Anda di halaman 1dari 163

p-ISSN 2442 – 2606

e-ISSN 2548 – 611X

B
B IOTEKNOLOGI &
IOSAINS VOLUME 5  NOMOR 2
EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera) MEMPERBAIKI HISTOLOGI TESTIS TIKUS WISTAR YANG
DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK - I Gede Widhiantara, Anak Agung Ayu Putri Permatasari, Ferbian Milas Siswanto,
Ni Putu Eny Sulistya Dewi

PEMURNIAN ENZIM SEFALOSPORIN-C ASILASE DAN OPTIMASI PROSES KROMATOGRAFI PENUKAR ION - Uli
Julia Nasution, Silvia Melinda Wijaya, Ahmad Wibisana, Anna Safarrida, Indra Rachmawati, Dian Japany Puspitasari,
DESEMBER 2018

Sidrotun Naim, Anis Herliyanti Mahsunah, Sasmito Wulyoadi, Suyanto Suyanto

DAMPAK TEKNIK PENGIRISAN DAN PENCETAKAN TERHADAP DAYA APUNG PAKAN IKAN YANG
DIFERMENTASI MENGGUNAKAN Rhizopus sp.- Lulu Suliswati, Catur Sriherwanto, Imam Suja'I

IDENTIFIKASI AKTINOMISETES SEDIMEN AIR TAWAR MAMASA, SULAWESI BARAT DAN AKTIVITASNYA
SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN PELARUT FOSFAT - Ade Lia Putri, Puspita Lisdiyanti, Mia Kusmiati

UJI AKTIVITAS ANTIJAMUR BEBERAPA SENYAWA MONOKARBONIL ANALOG CURCUMIN HASIL SINTESIS -
Ismi Rahmawati, Desi Purwaningsih

EVALUASI AKTIVITAS INHIBISI XANTIN OKSIDASE DAN KANDUNGAN SENYAWA POLIFENOL DARI EKSTRAK
SAPPAN - Sri Ningsih, . Churiyah

HISTOLOGI LIMPA DAN HEMATOLOGI MENCIT YANG DIINFEKSI Escherichia coli SETELAH PEMBERIAN ASAM
HUMAT GAMBUT KALIMANTAN - Diah Wulandari Rousdy, Elvi Rusmiyanto Pancaning Wardoyo

PENGARUH WADAH KULTUR DAN KONSENTRASI SUMBER KARBON PADA PERBANYAKAN KENTANG
ATLANTIK SECARA IN VITRO - Karyanti Karyanti, Yosua Glen Kristianto, Hayat Khairiyah, Linda Novita, Tati Sukarnih,
Yayan Rudiyana, Dewi Yustika Sofia

PENINGKATAN AKTIVITAS LIPASE KAPANG LIMBAH KERNEL DAN NUT KELAPA SAWIT DENGAN RADIASI
GAMA DAN ULTRAVIOLET - Aris Indriawan, Wibowo Mangunwardoyo, Dadang Suhendar, Trismilah Siswodarsono

PENGARUH PEMBERIAN MANUR BROILER DENGAN FERMENTASI Lactobacillus casei TERHADAP KONVERSI
PAKAN AYAM KAMPUNG - Alfarisa Nururrozi, Soedarmanto Indarjulianto, Dhasia Ramandani, Yanuartono Yanuartono

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KAPANG ENDOFIT Cb.Gm.B3 ASAL RANTING KAYU MANIS (Cinnamomum
burmanni) - Fauzy Rachman, Nisa Rachmania Mubarik, Partomuan Simanjuntak

KEMAMPUAN EKSTRAK SENYAWA AKTIF BAKTERI ENDOFIT DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Fusarium
oxysporum f.sp. PADA KELAPA SAWIT - Emilia Candrawati, Bedah Rupaedah, Sumpono Sumpono, Agus Sundaryono

VARIASI GENETIK KAMBING BENGGALA DI KABUPATEN MANGGARAI BARAT BERDASARKAN METODE


RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA - Suhendra Pakpahan, Wayan Tunas Artama, Rini Widayanti, I Gede
Suparta Budisatria

KERAGAMAN GENETIK 22 AKSESI PADI LOKAL TORAJA UTARA BERBASIS MARKA SIMPLE SEQUENCE
REPEATS (SSR) - Holy Ekklesia Ladjao, Rinaldi Sjahril, Muh. Riadi

MANURE UNGGAS: SUPLEMEN PAKAN ALTERNATIF DAN DAMPAK TERHADAP LINGKUNGAN - Yanuartono
Yanuartono, Alfarisa Nururrozi, Soedarmanto Indarjulianto, Nurman Haribowo, Hary Purnamaningsih, Slamet Raharjo

JBBI Vol 5 No 2 Hal 111-262 Desember 2018 ISSN 2442 -2606


VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

KATA PENGANTAR

Rasa syukur yang dalam kami sampaikan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat rahmat dan hidayahNya, kami dapat menghadirkan Jurnal Bioteknologi &
Biosains Indonesia (JBBI) Volume 5 Nomor 2 Desember 2018. Dengan semakin
tingginya minat mahasiswa, dosen, perekayasa dan peneliti yang mengirimkan hasil
tulisan ilmiah mereka ke JBBI, telah menjadi titik tolak bagi kami untuk meningkatkan
kualitas JBBI. JBBI telah mulai dikenal oleh berbagai komunitas ilmiah sebagai media
komunikasi yang mempublikasi naskah atau tulisan dalam bidang bioteknologi dan
biosains, mencakup hasil-hasil kerekayasaan dan penelitian mutakhir. Penyaringan
naskah-naskah yang masuk pun kini telah dapat dilakukan dengan lebih ketat.

Pada edisi kali ini JBBI menampilkan 15 tulisan hasil riset dan 1 tulisan tinjauan dari
berbagai institusi dan perguruan tinggi di Indonesia. Kami menyadari bahwa jurnal ini
masih jauh dari sempurna, oleh karena itu perlu pembenahan. Segala kritik, saran dan
himbauan dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi
kesempurnaan penerbitan pada edisi mendatang.

Redaksi

i
VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

UCAPAN TERIMA KASIH

Ucapan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya kami sampaikan kepada
para Mitra Bestari, yang telah memberikan sumbang sarannya dalam menelaah
naskah-naskah yang masuk, yaitu:

1. Dr. R. Ahmad Fauzantoro 12. Dr. rer. nat Kartika Senjarini, M.Si
2. Dr. rer. nat. Anis H Mahsunah 13. Dr. Mia Miranti
3. Dr. Anuraga Jayanegara 14. Dr. Mulyoto Pangestu, PhD
4. Dr. Churiyah 15. Prof. Dra. Netty Widyastuti, M.Si
5. Dr. Dewi Sukma 16. Dr. Ratu Siti Aliah
6. Dr. Dudi Hardianto 17. Ir. Rinaldi Sjahril, M.Agr., Ph.D
7. Dr. Ir. Elok Zubaidah, MP 18. Dr. Riza Arief Putranto, DEA
8. Dr. Erwahyuni Endang Prabandari 19. Dr. Rofiq Sunaryanto, S.Si, M.Si
9. Prof. Dr. drh. Herdis, M.Si 20. Prof. Dr. Sismindari, SU., Apt
10. Dr. Hermin P Kusumaningrum 21. Prof. Dr. Suyanto Pawiroharsono, DEA
11. Juwartina Ida Royani, M.Si 22. Dr. Tia Setiawati, M.Si

Dengan kesungguhan dan kecermatan para Mitra Bestari, telah memungkinkan kami
meningkatkan kualitas dan menjaga mutu penulisan pada penerbitan Jurnal
Bioteknologi & Biosains Indonesia (JBBI) edisi Bulan Desember 2018 ini.

Kepada Tim Teknis yang telah bekerja keras dalam proses penerbitan, mulai dari
editing tata bahasa, layout halaman, disain cover dan pekerjaan-pekerjaan teknis lain
sehingga edisi ini dapat ditayangkan, juga disampaikan terima kasih dan penghargaan
yang sebesar-besarnya. Tanpa kerja keras mereka upaya penerbitan edisi ini mungkin
tidak akan terwujud. Terakhir kami sampaikan terima kasih kepada penulis yang
dengan komitmen, pemikiran dan kerjasamanya telah berkontribusi pada edisi Bulan
Desember 2018.

Redaksi

ii
VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR i

UCAPAN TERIMA KASIH ii

EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera) MEMPERBAIKI 111-118


HISTOLOGI TESTIS TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI
LEMAK
I Gede Widhiantara, Anak Agung Ayu Putri Permatasari, Ferbian Milas Siswanto, Ni
Putu Eny Sulistya Dewi

PEMURNIAN ENZIM SEFALOSPORIN-C ASILASE DAN OPTIMASI 119-126


PROSES KROMATOGRAFI PENUKAR ION
Uli Julia Nasution, Silvia Melinda Wijaya, Ahmad Wibisana, Anna Safarrida, Indra
Rachmawati, Dian Japany Puspitasari, Sidrotun Naim, Anis Herliyanti Mahsunah,
Sasmito Wulyoadi, Suyanto Suyanto

DAMPAK TEKNIK PENGIRISAN DAN PENCETAKAN TERHADAP DAYA 127-138


APUNG PAKAN IKAN YANG DIFERMENTASI MENGGUNAKAN
Rhizopus sp.
Lulu Suliswati, Catur Sriherwanto, Imam Suja'i

IDENTIFIKASI AKTINOMISETES SEDIMEN AIR TAWAR MAMASA, 139-148


SULAWESI BARAT DAN AKTIVITASNYA SEBAGAI ANTIBAKTERI DAN
PELARUT FOSFAT
Ade Lia Putri, Puspita Lisdiyanti, Mia Kusmiati

UJI AKTIVITAS ANTIJAMUR BEBERAPA SENYAWA MONOKARBONIL 149-156


ANALOG CURCUMIN HASIL SINTESIS
Ismi Rahmawati, Desi Purwaningsih

EVALUASI AKTIVITAS INHIBISI XANTIN OKSIDASE DAN KANDUNGAN 157-167


SENYAWA POLIFENOL DARI EKSTRAK SAPPAN
Sri Ningsih, Churiyah

iii
HISTOLOGI LIMPA DAN HEMATOLOGI MENCIT YANG DIINFEKSI 168-176
Escherichia coli SETELAH PEMBERIAN ASAM HUMAT GAMBUT
KALIMANTAN
Diah Wulandari Rousdy, Elvi Rusmiyanto Pancaning Wardoyo

PENGARUH WADAH KULTUR DAN KONSENTRASI SUMBER KARBON 177-187


PADA PERBANYAKAN KENTANG ATLANTIK SECARA IN VITRO
Karyanti Karyanti, Yosua Glen Kristianto, Hayat Khairiyah, Linda Novita, Tati
Sukarnih, Yayan Rudiyana, Dewi Yustika Sofia

PENINGKATAN AKTIVITAS LIPASE KAPANG LIMBAH KERNEL DAN 188-195


NUT KELAPA SAWIT DENGAN RADIASI GAMA DAN ULTRAVIOLET
Aris Indriawan, Wibowo Mangunwardoyo, Dadang Suhendar, Trismilah
Siswodarsono

PENGARUH PEMBERIAN MANUR BROILER DENGAN FERMENTASI 196-203


Lactobacillus casei TERHADAP KONVERSI PAKAN AYAM KAMPUNG
Alfarisa Nururrozi, Soedarmanto Indarjulianto, Dhasia Ramandani, Yanuartono
Yanuartono

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KAPANG ENDOFIT Cb.Gm.B3 204-213


ASAL RANTING KAYU MANIS (Cinnamomum burmanni)
Fauzy Rachman, Nisa Rachmania Mubarik, Partomuan Simanjuntak

KEMAMPUAN EKSTRAK SENYAWA AKTIF BAKTERI ENDOFIT DALAM 214-221


MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Fusarium oxysporum f.sp. PADA
KELAPA SAWIT
Emilia Candrawati, Bedah Rupaedah, Sumpono Sumpono, Agus Sundaryono

VARIASI GENETIK KAMBING BENGGALA DI KABUPATEN 222-229


MANGGARAI BARAT BERDASARKAN METODE RANDOM AMPLIFIED
POLYMORPHIC DNA
Suhendra Pakpahan, Wayan Tunas Artama, Rini Widayanti, I Gede Suparta
Budisatria

KERAGAMAN GENETIK 22 AKSESI PADI LOKAL TORAJA UTARA 230-240


BERBASIS MARKA SIMPLE SEQUENCE REPEATS (SSR)
Holy Ekklesia Ladjao, Rinaldi Sjahril, Muh. Riadi

MANURE UNGGAS: SUPLEMEN PAKAN ALTERNATIF DAN DAMPAK 241-257


TERHADAP LINGKUNGAN
Yanuartono Yanuartono, Alfarisa Nururrozi, Soedarmanto Indarjulianto, Nurman
Haribowo, Hary Purnamaningsih, Slamet Raharjo

INDEKS KATA KUNCI 258-260

INDEKS PENGARANG 261-262

iv
EDITORIAL TEAM

EDITOR-IN-CHIEF
Dr. Teuku Tajuddin
Laboratory for Biotechnology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia

MANAGING EDITOR
Indria Puti Mustika, S.Si
Laboratory for Biotechnology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia
Siti Zulaeha, S.Si
Laboratory for Biotechnology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia

EDITORIAL BOARD
Dr. Drs. Agung Eru Wibowo, Apt. M.Si.
Laboratory for Biotechnology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia
Diana Dewi, M.Si.
Laboratory for Biotechnology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia
Dyah Noor Hidayati, M.Si.
Laboratory for Biotechnology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia
Dr. Edy Marwanta, B. Eng., M. Eng.
Laboratory for Biotechnology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia
Prof. Dr. Eniya Listiani Dewi, B.Eng., M.Eng.
Deputy for Agroindustrial Tech. & Biotechnology, Agency for the Assessment and
Application of Technology (BPPT), Indonesia
Dr. Hardaning Pranamuda, M.Sc.
Center For Agroindustrial Technology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia
Drs. Tarwadi , M.Si.
Center for Pharmaceutical and Medical Technology, Agency for the Assessment and
Application of Technology (BPPT), Indonesia
Dr. Wahyu Bahari Setianto
Center For Agroindustrial Technology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia
Dr. Dra. Yenni Bakhtiar, M.Ag.Sc.
Centre for Technology Service, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia

v
PEER REVIEWER
Dr. Agustin Krisna Wardani
Faculty of Agricultural Technology, Brawijaya University, Indonesia
Dr. R. Ahmad Fauzantoro
Laboratory for Biotechnology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia
Dr. rer. nat. Anis Herliyanti Mahsunah
Laboratory for Biotechnology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia
Dr. Anuraga Jayanegara
Dept. of Nutrition Science and Feed Technology, Faculty of Husbandry, Bogor
Agricultural University, Bogor, Indonesia
Dr. C Churiyah
Center of Technology for Pharmautical and Medical BPPT, Indonesia
Dr. Dewi Sukma
Departemen Agronomi & Hortikultura, Faperta Institut Pertanian Bogor, Indonesia
Dr. Dudi Hardianto
Center for Pharmaceutical and Medical Technology, Agency for the Assessment and
Application of Technology (BPPT), Indonesia
Dr. Elok Zubaidah
Faculty of Agriculture Technology, Brawijaya University, Malang, Indonesia
Dr. Erwahyuni Prabandari
Laboratory for Biotechnology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia
Eva Nikastri, STP., M.Si.
Pusat Riset dan Kajian Obat & Makanan BPOM, Indonesia
Prof. Herdis
Center for Agricultural Production Technology, Agency for the Assessment and
Application of Technology (BPPT), Indonesia
Dr. Hermin Pancasakti Kusumaningrum
Diponegoro University, Indonesia
Dr. Josephine Siregar
Eijkman Institute for Molecular Biologi, Jakarta, Indonesia
Juwartina Ida Royani, M.Si.
Center For Agricultural Production Technology, Agency for The Assesment and
Application of Technology, Indonesia
Dr. rer. nat. Kartika Senjarini
Faculty of Mathematics and Natural Sciences, The University of Jember, East Java,
Indonesia
Dr. Marwan Diapari
London Research and Development Centre, Ottawa, Canada

vi
Dr. Mia Miranti
Department of Biology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Padjadjaran
University, West Java, Indonesia
Dr. Mulyoto Pangestu
Monash Clinical School, Monash University, Australia
Prof. Netty Widyastuti
Center for Bioindustrial Technology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia
Dr. Ratu Siti Aliah
Center for Agricultural Production Technology, Agency for the Assessment and
Application of Technology (BPPT), Indonesia
Ir. Rinaldi Sjahril, M.Agr., Ph.D
Faculty of Agriculture, Hasanuddin University, Indonesia
Dr. Riza Arief Putranto
Pusat Penelitian Bioteknologi dan Bioindustri, Bogor, West Java, Indonesia
Dr. Rofiq Sunaryanto
Center for Bioindustrial Technology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia
Prof. Dr. Sismindari
Faculty of Pharmacy, Gadjah Mada University, Yogyakarta, Indonesia
Prof. Dr. S. Sudarsono
Department of Agronomy and Horticulture, Bogor Agricultural University, Bogor,
Indonesia
Prof. Dr. Sony Suharsono
Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Bogor Agricultural University, Bogor,
Indonesia
Prof. Suyanto Pawiroharsono
Center for Bioindustrial Technology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia
Dr. Tia Setiawati
Faculty of Mathematics and Natural Sciences, Padjadjaran University, Indonesia

LANGUAGE EDITOR
Dr. Ir. Akhmad Jufri, M.Sc.
Center for Agricultural Production Technology, Agency for the Assessment and
Application of Technology (BPPT), Indonesia
Dra. Hadiyati Tarwan
Centre for Information Management, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia

vii
ONLINE JOURNAL MANAGER
Dr. rer. nat. Catur Sriherwanto
Laboratory for Biotechnology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia
Devit Purwoko, M.Si.
Laboratory for Biotechnology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia

SECRETARIAT
Imron Rosidi, M.Si.
Laboratory for Biotechnology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT), Indonesia
Nuryanah, SE
Laboratory for Biotechnology, Agency for the Assessment and Application of
Technology (BPPT)

viii
VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

EKSTRAK DAUN SEMBUNG (Blumea balsamifera) MEMPERBAIKI HISTOLOGI


TESTIS TIKUS WISTAR YANG DIINDUKSI PAKAN TINGGI LEMAK
Sembung (Blumea balsamifera) Leaf Extract Improves Testis Histology
of High-Fat Diet-Induced Rats

I Gede Widhiantara1,*, A.A. Ayu Putri Permatasari1, Ferbian Milas Siswanto1, Ni Putu Eny Sulistya Dewi2
1
Program Studi Biologi, 2Program Studi Ilmu Gizi
Fakultas Ilmu Kesehatan, Sains dan Teknologi, Universitas Dhyana Pura, Badung, Bali, 80361
*Email: widhiantara@undhirabali.ac.id

ABSTRACT
High fat and high cholesterol diet cause hyperlipidemia, leading to various health problems
including reproductive health. The purpose of this study was to examine the effect of
sembung (Blumea balsamifera) leaf extract on testicular histology profile of high-fat-diet-
induced wistar. This research used 16 adult male rats (Rattus norvegicus), aged 3-4 month,
weighing 150-200 g, and randomly divided into two groups. Eight rats were treated with
distilled water and eight rats were treated with 2 mg/mL B. balsamifera extract. High-fat diet
was a 30 days of porcine fat feed. The results showed that the diameter of seminiferous
tubules, the number of spermatogenic cells of spermatogonium A, spermatocytes Pakiten
and spermatid 16 were increased by giving sembung leaf extract for 50 days (p <0.05).
These results suggested that the sembung leaf extract improves testis histology of high-fat
diet-induced rats.

Keywords: high-fat diet, rat, sembung leaf, seminiferous tubules, spermatogenic cells

ABSTRAK
Makanan tinggi lemak dan tinggi kolestrol menyebabkan hiperlipidemia yang menimbulkan
masalah pada sistem reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat
pemberian ekstrak daun sembung (Blumea balsamifera) terhadap profil tubulus seminiferus
dan sel-sel spermatogenik pada tikus wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak. Sebanyak 16
ekor tikus wistar jantan dewasa (Rattus norvegicus) umur 3-4 bulan, berat 150-200 g, secara
random dibagi dua kelompok, yaitu 8 ekor tikus kelompok kontrol (aquades steril) dan 8 ekor
tikus kelompok perlakuan (ekstrak daun sembung dosis 2 mg/mL). Tikus diinduksi pakan
tinggi lemak berupa lemak babi selama 30 hari. Pada prettest dilakukan pemeriksaan
diameter tubulus seminiferus dan sel-sel spermatogenik. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa rata-rata diameter tubulus seminiferus tikus meningkat signifikan setelah pemberian
ekstrak daun sembung. Peningkatan secara signifikan juga diikuti oleh spermatogonium A,
spermatosit Pakiten dan spermatid 16 (p<0,05). Dapat disimpulkan bahwa ekstrak daun
sembung memperbaiki histologi testis tikus wistar yang diinduksi pakan tinggi lemak.

Kata Kunci: daun sembung, pakan tinggi lemak, sel spermatogenik, tikus, tubulus seminiferus

Received: 10 April 2018 Accepted: 22 July 2018 Published: 03 December 2018

111
Ekstrak Daun Sembung (Blumea balsamifera) Memperbaiki Histologi... Widhiantara et al.

PENDAHULUAN Widhiantara et al. 2018). Salah satu


tumbuhan dengan kandungan antioksidan
Pola makan dengan lebih cenderung yang tinggi adalah sembung (Blumea
mengkonsumsi makanan berlemak dan balsamifera). Sembung dikenal sebagai
berkolesterol tinggi berisiko menyebabkan tumbuhan yang dapat digunakan sebagai
peningkatan kadar lipid dalam darah yang obat (Suweta 2013). Tumbuhan ini termasuk
dikenal dengan istilah hiperlipidemia. jenis tanaman liar dan mudah
Gambaran klinis yang paling sering dibudidayakan. Masyarakat Bali umumnya
didapatkan berupa peningkatan kadar menggunakan bagian daun dari tumbuhan
kolesterol total, trigliserida dan low density sembung untuk digunakan sebagai loloh
lipoprotein (LDL) serta penurunan kadar high atau minuman hasil rebusan daun. Selain itu
density lipoprotein (HDL) (Shattat 2014). secara umum masyarakat di Indonesia
Pakan tinggi lemak dan tinggi kolesterol memanfaatkan tanaman sembung untuk
berkorelasi positif dengan timbulnya mengobati asma, influenza, rematik, nyeri
berbagai penyakit degeneratif seperti haid, haid tidak teratur, demam, diabetes,
penyakit jantung koroner (PJK), diabetes diare, perut kembung, batuk, dan bronkhitis
melitus, kanker, obesitas, dislipidemia, (Setyowati 2010).
stroke, hingga menurunkan fungsi Tanaman sembung mengandung lebih
reproduksi pria. Sebelumnya, kami dari 100 senyawa fitokimia yang tergolong
membuktikan bahwa pakan tinggi lemak ke dalam senyawa volatil maupun non volatil
selama 30 hari menginduksi hiperlipidemia antara lain minyak atsiri, asam miristat,
dan menyebabkan kerusakan sistem asam palmitat, tannin dan flavonoid (Pang et
reproduksi pria antara lain; atrofi tubulus, al. 2014). Senyawa turunan flavonoid yang
penurunan motilitas spermatozoa, terkandung antara lain blumeatin (5,3’,5’-
abnormalitas morfologi spermatozoa, trihydroxy-7-methoxy-dihydro-flavone), velutin,
hambatan sekresi hormone testosterone tamarixetin, dihidrokuersetin-7,4’-dimetil eter,
serta Luteinizing Hormone (LH), degenerasi ombuine, rhamnetin, luteolin-7-metil eter,
sel Leydig dan gangguan spermatogenesis luteolin, kuersetin, 5,7,3’,5’-
(Permatasari dan Widhiantara 2017). tetrahidroksiflavanon dan dihidrokuersetin-4’-
Kondisi hiperlipidemia berperan metil eter (Nessa et al. 2005). Penelitian
signifikan dalam peningkatan produksi membuktikan bahwa tanaman sembung
radikal bebas dan ketidaksesuaian memiliki aktifitas sebagai antitumor,
perkembangan lipid peroksida pada tingkat antioksidan, hepatoprotektor, antibakteri,
jaringan. Sehingga keadaan tersebut antiinflamasi, antiplasmodial, antitirosin, dan
memicu stress oksidatif yang merupakan antiplatelet (Pang et al. 2014). Melihat
suatu patofisiologi infertilitas pada pria (Bisht berbagai kandungan senyawa antioksidan
et al. 2017). Pada tikus hiperlipidemia, terjadi khususnya golongan flavonoid pada
penurunan yang signifikan dari kadar tanaman sembung, maka tanaman ini
testosteron plasma. Penurunan ini terjadi sangat berpotensi untuk memperbaiki fungsi
akibat dari terganggunya poros hipotalamus- reproduksi yang menurun akibat pakan tinggi
hipofise-testis, degenerasi sel Leydig, lemak. Sehingga, penelitian ini bertujuan
berkurangnya diameter nukleus sel Leydig, untuk mengetahui manfaat pemberian
atau karena penurunan aktivitas testikular ekstrak daun sembung secara oral terhadap
dari 17β-hidroksisteroid dehidrogenase dan profil tubulus seminiferus dan sel-sel
kadar LH (Bashandy 2007). spermatogenik pada tikus wistar yang
Beberapa peneliti telah menunjukkan diinduksi pakan tinggi lemak.
peranan antioksidan dalam menangkal
pengaruh radikal bebas (Yulyani et al. 2017; BAHAN DAN METODE
Siswanto et al. 2017; Tarnajaya et al. 2018).
Antioksidan dapat berupa enzimatis atau Rancangan penelitian ini adalah
antioksidan primer, dan non-enzimatis atau randomized pretest - posttest control group
antioksidan sekunder. Antioksidan sekunder design. Sampel dalam penelitian ini adalah
dapat diperoleh secara melimpah di alam, tikus wistar jantan dewasa (Rattus
misalnya vitamin A, C, E, β-karoten dan norvegicus) umur 3-4 bulan dengan kisaran
senyawa flavonoid (Pham-Huy et al. 2008; berat badan 150 - 200 gram (Gambar 1A).

112
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Sampel tikus yang dipilih dibagi menjadi 2 residunya. Residu dijadikan satu untuk
kelompok, yaitu kelompok kontrol selanjutnya didestilasi untuk memisahkan
hiperlipidemia yang diberikan aquades steril alkohol dengan ekstrak daun sembung.
dan kelompok perlakuan yang diberi ekstrak Setelah terpisah ekstrak diuapkan hingga
daun sembung secara oral. Jumlah sampel terbentuk serbuk kering yang kemudian
yang dipakai berjumlah 8 ekor pada masing- disimpan (Gambar 2). Kadar daun sembung
masing kelompok dengan menambahkan 1 dihitung dengan cara membandingkan bobot
ekor cadangan pada kedua kelompok. daun dengan volume akhir yang diperoleh,
Pemberian diet tinggi lemak pada kelompok hingga diperoleh kadar dengan satuan
kontrol dan perlakuan (pretest) selama 30 mg/mL.
hari setelah tikus diaklimatisasi selama 7 Selanjutnya sampel dieutinasi
hari. Kemudian pada kelompok kontrol (dimatikan) untuk dibuat preparat histopatologi
diberikan aquades steril (posttest) testis. Pembuatan preparat histopatologi
sedangkan pada kelompok perlakuan dilakukan di Laboratorium Balai Besar
diberikan ekstrak daun sembung secara oral Penyakit Veteriner, Denpasar. Organ testis
sebanyak 2 mg/mL selama 50 hari (posttest) yang telah dipisahkan, kemudian difiksasi
(Gambar 1B). Selama penelitian tikus pada larutan buffer formalin 10% selama 3
diberikan pakan standar secara ad libitum. jam, lalu dilakukan dehidrasi. Mula-mula pada
Pakan standar yang diberikan adalah alkohol 70% selama ½ jam, selanjutnya
Pakan Ayam CP594 dari PT. Pokphand dimasukkan ke dalam alkohol 95% selama ½
yang mengandung kadar air 13%, protein jam, kemudian dimasukkan ke dalam alkohol
17,5-19,5%, lemak 3%, serat 8%, abu 7%, 100% pertama (I) selama ½ jam, kedua (II)
kalsium 0,9%, dan fosfor 0,9%. Pakan tinggi selama 1 jam, ketiga (III) selama 1 jam dan
lemak mengandung kolesterol 1%, kuning keempat (IV) selama 1 jam.
telur 5%, lemak babi 30%, minyak goreng Kemudian proses clearing
5%, makanan standard sampai 100%. dimasukkan ke dalam xylol pertama (I)
Ekstraksi daun sembung dilakukan di selama 1 jam dan xylol kedua (II) selama 2
Laboratorium Bioteknologi, Universitas jam, kemudian impregnasi embedding
Dhyana Pura (Gambar 2). Sampel daun dengan dimasukkan ke dalam parafin
sembung yang dipilih berukuran sedang dan pertama (I) selama 2½ jam dan parafin
berwarna hijau yang diambil di daerah Tista,
Kerambitan, Tabanan kemudian dibersihkan
dari bahan organik asing dan kotoran.
Selanjutnya ditimbang sejumlah tertentu,
dimasukkan ke dalam juicer dan
dihancurkan, ditambahkan etanol sebagai
senyawa pengekstrak. Lalu dimaserasi
selama 24 jam. Selanjutnya disaring
beberapa kali untuk kemudian diambil

Gambar 2. Ekstraksi daun sembung (B.


balsamifera). (A) Daun sembung
yang digunakan. (B) Penambahan
Gambar 1. Hewan coba tikus (Rattus norvegicus) etanol pada daun yang sudah
yang digunakan dalam penelitian ini. (A) dihancurkan. (C) Hasil maserasi.
tikus dalam kandang. (B) Perlakuan (D) Proses evaporasi. (E) Ekstrak
ekstrak daun sembung oral kasar daun sembung

113
Ekstrak Daun Sembung (Blumea balsamifera) Memperbaiki Histologi... Widhiantara et al.

Tabel 1. Profil histologi testis tikus wistar kelompok Tabel 2. Profil histologi testis tikus wistar kelompok
kontrol yang diinduksi pakan tinggi lemak dan perlakuan yang diinduksi pakan tinggi lemak
diberikan aquades steril dan diberikan ekstrak daun sembung secara
oral sebanyak 2 mg/mL selama 50 hari
Pemeriksaan
Variabel Pemeriksaan
Pretest Posttest Variabel
Diameter tubulus (µm) 265,63±19,25 253,43±41,43
NS Pretest Posttest
NS Diameter tubulus (µm) 265,63±7,25 339,97±9,35*
Spermatogonium A 35,25±2,77 37,48±2,45
NS Spermatogonium A 35,85±1,94 55,1±3,52*
Spermatosit Pakiten 39,05±2,55 40,03±1,84
NS
Spermatosit Pakiten 35,53±2,79 48,3±1,96*
Spermatid 7 43,35±2,23 41,03±2,53 NS
Spermatid 7 38,28±1,98 44,15±2,53
NS
Spermatid 16 48,9±3,57 49,03±2,28
Spermatid 16 47,3±3,57 61,43±2,32*

Keterangan: *p<0,05; NS= tidak signifikan dibandingkan


dengan pretest menggunakan paired t-test Keterangan: *p<0,05; NS= tidak signifikan dibandingkan
dengan pretest menggunakan paired t-test

kedua (II) selama 4 jam. Kemudian dibuat beda rerata menggunakan uji paired t-test
blok parafin dan disimpan dalam almari es. serta independent t-test untuk mengetahui
Selanjutnya blok parafin dipotong dengan efek pemberian ekstrak daun sembung.
mikrotom setebal 5 mikron dan dilakukan
pewarnaan (staining). Pewarnaan sediaan HASIL DAN PEMBAHASAN
testis dengan Hematoxylin-Eosin (HE),
dengan cara pertama deparafinisasi dengan Hasil penelitian menunjukkan bahwa
xylol, hidrasi dengan serial alkohol 100% (2 tikus yang diberikan aquades steril (kontrol)
 2 menit), 95% (2 menit), 90% (2 menit), tidak mengalami perubahan diameter
80% (2 menit), 70% (2 menit) kemudian tubulus seminiferus serta jumlah sel-sel
diwarnai dengan hematoxylin selama 1 spermatogenik (spermatogonium A,
menit, lalu cuci dengan air keran beberapa spermatosit primer, dan spermatid 16)
menit sampai air bersih, lalu diwarnai (Tabel 1). Namun pada kelompok yang
dengan eosin biarkan selama 5 menit, lalu diberikan ekstrak daun sembung selama 50
cuci 2 kali dengan alkohol 75%, kemudian hari, ketebalan tubulus seminiferus serta sel-
dilakukan dehidrasi dengan alkohol 95%, sel spermatogenik mengalami peningkatan
bersihkan dengan xylene, selanjutnya secara signifikan (Tabel 2). Jumlah sel
dilakukan mounting menggunakan entelan. spermatid 7 meningkat tapi tidak signifikan
Pemeriksaan histopatalogi testis pada kelompok ini (p>0,05).
menggunakan mikroskop elektrik dengan Hasil penelitian menunjukkan
pembesaran 100 kali (10  10) dan 400 kali pemberian pakan tinggi lemak menyebabkan
(10  40). Pengukuran diameter tubulus atrofi tubulus seminiferus pada testis yang
seminiferus dengan cara mengukur diameter ditandai dengan struktur tubulus yang
tubulus yang bulat atau dianggap bulat abnormal serta diameter tubulus yang
menggunakan software ImageJ. Jumlah rendah sebelum diberikan perlakuan
tubulus yang diukur adalah sebanyak 30 (pretest) yaitu 265,63±19,25 µm pada
tubulus per sampel. Penghitungan sel-sel kelompok kontrol dan pada kelompok
spermatogenik dilakukan dengan perlakuan 265,63±7,25 µm. Setelah
menghitung spermatogonium A, spermatosit, diberikan perlakuan selama 50 hari,
spermatid 7 dan spermatid 16 sebanyak 5 kelompok kontrol menunjukkan tidak adanya
lapang pandang kemudian dirata-ratakan. perbaikan karakteristik histologi, namun
Foto histologi diambil menggunakan kamera kelompok yang diberikan ekstrak daun
digital Optilab. sembung menunjukkan perbaikan struktur
Data rerata diameter tubulus dan tubulus dan proses spermatogenesis
jumlah sel-sel spermatogenik dianalisis (Gambar 3, Tabel 3). Kejadian hiperlipidemia
dengan program SPSS. Uji normalitas akibat pakan tinggi lemak erat kaitannya
dengan Kolmogorov-Smirnov dan dengan peningkatan radikal bebas (Reactive
homogenitas data dengan Leven Test. Uji Oxygen Species/ROS) pada sel dan jaringan

114
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

normal. ROS berpotensi toksik hingga Spermatogenesis sangat dipengaruhi oleh


mengakibatkan hambatan proliferasi sel, sekresi hormon testosteron yang dihasilkan
degenerasi bahkan kematian sel (Siswanto oleh sel Leydig pada testis. Tikus yang
et al. 2015; Kartiko dan Siswanto 2018). mengalami hiperlipidemia mengalami
Pada hasil penelitian ini telah terjadi penurunan jumlah sel Leydig sehingga
kerusakan pada struktur membran tubulus menghambat sekresi testosteron
berupa fragmentasi tubulus, penurunan (Permatasari dan Widhiantara 2017).
diameter, pada membran basal tubulus Hiperlipidemia juga mengakibatkan
terlihat tidak ditempati oleh kumpulan terganggunya poros hipotalamus-hipofise-
spermatogonium. testis sehingga sekresi LH (Luteinizing
Hasil pengamatan serupa juga terjadi hormone) mengalami gangguan yang
pada sel-sel spermatogenik tikus yang menyebabkan stimulasi pada sel Leydig
mengalami hiperlipidemia. Pada lumen untuk menghasilkan testosteron juga
tubulus nampak spermatogonium (sel terganggu (Bashandy 2007).
spermatogenik yang paling besar) tidak Pada penelitian ini terjadi peningkatan
rapat. Ini terjadi akibat fungsi dan struktur diameter serta jumlah sel-sel spermatogenik
abnormal dari tubulus yang tidak mendukung setelah pemberian ekstrak daun sembung
berlangsungnya proses spermatogenesis. sebanyak 2 mg/mL per hari secara oral.

