur dengan pasir.
Campuran dapat dipisahkan melalui peristiwa-peristiwa fisika atau kimia.
Pemisahan secara fisika tidak mengubah zat selama pemisahan sedangkan
pemisahan secara kimia satu komponen atau lebih direaksikan dengan zat lain
sehingga dapat dipisahkan. Cara atau teknik pemisahan campuran bergantung
pada jenis, wujud, dan sifat komponen berwujud padat dan cair misalnya
pasir dan air dipisahkan dengan dekantasi.
Campuran heterogen dapat dibagi menjadi dua yaitu (Oxtoby, 2003:178):
1. Suspensi
Suspensi adalah campuran heterogen yang kasar dan tidak kontinu
dengan ukuran partikel > 100 m. Di mana zat-zat terlarut cukup besar,
sehingga dapat dibedakan tanpa menggunakan mikroskop. Hal ini akan
terjadi karena adanya gravitasi. Contohnya: campuran kapur air dapat
dipisahkan melalui penyaringan.
2. Koloid
Koloid adalah suatu campuran di mana keadaannya antara suatu
larutan dan suatu suspensi. Secara mikroskopis, koloid tampak homogen.
Tetapi jika diamati dengan mikroskop ultra akan tampak heterogen.
Kebanyakan zat padat menjadi lebih banyak larut ke dalam suatu cairan
bila temperaturnya dinaikkan. Untuk zat padat yang tidak larut dalam air,
pemisahan dan pemurniaannya dapat dilakukan dengan cara (Bussett,
1994:472-473) :
1. Dekantasi
Salah satu jenis reaksi umumnya berlangsung dalam larutan berair
adalah reaksi pengendapan yang cirinya adalah terbentuknya produk
yang tidak larut, yang terpisah dari larutan.
2. Filtrasi (Penyaringan)
Penyaringan adalah cara pemisahan campuran berdasarkan ukuran
partikel komponen campuran. Filtrasi dapat menggunakan kertas saring.
Untuk zat padat yang larut dalam air, pemisahannya dapat dilakukan
dengan cara:
1. Penguapan
Penguapan adalah proses di mana larutan dipanaskan sehingga
pelarutnya menguap dan meninggalkan zat terlarut berupa kristal padat.
Pemisahan tersebut terjadi karena zat terlarut mempunyai titik didih lebih
tinggi dari pelarutnya. Contohnya: pembuatan garam dari air laut.
2. Kristalisasi
Kristalisasi adalah pemisahan zat padat dari larutan dengan cara
menguapkan pelarutnya sehingga campuran menjadi jenuh dan terbentuk
kristal. Kristalisasi dilarutkan atas dasar perbedaan titik uap dan titik
didih. Hal ini terjadi karena kelarutan berkurang ketika suhu diturunkan.
Melalui kristalisasi diperoleh zat padat yang lebih kecil kadarnya, tidak
ikut mengkristal.
Untuk zat padat, pemisahannya dilakukan dengan cara
(Keenan,1991:180-184) :
1. Pelarutan yang diikuti dengan penyaringan
Di mana zat padat yang akan dipisahkan dilarutkan dulu sehingga
kedua padatan larut. Setelah itu padatan yang telah larut disaring
sehingga partikel padatan akan mengendap pada kertas saring jika
ukurannya besar dan untuk padatan yang berukuran kecil maka akan
mengendap di bawah wadah penyaringan atau dengan kata lain padatan
yang lebih kecil akan lolos dari penyaringan.
2. Sublimasi (penyubliman)
Penyubliman adalah teknik pemisahan campuran di mana komponen
yang dapat menyublim atau tidak dapat menyublim. Penyubliman ini
menyebabkan zat yang menyublim tersebut berubah dari fase padat ke
fase gas. Jadi pada saat dipanaskan, zat yang dapat menyublim berubah
menjadi uap. Contohnya: pemisahan campuran antara C10H8 (naftalen)
dan garam dengan cara dipanaskan sehingga naftalen menguap.
3. Kristalisasi bertingkat
Teknik pemisahan campuran di mana campuran sudah berbentuk
kristal ketika masih panas, kemudian disiram atau ditambahkan aquadest.
Maka campuran itu akan mencair kembali setelah dibiarkan menguap dan
akan berbentuk kristal lagi. Hal ini berdasarkan titik beku.
Untuk pemisahan zat cair dapat digunakan cara (Keenan,1991:180-184) :
1. Ekstraksi
Penyaringan (ekstraksi) biasa digunakan untuk memisahkan senyawa
berdasarkan kepolaran dan massa jenisnya. Contohnya: untuk
memisahkan campuran yang tidak saling melarutkan yang dapat
dipisahkan dengan corong pisah.
2. Destilasi
Destilasi adalah suatu proses penguapan yang diikuti dengan
pengembunan. Dilakukan untuk memisahkan suatu cairan dan
campurannya. Hal ini merupakan pemisahan campuran berdasarkan titik
didih dua cairan atau lebih.
Penentuan rumus empiris suatu senyawa dapat dilakukan dengan
experimen, dengan menentukan presentase jumlah unsur-unsur yang terdapat
dalam zat itu, memakai metode analisis kimia kuantitatif. Bersamaan dengan
air maka rumus empiris dapat ditentukan dengan suatu perhitungan yang
sederhana.
Jika rumus empiris suatu senyawa diketahui, dapat ditarik beberapa
kesimpulan tentang sifat fisika dan kimia zat itu, yaitu (Svehla, 1994:3-5) :
1. Dari rumus empiris suatu senyawa, dapat kita lihat unsur-unsur apa yang
terkandung dalam zat tersebut. Contohnya: Asam sulfat (H2SO4) terdiri
dari hidrogen belerang dan oksigen, dalam molekulnya ada 2 atom
hidrogen, 1 atom belerang, dan 4 atom oksigen.
2. Dari rumus empiris, dapat kita ketahui massa molekul relatif dengan
menjumlahkan massa atom relatif dari unsur-unsur yang membentuk
senyawa itu.
3. Berdasarkan rumus empiris, kita dapat dengan mudah menghitung
jumlah relatif unsur-unsur yang terdapat dalam senyawa atau komposisi
presentase zat itu.
4. Akhirnya, jika rumus diketahui tentunya massa molekul relatif tersedia
dan dapat kita hitung volume suatu zat berbentuk gas yang jumlahnya
diketahui pada suhu dan tekanan tertentu.

