Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Menjadi tua (menua) adalah keadaan yang terjadi didalam kehidupan

manusia. Proses menua proses di sepanjang hidup yang tidak hanya dimulai

dari suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan. Menjadi

tua adalah proses alamiah yang berarti seseorang telah melalui tahap-tahap

kehidupannya dimulai dari segi biologis maupun segi psikologis diantaranya

neonatus, toddler, pra sekolah, sekolah, remaja, dewasa dan lansia ( Padilla

2013, p.6).

Menurut Nugroho, 2008 pada tahun 2005-2010 jumlah lanjut usia di

Indonesia menduduki peringkat keempat setelah Negara RRC, India, dan

Amerika Serikat dengan harapan umur untuk hidup diatas 70 tahun (Dian,

2013). Menurut undang-undang No 13 tahun 1998 lanjut usia adalah seseorang

yang mencapai umur 60 tahun keatas, baik pria maupun wanita (Padilla 2013,

p.6).

Menurut WHO, 2012 penduduk Asia Tenggara yang berusia diatas 60

tahun berjumlah 142 juta jiwa dan diperkirakan akan terus meningkat hingga 3

kali lipat pada tahun 2050. Di Indonesia terjadi booming lansia, sehingga

disebut sebagai abad lansia yang diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia

akan mencapai 28,28 juta jiwa atau 11,34 % dari seluruh penduduk Indonesia

(Nurwela, 2015).

1
2

Menurut American Heart Association {AHA}, penduduk Amerika yang

berusia diatas 20 tahun menderita hipertensi telah mencapai angka hingga 74,5

juta jiwa, namun hampir sekitar 90-95% kasus tidak diketahui penyebabnya.

Hipertensi merupakan silent killer dimana gejala dapat bervariasi pada masing-

masing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-

gejalanya itu adalah sa kit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo),

jantung berdebar-debar, mudah Ieiah, penglihatan kabur, telinga berdenging

(tinnitus), dan mimisan (Kemenkes RI, 2014).

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Wahyuni, 2017di Dunia

sebanyak 9,4 juta jiwa yang mengalami kematian disetiap tahunnya

dikarenakan penyakit hipertensi. Namun, saat ini persentase hipertensi

sebagian besar terjadi di negara berkembang. Sebanyak 40 % dari negara-

negara berkembang yang menjadi korban hipertensi, kemudian 35% angka

kejadian hipertensi terjadi di negara berkembang. Di Asia Penyakit ini telah

membunuh 1,5 juta jiwa setiap tahunnya. Pria mempunyai persentase

peningkatan dari korban hipertensi dari 18% menjadi 31 % sementara untuk

wanita juga meningkat dari 16% menjadi 29%. Prevalensi hipertensi di

Indonesia pada usia lebih dari 18 tahun sebanyak 29,8 %. Hal ini dapat

ditemukan pada 10 provinsi yang ada di Indonesia dari yang tertinggi sampai

yang terendah seperti Riau, Bangka Belitung, Jawa Tengah, Yogyakarta, Jawa

Timur, NTB, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Sulawesi Tengah, dan

Sulawesi Barat.

Menurut Kemenkes RI, 2014 dengan bertambahnya umur proses

degeneratif (penuaan) akan mengalami penurunan fungsi fisiologis dan


3

berbagai penyakit akan muncul pada lansia yang penyakit tersebut digolongkan

menjadi penyakit tidak menular diantaranya Hipertensi, Stroke, Rematik dan

Diabetes mellitus (Mariza, 2016).

Hipertensi merupakan penyakit yang sering diderita oleh lansia.

Hipertensi merupakan tekanan darah persisten atau terus menerus yang

melebihi batas normal yang dimana tekanan sistolik diatas 140 mmHg dan

tekanan diastolik diatas 90 mmHg (Sharif La Ode 2012, p.241).

Menurut Kemenkes RI, 2014 diperkirakan sekitar 80% kenaikan kasus

hipertensi pada negara berkembang tahun 2025 diperkirakan 1,15 milyar kasus.

Berdasarkan laporan rumah sakit melalui Sistem Informasi Rumah Sakit

(SIRS), hipertensi merupakan peringkat 10 dari penyakit yang melalui rawat

jalan dari seluruh penyakit rawat jalan pada kelompok 45-64 tahun dan usia

lebih dari 65 tahun yang paling tinggi angka penyakit hipertensi yang

merupakan hipertensi primer (Mariza, 2016).