Gambar 3. Atrofi tubulus seminiferus terjadi pada tubulus seminiferus testis tikus, pembesaran gambar 100 kali (A)
dengan gejala penurunan jumlah SPA dan SPs, diameter TS dan RI yang kosong, pembesaran gambar
400 kali (B). Tubulus seminiferous testis tikus setelah pemberian ekstrak daun sembung (Blumea
balsamifera) dosis 2 mg/mL, pembesaran gambar 100 kali (C) merangsang peningkatan SPA dan SPs,
diameter TS dan struktur sel-sel pada RI yang lebih rapat, pembesaran gambar 400 kali (D). Keterangan:
TS = Tubulus Semineferus; r = radius; RI = Ruang Interstisial; SL = Sel Leydig; SPA = Sel
spermatogonium A; SPs = Sel spermatosit; SP7 = Spermatid 7; SP16 = Spermatid 16

115
Ekstrak Daun Sembung (Blumea balsamifera) Memperbaiki Histologi... Widhiantara et al.

Tabel 3. Komparasi rerata tubulus seminiferus dan cukup tinggi mencapai 25% dibandingkan
sel-sel spermatogenik tikus wistar antar dengan jenis tanaman hijau golongan legum
kelompok sesudah perlakuan (posttest) lainnya. Saponin merupakan senyawa
bioaktif yang dapat menghambat biosintesis
Kelompok
Variabel kolesterol secara eksogen (Kusuma et al.
Kontrol Perlakuan
2011). Senyawa saponin mengikat kolesterol
Diameter tubulus (µm) 253,43±41,43 339,97±9,35* dengan asam empedu sehingga dapat
Spermatogonium A 37,48±2,45 55,1±3,52* menurunkan kadar kolesterol pada tikus
jantan galur wistar hiperlipidemia (Afrose et
Spermatosit Pakiten 40,03±1,84 48,3±1,96* al. 2009). Aktifitas senyawa golongan
Spermatid 7 41,03±2,53 44,15±2,53
NS flavonoid pada daun sembung berfungsi
sebagai imunomodulator dan antioksidan
Spermatid 16 49,03±2,28 61,43±2,32* sehingga mampu menjaga metabolisme sel,
meningkatkan regenerasi dan menghambat
Keterangan: *p<0,05; NS= tidak signifikan dibandingkan kerja radikal bebas (Kusuma et al. 2011;
dengan kontrol menggunakan independent t-test Procházková et al. 2011).

Peningkatan terjadi pada jumlah KESIMPULAN


spermatogonium A, spermatosit pakiten dan
spermatid 16 secara signifikan (P<0,05) Berdasarkan hasil penelitian di atas
(Tabel 2) dibandingkan dengan pretest. Sel dapat disimpulkan bahwa pemberian ekstrak
spermatid 7 meningkat tetapi tidak signifikan daun sembung (B. balsamifera) memperbaiki
(p>0,05). Pada gambar histopatologi tampak profil histologi testis tikus dilihat dari
sel-sel spermatogenik secara kompak peningkatan diameter tubulus seminiferus
memenuhi tubulus seminiferus (Gambar 3C). dan jumlah sel-sel spermatogenik tikus wistar
Rata-rata diameter tubulus pada kelompok yang diinduksi pakan tinggi lemak secara
kontrol tidak mengalami peningkatan signifikan. Saran yang dapat diberikan pada
(p>0,05) jika dibandingkan antara sebelum penelitian ini adalah penelitian lanjutan untuk
dan setelah pemberian aquades, begitu pula mengetahui efek ekstrak daun sembung
dengan sel-sel spermatogenik (p>0,05). terhadap jumlah sel spermatogenik
Sembung memiliki kemampuan dalam khususnya sel spermatid pada beberapa
menurunkan kadar lipid darah. Daun konsentrasi berbeda.
sembung mengandung beberapa senyawa
aktif yang berpotensi tinggi sebagai UCAPAN TERIMA KASIH
antioksidan seperti tannin, saponin, flavonoid
dan minyak atsiri. Sebelumnya telah Penulis mengucapkan terimakasih yang
dilaporkan bahwa daun sembung memiliki sebesar-besarnya kepada Universitas
kandungan total fenolik sebesar 13,15±0,11 Dhyana Pura (Undhira) atas pembiayaan
mg GAE/g sampel, kadar tannin sebesar penelitian melalui LP2M Undhira pada
1,65±0,01 mg TAE/g sampel, dan kapasitas skema Hibah Unggulan Undhira. Serta
antioksidan 5,55±0,01 mg GAE/g sampel semua pihak yang mendukung sehingga
(Kusumawati dan Yogeswara 2016). penelitian berjalan dengan baik.
Beberapa penelitian terkait efek
senyawa aktif menunjukkan bahwa flavonoid DAFTAR PUSTAKA
(Liu et al. 2017), fenol (Shao et al. 2017),
tannin (Velayutham et al. 2012) dapat Afrose S, Hossain MS, Maki T, Tsujii H
memperbaiki profil lipid. Sebaliknya, (2009) Karaya root saponin exerts a
penelitian melaporkan bahwa tannin pada hypocholesterolemic response in rats
daun kaliandra menghambat fed a high-cholesterol diet. Nutr Res
spermatogenesis dan sekresi hormon 29:350-354. doi:
testosteron pada tikus (Setyawati et al. 10.1016/j.nutres.2009.05.008
2017), namun pada penelitian ini ekstrak Bashandy AES (2007) Effect of fixed oil of
daun sembung memiliki efek positif terhadap Nigella sativa on male fertility in normal
testis tikus. Hal ini disebabkan oleh and hyperlipidemic rats. Int J Pharmacol
kandungan tannin pada daun kaliandra 3:27-33. doi: 10.3923/ijp.2007.27.33

116
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Bisht S, Faiq M, Tolahunase M, Dada R properties of flavonoids. Fitoterapia


(2017) Oxidative stress and male 82:513-523. doi:
infertility. Nat Rev Urol 14:470-485. doi: 10.1016/j.fitote.2011.01.018
10.1038/nrurol.2017.69 Setyawati I, Putra I, Roni N (2017) Histologi
Kartiko BH, Siswanto FM (2018) tubulus seminiferus dan kadar
Overtraining elevates serum protease testosteron tikus yang diberi pakan
level, increases renal p16INK4α gene imbuhan tepung daun kaliandra dan
expression and induces apoptosis in rat kulit nanas. J Vet 18:369-377. doi:
kidney. Sport Sci Health 14:331-337. 10.19087/jveteriner.2017.18.3.369
doi: 10.1007/s11332-018-0433-6 Setyowati FM (2010) Etnofarmakologi dan
Kusuma IW, Kuspradini H, Arung ET, Aryani pemakaian tanaman obat suku Dayak
F, Min Y-H, Kim J-S, Kim Y-U (2011) Tunjung di Kalimantan Timur. Media
Biological activity and phytochemical Litbang Kesehat 20:104-112
analysis of three Indonesian medicinal Shao F, Gu L, Chen H, Liu R, Huang H,
plants, Murraya koenigii, Syzygium Chen L, Yang M (2017) Evaluation of
polyanthum and Zingiber purpurea. J hypolipidemic and antioxidant effects in
Acupunct Meridian Stud 4:75-79. doi: phenolrich fraction of Crataegus
10.1016/S2005-2901(11)60010-1 pinnatifida fruit in hyperlipidemia rats
Kusumawati IGA, Yogeswara IBA (2016) and identification of chemical
Antioxidant and antibacterial capacity of composition by ultra-performance liquid
loloh sembung (Blumea balsamifera) chromatography coupled with
based on extraction method. Trad Med quadropole time-of-flight mass
J 21:143-148 spectrometry. Pharmacogn Mag
Liu C, Ma J, Sun J, Cheng C, Feng Z, Jiang 13:725-731. doi:
H, Yang W (2017) Flavonoid-rich 10.4103/pm.pm_402_16
extract of Paulownia fortunei flowers Shattat GF (2014) A review article on
attenuates diet-induced hyperlipidemia, hyperlipidemia: types, treatments and
hepatic steatosis and insulin resistance new drug targets. Biomed Pharmacol J
in obesity mice by AMPK Pathway. 7:399-409. doi: 10.13005/bpj/504
Nutrients 9:959. doi: Siswanto FM, Oguro A, Imaoka S (2017)
10.3390/nu9090959 Chlorogenic acid modulates hypoxia
Nessa F, Ismail Z, Karupiah S, Mohamed N response of Hep3B cells. Pers Med
(2005) RP-HPLC method for the Universe 6:12-16. doi:
quantitative analysis of naturally 10.1016/j.pmu.2017.03.001
occurring flavonoids in leaves of Siswanto FM, Yenniastuti BP, Putra TA,
Blumea balsamifera DC. J Chromatogr Kardena IM (2015) Aktivitas fisik
Sci 43:416-420. doi: maksimal akut (acute overtraining)
10.1093/chromsci/43.8.416 menyebabkan kerusakan sel β
Pang Y, Wang D, Fan Z, Chen X, Yu F, Hu pankreas mencit. J Biomedik 7:125-130
X, Wang K, Yuan L (2014) Blumea Suweta IM (2013) Ecolinguistics approach in
balsamifera - A phytochemical and preservation rare plants growing in Bali.
pharmacological review. Molecules Int J Linguist 5:283-295. doi:
19:9453-9477. doi: 10.5296/ijl.v5i1.3311
10.3390/molecules19079453 Tarnajaya K, Pangkahila A, Pangkahila W,
Permatasari AAAP, Widhiantara IG (2017) Siswanto FM (2018) Pemberian ekstrak
Terapi testosteron meningkatkan jumlah daun cincau (Mesona palustris BL)
sel Leydig dan spermatogenesis mencit meningkatkan kadar Superoksida
(Mus musculus) yang mengalami Dismutase (SOD) tikus Wistar (Rattus
hiperlipidemia. J Media Sains 1:77-83 norvegicus) jantan yang diinduksi
Pham-Huy LA, He H, Pham-Huy C (2008) latihan fisik berlebih. J Biomedik 10:9-
Free radicals, antioxidants in disease 15
and health. Int J Biomed Sci 4:89-96. Velayutham R, Sankaradoss N, Ahamed
doi: 23675073 KFHN (2012) Protective effect of
Procházková D, Boušová I, Wilhelmová N tannins from Ficus racemosa in
(2011) Antioxidant and prooxidant hypercholesterolemia and diabetes

117
Ekstrak Daun Sembung (Blumea balsamifera) Memperbaiki Histologi... Widhiantara et al.

induced vascular tissue damage in rats. rat. Biomed Pharmacol J 11:1127-1133.


Asian Pac J Trop Med 5:367-373. doi: doi: 10.13005/bpj/1473
10.1016/S1995-7645(12)60061-3 Yulyani, Aman IGM, Pangkahila W, Siswanto
Widhiantara IG, Arunngam P, Siswanto FM FM (2017) Pemberian resveratrol oral
(2018) Ethanolic extract of Caesalpinia mencegah peningkatan F2-Isoprostan
bonducella f. Seed ameliorates diabetes urin tikus Wistar (Rattus norvegicus)
phenotype of streptozotocin- jantan yang dipapar tartrazine. J
nicotinamide-induced type 2 diabetes Biomedik 9:24-29

118
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

PEMURNIAN ENZIM SEFALOSPORIN-C ASILASE DAN OPTIMASI


PROSES KROMATOGRAFI PENUKAR ION
Purification of Cephalosporin-C Acylase and Its Optimization of Ion-Exchange
Chromatography
Uli Julia Nasution1*, Silvia Melinda Wijaya2, Ahmad Wibisana1, Anna Safarrida1, Indra
Rachmawati1, Dian Japany Puspitasari1, Sidrotun Naim2, Anis Herliyanti Mahsunah1,
Sasmito Wulyoadi1, Suyanto1
1
Balai Bioteknologi, BPPT. Gedung 630 Kawasan Puspiptek, Setu, Tangerang Selatan 15314
2
Universitas Surya, Grand Serpong Mall Lt. 1 unit F8 & F9, Jl. M.H. Thamrin Km 2.7, Panunggangan
Utara, Pinang, Kota Tangerang, Banten 15143
*Email: uli.julia@bppt.go.id

ABSTRACT
Cephalosporin-C acylase (CCA) has an important role in the one-step conversion of
cephalosporin-C into 7-ACA. Purification process aims to increase specific activity of CCA
enzyme. Purification began with cell lysis, ammonium sulphate precipitation, dialysis, ion
exchange chromatography (IEC) and size exclusion chromatography. IEC optimization of
elution step was also done to compare gradient and isocratic elusion. Purification was
capable to increase the enzyme purity upto 33.66 fold, with specific activity of 3.00 U/mg and
the yield reached 41.41%. Optimization of elusion during IEC showed that isocratic protein
elusion was more efficient (taking shorter time, 3 column volume (CV) only) than that of
gradient batch (up to 9 CV). SDS-PAGE analysis demonstrated that the recombinant CCA
enzyme existed in two types, active enzyme containing α-subunit (25 kDa) and β-subunit (58
kDa), and inactive enzyme (83 kDa) as precursor. Furthermore, 30% ammonium sulphate
saturated precipitation was able to precipitate this inactive CCA.

Keywords: 7-ACA,CCA, cephalosporin C, protein purification, specific activity

ABSTRAK
Sefalosporin-C asilase (CCA) merupakan enzim yang berperan penting dalam konversi satu
tahap sefalosporin-C menjadi 7-ACA. Proses purifikasi merupakan salah satu cara untuk
meningkatkan aktivitas spesifik enzim CCA. Proses purifikasi dimulai dari memecah sel,
diikuti dengan tahap presipitasi menggunakan amonium sulfat, dialisis, kromatografi penukar
ion (IEC) dan kromatografi eksklusi. Optimasi proses IEC pada tahap elusi juga dilakukan
untuk membandingkan elusi enzim CCA secara gradien dan isokratik. Proses purifikasi pada
penelitian ini mampu meningkatkan kemurnian enzim hingga 33,66 kali, dengan aktivitas
spesifik sebesar 3,00 U/mg dan perolehan enzim sebesar 41,41%. Hasil optimasi IEC pada
proses elusi secara isokratik lebih efisien dari segi waktu (hanya membutuhkan 3 kolom
volume (CV) dibandingkan dengan secara gradien (sampai 9 CV). Hasil SDS-PAGE
menunjukkan bahwa CCA rekombinan merupakan enzim dengan 2 macam bentuk yaitu
enzim aktif, yang terdiri dari subunit α (25 kDa) dan β (58 kDa), dan enzim tidak aktif berupa
prekursor (83 kDa). Proses presipitasi menggunakan amonium sulfat 30% tersaturasi dapat
mengendapkan prekursor CCA.

Kata Kunci: 7-ACA, aktivitas spesifik, CCA, purifikasi protein, sefalosporin C

Received: 14 May 2018 Accepted: 13 June 2018 Published: 03 December 2018

119
Pemurnian Enzim Sefalosporin-C Asilase... Nasution et al.

PENDAHULUAN amonium sulfat sebaiknya diikuti dengan


proses dialisis yang dapat menghilangkan
7-Aminocephalosporanic acid (7-ACA) sisa garam amonium sulfat dalam sampel
merupakan senyawa antara yang paling (Duong-Ly dan Gabelli 2014).
penting untuk membuat antibiotik Kromatografi penukar ion (ion
sefalosporin semi-sintetis dengan spektrum exchange chromatography/IEC) dan
yang luas (Gaurav et al. 2010; Kong et al. kromatografi eksklusi (size exclusion
2009), yang dapat dihasilkan dari proses chromatography/SEC) juga merupakan
kimiawi atau proses enzimatis. Proses salah satu cara untuk memurnikan enzim.
kimiawi memberikan hasil 90%, namun Proses ini memisahkan protein berdasarkan
metodenya rumit, tidak ekonomis dan tidak pada muatan ion permukaannya,
ramah lingkungan dengan penggunaan menggunakan resin yang dimodifikasi
bahan kimia berbahaya dan pelepasan dengan gugus kimia bermuatan positif (anion
limbah beracun (Shin et al. 2009; Wang et exchanger) atau negatif (cation exchanger)
al. 2012). Maka dari itu, metode kimiawi (Tan dan Yiap 2009). Proses ini biasanya
(Fechtig et al. 1968; Morin et al. 1969) telah cukup efektif pada tahap awal purifikasi
digantikan dengan metode enzimatis (Robinson 2015). Sementara itu, SEC
(Parmar et al. 1998) yang lebih diterima merupakan proses pemisahan protein
sebagai metode yang ekonomis dan ramah berdasarkan ukurannya. Proses ini
lingkungan (Jobanputra dan Vasait 2015). merupakan proses pemisahan yang paling
Proses enzimatis produksi 7-ACA ada 2 sederhana, karena sampel tidak berikatan
macam yaitu proses 2 tahap yang dengan media sehingga komposisi buffer
melibatkan 2 macam enzim dan proses 1 tidak mempengaruhi resolusi (Tan dan Yiap
tahap yang melibatkan 1 enzim (Pollegioni et 2009). Karena sampel tidak berikatan
al. 2013). Sefalosporin-C asilase dengan media dan prosesnya yang tidak
(Cephalosporin-C Acylase/CCA) merupakan memerlukan garam, SEC dapat digunakan
enzim asilase β-laktam yang dapat untuk menghilangkan sisa garam (Block et
memotong ikatan amida yang berada al. 2009) dari proses purifikasi sebelumnya
diantara inti β-laktam dan rantai samping dan tidak akan mempengaruhi proses
tanpa merusak cincin siklik β-laktam dari purifikasi selanjutnya. Proses kromatografi
senyawa sefalosporin C (Cep-C) menjadi afinitas juga dapat dilakukan untuk
senyawa 7-ACA (Gaurav et al. 2010). CCA memurnikan enzim. Namun, proses ini
termasuk dalam protein multimerik dengan membutuhkan resin yang harganya
subunit heterogen atau heterodimer alpha- tergolong lebih mahal dibandingkan resin
beta (He et al. 2015). Proses biokonversi IEC maupun SEC. Selain itu, proses ini
menggunakan enzim CCA merupakan membutuhkan garam berkonsentrasi tinggi
proses deasilasi dan merupakan proses 1 yang dapat mengganggu proses purifikasi
tahap yang hanya melibatkan satu macam selanjutnya (Cheung et al. 2012).
enzim. Namun, aktivitas enzim CCA Escherichia coli adalah bakteri yang
terhadap substrat Cep-C sangat rendah populer digunakan dalam produksi protein
(Conti et al. 2014) sehingga penelitian untuk rekombinan termasuk enzim rekombinan
meningkatkan aktivitas enzim CCA banyak (Rosano dan Ceccarelli 2014). Saat ini
dilakukan. enzim CCA dapat diproduksi menggunakan
Purifikasi atau pemurnian enzim sistem ekspresi E. coli rekombinan yang
merupakan salah satu cara untuk menghasilkan enzim CCA rekombinan. CCA
meningkatkan aktivitas spesifik enzim CCA. non-rekombinan memiliki aktivitas yang
Beberapa metode purifikasi yang dapat rendah terhadap substrat Cep-C (bervariasi
dilakukan diantaranya adalah presipitasi dari 0-4% relatif terhadap GL-7-ACA) (Xiao
dengan amonium sulfat dan dialisis. Pada et al. 2014). CCA yang aktif terhadap Cep-C
penelitian ini, presipitasi amonium sulfat telah ditemukan pada beberapa
dilakukan untuk mengendapkan pengotor mikroorganisme dan beberapa gen CCA
dan menjaga enzim CCA tetap dalam telah diklon dan disekuens. Namun, CCA
keadaan terlarut, dengan menambahkan tersebut tidak cukup aktif untuk menghidrolis
sedikit garam amonium sulfat. Proses ini ikatan amida pada posisi ke-7 dari Cep-C,
disebut salting in. Proses presipitasi dengan maka tidak cocok untuk proses enzimatis 1

120
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

tahap untuk mendapatkan 7-ACA dari Cep- Preparasi media pertumbuhan bakteri
C. Beberapa studi genetik telah dilakukan Untuk regenerasi dan pemeliharaan
untuk meningkatkan aktivitas CCA terhadap mikroba, bakteri penghasil CCA
Cep-C (Shin et al. 2009). Sebagai contoh, 2 ditumbuhkan dalam media LB agar dengan
mutan penghasil CCA dari Pseudomonas komposisi (g/L): 10 g Tripton, 10 g NaCl, 5 g
N176, M31βF / H57βS / H70βS dan yeast extract dan 20 g agar. Kemasaman pH
A215αY/ M31βF/H70βS, masing-masing diatur menjadi 7,5 dengan NaOH 1 N. Media
menunjukkan 3,3 kali dan 4,3 kali disterilisasi pada suhu 121ºC selama 20
peningkatan aktivitas spesifik terhadap CPC, menit. Sebanyak 100 µg/mL larutan
dibandingkan dengan template awalnya Ampisilin dengan konsentrasi 100 mg/mL
(M31βF), dengan penghapusan inhibisi ditambahkan ke dalam media setelah suhu
substrat dan pengurangan inhibisi produk turun menjadi ±55ºC. Sebagai media untuk
(Xiao et al. 2014). Contoh lainnya adalah pembuatan inokulum digunakan media LB
mutan penghasil CCA acyII dari cair dengan komposisi yang sama seperti
Pseudomonas SE83, V122αA / G140αS / media regenerasi/pemeliharaan tanpa
F58βN/I75βT / I176βV/S471βC (disebut juga penambahan agar.
S12) yang menunjukkan peningkatan
aktivitas spesifik sebesar 7,5 kali lipat jika Bakteri dan fermentasi CCA
dibandingkan dengan wild-type (Xiao et al. Bakteri E. coli BL21(DE3), hasil
2014; Shin et al. 2009). transformasi dengan gen S12 dalam plasmid
Salah satu cara untuk meningkatkan pET21a, digunakan untuk memproduksi
aktivitas spesifik enzim CCA rekombinan enzim CCA rekombinan. Gen S12
adalah dengan memurnikan enzim dan merupakan hasil modifikasi gen Acy II dari
melibatkan beberapa tahap purifikasi. Tujuan Pseudomonas SE83. Produksi CCA
penelitian ini adalah untuk melakukan dilakukan mengacu pada metode Martius et
purifikasi enzim CCA yang dihasilkan oleh E. al. (2018) dengan sedikit modifikasi. Koloni
coli BL21(DE3)/S12 dan melakukan optimasi tunggal dari E. coli yang telah diregenerasi
pada tahap kromatografi penukar ion. selama 18 jam ditumbuhkan pada 5 mL
media LB yang mengandung ampisilin 100
BAHAN DAN METODE µg/mL dan dikultivasi dalam orbital shaker
dengan kecepatan 200 rpm dan suhu 37ºC.
Bahan kimia Setelah itu, kultur overnight sebanyak 1%
Bahan-bahan yang digunakan pada diinokulasikan pada 50 mL media LB dan
penelitian ini adalah Luria Broth (LB) cair diinkubasi selama 2 jam, suhu 37ºC dan
dan agar media (Tripton 1% (Oxoid™), NaCl kecepatan 200 rpm, menggunakan New
1% (Merck), yeast extract 0,5% (Oxoid™), Brunswick™ Innova® 44 incubator orbital
agar 2% (Oxoid™); NaOH 1 N (Merck); shaker. Induksi IPTG sebanyak 0,8 mM
Isopropyl β-D-1-thiogalactopyranoside dilakukan jika nilai absorbansi sel ODλ600
(IPTG) (Thermo Scientific™), ampisilin (MP telah mencapai 0,4-0,8. Inkubasi kembali
Biomedicals); phenylmethane sulfonyl dilakukan selama 24 jam pada suhu 37ºC
fluoride (PMSF) (MP Biomedicals); Tris (Bio dengan kecepatan 150 rpm.
Basic Canada); HCl (Merck); amonium sulfat
(Merck); NaCl (Merck); Etanol 96%; Purifikasi enzim: presipitasi dan dialisis
Coomasie brilliant blue R250 (Merck), Sel dari 50 mL media fermentasi
metanol (Merck), asam asetat (Merck); dipanen dan dipisahkan antara supernatan
mercaptoethanol (Bio Basic Canada); dan sel dengan cara mensentrifugasi kultur
gliserol (Merck), bromophenol blue (ACS); fermentasi menggunakan sentrifuse pada
Cephalosporin-C (Biorbyt); 7-Amino kecepatan 12.000 rpm selama 5 menit. Pelet
Cephalosporanic Acid (Tokyo Chemical sel yang telah dipisahkan dari
Industry Ltd.); para- supernatannya dicuci dengan buffer Tris-HCl
Dimethylaminobenzaldehyde (PDMAB); 20 mM, pH 8,0 sebanyak 1 kali. Pelet
Pierce™ Coomasie Plus (Bradford) Assay diresuspensi dengan 5 mL Tris-HCl 20 mM,
Kit (Thermo Scientific™); pH 8,0 dan ditambahkan PMSF sebanyak 1
Diethylaminoethanol Sepharose Fast Flow mM. Sel dipecah (lysis) menggunakan alat
(DEAE Sepharose FF). Branson Ultrasonic SonifierTM S-450 dengan

121
Pemurnian Enzim Sefalosporin-C Asilase... Nasution et al.

kondisi pulse ON 5 detik, pulse OFF 20 mengandung NaCl 200 mM sebanyak 3 CV.
detik, amplitudo 25%, pulse temperature Fraksi hasil elusi ditampung setiap 3 hingga
10ºC, suhu maksimum 20ºC, selama 5 4 mL. Fraksi yang mengandung enzim CCA
menit. Suspensi hasil lisis disentrifugasi digabung untuk proses pemurnian selanjutnya.
pada suhu 4ºC, kecepatan 12.000 rpm, Pencucian resin selanjutnya dilakukan
selama 20 menit. Supernatan dipisahkan menggunakan NaCl 2 M sebanyak 5 CV
dari pelet pecahan sel. Pelet diresuspensi untuk menghilangkan sisa protein yang
dengan buffer Tris-HCl 20 mM, pH 8,0 masih terikat sehingga resin dapat digunakan
menjadi 5 mL dan disimpan dalam pendingin untuk proses pemurnian berikutnya.
suhu -20ºC untuk pengecekan enzim CCA
yang masih menempel di pecahan sel. Pemurnian via kromatografi eksklusi
Supernatan hasil lisis dipresipitasi Sampel hasil IEC dimasukkan ke
menggunakan amonium sulfat dengan dalam kolom berisi Sephadex G-50 yang
konsentrasi akhir 30% tersaturasi. telah diekuilibrasi. Elusi dilakukan dengan
Pengadukan larutan dilakukan dalam ruang Tris-HCl 20 mM, pH 8,0 sebanyak 1 CV dan
dingin selama 45 menit menggunakan alat fraksi ditampung setiap 4 mL.
Stuart® Stirrer Hotplate CB162 dan kemudian
disentrifugasi pada suhu 4ºC kecepatan Analisis aktivitas enzim
12.000 rpm selama 15 menit. Supernatan Aktivitas enzim CCA ditentukan dengan
dipisahkan dari peletnya. Pelet diresuspensi mengukur jumlah senyawa 7-ACA yang
dengan buffer Tris-HCl 20 mM, pH 8,0 menjadi terbentuk sebagai hasil hidrolisis senyawa
5 mL dan disimpan dalam suhu -20ºC. Cep-C oleh enzim CCA. Larutan enzim dan
Supernatan hasil presipitasi didialisis substrat Cep-C yang digunakan, masing-
menggunakan filter Amicon® Ultra-15 masing diinkubasi terlebih dahulu ke dalam
Centrifugal Filter Units Molecular Weight waterbath sehingga suhunya mencapai 37ºC.
Cut_off (MWCO) 50.000 Da dengan Sebanyak 25 µL larutan substrat Cep-C 2%
melakukan sentrifugasi pada suhu 4ºC, dimasukkan ke dalam mikrotube dan
kecepatan 5.000 rpm selama 5 menit. ditambahkan dengan 25 µL larutan enzim
sehingga terjadi reaksi hidrolisis. Reaksi
Pemurnian via kromatografi penukar ion hidrolisis dilakukan selama 10 menit dan suhu
Sebanyak 10 mL larutan hasil dialisis dipertahankan pada 37ºC. Selanjutnya,
dicampur dengan resin DEAE Sepharose FF sampel diinkubasi dalam waterbath sehingga
yang telah diekuilibrasi dengan buffer Tris- suhunya 37ºC selama 10 menit. Reaksi
HCl 20 mM, pH 8,0 dalam tabung Falcon hidrolisis dihentikan dengan menambahkan
dan diinkubasi dalam shaker (Stuart® Mini 300 µL larutan stop reaksi. Larutan hasil
Orbital Shaker SSM-1) dengan kecepatan hidrolisis yang telah dihentikan reaksinya
100 rpm selama satu malam (16 jam). selanjutnya ditambah dengan 50 µL PDMAB
Campuran resin dan sampel yang telah 0,5% untuk pewarnaan dan diinkubasi selama
diinkubasi dimasukkan ke dalam kolom dan 10 menit pada suhu kamar. Selanjutnya
dibiarkan ±30 menit. Selanjutnya dilakukan larutan disentrifugasi pada suhu 4ºC, pada
pencucian resin dengan Tris-HCl 20 mM, pH kecepatan 10.000 rpm selama 3 menit.
8,0 yang mengandung 50 mM NaCl Sebanyak 100 µL supernatan diambil dan
sebanyak 5 CV (column volume). dimasukkan ke dalam microplate 96-sumur,
Setelah dilakukan pencucian resin, dan selanjutnya diukur absorbansinya pada
enzim CCA yang terikat pada resin dielusi panjang gelombang 415 nm menggunakan
menggunakan dua metode, yaitu metode Microplate Reader. Satu unit aktifitas enzim
elusi secara bertahap (batch step wise) dan didefinisikan sebagai jumlah enzim yang
cara isokratik. Elusi secara bertahap diperlukan untuk menghasilkan 7-ACA
dilakukan dengan menggunakan eluen sebanyak 1 μmol pada suhu 37ºC per menit.
buffer Tris-HCl 20 mM, pH 8,0 yang
mengandung NaCl dengan konsentrasi 100, Analisis protein via Bradford Assay
150, 200 dan 300 mM. Setiap elusi dilakukan Konsentrasi protein dalam sampel
menggunakan volume eluen sebanyak 3 CV. diukur menggunakan metode Bradford
Elusi secara isokratik dilakukan menggunakan Assay, sesuai dengan prosedur dari Thermo
buffer Tris-HCl 20 mM, pH 8,0 dan Scientific™. Sampel disiapkan dengan

122
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Gambar 1. Kolom Sephadex G-50 (kiri), kolom DEAE Sepharose FF (tengah), hasil elusi IEC fraksi 2-6 (kanan)

menambahkan 45 µL sampel ke dalam yang mirip dengan enzim target namun


2.250 µL Coomasie Protein Assay Reagent menghasilkan produk yang berbeda atau
dan selanjutnya diinkubasi selama 10 menit tidak diinginkan.
pada suhu kamar. Absorbansi sampel Purifikasi CCA diawali dengan
selanjutnya diukur pada panjang gelombang memecah sel (cell lysis) dalam buffer Tris-
595 nm. Sebagai blanko digunakan buffer HCl 20 mM menggunakan alat sonikator
Tris-HCl 20 mM pH 8,0 untuk menggantikan karena enzim ini berupa enzim intraselular.
sampel dan sebagai larutan standar digunakan Pemecahan sel ditujukan untuk melepaskan
Protein Bovine Serum Albumin (BSA). protein dari sel inang menjadi bentuk terlarut
(Tan dan Yiap 2009; Ma et al. 2014). PMSF
Analisis SDS-PAGE 1 mM ditambahkan untuk mencegah
Elektroforesis gel poliakrilamida (SDS- degradasi enzim target oleh enzim protease.
PAGE) dilakukan menurut Laemmli (1970) Pecahan sel dan pengotor dipisahkan
menggunakan protokol Bio-Rad Protean II gel dengan sentrifugasi 10.000 rpm selama 10
apparatus. Gel SDS PAGE 10% digunakan menit. Sebagai tahap awal pemurnian,
untuk menganalisa protein hasil pemurnian. presipitasi dilakukan dengan menambahkan
Sampel dilarutkan dalam 6 loading sample amonium sulfat dengan konsentrasi 30%
buffer (Tris-HCl 0,5 M (pH 6,8) 75%, gliserol kejenuhan yang dilakukan pada suhu 10ºC.
63%, SDS 9%, dan bromophenol blue 0,03% Presipitasi dengan amonium sulfat ditujukan
dalam DW). β-mercaptoethanol ditambahkan untuk mengendapkan zat-zat pengotor dan
sebanyak 3% ke dalam setiap sampel. protein-protein kecil (Tan dan Yiap 2009; Ma et
Elektroforesis dilakukan menggunakan al. 2014). Larutan hasil presipitasi dipisahkan
running buffer (Tris 0,3%, glisin 0,14%, dan dari endapan protein dan selanjutnya didialisis
SDS 0,1% dalam DW) dengan alat ATTO AE- untuk menghilangkan garam amonium sulfat
6500 Dual Mini Slab, pada 30-40 mA selama yang tersisa pada sampel (Duong-Ly dan
1,5 jam. Pewarnaan gel untuk visualisasi pita Gabelli 2014). Kemurnian enzim yang
protein pada gel dilakukan menggunakan diperoleh meningkat 1,20 kali dengan
Coomasie blue R250 staining solution. perolehan nilai sebesar 65,97% (Tabel 1).