B. Uraian Bahan
1. Aquadest (Dirjen POM, 1979:96)
Nama Resmi : AQUA DESTILLATA
Nama Lain : air suling
Rumus Molekul : H2O
Berat Molekul : 18,02 gr/mol
Rumus Bangun : H-O-H
Pemerian : cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
berasa
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sebagai pelarut

2. Naftalen (Dirjen POM, 1979:139)


Nama Resmi : NAFTALEN
Nama Lain : kapur barus
Rumus Molekul : C10H8
Berat Molekul : 128,17 gr/mol
Pemerian : lempeng prismatik, keping putih, menyublim
pada suhu di atas suhu titik lebur
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunan : sampel pemisahan senyawa dari campuran \
3. NaCl (Dirjen POM, 1979:403)
Nama Resmi : NATRII CLORIDUM
Nama Lain : garam dapur
Rumus Molekul : NaCl
Berat molekul : 58,44 gr/mol
Rumus Bangun : Na-Cl
Pemerian : tidak berwarna atau serbuk hablur putih, tidak
berbau, rasa asin
Kelarutan : larut dalam 2,8 bagian air, dalam 2,7 bagian air
mendidih dan dalam lebih kurang 10 bagian
gliserol P, sukar larut dalam etanol ( 95 % ) P.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : sampel pemisahan senyawa dari campuran

