Anda di halaman 1dari 11

REFLEKSI KASUS JUNI 2019

TINEA CORPORIS

DisusunOleh:

Made Yoga Pradana


N 111 18 039

PEMBIMBING KLINIK
dr. Asrawati Sofyan, Sp.KK, M.Kes

KEPANITERAAN KLINIK
BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH UNDATA PALU
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS TADULAKO
PALU
2019
STATUS PASIEN

BAGIAN ILMU KESEHATAN KULIT DAN KELAMIN

RSUD UNDATA PALU

I. IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S
Umur : 11 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Alamat : Tolai
Agama : Hindu
Status Pernikahan : Belum Menikah
Pekerjaan : Pelajar
Tanggal pemeriksaan : 26 Juni 2019
Ruangan : Poliklinik Kesehatan Kulit dan Kelamin RSUD
Undata

II. ANAMNESIS
1) Keluhan utama:
Gatal-gatal pada daerah ketiak
2) Riwayat penyakit sekarang:
Seorang anak perempuan usia 11 tahun datang ke poliklinik
kesehatan kulit dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan gatal-gatal
pada bagian ketiak kiri dan kanan. Gatal dirasakan sejak 2 minggu
yang lalu. Gatal dirasakan terus-menerus dan bertambah gatal jika
pasien berkeringat. Pasien sering menggaruk area yang gatal. Awalnya
hanya seperti bintik merah kecil dan terasa gatal dan mulai membesar.
Orangtua pasien sering memberikan bedak pada daerah yang gatal agar
tidak berkeringat. Keluarga pasien mengaku pernah di berikan salep

1
dan tidak kunjung sembuh. tidak ada riwayat alergi terhadap makanan
maupun obat-obatan. Riwayat Diabetes mellitus (-), Kolesterol (-)
3) Riwayat penyakit dahulu:
Pasien belum pernah mengalami hal seperti ini.

4) Riwayat penyakit keluarga:


Tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit yang sama
dengan pasien.

III. PEMERIKSAAN FISIK


Status Generalis
1) Keadaan umum : Sakit sedang
2) Status Gizi : Baik
3) Kesadaran : Komposmentis

Tanda-tanda Vital

Nadi : 96 kali/menit

Respirasi : 20 kali/menit

Suhu : Tidak dilakukan pemeriksaan

Tekanan Darah : Tidak dilakukan pemeriksaan

Status Dermatologis
UjudKelainanKulit :

Kepala : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit


Wajah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Leher : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Perut : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Punggung : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Dada : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit

2
Bokong : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Genitalia : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit
Ekstremitas atas : Tampakan plak hipopigmentasi dengan tepi
eritematosa berbentuk plakat pada region axilla
dextra dan sinistra.
Ekstremitas bawah : Tidak terdapat Ujud Kelainan Kulit

IV. GAMBAR

Gambar 1.
Tampakan plak hipopigmentasi dengan tepi eritematosa berbentuk plakat pada
region axilla dextra dan sinistra.

V. RESUME
Seorang anak perempuan usia 11 tahun datang ke poliklinik
kesehatan kulit dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan pruritus pada
region axilla kiri dan kanan. Gatal dirasakan sejak 2 minggu yang lalu.
Pruritus dirasakan terus-menerus dan bertambah gatal jika pasien
berkeringat. Pasien sering menggaruk area yang gatal. Awalnya hanya
seperti bintik merah kecil dan terasa gatal dan mulai membesar. Orangtua
pasien sering memberikan bedak pada daerah yang gatal tidak berkeringat.
Keluarga pasien mengaku pernah di berikan salep dan tidak kunjung

3
sembuh. tidak ada riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-obatan.
Riwayat Diabetes mellitus (-), Kolesterol (-)
VI. ANJURAN PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan histopatologi