HASIL DAN PEMBAHASAN Pemurnian via kromatografi penukar ion


Pemisahan enzim dengan
Purifikasi Sefalosporin-C Asilase kromatografi penukar ion (IEC)
Purifikasi enzim adalah proses yang menggunakan resin DEAE Sepharose FF
bertujuan untuk meningkatkan kemurnian (anion exchanger) dilak ukan berdasarkan
enzim yang dinyatakan sebagai aktivitas muatan ionik permukaannya (Gambar 1).
spesifik enzim. Kemurnian enzim ini penting Pada pH di atas nilai pI (point of isoelectric),
karena adanya beberapa senyawa maka protein akan bermuatan negatif
kontaminan yang dapat mempengaruhi kerja sehingga protein akan berikatan dengan
enzim, misalnya menghambat aktivitas resin yang bermuatan positif (anion
enzim (inhibitor) atau memiliki kemampuan exchanger). Sebaliknya, pada pH di bawah

123
Pemurnian Enzim Sefalosporin-C Asilase... Nasution et al.

nilai pI, protein akan mengikat senyawa- itu pada elusi stepwise kemurnian enzim
senyawa dalam medium yang bermuatan secara proses individual meningkat sebesar
negatif (cation exchanger). Protein yang 11,45 kali dengan perolehan individual
berikatan lemah dengan resin akan terelusi sebesar 36,51% (Tabel 2). Secara individual,
dengan buffer yang mengandung garam proses pemurnian enzim menggunakan
berkonsentrasi rendah, sedangkan protein kromatografi penukar ion menghasilkan
yang berikatan kuat dengan resin akan peningkatan kemurnian sebesar 11,41 kali
membutuhkan konsentrasi garam yang lebih dan perolehan sebesar 36,51% (Tabel 1).
tinggi untuk elusinya (Tan dan Yiap 2009;
Tripathi 2016). Pada penelitian ini, pada Pemurnian via kromatografi eksklusi
proses elusi enzim CCA secara isokratik Proses purifikasi dilanjutkan dengan
menggunakan buffer Tris-HCl 20 mM, pH 8 proses kromatografi eksklusi (SEC) dengan
yang mengandung NaCl sebesar 200 mM kolom berisi resin Sephadex G-50 (Gambar
menunjukkan hasil yang lebih baik jika 1), yang memisahkan protein berdasarkan
dibandingkan dengan elusi dengan metode ukuran molekulnya. Protein yang berukuran
gradien secara bertahap. Pada elusi lebih kecil akan terperangkap dalam pori-pori
isokratik kemurnian enzim secara resin sehingga terelusi lebih lambat,
keseluruhan (overall fold) meningkat 14,11 sedangkan protein besar akan terelusi lebih
kali dengan perolehan keseluruhan (overall cepat (Tan dan Yiap 2009; Tripathi 2016).
yield) sebesar 23,87% (Tabel 1). Sementara Pada penelitian ini, pemurnian enzim CCA

Tabel 1. Data analisis sampel tiap tahapan purifikasi CCA yang dihasilkan oleh E. coli BL21(DE3)/S12

Peningkatan
Aktivitas Konsentrasi Aktivitas Perolehan enzim Peningkatan
Tahapan Perolehan kemurnian/fold
enzim protein spesifik secara kemurnian/
purifikasi enzim (%) (secara proses
(U/mL) (mg/mL) (U/mg) individual [%] fold (x)
individual) (x)
Supernatan
1,91 21,46 0,09 100,00 100,00 1,00 1,00
hasil lisis
Supernatan
presipitasi 1,26 11,77 0,11 65,97 65,97 1,20 1,20
setelah didialisis
DEAE Sepharose
0,46 0,36 1,26 23,87 36,51 14,11 11,45
FF (IEC)
Sephadex G-50
0,79 0,26 3,00 41,41 171,74 33,66 2,38
(SEC)

Gambar 2. Analisis hasil purifikasi batch 1 dengan metode SDS PAGE

124
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Tabel 2. Perbandingan purifikasi CCA dengan metode IEC yang dielusi isokratik dan gradient secara bertahap

Aktivitas Konsentrasi Aktivitas Perolehan Peningkatan


Tahapan
enzim (U/mL) protein (mg/mL) spesifik (U/mg) enzim (%) kemurnian/fold ()
purifikasi
A B A B A B A B A B
Supernatan
1,91 0,76 21,46 4,51 — 0,17 100,00 100,00 — 1,00
lisis
Supernatan
presipitasi 1,26 0,80 11,77 2,81 — 0,28 65,97 104,98 — 1,69
dialisis
Elusi IEC :
100 mM — 0,08 — 0,03 — 2,49 — 9,94 — 14,77
150 mM — 0,10 — 0,07 — 1,39 — 13,43 — 8,25
200 mM 0,46 0,14 — 0,12 1,26 1,18 23,87 18,04 14,11 6,98
300 mM — 0,09 — 0,06 — 1,50 — 11,68 — 8,87

Keterangan: A = isokratik; B = bertahap

menggunakan kromatografi eksklusi dapat menggunakan kromatografi penukar ion dan


meningkatkan kemurnian enzim secara eksklusi juga menunjukkan peningkatan
keseluruhan sebesar 33,66 kali dengan kemurnian enzim CCA yang ditunjukkan
perolehan secara keseluruhan sebesar dengan hilangnya pita protein pengotor.
41,41%. Secara individual, proses
pemurnian enzim menggunakan KESIMPULAN
kromatografi eksklusi menghasilkan
peningkatan kemurnian sebesar 2,38 kali Pada penelitian ini pemurnian enzim
dan perolehan sebesar 171,74% (Tabel 1). CCA dilakukan melalui metode
Aktifitas spesifik enzim murni pada akhir pengendapan dengan amonium sulfat,
proses pemurnian yang diperoleh mencapai kromatogragi penukar ion dan kromatografi
3,00 U/mg. eksklusi. Dengan metode pengendapan
amonium sulfat diperoleh peningkatan
Karakterisasi awal enzim CCA kemurnian sebesar 1,2 kali dengan
Konfirmasi hasil pemurnian enzim CCA perolehan sebesar 65,97%. Pemurnian
dilakukan dengan melihat pita protein enzim dengan metode kromatografi penukar
menggunakan gel SDS PAGE seperti ion diperoleh peningkatan kemurnian
ditunjukkan pada Gambar 2. Pada proses sebesar 14,11 kali dengan perolehan
fermentasi dihasilkan enzim CCA dengan 2 sebesar 23,87%. Tahap pemurnian terakhir
macam bentuk yaitu enzim aktif dan enzim dilakukan dengan menggunakan
tidak aktif yang berupa prekursor. Kedua kromatografi eksklusi dan diperoleh
enzim ini mempunyai ukuran yang mirip peningkatan kemurnian enzim sebesar 33,66
sekitar 83 kDa. Pada proses pemurnian kali dengan perolehan sebesar 41,41%.
menggunakan amonium sulfat 30% Aktifitas spesifik enzim CCA hasil pemurnian
tersaturasi, prekursor enzim CCA dapat adalah 3,00 U/mL.
dipisahkan (Gambar 2, lajur 4 dan 5).
Prekursor enzim CCA merupakan enzim DAFTAR PUSTAKA
tidak aktif yang berbentuk dimer terdiri dari 2
subunit, yaitu subunit α dan β, dan masih Block H, Maertens B, Spriestersbach A,
memiliki peptida antara (spacer peptide) Brinker N, Kubicek J, Fabis R, Labahn
yang terdiri dari 9 asam amino dan tidak J, Schafer F (2009) Immobilized-metal
tereduksi dengan teknik SDS-PAGE affinity chromatography (IMAC): A
terdenaturasi. Enzim CCA aktif merupakan review. Methods Enzymol 463:439-
enzim yang sudah tidak memiliki spacer 473. doi:10.1016/S0076-6879(09)63027-5
peptide, dan terdenaturasi menjadi subunit α Cheung RC, Wong JH, Ng TB (2012)
dan β dengan ukuran, berturut-turut, sekitar Immobilized metal ion affinity
25 dan 58 kDa pada saat analisa dengan chromatography: A review on its
SDS-PAGE. Pemurnian selanjutnya applications. Appl Microbiol Biotechnol

125
Pemurnian Enzim Sefalosporin-C Asilase... Nasution et al.

96:1411-1420. doi: 10.1007/s00253- Martius E, Wibisana A, Ardiyani Y (2018)


012-4507-0 The optimization of soluble cephalosporin
Conti G, Pollegioni L, Molla G, Rosini E C acylase expression in E. coli. IJES
(2014) Strategic manipulation of an 7:29-34. doi:10.9790/1813-0703012934
industrial biocatalyst – Evolution of a Morin R, Jackson B, Flynn E, Roseske R,
cephalosporin C acylase. FEBS J Andrews S (1969) Chemistry of
281:2443-2455. doi: 10.1111/febs.12798 cephalosporin antibiotics XIV: reaction
Duong-Ly KC, Gabelli SB (2014) Salting out of cephalosporin C with nitrosyl
of proteins using ammonium sulfate chloride. J Am Chem Soc 91:1396-
precipitation. Methods Enzymol 1400. doi: 10.1021/ja01034a022
541:85-94. doi: 10.1016/B978-0-12- Parmar A, Kumar H, Marwaha S, Kenedy J
420119-4.00007-0 (1998) Recent trends in enzymatic
Fechtig B, Peter H, Bickel H, Wischer E conversion of Cephalosporin C to 7-
(1968) Concerning the preparation of Aminocephalosporanic Acid (7-ACA).
7-amino-cephalosporanic acid. Helv Crit Rev Biotechnol 18:1-12. doi:
Chim Acta 51:1108-1119. doi: 10.1080/0738-859891224194
10.1002/hlca.19680510513 Pollegioni L, Rosini E, Molla G (2013)
Gaurav K, Kundu K, Kundu S (2010) Cephalosporin C acylase: dream
Biosynthesis of Cephalosporin-C and(/or) reality. Appl Microbiol
Acylase Enzyme: Optimal Media Biotechnol 97:2341-2355. doi:
Design, Purification, and 10.1007/s00253-013-4741-0
Characterization. Artif Cells Blood Robinson PK (2015) Enzymes: principle and
Substit Immobil Biotechnol 38:277-283. biotechnological applications. Essays
doi: 10.3109/10731199.2010.482036 Biochem 59:1-41. doi:10.1042/bse0590001
He H, Luo H, Li X, Wang X, Liang C, Wei Rosano G, Ceccarelli E (2014) Recombinant
YY, Shen Z (2015) Immobilization and protein expression in Escherichia coli:
stabilization of cephalosporin C advances and challenges. Front
acylase on aminated support by Microbiol 5:172. doi:
crosslinking with glutaraldehyde and 10.3389/fmicb.2014.00172
further modifying with aminated Shin YC, Jeon J, Jung KH, Park MR, Kim Y.
macromolecules. Biotechnol Prog (2009) Cephalosporin C acylase
31:387-395. doi: 10.1002/btpr.2044 mutant and method for preparing 7-
Jobanputra AH, Vasait R (2015) ACA using same. United States of
Cephalosporin C acylase from America Paten No. US 7,592,168 B2.
Pseudomonas species: Production and Tan SC, Yiap BC (2009) DNA, RNA, and
enhancement of its activity by protein extraction: The past and the
optimization of process parameters. present. J Biomed Biotechnol. 2009:1-
Biocatal Agric Biotechnol 4:465-470. 10. doi: 10.1155/2009/574398
doi: 10.1016/j.bcab.2015.06.009 Tripathi N (2016) Production and purification
Kong K-F, Schneper L, Mathee K (2009) of recombinant proteins from
Beta-lactam antibiotics: from antibiosis Escherichia coli. ChemBioEng
to resistance and bacteriology. APMIS Reviews 3:116-133. doi:
118:1-36. doi: 10.1111/j.1600- 10.1002/cben.201600002
0463.2009.02563.x Wang Y, Yu H, Song W, An M, Zhang J, Luo
Laemmli UK (1970) Cleavage of structural H, Shen Z (2012) Overexpression of
proteins during the assembly of the synthesized cephalosporin C acylase
head of bacteriophage T4. Nature containing mutations in the substrate
227:680-685. doi: 10.1038/227680a0 transport tunnel. J Biosci Bioeng 113:36-
Ma X, Su E, Deng S, Xie Y, Wei D (2014) An 41. doi: 10.1016/j.jbiosc.2011.08.027
efficient method for recovering Xiao Y, Huo X, Qian Y, Zhang Y, Chen G,
recombinant Cephalosporin C Ouyang P, Lin Z (2014) Engineering of
deacetylase from the cytoplasm of E. a CPC acylase using a facile pH
coli cells. Chemical and Biochemical indicator assay. J Ind Microbiol
Engineering Quarterly 28:349-355. doi: Biotechnol 41:1617-1625. doi:
10.15255/CABEQ.2013.1904 10.1007/s10295-014-1501-9

126
VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

DAMPAK TEKNIK PENGIRISAN DAN PENCETAKAN TERHADAP DAYA


APUNG PAKAN IKAN YANG DIFERMENTASI MENGGUNAKAN Rhizopus sp.
Impact of Slicing and Moulding Techniques on the Floatability of
the Fish Feed Fermented by Rhizopus sp.
Lulu Suliswati1, Catur Sriherwanto2,*, Imam Suja’i2
1
Fakultas Teknobiologi, Universitas Teknologi Sumbawa (UTS), Sumbawa, Nusa Tenggara Barat
2
Biotechnology Laboratory, BPPT, Building 630 PUSPIPTEK Area, Tangerang Selatan, Banten 15314
*E-mail: catur.sriherwanto@bppt.go.id

ABSTRACT
The use of Rhizopus sp. mycelium as biocoating, biostabilizing, and biofloating agent in the
production of floating fish feed through solid fermentation had already been studied as a
much simpler alternative to mechanical extrusion. The fermented fish feed, however, had
poor floatability in aerated water, probably due to structural damage during the size reduction
process of the feed. Thus, this study used alternative size-reducing methods, namely slicing
and moulding, to improve the floatability of the fermented feed. Other physical characteristics
were also measured and compared to those of commercial sinking and floating fish feeds.
Results showed that both the moulded and the sliced fermented-feeds had lower density as
well as higher water stability, absorption capacity, floatability, and durability compared to
those of the commercial sinking feed used as the fermentation substrate. The hydrophobicity
of all the feeds tested were similar, however. The floatability of the fermented feeds obtained
in this study was much higher than those of the previous studies.

Keywords: floatability, floating feed, sinking feed, water absorption, water stability

ABSTRAK
Penggunaan miselium Rhizopus sp. sebagai pelapis permukaan, penstabil, dan pengapung
hayati dalam pembuatan pakan ikan apung melalui fermentasi padat telah diteliti sebagai
alternatif yang jauh lebih sederhana dibandingkan dengan metode ekstrusi mesin. Namun,
pakan ikan fermentasi ini memiliki daya apung yang buruk dalam air bergelembung udara,
yang mungkin disebabkan kerusakan struktural selama proses pengecilan ukuran pakan.
Karenanya, penelitian ini menggunakan metode lain untuk mengecilkan ukuran, yakni
pencetakan dan pengirisan, dalam rangka meningkatkan daya apung pakan yang
difermentasi. Karakteristik fisik lainnya juga diukur dan dibandingkan dengan pakan ikan
tenggelam dan terapung komersial. Hasil menunjukkan bahwa proses fermentasi serta
metode pengecilan dimensi yang digunakan menghasilkan pakan yang memiliki massa jenis
lebih rendah, serta stabilitas air, daya serap air, daya apung, serta ketahanan benturan lebih
tinggi dibandingkan dengan pakan tenggelam komersial yang digunakan sebagai substrat
fermentasi. Namun, nilai hidrofobisitas semua pakan yang diuji adalah sama. Daya apung
pakan fermentasi dalam penelitian ini jauh lebih tinggi daripada penelitian sebelumnya.

Kata Kunci: daya apung, daya serap air, stabilitas dalam air, pakan apung, pakan tenggelam

Received: 26 September 2018 Accepted: 26 October 2018 Published: 03 December 2018

127
Dampak Teknik Pengirisan dan Pencetakan... Suliswati et al.

PENDAHULUAN Oleh karenanya, perlu dikembangkan


teknologi pengapungan pakan alternatif yang
Permukaan miselium kapang tempe lebih murah dan mudah diterapkan.
Rhizopus sp. memiliki sifat hidrofobik atau Pemanfaatan Rhizopus sp. untuk
anti-air, dan ini mudah dibuktikan dengan meningkatkan stabilitas dan daya apung
meneteskan air pada miseliumnya yang pakan telah dilakukan sebelumnya
tumbuh pada medium agar (Gambar 1). Sifat (Sriherwanto et al. 2017; Leiskayanti et al.
hidrofobik miselium ini mungkin dikarenakan 2017; Zaman et al. 2018). Dalam proses
keberadaan protein hidrofobin yang melapisi fermentasi padat menggunakan kapang
permukaan hifa aerial dari miselia Rhizopus Rhizopus sp. ini tidak dilakukan sterilisasi
sp. tersebut. Meskipun keberadaan alat maupun bahan, tidak tergantung pada
hidrofobin pada kapang Rhizopus sp. belum jenis serta komposisi zat pengikat (binding
pernah dilaporkan, setidaknya keberadaan agent), tidak menggunakan mesin ekstruder
protein amfoterik ini telah ditemukan pada pakan apung, dan tidak melalui proses deep
kapang-kapang filamen lain (Linder et al. frying sebagaimana yang dilakukan Saputra
2005) seperti Aspergillus fumigatus (2016) dan Lindasari (2017). Dengan
(Valsecchi et al. 2018), Trichoderma demikian, pengapungan fermentatif
longibrachiatum (Moscatiello et al. 2018), menggunakan kapang tempe ini lebih
dan Aspergillus niger (Kolesnikov et al. sederhana dan lebih hemat energi.
2016). Hidrofobisitas atau sifat anti-air dari Pakan berhasil mengapung setelah
miselium kapang tempe tersebut berpotensi difermentasi menggunakan Rhizopus sp.
dimanfaatkan dalam pembuatan pakan ikan dan dikeringkan, namun daya apungnya
apung. Miselium kapang dapat difungsikan belumlah sebaik pakan komersial, terutama
sebagai pelapis luar hayati (biocoating) pada kondisi air bergelombang (Sriherwanto
permukaan pakan ikan yang mampu et al. 2017, Leiskayanti et al. 2017).
memperlambat masuknya air ke dalam pori- Penelitian Sriherwanto et al. (2017)
pori pakan, sehingga keutuhannya dapat menunjukkan bahwa pakan ikan apung
dipertahankan dan pakan tidak mudah komersial (kontrol positif) serta pakan ikan
hancur dan tenggelam di dalam air. apung fermentasi sama-sama memiliki daya
Sifat apung dan tidak mudah hancur ini apung ≥ 95% selama 1 jam dalam kondisi air
penting dimiliki pakan ikan agar tenang. Namun, saat air diberi aerasi untuk
memaksimalkan pengonsumsian pakan oleh memunculkan efek gelombang, daya apung
ikan dan meminimalkan pakan yang pakan fermentasi menurun tajam menjadi 0-
terbuang. Selain pemborosan pakan yang 2,5%, sedangkan pada pakan apung
mahal harganya, hal tersebut dapat komersial 82,5%. Hal yang sama didapatkan
berdampak pada pencemaran air, oleh Leiskayanti et al. (2017), dimana
berkurangnya kadar oksigen terlarut, kondisi air tenang maupun bergelembung
peningkatan kebutuhan oksigen biologis udara menghasilkan tingkat pengapungan di
(biological oxygen demand, BOD), dan
beban populasi bakteri yang meningkat.
Untuk menghindari hal tersebut, banyak
pembudidaya ikan menggunakan pakan
apung, yang diproduksi menggunakan mesin
ekstruder, yang memudahkan pengamatan
saat pemberian pakan, serta mempermudah
dalam menentukan jumlah pakan yang
diberikan (Craig et al. 2017).
Namun di sisi lain, pakan apung
ekstrusi lebih mahal harganya dibandingkan
pelet tenggelam dikarenakan biaya
pembuatannya yang mahal di pabrik (Craig
et al. 2017). Hal ini menjadikan Gambar 1. Saat ditetesi air berwarna kuning, agar dalam
cawan yang tertutupi miselium kapang
pembudidaya ikan lebih memilih pakan Rhizopus sp. menunjukkan sifat hidrofobik
tenggelam atau pakan yang berdaya apung (kiri), sedang yang tidak tertutupi miselium
lebih rendah (Windarti dan Sumiarsih 2012). tidak memperlihatkan sifat hidrofobik (kanan)

128
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

atas 94% hingga menit ke-40 untuk pakan Tabel 1. Perlakuan pakan ikan
apung komersial. Sebaliknya, pemberian
gelembung udara dalam air menurunkan No. Kode Perlakuan
daya apung pakan apung fermentasi hingga 1 PTK Pakan Tenggelam Komersial, yakni
kurang dari 16% di menit ke-5, dan kurang pakan pabrikan untuk ikan budidaya
air tawar merek Buana Mas™, PT.
dari 5% di menit ke-40. Balqis Sejahtera, Bandung Barat
Rendahnya daya apung pakan (Tabel 2), tanpa difermentasi dan
fermentasi pada air bergelombang mungkin digunakan sebagai kontrol negatif
dikarenakan rusaknya struktur miselium 2 PFI Pakan Fermentasi Irisan, yakni pakan
permukaan pakan fermentasi dan/atau tenggelam komersial yang
keretakan struktur bagian dalam pakan difermentasi dalam cawan petri dan
kemudian ukurannya diperkecil
fermentasi akibat tumbukan alu mortar saat menggunakan teknik pengirisan
proses pengecilan dimensi pakan tersebut. bentuk dadu 1  1  1 cm, lalu
Baik Sriherwanto et al. (2017) maupun dikeringkan di dalam oven
Leiskayanti et al. (2017) melakukan 3 PFC Pakan Fermentasi Cetakan, yakni
fermentasi pakan menggunakan cawan petri pakan tenggelam komersial yang telah
berdiameter 9 cm. Hasil fermentasi yang difermentasi dalam lubang cetakan
berbentuk dadu 1  1  1 cm dan
bertekstur seperti tempe kedelai ini setelah terbuat dari bahan silikon, dan
dikeringkan lalu ditumbuk dalam mortar kemudian dikeringkan di dalam oven
menggunakan alu untuk memperkecil ukuran 4 PAK Pakan Apung Komersial, yakni pakan
pakan hingga diameternya berkisar 6-7 mm ikan lele pabrikan merek Hi-Pro-Vite
untuk memudahkan ikan mengonsumsinya. 781, PT. Central Proteina Prima Tbk,
Mempertimbangkan hasil percobaan Jawa Timur (Tabel 2), tanpa
difermentasi dan digunakan sebagai
sebelumnya tersebut, penelitian ini bertujuan kontrol positif
untuk membuat pakan apung fermentasi
dengan daya apung yang lebih baik. Upaya
terhadap benturan. Seluruh uji fisik dalam air
perbaikan daya apung ini dilakukan melalui
dilakukan dengan pemberian efek
dua cara pengecilan dimensi pakan
gelombang melalui gelembung udara
fermentasi, yang meminimalkan perusakan
(aerasi) dengan volume maksimum 3,5 L
struktur miselia kapang Rhizopus sp. agar
udara/menit (aerator akuarium Luckiness,
efek hidrofobisitas dan stabilitas tetap
L828, Cina), menggunakan saringan plastik
terjaga. Selain daya apung, parameter fisik
teh berukuran ±200 mesh (Erizal et al.
lain seperti massa jenis, hidrofobisitas,
2016), dan pengeringan dilakukan dalam
stabilitas dalam air, daya serap air, dan
ketahanan benturan juga diukur untuk oven bersuhu 50C (Memmert, 100-800).
dibandingkan dengan pakan tenggelam
komersial (kontrol negatif) dan pakan apung Pembuatan inokulum
komersial (kontrol positif). Sebanyak 500 g onggok singkong
(Alam Subur, Kedung Halang, Bogor, Jawa
BAHAN DAN METODE Barat) dicampur dengan 10 g ragi tempe
(industri tempe lokal, Serpong, Tangerang
Waktu dan lokasi penelitian Selatan) hingga rata, lalu 750 mL air kran
Penelitian ini dilakukan di ditambahkan, diaduk lagi hingga tercampur
Laboratorium Bioteknologi Pakan, Balai rata, dan campuran yang dihasilkan ini lalu
Bioteknologi BPPT, Kawasan Puspiptek, dimasukkan ke dalam cawan petri hingga
Tangerang Selatan, Banten pada tanggal 1 penuh. Setelah inkubasi 48 jam pada suhu
Maret sampai 28 April 2017. Penelitian ini 28C, onggok hasil fermentasi dikeluarkan
menggunakan metode komparatif dengan 4 dari petri, dikeringkan pada suhu 50C
jenis sampel pakan ikan (Tabel 1). selama 24 jam, dan kemudian dihaluskan
Penelitian ini meliputi proses menggunakan blender.
pembuatan inokulum kapang Rhizopus sp.,
fermentasi padat pakan ikan, serta pengujian Fermentasi pakan
karakteristik fisik pakan yang meliputi massa Fermentasi pakan tenggelam
jenis, hidrofobisitas, stabilitas dalam air, komersial (PTK) dilakukan untuk membuat
daya serap air, daya apung, dan ketahanan pakan apung fermentasi. Sebanyak 500 g

129
Dampak Teknik Pengirisan dan Pencetakan... Suliswati et al.

Tabel 2 Komposisi nutrisi pakan ikan yang digunakan dalam penelitian

Komposisi Pakan tenggelam komersial Pakan apung komersial merek


nutrisi Buana Mas™ (Nurlaila 2016) Hi-Pro-Vite 781 (Prima CP 2016)

Air 8,18% 910%

Abu 28,01% Tidak tercantum


Serat kasar 0,76% 3-5%

Lemak 6,62% 4-6%

Protein 29,75% 31-33%

Karbohidrat 34,85% Tidak tercantum

pakan tenggelam Buana MasTM (Tabel 2)


direndam dalam 1500 mL air kran selama 15
menit, air yang tersisa lalu dibuang dengan dimana
cara ditiriskan. Sebanyak 2% inokulum (2 g DWo : berat kering pakan (g)
inokulum per 100 g pelet basah) V : volume kering pakan (cm 3)
ditambahkan dan dicampurkan hingga rata,
lalu dimasukkan ke dalam cetakan silikon Uji hidrofobisitas
untuk mendapatkan PFC (Gambar 2), dan Uji hidrofobisitas mengukur sudut
ke dalam cawan petri untuk membuat PFI kontak (θ) antara permukaan benda uji dan
(Gambar 3). Cetakan silikon yang sudah diisi setetes air, dan dilakukan menggunakan
substrat kemudian dimasukkan ke dalam metode Goldsmith et al. (2017) yang
kantung plastik berpori untuk mendapatkan dimodifikasi. Pakan uji ditetesi 10 µL air kran
kondisi mikroaerofilik. Inkubasi dilakukan pada permukaannya, selanjutnya sudut
pada suhu 28C selama 24 jam. Seusai kontak air yang terbentuk diukur berdasarkan
fermentasi, pakan fermentasi dalam cawan hasil foto digital close-up (kamera Handphone
petri dipotong dengan bentuk menyerupai Samsung Galaxy S5) yang diambil saat
dadu berdimensi 1  1  1 cm, sedangkan setetes air tersebut jatuh dan sampai pada
pakan fermentasi dalam cetakan silikon permukaan pelet. Pengujian dilakukan pada 6
dikeluarkan dari plastik berpori. Setelah itu, sisi pakan fermentasi, 2 sisi pada pakan
keduanya dikeringkan dalam oven 50C komersial dan 3 sisi pada pakan tenggelam
(Memmert, 100-800) selama 24 jam sebelum dengan masing-masing 3 kali pengulangan.
diuji sejumlah karakteristik fisiknya. Sudut kontak dihitung dengan rumus berikut:

Massa jenis pakan


Massa jenis atau densitas pakan
dihitung berdasarkan massa dan volume
pakan tersebut. Untuk pakan fermentasi dimana
cetakan (PFC) maupun pakan fermentasi kiri : sudut kontak kiri pada foto ()
irisan (PFI) yang berbentuk dadu, volume kanan : sudut kontak kanan pada foto ()
dihitung dari hasil kali panjang, lebar, dan
tingginya yang diukur menggunakan jangka Uji stabilitas dalam air
sorong. Sedangkan volume pakan apung Uji stabilitas atau keutuhan pakan
komersial (PAK) dan pakan tenggelam dalam air dilakukan mengikuti metode Misra
komersial (PTK) dihitung menggunakan et al. (2002) yang dimodifikasi. Sebanyak
rumus volume tabung, yakni luas alas kali 0,2-2,5 g pakan ditimbang dan kemudian
tinggi berdasarkan hasil pengukuran direndam dalam 500 mL air dalam gelas
diameter alas dan tingginya. Setelah diukur kimia dengan aerasi selama 2 jam.
dimensinya, pakan kemudian ditimbang Selanjutnya, pelet yang telah menyerap air
menggunakan timbangan analitik untuk disaring menggunakan saringan teh,
memperoleh massanya. Massa jenis ditiriskan, dan dikeringkan dalam oven
dihitung dengan menggunakan rumus: selama 20-48 jam pada suhu 50C.

130
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Stabilitas air dihitung dengan rumus


sebagaimana berikut:

dimana
DWt : berat kering setelah perendaman (g)
DWo : berat kering sebelum perendaman (g)

Uji absorpsi air


Uji absorbsi air menggunakan metode
Misra et al. (2002) yang dimodifikasi.
Sebanyak 1 - 2,5 g sampel pakan ditimbang
dalam saringan teh, kemudian dimasukkan
ke dalam gelas kimia berisi 500 mL air kran
yang diberi gelembung udara. Pada menit
ke-1, 3, 5, 10, 20, 40, 60, 90, dan 120
sampel diangkat, ditiriskan selama 1 menit,
lalu ditimbang dalam keadaan basah.
Pengujian diulang sebanyak 3 kali untuk Gambar 2. Pakan ikan komersial tenggelam yang sudah
setiap pakan. Daya serap atau absorpsi air dicampur air dan ragi Rhizopus sp. lalu
dihitung menggunakan rumus: dimasukkan ke dalam cetakan silikon dengan
lubang berbentuk dadu (atas) dan cawan
petri (bawah) setelah itu diinkubasi

kekerasan Aslamyah dan Karim (2012) yang


dimodifikasi, yakni dengan menjatuhkan
dimana beban berbentuk silinder seberat 250 g agar
WWt : berat basah setelah perendaman (g) menumbuk 4-6 g pakan melalui pipa paralon
DWo : berat kering sebelum perendaman (g) panjang 1 m  diameter 1,25 inch. Pakan
dimasukkan ke dalam pipa kemudian beban
Uji daya apung dijatuhkan sebanyak 5, 10 dan 20 kali.
Kemampuan mengapung diuji Pakan yang telah terkena benturan beban
menggunakan metode De Cruz et al. (2015) tersebut kemudian diayak menggunakan
yang dimodifikasi. Sepuluh butir pakan ayakan berukuran 710 µm. Pakan yang tidak
dimasukkan ke dalam gelas kimia 500 mL melewati ayakan akan ditimbang sebagai
yang berisi air 400 mL. Aerasi diberikan berat setelah dibenturkan dan yang berhasil
selama pengujian berlangsung. Jumlah melewati ayakan akan dibuang. Rumus
pakan yang tenggelam dicatat pada menit ketahanan benturan adalah:
ke- 0, 1, 5, 15, 30, 45, 60, 75, 90, 105, dan
120. Setelah itu uji daya apung diteruskan
hingga menit ke-345. Daya apung dihitung
menggunakan rumus:
dimana
DWo : berat kering sebelum benturan (g)
DWs : berat kering yang lolos ayakan
setelah benturan (g)
dimana
Nt : jumlah pakan yang masih mengapung HASIL DAN PEMBAHASAN
No : jumlah pakan di awal pengujian
Pakan fermentasi
Uji ketahanan benturan Pakan fermentasi yang dibuat
Ketahanan benturan diuji (durabilitas) menggunakan cawan petri, diiris terlebih
dengan menggunakan metode uji tingkat dahulu sebelum dikeringkan, sehingga

131
Dampak Teknik Pengirisan dan Pencetakan... Suliswati et al.

Gambar 3. Pakan fermentasi berketebalan 1 cm dalam cawan petri berdiameter 9 cm (kiri) lalu diiris 1  1 cm (tengah),
dan kemudian dikeringkan dalam oven untuk mendapatkan pakan fermentasi irisan (PFI) (kanan).

Gambar 4. Pakan fermentasi dalam cetakan silikon berbentuk dadu 1  1  1 cm (kiri), dikeluarkan dari plastik penutup
(tengah), lalu dikeringkan dalam oven untuk mendapatkan pakan fermentasi cetakan (PFI) (kanan).

memiliki 4 sisi dengan struktur miselium Massa jenis


yang teriris (Gambar 3). Pakan fermentasi Sesuai namanya, PTK tenggelam
yang dibuat menggunakan cetakan silikon dalam air karena massa jenis atau
(PFC) memiliki bentuk seragam seperti dadu densitasnya melebihi air (>1 g cm-3). Namun
berwarna putih kapas karena pada keenam setelah difermentasi menggunakan kapang
sisinya diliputi oleh lapisan miselium Rhizopus sp., PKT berubah menjadi pakan
Rhizopus sp. yang utuh (Gambar 4). Bentuk fermentasi irisan (PFI) dan pakan fermentasi
dadu ini menyesuaikan ketersediaan cetakan cetakan (PFC) yang keduanya memiliki
silikon yang ada di pasaran sehingga mudah massa jenis kurang dari 1 g cm-3. Penurunan
didapatkan, dan belum mengikuti bentuk massa jenis inilah yang menjadikan
silindris ataupun bulat sebagaimana pakan keduanya mengapung sebagaimana pakan
komersial. apung komersial (PAK) (Gambar 5).
Pakan hasil fermentasi ini memiliki Massa jenis pakan tenggelam menjadi
aroma yang kurang amis dibandingkan kurang dari 1 g cm-3 setelah difermentasi. Ini
sebelum fermentasi. Bahkan aroma wangi mungkin karena saat dicampur air dan ragi
khas tempe muncul pada pakan fermentasi kapang, butiran-butiran bahan pembentuk
ini. Hal ini karena saat fermentasi, kapang PKT merenggang, terpisah, dan tidak lagi
Rhizopus mampu menghasilkan senyawa menyatu padat. Saat proses fermentasi
mudah menguap (volatile compounds) yang berlangsung, miselium Rhizopus sp. yang
meliputi asam organik, ester, alkohol, terbentuk menjalin dan menyatukan butiran-
aldehida, furan, keton, senyawa aromatik, butiran substrat tersebut. Proses ini juga
pirazin, dan senyawa belerang (Chukeatirote membentuk rongga-rongga mikro udara di
et al. 2017). Fermentasi pakan tenggelam dalamnya. Fenomena penurunan massa
komersial ini menaikkan sedikit (kurang dari jenis ini dialami pula oleh Sriherwanto et al.
10%) kandungan protein, lemak, abu, dan (2017) yang melakukan fermentasi pada
serat kasar; sedangkan kadar karbohidrat pakan tenggelam komersial. Pakan
mengalami penurunan hampir 7% fermentasi yang dihasilkannya mampu pula
(Paramadini 2017). mengapung pada permukaan air.

132
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Gambar 5. Massa jenis pakan tenggelam komersial Gambar 6. Sudut kontak pakan tenggelam komersial
(PTK), pakan fermentasi irisan (PFI), (PTK), pakan fermentasi irisan (PFI),
pakan fermentasi cetakan (PFC), dan pakan fermentasi cetakan (PFC), dan
pakan apung komersial (PAK) pakan apung komersial (PAK)

Hidrofobisitas Stabilitas dalam air


Hidrofobisitas atau daya anti-air Stabilitas dalam air diukur untuk
permukaan suatu benda dapat diketahui dari mengetahui seberapa kokoh dan utuhnya
sudut kontak statis air pada permukaan pakan saat berada di dalam air. Pakan ikan
tersebut. Suatu permukaan dikatakan dengan stabilitas yang baik tidak akan
hidrofobik jika sudut kontaknya lebih besar mudah hancur saat berada di dalam air.
daripada sembilan puluh derajat (θ>90°) dan Begitu pula sebaliknya, pakan yang mudah
hidrofilik jika kurang dari sembilan puluh hancur di dalam air berarti memiliki nilai
derajat (θ<90°) (Law 2014). stabilitas yang rendah. Berdasarkan hasil
Dari keempat jenis pakan ikan yang pengujian stabilitas dalam air, PTK adalah
diuji tingkat hidrofobisitasnya, semua yang paling mudah hancur dalam air. Namun
menunjukkan sudut kontak sekitar 90-an setelah PTK ini dicampur air, difermentasi
derajat dengan perbedaan yang tidak menggunakan kapang Rhizopus sp., dan
signifikan dilihat dari standard deviasinya dikeringkan, maka dihasilkan PFI dan PFC
(error bar). Ini menunjukkan permukaan yang memiliki stabilitas lebih baik daripada
PTK, PFI, PFC, maupun PAK bersifat PTK, dan sebanding dengan stabilitas yang
hidrofobik. dimiliki PAK (Gambar 7). Hal ini
Khusus untuk keenam permukaan menunjukkan bahwa miselium Rhizopus sp.
pada PFI, hasil pengukuran sudut kontak memiliki peran sebagai bahan pengikat
pada sisi dengan miselium utuh hayati (bio-binding agent) yang mampu tetap
dibandingkan pada sisi dengan miselium menyatukan butiran bahan pakan dengan
teriris menunjukkan nilai yang tidak berbeda sangat kuat saat berada di dalam air.
signifikan, masing-masing 90,3  8,5 dan Fermentasi pakan tenggelam
93,9  7,0. Hal ini menunjukkan bahwa, komersial menggunakan kapang tempe yang
dengan metode yang digunakan, nilai memunculkan stabilitas dalam air yang lebih
hidrofobisitas kedua jenis permukaan baik juga telah dilakukan oleh Sriherwanto et
tersebut tidak terbukti memiliki perbedaan. al. (2017). Penelitian tersebut menguji
Hal ini mungkin dikarenakan proses keutuhan dalam air dari pakan tenggelam
pengeringan di dalam oven dapat komersial yang tidak difermentasi dan yang
memunculkan kembali sifat hidrofobisitas difermentasi menggunakan kapang tempe.
yang hilang akibat proses pengirisan. Pengujian dalam air tersebut dilakukan
Terlepas dari itu, perlu dilakukan percobaan selama 40 menit. Hasilnya memperlihatkan
lanjutan dengan menggunakan metode bahwa nilai stabilitas dalam air sebesar 80,3-
pengukuran hidrofobisitas yang lebih akurat
87,1% dimiliki oleh pakan fermentasi,
untuk mengetahui dampak pengirisan
sedangkan pakan tanpa fermentasi memiliki
tersebut.