Prevalensi angka hipertensi untuk Provinsi Sumatera Barat berdasarkan

diagnosa tenaga kesehatan yaitu 7,8 % dan melalui hasil pengukuran 22,6%.

Hipertensi pada perempuan (28,8%) cenderung lebih tinggi dari pada laki-laki

(22,8%) (Riskesdas, 2013).

Menurut Purwanto, 2007 Upaya yang dilakukan untuk menangani masalah

hipertensi dengan pemberian obat, namun pemberian obat dalam jangka waktu

yang lama dapat menimbulkan efek samping yang dapat membahayakan

kondisi pemakainya (Sumartyawati, 2016).


4

Menurut Kateria, 2004 Berdasarkan efek buruk dari menggunakan obat

untuk menurunkan tekanan darah tinggi terlebih pada lansia yang dimana

proses metabolisme berbeda dengan orang dewasa muda. Maka terapi non

farmakologis merupakan pilihan yang tepat. Ada beberapa terapi yang bisa

digunakan dalam menangani masalah hipertensi seperti : terapi tertawa, teknik

napas dalam, dan terapi musik klasik (Sumartyawati, 2016).

Terapi non farmakologis selalu menjadi hal yang penting dilakukan untuk

lansia yang menderita hipertensi. Pengobatan hipertensi yang dilakukan secara

non farmakologi dengan menjalani gaya hidup sehat salah satunya dengan

terapi komplementer seperti relaksasi otot progresif, meditasi, terapi herbal,

terapi herbal. Teknik relaksasi mengajarkan seseorang mengontrol diri dari rasa

tidak nyaman ataupun nyeri (Susilo & Wulandari, 2011).

Relaksasi akan menurunkan aktifitas saraf simpatis dan epinefrin serta

peningkatan saraf parasimpatis sehingga kecepatan denyut jantung menurun.

Volume CO menurun, serta vasodilatasi arteriol dan venula. Selain itu curah

jantung dan resistensi perifer total juga menurun dan tekanan darah turun

(Valentine, 2013).

Tertawa dapat mempelancar peredaran darah dalam tubuh, sehingga kadar

oksigen dalam darah meningkat, dan membuat tekanan darah akan normal.

Tertawa dapat meningkatkan suasana hati, menurunkan hormon stress,

meningkatkan aktivitas kekebalan tubuh, serta menurunkan kolesterol (Berk et

al, 1996). Terapi tertawa merupakan terapi yang digunakan untuk mencapai

kegembiraan didalam hati yang dikeluarkan melalui mulut dalam bentuk suara
5

tawa yang tampak dari wajah dan perasaan hati yang lepas dan gembira,

membuat peredaran darah lancar yang bisa mencegah penyakit dan memelihara

kesehatan (Sumartyawati, 2016).

Menurut Purwanto, 2013 Teknik relaksasi otot progresif adalah

memusatkan perhatian pada suatu aktifitas otot, dengan mengidentifikasi otot

yang tegang dan kemudian otot tersebut akan diturunkan agar bisa merasakan

rileks. Sementara itu menurut Shep, 2005 respon relaksasi merupakan

penurunan dari fungsi umum kognitif, fisiologis dan stimulasi perilaku.

Relaksasi dapat menurunkan aktifitas dari saraf simpatis dan epinefrin serta

meningkatkan aktifitas dari saraf parasimpatis yang membuat kecepatan

denyut jantung menurun dan terjadi vasodilatasi arteriol sehingga curah

jantung menurun dan akhirnya tekanan darah akan menurun pula ( Valentine,

2013).

Berdasarkan hasil survey awal pada tanggal 24 Februari 2018 jumlah

lansia yang ada di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar

Tahun 2018 adalah sebanyak 70 orang dimana hipertensi menjadi penyakit

kedua terbanyak (70%) yaitu sebanyak 20 orang lansia setelah rematik (90%).