VII. DIAGNOSIS KERJA


Tinea corporis

VIII. DIAGNOSIS BANDING belum


1. Dermatitis Atopik
2. Psoariasis

IX. PENATALAKSANAAN
- Medikamentosa
- Pengobatan sistemik : Cetrizine 1x10 mg
Ketokonazol Tablet 1x200 mg
- Pengobatan topical : Ketokonazol cr 10 gr (2x1)
- Non-medikamentosa
- Kurangi aktivitas yang berlebihan yang dapat meningkatkan
keringat
- Personal higiene termasuk kebersihan kulit, untuk selalu
memelihara kebersihan kulit kebiasaan-kebiasaan yang sehat harus
selalu diperhatikan seperti, menggunakan barang-barang keperluan
seharihari milik sendiri, mandi minimal 2x sehari, mandi memakai
sabun, menjaga kebersihan pakaian, makan yang bergizi terutama
banyak sayur dan buah, dan menjaga kebersihan lingkungan.
- Hunian yang ideal : Udara segar diperlukan dalam rumah untuk
mengganti udara ruangan yang sudah terpakai. Udara segar
diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara dalam
ruangan.

4
X. PROGNOSIS
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad Fungtionam : ad bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad cosmeticam : dubia ad bonam

PEMBAHASAN

Seorang anak perempuan usia 11 tahun datang ke poliklinik kesehatan kulit


dan kelamin RSUD Undata dengan keluhan pruritus pada region axilla kiri dan
kanan. Gatal dirasakan sejak 2 minggu yang lalu. Pruritus dirasakan terus-
menerus dan bertambah gatal jika pasien berkeringat. Pasien sering menggaruk
area yang gatal. Awalnya hanya seperti bintik merah kecil dan terasa gatal dan
mulai membesar. Orangtua pasien sering memberikan bedak pada daerah yang
gatal tidak berkeringat. Keluarga pasien mengaku pernah di berikan salep dan
tidak kunjung sembuh. tidak ada riwayat alergi terhadap makanan maupun obat-
obatan. Riwayat Diabetes mellitus (-), Kolesterol (-)
Tinea korporis merupakan dermatofitosis yang mengenai kulit tidak
berambut (glabrosa), kecuali telapak tangan, telapak kaki, dan sela paha. 1 Tinea
korporis disebabkan oleh semua genus dermatofita baik Microsporum,
Trichopyton maupun Epidermophyton, akan tetapi paling sering disebabkan oleh
trichopyton mentagrophytes. Kasus tinea korporis dapat ditemukan di seluruh
dunia, tetapi paling banyak di daerah tropis dan subtropis. Cara penularan
terbanyak melalui kontak langsung baik dengan manusia maupun binatang,
melalui serpihan-serpihan jamur pada handuk dan benda-benda lain atau
autoinokulasi bagian tubuh lain misalnya T. Rubrum dan T. Mentagrophytes dari
koloni jamur di kaki (tinea pedis).2
Tinea korporis terjadi setelah seseorang berkontak dengan pasien, binatang
peliharaan yang terinfeksi, atau tanah yang terkontaminasi jamur. Pakaian ketat,
kondisi hangat dan lembab merupakan faktor predisposisi dan sering