133
Dampak Teknik Pengirisan dan Pencetakan... Suliswati et al.

PFI memiliki daya serap air yang lebih


besar dibandingkan PFC. Hal ini mungkin
dikarenakan permukaan PFI kurang mampu
menahan masuknya air ke dalam matriks
pakan dibandingkan dengan permukaan
PFC. Walau PFI dan PFC sama-sama
berbentuk dadu dengan nilai hidrofobisitas
permukaan yang relatif sama, namun kondisi
integritas atau keutuhan permukaan
keduanya berbeda. Semua keenam sisi PFC
tertutupi oleh lapisan miselium kapang
Rhizopus sp. utuh, sebaliknya hanya dua sisi
saja yang tertutupi miselium utuh tanpa
Gambar 7. Stabilitas dalam air pada menit ke120 dari
bekas irisan pada PFI. Keempat sisi PFI
pakan tenggelam komersial (PTK), pakan tersebut memiliki struktur miselium kapang
fermentasi irisan (PFI), pakan fermentasi Rhizopus sp. yang sudah rusak karena
cetakan (PFC), dan pakan apung komersial proses pengirisan, sehingga kurang mampu
(PAK) menahan masuknya air. Diduga melalui
empat sisi inilah air mudah dan cepat
nilai stabilitas yang lebih rendah, yakni terserap serta memasuki matriks PFI dalam
63,2%. Leiskayanti et al. (2017) juga volume yang lebih banyak ketimbang yang
melaporkan hal serupa, di mana stabilitas terserap oleh PFC.
pakan tenggelam komersial meningkat dari Daya serap air PFI ini melebihi PAK,
66,8% menjadi 80,8% setelah difermentasi sedangkan nilai stabilitas dalam air kedua
selama 30 jam menggunakan ragi tempe. pakan tersebut sama, yakni sekitar 80%
(Gambar 8). Artinya, zat pengikat yang
Absorpsi air digunakan pada PAK sama kuatnya dengan
Absorpsi air merupakan kemampuan kemampuan miselium kapang Rhizopus sp.
suatu benda dalam menyerap air. dalam mengikat butiran pakan. Bahkan bisa
Berdasarkan hasil pengujian absorpsi air, dikatakan bahwa daya ikat miselium pada
daya serap air paling rendah dimiliki PTK, PFI tersebut lebih kuat daripada zat pengikat
sedangkan yang paling tinggi terjadi pada pada PAK karena beban air yang terserap
PFI. Kemampuan penyerapan air oleh PAK oleh PFI (481% pada menit ke-120) lebih
lebih tinggi daripada PFC (Gambar 8). besar daripada yang terserap oleh PAK
Rendahnya penyerapan air oleh PTK (393% pada menit ke-120). Hasil serupa
yang massa jenisnya tertinggi dibandingkan didapatkan oleh Zaman et al. (2018), dimana
yang lain ini (Gambar 5) mungkin pakan ikan hasil fermentasi menggunakan
diakibatkan oleh sangat padatnya struktur
partikel bahan pakannya. Hal ini berdampak
pada sulitnya air meresap ke dalam PTK.
Penjelasan lain yang mungkin adalah, PTK
sebenarnya memiliki kemampuan menyerap
air yang tinggi. Akan tetapi karena mudah
hancur dalam air (Gambar 7), maka
sebagian pakan yang hancur ini menjadikan
berat basah PTK berkurang saat ditimbang,
sehingga seolah terlihat nilai daya serap
airnya rendah. Ini pulalah yang diduga
menjadi alasan mengapa kurva daya serap
air PTK cenderung menurun dari jam ke-20
hingga jam ke-120. Penurunan ini
diakibatkan oleh semakin banyaknya Gambar 8. Absorpsi air pakan tenggelam komersial
material pakan yang hancur dan larut atau (PTK), pakan fermentasi irisan (PFI),
tersuspensi dalam air saat perendaman pakan fermentasi cetakan (PFC), dan
dalam air (Leiskayanti et al. 2017). pakan apung komersial (PAK)

134
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Tabel 3. Daya apung pakan tenggelam komersial menunjukkan bahwa fermentasi padat
(PTK), pakan fermentasi irisan (PFI), pakan menggunakan kapang Rhizopus sp. mampu
fermentasi cetakan (PFC), dan pakan apung
komersial (PAK) menurunkan massa jenis pakan yang
awalnya lebih besar dari massa jenis air (1
Menit Daya apung (%) g cm-3) menjadi lebih kecil, sehingga
ke- PTK PFI PFC PAK mengapung.
1 0 100 100 100 Penurunan massa jenis pakan ikan
5 0 100 100 100 setelah difermentasi menggunakan kapang
15 0 100 100 100 Rhizopus sp. ini juga dialami oleh
30 0 100 100 100 Leiskayanti et al. (2017) dan Sriherwanto et
45 0 100 100 100 al. (2017). Penurunan massa jenis ini
60 0 100 100 100
kemungkinan dikarenakan keberadaan
75 0 100 100 100
rongga-rongga udara mikro yang terbentuk
90 0 100 100 100
akibat pembentukan miselia kapang
105 0 100 100 100
Rhizopus sp. yang memenuhi ruang antar
120 0 97 100 100
butiran substrat. Dengan demikian, gabungan
345 0 100 100 100
antara pakan ikan, miselia, dan rongga
udara mikro ini memiliki massa jenis total
kapang Rhizopus sp. yang dimensinya kurang dari 1 g cm-3, sehingga mengapung.
diperkecil menggunakan metode pengirisan Kemampuan mengapung PFI dan PFC
memiliki daya serap air lebih tinggi ini lebih baik daripada yang disyaratkan
dibandingkan dengan pakan apung Standar Nasional Indonesia (SNI), yaitu
komersial. Pakan fermentasi yang dihasilkan minimal 15 menit untuk pakan lele dumbo
peneliti tersebut juga memiliki profil stabilitas (BSN 2006). Daya apung PFI dan PFC
dalam air yang sama dengan pakan apung dalam kondisi air bergelombang ini juga lebih
komersial yang digunakannya. baik dibandingkan yang dicapai oleh
Kemampuan menyerap air pakan Sriherwanto et al. (2017) maupun
fermentasi yang dicetak maupun diiris ini Leiskayanti et al. (2017), dimana pakan
lebih baik dibandingkan dengan hasil yang fermentasi buatan keduanya nyaris
didapat oleh Leiskayanti et al. (2017) dan tenggelam semua di menit ke-60. Ini
Sriherwanto et al. (2017). Keduanya menunjukkan bahwa prosedur pengecilan
menggunakan cara yang sama dalam dimensi pakan menggunakan cetakan dan
memperkecil dimensi pakan ikan yang pengirisan yang digunakan dalam penelitian
difermentasi Rhizopus sp., yakni dengan ini memunculkan daya apung yang lebih baik
crushing atau tumbukan menggunakan alu dibandingkan dengan metode penumbukan
dalam mortar, yang diikuti oleh pengayakan (crushing) dan pengayakan bertingkat (multi-
bertingkat untuk mendapatkan ukuran yang level sieving) yang digunakan oleh peneliti
seragam. Diduga, proses crushing ini sebelumnya itu (Leiskayanti et al. 2017;
merusak struktur pakan fermentasi yang Sriherwanto et al. 2017).
mereka hasilkan, dan memunculkan Setelah menit ke-120, uji apung tetap
porositas air yang lebih tinggi yang dilanjutkan hingga menit ke-345. Satu butir
menjadikannya mudah dimasuki air. Dengan PFI yang awalnya tenggelam pada menit ke-
demikian, volume air yang diserap lebih 120 kembali mengapung pada menit ke-345.
besar, sehingga pakan pun mudah Hal ini mungkin dikarenakan massa jenis
tenggelam. satu butir pakan tersebut sedikit lebih besar
daripada massa jenis air setelah menyerap
Daya apung air selama 120 menit, sehingga tenggelam.
Daya apung adalah besaran untuk Namun, di menit ke-345, sebagian
menunjukkan kemampuan suatu benda komponen pakan yang sedang diuji tersebut
mengapung dan tidak tenggelam saat larut dalam air sehingga menjadikan air
berada di dalam air. Fermentasi pakan berubah keruh dengan warna kecoklatan
tenggelam komersial (PTK) menghasilkan (Gambar 9). Air keruh ini memiliki massa
pakan fermentasi PFC dan PFI yang mampu jenis yang lebih tinggi daripada air jernih
mengapung selama 120 menit, atau sebaik saat awal uji apung, dan sedikit lebih tinggi
pakan apung komersial (PAK) (Tabel 3). Ini daripada pakan yang tenggelam tersebut.

135
Dampak Teknik Pengirisan dan Pencetakan... Suliswati et al.

Gambar 9. Penampakan air setelah uji daya apung


selama 345 menit. Dari kiri ke kanan:
pakan tenggelam komersial (PTK),
pakan fermentasi cetakan (PFC), pakan
fermentasi irisan (PFI), dan pakan apung
komersial (PAK) Gambar 10. Ketahanan benturan pakan tenggelam
komersial (PTK), pakan fermentasi
Oleh karenanya, pakan yang tadinya irisan (PFI), pakan fermentasi cetakan
(PFC), dan pakan apung komersial
tenggelam, mengapung kembali. (PAK)
Kualitas air (Gambar 9) yang keruh
dan berwarna pasca uji daya apung pada bagian permukaan sisinya, sehingga
menunjukkan bahwa terjadi nutrition mudah hancur saat terkena benturan.
leaching atau pelarutan nutrisi pakan yang
berasal dari PTK, PFC, dan PFI ke dalam KESIMPULAN
air. Hal ini tidak terjadi pada PAK, dimana
airnya tetap jernih. Ini menunjukkan bahwa Pada penelitian ini, pakan apung
fermentasi padat menggunakan Rhizopus dibuat melalui fermentasi padat Rhizopus sp.
sp. belum mampu mempertahankan nutrisi pada substrat pakan tenggelam komersial
mudah larut agar tidak hilang ke dalam air (PTK). Pakan apung hasil fermentasi ini,
sebagaimana pada PAK. Perlu kajian lebih baik yang dicetak (PFC) maupun yang diiris
lanjut tentang strategi meminimalisir (PFI), mengalami peningkatan daya apung
pelarutan nutrisi pakan ini. pada air bergelombang dibandingkan
penelitian serupa sebelumnya. Daya apung
Uji ketahanan benturan ini setara dengan yang dimiliki pakan apung
Ketahanan benturan diuji dalam komersial (PAK). Hal ini dikarenakan
rangka mengetahui tingkat ketahanan fermentasi padat tersebut mampu
benturan antar pelet pada saat pengemasan menurunkan massa jenis PTK yang awalnya
(Akbar et al. 2017). Hasil penelitian ini di atas 1 g cm-3 menjadi di bawahnya,
menunjukkan bahwa semua jenis pakan sehingga pakan fermentasi yang dihasilkan
memiliki ketahanan yang baik (>90%) hingga dapat mengapung. Tingkat hidrofobisitas
benturan ke-5. Tapi setelah dikenai 10x dan permukaan memiliki nilai yang sama untuk
20x benturan, terdapat perbedaan yang keempat jenis pakan tersebut. Selain daya
signifikan pada nilai ketahanan benturan apung, parameter fisik lain berupa stabilitas
keempat pakan tersebut. PAK memiliki dalam air, daya serap air, dan ketahanan
ketahanan benturan tertinggi dengan nilai terhadap benturan pada PFC dan PFI lebih
selalu di atas 97%, sedangkan PTK adalah baik nilainya dibandingkan pada PTK. Ini
yang terendah. Hanya 67,7% saja PTK yang menunjukkan fermentasi padat menggunakan
tersisa setelah 20x benturan (Gambar 10). Rhizopus sp. juga mampu memperbaiki
Fermentasi PTK menghasilkan PFI ketiga sifat fisik pakan ikan tersebut.
dan PFC yang menunjukkan ketahanan
benturan yang lebih baik daripada PTK. Nilai SARAN
ketahanan benturan PFC sedikit lebih besar
dibandingkan PFI. Hal ini mungkin Penelitian ini agar dilanjutkan dengan
dikarenakan pengirisan yang dilakukan pada penelitian yang menganalisa pengaruh
PFI berdampak pada melemahnya struktur fermentasi Rhizopus sp. pada kandungan
miselium dalam mengikat butiran-butiran nutrisi pakan. Baik pakan tenggelam
komponen pakan, terutama yang berada komersial maupun pakan apung komersial

136
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

yang akan digunakan dalam penelitian Goldsmith GR, Bentley LP, Shenkin A,
selanjutnya hendaknya berasal dari Salinas N, Blonder B, Martin RE,
perusahaan yang sama. Bahkan jika Castro-Ccossco R, Chambi-Porroa P,
memungkinkan, komposisi bahan dan nutrisi Diaz S, Enquist BJ, Asner GP, Malhi Y
pakan tenggelam dan apung komersial (2017) Variation in leaf wettability traits
diupayakan sama, keduanya berbeda pada along a tropical montane elevation
sifat apung dan tenggelamnya saja. Bentuk gradient. New Phytologist 214:989-
dan ukuran pakan fermentasi agar sama 1001. doi: 10.1111/nph.14121
dengan bentuk dan ukuran pakan apung dan Kolesnikov B, Khrapatov N, Shamtsyan M
pakan tenggelam komersial yang digunakan. (2016) Obtaining of hydrophobin-type
proteins from mycelia biomass of
DAFTAR PUSTAKA Aspergillus niger. J
EcoAgriTourism 12:44-48
Akbar MRL, Suci DM, Wijayanti I (2017) Law KY (2014) Definitions for hydrophilicity,
Evaluasi kualitas pellet pakan itik yang hydrophobicity, and superhydrophobi-
disuplementasi tepung daun city: getting the basics right. J Phys
mengkudu (Morinda citrifolia) dan Chem Lett 5:686-688. doi:
disimpan selama 6 minggu. Bul Ilmu 10.1021/jz402762h
Makanan Ternak 104:31-48 Leiskayanti Y, Sriherwanto C, Suja'i I (2017)
Aslamyah S, Karim MY (2012) Uji Fermentasi menggunakan ragi tempe
organoleptik, fisik dan kimiawi pakan sebagai cara biologis pengapungan
buatan untuk ikan bandeng yang pakan ikan. J Bioteknol Biosains
disubtitusi dengan tepung cacing tanah Indones 4:54-63. doi:
(Lumbricus sp). J Akuakultur 10.29122/jbbi.v4i2.2503
Indones 11:124-131. doi: Lindasari A (2017) Pembuatan pakan
/10.19027/jai.11.124-131 terapung terfermentasi
BSN (2006) Pakan buatan untuk ikan lele Saccharomyces cerevisiae melalui
dumbo (Clarias gariepinus) pada proses non-ekstrusi. Skripsi, Bogor
budidaya intensif. Standar Nasional Agricultural University
Indonesia, SNI 01-4087-2006:1-12, Linder MB, Szilvay GR, Nakari-Setälä T,
Badan Standardisasi Nasional Penttilä ME (2005) Hydrophobins: the
Chukeatirote E, Eungwanichayapant PD, protein-amphiphiles of filamentous
Kanghae A (2017) Determination of fungi. FEMS Microbiol Rev 29:877-896.
volatile components in fermented doi: 10.1016/j.femsre.2005.01.004
soybean prepared by a co-culture of Misra CK, Sahu NP, Jain KK (2002) Effect of
Bacillus subtilis and Rhizopus extrusion processing and steam
oligosporus. Food Res 1:225–233 pelleting diets on pellet durability,
Craig S, Helfrich LA, Kuhn D, Schwarz MH water absorption and physical
(2017) Understanding fish nutrition, response of Macrobrachium
feeds, and feeding. Publication 420– rosenbergii. Asian Australas J Anim
256. Virginia Cooperative Sci 15:1354-1358. doi:
Extension, Yorktown, Virginia:4 10.5713/ajas.2002.1354
De Cruz CR, Kamarudin MS, Saad CR, Moscatiello R, Sello S, Ruocco M, Barbulova
Ramezani-Fard E (2015) Effects of A, Cortese E, Nigris S, Baldan B,
extruder die temperature on the Chiurazzi M, Mariani P, Lorito M,
physical properties of extruded fish Navazio L (2018) The Hydrophobin
pellets containing taro and broken rice HYTLO1 secreted by the biocontrol
starch. Anim Feed Sci Tech 199:137- fungus Trichoderma longibrachiatum
145. doi: 10.1016/j.anifeedsci.2014.11.010 triggers a NAADP-mediated calcium
Erizal E, Lana M, Setyo R, Abbas B (2016) signalling pathway in Lotus japonicus.
Sintesis dan karakterisasi hidrogel Int J Mol Sci 19:2596. doi:
superabsorben berbasis asam akrilat 10.3390/ijms19092596
hasil iradiasi gamma. J Ilm Apl Isot dan Nurlaila (2016) Hasil uji pakan ikan PT.
Radiasi 11:27-38. doi: Balqis Sejahtera. Laboratorium
10.17146/jair.2015.11.1.2697 Penguji, Balai Bioteknologi, BPPT.

137
Dampak Teknik Pengirisan dan Pencetakan... Suliswati et al.

Sertifikat hasil uji no. 142-SHU-07- Agricultural University


2016, 13 Juli 2016 Sriherwanto C, Suja'i I, Soraya S (2017)
Paramadini SA (2017) Analisa Kimia Pemanfaatan kapang Rhizopus sp.
Proksimat Pakan Ikan Apung Hasil sebagai agen hayati pengapung pakan
Fermentasi Menggunakan Kapang ikan. J Mikol Indones 1:70-81
Rhizopus oryzae. Laporan Magang di Valsecchi I, Dupres V, Stephen-Victor E,
Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian Guijarro JI, Gibbons J, Beau R, Bayry
dan Penerapan Teknologi (BPPT), J, Coppee JY, Lafont F, Latgé JP,
Tangerang Selatan. Departemen Beauvais A (2018) Role of
Kimia-Program Sarjana, Fakultas Hydrophobins in Aspergillus
Matematika dan Ilmu Pengetahuan fumigatus. J Fungi 4:2. doi:
Alam, Universitas Indonesia 10.3390/jof4010002
Prima CP (2016) Bidang usaha: Hi-Pro-Vite Windarti, Sumiarsih E (2012) Pemanfaatan
781 pakan ikan lele, kandungan, tipe, ikan untuk mengurangi penumpukan
kemasan, komposisi produk. materi organik di bawah karamba,
https://www.cpp.co.id/id/our- penelitian skala laboratorium. J
business/feed-business/fish/hi-pro-vite- Perikanan Kelautan 14:160-173
781-pakan-ikan-lele. Diakses pada 24 Zaman AB, Sriherwanto C, Yunita E, Suja'i I
Oktober 2018, pukul 15.47 WIB (2018) Karakteristik fisik pakan ikan
Saputra RA (2016) Uji kualitas fisik pakan apung non-ekstrusi yang dibuat
terapung terfermentasi Saccharomyces melalui fermentasi Rhizopus oryzae. J
cerevisiae melalui proses non-ekstrusi Bioteknol Biosains Indones 5:29-37.
dan deep frying. Skripsi, Bogor doi: 10.29122/jbbi.v5i1.2793

138
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

IDENTIFIKASI AKTINOMISETES SEDIMEN AIR TAWAR MAMASA,


SULAWESI BARAT DAN AKTIVITASNYA SEBAGAI ANTIBAKTERI
DAN PELARUT FOSFAT

Identification of Actinomycetes in Freshwater Sediments from Mamasa, West


Sulawesi and Their Antibacterial and Phosphate Solubilizing Activities
Ade Lia Putri1,*, Puspita Lisdiyanti2, Mia Kusmiati1
1
Pusat Penelitian Biologi, LIPI, Cibinong 16911 Jawa Barat
2
Pusat Penelitian Bioteknologi, LIPI, Cibinong 16911 Jawa Barat
*Email: ade.lia.putri@lipi.go.id

ABSTRACT
A large number of actinomycetes that have been isolated and screened were obtained from
soil and marine samples. Consequently, the possibility of isolating novel Actinomycetes and
secondary metabolites compounds strains from soil and marine samples have limited.
Exploration of actinomycetes from freshwater sediment is rare. In this study, 30 isolates of
Actinomycetes from freshwater sediments in Mamasa District, West Sulawesi were isolated,
identified, and screened for their antibacterial and phosphate solubilizing activity.
Actinomycetes were isolated by serial dilution method and were identified based on
morphological and 16S rRNA gene sequence. Antibiotic activity was screened using the agar
plug diffusion method, while soluble phosphate ability was observed by clear zone ratio in
PKA medium. Most of the isolates belong to the genus Streptomyces (80%). Out of 30
isolates, 56.6% showed antibacterial activity and 36.6% had potential as solubilizing
phosphate which belong to genus Streptomyces, Actinomadura, and Kitasatospora.

Keywords: 16S rRNA, Actinomycetes, antibacterial, freshwater sediment, phosphate solubilizing

ABSTRAK
Sebagian besar aktinomisetes yang telah diisolasi dan dilakukan penapisan metabolit
sekundernya berasal dari sampel tanah dan laut. Konsekuensinya, kesempatan untuk
menemukan aktinomisetes jenis baru maupun yang menghasilkan metabolit sekunder baru
dari tanah dan laut semakin berkurang. Eksplorasi aktinomisetes dari lingkungan lain seperti
sedimen air tawar jarang dilakukan. Pada penelitian ini, 30 isolat aktinomisetes yang
diisolasi dari sedimen air tawar di Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat, telah diidentifikasi
dan dilakukan penapisan antibakteri dan kemampuan isolat dalam melarutkan fosfat.
Aktinomisetes diisolasi dengan metode pengenceran secara langsung dan selanjutnya
diidentifikasi secara morfologi dan molekular berdasarkan gen 16S rRNA. Metode yang
digunakan dalam penapisan aktivitas antibakteri adalah agar plug diffusion method,
sedangkan kemampuan aktinomisetes dalam melarutkan fosfat diuji dengan cara
menumbuhkan isolat pada media PKA. Isolat yang paling banyak diisolasi termasuk ke
dalam marga Streptomyces (80%). Dari 30 isolat, 56,6% isolat menunjukkan adanya
aktivitas antibakteri dan 36,6% dari isolat berpotensi sebagai pelarut fosfat, yang termasuk
ke dalam marga Streptomyces, Actinomadura, dan Kitasatospora.

Kata Kunci: 16S rRNA, Aktinomisetes, sedimen air tawar, antibakteri, pelarut fosfat

Received: 13 July 2018 Accepted: 06 September 2018 Published: 03 December 2018

139
Identifikasi Aktinomisetes Sedimen Air Tawar Mamasa... Putri et al.

PENDAHULUAN dilakukan. Aktinomisetes yang diisolasi dari


ekosistem berbeda, seperti daerah perairan
Aktinomisetes merupakan bakteri air tawar diharapkan dapat menghasilkan
Gram positif yang memiliki DNA genom jenis dan senyawa bioaktif baru.
dengan kandungan GC (Guanine-Cytocine) Aktinomisetes selain berperan penting
yang tinggi (Chavan et al. 2013). dalam siklus nutrisi dan dekomposisi di
Aktinomisetes disebut juga sebagai tanah juga berperan di perairan. Selain itu,
filamentous bacteria karena ciri morfologi aktinomisetes juga berperan dalam proses
aktinomisetes lebih menyerupai cendawan degradasi bahan-bahan kontaminan yang
berfilamen dengan membentuk spora dan masuk ke dalam perairan air tawar, seperti
miselium, namun struktur sel dan komposisi limbah industri, limbah rumah tangga,
dinding sel aktinomisetes mirip dengan maupun limbah pertanian (Widenfalk 2005).
bakteria (Das et al. 2008). Aktinomisetes Berbagai jenis aktinomisetes juga berperan
dapat hidup hampir di semua ekosistem dan dalam mengurai pestisida yang masuk ke
distribusi paling luas pada ekosistem tanah dalam perairan, salah satunya Streptomyces
sehingga disebut sebagai bakteri tanah. sp. yang dapat mendegradasi pestisida jenis
Selain di tanah, aktinomisetes juga lidan (Katagi 2013). Faktor lingkungan
ditemukan di sedimen perairan baik perairan seperti faktor fisik dan kimiawi lingkungan
darat maupun perairan laut. Aktinomisetes akan mempengaruhi keragaman jenis dan
merupakan kelompok bakteri penting karena fungsi dari mikrob termasuk aktinomisetes
kemampuannya secara luas menghasilkan (Chavan et al. 2013; Chaudhary et al. 2013).
metabolit sekunder terutama antibiotik (Raja Dalam penelitian ini akan diungkapkan jenis
dan Prabakarana 2011). Antibiotik yang aktinomisetes yang diperoleh dari ekosistem
dihasilkan bisa berupa antibakteri, antifungi, perairan air tawar serta potensinya sebagai
antikanker dan antiprotozoa (Raja & penghasil antibakteri dan pelarut fosfat.
Prabakarana 2011; Jadon et al. 2014). Jenis Mikroorganisme pelarut fosfat
antibiotik yang dihasilkan diantaranya (termasuk kelompok aktinomisetes) akan
sepalosporin (Antonio et al. 2012), mengekresikan asam organik dalam proses
streptomisin (Ram 2014), penisilin (Torres- pengasaman yang akan melepaskan fosfat
bacete et al. 2015) dan rifampisin terikat menjadi fosfat bebas. Asam organik
(Spanogiannopoulos et al. 2012). yang dihasilkan bisa berupa asam glukonat,
Selain sebagai sumber antibiotik, asam sitrat, asam asetat, asam suksinat,
aktinomisetes juga dapat menghasilkan asam oksalat, asam malat dan asam
enzim. Enzim yang dapat dihasilkan oleh glikosalik. Jenis asam organik yang
aktinomisetes diantaranya fosfatase, dihasilkan tergantung pada sumber karbon
protease, selulase, lipase, xilanase, amilase, dan jalur metabolik yang dilalui (Rajput et al.
pektinase, fitase, dan peroksidase 2013; Jog et al. 2014). Jog et al. (2014)
(Ghorbani-Nasrabadi et al. 2013; Prakash et melaporkan bahwa Streptomyces mhcr0816
al. 2013). Sampai saat ini, aktinomisetes menghasilkan asam organik berupa asam
yang dapat menghasilkan enzim termasuk malat dan glukonat melalui lintasan
ke dalam marga Streptomyces, glyoxalate.
Thermonospora, Actinomadura, Tujuan dari penelitian ini adalah
Nocardiopsis, Thermoactinomycetes, dan mengisolasi dan mengidentifikasi
Microbispora (Prakash et al. 2013). aktinomisetes dari sedimen air tawar di
Sejumlah besar aktinomisetes yang Kabupaten Mamasa, Sulawesi Barat dan
telah berhasil diisolasi dan dilakukan melihat kemampuan isolat dalam
penapisan metabolit sekunder bersumber menghasilkan senyawa antibakteri dan
dari media tanah dan laut (Bull et al. 2000; melarutkan fosfat. Selain itu, hasil penelitian
Subramani dan Aalbersberg 2012). Kegiatan dapat memberikan kontribusi terhadap data
penapisan antibiotik pada saat ini sudah mikroorganisme Indonesia yang memiliki
mulai memperhatikan ekologi dari potensi dan akan dihimpun dalam data base
mikroorganisme penghasil antibiotik. mikroorganisme khususnya di Sulawesi yang
Pencarian metabolit sekunder dari ekologi akan diseleksi dan diregistrasi untuk
yang berbeda serta dari kelompok selain disimpan di Indonesian Culture Collection
Streptomyces (rare actinomycetes) terus (InaCC).

140
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

BAHAN DAN METODE annealing pada suhu 50C selama 30 detik,


elongasi pada suhu 72C selama 1 menit 30
Pengambilan sampel dan Isolasi detik diikuti tahapan pendinginan 4C
Sampel sedimen diambil di sekitar selama 15 menit. Proses dilakukan
aliran sungai dan air terjun di daerah sebanyak 30 siklus. Sekuen nukleotida
Sarambung, Desa Kondokbakaru, dilakukan dengan mengirimkan produk PCR
Kabupaten Mamasa, Provinsi Sulawesi ke penyedia jasa. Identifikasi jenis diperoleh
Barat. Lokasi berada pada ketinggian dengan cara membandingkan antara
berkisar antara 1601-1722 meter di atas nukleotida hasil sekuensing dengan
permukaan laut (dpl), dengan suhu database mikroorganisme pada laman
lingkungan pada saat pengambilan sampel http://www.ezbiocloud.net/eztaxon/ident ber-
16C, dan pH berkisar 6,5-7. Sedimen dasarkan data sekuen 16S rRNA (Kim et al. 2012).
diambil pada kedalaman ±10 cm. Sampel
sedimen yang ada di daerah tersebut berupa Penapisan aktivitas antibakteri
pasir. Sedimen dikumpulkan ke dalam botol Metode yang digunakan dalam
koleksi yang telah disterilisasi. Sebelum penapisan aktivitas antibakteri adalah agar
proses isolasi, sampel sedimen dikeringkan plug diffusion method (Balouiri et al. 2016).
pada suhu 60C selama 50 menit. Bakteri target yang digunakan adalah
Metode isolasi yang digunakan adalah Bacillus subtilis (InaCC B1), Escherichia coli
metode pengenceran secara langsung (InaCC B5), dan Staphylococcus aureus
(Mohseni et al. 2013). Satu gram sampel (InaCC B4). Media uji antibakteri yang
dimasukkan ke dalam 9 mL akuades steril, digunakan adalah Mueller Hinton (MH)
dihomogenkan dengan vorteks selama 10 (Sharma et al. 2011; Mohseni et al. 2013).
menit. Kemudian dilakukan pengenceran Media MH dibuat dua lapis, lapisan atas
bertingkat sampai diperoleh pengenceran merupakan media MH semi padat sebanyak
104. Dari masing-masing larutan 4 mL, sedangkan lapisan bawah merupakan
pengenceran selanjutnya sebanyak 0,2 mL media MH padat sebanyak 15 mL. Untuk
disebar ke dalam media Humic Acid-Vitamin membuat seed culture, masing-masing
Agar (HVA) (Yamamura et al. 2003). Cawan sebanyak 1 loop bakteri target diinokulasikan
petri selanjutnya diinkubasi pada suhu 28- pada 5 mL media MH cair dan diinkubasi
30C selama 14-21 hari. Isolat aktinomisetes pada suhu 37C menggunakan shaker
yang tumbuh dari proses isolasi diseleksi inkubator selama 21 jam. Masing-masing
secara morfologi dan ditumbuhkan kembali sebanyak B. subtilis InaCC B1 0,1%; E. coli
pada media Yeast Starch Agar (YSA). Isolat InaCC B5 0,2%; dan S. aureus InaCC B4
murni kemudian disimpan pada suhu -80C 0,1% ditambahkan pada media MH lapisan
dalam gliserol 10%. atas sebelum dituang sebanyak 4 mL ke
atas media MH lapisan bawah. Kultur
Identifikasi berdasarkan analisis gen 16S rRNA aktinomisetes (umur 7-14 hari) dengan
diameter 1 cm diletakkan di atas media MH
DNA genom diekstraksi mengikuti
lapisan atas. Aktivitas antibakteri diamati
metode Franco-Correa et al. (2010).
setelah media diinkubasi selama 24 jam
Selanjutnya identifikasi dilakukan secara
pada suhu 37C. Aktivitas positif ditunjukkan
molekuler berdasarkan analisis gen 16S
dengan terbentuknya zona bening di sekitar
rRNA. Amplifikasi gen 16S rRNA
koloni aktinomisetes. Indeks zona bening
menggunakan primer 27F (5' AGAGTTTGA
dihitung berdasarkan perbandingan antara
TCCTGGCTCAG 3') dan 1492R (5' diameter zona bening dan diameter koloni.
GGTTACCTTGTTACGACTT 3'). Komposisi
reaksi PCR yang digunakan adalah GoTaq® Uji Potensi Isolat sebagai Pelarut Fosfat
Green Master Mix 12,5 µl; nuclease free Isolat aktinomisetes dengan diameter
water 10 µL; masing-masing primer (50 koloni 1 cm yang berumur 14 hari
ng/µL) 0,5 µL; DMSO 0,5 µL; dan DNA ditumbuhkan pada media Pikovskaya agar
template 1 µL. Kondisi PCR untuk (PKA). Komposisi media PKA adalah
mengamplifikasi fragmen gen 16S rRNA glukosa 10 g/L; Ca3PO4 5 g/L; (NH4)2·SO4
adalah predenaturasi 94C selama 1 menit, 0,5 g/L; KCl 0,2 g/L; MgSO4·7H2O 0,1 g/L;
denaturasi pada 95C selama 30 detik, MnSO4·H2O 0,01 g/L; ekstrak khamir 0,5 g/L;

141
Identifikasi Aktinomisetes Sedimen Air Tawar Mamasa... Putri et al.

FeCl3·6H2O 0,01 g/L; agar 18 g/L dengan pH pigmen hanya 2 isolat, yaitu kode SBSD 1(3)
7. Isolat aktinomisetes yang telah dan SBSD 7(1) (Gambar 1). Isolat SBSD
ditumbuhkan pada media PKA selanjutnya 1(3) menghasilkan pigmen bewarna coklat
diinkubasi pada suhu 28C selama 14 hari. keunguan sedangkan isolat SBSD 7(1)
Aktivitas positif ditunjukkan dengan menghasilkan pigmen berwarna kuning
terbentuknya zona bening di sekitar koloni setelah 21 hari ditumbuhkan di media YSA.
aktinomisetes. Aktivitas pelarut fosfat Hasil identifikasi secara molekular
ditentukan dengan perbandingan (rasio) menunjukkan bahwa isolat SBSD 1(3)
antara diameter zona bening dan diameter diidentifikasi sebagai Kitasatospora
koloni (Paul dan Sinha 2017). purpeofusca dan isolat SBSD 7(1)
diidentifikasi sebagai Streptomyces
HASIL DAN PEMBAHASAN rhizosphaerihabitans.
Karakter morfologi yang ditunjukkan
Total isolat aktinomisetes yang pada terbentuknya pigmen dalam media
berhasil diisolasi dari sampel sedimen yang oleh aktinomisetes digunakan untuk
diambil di sekitar aliran sungai dan air terjun identifikasi marga atau jenis, namun
Sarambung di Kabupaten Mamasa, demikian munculnya pigmen sangat
Sulawesi Barat adalah 30 isolat. dipengaruhi oleh faktor lingkungan. Menurut
Berdasarkan pengamatan morfologi, Chater dan Chandra (2006), kemampuan
sebanyak 24 isolat menghasilkan miselium spora bertahan dalam kondisi yang kurang
aerial dan sisanya sebanyak 6 isolat tidak menguntungkan pada beberapa jenis
membentuk miselium aerial. Streptomyces meningkatkan terbentuknya
Identifikasi aktinomisetes secara pigmen dan aroma yang dihasilkan oleh
morfologi menjadi tahap awal untuk spora. Keadaan tersebut akan menstimulasi
memisahkan marga aktinomisetes yang perkembangan sel dan terbentuknya
berhasil diisolasi. Beberapa karakter isolat metabolit sekunder yang dihasilkan (Chi et
yang diamati diantaranya miselium aerial, al. 2011). Selain itu, menurut Chi et al.
pigmen yang dihasilkan, warna koloni, dan (2011), nutrisi yang ada di lingkungan
warna masa spora (Li et al. 2016). Namun mempengaruhi perbedaan morfologi dan
demikian, identifikasi secara morfologi terbentuknya metabolit sekunder yang
kadang tidak akurat, karena ada beberapa dihasilkan oleh Streptomyces.
marga memiliki morfologi yang hampir sama, Hasil identifikasi secara morfologi dan
sehingga identifikasi dengan pendekatan molekular menunjukkan bahwa isolat
molekular tetap diperlukan untuk terbanyak yang berhasil diisolasi termasuk
mendapatkan informasi marga atau jenis ke dalam marga Streptomyces yaitu
isolat yang lebih akurat. sebanyak 24 isolat (80%) (Tabel 1). Marga
Isolat yang dapat menghasilkan lain yang berhasil diisolasi adalah

Gambar 1. Isolat SBSD 1 (3) dan Isolat SBSD 7 (1) yang menghasilkan pigmen ke dalam media. Isolat ditumbuhkan
pada media YSA, umur 21 hari. Pengamatan menggunakan mikroskop stereo.