4. CuSO4 (Dirjen POM, 1979:731)


Nama Resmi : CUPRII SULFAT
Nama Lain : tembaga II sulfat
Rumus Molekul : CuSO4
Berat Molekul : 249,5 gr/mol
Pemerian : prisma triklinik, atau serbuk hablur biru
Kelarutan : larut dalam 3 bagian air dan gliserol, dan sangat
sukar larut dalam etanol.
Penyimpanan : dalam wadah tertutup rapat
Kegunaan : sampel penentuan rumus empiris

5. SiO2 (Dirjen POM, 1979:719)


Nama Resmi : SILIKA GEL
Nama Lain : amorf, silikon oksida
Rumus Molekul : SiO2
Rumus Bangun : O-Si-O
Pemerian : warna kelabu gelap, hitam kebiru-biruan, padat,
keras
Kegunaan : sampel pemisahan senyawa dari campuran

6. Fe (Dirjen POM, 1979:762)


Nama Resmi : FERROS
Nama Lain : besi
Berat Molekul : 55,84 gr/mol
Rumus Molekul : Fe
Pemerian : metalik mengkilap, abu-abu
Kegunaan : sampel penentuan rumus empiris

C. Prosedur Kerja (Tim Dosen Kimia Dasar, 2011:5-10)


1. Pemisahan Senyawa dari Campuran
a. Timbang dengan hati-hati beker gelas yang bersih dan kering. Catat
beratnya pada lembar laporan anda. Ambil sampel campuran bahan
uji yang tidak diketahui dari instruktur, gerus hingga halus dalam
mortal. Sekitar 2 gram campuran tersebut, masukkan ke dalam beker
gelas, timbang dan hitung berat sampel yang sebenarnya.
b. Tempatkan pinggan penguap di atas beker gelas yang berisi
campuran. Tempatkan gelas dan pinggan penguap pada kawat kasa.
Tempatkan es dalam pinggan penguapan, berhati-hati agar bagian
bawah piring menguapkan atau di dalam gelas tidak terkena air, atur
alat sublimasi.
c. Dengan hati-hati, panaskan beker gelas dengan nyala bunsen,
tingkatkan intensitas nyala sampai nampak uap dalam gelas. Padatan
harus terkumpul pada bagian bawah pinggan penguapan. Setelah 10
menit, pindahkan bunsen dari bawah beker gelas. Dengan hati-hati,
pindahkan pinggan penguapan dari beker gelas dan kumpulkan
padatan dengan menggunakan spatula. Alirkan air dari pinggan
penguapan, bila perlu tambahkan es batu. Aduk isi beker dengan
batang pengaduk. Kemballikan pinggan penguapan di atas beker
gelas dan panaskan kembali. Lakukan perlakuan di atas berulang-
ulang hingga tidak diperoleh lagi padatan pada bagian bawah
pinggan penguapan. Pindahkan naftalen ke dalam wadah khusus
yang disediakan.
d. Dinginkan beker gelas hingga mencapai suhu kamar. Timbang gelas
yang berisi padatan, hitung berat naftalen yang tersublimasi.
e. Tambahkan 25 ml air suling ke dalam padatan tersebut, panaskan
dan aduk selama 5 menit.
f. Timbang beker gelas 150 ml kedua yang bersih dan kering dengan 2
atau 3 biji batu didih.
g. Pasang aparatus untuk penyaringan gravimetri.
h. Lipat selembar kertas saring.
i. Basahi kertas saring dengan cara melipat kertas saring corong.
j. Posisi gelas kedua di bawah corong.
k. Tuangkan campuran melalui saringan, tampung cairan paa beker
gelas kedua. Dengan hati-hati pindahkan padatan basah, kumpulkan
semua cairan (filtrat) dalam beker gelas kedua.
l. Bilas dengan 5-10 ml aquadest, tuangkan residu ke dalam corong
dan tambahkan cairan ke filtrat, ulangi dengan penambahan 5-10 ml
aquadest.
m. Tempatkan beker gelas kedua dengan isinya di atas kawat kasa,
mulailah pemanasan dengan pembakar bunsen. Atur alat, kontrol
nyala api agar tidak mendidih, bila volume cairan berkurang, padatan
natrium klorida akan muncul. Kurangi nyala api untuk mencegah
letupan dari larutan dan padatan. Bila semua cairan telah habis,
dinginhkan pada suhu kamar. Timbang beker gelas dengan
residunya, hitung berat NaCl yang diperoleh.
n. Dengan hati-hati, timbang beker gelas 150 ml yang ketiga yang
bersih dan kering. Catat beratnya. Masukkan kertas saring dan pasir,
panaskan sampai kering dengan pembakar bunsen atau oven. Setelah
kering (bila pasir bebas mengalir), dinginkan pada suhu kamar.
Timbang gelas dan pasir, hitung berat pasir yang sebenarnya.
o. Hitunglah
1) Persentase hasil dengan menggunakan rumus,