5
menyebabkan angka kekambuhan yang tinggi. Antigen jamur golongan
Trichopyton spp. Dapat memacu respon imun baik melalui reaksi tipe cepat
(hipersensitivitas tipe 1) maupun reaksi tipe lambat (tipe 4) pada uji kulit.
Hipersensitivitas tipe 1 terjadi pada seseorang dengan inflamasi ringan disertai
kadar IgE rendah. Hipersensitivitas tipe lambat terjadi pada seseorang dengan lesi
yang tampat sangat inflamasi, yang mengalami resolusi spontan dan resisten
terhadap infeksi. Respon imun seluler seseorang lebih efektif pada penyembuhan
dan pencegahan terhadap infeksi Trichopyton. Pada seseorang dengan keadaan
imunokompromais penetrasi T. Rubrum tidak terbatas pada epidermis dan kuku
saja tetapi lebih dalam sampai ke dermis menyebabkan gambaran klinis yang
berbeda.2,3
Jamur ini menghasilkan keratinase yang mencerna keratin, sehingga dapat
memudahkan invasi ke stratum korneum. Infeksi dimulai dengan kolonisasi hifa
atau cabang-cabangnya didalam jaringan keratin yang mati. Hifa ini menghasilkan
enzim keratolitik yang berdifusi ke jaringan epidermis dan menimbulkan reaksi
peradangan. Tampakan plak hipopigmentasi dengan tepi eritematosa berbentuk
plakat pada region axilla dextra dan sinistra. Hal ini sesuai dengan teori dimana
gambaran klinis tinea korporis dimulai dengan Kelainan yang dilihat dalam klinik
merupakan lesi bulat atau lonjong, berbatas tegas terdiri atas eritema, skuama,
kadang-kadang vesikel dan papul di tepi. Daerah tengahnya biasanya lebih tenang.
Kadang-kadang terlihat erosi dan krusta akibat garukan. Lesi-lesi pada umumnya
merupakan bercak-bercak terpisah satu dengan yang lain. Kelainan kulit dapat
pula terlihat sebagai lesi-lesi dengan pinggir yang polisiklik, karena beberapa lesi
kulit yang menjadi satu.4
Diagnosa tinea korporis dikonfirmasi dengan pemeriksaan mikologi yang
terdiri atas sediaan basah dan biakan. Pada pemeriksaan mikologi untuk
mendapatkan jamur diperlukan bahan klinis, yang dapat berupa kerokan kulit,
rambut, dan kuku. Sediaan basah dibuat dengan meletakkan bahan di atas gelas
alas, kemudian ditambahkan 1-2 tetes larutan KOH. Konsentrasi larutan KOH
untuk sediaan rambut adalah 10% dan untuk kulit dan kuku 20%. Setelah sediaan
dicampur dengan larutan KOH, ditunggu 15-20 menit untuk melarutkan jaringan.

6
Pengamatan dilakukan menggunakan mikroskop. Pada sediaan kulit dan kuku,
akan terlihat hifa sebagai dua garis sejajar, terbagi oleh sekat, dan bercabang,
maupun spora berderet (artrospora) pada kelainan kulit lama dan/atau sudah
diobati. Pada sediaan rambut yang dilihat adalah spora keil (mikrospora) atau
besar (makrospora). Spora dapat tersusun di luar rambut (ektotriks) atau dalam
rambut (endotriks). Kadang-kadang dapat terlihat juga hifa pada sediaan rambut.4
Pemerikaan lain yang juga dapat dilakukan ialah pemeriksaan histopatologi
dengan sampel dari biopsi kulit, pemeriksaan ini dilakukan ketika diagnosis sulit
ditegakkan dan jika pasien dengan infeksi dermatofitosis tidak respon terhadap
pengobatan. Pada pasien ini tidak dilakukan pemeriksaan histopatologi.5,6
Penatalaksanaan Non medikamentosa pada pasien ini adalah kurangi
aktivitas yang berlebihan yang dapat meningkatkan keringat, personal higiene
termasuk kebersihan kulit, untuk selalu memelihara kebersihan kulit kebiasaan-
kebiasaan yang sehat harus selalu diperhatikan seperti, menggunakan barang-
barang keperluan seharihari milik sendiri, mandi minimal 2x sehari, mandi
memakai sabun, menjaga kebersihan pakaian, makan yang bergizi terutama
banyak sayur dan buah, dan menjaga kebersihan lingkungan, hunian yang ideal :
Udara segar diperlukan dalam rumah untuk mengganti udara ruangan yang sudah
terpakai. Udara segar diperlukan untuk menjaga temperatur dan kelembaban udara
dalam ruangan.
Terapi medikamentosa tinea korporis terdiri dari pengobatan lokal dan
pengobatan sistemik. Pada tinea korporis dengan lesi terbatas, cukup diberikan
obat topikal. Lama pengobatan bervariasi antara 1-4 minggu bergantung jenis
obat.4 Obat oral atau kombinasi obat oral dan topikal diperlukan pada lesi yang
luas atau kronik rekurens. Pengobatan topikal merupakan pilihan utama. Obat -
obat derifat imidazole dan alilamin dapat digunakan untuk mengatasi masalah
tinea korporis ini. Pemberian obat imidazole dianjurkan selama 2-4 minggu. Lama
pengobatan topikal umumnya sampai 1-2 minggu sesudah klinis sembuh atau
hasil pemeriksaan KOH negatif.4,5,7
Obat sistemik dapat diberikan griseofulvin 500 mg per hari atau 10
mg/kgBB/hari untuk semua umur selama 2-6 miggu. Itrakonazole 100 mg/hari