142
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Tabel 1. Keanekaragaman aktinomisetes yang berhasil Sebanyak 16 isolat (53,3%) mampu


diisolasi dari sedimen air tawar Mamasa, menghambat pertumbuhan E. coli, 8 isolat
Sulawesi Barat
(26,6%) mampu menghambat pertumbuhan
Jumlah B. subtilis dan 8 isolat (26,6%) mampu
Marga Jenis
isolat menghambat pertumbuhan S. aureus (Tabel 2).
Actinomadura
Actinomadura
1 Hasil uji menunjukkan bahwa isolat
oligospora aktinomisetes yang berhasil diisolasi dari
Kitasatospora sedimen air tawar lebih berpotensi dalam
1
aburaviensis
Kitasatospora
Kitasatospora
menghambat pertumbahan bakteri Gram
1 negatif (E. coli) dibandingkan dengan bakteri
purpeofusca
Nocardia Nocardia alba 1 Gram positif (B. subtilis dan S. aureus). Hal
Rhodococcus tersebut kemungkinan berhubungan dengan
Rhodococcus 2 jenis bakteri yang sudah beradaptasi pada
maanshanensis
Streptomyces perairan tawar. Bakteri Gram negatif
2
adustus merupakan bakteri yang paling banyak
Streptomyces ditemukan di perairan air tawar (Tamaki et
2
aureus
al. 2005). Kurang lebih 47% bakteri yang
Streptomyces
avidinii
2 berhasil diisolasi dari sedimen air tawar
Streptomyces danau Eutropic termasuk ke dalam
1 kelompok Proteobakteri yang umumnya
indigoferus
Streptomyces merupakan bakteri Gram negatif (Tamaki et
1
Streptomyces laculatispora al. 2005). Hal tersebut memicu
Streptomyces aktinomisetes yang hidup di lingkungan
1
mirabilis
perairan untuk menghasilkan antibakteri
Streptomyces
olivochromogenes
2 yang dapat menghambat pertumbuhan
Streptomyces bakteri Gram negatif, diantaranya E. coli.
4 Isolat yang dapat menghasilkan
rhizosphaerihabitans
Streptomyces antibiotik diidentifikasi sebagai marga
1
xanthophaeus Streptomyces, Kitasatospora dan
Streptomyces sp. 8 Actinomadura (Tabel 2). Isolat terbanyak
Total 30 yang dapat menghasilkan senyawa antibiotik
termasuk ke dalam kelompok Streptomyces
(14 isolat). Marga Streptomyces sudah
Actinomadura sebanyak 1 isolat, banyak diketahui dapat menghasilkan
Kitasatospora sebanyak 2 isolat, Nocardia antibiotik. Kurang lebih 80% antibiotik
sebanyak 1 isolat, dan Rhodococcus dihasilkan oleh aktinomisetes terutama
sebanyak 2 isolat (Tabel 1). Penelitian ini marga Streptomyces (Raja dan Prabakarana
sama dengan penelitian sebelumnya bahwa 2011; Chaudhary et al. 2013). Sebanyak
Streptomyces sudah banyak ditemukan di 7.600 senyawa dihasilkan oleh jenis
ekosistem tanah (Raja dan Prabakarana Streptomyces. Streptomyses yang berbeda
2011). Saat ini, lebih dari 500 jenis dapat menghasilkan kurang lebih 75%
Streptomyces telah dideskripsikan (Raja dan antibiotik yang sudah dikomersialkan.
Prabakarana 2011). Secara umum Dari 17 isolat yang diketahui
Streptomyces memiliki rantai spora di bagian berpotensi menghasilkan antibiotik, hanya
ujung miselium aerial. Umumnya dua isolat yang mampu menghambat
Streptomyces bersifat non-motil (Chater dan pertumbuhan semua bakteri uji. Hal tersebut
Chandra 2006; Otoguro et al. 2009; de Lima membuktikan bahwa kedua isolat uji dapat
Procópio et al. 2012). menghambat pertumbuhan bakteri Gram
Sebanyak 17 isolat (56,6%) positif dan bakteri Gram negatif. Isolat
menghasilkan antibakteri dan mampu tersebut adalah isolat SBSD 3(1) dan SBSD
menghambat pertumbuhan bakteri E. coli, B. 3(2). Hasil identifikasi isolat terdekat
subtilis, atau S. aureus (Tabel 2). Namun menunjukkan bahwa isolat SBSD 3(1)
zona hambat yang dihasilkan tidak terlalu homolog dengan Streptomyces
besar dengan rasio zona hambat yang xanthophaeus dan isolat SBSD 3(2)
terbentuk berkisar antara 1,2 – 2,7 (Tabel 2). diidentifikasi sebagai Streptomyces sp. Hal

143
Identifikasi Aktinomisetes Sedimen Air Tawar Mamasa... Putri et al.

Tabel 2. Aktinomisetes asal sedimen air tawar yang berpotensi menghasilkan antibiotik

Rasio zona bening


No Kode isolat Hasil identifikasi isolat terdekat Anti Anti Anti
E. coli B. subtilis S. aureus
1 SBSD 01 (3) Kitasatospora purpeofusca 1,2 1,5
2 SBSD 01 (4) Streptomyces indigoferus 1,7 1,3
3 SBSD 01 (5) Streptomyces rhizosphaerihabitans 1,5 1,6
4 SBSD 01 (6) Streptomyces avidinii 1,2 1,5
5 SBSD 01 (11) Streptomyces avidinii 1,3 2,0
6 SBSD 01 (13) Streptomyces aureus 1,2
7 SBSD 03 (1) Streptomyces xanthophaeus 1,2 2,7 1,2
8 SBSD 03 (2) Streptomyces sp. 1,5 2,2 1,5
9 SBSD 03 (3) Streptomyces sp 1,2 1,7
10 SBSD 03 (5) Streptomyces rhizosphaerihabitans 1,3 1,3
11 SBSD 05 (1) Kitasatospora aburaviensis 1,3 1,2
12 SBSD 05 (2) Streptomyces sp. 1,3
13 SBSD 07 (1) Streptomyces rhizosphaerihabitans 1,7 1,4
14 SBSD 07 (2) Streptomyces olivochromogenes 1,7
15 SBSD 07 (3) Streptomyces olivochromogenes 1,5
16 SBSD 08 (2) Streptomyces mirabilis 1,2 1,5
17 SBSD 08 (4) Actinomadura oligospora 1,3 1,3

Tabel 3. Aktinomisetes asal sedimen air tawar yang dapat melarutkan fosfat

No Kode isolat Hasil identifikasi isolat terdekat Rasio zona bening


1 SBSD 01 (5) Streptomyces rhizosphaerihabitans 2,1
2 SBSD 02 (1) Streptomyces rhizosphaerihabitans 2,3
3 SBSD 03 (1) Streptomyces xanthophaeus 2,1
4 SBSD 03 (2) Streptomyces sp. 2,3
5 SBSD 05 (1) Kitasatospora aburaviensis 2,1
6 SBSD 07 (1) Streptomyces rhizosphaerihabitans 2,3
7 SBSD 07 (2) Streptomyces olivochromogenes 2,4
8 SBSD 07 (3) Streptomyces olivochromogenes 2,1
9 SBSD 08 (2) Streptomyces mirabilis 2,1
10 SBSD 08 (3) Streptomyces sp. 2,4
11 SBSD 08 (4) Actinomadura oligospora 2,1

yang sama juga pernah dilaporkan oleh menghasilkan β-lactam (Antonio et al. 2012).
Singh et al. (2016) bahwa Streptomyces Selain menghasilkan senyawa
xanthophaeus dapat menghasilkan antibakteri, isolat yang berhasil diisolasi juga
antibiotik. Berbagai senyawa metabolit yang dapat melarutkan fosfat terbukti dengan
dapat dihasilkan S. xanthophaeus seperti terbentuknya zona bening di sekitar media.
postprolin endopeptidase, benarthin, β- Jumlah isolat yang dapat melarutkan fosfat
galactosidase (Singh et al. 2016). sebanyak 11 isolat (36,6%). Rata-rata indeks
Beberapa jenis aktinomisetes, zona bening yang dihasilkan berkisar antara
diantaranya Streptomyces griseus pernah 2,1-2,4 (Tabel 3). Isolat yang dapat
dilaporkan menghasilkan antibiotik melarutkan fosfat termasuk ke dalam marga
streptomisin (Meanwell dan Shama 2008; Streptomyces, Actinomadura, dan
Ram 2014). Streptomyces kanamyceticus Kitasatospora. Marga dominan yang dapat
menghasilkan kanamisin (Gao et al. 2017). melarutkan fosfat termasuk ke dalam marga
Streptomyces menghasilkan rifampisin Streptomyces.
(Spanogiannopoulos et al. 2012) serta Terbentuknya zona bening yang
Streptomyces clavuligerus dapat dihasilkan mengindikasikan bahwa isolat

144
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

tersebut dapat melarutkan fosfat anorganik yang diidentifikasi sebagai Streptomyces


berupa trikalsium fosfat (Ca3(PO4)) yang galbus (Sahu et al. 2007). Kebutuhan fosfat
terdapat dalam media Pikovskaya. mikroorganisme yang hidup di dalamnya
Terbentuknya zona bening yang dihasilkan terpenuhi dengan cara melarutkan fosfat
di sekitar koloni bisa disebabkan oleh terikat secara enzimatis (Sahu et al. 2007).
aktivitas enzim fosfatase yang dihasilkan Isolat terbanyak yang berhasil diisolasi
atau karena produksi asam organik atau dan memiliki potensi sebagai pelarut fosfat
polisakarida yang dihasilkan oleh memiliki homolog dengan Streptomyces
aktinomistes (Halder dan Chakrabartty 1993: rhizosphaerihabitans strain JR-35(T). Selain
Paul dan Sinha 2013a; Paul dan Sinha dapat melarutkan fosfat, jenis ini juga dapat
2013b; Paul dan Sinha 2017). Jog et al menghasilkan senyawa antibiotik yang
(2014) melaporkan bahwa Streptomyces menghambat pertumbuhan E. coli dan B.
mhcr0816 menghasilkan asam malat (50-55 subtilis. S. rhizosphaerihabitans strain JR-
mmol/L) yang dapat melarutkan sebanyak 35(T) merupakan aktinomisetes jenis baru
1916 mg fosfat anorganik yang melibatkan yang ditemukan oleh Lee dan Whang
kerja enzim. (2016). Jenis ini berhasil diisolasi dari tanah
Secara umum fosfat di dalam sedimen hutan bambu. Belum ada laporan tentang
ada dalam bentuk organik dan anorganik ditemukannya jenis ini di perairan air tawar.
yang tidak terlarut. Konsentrasi fosfat di Selain itu, informasi tentang potensi jenis ini
dalam air sangat dipengaruhi oleh berbagai baik dalam menghasilkan senyawa antibiotik
faktor. Ion fosfat paling banyak teradsorbsi maupun metabolit sekunder belum pernah
oleh sedimen yang berlumpur dan sedimen dilaporkan. Isolat-isolat yang telah
jenis tanah liat (Sahu et al. 2007). Bakteri diidentifikasi dengan baik selanjutnya
pelarut fosfat memiliki peran penting dalam diseleksi, diregistrasi dan disimpan di
proses pertukaran fosfor di dalam air dan Indonesian Culture Collection (InaCC).
sedimen. Selama ini aktinomisetes telah banyak
Sahu et al. (2007) melaporkan bahwa ditemukan pada sampel tanah dan sedimen
7 isolat aktinomisetes yang diisolasi dari laut dan sudah dimanfaatkan untuk
sedimen tanah liat dan sedimen pasir di penemuan antibiotik ataupun enzim (Bull et
muara Vellar memiliki kemampuan dalam al. 2000, Subramani dan Aalbersberg 2012).
melarutkan fosfat. Aktifitas pelarut fosfat Beberapa publikasi juga melaporkan bahwa
isolat aktinomisetes tertinggi diperoleh dari aktinomisetes dapat ditemukan di tanah
isolat yang diisolasi dari sedimen tanah liat. yang dekat dengan air terjun ataupun gua di
Isolat yang menghasilkan aktivitas pelarut taman nasional di Bangladesh, Malaysia dan
fosfat tertinggi dihasilkan oleh isolat PS-3 Thailand (Han et al. 2013; Sripreechasak et

Gambar 2. Kemampuan aktinomisetes menghasilkan antibakteri (a) dan sebagai pelarut fosfat (b).

145
Identifikasi Aktinomisetes Sedimen Air Tawar Mamasa... Putri et al.

al. 2013; Sripreechasak et al. 2017). 27064. Braz Arch Biol Technol
Penelitian ini menunjukkan bahwa 55:819-825. doi: 10.1590/S1516-
aktinomisetes yang ditemukan lebih banyak 89132012000600003
berperan dalam menghasilkan antibakteri Balouiri M, Sadiki M, Ibnsouda SK (2016)
dibandingkan sebagai pelarut fosfat. Methods for in vitro evaluating
antimicrobial activity: A review. J
KESIMPULAN Pharm Anal 6:71-79. doi:
10.1016/j.jpha.2015.11.005
Tiga puluh isolat berhasil diisolasi dari Bull AT, Ward AC, Goodfellow M (2000)
sedimen perairan Mamasa, Sulawesi Barat. Search and discovery strategies for
Dari jumlah tersebut yang menghasilkan biotechnology: the paradigm shift.
pigmen adalah isolat isolat SBSD 1(3) yang Microbiol Mol Biol Rev 64:573-606
menghasilkan pigmen berwarna coklat Chater KF, Chandra G (2006) The evolution
keunguan dan isolat SBSD 7(1) yang of development in Streptomyces
menghasilkan pigmen berwarna kuning. analysed by genome comparisons.
Hasil identifikasi isolat terdekat menunjukkan FEMS Microbiol Rev 30:651-672. doi:
bahwa isolat SBSD 1(3) diidentifikasi 10.1111/j.1574-6976.2006.00033.x
sebagai Kitasatospora purpeofusca dan Chaudhary HS, Soni B, Shrivastava AR,
isolat SBSD 7(1) diidentifikasi sebagai Shrivastava S (2013) Diversity and
Streptomyces rhizosphaerihabitans. Sebesar versatility of actinomycetes and its
80% isolat yang berhasil diisolasi termasuk role in antibiotic production. J Appl
ke dalam marga Streptomyces. Sebanyak Pharm Sci 3:S83-S94. doi:
56,6% isolat menghasilkan antibakteri dan 10.7324/JAPS.2013.38.S14
mampu menghambat pertumbuhan bakteri Chavan DV, Mulaje SS, Mohalkar RY
E. coli, B. subtilis, atau S. aureus. Hanya (2013) A review on actinomycetes and
dua isolat yang mampu menghambat their biotechnological application. Int J
pertumbuhan semua bakteri uji yaitu isolat Pharmaceut Sci Res 4:1730-1742.
SBSD 3(1) dan SBSD 3(2). Sebanyak 36,6% doi: 10.13040/IJPSR.0975-
isolat dapat melarutkan fosfat dengan indek 8232.4(5).1730-42
zona bening berkisar 2,1 – 2,4. Chi WJ, Lee SY, Lee J (2011) Functional
Aktinomisetes yang berhasil ditemukan dari analysis of SGR4635-induced
sedimen air tawar Mamasa memiliki potensi enhancement of pigmented antibiotic
menghasilkan senyawa antibiotik dan production in Streptomyces lividans. J
berpotensi pelarut fosfat, yang diharapkan Microbiol 49:828-833. doi:
dapat digunakan untuk studi selanjutnya. 10.1007/s12275-011-1100-7
Das S, Lyla PS, Khan SA (2008).
UCAPAN TERIMAKASIH Distribution and generic composition
of culturable marine actinomycetes
Penelitian ini merupakan hasil from the sediments of Indian
eksplorasi E-WIN (Ekspedisi Widya continental slope of Bay of Bengal.
Nusantara) LIPI tahun 2016. Ucapan Chin J Oceanol Limnol 26:166-177.
terimakasih penulis ucapkan kepada Bapak doi: 10.1007/s00343-008-0166-5
Prof. Rosichon Ubaidillah yang membimbing de Lima Procópio RE, da Silva IR, Martins
dalam penulisan, serta Ruby Setiawan, Rini MK, Azevedo JL, Araújo JM (2012)
Riffiani, Dian Alfian Nurcahyanto, dan Gita Antibiotics produced by Streptomyces.
Azizah Putri atas bantuannya selama Braz J Infect Dis 16:466-471. doi:
penelitian. 10.1016/j.bjid.2012.08.014
Franco-Correa M, Quintana A, Duque C,
DAFTAR PUSTAKA Suarez C, Rodríguez MX, Barea JM
(2010) Evaluation of actinomycete
Antonio T, Bellão C, Corrêa T, Cavallieri strains for key traits related with plant
AP, Badino AC, Araujo MLGC (2012) growth promotion and mycorrhiza
Evaluation of different media for the helping activities. Appl Soil Ecol
production of cephalosporins by 45:209-217. doi:
Streptomyces clavuligerus ATCC 10.1016/j.apsoil.2010.04.007

146
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Gao W, Wu Z, Sun J, Ni X, Xia H (2017) Syst Evol Microbiol 66:3573-3578.


Modulation of kanamycin B and doi: 10.1099/ijsem.0.001236
kanamycin A biosynthesis in Li Q, Chen X, Jiang Y, Jiang C (2016)
Streptomyces kanamyceticus via Morphological identification of
metabolic engineering. PLoS One. Actinobacteria. Chapter 3. In
12(7):e0181971. doi: Dhanasekaran D and Jiang Y (Ed).
10.1371/journal.pone.0181971 Actinobacteria: Basics and
Ghorbani-Nasrabadi R, Greiner R, Alikhani Biotechnological Applications.
HA, Hamedi J, Yakhchali B (2013) IntechOpen, London. doi:
Distribution of actinomycetes in 10.5772/61461
different soil ecosystems and effect of Meanwell RJL, Shama G (2008) Production
media composition on extracellular of streptomycin from chitin using
phosphatase activity. J Soil Sci Plant Streptomyces griseus in bioreactors of
Nutr 13:223-236. doi: 10.4067/S0718- different configuration. Bioresource
95162013005000020 Technology 99:5634-5639. doi:
Halder AK, Chakrabartty PK (1993) 10.1016/j.biortech.2007.10.036
Solubilization of inorganic phosphate Mohseni M, Norouzi H, Hamedi J, Roohi A
by Rhizobium. Folia Microbiol 38:325- (2013) Screening of antibacterial
330. doi: 10.1007/BF02898602 producing actinomycetes from
Han NY, Yi TJ, Chia YT (2013) sediments of the Caspian Sea. Int J
Antimicrobial activity of actinomycetes Mol Cell Med 2:64-71
isolated from Paya Maga, Sarawak. Otoguro M, Ratnakomala S, Lestari Y,
Jurnal Teknologi (Sciences and Hastuti RD, Triana E, Widyastuti Y,
Engineering) 62:17-19. doi: Ando K (2009) Streptomyces baliensis
10.11113/jt.v62.1872 sp. nov., isolated from Balinese soil.
Jadon R, Singh V, Chaudhary HS (2014) Int J Syst Evol Microbiol 59:2158-
Update on bioactive molecules of 2161. doi: 10.1099/ijs.0.007179-0
actinomycetes. Biosciences Paul D, Sinha SN (2013a) Isolation of
Biotechnology Research Asia 11:705- phosphate solubilizing bacteria and
714. doi: 10.13005/bbra/1325 total heterotrophic bacteria from river
Jog R, Pandya M, Nareshkumar G, water and study of phosphatase
Rajkumar S (2014) Mechanism of activity of phosphate solubilizing
phosphate solubilization and bacteria. Adv Appl Sci Res 4:409-412
antifungal activity of Streptomyces Paul D, Sinha SN (2013b) Phosphate
spp. isolated from wheat roots and solubilization potential and
rhizosphere and their application in phosphatase activity of some bacterial
improving plant growth. Microbiology strains isolated from thermal power
160:778–788. doi: 10.1099/ plant effluent exposed water of river
mic.0.074146-0 Ganga. CIBTech J Microbiol 2:1-7
Katagi T (2013) Aerobic microbial Paul D, Sinha SN (2017) Isolation and
transformation of pesticides in surface characterization of phosphate
water. J Pestic Sci 38:10-26. doi: solubilizing bacterium Pseudomonas
10.1584/jpestics.D12-053 aeruginosa KUPSB12 with
Kim OS, Cho YJ, Lee K, Yoon SH, Kim M, antibacterial potential from river
Na H, Park SC, Jeon YS, Lee JH, Yi Ganga, India. Annals of Agrarian
H, Won S, Chun J (2012) Introducing Science 15:130-136. doi: 10.1016/
EzTaxon-e: a prokaryotic 16S rRNA j.aasci.2016.10.001
gene sequence database with Prakash D, Nawani N, Prakash M, Bodas
phylotypes that represent uncultured M, Mandal A, Khetmalas M, Kapadnis
species. Int J Syst Evol Microbiol B (2013) Actinomycetes: A repertory
62:716-721. doi: 10.1099/ijs.0.038075-0 of green catalysts with a potential
Lee HJ, Whang KS (2016) Streptomyces revenue resource. BioMed Res Int 1-
rhizosphaerihabitans sp. nov. and 8. doi: 10.1155/2013/264020
Streptomyces adustus sp. nov., Raja A, Prabakarana P (2011)
isolated from bamboo forest soil. Int J Actinomycetes and drug – An

147
Identifikasi Aktinomisetes Sedimen Air Tawar Mamasa... Putri et al.

overview. Am J Drug Discov Develop nov., and Streptomyces similanensis


1:75-84. doi: 10.3923/ajdd.2011.75.84 sp. nov., isolated from Thai soils. J
Rajput MS, Naresh KG, Rajkumar S (2013) antibiot 66:633-640. doi:
Repression of oxalic acid-mediated 10.1038/ja.2013.60
mineral phosphate solubilization in Sripreechasak P, Phongsopitanun W,
rhizospheric isolates of Klebsiella Tamura T, Tanasupawat S (2017)
pneumoniae by succinate. Arch Streptomyces krungchingensis sp.
Microbiol 195:81–88. doi: nov., isolated from soil. Int J Syst Evol
10.1007/s00203-012-0850-x Microbiol 67:50-54. doi:
Ram L (2014) Optimization of medium for 10.1099/ijsem.0.001570
the production of Streptomycin by Subramani R, Aalbersberg W (2012) Marine
Streptomyces griseus. Int J actinomycetes: An ongoing source of
Pharmaceut Sci Invention 3:1-8 novel bioactive metabolites. Microbiol
Sahu MK, Sivakumar K, Thangaradjou T, Res 167:571-580. doi:
Kannan L (2007) Phosphate 10.1016/j.micres.2012.06.005
solubilizing actinomycetes in the Tamaki H, Sekiguchi Y, Hanada S,
estuarine environment: An inventory. Nakamura K, Nomura N, Matsumura
J Environ Biol 28:795-798 M, Kamagata Y (2005) Comparative
Sharma D, Kaur T, Chadha BS, Manhas RK analysis of bacterial diversity in
(2011) Antimicrobial activity of freshwater sediment of a shallow
actinomycetes against multidrug eutrophic lake by molecular and
resistant Staphylococcus aureus, E. improved cultivation-based
coli and various other pathogens. techniques. Appl Environ Microbiol
Trop J Pharm Res 10:801-808. Doi: 71:2162-2169. doi: 10.1128/
10.4314/tjpr.v10i6.14 AEM.71.4.2162-2169.2005
Singh V, Haque S, Singh H, Verma J, Vibha Torres-Bacete J, Hormigo D, Torres-
K, Singh R, Jawed A, Tripathi CKM Gúzman R, Arroyo M, Castillón MP,
(2016) Isolation, screening, and García L, Acebal C, de la Mata I
identification of novel isolates of (2015) Overexpression of penicillin V
actinomycetes from India for acylase from Streptomyces
antimicrobial applications. Front lavendulae and elucidation of Its
Microbiol 7:1921. doi: catalytic residues. Appl Environ
10.3389/fmicb.2016.01921 Microbiol 81:1225-1233. doi:
Spanogiannopoulos P, Thaker M, Koteva K, 10.1128/AEM.02352-14
Waglechner N, Wright GD (2012) Widenfalk A (2005) Interactions between
Characterization of a rifampin- pesticides and microorganisms in
inactivating glycosyltransferase from a freshwater sediments – Toxic effect
screen of environmental and implications for bioavailability.
actinomycetes. Antimicrob Agents Thesis, Swedish University of
Chemother 56:5061-5069. doi: Agricultural Sciences
10.1128/AAC.01166-12 Yamamura H, Hayakawa M, Nakagawa Y,
Sripreechasak P, Matsumoto A, Iimura Y (2003) Species diversity of
Suwanborirux K, Inahashi Y, Shiomi Nocardiae isolated from lake and moat
K, Tanasupawat S, Takahashi Y sediment samples. Actinomycetologica
(2013) Streptomyces siamensis sp. 17:44-46. doi: 10.3209/saj.17_4

148
VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

UJI AKTIVITAS ANTIJAMUR BEBERAPA SENYAWA MONOKARBONIL


ANALOG CURCUMIN HASIL SINTESIS
Antifungal Activity of Some Synthesized Mono-Carbonyl Analogue Compounds
of Curcumin
Ismi Rahmawati*, Desi Purwaningsih
Fakultas Farmasi, Universitas Setia Budi , Jl Letjend Sutoyo, Surakarta 57127
*Email: ismirahmawati@setiabudi.ac.id

ABSTRACT
Fungal resistance can pose a threat to future fungal infections, therefore studies to find other
compounds that have antifungal activity need to be done. The aim of this study was to examine
antifungal activity of synthesized curcumin analogue compounds i.e. 2,6-Bis-(2'-furilidin)-
cyclohexanone (26FuH); 2,5-Bis-(2'-furilidine)-cyclopentanone (25FuP) and 1,5-Difuril-1,4-
pentadien-3-on (15FuA). The curcumin analogue compound was successfully synthesized with
Aldol condensation using KOH 7.5% as the catalyst. The compound was purified and
characterized by melting point, thin layer chromatography, gas chromatography with mass
spectrometry, FTIR spectrophotometry, spectrophotometry 1H-NMR. The results showed pure
compounds and have a structure that corresponds to the target compounds. All compound
were assayed as antifungal against Candida albicans, Pityrosporum ovale, Aspergillus niger,
and Trichophyton mentagrophytes. The activity of each compound represented by inhibitory
diameter was analyzed by one-way ANOVA followed by post hoc Tukey (p<0.05). All three
compounds showed antifungal activity against Candida albicans, Pityrosporum ovale, and
Aspergillus niger. The best antifungal activity was shown by 26FuH against Pityrosporum
ovale.

Keywords: antifungal activity, curcumin, monocarbonyl, Pityrosporum ovale, synthesis

ABSTRAK
Resistensi jamur dapat menjadi ancaman pada kasus infeksi jamur di masa mendatang, oleh
sebab itu penelitian untuk menemukan senyawa lain yang memiliki aktivitas antijamur perlu
dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menguji aktivitas antijamur senyawa analog curcumin
hasil sintesis yaitu senyawa 2,6-Bis-(2’-furilidin)-sikloheksanon (26FuH); 2,5-Bis-(2’-furilidin)-
siklopentanon (25FuP) dan 1,5-Difuril-1,4-pentadien-3-on (15FuA). Senyawa analog curcumin
sudah berhasil disintesis dengan metode kondensasi Aldol menggunakan katalis KOH 7,5%.
Senyawa hasil sintesis dimurnikan dan dikarakterisasi dengan menggunakan pemeriksaan
organoleptis, titik lebur, kromatografi lapis tipis, kromatografi gas dengan spektrometri massa,
spektrofotometri FTIR, spektrofotometri 1H-NMR. Hasil menunjukkan senyawa murni dan struktur
sesuai senyawa target. Hasil sintesis diuji aktivitas antijamur terhadap Candida albicans,
Pityrosporum ovale, Aspergillus niger dan Trichophyton mentagrophytes. Hasil diameter daya
hambat dianalisis dengan ANOVA satu arah dilanjutkan post hoc Tukey (p<0,05). Ketiga
senyawa memiliki aktivitas antijamur terhadap jamur Candida albicans, Pityrosporum ovale, dan
Aspergillus niger. Aktivitas antijamur terbaik adalah senyawa 26FuH terhadap jamur
Pityrosporum ovale.

Kata Kunci: aktivitas antijamur, curcumin, monokarbonil, Pityrosporum ovale, sintesis

Received: 05 April 2018 Accepted: 02 October 2018 Published: 04 December 2018

149
Uji Aktivitas Antijamur Beberapa Senyawa Monokarbonil... Rahmawati dan Purwaningsih

PENDAHULUAN Kedokteran UGM tahun 2013 juga


menunjukkan resistensi terhadap beberapa
Profil Kesehatan Indonesia 2010 yang antijamur walaupun sensitivitasnya masih
menunjukkan bahwa penyakit kulit dan tinggi (Nirwati dkk. 2014). Pengujian
jaringan subkutan menjadi peringkat ketiga kepekaan griseofulvin, ketokonasol,
dari 10 penyakit terbanyak pada pasien rawat itrakonasol, dan terbinafin terhadap spesies
jalan di rumah sakit se-Indonesia (Kemenkes dermatofit di URJ Kesehatan Kulit dan
2012). Penyakit jamur pada kulit merupakan Kelamin RSUD Dr. Soetomo Surabaya
salah satu penyakit dengan angka prevalensi dalam Bulan Oktober sampai dengan
tinggi pada daerah yang beriklim tropis dan Desember 2014 menunjukkan adanya
memiliki kelembaban tinggi (Jawetz et al. kemungkinan resistensi terhadap spesies
2016). jamur dermatofit (Anggarini dkk. 2015).
Meluasnya infeksi jamur dan sedikitnya Peningkatan resistensi antijamur
pilihan terapi yang tersedia menyebabkan dimasa depan mendorong peneliti mencari
resistensi antijamur menjadi masalah serius antijamur baru. Pengembangan obat baru
di masa yang akan datang (Apsari dan dapat dilakukan dengan sintesis senyawa
Adiguna 2013). Penelitian pola sensitivitas atas dasar struktur senyawa alam yang
selama tahun 2010-2011 menunjukkan mempunyai nilai terapeutik. Senyawa alam
Candida albicans resisten terhadap yang memiliki aktivitas antijamur adalah
flukonazol dan itrakonazol sebesar masing- curcumin dari tanaman Curcuma longa L.
masing 1,29% dan 4,31% di Laboratorium (Zingiberaceae) (Martins et al. 2008;
Mikologi Departemen Parasitologi FKUI Moghadamtousi et al. 2014; Khalil et al.
(Yugo dan Ridhawati 2013). Pola Kepekaan 2012). Kelemahan kurkumin ketidakstabilan
Candida sp. terhadap berbagai antijamur di kimia, rentan terhadap degradasi pada UV
Laboratorium Mikrobiologi Fakultas dan paparan cahaya tampak (Heger et al.
2014). Kelemahan kurkumin dapat diatasi
dengan memodifikasi struktur senyawa.
Senyawa hasil sintesis modifikasi kurkumin
yang memiliki aktivitas antijamur adalah
senyawa monokarbonil analog curcumin
(Sardjiman, 2000).
Senyawa analog curcumin dengan
modifikasi struktur memiliki aktivitas sebagai
antijamur terhadap Candida spp yang
resisten flukonazol (Zhao et al. 2017).
Beberapa analog curcumin yang lain yang
juga berhasil di sintesis dan memiliki
berbagai macam aktivitas yaitu bis-
(arylmethylidene) cycloalkanones (Braga et
al. 2014); 1,5-bis(2-bromophenyl) penta-1,4-
dien-3-one (Xiao et al. 2010) dan 1,5-diaryl-
3-oxo-1,4-pentadienes (Kudo et al. 2011);
seri monokarbonil analog curcumin memiliki
aktivitas antiproliferatif dan antiinflamasi
(Katsori et al. 2011).
Analog monokarbonil curcumin
dibandingkan dengan curcumin memiliki
stabilitas dan profil farmakokinetik yg lebih baik
(Liang et al. 2009). Rahmawati (2009) berhasil
memodifikasi cincin samping dengan furfural
yaitu senyawa 2,6-Bis-(2’-furilidin)-
sikloheksanon (26FuH); 2,5-Bis-(2’-furilidin)-
siklopentanon (25FuP) dan 1,5-Difuril-1,4-
pentadien-3-on (15FuA). Diagram struktur
senyawa tersebut dapat dilihat pada Gambar
Gambar 1. Rencana sintesis senyawa target

150
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

1. Ketiga senyawa sebelumnya diteliti dengan kecepatan 700 rpm selama 10


memiliki aktivitas antibakteri terhadap bakteri menit. Sambil tetap diaduk, diteteskan keton
Salmonella thypii ATCC 13311 dan starting material yang sesuai 0,01 mmol
Stapylococcus aureus ATCC 25923 selama 15 menit, dilanjutkan pengadukan
(Rahmawati 2009). Berdasarkan aktivitas selama 2,5 jam. Percobaan ini dilakukan
antijamur curcumin, maka penelitian ini pada suhu kamar. Hasil sintesis dipindahkan
bertujuan untuk menguji aktivitas antijamur ke dalam gelas beker, dinetralkan dengan
senyawa analog curcumin hasil sintesis yaitu HCl 0,5 N, kemudian dilakukan
senyawa 2,6-Bis-(2’-furilidin)-sikloheksanon pembentukan padatan dengan ditambah
(26FuH); 2,5-Bis-(2’-furilidin)-siklopentanon aquades dingin sampai 200 mL dan
(25FuP) dan 1,5-Difuril-1,4-pentadien-3-on ditempatkan dalam es batu lalu didiamkan
(15FuA) terhadap jamur Candida albicans, selama 20 menit. Padatan yang terbentuk
Pityrosporum ovale, Aspergillus niger dan disaring dalam corong Büchner dengan
Trichophyton mentagrophytes. bantuan penyaring vakum. Padatan yang
diperoleh dikeringkan. Padatan selanjutnya
BAHAN DAN METODE direkristalisasi dengan di-refluk dengan
etanol absolut 10 kalinya kemudian
Bahan dipanaskan. Hasil disaring dan dimasukkan
Bahan yang digunakan untuk sintesis dalam gelas beker dan ditempatkan dalam
ini adalah: sikloheksanon pa Merck, aseton baskom berisi es, didiamkan selama
pa Merck, furfural pa Merck, KOH pa Merck, beberapa menit. Kristal yang didapat
etanol 96% pa Merck, diklormetan pa Merck, disaring dengan corong Büchner dengan
heksan, kloroform, silika gel GF 254, HCl 0,5 bantuan penyaring vakum, kemudian
N, aquades. Medium Sabround Glukosa dikeringkan, ditimbang dan dihitung
Agar (SGA), medium Sabround Glukosa Cair rendemennya.
(SGC), jamur Candida albicans ATCC
10231, Pityrosporum ovale ATCC 3175, Karakterisasi ketiga senyawa
Aspergillus niger ATCC 16404 dan Hasil sintesis dikarakterisasi melalui
Trichophyton mentagrophytes ATCC 18191, metode pemeriksaan organoleptis,
aquades steril, larutan standar Mc Farlan penentuan titik lebur yang diukur dengan alat
0,5; Lactofenol Cotton Blue (LCB), Glukosa Electrothermal Melting Apparatus,
Broth, Laktosa Broth, Sukrosa Broth dan pemeriksaan kromatografi lapis tipis,
Maltosa Broth, etanol. penentuan GC-MS dengan analisis MS,
Peralatan yang digunakan untuk penentuan spektrum FTIR, dan pnentuan
sintesis ini adalah labu alas bulat, spektrum 1H-NMR.
Erlenmeyer pyrex, beker glass pyrex, pipet Pemeriksaan kromatografi lapis tipis
ukur, labu takar, corong Büchner, corong dengan fase gerak dengan heksana:kloroform,
biasa, kertas saring, motor pengaduk fase diam Silika GF 254. Pengembangan
magnetic thermolyne cimarec®, pengaduk sekali elusi dengan penampakan bercak
magnetic, flakon, batang pengaduk, pipet dilihat pada UV 254 nm, UV 366 nm.
tetes, oven pengering Memmert, Petri disk, Penentuan GC-MS dengan analisis MS
timbangan elektrik adventurer Tm, statif, dilakukan pada Shimadzu QP-500. Gas
kaca arloji, alat uji titik lebur (Stuart scientific Chromatography dirangkai dengan spektrometer
melting point apparatus SMP3), peralatan uji massa Shimadzu dengan fase diam Cpsil-5
KLT, lampu UV 254 nm, Spektrometer FTS CB (semi polar) fused silica column (30 m 
3000 MX DIGILAB®, Spektrometer 1H RMI 0,25 mm, tebal film 0,33 μm). Kolom
JEOL-MY 60, Spektrometer GC-MS, cawan terprogram suhu dari 200-300ºC dengan
petri, tabung reaksi, disk kosong, spuit, ose, kenaikan suhu 10ºC/menit, suhu injektor
kapas lidi steril, Laminar Air Flow (LAF) 300ºC, helium sebagai pembawa pada aliran
kecepatan 30 mL/menit. Jenis pengionan
Sintesis senyawa 26FuH, 25FuP dan 15FuA Electron Impact (EI) 70 eV, suhu injektor 300ºC.
Sesuai metode sintesis Rahmawati Dalam penentuan spektrum FTIR, zat
(2009), starting material furfural (0,01 mmol) uji sebanyak 5 mg dan KBr yang telah
dicampur dengan katalisator KOH 7,5% dikeringkan sebanyak 100 mg dikempa
(0,01 mmol) dalam Erlenmeyer, diaduk menjadi pelet tipis yang transparan