2) Persentase setiap senyawa dalam campuran dengan rumus:

2. Penentuan Rumus Empiris


a. Timbanglah antara 5 dan 6 gram CuSO4, catat beratnya pada kertas
laporan anda. Jangan menimbang langsung pada piring timbangan,
tetapi pastikan untuk menggunakan wadah atau kertas timbang.
b. Pindahkan CuSO4 ke dalam beker gelas 250 ml. Tambahkan 60 ml
air suling dan aduk dengan batang pengaduk hingga padatan benar-
benar larut.
c. Ambil kawat aluminium dengan panjang 45 cm (sekitar 1,5 gram).
Buatlah pegangan cukup panjang sehingga kawat dapat digantung di
sisi gelas, kumparan harus ditutupi oleh larutan dan harus mencapai
bagian bawah gelas beker.
d. Sebagai hasil reaksi, anda akan melihat serpihan tembaga cokelat
berakumulasi pada kawat. Sekali-kali goyang kawat tembaga untuk
melonggarkan. Hilangnya warna biru ion tembaga II menunjukkan
bahwa reaksi selesai.
e. Lakukan uji untuk melakukan reaksi.
1) Dengan pipet pasteur bersih, tempatkan 10 tetes larutan
supernatan ke dalam tabung reaksi.
2) Tambahkan 3 tetes amonia ke dalam tabung reaksi. Jika larutan
biru tua muncul, berarti ion tembaga II masih ada, dan larutan
harus dipanaskan sampai 600 C selama 15 menit.
f. Bila supernatan tidak mengandung lagi ion Cu2+, maka reaksi
selesai. Getarkan kawat aluminium sehingga semua tembaga yang
menempel akan jatuh ke dalam larutan. Dengan botol semprot yang
berisi air suling, cuci kawat aluminium untuk menghilangkan sisa-
sisa tembaga. Lepaskan kawat aluminium dari larutan dan buang ke
dalam wadah sampah.
g. Atur alat vakum filtrasi.
h. Timbang kertas saring yang sesuai dan masukkan ke dalam corong
Buchner, catat hasilnya.
i. Basahi kertas saring dengan air suling, aktifkan aspirator air, dan
saring tembaga melalui corong Buchner. Bilas semua tembaga dalam
gelas dengan air dari botol semprot dan pindahkan ke corong
Buchner. Jika filtrat berkabut, saring kembali perlahan-lahan.
Akhirnya cuci tembaga dalam corong dengan 30 ml aseton (untuk
mempercepat proses pengeringan). Biarkan tembaga tetap pada
kertas filter selama 10 menit, dengan air mengalir untuk proses
pengeringan lebih lanjut.
j. Dengan hati-hati, keluarkan kertas saring dari corong Buchner agar
kertas tidak sobek. Timbang kertas saring dan tembaga dan catat.
Hitung berat sampelnya.
k. Dari data percobaan tersebut, tentukan rumus empiris dari tembaga
sulfat, dan tentukan tingkat kesalahan dengan menghitung presentase
tembaganya.
BAB III

METODE KERJA

A. Alat dan Bahan


1. Alat
Alat yang digunakan dalam percobaan ini adalah batang pengaduk,
cawan porselin, corong Buchner, gelas arloji, gelas kimia, gelas ukur,
kaki tiga, kawat kasa, kertas timbang, neraca analitik, pembakar spiritus,
pinset, pipet tetes, dan sendok tanduk.
2. Bahan
Bahan yang digunakan dalam percobaan ini adalah aquadest, CuSO4,
Fe, NaCl, naftalen, dan pasir laut.