7
sampai 15 hari. Terbinafine 100 mg/hari sampai 2 minggu. Ketokonazole 200
mg/hari selama 10 hari – 2 minggu.1,7

8
Tabel 1. Perbandingan Psoariasis, Dermatitis Atopik dan Tinea Corporis3,9

Psoariasis Dermatitis Atopik Tinea Corporis


Gambar

Gambaran Gatal-gatal, merasa rasa gatal, eritem, Gatal-gatal


Klinis kaku atau merasa terdapat factor mengenai kulit
sakit bila bergerak. predisposisi untuk halus (glaborous
kelainan atopic seperti skin) di daerah
asma, konjungtivitis muka, badan,
alergik, rhinitis lengan dan glutea.
alergik.
Gambaran Makula dan papula Berupa plak Bermacam-macam
dermatologi eritem, papula hyperpigmentasi, efloresensi kulit,
membesar secara keratosis (+), berbatas tegas
sentifugal sampai likenifikasi, ekskoriasi dengan konfigurasi
sebesar lentikuler dan skuamasi anular, arsinar atau
dan numuler. polisiklik. Bagian
tepi lebih aktif.
Pemeriksaan pemeriksaan pada lesi akut, Pemeriksaan
Penunjang histopatologi: dijumpai spongiosis, histopatologi
hyperkeratosis, vesikula dan edema langsung dengan
parakeratosis, interseluler. Sel larutan KOH 10-
akantosis dan endotel kapiler 20% untuk melihat
hilangnya stratum papilari mengalami hifa atau spora
granulosum. hipertrofi. jamur
Papilomatosis.

9
DAFTAR PUSTAKA
1. Wuan Y, Lies MR, Risa M. Karakteristik Tinea Kruris dan/atau Tinea
Korporis di RSUD Ciamis Jawa Barat. Berkala Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin – Periodical of Dermatology and Venereology. 2016; 28(2): 42
2. Hendra U. Dermatomikosis Superfisialis Pedoman untuk Dokter dan
Mahasiswa Kedokteran Edisi Kedua. Jakarta : FKUI ; 2013
3. Richard W, Hamish H, Margaret M. Clinical Dermatology Fifth Edition. New
Delhi : Wiley Blackwell ; 2015
4. Sri LSM, Kusmarinah B, Wresti I. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
Ketujuh. Jakarta : BPFKUI ; 2016
5. Muhlis. Nummular DermatitisTreated with corticosteroid and antibiotic.
Departemen of dermatovenereology medical faculty of hasanuddin university.
2013;2(2)
6. Weinstein, Andrew. Topical Treatment of Common Superficial Tinea
Infections. University of Miami school of medicine. 2002; 65(10)
7. Sandra W, Hardyanto S, Hanny N, Yulianto L, Agnes SS, Danang T, et al.
Panduan Praktik Klinis bagi Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di Indonesia.
Jakarta: Perdoski ; 2017
8. Sulistia GG, Rianto S, Nafrialdi, Instiaty. Farmakologi dan Terapi Edisi 6.
Jakarta : FKUI ; 2016.
9. Harapan, M. Ilmu penyakit kulit. Jakarta. Hipokrates. 2015.

10

Anda mungkin juga menyukai