151
Uji Aktivitas Antijamur Beberapa Senyawa Monokarbonil... Rahmawati dan Purwaningsih

Tabel 1. Rendemen senyawa hasil target padat, dilakukan penanaman suspensi


biakan jamur uji secara perataan. Hasil
Total hasil Rendemen didiamkan 5 menit. Senyawa uji dengan
Senyawa
senyawa (g) (%)
konsentrasi 500 ppm dan diteteskan pada
26FuH 11,33 73,6 ± 0,16 cakram kosong ukuran 8 mm sebanyak 30
25FuP 11,37 78,6 ± 0,25 µL. Letakkan cakram pada media dengan
jarak tertentu. Cawan petri diinkubasi pada
15FuA 19,99 86,0 ± 0,14
suhu 37ºC selama 1  24 jam untuk C.
albicans dan P. ovale. Inkubasi untuk A.
kemudian dimasukkan wadah sampel pada niger dan T. mentagrophytes pada suhu 27-
alat spektrofotometer infra merah, dibuat 30ºC (suhu kamar) selama 5 hari.
serapan pada panjang gelombang 4000-400 Pengamatan dilakukan dengan mengukur
cm-1. diameter zona jernih di sekitar cakram
Untuk penentuan spektrum 1H-NMR, masing-masing senyawa uji.
zat uji dibebas-airkan dahulu sebelum
ditentukan dan disimpan dalam eksikator Pengamatan dan analisa hasil
selama 2 minggu. Alat yang digunakan Aktivitas antijamur ditunjukkan oleh
adalah spektrometer 1H-NMR 500 MHz, adanya daerah jernih di sekeliling cakram
pelarut yang digunakan adalah CD-Cl3. kertas yang tidak ditumbuhi jamur uji.
Diameter daya hambat pertumbuhan diukur
Pembuatan suspensi dan identifikasi jamur uji dari masing-masing sampel uji, lalu diuji
Beberapa ose biakan jamur uji dalam dengan statistik. Uji normalitas
medium Sabround Glukosa Agar (SGA) menggunakan uji satu sampel Kolmogorov-
dimasukkan ke dalam tabung reaksi yang Smirnov, setelah data menunjukkan
berisi 10 mL larutan garam fisiologis, terdistribusi normal selanjutnya uji ANOVA
dicampur hingga homogen. Kekeruhan satu arah dengan menggunakan uji lanjut
suspensi biakan dibuat setara dengan Post Hoc Test model Tukey dengan nilai
standar Mc Farland 0,5. Jamur uji signifikasi 0,05.
diidentifikasi dengan pewarnaan dengan
lactofenol cotton blue, pengamatan koloni HASIL DAN PEMBAHASAN
pada medium SGA dan uji pada media
indikasi Glukosa Broth, Laktosa Broth, Penelitian ini dimaksudkan untuk
Sukrosa Broth dan Maltosa Broth. mensintesis ulang senyawa 26FuH, 25FuP
dan 15FuA berdasarkan mekanisme reaksi
Pengujian aktivitas antijamur
kondensasi Aldol, sikloheksanon (senyawa
Pengujian aktivitas antijamur dilakukan
26FuH), siklopentanon (25FuP), dan
dalam Laminar Air Flow (LAF) menggunakan
metode difusi (CLSI 2012). Pembuatan aseton (15FuA) berkondensasi dengan 2-
medium SGA disterilkan. Medium SGA furfuraldehyde menggunakan katalis KOH
dituang ke cawan petri diameter 15 cm 7,5% pada temperatur kamar selama 3 jam
secara aseptis. Medium SGA yang sudah reaksi melalui proses pendiaman selama 1

Senyawa 26FuH Senyawa 25FuP Senyawa 15FuA

Gambar 2. Hasil sintesis senyawa target

152
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Tabel 2. Hasil karakterisasi dan elusidasi struktur senyawa 26FuH, 25FuP dan 15FuA

Senyawa
Struktur
26FuH 25FuP 15FuA
Organoleptis Kristal jarum, kuning oranye Kristal jarum, kuning Serbuk, kuning coklat
gelap

Jarak Lebur 143,7-145,6 = 1,9ºC 163,7-164,9 = 1,2ºC 71,2-74,0 = 2,8ºC

KLT Silika gel 60 GF 254 Satu Silika gel 60 GF 254 Satu Silika gel 60 GF 254 Satu
bercak, Rf=0,33 eluen= bercak, Rf=0,18 eluen= bercak, Rf=0,54 eluen=
heksan:CHCl3=1:2 heksan:CHCl3=1:2 heksan:CHCl3=1:3
GC-MS Luas area 100%, tr=22,658 Luas area 100%, tr=23,185 Luas area total 93.28%,
menit, m/z = 254 menit, m/z 240 tr= 28,45; 28,50; 28,56
dan 28,63 menit, m/z 214
-1 -1 -1
FTIR C-H (2923.56 cm ), C-H (2919.7 cm ), C-H (2923.56 cm ),
-1 -1 -1
Spektrofotometri C-H (2850.27 cm ), C-H (2850.27cm ), C-H (2854.13 cm ),
-1 -1 -1
C=C (1589.06 cm dan C=C (1608.34 cm dan C=C (1623.77 cm dan
-1 -1 -1
1465.63 cm ), 1465.63 cm ), 1469.49 cm ),
-1 -1 -1
C-O (1284.36 cm ), C-O (1265.07 cm ), C-O (1261.22 cm ),
-1 -1 -1
Keton heksanon (1751.05 cm ) Keton pentanon (1751.05 cm ) Keton (1739.48 cm ),
-1 -1
Para substitusi (817.67 cm ) Para substitusi (821.527 cm ) Para substitusi (821.527
-1
cm )
Spektrofotometri δ; ppm s, 3.8549; d, 7,5449- δ; ppm d, 7,5767-7,5742; s δ; ppm d, 7,5110-7,508;
1
H-NMR 7,5412; d 6,6514-6,6453; q 7,3334; d 6,6807-66746; q, d, 7,4914-7,4609; d
6,5035-6,4999-6,4974-6,4937; 6,5280-6,5243-6,519-6,5182; s 6,9268-6,8950; d 6,6896-
t, 3,0029-2,9919-2,9822; q 3,0555 6,6823; t, 6,4977-6,4941-
1,8943-1,8809-1,8687-1,8565 6,4904

Tabel 3. Uji aktivitas antijamur ketiga senyawa hasil sintesis

Diameter daya hambat (mm)


Senyawa
C. albicans P. ovale A. niger T.mentagrophytes
26FuH 15,7 ± 2,1 26,7 ± 1,5 17 ± 1,0 10 ± 1,0
25FuP 17,7 ± 1,5 23,3 ± 1,5 15,3 ± 1,5 14,3 ± 0,6
15FuA 17,3 ± 0,6 21 ± 1,7 16,7 ± 0,6 7,7 ± 0,6
K (+) Nistatin 18,3 ± 0,5 14 ± 1,0 18 ± 1,0 27,7 ± 0,6
K (-) DMSO (1%) 0±0 0±0 0±0 0±0

jam dalam suhu kamar. Hasil sintesis Berdasarkan hasil pemeriksaan kemurnian
seperti pada Tabel 1, total senyawa dan elusidasi struktur dapat disimpulkan
berasal dari 3 kali sintesis untuk masing- senyawa hasil sintesis memiliki karakteristik
masing senyawa. Hasil karakterisasi dan sesuai struktur senyawa target. Hasil sintesis
elusidasi struktur senyawa 26FuH, 25FuP selanjutnya diuji aktivitas antijamur.
dan 15FuA ditampilkan pada Tabel 2 dan
Gambar 2. Hasil pengujian antijamur secara difusi
Senyawa 15FuA memiliki luas area di Sintetis tiga senyawa analog kurkumin
kromatografi gas sebesar 93,28% dengan yang telah diperoleh, selanjutnya dilakukan
muncul di 4 waktu retensi, yaitu: 28,45; 28,50; pengujian terhadap jamur C. albicans, P.
28,56 dan 28,63 menit. Ke empat waktu ovale, A. niger dan T. mentagrophytes
tersebut ditunjukkan spektrofotometri massa dengan metode difusi dapat dilihat pada
memiliki m/z yang sama yaitu 214. Hal ini Tabel 3 dan Gambar 3. Penentuan aktivitas
dapat disimpulkan hasil sintesis senyawa antijamur dilakukan dengan metode difusi.
15FuA memiliki 4 konfigurasi ruang yang Pengamatan dengan mengukur diameter
berbeda. zona hambat yang ditandai zona jernih yang

153
Uji Aktivitas Antijamur Beberapa Senyawa Monokarbonil... Rahmawati dan Purwaningsih

Tabel 4. Hubungan Log P dengan aktivitas antijamur


terhadap jamur P. ovale

Diameter daya
No. Senyawa Log P
hambat (mm)
1. 26FuH 1,87 26,67 ± 1,53
2. 25FuP 1,45 23,33 ± 1,53
3. 15FuA 1,25 21,00 ± 1,73

muncul di sekitar cakram. Semakin luas


zona hambat yang terbentuk menunjukkan
bahwa semakin efektif zat tersebut sebagai
zat antijamur.
Berdasarkan hasil data menunjukkan
semua sampel memiliki zona hambat. Hal
tersebut menunjukkan bahwa ketiga
senyawa memiliki aktivitas antijamur.
Berdasarkan data yang diperoleh kemudian
dilakukan analisis statistik. Hasil analisis
statistik dengan uji satu sampel Gambar 3. Uji aktivitas antijamur dengan metode
Kolmogorov-Smirnov menunjukkan data difusi (K+ = Nistatin, K- = DMSO 1%)
terdistribusi normal. Analisis selanjutnya
dilakukan uji homogenitas dengan bekerja dengan berikatan pada ergosterol
Levene’s Test of Equality of Error yang akan membuat antijamur memiliki kerja
Variances, hasil menunjukkan data yang selektif. Salah satu mekanisme kerja
homogen, selanjutnya dilakukan ANOVA obat antijamur dengan menghambat sintesis
satu arah dengan menggunakan uji lanjut ergosterol dimana obat ini mengikat secara
Post Hoc Test model Tukey dengan nilai langsung ergosterol dan channel ion di
signifikasi 0,05. membran sel jamur, hal ini menyebabkan
Hasil analisis statistik menunjukkan gangguan permeabilitas berupa kebocoran
semua senyawa memiliki aktivitas ion kalium dan menyebabkan kematian sel.
antijamur yang menyamai kontrol positif Pembentukan komplek–komplek dengan
kecuali pada jamur T. mentagrophytes. ergosterol dalam membran sel fungi sehingga
Hasil aktivitas pada T. mentagrophytes dapat menyebabkan kerusakan dan
menunjukkan bahwa semua senyawa kebocoran membran (Jawetz et al. 2016).
aktivitas antijamur yang lebih rendah Sifat lipofilik suatu senyawa bisa
dibandingkan kontrol positif. Hasil diperhitungkan dengan Chemdraw ultra
keseluruhan uji menunjukkan senyawa versi 10. Hasil perhitungan log P dari
26FuH memiliki aktivitas terbaik terhadap ketiga senyawa menunjukkan senyawa
jamur uji P. ovale dibandingkan jamur uji 26FuH memiliki nilai yang tertinggi.
yang lain. Senyawa 26FuH merupakan senyawa
Senyawa yang mempunyai dengan kecenderungan berada pada fase
kecenderungan lipofilik mempunyai aktivitas non polar paling tinggi, sedangkan
antijamur yang lebih baik (Thomas 2003; senyawa 15FuA merupakan senyawa
Podunavac-Kuzmanović dan Cvetković dengan kecenderungan berada pada fase
(2011). Sebagian besar membran jamur non polar yang paling rendah. Senyawa
mengandung ergosterol. Ergosterol adalah yang mempunyai log P yang tinggi
komponen penting yang menjaga integritas dimungkinkan memiliki afinitas yang tinggi
membran sel jamur dengan cara mengatur berada pada lapisan ergosterol di dinding
fluiditas dan keseimbangan dinding membran P. ovale sehingga akan mempunyai
sel jamur. Manusia tidak mensintesis aktivitas antijamur yang lebih baik.
ergosterol tetapi menggunakan kolesterol Perbandingan log P senyawa target
sebagai sterol selaput utama. Hal ini sintesis dan aktivitas dapat dilihat pada
menguntungkan bila ada antijamur yang Tabel 4.

154
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

KESIMPULAN Trangas T, Hadjipavlou-Litina D


(2011) Curcumin analogues as
Hasil pada penelitian yang telah possible anti-proliferative & anti-
dilakukan menunjukkan bahwa ketiga inflammatory agents. Eur J Med
senyawa hasil sintesis memberikan aktivitas Chem 46:2722-2735. doi:10.1016/
antijamur terhadap jamur uji C. albicans, P. j.ejmech.2011.03.060
ovale dan A. niger. Senyawa 2,6-Bis-(2’- Kemenkes (2012) Profil Kesehatan
furilidin)-sikloheksanon memiliki aktivitas Indonesia Tahun 2011. ISBN 978-
terbaik untuk jamur P. ovale. 602-235-106-1. Kementerian
UCAPAN TERIMA KASIH Kesehatan Republik Indonesia,
Jakarta
Terima kasih pada Yayasan Khalil OAK, de Faria Oliveira OMM, Vellosa
Pendidikan Setia Budi yang sudah JCR, de Quadros AU, Dalposso LM,
memberikan hibah penelitian dasar dengan Karam TK, Mainardes RM, Khalil NM
Nomor: 10/LPPM/USB/PD/XII/2017. (2012) Curcumin antifungal and
antioxidant activities are increased in
DAFTAR PUSTAKA the presence of ascorbic acid. Food
Chem 133:1001-1005. doi: 10.1016/
Anggarini DR, Sukanto H, Astari L, j.foodchem.2012.02.009
Endraswari PD (2015) Uji kepekaan Kudo C, Yamakoshi H, Sato A, Nanjo H,
griseofulvin, ketokonasol, itrakonasol, Ohori H, Ishioka C, Iwabuchi Y,
dan terbinafin terhadap spesies Shibata H (2011) Synthesis of 86
dermatofit dengan metode mikrodilusi. species of 1,5-diaryl-3-oxo-1,4-
BIKKK 27:55-62 pentadienes analogs of curcumin can
Apsari AS, Adiguna MS (2013) Resistensi yield a good lead in vivo. BMC
antijamur dan strategi untuk Pharmacol 11:4. doi: 10.1186/1471-
mengatasi. MDVI 40:89-95 2210-11-4
Braga SFP, Alves EVP, Ferreira RS, Liang G, Shao L, Wang Y, Zhao C, Chu Y,
Fradico JRB, Lage PS, Duarte MC, Xiao J, Zhao Y, Li X, Yang S (2009)
Ribeiro TG, Júnior PA, Romanha AJ, Exploration and synthesis of curcumin
Tonini ML, Steindel M, Coelho EF, de analogues with improved structural
Oliveira RB (2014) Synthesis and stability both in vitro and in vivo as
evaluation of the antiparasitic activity cytotoxic agents. Bioorg Med Chem
of bis-(arylmethylidene) cycloalkanones. 17:2623–2631. doi:
Eur J Med Chem 71:282-289. doi: 10.1016/j.bmc.2008.10.044
10.1016/j.ejmech.2013.11.011 Martins CV, da Silva DL, Neres AT,
CLSI (2012) Methods for dilution Magalhaes TF, Watanabe GA,
antimicrobial susceptibility tests for Modolo LV, Sabino AA, de Fatima A,
bacteria that grow aerobically. de Resende MA (2008) Curcumin as
Approved Standard. Ninth Edition. a promising antifungal of clinical
CLSI document M07-A9. Clinical and interest. J Antimicrob Chemother
Laboratory, Standards Institute. 63:337-339. doi: 10.1093/jac/dkn488
Wayne, Pennsylvania USA Moghadamtousi SZ, Kadir HA,
Heger M, van Golen RF, Broekgaarden M, Hassandarvish P, Tajik H, Abubakar
Michel MC (2014) The Molecular S, Zandi K (2014) A Review on
basis for the pharmacokinetics and antibacterial, antiviral, and antifungal
pharmacodynamics of curcumin and activity of curcumin. BioMed Research
its metabolites in relation to cancers, International. ID 186864. 12p. doi:
Pharmacol Rev 66:222-307. doi: 10.1155/2014/186864
10.1124/pr.110.004044 Nirwati H, Praseno, Mustofa M (2014)
Jawetz E, Melnick JL, Adelberg EA (2016) Isolasi Candida sp dan pola
Medical Microbiology, 27th Edition. kepekaannya terhadap berbagai
McGraw-Hill Education antijamur di Laboratorium Mikrobiologi
Katsori AM, Chatzopoulou M, Dimas K, Fakultas Kedokteran UGM. Libmed
Kontogiorgis C, Patsilinakos A, UGM pp:126-136, Yogyakarta

155
Uji Aktivitas Antijamur Beberapa Senyawa Monokarbonil... Rahmawati dan Purwaningsih

Podunavac-Kuzmanović SO, Cvetković DD C, Liang G, Li X (2010) Synthesis and


(2011) Lipophilicity and antifungal biological analysis of a new curcumin
activity of some 2-substituted analogue for enhanced anti-tumor
benzimidazole derivatives. Chemical activity in HepG 2 cells. Oncol Rep
Industry & Chemical Engineering 23:1435-1441. doi:
Quarterly 17:9-15. doi: 10.3892/or_00000781
10.2298/CICEQ100329044P Yugo MR dan Ridhawati (2013) Pola
Rahmawati I (2009) Sintesis dan uji kepekaan Candida albicans terhadap
aktivitas antibakteri senyawa 2,6-bis- flukonazol dan itrakonazol secara in
(2’-Furilidin)-sikloheksanon; 2,5-bis- vitro: Tinjauan pada bahan klinik
(2’-Furilidin)-siklopentanon; 1,5-difuril- Laboratorium Mikologi Departemen
1,4-pentadien-3-on, Thesis, Parasitologi FKUI Periode 2010-2011.
Universitas Setia Budi Program Studi Pendidikan Dokter
Sardjiman (2000) Synthesis of some new Fakultas Kedokteran, Universitas
series of curcumin analogues, Indonesia
antioxidative, antiinflammatory, Zhao F, Dong HH, Wang YH, Wang TY,
antibacterial activities and qualitative- Yan ZH, Yan F, Zhang DZ, Cao YY,
structure activity relationship. Thesis, Jin YS (2017) Synthesis and
Gadjah Mada University synergistic antifungal effects of
Thomas G (2003) Fundamentals of monoketone derivatives of curcumin
Medicinal Chemistry. John Wiley & against fluconazole-resistant Candida
Sons Ltd, West Sussex, England spp. Medchemcomm 8:1093–1102.
Xiao J, Chu Y, Hu K, Wan J, Huang Y, Jiang doi: 10.1039/c6md00649c

156
VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

EVALUASI AKTIVITAS INHIBISI XANTIN OKSIDASE DAN


KANDUNGAN SENYAWA POLIFENOL DARI EKSTRAK SAPPAN
Evaluation of xanthine oxidase inhibitory activity and polyphenolic content
of sappan extract
Sri Ningsih*, Churiyah
Pusat Teknologi Farmasi dan Medika – Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi
Laptiab Gedung 610-611 Kawasan Puspiptek, Setu, Tangerang Selatan, Banten
*Email: sri.ningsih@bppt.go.id

ABSTRACT
Hyperuricemia is a disease that is characterized by a high uric acid level, in which the
number of patients tends to increase every year. This research was intended to evaluate the
xanthine oxidase (XO) inhibitory activity and determinate the total polyphenol content of
heartwood sappan (Caesalpinia sappan L.) extract. The extract was prepared by macerating
the dry powder wood using 70% ethanol at room temperature. The quality of ethanolic
extract obtained was evaluated based on BPOM guideline. XO inhibitory power was
determined by measuring uric acid produced in the xanthine/XO system in vitro. The
polyphenol content of the extract was measured using Folin-Ciocalteu reagent
spectrophotometrically. The results showed that the quality of sappan semisolid extract
fulfilled the required standard. Sappan extract inhibited XO activity by 98% relative to the
positive control, allopurinol, at the final extract concentration of 100 µg/mL. The total polyphenol
content was 26% of the crude extract. It could be concluded that sappan ethanolic extract has
the potential to be developed as an ingredient for hyperuricemia treatment.

Keywords: hyperuricemia, sappan, total polyphenol, xanthine, xanthine oxidase

ABSTRAK
Hiperurisemia adalah penyakit yang dicirikan dengan kadar asam urat tinggi dimana
prevalensi penderita cenderung meningkat. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari
aktivitas esktrak kayu sappan (Caesalpinia sappan L.) dalam menginhibisi enzim XO (xantin
oksidase) secara in vitro dan penentuan kadar senyawa polifenol total yang terkandung di
dalamnya. Ekstrak dibuat dengan cara maserasi serbuk kayu menggunakan pelarut etanol
70% pada suhu kamar. Kualitas ekstrak dievaluasi mengacu pada parameter karakterisasi
ekstrak yang ditetapkan oleh BPOM. Aktivitas inhibisi XO ditetapkan dengan mengukur
kadar asam urat yang terbentuk pada sistem xantin/XO in vitro. Kadar polifenol ekstrak
diukur menggunakan pereaksi Folin-Ciocalteu secara spektrofotometri. Hasil analisis
menyatakan bahwa kualitas ekstrak kental sappan memenuhi persyaratan yang ada.
Pengujian inhibisi XO dengan pembanding positif allopurinol pada konsentrasi akhir ekstrak
sebesar 100 µg/mL menunjukkan bahwa ekstrak mempunyai kekuatan menginhibisi XO
sebesar 98% relatif terhadap pembanding positif allopurinol. Kadar senyawa polifenol total
dalam ekstrak sappan sebesar 26% dari ekstrak kasar. Dari penelitian ini dapat disimpulkan
bahwa ekstrak sappan mempunyai potensi untuk dikembangkan sebagai bahan untuk
mengatasi hiperurisemia.

Kata Kunci: hiperurisemia, polifenol total, sappan, xantin, xantin oksidase

Received: 19 April 2018 Accepted: 06 August 2018 Published: 05 December 2018

157
Evaluasi Aktivitas Inhibisi Xantin Oksidase... Ningsih dan Churiyah

PENDAHULUAN Telah dibuktikan bahwa bahan alam


dengan kandungan flavonoid tinggi yang
Hiperurisemia adalah suatu kondisi mempunyai efek sebagai antioksidan
dimana kadar asam urat dalam darah tinggi. berkhasiat sebagai penurun asam urat
Hiperurisemia kronis akan mengakibatkan (Spanou et al. 2012). Indonesia
penimbunan kristal monosodium urat pada mempunyai kekayaan alam yang
persendian. Kondisi ini dapat memunculkan melimpah baik dari sumber tanaman,
kelainan arthritis gout (AG), yaitu berupa hewan dan mineral. Beberapa tanaman
serangan rasa nyeri mendadak dan berulang sudah terbukti bermanfaat dalam bidang
pada persendian. Kristal ini juga dapat pengobatan dan digunakan secara turun
mengendap dan membentuk batu di dalam temurun. Sehingga hal ini merupakan
ginjal sehingga menyebabkan penurunan salah satu peluang yang sangat strategis
fungsi ginjal (Maiuolo et al. 2016). dalam upaya pencarian sumber tanaman
Prevalensi penderita hiperurisemia dan khususnya yang bermanfaat sebagai
AG cukup tinggi dan menunjukkan adanya bahan obat dalam mengatasi
kecenderungan meningkat sepanjang tahun. permasalahan hiperurisemia.
Survei kesehatan nasional melaporkan Tanaman sappan (Caesalpinia sappan)
jumlah penderita AG pada tahun 1992 telah banyak dimanfaatkan oleh masarakat
sebesar 2 juta kasus dan pada tahun 1996 dalam mengatasi penyakit (Zanin et al.
pada pria meningkat lebih dari 4,6%, 2012). Kandungan senyawa kimia yang ada
sedangkan pada wanita meningkat 2%. Data di dalamnya membuat tanaman ini
nasional menunjukkan bahwa hampir 32% mempunyai berbagai aktivitas farmakologi.
serangan AG terjadi pada usia dibawah 34
Sappan secara tradisional digunakan dalam
tahun (Maupe dkk. 2010).
bentuk ramuan untuk mengatasi kondisi
Kadar asam urat dalam tubuh
tergantung dari 3 proses yaitu konsumsi hiperurisemia (Aditama 2015), selain
makanan tinggi purin, produksi asam urat sebagai pewarna dalam makanan (Ohama
dan pengeluaran asam urat. Kondisi tinggi dan Tumpat 2014). Penelitian sebelumnya
asam urat dalam darah disebabkan dari telah membuktikan bahwa kulit kayu sappan
produksi asam urat berlebih atau penurunan mempunyai aktivitas inhibisi XO
ekskresi atau kombinasi keduanya. Diantara (Pertamawati dan Hardhiyuna 2015). Ekstrak
beberapa mekanisme menurunkan kadar metanol kayu sappan juga telah dibuktikan
urat dalam tubuh, mekanisme yang paling mampu menekan aktivitas enzim XO
potensial adalah dengan menekan produksi (Nguyen et al. 2004b).
asam urat khususnya untuk kondisi Penelitian ini dilakukan dengan tujuan
hiperurisemia kronik (Ling dan Bonchu
untuk mengelaborasi aktivitas ekstrak kayu
2014). Metabolisme asam urat dalam tubuh
sappan dalam menginhibisi XO. Ekstrak
dilakukan oleh enzim xantin oksidase (XO).
Selama proses metabolism tersebut, dibuat dengan menggunakan simplisia kayu
dihasilkan senyawa radikal reaktif OH– dan sappan yang diperoleh secara lokal dan
H2O2 yang bersifat toksik bagi sel. XO terlibat menggunakan pelarut campur etanol-air
dalam berbagai bentuk iskemia, ganggungan dengan konsentrasi etanol 70%. Pemilihan
vaskular, penyakit inflamasi dan gangguan jenis pelarut dengan memperhatikan
jantung kronik (Gliozzi et al. 2016). kemudahan jika akan dilakukan aplikasi
Tatalaksana pengobatan penderita AG pada skala industri lebih lanjut. Diharapkan
dilakukan melalui kombinasi antara dari penelitian ini akan diperoleh informasi
mengatur gaya hidup dengan mengurangi tentang spesifikasi dan kekuatan ekstrak
konsumsi makanan tinggi purin dan disertai
etanol 70% kayu sappan dalam menginhibisi
penggunaan obat bahan kimia seperti
enzim XO secara in vitro dibandingkan
allopurinol, kortikotropin, kortikosteroid,
kolkisin, dan antiinflamasi nonsteroid pada dengan obat kimia allopurinol yang umum
serangan akut atau tujuan pencegahan. digunakan dalam mengatasi kondisi kadar
Namun demikian, penggunaan obat kimia asam urat tinggi. Dengan demikian akan
tidak menutup kemungkinan memberikan diperoleh informasi potensi tanaman sappan
efek samping (Ling dan Bonchu 2014). sebagai antihiperurisemia.

158
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Gambar 1. Pohon (A) dan kayu sappan (B)

Gambar 2. Serbuk kayu (A) dan ekstrak kental kayu (B) sappan

BAHAN DAN METODE


Penyiapan ekstrak
Bahan penelitian Kayu sappan (Gambar 1A) diperoleh
Simplisia kayu sappan, etanol food dari daerah Tawangmangu Surakarta. Guna
grade, asam galat standar (Merck), Folin memastikan kebenaran tanaman yang akan
Ciocalteu (Sigma), natrium karbonat p.a. digunakan dalam penelitian ini, maka
(Merck), dimetil sulfoksida (DMSO) dilakukan determinasi taksonomi tanaman
(Sigma), potassium phosphate yang dilakukan oleh Pusat Penelitian Biologi-
monobasic (Sigma P 0662), sodium LIPI Cibinong, secara morfologi. Sebelum
hydroxide (Sigma, 221465), diekstrak, kayu sappan dipotong kecil-
hydrochloride acid (Merck), xanthine
kecil dan dikeringkan dengan cara
(Sigma X0626), xanthine oxidase (Sigma
X4375), akuades, akua demineral, dioven, selanjutnya dihaluskan dengan
hydranal composite 5 (Merck), hydranal mesin grinding (Gambar 1B). Ekstraksi
methanol dry (Merck), allopurinol (tablet dilakukan dengan cara maserasi sebagai
generik). berikut: sebanyak 250 g sebuk kayu

159
Evaluasi Aktivitas Inhibisi Xantin Oksidase... Ningsih dan Churiyah

(Gambar 2A) dimaserasi menggunakan Tabel 1. Komposisi pereaksi pada pengukuran inhibisi XO
pelarut 1 L etanol 70% pada suhu kamar
Kontrol Blanko Sampel/ Blanko
dengan pengadukan selama 12-14 jam. Pereaksi enzim enzim Allopurinol sampel
Selanjutnya filtrat dipisahkan dengan (µL) (µL) (µL) (µL)
cara penyaringan, ampas diekstraksi Sampel/
1) 100 100
Allopurinol
ulang sekali lagi. Filtrat disatukan dan Buffer
diuapkan menggunakan mesin vakum 1) 800 840 700 740
fosfat
rotavapour hingga diperoleh ekstrak Xantin
1)
160 160 160 160
kental (Gambar 2B). 2)
XO 40 40

Karakterisasi ekstrak
Keterangan:
Pada ekstrak kental dilakukan 1)
Diinkubasi pada 37ºC selama 5'
karakterisasi yang meliputi parameter kadar 2)
Diinkubasi pada 37ºC dan absorbansi diukur setiap
abu, kadar abu tidak larut asam, kadar menit selama 4 menit pada -maks. 290 nM
senyawa larut etanol, kadar senyawa larut menggunakan spektrofotometer UV-vis
air, susut pengeringan, cemaran logam berat,
dan cemaran mikroba, dengan mengacu pada hingga memberikan konsentrasi sekitar 0,2
Pedoman Parameter Standar Umum Ekstrak unit/mL.
Tumbuhan Obat (Depkes RI 2000). Larutan induk sampel uji dibuat dengan
cara melarutkan 10 mg ekstrak kental dalam
Pengujian inhibisi xantin oksidase 200 µL DMSO hingga larut, kemudian
Evaluasi aktivitas inhibisi XO secara in ditambah 300 mL dapar fosfat pH 7,5.
vitro mengacu pada penelitian sebelumnya Selanjutnya larutan induk ini diencerkan
(Apaya dan Hernandez 2011; Ningsih dan menggunakan buffer fosfat pH 7,5 hingga
Fahrudin 2018) dengan modifikasi, secara diperoleh konsentrasi 1000 ppm. Larutan ini
jelasnya sebagai berikut: sebagai media digunakan untuk pengujian.
digunakan buffer fosfat pH 7,5 yang Sebagai pembanding positif digunakan
disiapkan dengan cara melarutkan 7,071 g sediaan tablet allopurinol (generik) dengan
K2HPO4 dan 1,279 g KH2PO4 dengan 900 penyiapan sebagai berikut: sebanyak 1
mL akuades bebas CO2 hingga homogen. tablet allopurinol 100 mg digerus hingga
Selanjutnya pH larutan ditetapkan menjadi halus, dimasukan ke dalam labu ukur 5 mL
7,5 dengan menambahkan larutan NaOH 1 dan ditambah dengan buffer fosfat pH 7,5
M, kemudian larutan ditambah dengan hingga tanda batas. Untuk membantu
akuades bebas CO2 hingga volume 1000 mL. melarutkan allopurinol, labu disonikasi atau
Substrat xantin dibuat secara segar divorteks selama 10 menit. Selanjutnya filtrat
sebelum digunakan dengan cara melarutkan dipisahkan dengan cara disentrifugasi pada
kecepatan 5000 rpm pada suhu kamar
sebanyak 22 mg xantin dalam 100 µL NaOH
selama 5 menit. Filtrat digunakan untuk
encer, kemudian ditambahkan aquades
pengujian.
hingga 1 L dalam labu takar. Nilai pH
Pengukuran aktivitas inhibisi enzim XO
ditetapkan hingga pH 7,5 pada suhu kamar dilakukan sebagai berikut: ke dalam kuvet
dengan menggunakan larutan HCl/NaOH encer. kuarsa 3 mL dimasukkan secara berturut-
Larutan induk enzim XO disiapkan turut larutan sampel uji dan larutan substrat,
dengan cara melarutkan sejumlah 10 mg (~8 kemudian diinkubasi pada 37ºC selama 5
unit/10 mL) enzim dalam 10 mL dapar fosfat menit. Selanjutnya dilakukan penambahan
pH 7,5 pada suhu 25ºC. Larutan induk di- larutan kerja enzim dan dikocok hingga
aliquot dalam tabung plastik disposable 1 mL homogen. Pengukuran kadar asam urat
(0,8 unit/mL), disimpan pada suhu -20ºC. yang terbentuk dilakukan segera setiap
Larutan induk tidak boleh di-rethawing. menit selama 4 menit menggunakan
Berdasarkan hasil optimasi spektrofotometer UV-vis pada panjang
sebelumnya bahwa konsentrasi larutan kerja gelombang 290 nm. Selama pengukuran
enzim paling optimal adalah 0,2 UI/L yang absorbansi, kuvet tetap diinkubasi pada
dibuat dengan mengencerkan 1 mL larutan suhu 37ºC. Kurva yang menyatakan
induk dengan 4 mL dapar fosfat pH 7,5 hubungan antara absorbansi terhadap waktu

160
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Tabel 2. Hasil uji karakterisasi ekstrak

)
No Parameter Hasil Syarat*

1. Kadar air 7,50% <10,0%


2. Abu total 2,29 ± 0,032% <2,2%
3. Abu tidak larut asam 0,08 ± 0,051% <0,6%
4. Sari larut etanol 8,50 ± 0,25% >1,0%
5. Sari larut air 7,50 ± 0,46% >2,0%
6. Susut pengeringan 47,86 ± 0,22%
7. Logam berat:
Pb Negatif ≤ 10 mg/kg
Cd Negatif ≤ 0,3 mg/kg
As Negatif ≤ 5 mg/kg
Hg Negatif ≤ 0,5 mg/kg
3 4
8. Angka kapang/ khamir < 10 CFU/g < 10 CFU/g

)
* Depkes RI (1989)

dibuat, dan nilai slope (kemiringan) dari 20 µL larutan ke dalam multiwell 96 dan
persamaan regresi ditentukan dengan ditambah 75 µL larutan Folin-Ciocalteu
menggunakan program Microsoft Excel. (disiapkan dengan mengencerkan reagen
Kontrol enzim dibuat dimana sampel diganti Folin-Ciocalteu 1:10 menggunakan
dengan buffer fosfat. Blanko sampel dibuat akuades). Selanjutnya dilakukan inkubasi
dengan menambahkan larutan kerja sampel selama 5 menit pada suhu 22ºC pada
uji dan buffer fosfat tanpa larutan enzim dan suasana gelap sambil digoyang. Ke dalam
larutan substrat. Buffer fosfat digunakan multiwell 96 ditambahkan 75 µL larutan
sebagai blanko kontrol enzim. Komposisi Na2CO3 60 g/L dan kembali diinkubasi
pereaksi dapat dilihat pada Tabel 1. selama 90 menit pada kondisi yang sama
Persen inhibisi XO dihitung dengan sambil digoyang. Absorbansi larutan dibaca
persamaan berikut: pada panjang gelombang maksimum 725
nm menggunakan Elisa reader. Sebagai
blanko dengan mengganti sampel uji
menggunakan metanol p.a. Setiap
 pengukuran dilakukan pengulangan
sebanyak tiga kali.
Sebagai pembanding, digunakan asam
Pengujian kadar polifenol total galat yang disiapkan sebagai berikut: larutan
Pengukuran kadar polifenol total induk dibuat dengan melarutkan 10 mg
dilakukan secara spektrofotometri asam galat dalam 1 mL metanol p.a. Larutan
menggunakan reagen kit Folin-Ciocalteu, induk diencerkan menggunakan metanol p.a.
mengacu pada penelitian sebelumnya hingga diperoleh serangkaian konsentrasi
(Waterhouse 2012) dengan modifikasi. 25, 50, 100, 150, dan 200 ppm atau
Rinciannya adalah sebagai berikut: larutan konsentrasi akhir asam galat 2,94; 5,88;
sampel uji dibuat dengan melarutkan hingga 11,76; 17,65 dan 23,53 ppm. Larutan
homogen 10 mg ekstrak kental dalam 1 mL standar diperlakukan sama seperti sampel.
metanol p.a. Selanjutnya, larutan tersebut Kurva standar yang menyatakan hubungan
diencerkan kembali menggunakan metanol antara absorbansi dibuat menggunakan
hingga diperoleh konsentrasi 1000 ppm. program Microsoft Excell dan diturunkan
Pengukuran kadar polifenol total persamaan regresi y=ax+b. Kadar polifenol
dilakukan dengan memasukkan sebanyak total dalam sampel dihitung menggunakan