B. Cara Kerja
1. Pemisahan senyawa dari campuran
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Dicampurkan sampel (pasir, naftalen, dan NaCl) ke dalam gelas
kimia, ditutup dengan cawan porselin yang berisi air.
c. Dipanaskan campuran tersebut selama 20 menit, hingga ada padatan
yang menempel pada cawan porselin, senyawa itu diambil dan
disimpan pada wadah yang lain, dilakukan berulang-ulang sampai
tidak ada lagi padatan yang menempel pada cawan porselin.
d. Ditimbang padatan yang telah didinginkan.
e. Ditambahkan aquadest ke dalam gelas kimia yang telah didinginkan,
lalu disaring.
f. Senyawa yang tertinggal (residu) dan yang lewat saringan (filter),
dipanaskan hingga residu mengering dan panaskan pula filtrat
hingga menjadi padatan.
g. Ditimbang masing-masing hasil residu dan filtrat.
2. Penentuan rumus empiris
a. Disiapkan alat dan bahan.
b. Ditimbang sampel (CuSO4 sebanyak 1,7 gram dan Fe sebanyak
0,6 gram).
c. Dimasukkan CuSO4 ke dalam gelas kimia dan ditambahkan aquadest
sebanyak 10 ml, lalu diaduk sampai homogen.
d. Dimasukkan sampel (Fe).
e. Diaduk kemudian didiamkan (hingga terdapat butiran cokelat).
f. Disaring lalu timbang massanya (terlebih dahulu dikeringkan).
g. Dicatat hasilnya.
BAB IV

HASIL PENGAMATAN

A. Tabel Pengamatan
1. Pemisahan senyawa dari campuran

Berat (gram)
NO Senyawa
Sebelum Sesudah

1. C10H8 (naftalen) 2 0,92

2. NaCl (garam dapur) 2,85 1,73

3. SiO2 (pasir laut) 3,5 5,30

2. Penentuan rumus empiris

No. Kelompok Hasil Residu

1. 1 0,63 gram

2. 2 0,47 gram

3. 3 0,87 gram

4. 4 1,12 gram

5. 5 0,80 gram

6. 6 0,96 gram

B. Perhitungan
Berat CuSO4 = 1,7 gram
Berat Cu = 0,96 gram
Berat So4 = berat CuSO4 – berat Cu
= 1,7 – 0,96
= 0,74 gram
Ar Cu = 63,5 gram/mol
Mr SO4 = 96 gram/mol
Rumus empiris:
mol Cu : mol SO4

0,015 : 0,008
2 : 1
Cu2(SO4)1 Cu2SO4

% hasil dari campuran awal:

% C10H8 dari campuran awal:

% NaCl dari campuran awal:

% SiO2 dari campuran awal:

C. Reaksi
CuSO4 + Fe Cu2+ + FeSO4
BAB V

PEMBAHASAN

Senyawa adalah substansi yang terbentuk dari dua atau lebih unsur yang
bergabung secara kimia membentuk substansi baru dengan sifat-sifat baru.
Campuran adalah penggabungan dua atau lebih zat di mana dalam penggabungan
ini, zat-zat tersebut mempertahankan identitasnya masing-masing.
Dalam pemisahan senyawa, ada beberapa cara pemisahan, yaitu:
1. Destilasi,
2. Sublimasi,
3. Ekstraksi,
4. Kristalisasi,
5. Flotasi,
6. Ultrafiltrasi, dan lain-lain.
Proses pemisahan digunakan untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang
lebih murni dari suatu campuran senyawa kimia. Beberapa faktor yang
diperhatikan dalam metode pemisahan yaitu:
1. Sifat-sifat khusus dari zat yang diinginkan dari campuran;
2. Standar kemurnian yang diinginkan;
3. Zat tercemar dan campurannya yang mengatasi serta sifatnya nilai guna yang
diinginkan harga dan biaya proses pemisahan;
4. Kadar zat yang diinginkan terhadap campurannya apakah kadarnya kecil atau
besar.
Rumus empiris adalah rumus yang menunjukkan suatu molekul dan
perbandingan paling sederhana atom-atom penyusun molekul paling sederhana
dan merupakan bilangan bulat. Contoh molekul benzena adalah C6H6 maka rumus
empirisnya adalah CH.
Alat yang digunakan pada percobaan ini adalah cawan porselin, kaki tiga,
kawat kasa, gelas kimia, gelas arloji, pembakar spiritus, kertas saring, pipet tetes,
sendok tanduk, gelas ukur, corong Buchner, neraca Ohaus, dan batang pengaduk.
Bahan yang digunakan adalah naftalen, NaCl, pasir laut, CuSO4, Fe, dan
aquadest.
Cara kerja dalam percobaan pemisahan senyawa dari campuran yaitu
pertama-tama disiapkan alat dan bahan. Diambil 3 sampel (naftalen, NaCl, dan
pasir laut) lalu dicampurkan ke dalam gelas kimia. Gelas kimia tadi ditutupi
cawan porselin yang berisikan air. Kemudian dipanaskan campuran tadi di atas
pembakar spiritus. Jika sudah ada padatan yang melengket pada cawan, ambil
cawan tersebut lalu pindahkan padatannya ke gelas arloji. Dilakukan terus-
menerus sampai padatan yang muncul dipastikan sudah habis. Setelah padatan
terkumpul semua, ditimbang massanya. Padatan inilah yang disebut naftalen. Sisa
campuran tersebut tidak lain adalah NaCL dan pasir laut. Sisa campuran tadi
didinginkan dahulu lalu dicampur dengan aquadest kemudian diaduk. Setelah
diaduk, saring campuran tadi dengan menggunakan kertas saring yang sudah
dipasang pada corong Buchner. Di sini diperoleh residu dan filtrat, di mana
residunya adalah pasir laut dan filtratnya adalah NaCl. Pasir laut dan NaCl tadi
dipanaskan secara bergantian agar didapatkan padatan yang sebenarnya lalu
ditimbang massanya.
Pada saat ketiga sampel dicampurkan, maka campuran tersebut dipanaskan.
Alasannya, agar naftalen menyublim dan menempel pada cawan porselin. Ini
disebabkan karena naftalen dapat menyublim (perubahan wujud zat dari padat ke
gas).
Pada mulut gelas kimia, ditutupi dengan cawan porselin yang berisikan air.
ini dilakukan agar naftalen yang nantinya akan menguap akan menempel pada
pantat cawan porselin karena terjadinya proses kondensasi.
Setelah naftalen terpisah dari campurannya, dilakukan penyaringan pada
campuran NaCl dan pasir laut agar kedua zat tersebut terpisahkan satu sama lain.
Setelah itu, NaCl dan pasir laut yang sudah terpisah ini, masing-masing
dipanaskan di atas pembakar spiritus agar molekul-molekul air pada kedua zat
tersebut menguap karena terjadi proses penguapan. Dari proses inilah diperoleh
massa NaCl dan pasir laut.
Untuk penentuan rumus empiris, pertama disiapkan CuSO4 1,7 gram lalu
dimasukkan ke dalam gelas kimia. Setelah itu, dimasukkan padatan Fe 0,6 gram
lalu dicampur dengan ditambahkan aquadest 5-10 ml, sampai campuran berwarna
kecoklatan lalu disaring agar terpisah antara Cu (endapan) dengan FeSO4. Setelah
itu, ditimbang massa Cu lalu ditentukan rumus empirisnya.
Dari percobaan pemisahan campuran ini didapatkan hasil yaitu: massa
naftalen = 0,92 gram yang mana berat awalnya 2 gram, massa NaCl = 1,74 gram
yang mana berat awalnya 2,85 gram, dan massa pasir laut = 5,3 gram yang mana
berat awalnya 3,5 gram. Untuk penentuan rumus empiris, massa Cu diperoleh
0,96 gram.
Dari hasil yang diperoleh terdapat perbedaan antara massa sebelum
pemanasan dan setelah pemenasan. Tetapi massa yang diperoleh tidak berbeda
jauh. Namun ada keganjalan pada sampel pasir laut. Massa sebelum pemanasan
adalah 3,5 gram sedangkan setelah pemanasan malah naik menjadi 5,3 gram. Ini
dikarenakan tidak diukurnya massa pasir laut yang digunakan pada saat praktikum
dilakukan.
1. Adapun faktor kesalahan dalam percobaan ini yaitu:
2. Ada sampel yang jatuh atau tumpah ke lantai;
3. Ada naftalen yang tersisa pada cawan porselin;
4. Tidak diukurnya massa pasir laut yang digunakan.
Hubungan pemisahan senyawa dari campuran dan penentuan rumus empiris
dengan dunia farmasi yaitu pada proses penentuan kadar obat untuk proses
ekstraksi tumbuhan yang digunakan sebagai bahan dasar obat-obatan
memperoleh perbandingin zat-zat yang terkandung dalam obat.
BAB VI

PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari percobaan ini didapatkan hasil, massa C10H8 adalah 0,92 gram,
massa NaCl adalah 1,73 gram, massa pasir laut adalah 5,3 gram, massa Cu
adalah 0,96 gram, persentase hasil adalah 95,21 %, persentase C10H8 adalah
11,02 %, persentase NaCl adalah 20,72%, persentase pasir laut adalah 63,47
%, dan rumus empiris adalah Cu2SO4.

B. Saran
1. Laboratorium
Kebersihan dan kelengkapan alat-alatnya agar diperhatikan.
2. Asisten
Terima kasih untuk bimbingan dan dampingannya semoga tidak bosan-
bosan memberikan penjelasan dan pemahaman kepada praktikan.
DAFTAR PUSTAKA

Barnasconi, G. Teknologi Kimia Bagian 2, Bandung: Bumi Aksara, 1995

Busset. Kimia Analisis Kuantitatif, Jakarta: EGC Kedokteran, 1994

Dirjen Pom , Farmakope Indonesia Edisi III, Depkes: RI, 1979

Keenan. Kimia untuk Universitas, Jakarta: Erlangga, 1991

Oxtoby. Prinsip-Prinsip Kimia Modern, Jakarta: Erlangga, 2003

Svehla, G. Vogel Bagian I: Buku Teks Analisis Anorganik Kualitatif Makro


dan Semi-Mikro Edisi V, 1994

Thamrin. Rahasia Penerapan Rumus-Rumus, Jakarta: Depkes RI, 1979

Widayanti, Tuti. Kimia Dasar, Jakarta: Erlangga, 2001.


SKEMA KERJA

1. Pemisahan senyawa dari campuran

Diambil 3 sampel (naftalen, NaCl, dan pasir laut)

Dimasukkan ke dalam gelas kimia

Ditutupi cawan porselin berisi air

Dipanaskan 5-20 menit

Digerus padatan di bawah cawan

Didinginkan NaCl dan pasir laut

Dicampur aquadest 5-10 ml

Disaring

Dipanaskan NaCl dan pasir laut

Ditimbang massa NaCl dan pasit laut


2. Penentuan rumus empiris

Ditimbang 1,7 gram CuSO4

Dilarutkan dalam 10 ml air

Dimasukkan 0,6 gram serbuk Fe

Diamkan dan diamati

Disaring dan dikeringkan residu(Cu)

Ditimbang Cu

Anda mungkin juga menyukai