Berdasarkan hasil wawancara dengan tenaga kesehatan di poliklinik Panti

Sosial Tresna Wedha Kasih Sayang Ibu Batusangkar, pihak panti melakukan

pengecekan kesehatan setiap hari kamis.Berdasarkan hasil wawancara dengan

2 orang lansia mengatakan mereka pernah melakukan terapi tertawa, namun

mereka jarang melakukannya karena metode yang diajarkan membutuhkan 2

orang yang dilakukan secara berpasang-pasangan dan terkadang teman sesama

lansia tidak mau diajak untuk melakukan terapi tersebut karena mereka
6

mempunyai aktifitas sendiri. Begitu juga dengan relaksasi otot progresif

berdasarkan hasil wawancara dengan lansia, lansiajuga pernah melakukannya

namun lansia tersebut tidak ingat bagaimana cara melakukannya karena

relaksasi otot progresif ini sudah lama tidak dilakukan.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah diatas, peneliti merumuskan

masalah pada penelitian ini, yaitu pengaruh terapi tertawa dan relaksasi otot

progresif terhadap tekanan darah pada lansia hipertensi di Panti Sosial Tresna

Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar tahun 2018.

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui Pengaruh Terapi Tertawa dan Relaksasi Otot

Progresif Terhadap Tekanan Darah Pada Lansia Hipertensi di Panti Sosial

Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar Tahun 2018.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahui rata-rata tekanan darah sebelum dilakukan terapi tertawa pada

lansia hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu

Batusangkar tahun 2018.

b. Diketahui rata-rata tekanan darah sesudah dilakukan terapi tertawa pada

lansia hipertensi diPanti Sosial Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu

Batusangkar tahun 2018.


7

c. Diketahui rata-rata tekanan darah sebelum dilakukan relaksasi otot

progresif pada lansia hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih

Sayang Ibu Batusangkar tahun 2018.

d. Diketahui rata-rata tekanan darah sesudah dilakukan relaksasi otot

progresif pada lansia hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih

Sayang Ibu Batusangkar tahun 2018.

e. Diketahui rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan terapi

tertawa pada lansia hipertensi di Panti Sosial Tresna Werdha Kasih

Sayang Ibu Batusangkar tahun 2018.

f. Diketahui rata-rata tekanan darah sebelum dan sesudah dilakukan

relaksasi otot progresig pada lansia hipertensi di Panti Sosial Tresna

Werdha Kasih Sayang Ibu Batusangkar tahun 2018.

g. Diketahui pengaruh terapi tertawa dan relaksasi otot progresifterhadap

tekanan darah lansia hipertensidi Panti Sosial Tresna Werdha Kasih

Sayang Ibu Batusangkar tahun 2018.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi Lansia

Diharapkan lansia dapat melakukan terapi tertawa dan relaksasi otot

progresif sesuai yang sudah diajarkan secara mandiri selama 2 kali

seminggu untuk menurunkan tekanan darah lansia yang mengalami

hipertensi.
8

2. Bagi Institusi Kesehatan

Sebagai masukan dan informasi bagi institusi kesehatan setempat untuk

dapat diterapkan pada instansi tersebut.

3. Bagi peneliti

Untuk mengembangkan kemampuan peneliti dalam menyusun laporan

penelitian, menambah wawasan peneliti, dan mengaplikasikan ilmu

pengetahuan yang dimiliki.

4. Bagi Institusi Pendidikan

Dapat dijadikan sebagai bahan informasi bagi mahasiswa, dan untuk

meningkatkan mutu pendidikan kesehatan yang baik dalam hal

pengembangan tenaga kesehatan masyarakat.

5. Bagi peneliti selanjutnya

Sebagai bahan masukan dan pertimbangan untuk pertimbangan untuk

penelitian selanjutnya dan dapat digunakan untuk menambah bahan

informasi yang dapat disajikan sebagai referensi bagi mahasiswa di

perpustakaan.

E. Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini dilakukan oleh mahasiswa Program Studi Ilmu Keperawatan

STIKes Fort De Kock Bukittinggi, untuk mengetahui pengaruh tekanan darah

sebelum dan sesudah dilakukan terapi tertawa dan relaksasi otot progresif pada

lansia yang mengalami hipertensi di Panti Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu

Batusangkar Tahun 2018 dan menentukan mana yang lebih efektif dari kedua

terapi tersebut. Penelitian ini dilakukan di Panti Tresna Werdha Kasih Sayang Ibu

Batusangkar. Penelitian ini dilakukan dibulan Juli-Agustus 2018. Populasi


9

penelitian ini lansia sebanyak 70 orang lansia. Sampel yang diambil sebanyak 10

orang dengan menggunakan teknik purposive sampling. Jenis penelitian ini adalah

quasi-experimen dengan uji T-test.

Anda mungkin juga menyukai