161
Evaluasi Aktivitas Inhibisi Xantin Oksidase... Ningsih dan Churiyah

persamaan y=ax+b dan dinyatakan dengan markernya sehingga menjamin mutu,


satuan setara dengan asam galat (gallic acid keamanan dan khasiat produk akhir
equivalent atau GAE). Persen kadar dibanding simplisia asal. Selain itu,
polifenol total dihitung dengan persamaan keunggulan penggunaan ekstrak adalah
sebagai berikut: lebih sedikit dari segi jumlah
penggunaannya, dari aspek produksi akan
diperoleh sediaan dengan keseragaman
mutu yang lebih baik, dan lebih terkendali
dalam hal cemaran mikroba dibanding
menggunakan simplisia aslinya (Sasidharan
et al. 2011). Guna mendapatkan berbagai
Pengolahan data manfaat tersebut, ekstrak harus dilakukan
Data disajikan dalam bentuk rata-rata karakterisasi sehingga jelas spesifikasinya
±SD. Data aktivitas inhibisi XO diolah secara dan hal ini akan menjadi parameter rujukan
statistik menggunakan metode independent jika akan dilakukan pembuatan ekstrak yang
berikutnya. Hasil uji karakterisasi terhadap
T-Test untuk data yang terdistribusi normal,
ekstrak kental disajikan pada Tabel 2.
atau metode Mann Whitney untuk data yang
Hasil pengujian karakter ekstrak kental
tidak terdistribusi normal. Analisis statistik sappan menunjukkan adanya kesesuaian
dilakukan pada pada tingkat kepercayaan dengan ketentuan yang ditetapkan oleh
95% (p=0,05). BPOM kecuali pada kadar abu total. Kadar
abu suatu bahan menyatakan kandungan
HASIL DAN PEMBAHASAN mineral di dalamnya. Mineral tersebut dapat
berupa garam organik (misalnya garam dari
Bagian dari tanaman sappan yang asam malat, oksalat, pektat), garam
digunakan pada penelitian ini adalah kayu anorganik (misalnya fosfat, karbonat, klorida,
keras. Sebelum digunakan dalam penelitian sulfat nitrat dan logam alkali), atau berupa
dilakukan determinasi tanaman di Pusat mineral yang terbentuk menjadi senyawa
Biologi LIPI guna menjamin bahwa simplisia kompleks bersifat organik. Kadar abu yang
yang digunakan benar. Hasil identifikasi tinggi dapat berasal dari saat proses
menyatakan bahwa sampel tanaman adalah pengolahan yang kurang bersih misalnya
jenis Caesalpinia sappan L. pada tahap pencucian (masih tersisa tanah
Menurut ketentuan BPOM, dalam atau pasir) sehingga mineral terbawa saat
memanfaatkan tanaman obat sebagai bahan ekstraksi (Azizah dan Salamah 2013).
baku dalam bidang pengobatan dapat Uji karakterisasi ekstrak kental penting
dilakukan dalam berbagai bentuk, salah dilakukan sebagai jaminan terhadap kualitas
satunya dengan cara dibuat dalam bentuk ekstrak dan sediaan akhir yang dihasilkan.
sediaan galenika dengan diekstraksi Selain itu, parameter kualitas ekstrak
menggunakan pelarut organik (dan/atau menjadi patokan dalam produksi ekstrak
tanpa penguapan pelarut). Sediaan ekstrak pada skala batch sehingga diperoleh ekstrak
termasuk ke dalam jenis sediaan galenika, dengan kualitas lebih seragam. Pengujian
yang disiapkan dengan cara mengekstrak dilakukan dengan mengacu pedoman yang
simplisia nabati atau hewani menggunakan berasal dari BPOM. Hal ini penting dilakukan
jenis pelarut yang sesuai (air atau organik) mengingat bahwa ekstrak dari suatu
baik dengan cara panas atau dingin dan tanaman sangat dipengaruhi oleh sumber
selanjutnya sebagian atau semua pelarut simplisia yang digunakan, dimana simplisia
diuapkan dan masa yang diperoleh dapat sangat dipengaruhi oleh banyak faktor
berupa semisolid atau serbuk diperlakukan seperti tempat tumbuh, metode panen dan
sedemikian rupa hingga memenuhi baku penanganan pasca panen, usia panen,
yang telah ditetapkan (Kemenkes RI 2014). kondisi penanaman, iklim dan sebagainya.
Sediaan bentuk ekstrak memiliki banyak Pengujian inhibisi XO dilakukan pada
keunggulan seperti zat berkhasiat berada sistem xantin/XO in vitro dengan cara
dalam konsentrasi tinggi, zat berkhasiat lebih mengukur produksi asam urat yang
mudah diatur dosisnya, lebih mudah terbentuk persatuan waktu selama kurun
dilakukan standarisasi kandungan senyawa waktu tertentu menggunakan spektrofotometer

162
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Tabel 3. Hasil uji inhibisi XO

Absorbansi (-maks. 290 nm) pada menit % Rata2


Nilai
Sampel Ulangan Inhibisi inhibisi
ke-1 ke-2 ke-3 ke-4 slope )
XO* XO
Kontrol enzim 1 0,330 0,567 0,766 0,896 0,190 0,1963
2 0,352 0,598 0,811 0,948 0,200
3 0,353 0,587 0,802 0,945 0,199

Ekstrak 1 0,237 0,319 0,400 0,467 0,077 61% 59 ± 1%


EtOH70%
2 0,164 0,255 0,335 0,412 0,082 58%
sappan
3 0,258 0,346 0,420 0,502 0,081 59%

Allopurinol 1 0,234 0,288 0,320 0,357 0,080 59% 60 ± 1%


2 0,250 0,299 0,333 0,365 0,078 60%
3 0,233 0,281 0,313 0,343 0,075 62%

)
* Dihitung dengan persamaan = [1 – (slope sampel/slope kontrol enzim)] x 100%. Pengujian dilakukan pada konsentrasi
akhir (baik ekstrak dan allopurinol) 100 µg/mL. Blanko enzim dan blanko ekstrak/allopurinol dengan komposisi seperti
tertulis pada Tabel 1 tidak menunjukkan tingkat kemiringan slope. Hasil analisis statistik menunjukkan tidak berbeda
bermakna (p=0,468) aktivitas inhibisi XO ekstrak etanol 70% sappan dan allopurinol pada konsentrasi 100 µg/dL.

UV-vis. Hasil pengukuran kekuatan inhibisi sappanchalcone yang berpotensi dalam


XO disajikan pada Tabel 3. menghambat XO dengan nilai IC50 sebesar
Dari Tabel 3 terlihat bahwa kekuatan 3,5 µM, hampir setara dengan allopurinol
inhibisi XO dari ekstrak hampir setara sebesar 2,5 µM. Senyawa lain yang
dengan pembanding allopurinol. Pada menunjukkan aktivitas inhibisi XO dengan
konsentrasi akhir 100 µg/mL, aktivitas sifat concentration-dependent manner
inhibisi XO ekstrak kental sekitar 59% (aktivitas tergantung pada konsentrasi),
sementara allopurinol sebesar 60%, dimana seperti neoprotosappanin, protosappanin A
secara statistik tidak terdapat perbedaan dimethyl acetal, protosappanin E-2,
yang bermakna (p=0,468). Jika neosappanone A, protosappanin A,
dibandingkan terhadap pembanding positif, sappanol, sappanone B, 3-deoxysappanone
aktivitas inhibisi XO ekstrak sappan sebesar B, dan sappanchalcone. (Nguyen et al.
98% relatif terhadap kontrol positif. Hal ini 2004a).
menunjukkan bahwa ekstrak sappan Selain bagian kayu, penelitian lain
mempunyai potensi dalam menekan kerja membuktikan bahwa kulit kayu pohon
enzim XO. Hasil penelitian ini sejalan sappan mempunyai aktivitas menekan kerja
dengan penelitian sebelumnya yang enzim XO juga. Telah dilaporkan bahwa
menyebutkan bahwa ekstrak metanol ekstrak etanol 96% kulit kayu sappan
sappan yang dikoleksi dari Vietnam mampu menginhibisi enzim XO secara in
mempunyai aktivitas menekan enzim XO vitro sebesar 54,47% pada konsentrasi 100
dengan nilai IC50 < 20 µg/mL (Nguyen et al. µg/dL, sementara pembanding allopurinol
2004b). Sementara pada penelitian ini sebesar 87,47% (Pertamawati dan
dimana pengujian inhibisi hanya dilakukan Hardhiyuna 2015). Perbedaan nilai inhibisi
pada satu titik konsentrasi, yaitu 100 mg/mL, antara hasil penelitian ini dengan
maka tidak bisa dibandingkan dengan sebelumnya, disebabkan karena terdapat
pengujian yang dilakukan oleh Nguyen et al. perbedaan dalam preparasi sampel. Pada
(2004b). penelitian sebelumnya ekstraksi dilakukan
Aktivitas inhibisi XO suatu ekstrak secara perkolasi, sementara pada penelitian
dipengaruhi oleh kandungan senyawa aktif ini dilakukan dengan maserasi. Pada proses
di dalamnya. Penelitian lain telah berhasil perkolasi, pelarut diputar secara kontinyu
mengisolasi jenis senyawa aktif yang dengan menggunakan pompa peristaltik,
berpotensi dalam menginhibisi XO yaitu sementara pada penelitian ini dilakukan

163
Evaluasi Aktivitas Inhibisi Xantin Oksidase... Ningsih dan Churiyah

secara maserasi dengan pengadukan. periode waktu tertentu (Milanowski et al.


Kemungkinan lainnya adalah jenis pelarut 2013) dimana pada penelitian ini yang
yang digunakan, dimana pada penelitian dilakukan adalah dengan mengukur produk
sebelumnya digunakan etanol 96%, yang terbentuk pada kurun waktu tertentu.
sementara pada studi ini digunakan pelarut Beberapa penelitian sebelumnya
etanol 70%. Penggunaan pelarut campur mengukur aktivitas inhibisi XO dengan
etanol-air menyebabkan polaritas pelarut mengukur kadar asam urat pada satu titik
lebih tinggi, hal ini berpengaruh pada tertentu setelah dilakukan terminasi dengan
kemampuan pelarut dalam mengekstraksi penambahan HCl atau dengan
senyawa kimia yang ada di dalam kayu menggunakan pemanasan (Kostic et al.
sappan. Perbedaan yang lain adalah jenis 2015; Sowndhararajan et al. 2012).
sampel, pada penelitian sebelumnya sampel Sementara itu, pada penelitian ini, aktivitas
yang digunakan adalah kulit kayu, dari sampel uji dalam menginhibisi XO
sementara pada tulisan ini digunakan bagian ditetapkan dengan mengukur kadar asam
kayu kerasnya. Bagian tanaman yang urat yang terbentuk pada rentang waktu
berbeda juga mengandung senyawa tertentu. Selanjutnya aktivitas inhibisi XO
metabolit yang berbeda juga. Selain itu dari sampel uji dinyatakan dengan tingkat
tahapan pengujian yang digunakan pada kemiringan kurva (slope) dari plot antara
penelitian sebelumnya agak berbeda dengan absorbansi terhadap waktu pengukuran
metode yang dilaporkan pada tulisan ini. (Apaya dan Hernandez 2011, Bustanji et al.
Pada penelitian sebelumnya dilakukan 2011). Penggunaan prosedur pengukuran
terminasi enzim XO dengan menggunakan produk yang terbentuk dari suatu reaksi
larutan HCl 0,5 M, kemudian baru dilakukan enzimatis dalam rentang waktu tertentu
pengukuran kadar asam urat yang terbentuk memiliki keunggulan dibandingkan hanya
selama kurun waktu 4 menit. HCl bersifat mengukur produk pada satu titik tertentu saja.
asam sehingga akan merusak sisi aktif Menurut definisi, senyawa polifenol
enzim XO. Hal ini mengakibatkan enzim merupakan jenis senyawa yang
tidak mampu bekerja secara optimal dalam mengandung gugus fenol lebih dari 12
mengubah substrat xantin menjadi asam gugus, umumnya larut dalam air, berat
urat (Kostic et al. 2015; Sowndhararajan et molekul 500-4000 Da dengan 5-7 cincin
al. 2012). Penghentian aktivitas XO ini aromatik per 1000 Da (Quideau et al. 2011).
menyebabkan produksi asam urat berkurang Biosintesa polifenol dalam tanaman melalui
atau terhenti. Sementara pada tulisan ini jalur asam sinamat (C6-C3) dan asam
tidak dilakukan penambahan larutan HCl, benzoate (C6-C1). Gugus OH pada cincin
sehingga produksi asam urat berjalan terus aromatik mampu mendonasikan atom H
selama pengukuran mengikuti reaksi sehingga kelompok ini memiliki sifat
enzimatik. farmakologi yang lebih beragam seperti
Prinsip mengukur kekuatan inhibisi XO antioksidan, antimutagenisitas, antiviral,
dari sampel uji adalah dengan mengukur antibakteri, algasidal, antifungi, insektisida,
produk asam urat yang terbentuk dari kerja estrogenik dan keratolitik bahkan proteksi
enzim XO pada sistem xantin/XO in vitro. diri dari lingkungannya (Castellano et al.
Reaksi enzimatis berbeda dengan reaksi 2012).
kimia biasa. Reaksi enzimatis mensyaratkan
keberadaan suatu enzim yang berperan
dalam mengatur reaksi sehingga tidak terjadi
penyimpangan hasil akhir reaksinya. Reaksi
enzimatis umumnya memerlukan
persyaratan yang lebih komplek dan ketat,
seperti tingkat konsentrasi enzim,
konsentrasi ligan (substrat, produk, inhibitor
dan aktivator), pH larutan, kekuatan ion dan
temperatur selama reaksi. Prosedur untuk
mengukur aktivitas enzim dapat dilakukan
dengan cara mengukur kehilangan substrat Gambar 3. Kurva regresi asam galat. Nilai adalah
atau mengukur produk yang terbentuk pada rata-rata dari 3 kali pengulangan

164
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Pada pengukuran kadar polifenol total Tabel 4. Kadar polifenol ekstrak kental sappan
digunakan pembanding asam galat.
Penelitian sebelumnya membuktikan bahwa Kadar Rata2
Absorbansi Kadar
setara Kadar
penggunaan asam galat sebagai n (-maks.
GAE
polifenol
polifenol
)
pembanding memiliki beberapa keunggulan 725 nm) (%)*
(ppm) (%)
seperti senyawa ini dalam keadaan murni
1 1,57 30,15 25,77 26,00
cukup mudah diperoleh dengan harga yang
relatif tidak terlampau mahal, hasil 2 1,61 30,76 26,29
pengukuran kadar senyawa fenolik dari
3 1,58 30,34 25,93
beberapa jenis sampel uji memberikan nilai
yang ekuivalen dengan penggunaan standar )
asam galat, larutan asam galat relatif stabil * Dihitung dengan rumus = [kadar(ppm)/konsentrasi
akhir(ppm)] x 100%. Kadar dihitung terhadap ekstrak
dimana aktivitas akan menurun sekitar 5% kasar. n=ulangan.
setelah penyimpanan dalam lemari es
selama 2 minggu dalam keadaan tertutup caesalpiniaphenol A, B, C dan D (Cuong et
(Waterhouse 2012). Karena senyawa fenol al. 2012). Selain senyawa polifenol, aktivitas
yang ada dalam sampel uji tidak semuanya inhibisi XO juga disebabkan oleh kandungan
adalah asam galat, maka kadar polifenol senyawa lain yang terkandung dalam
total dalam sampel uji dinyatakan dengan ekstrak mengingat bahwa sampel uji adalah
satuan setara asam galat (gallic acid ekstrak kasar yang berisi beragam senyawa
equivalent/GAE), yang dihitung dari yang komplek (Nguyen et al. 2014b).
persamaan kurva standar asam galat. Hasil Dalam sampel berupa ekstrak
pembuatan kurva standar asam galat dan umumnya mengandung berbagai golongan
penghitungan persamaan regresinya senyawa kimia selain polifenol.
disajikan pada Gambar 3. Hasil pengukuran Kemungkinan bahwa aktivitas inhibisi XO
kadar polifenol total disajikan pada Tabel 4. yang ditunjukkan oleh ekstrak etanol 70%
Hasil penelitian ini menunjukkan sappan juga disebabkan oleh keberadaan
bahwa kandungan senyawa polifenol total senyawa selain golongan polifenol. Hasil
dari ekstrak sappan sebesar 26% ekstrak studi in vitro sebelumnya menunjukkan
kasar. Kandungan senyawa polifenol bahwa senyawa-senyawa berikut berpotensi
menentukan sifat farmakologis yang sebagai penurun asam urat melalui
diberikan oleh ekstrak. Hal ini sejalan mekanisme inhibisi XO, yaitu golongan
dengan penelitian sebelumnya, dimana alkaloid, minyak atsiri, tannin, glukosida
senyawa golongan polifenol, termasuk iridoid, kumarin. Selanjutnya, senyawa
didalamnya senyawa golongan flavonoid, golongan lignan, triterpenoid dan xantofil
telah dilaporkan mempunyai potensi sebagai bermanfaat dalam penanganan gout melalui
inhibitor XO (Abdullahi et al. 2012). Studi aktivitas antiinflamasi (Ling dan Bonchu
struktur aktivitas inhibisi XO dan senyawa 2014). Dalam menginhibisi enzim XO, suatu
flavonoid menunjukkan bahwa senyawa senyawa dapat melalui beberapa
flavonoid yang mampu menginhibisi XO mekanisme seperti mengikat sisi aktif tempat
adalah yang mempunyai gugus OH pada pengikatan senyawa purin, seperti
posisi C5 dan C7 dan ikatan rangkap antara ditunjukkan oleh allopurinol, atau pada
C2 dan C3 atau struktur berbentuk planar, kofaktor FAD, seperti pada benzimidazole,
sehingga golongan flavones agak lebih kuat atau melalui membloking biosintesis asam
sebagai inhibitor XO dibandingkan flavonol. urat dari senyawa purin. Sehingga
Adanya substitusi gugus OH pada posisi C3 mekanisme yang bersifat meningkatkan
dan C7 dengan glikosida atau gugus metil ekskresi asam urat dari tubuh atau menekan
akan melemahkan sifat inhibisi XO. Diduga produksi asam urat mampu menurunkan
bahwa keberadaan gugus gula akan kadar asam urat (Kostic et al. 2015).
menghalangi interaksi antara flavonoid
dengan enzim XO sehingga melemahkan KESIMPULAN
aktivitas (Wong et al. 2014; Kostic et al.
2015). Beberapa senyawa polifenol dalam Kesimpulan yang dapat ditarik dari
sappan telah berhasil diisolasi dan penelitian ini adalah ekstrak etanol 70%
diidentifikasi, diantaranya adalah empat jenis kayu sappan yang dibuat memenuhi

165
Evaluasi Aktivitas Inhibisi Xantin Oksidase... Ningsih dan Churiyah

persyaratan parameter mutu ekstrak. Pharm Sci 4:49-56


Ekstrak tersebut mampu menginhibisi enzim Castellano G, Tena J, Torrens F (2012)
XO sebesar 98% relatif terhadap kontrol Classification of phenolic compounds
positif allopurinol pada konsentrasi uji 100 by chemical structural indicators and
µg/mL. Ekstrak mengandung senyawa its relation to antioxidant properties of
polifenol total dengan kadar mencapai 26% Posidonia oceanica (L.) Delile.
ekstrak kental. Dengan demikian dapat Commun Math Comput Chem 67:231-
dikatakan bahwa ekstrak etanol 70% kayu 250
sappan mempunyai potensi untuk Cuong TD, Hung TM, Kim JC, Kim EH, Woo
dikembangkan sebagai bahan baku obat MH, Choi JS, Lee JH, Min BS (2012)
untuk mengatasi kondisi hiperurisemia yang Phenolic compounds from Caesalpinia
mana prevalensinya menunjukkan sappan heartwood and their anti-
kecenderungan meningkat setiap tahun. inflammatory activity. J Nat Prod
Namun demikian masih diperlukan penelitian 75:2069-2075. doi:
lebih lanjut terkait penggunaannya dalam 10.1021/np3003673
bidang pengobatan. Depkes RI (1989) Materia Medika Indonesia
Jilid V pp:137-139. Direktorat POM,
UCAPAN TERIMA KASIH Departemen Kesehatan Republik
Indonesia, Jakarta
Ucapan terima kasih disampaikan Depkes RI (2000) Parameter Standar Umum
kepada Kementerian Riset, Teknologi dan Ekstrak Tumbuhan Obat. Departemen
Pendidikan Tinggi Republik Indonesia atas Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
bantuan pendanaan terhadap kegiatan Gliozzi M, Malara N, Muscoli S, Mollace V
penelitian ini melalui Program Insentif Riset (2016) Review: The treatment of
Terapan (RT) dengan nomor RT-2014-294
hyperuricemia. Int J Cardiol 213:23–
Tahun Anggaran 2014.
27. doi: 10.1016/j.ijcard.2015.08.087
Kemenkes RI (2014) Farmakope Indonesia
DAFTAR PUSTAKA
Edisi V. Kementerian Kesehatan
Abdullahi A, Hamzah RU, Jigam AA , Yahya Republik Indonesia, Jakarta
A, Kabiru AY, Muhammad H, Sakpe S, Kostic DA, Dimitrijevic DS, Stojanovic GS,
Adefolalu FS, Isah MC, Kolo MZ Palic IR, Dordevic AS, Ickovski JD
(2012) Inhibitory activity of xanthine (2015) Xanthine oxidase: Isolation,
oxidase by fractions Crateva assays of activity, and inhibition. J
adansonii. J Acute Dis 1:126-129. doi: Chemistry 2015:1-8. doi:
10.1016/S2221-6189(13)60072-4 10.1155/2015/294858
Aditama TY (2015) Jamu & Kesehatan Edisi Ling X, Bochu W (2014) A Review of
II. Lembaga Penerbit Badan Penelitian phytotherapy of gout: Perspective of
dan Pengembangan Kesehatan, new pharmacological treatments.
Jakarta Pharmazie 69:243–256. doi:
Apaya KL, Hernandez CLC (2011) Xanthine 10.1691/ph.2014.3642
oxidase inhibition of selected Maiuolo J, Oppedisano F, Gratteri S, Muscoli
Philippine medicinal plants. J Med C, Mollace V (2016) Regulation of uric
Plant Res 5:289-292 acid metabolism and excretion. Int J
Azizah B, Salamah N (2013) Standarisasi Cardiol 213:8-14. doi:
parameter non spesifik dan 10.1016/j.ijcard.2015.08.109
perbandingan kadar kurkumin ekstrak Maupe, Nawi R, Hakim BA (2010) Faktor
etanol dan ekstrak terpurifikasi risiko kejadian arthritis gout pada
rimpang kunyit. J Ilmiah Kefarmasian pasien rawat jalan di Rumah Sakit Dr.
3:21-30 Wahidin Sudirohusodo Makassar. J
Bustanji Y, Hudaib M, Tawaha K, Media Kesehatan Masyarakat
Mohammad M, Almasri I, Hamed S, Indonesia 6:12-16
Oran S (2011) In vitro xanthine Milanowski P, Carter TJ, Weber GF (2013)
oxidase inhibition by selected Enzyme catalysis and the outcome of
Jordanian medicinal plants. Jordan J biochemical reactions. J Proteomics

166
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Bioinform 6:132-141. Sundram KM, Latha LY (2011)


doi:10.4172/jpb.1000271 Extraction, isolation and characterization
Nguyen MT, Awale S, Tezuka Y, Tran QL, of bioactive compounds from plants’
Kadota S (2004a) Neosappanone A, a extracts. Afr J Tradit Complement
xanthine oxidase (XO) inhibitory Altern Med 8:1-10. PMC3218439
dimeric methanodibenzoxocinone with Sowndhararajan K, Joseph JM,
a new carbon skeleton from Rajendrakumaran D (2012) In vitro
Caesalpinia sappan. Tetrahedron Lett xanthine oxidase inhibitory activity of
45:8519–8522. doi: methanol extracts of Erythrina indica
10.1016/j.tetlet.2004.09.107 Lam. leaves and stem bark. Asian Pac
J Trop Biomed 2:S1415-S1417
Nguyen MT, Awale S, Tezuka Y, Tran QL,
Spanou C, Veskoukis AS, Kerasioti T,
Watanabe H, Kadota S (2004b)
Kontou M, Angelis A, Aligiannis N,
Xanthine oxidase inhibitory activity of
Skaltsounis AL, Kouretas D (2012)
Vietnamese medicinal plants. Biol Flavonoid glycosides isolated from
Pharm Bull 27:1414-1421. doi: unique legume plant extracts as novel
10.1248/bpb.27.1414 inhibitors of xanthine oxidase. PLoS
Ningsih S, Fahrudin F (2018) Lowering uric One 7(3):e32214. doi:
acid efficacy test of the combined 10.1371/journal.pone.0032214
extract of Uncaria gambir (Hunter) Waterhouse A (2012) Folin-Ciocalteau micro
Roxb. and Caesalpinia sappan L. in method for total phenol in wine.
vivo and in vitro. Asian J Pharm Clin Waterhouse Lab, University of
Res 11:166-170. doi: California, Davis, California.
10.22159/ajpcr.2018.v11i8.26020 Wong YP, Ng RC, Chuah SP, Koh RY, Ling
Ohama P, Tumpat N (2014) Textile dyeing APK (2014) Antioxidant and xanthine
with natural dye from sappan tree oxidase inhibitory activities of
(Caesalpinia sappan Linn.) extract. Int Swietenia macrophylla and Punica
J Mater Text Eng 8:432-434. granatum. International Conference on
Pertamawati, Hardhiyuna M (2015) Uji Biological, Environment and Food
penghambatan aktivitas enzim xantin Engineering (BEFE-2014), August 4-5,
oksidase terhadap ekstrak kulit kayu Bali (Indonesia). doi:
secang (Caesalpinia sappan L.). 10.15242/IICBE.C814014
Kartika J Ilm Far 3:12-17 Zanin JLB, de Carvalho BA, Martineli PS,
Quideau SP, Deffieux D, Douat-Casassus dos Santos MH, Lago JHG, Sartorelli P,
CL, Pouységu L (2011) Plant Viegas C Jr, Soares MG (2012) The
polyphenols: Chemical properties, genus Caesalpinia L.
biological activities, and synthesis. (Caesalpiniaceae): Phytochemical and
Angew Chem Int Ed 50:586–621. doi: pharmacological characteristics.
10.1002/anie.201000044 Molecules 17:7887-7902.
Sasidharan S, Chen Y, Saravanan D, doi:10.3390/molecules17077887

167
VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

HISTOLOGI LIMPA DAN HEMATOLOGI MENCIT YANG DIINFEKSI


Escherichia coli SETELAH PEMBERIAN ASAM HUMAT GAMBUT
KALIMANTAN
Spleen Histology and Hematology of Mice Infected by Escherichia coli after Oral
Administration of Humic Acid from Borneo Peat
Diah Wulandari Rousdy, Elvi Rusmiyanto Pancaning Wardoyo*
Jurusan Biologi, Fakultas MIPA, Universitas Tanjungpura. Jl. Prof. DR. Hadari Nawawi, Pontianak 78111
*Email: elvirusm1971@gmail.com

ABSTRACT
Humic acid compounds have an immunostimulatory effect. The aim of this research was to
determine the effect of humic acid on the spleen of mice infected with Escherichia coli. The
study used a completely randomized design with six treatments and five replicates. The
treatments were normal control, negative control, positive control of isoprinosine, humic acid
dose of 62.5; 125; and 250 mg/kg body weight (BW). The results showed that E. coli
infection caused diarrhea symptoms and significant weight loss. There were significant
differences (P<0.05) on hematocrit value and a total leukocyte count of humic acid, in which
isoprinosine treatment was higher than those of negative control and normal control. There
was no significant difference in the spleen weight of the mice subjected to the different
treatments, but through histologic observations a significant difference (P<0.05) was found in
the histologic size of the spleen. Humic acid treatment of 250 and 125 mg/kg BW resulted in
the widest white pulp (495.8 ± 58.2 µm) and the highest leukocytes count (6725 ± 1018
cell/mL), respectively. On the red pulp serving as negative control numerous clusters of
lymphocyte cells were found.

Keywords: Escherichia coli, humic acid, peat soil, spleen, white pulp

ABSTRAK
Senyawa asam humat mempunyai potensi imunostimulan. Penelitian ini bertujuan
mengetahui pengaruh pemberian asam humat terhadap organ limpa mencit yang diinfeksi
bakteri Escherichia coli. Penelitian ini menggunakan rancangan acak lengkap dengan enam
perlakuan dan lima ulangan. Perlakuan tersebut yakni kontrol normal, kontrol negatif, kontrol
positif isoprinosin, asam humat dosis 62,5; 125; dan 250 mg/kg berat badan (BB). Hasil
penelitian menunjukkan bahwa infeksi bakteri E. coli pada mencit menyebabkan mencit
mengalami gejala diare dan penurunan berat badan yang signifikan. Perbedaan signifikan
(P<0,05) pada nilai hematokrit dan jumlah leukosit total perlakuan asam humat dan
isoprinosin lebih tinggi dibandingkan kontrol negatif dan kontrol normal. Tidak terdapat
perbedaan nyata (P>0,05) pada berat limpa mencit antar perlakuan, melalui pengamatan
histologi ditemukan perbedaan ukuran histologi limpa mencit. Perlakuan asam humat 250
mg/kg BB mempunyai ukuran pulpa putih (495,8 ± 58,2 µm) dan perlakuan asam humat 125
mg/kg BB mempunyai nilai leukosit tertinggi (6725 ± 1018 sel/mL). Pada pulpa merah
perlakuan kontrol negatif ditemukan banyak sel limfosit yang menggerombol.

Kata Kunci: asam humat, Escherichia coli, limpa, pulpa putih, tanah gambut

Received: 09 May 2018 Accepted: 06 September 2018 Published: 13 December 2018

168
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

PENDAHULUAN normal. Bakteri ini bersifat patogen apabila


berada di luar usus atau di lokasi lain di
Gambut terbentuk dari bahan organik mana flora normal jarang ditemukan. Pada
terutama sisa tumbuhan yang tertimbun kondisi pertahanan tubuh inang yang tidak
dalam keadaan basah berlebih, tidak padat berada dalam kondisi optimal, bakteri ini
dan lambat terdekomposisi. Karakteristik dapat menimbulkan infeksi lokal yang
kimia yang paling khas dari tanah gambut mencapai aliran darah dan menimbulkan
adalah tingginya kandungan humus atau sepsis.
bahan organik tanah (Noor 2001). Humus Infeksi akibat E. coli akan
dalam tanah gambut terbagi menjadi tiga mengaktivasi sistem imunitas tubuh. Limpa
komponen utama yakni asam humat, asam mengandung banyak makrofag dan
fulvat dan hemin. Asam humat merupakan merupakan tempat pembentukan limfosit
substansi humus yang paling dominan aktif dan antibodi. Sel-sel limfosit yang
menyusun gambut. berperan dalam imunitas spesifik, berkumpul
Struktur molekul asam humat dari dan berproliferasi dalam germinal center.
tanah gambut tropis seperti di Indonesia Peningkatan aktivitas sistem imun ditandai
berbeda dengan tanah gambut subtropis dengan perubahan diameter pulpa putih dan
yang telah banyak diteliti (Orlov 1995; germinal center (Tasminatun et al. 2017;
Stevenson 1994). Perbedaan struktur Kalia et al. 2016).
molekul asam humat dipengaruhi oleh faktor Adanya kontak erat antara sel-sel
pembentuk humus seperti jenis tumbuhan. limfosit dalam limpa dengan sirkulasi darah
Perbedaan struktur molekul ini juga sangat berperan dalam pertahanan tubuh
mencerminkan perbedaan fungsi biologis terhadap mikroorganisme dan antigen asing
dari asam humat. lain. Organ limpa akan memberikan respon
Asam humat mempunyai potensi masuknya antigen asing ke dalam tubuh
antioksidan atau kemampuan menangkap berupa penambahan diameter germinal
radikal bebas disebabkan oleh banyaknya center yang merupakan pusat maturasi
gugus oksigen reaktif seperti karboksil, limfosit. Penambahan diameter germinal
hidroksil dan keton. Percobaan secara in center juga terjadi pada penambahan
vitro dilakukan oleh Vašková et al. (2011), imunostimulan (Matheos et al. 2013; Winarni
asam humat subtropis mampu menangkap et al. 2013). Berdasarkan hal tersebut perlu
radikal hidroksil dan tidak mencetuskan dilakukan penelitian mengenai pengaruh
produksi radikal oksidatif lain. pemberian asam humat terhadap mencit
Respon fisiologis lain dari pemberian yang diinfeksi E. coli berdasarkan parameter
asam humat adalah stimulasi sistem histologi limpa.
imunitas, sehingga asam humat berpotensi
sebagai imunostimulan. Junek et al. (2009) BAHAN DAN METODE
menyatakan asam humat mempunyai efek
bimodel tergantung konsentrasi dalam Bahan
menstimulus dan menekan sistem imunitas. Penelitian dilaksanakan selama 5
Hal ini berkaitan dengan pengaktifan gen bulan mulai bulan Mei-Oktober 2017 di
NF-B yang mengkode pembentukan Laboratorium Biologi dan Laboratorium
interleukin dan TNF-α. Selain itu, Rousdy et Zoologi Fakultas MIPA Universitas
al. (2016) menemukan bahwa pemberian Tanjungpura. Peralatan yang digunakan
asam humat dari gambut tropis Kalimantan dalam penelitian antara lain: perangkat
mampu menstimulus sistem imunitas hewan pemeliharaan hewan uji, peralatan gelas,
berupa peningkatan aktivitas fagositosis dan gelas objek, hemositometer,
peningkatan jumlah leukosit. Rousdy dan mikrohematokrit, gelas objek, mikrotom
Wijayanti (2016) juga menambahkan putar, sentrifuse dan seperangkat
suplementasi asam humat dalam pakan ikan pembuatan mikroteknik hewan.
mampu meningkatkan berat badan ikan mas Bahan kimia yang digunakan antara
dan meningkatkan respons imunitas non- lain: larutan NaOH 0,1 M, larutan HCl 6 M,
spesifik. akuades, isoprinosine, etanol dengan
Escherichia coli merupakan salah satu konsentrasi bertingkat, xylol, parafin, canada
dari bakteri enterik dan anggota flora usus balsam, hematoksilin, eosin, klorofom,

169
Histologi Limpa dan Hematologi Mencit... Rousdy dan Wardoyo

larutan buffer neutral formaline (BNF), bakteri E. coli selama 5 hari menggunakan
larutan phospate buffer saline (PBS) steril dosis 106 cfu/mL sebanyak 0,5 mL/hari.
dan biakan murni bakteri E. coli koleksi
Laboratorium Mikrobiologi, Fakultas MIPA, Pembuatan preparat limpa
Universitas Tanjungpura. Mencit dibius dengan kloroform dan
Hewan uji yang digunakan adalah dibedah. Limpa yang berada di abdomen
mencit (Mus musculus L.) galur Swiss jantan sebelah kiri berwarna merah kehitaman
dengan kisaran umur 2-3 bulan dan berat diambil dan dicuci dalam larutan PBS. Limpa
badan 20-40 gram. Mencit diaklimasi selama dan hati ditimbang dengan timbangan
tujuh hari dengan pemberian makan dan analitik untuk mengetahui bobotnya. Limpa
minum secara ad libitum. difiksasi dengan BNF kemudian dibuat
Tanah gambut diambil pada tingkat preparat histologi menggunakan metode
kematangan sapris di kedalaman 30-50 cm parafin dan pewarnaan hematoksilin eosin
dari permukaan tanah. Jenis tanah (HE) (Suvarna et al. 2013).
diidentifikasi di Laboratorium Fisika Tanah Bagian jaringan limpa yang diamati
Fakultas Pertanian Universitas Tanjungpura. adalah diameter pulpa putih, germinal center
Pemisahan asam humat mengacu pada dan zona marginalis. Diameter germinal
metode IHSS (2015) yakni berdasarkan center limpa diukur di bawah mikroskop
pengendapan dalam asam kuat dan pada perbesaran 40. Diameter germinal
kelarutan dalam basa lemah (Gambar 1). center adalah rerata diameter yang
ditentukan dari hasil pengukuran diameter
Rancangan percobaan terpanjang dan terpendek. Tiap individu
Penelitian menggunakan Rancangan diamati 3 irisan dan tiap irisan diamati 5
Acak Lengkap satu jalur. Tiga puluh hewan germinal center.
uji dibagi menjadi 6 perlakuan. Perlakuan
yang diberikan sebagai berikut: Kontrol Pemeriksaan hematokrit
normal: mencit tidak diinjeksi bakteri E. coli Pemeriksaan parameter hematologi
dan asam humat; kontrol negatif: mencit menggunakan darah yang diambil langsung
diinjeksi bakteri E. coli dan tanpa pemberian dari jantung (cardiac puncture) pada hari ke-
asam humat; kontrol positif: mencit diinjeksi 8. Penghitungan nilai hematokrit dengan
bakteri E. coli dan diberi obat isoprinosin; cara darah dimasukkan ke dalam
perlakuan asam humat 250 mg/kg BB: mikrokapiler dan disentrifugasi pada
mencit diinjeksi bakteri E. coli dan diberi kecepatan 5000 rpm selama 5 menit. Total
asam humat 250 mg/kg BB; perlakuan asam leukosit dihitung menggunakan
humat 125 mg/kg BB: mencit diinjeksi bakteri
hemositometer.
E. coli dan diberi asam humat 125 mg/kg
BB; perlakuan asam humat 62,5 mg/kg BB:
Analisis statistik
mencit diinjeksi E. coli dan diberi asam
humat 62,5 mg/kg. Pemberian asam humat Data pengamatan hematologi dan
dilakukan secara oral menggunakan sonde histologi limpa dianalisis statistik dengan
lambung sesuai dosis perlakuan.

Infeksi hewan uji


Hewan uji mencit diinfeksi dengan 0,5
mL/hari suspensi bakteri E. coli (106 cfu/mL)
yang disuntik secara intraperitoneal pada
bagian abdomen (Mattheos et al. 2013).
Infeksi dilakukan selama 5 hari. Kelompok
kontrol negatif dilakukan terminasi pada hari
ke-8 dan dibedah untuk mengambil organ
limpa dan darahnya melalui jantung. Kontrol
positif dan perlakuan asam humat,
pemberian isoprinosin dan asam humat
masing-masing dilakukan selama 7 hari,
pada hari ke-8 mencit diinfeksi dengan Gambar 1. Pemisahan asam humat dan asam fulvat

170
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Analysis of Variance (ANOVA) satu jalur. limpa paling ringan dibandingkan perlakuan
Apabila terdapat perbedaan antar perlakuan lainnya. Penurunan berat limpa pada
(P<0,05) dilanjutkan dengan uji lanjut kelompok isoprinosin kemungkinan
Duncan’s Multiple Range Test (DMRT) disebabkan oleh infeksi berat yang terjadi
menggunakan SPSS versi 15. pada perlakuan tersebut. Imunostimulan
isoprinosin tidak berperan sebagai
HASIL DAN PEMBAHASAN antibakteri sehingga tidak optimal dalam
mengurangi diare pada mencit.
Berdasarkan hasil perlakuan, mencit Pemberian asam humat pada dosis
(Mus musculus) yang diinfeksi oleh bakteri tertinggi cenderung meningkatkan berat
E. coli menunjukkan terjadinya gejala diare limpa. Perubahan dari berat limpa
berupa meningkatnya frekuensi buang air disebabkan proses stimulasi pulpa putih
besar, konsistensi feses yang encer dan limpa oleh pemberian imunostimulan asam
berbau serta terjadi penurunan berat badan. humat. Asam humat juga diketahui
Penurunan berat badan mencit terjadi pada mempunyai potensi sebagai antibakteri
semua perlakuan mencit yang diinfeksi sehingga selain menstimulus sistem
bakteri E. coli, kecuali pada perlakuan imunitas, asam humat juga mampu
kontrol normal yang tidak diinfeksi bakteri E. mengurangi jumlah bakteri patogen yang
coli (Gambar 2.). masuk ke dalam tubuh.
Mencit pada perlakuan normal Hampir sejalan dengan berat limpa,
mempunyai berat badan relatif konstan pengamatan pada berat hati mencit
sebab tidak mengalami diare akibat menunjukkan perlakuan isoprinosin
pemberian bakteri E. coli. Penurunan berat memberikan penurunan berat hati signifikan
badan terbesar terjadi pada perlakuan dibandingkan perlakuan lain (Tabel 1,
isoprinosin. Gambar 3). Hal ini kemungkinan
disebabkan obat isoprinosin mengalami
Perubahan berat limpa dan hati metabolisme utama dalam hati sehingga
Setelah pemberian perlakuan meningkatkan aktivitas dan fungsi hati.
imunostimulan dan infeksi oleh bakteri E. Asam humat sebagai obat alami yang
coli, mencit dibedah untuk diamati diberikan tidak memberikan pengaruh pada
perubahan pada organ hati dan limpa. berat hati secara signifikan. Begitu pula pada
Penimbangan berat limpa mencit pada kontrol negatif dan kontrol normal yang tidak
semua kelompok perlakuan menunjukkan mendapat pengaruh senyawa apapun, tidak
tidak ada perbedaan nyata (P>0,05) menunjukkan perubahan pada berat hati.
(Gambar 3). Terdapat kecenderungan pada
perlakuan isoprinosin mempunyai berat Nilai hematokrit dan leukosit total
Infeksi bakteri E. coli yang diberikan
menyebabkan meningkatnya jumlah sel
34

2.5
Berat badan mencit (g)

32
2.0
,
Berat (g)

30 1.5
,

1.0
,
28
0.5
,

26 0.0
,
Hari ke-0 Hari ke-10 setelah
infeksi

Gambar 2. Berat badan mencit sebelum dan setelah


infeksi untuk perlakuan AH 62,5 mg/kg
( ), AH 125 mg/kg ( ), AH 250
mg/kg ( ), isoprinosin ( ),kontrol Gambar 3. Berat limpa () dan berat hepar ()
negatif ( ), dan kontrol normal ( ) mencit

171
Histologi Limpa dan Hematologi Mencit... Rousdy dan Wardoyo

Tabel 2. Ukuran histologi limpa

Diameter pulpa Diameter germinal Lebar zona


Perlakuan
putih (µm) center (µm) marginalis (µm)
bc a a
Asam humat 62,5 mg/kg 404,2 ± 89,1 150,0 ± 53,7 95,0 ± 57,6
c a b
Asam humat 125 mg/kg 433,3 ± 86,2 128,3 ± 43,7 65,0 ± 22,8
d a b
Asam humat 250 mg/kg 495,8 ± 58,2 128,3 ± 43,6 65,0 ± 22,8
a a b
Isoprinosin 308,3 ± 46,9 129,2 ± 35,8 55,8 ± 15,0
ab a b
Kontrol negatif 354,2 ± 65,6 114,2 ± 27,8 49,2 ± 2,9

Keterangan: huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan (P<0,05)

Tabel 1. Nilai hematokrit dan leukosit total

Perlakuan Hematokrit (%) Leukosit (sel/mL)


c ab
Asam humat 62,5 mg/kg 84,0 ± 6,365 6075 ± 1926
ab ab
Asam humat 125 mg/kg 56,0 ± 11,547 6725 ± 1018
a ab
Asam humat 250 mg/kg 48,8 ± 9,738 6525 ± 194
ab b
Isoprinosin 62,4 ± 11,158 8237 ± 2784
ab a
Kontrol negatif 62,2 ± 11,555 5535 ± 1665

Keterangan: huruf yang berbeda pada kolom yang sama menunjukkan perbedaan nyata antar perlakuan (P<0,05)

darah putih (leukosit) pada semua perlakuan 250 mg/kg diduga disebabkan efek khelator
kecuali kontrol normal (Tabel 1, Gambar 4). asam humat yang dapat mengikat logam Fe.
Sel leukosit merupakan jenis sel darah yang Logam Fe diperlukan dalam pembentukan
berperan mempertahankan tubuh terhadap hemoglobin dan sel darah merah.
infeksi bakteri E. coli. Perlakuan asam humat Asam humat mempunyai banyak
dan obat isoprinosin memberikan nilai gugus fungsi reaktif seperti karboksil dan
leukosit lebih tinggi dibandingkan kontrol hidroksil yang mudah mengalami ionisasi.
negatif yang tidak mendapat imunostimulan Proses ini menyebabkan senyawa humat
apapun. Perlakuan kontrol normal yang tidak menjadi bermuatan negatif (polianionic
mendapat infeksi mempunyai jumlah leukosit compound) dan mudah mengikat kation-
standar yakni sekitar 4.468 sel/mL darah. kation (Stevenson 1994). Tan (2003) dalam
Jumlah total leukosit meningkat dalam Lasmi (2013) menyatakan bahwa
darah apabila terjadi infeksi akibat bakteri kemampuan tiap gugus fungsi reaktif asam
patogen. Kalia et al. (2016) melaporkan humat untuk mengalami deprotonisasi
infeksi bakteri Salmonella enterica serovar menjadi senyawa polianionik sangat
Typhimurium secara intraperitoneal pada dipengaruhi oleh pH lingkungan. Hasil
mencit Balb/C akan meningkatkan nilai total spektra inframerah asam humat tanah
leukosit dan persentase limfosit. Jumlah gambut Kalimantan diketahui mengandung
eritrosit dan persentase hematokrit akan gugus -COOH (Lasmi 2013), maka diduga
menurun pada perlakuan infeksi bakteri pada pH netral (pH plasma) gugus –COOH
Salmonella. mengalami deprotonisasi lebih cepat. Hal ini
Pemberian asam humat pada menyebabkan asam humat tanah gambut
konsentrasi rendah 62,5 mg/kg BB diduga lebih mudah mengkelat ion Fe2+ selama
menstimulasi proliferasi sel darah merah. berada dalam aliran darah.
Proliferasi sel darah merah atau eritrosit Hematokrit merupakan rasio jumlah sel
ditunjukkan dengan besarnya nilai darah merah terhadap total volume darah,
hematokrit pada mencit perlakuan asam dengan demikian peningkatan persentase
humat 62,5 mg/kg. Pemberian asam humat hematokrit menunjukkan semakin
dosis tertinggi 250 mg/kg menyebabkan banyaknya jumlah sel darah merah. Efek
penurunan hematokrit. Penurunan proliferatif pembentukan eritrosit akibat
hematokrit pada konsentrasi asam humat pemberian imunostimulan kemungkinan

172
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

disebabkan peran IL-1, IL-3, IL-6 dan GM- jaringan hematopoietik. Sel darah putih
CSF (Chen et al. 2002) pada perkembangan memiliki peranan penting dalam sistem imun
sel induk eritrosit. yakni sebagai pertahanan seluler terhadap
Peningkatan jumlah leukosit mencit infeksi patogen.
selama proses imunostimulasi asam humat Efek proliferatif dari senyawa humat
menunjukkan bahwa asam humat mampu gambut dilaporkan dalam penelitian
memicu proliferasi sel-sel darah putih dalam Obminska-Domoradzka dan Stefanska-

Gambar 4. Histologi Limpa (a) Asam Humat Dosis 62,5 mg/kg; (b) Asam Humat Dosis 125 mg/kg; (c) Asam Humat
Dosis 250 mg/kg; (d) Kontrol Positif Isoprinosin; (e) Kontrol Negatif. Keterangan: germinal center (gc),
pulpa merah (pm), zona marginalis (zm), pulpa putih (↔). Perbesaran 100

173
Histologi Limpa dan Hematologi Mencit... Rousdy dan Wardoyo

Jonca (2001) dalam Habibian et al. (2010) disebabkan oleh reaksi inflamasi.
menyatakan bahwa bahan gambut memiliki Tasminatun et al. (2017) melaporkan
potensi meningkatkan kemampuan pemberian agen inflamasi ovalbumin akan
proliferatif sel timosit tikus yang distimulasi meningkatkan diameter pulpa putih. Reaksi
mitogen. Selain itu, asam humat diketahui inflamasi disebabkan oleh pelepasan
mempunyai efek bimodal, dimana stimulasi prostaglandin yang menyebabkan migrasi
imunitas terjadi pada pemberian asam dan pengumpulan sel leukosit pada limpa.
humat dosis rendah, sedangkan inhibisi Kalia et al. (2016) menambahkan infeksi
imunitas terjadi pada pemberian asam berat akibat bakteri akan menyebabkan
humat dosis tinggi (Junek et al. 2009; van pelebaran sinus limfa dan ekspansi sel
Rensburg dan Naude 2009). eritrosit pada pulpa merah. Ciri ini
merupakan tanda pembesaran limpa atau
Histologi limpa mencit sphlenomegali. Pembesaran limpa dapat
Organ limpa mencit dibuat preparat dilihat dari berat limpa kontrol negatif dan
sayatan dengan metode parafin dan perlakuan asam humat mempunyai berat
pewarnaan hematoksilin. Bagian dalam limpa lebih dibandingkan kontrol normal
parenkim limpa tersusun oleh pulpa merah yang tidak mendapat infeksi bakteri E. coli.
dan pulpa putih. Pulpa putih tampak seperti Pada perlakuan asam humat 62,5
nodul atau bulatan putih pada permukaan mg/kg BB mempunya diameter pulpa putih
irisan limpa. Pulpa putih merupakan nodul paling kecil yakni 404,2 µm namun
limfoid atau kumpulan sel limfosit yang mempunyai diameter germinal center dan
menyelubungi arteri sentralis, terutama jenis zona marginalis paling besar (Tabel 2). Pada
limfosit T. bagian tengah pulpa putih tampak germinal
Diantara pulpa merah dan putih center yang berisi sel-sel limfosit yang
terdapat zona marginalis yang dipenuhi sedang mengalami maturasi. (Gambar 4a).
limfosit B. Pulpa merah limpa merupakan Sel limfosit yang belum matang tampak
jaringan merah gelap yang dipenuhi darah. berukuran lebih besar dibandingkan sel
Penyusun pulpa merah berupa jaringan ikat limfosit yang matang. Pulpa putih pada
retikulin, limfosit B, limfosit T, sel plasma dan perlakuan asam humat 62,5 mg/kg
banyak sel darah serta sinusoid. berukuran lebih kecil, dengan zona
Pada irisan preparat limpa tampak marginalis yang lebih tipis. Zona marginalis
pulpa putih yang dikelilingi oleh pulpa merah. berisi sel limfosit B. Bagian tepi dari zona
Pulpa merah terpulas kemerahan marginalis tampak arteri centralis yang
disebabkan pada bagian ini dipenuhi oleh merupakan percabangan dari arteri
kapiler darah atau sinus venosus. trabekularis (Gambar 4).
Pada perlakuan kontrol negatif Pada perlakuan isoprinosin (kontrol
ditemukan sel limfosit dalam susunan klaster positif), pulpa putih limpa berukuran paling
atau menggerombol pada pulpa merah kecil dengan rata-rata 308 µm. Hal ini diduga
(Gambar 4e). Tampilan limfosit pada pulpa ukuran pulpa putih akan berkorelasi dengan
merah yang khas kemungkinan disebabkan berat limpa. Berat limpa pada perlakuan
oleh reaksi antara antigen bakteri E. coli isoprinosin paling rendah dibandingkan
yang masuk ke tubuh dengan sel-sel perlakuan lain (Tabel 2, Gambar 3). Hasil
leukosit. Tidak semua pulpa putih memiliki penelitian ini berbeda dengan Patil et al.
germinal center. Germinal center akan aktif (2012) yang menyatakan isoprinosin
dan membesar bila terjadi proses merupakan imunostimulan sintetis yang
imunostimulasi pada sistem imun. Seperti menyebabkan proliferasi pada sel T dan
pada kelompok kontrol negatif yang tidak peningkatan berat limpa. Perbedaan hasil
diberikan imunostimulasi, pulpa putih dan tersebut disebabkan oleh isoprinosin yang
germinal center yang diamati berukuran tidak memiliki aktivitas antibakteri sehingga
lebih kecil yakni rata-rata 354 µm (Tabel 2). infeksi E. coli pada mencit berakibat akut
Infeksi bakteri E. coli yang terjadi pada dan menurunkan berat badan serta berat
kontrol negatif tidak menyebabkan reaksi limpa.
inflamasi yang ditandai dengan pembesaran Perlakuan asam humat dosis 125
pulpa putih dan germinal center. mg/kg dan 250 mg/kg menyebabkan pulpa
Pembesaran diameter pulpa putih dapat putih berukuran besar dengan germinal

174
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

center dan zona marginalis yang lebih luas dibandingkan kontrol negatif dan kontrol
(Tabel 2). Pada pemberian asam humat normal.
dosis tertinggi yakni 250 mg/kg tampak Tidak terdapat perbedaan nyata pada
bagian dalam pulpa putih tersusun oleh berat limpa mencit antar perlakuan, namun
limfosit yang tidak rapat atau merenggang pengamatan histologi menemukan
(Gambar 3c). Kondisi ini disebut sebagai perbedaan ukuran limpa mencit yang
kongesti limpa (Matheos et al. 2013). diinfeksi bakteri dan diberikan asam humat.
Susunan limfosit yang merenggang pada Perbedaan jelas diamati pada ukuran pulpa
pulpa putih akan menyebabkan diameter putih, germinal center dan zona marginalis
pulpa putih menjadi lebih lebar (Tabel 2). yang cukup besar. Pulpa merah pada
Kondisi kongesti limpa juga ditemukan pada perlakuan kontrol negatif ditemukan banyak
penelitian lain. Andrew et al. (2017) sel limfosit yang menggerombol.
melaporkan dosis ekstrak bawang putih
tertinggi dapat memicu kondisi anemia, UCAPAN TERIMA KASIH
penurunan jumlah oksigen dan kongesti
pulpa putih limpa. Penelitian ini didanai dari sumber dana
Pulpa putih dan germinal center DIPA 2017 Fakultas MIPA Universitas
merupakan tempat berkumpulnya sel limfosit Tanjungpura, Pontianak.
khususnya sel limfosit T. Sedangkan sel
limfosit B berkumpul pada zona marginalis DAFTAR PUSTAKA
pulpa putih. Asam humat merupakan
substansi humus yang berpotensi Andrew UO, Ozoko LEC, Kingsley IA,
menstimulus proliferasi dan maturasi sel-sel Mamerhi ET, Beauty E (2017)
leukosit, khususnya limfosit yang utama Histologic effect of garlic extract on
berkumpul pada organ limpa. Hal tersebut the spleen of adult wistar rat. J Pharm
diduga berkaitan dengan stimulus produksi Biol Sci 12:1-4. doi:10.9790/3008-
sitokin, suatu protein sinyal yang berperan 1204050104
penting dalam komunikasi antar sel leukosit. Chen CH, Liu JJ, Lu FJ, Yang ML, Lee Y,
Penelitian yang dilaporkan oleh Joone Huang TS (2002) The effect of humic
et al. (2003) menggunakan kultur sel limfosit acid on the adhesibility on neutrophils.
manusia penderita HIV menyebutkan bahwa Thromb Res 108:67-76.
pemberian oxihumat (senyawa humat dari doi:10.1016/S0049-3848(02)00384-5
batu bara) akan meningkatkan proliferasi sel Habibian R, Morshedi A, Delirezh N (2010)
limfosit dan sekresi interleukin-2 (IL-2). Effect of humic acid on humoral
Fungsi dari IL-2 berperan dalam immune respons and phagocytosis.
menstimulus maturasi sel leukosit lain dalam Global Veterinaria 4:135-139
tubuh. Stimulus pelepasan sitokin juga IHSS (2015) Isolation of IHSS soil fulvic and
dilaporkan oleh Vetvitcka et al. (2010) yang humic acids. International Humic
menyatakan bahwa penggunaan asam Substances Society. http://humic-
humat bersama imunostimulan glukan (rasio substances.org/isolation-of-ihss-soil-
1:1) dapat menstimulus secara optimal fulvic-and-humic-acids/. Diakses 10
sekresi enam jenis sitokin yakni IL-2, IL-4, September 2015
IL-5, IL-6, TNF-α, dan MPC-1. Joone GK, Dekker J, van Rensburg CE
(2003) Investigation of
KESIMPULAN immunostimulatory properties of
oxihumate. Z Naturforsch C 58:263-
Berdasarkan hasil penelitian dapat 267. doi:10.1515/znc-2003-3-421
diambil kesimpulan bahwa pemberian Junek R, Morrow R, Schoenherr J, Schubert
infeksi bakteri E. coli menyebabkan mencit R, Kallmeyer R, Phull S, Klocking R
mengalami gejala diare dan penurunan (2009) Bimodal effect of humic acids
berat badan yang signifikan. Ditemukan on the LPS-induced TNF-α release
perbedaan signifikan pada nilai hematokrit from differentiated U937 cells.
dan jumlah leukosit total perlakuan asam Phytomedicine 16:470-476. doi:
humat dan isoprinosin lebih tinggi 10.1016/j.phymed.2008.10.003

175
Histologi Limpa dan Hematologi Mencit... Rousdy dan Wardoyo

Kalia P, Kumar NR, Harjai K (2016) Effect Stevenson FJ (1994) Humus Chemistry,
of propolis extract on hematotoxicity Genesis, Composition, Reaction.
and histological changes induced by Second Edition. John Wiley & Sons
Salmonella enterica serovar Inc, New York
Typhimurium in balb/C mice. Arch Biol Suvarna SK, Layton C, Bancroft JD (2013)
Sci 68:385-391. doi: Bancroft’s Theory and Practice of
10.2298/ABS150902030K Histological Techniques. Seventh
Lasmi L (2013) Studi adsorpsi kompetitif Edition. Elsevier Ltd, Churchill
logam Ag(I), Cu(II) dan Cr(III) pada Livingstone
asam humat. Tesis, FMIPA Universitas Tasminatun S, Pravitasari R, Makiyah N
Gadjah Mada (2017) Potential ethanol of Carica
Matheos C, Lintong P, Kairupan C (2013) papaya L. extract as immunomodulatory
Gambaran histologik jaringan limpa through histology observation at mice
tikus putih (Rattus novergicus) yang balb/C spleen. Berkala Kedokteran
diinfeksi Escherichia coli dan diberi 13:205-210. doi: 10.20527/jbk.v13i2.4077
madu. Jurnal e-Biomedik 1:961-965 van Rensburg CEJ, Naude PJW (2009)
Noor M (2001) Pertanian Lahan Gambut: Potassium humate inhibits complement
Potensi dan Kendala. Penerbit activation and the production of
Kanisius, Yogyakarta inflammatory cytokines in vitro.
Orlov DS (1995) Humic Substances of Soil Inflammation 32:270-276. doi:
and General Theory of Humification. 10.1007/s10753-009-9130-6
AA Balkema Publisher, Rotterdam Vašková J, Veliká B, Pilátová M, Kron I,
Patil US, Jaydeokar AV, Bandawane DD Vaško L (2011) Effects of humic acids
(2012) Immunomodulators: A in vitro. In Vitro Cell Dev Biol Anim
pharmacological review. Int J Pharm 47:376-382. doi: 10.1007/s11626-011-
Pharm Sci 4:30-36 9405-8
Rousdy DW dan Wijayanti N (2016) Vetvicka V, Baigorri R, Zamarreno AM,
Peningkatan imunitas nonspesifik ikan Garcia-Mina JM, Yvin JC (2010)
mas, Cyprinus carpio (Linnaeus, 1758) Glucan and humic acid: Synergistic
yang diinfeksi Aeromonas hydrophilla effects on the immune system. J Med
dengan pemberian asam humat tanah Food 13:863-869. doi:
gambut. Jurnal Iktiologi Indonesia 10.1089/jmf.2009.0178
16:345-352 Winarni D, Handono CD, Sugiharto (2013)
Rousdy DW, Rahmawati, Kurniatuhadi R Efek Imunostimulatori beberapa fraksi
(2016) Immune responses of wistar rat teripang lokal Phyllophorus sp.
(Rattus novergicus) on adduction of terhadap histologi limpa mencit (Mus
humic acid from Borneo peat soil. musculuc) yang diinfeksi
Biosaintifika 8:400-405. doi: Mycobacterium tuberculosis. Jurnal
10.15294/biosaintifika.v8i3.7499 Ilmiah Biologi FST 1:1-13

176
VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

PENGARUH WADAH KULTUR DAN KONSENTRASI SUMBER


KARBON PADA PERBANYAKAN KENTANG ATLANTIK
SECARA IN VITRO

The Effect of Culture Container and Carbon Source Concentration on In Vitro


Shoot Propagation of Atlantic Potato
Karyanti1*, Yosua Glen Kristianto2, Hayat Khairiyah1, Linda Novita1, Tati Sukarnih1,
Yayan Rudiyana1, Dewi Yustika Sofia2
1
Balai Bioteknologi, BPPT, Gedung 630 Kawasan Puspiptek, Serpong, Tangerang Selatan, Banten
2
Universitas Surya, Gedung GWR (Grand Serpong Mall), Lantai 1, Unit F8 & F9, Jln M.H. Thamrin Km
2,7, Panunggangan Utara, Pinang, Tangerang, Banten
*Email: karyanti@bppt.go.id

ABSTRACT
Potato is a food commodity that has the potential to support food diversification in Indonesia.
There is an increasing demand for Atlantic potatoes as the raw material for processed potato
products. The demand, which has not been met by the increased production, has been the
cause of the ongoing potato import activities in Indonesia. The limitation of producing quality
Atlantic potato seeds economically is one of the obstacles to increasing the production of Atlantic
potatoes in Indonesia. The aim of this research was to study the effect of various table sugar
concentrations as the carbon source and the type of the culture containers used for Atlantic
potato shoot multiplication in vitro. The propagation was carried out in bioreactors and culture
bottles with MS liquid medium + coconut water at a concentration of 150 mL/L medium, and 3
concentration levels of table sugar, namely 0; 7.5; and 15 g/L medium. The use of bioreactor
significantly increased the height of the Atlantic potato plantlets. The use of bioreactor combined
with table sugar addition decreased hyperhydricity level. The highest number of shoots, leaves,
and roots were found at the table sugar concentration of 15 g/L medium in both containers.

Keywords: bioreactor, micropropagation, shoot culture, Solanum tuberosum, sucrose

ABSTRAK
Kentang merupakan komoditas pangan yang berpotensi mendukung program diversifikasi
pangan di Indonesia. Peningkatan permintaan terhadap kentang Atlantik sebagai bahan
baku kentang olahan yang tak diimbangi dengan peningkatan produksi kentang Atlantik
menjadi penyebab masih berlangsungnya impor kentang Atlantik di Indonesia. Keterbatasan
menghasilkan benih kentang Atlantik berkualitas yang ekonomis merupakan salah satu
hambatan dalam meningkatkan produksi kentang Atlantik di Indonesia. Penelitian ini
bertujuan mempelajari pengaruh variasi konsentrasi sukrosa teknis sebagai sumber karbon
dan penggunaan jenis wadah terhadap perbanyakkan tunas kentang Atlantik secara in vitro.
Perbanyakkan tunas kentang Atlantik menggunakan media MS cair + 150 mL/L air kelapa
dalam wadah bioreaktor dan botol kultur dengan 3 taraf konsentrasi sukrosa, yaitu 0; 7,5;
dan 15 g/L media. Penggunaan bioreaktor secara signifikan meningkatkan tinggi planlet
kentang Atlantik yang dihasilkan. Penggunaan bioreaktor yang dikombinasikan dengan
penambahan sukrosa teknis menurunkan tingkat hiperhidrisitas. Tunas, daun, dan akar
terbanyak dihasilkan oleh perlakuan sukrosa teknis 15 g/L media dalam kedua jenis wadah.

Kata Kunci: bioreaktor, kultur tunas, mikropropagasi, Solanum tuberosum, sukrosa

Received: 31 July 2018 Accepted: 30 October 2018 Published: 20 December 2018

177
Pengaruh Wadah Kultur dan Konsentrasi Sumber Karbon... Karyanti et al.

PENDAHULUAN Perbanyakan benih kentang Atlantik


berkualitas secara efektif dapat ditingkatkan
Kentang merupakan salah satu dengan menggunakan pendekatan
komoditas pangan di Indonesia yang dapat bioteknologi tumbuhan, yaitu kultur jaringan
mendukung program diversifikasi pangan (Vinterhalter et al. 2008; Metwali dan Al-
yang dilakukan oleh pemerintah. Nilai gizi Maghrabi 2012; Taskin et al. 2013). Banyak
yang terkandung dalam umbi kentang dapat penelitian sebelumnya menggunakan media
mensubstitusi beras sebagai komoditas padat sebagai media perbanyakan, tetapi
pangan utama di Indonesia. Selain penggunaan media padat dapat
karbohidrat, umbi kentang juga mengandung menghambat organogenesis. Sebaliknya
serat, protein, lemak, vitamin, dan mineral penggunaan media cair dapat meningkatkan
yang diperlukan oleh tubuh manusia (FAO organogenesis (Mbiyu et al. 2012).
2008). Beberapa varietas kentang yang Walaupun dapat meningkatkan
dibudidayakan di Indonesia adalah varietas organogenesis, masalah vitrifikasi
Cipanas, Cosima, Segunung, Granola, (hiperhidrisitas) karena tenggelamnya
Atlantik Malang, dan Merbabu-17 (BPTP eksplan dalam media juga harus
2014). diperhatikan. Modifikasi media cair dengan
Varietas Atlantik merupakan varietas glass beads dan penambahan zat anti-
kentang yang telah lama dikenal oleh petani hiperhidrisitas sudah dilakukan (Whitehouse
Indonesia. Sama seperti di negara lain, et al. 2002; Vyas et al. 2008). Optimasi
kentang varietas Atlantik di Indonesia juga media cair dengan sistem aerasi bioreaktor
digunakan sebagai bahan baku kentang juga dapat dilakukan untuk mensuplai udara
olahan, seperti kentang goreng dan keripik ke dalam wadah, serta mengatasi masalah
kentang karena mutu umbi dan kandungan hiperhidrisitas (karena tidak selalu
bahan keringnya yang tinggi. Kentang tenggelam dalam media) (Afreen 2008).
sebagai bahan baku industri harus Kehadiran udara yang memadai akan
memenuhi kriteria tertentu, seperti kadar meningkatkan metabolisme sel dan jaringan
gula pereduksi < 1%, kandungan bahan menjadi lebih baik (Jeong et al. 2009; Pujol
kering >16,7% dan kadar pati >4,397% 2016), sehingga produksi planlet dapat
(Kusandriani 2014 ; Kusmana 2014). meningkat (Ebadi et al. 2007; Yesil-Celiktas
Kentang varietas atlantik telah memenuhi et al. 2010).
kriteria tersebut sehingga dapat Beberapa faktor turut mempengaruhi
menghasilkan warna, rasa, aroma, tekstur pertumbuhan tanaman dalam kondisi in vitro
kentang goreng ala Prancis (fries) serta adalah fitohormon (Sari 2005) dan sumber
keripik kentang (chips) yang diminati karbon (Zakaria 2010). Fitohormon auksin
konsumen (Asgar et al. 2011). Namun dan sitokinin mempengaruhi pertumbuhan
varietas Atlantik bukan merupakan varietas tunas dan akar tanaman yang dikulturkan
kentang utama yang dibudidayakan di (Liljana et al. 2012). Sukrosa merupakan
Indonesia. Sehingga sebagian besar sumber karbon yang umum dalam kultur
kentang Atlantik yang digunakan sebagai jaringan karena dapat meningkatkan kualitas
bahan baku kentang olahan di Indonesia pertumbuhan tanaman hingga mendekati
merupakan kentang Atlantik hasil kegiatan optimal (Mello et al. 2001). Guna menekan
impor dari beberapa negara, seperti biaya produksi benih berskala besar dengan
Australia, Amerika, Belanda, Belgia, dan kultur jaringan, fitohormon sintetik dapat
German (BI 2011). Produksi kentang Atlantik disubstitusi dengan penambahan air kelapa
dalam negeri hanya sekitar 25% dari total (Kristina dan Syahid 2014). Kemudian
produksi kentang di Indonesia (Handayani sukrosa teknis (gula pasir) dapat digunakan
dan Karjadi 2014). Rendahnya produktivitas untuk mensubstitusi sukrosa pro-analisis
kentang Atlantik dapat disebabkan oleh yang harganya mahal (Rp. 7.000.000,-/kg)
penggunaan benih kentang yang tidak (Placide et al. 2012; Sigma Aldrich 2018).
berkualitas sehingga berdampak pada hasil Penelitian ini bertujuan mempelajari
yang didapatkan (Muhibuddin et al. 2009). pengaruh penggunaan bioreaktor dan
Oleh sebab itu, suatu alternatif untuk mencari konsentrasi sukrosa teknis yang
memperbanyak benih kentang Atlantik optimal bagi perbanyakan tunas kentang
berkualitas sangat diperlukan. Atlantik secara in vitro.

178
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

BAHAN DAN METODE Tabel 1. Perlakuan wadah dan konsentrasi sukrosa


teknis
Bahan dan alat
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Konsentrasi sukrosa per 1 L media
Wadah kultur
Oktober 2017 sampai dengan Mei 2018 di 0 g/L 7,5 g/L 15 g/L
Laboratorium Mikropropagasi Tanaman, Bioreaktor BK BS1 BS2
Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Botol kultur AK AS1 AS2
Penerapan Teknologi (BPPT) yang berlokasi
di kawasan Puspiptek Serpong, Kota
pertama adalah konsentrasi sumber karbon
Tangerang Selatan. Bahan yang digunakan
dan faktor kedua adalah wadah kultur.
dalam penelitian ini adalah planlet kentang
Konsentrasi sumber karbon dibagi menjadi 3
steril, media MS (Murashige dan Skoog), air
taraf, yaitu 0 g/L sebagai kontrol; 7,5 g/L,
kelapa, sukrosa teknis (gula pasir), akuades,
dan 15 g/L (Tabel 1). Wadah kultur
alkohol, HCl dan NaOH 1 N. Alat yang
dibedakan menjadi bioreaktor yang
digunakan adalah gelas beaker, pipet ukur,
dilengkapi dengan sistem aerasi, dan botol
pipet tetes, mikropipet, magnetic stirrer,
kultur yang tidak dilengkapi dengan sistem
magnetic hot plate, pH meter, microwave,
aerasi (tanpa sirkulasi udara). Tiap
autoklaf, peralatan tanam, modifikasi tutup
perlakuan memiliki 3 kali ulangan.
bioreaktor dengan selang aerator untuk
udara masuk dan udara keluar, botol Schott
Pembuatan media
1 liter (bioreaktor) dan botol kultur 1 liter
Media perbanyakan yang digunakan
(Gambar 1), aerator, mikro filter, selang
dalam penelitian ini kombinasi media MS
aerator, plastic wrap, alumunium foil, tabung
cair dengan penambahan 150 mL/L air
reaksi, beserta rak tabung reaksi.
kelapa kemudian ditambahkan sukrosa
teknis sesuai perlakuan. Terdapat tiga buah
Rancangan percobaan
perlakuan sukrosa teknis, yaitu K: MS  150
Rancangan percobaan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah mL/L air kelapa (tanpa sukrosa teknis); G1:
rancangan acak lengkap dua faktor. Faktor MS  150 mL/L air kelapa  7,5 g/L sukrosa
teknis; G2: MS  150 mL/L air kelapa  15
g/L sukrosa teknis. Tiap media perlakuan
ditara hingga 1 liter dan diatur pH pada 5,8.
Setelah pengaturan pH, semua media
dimasukkan ke dalam tiap wadah bioreaktor
dan botol kultur yang telah disterilkan
terlebih dahulu sebanyak 1/10 volume
wadah. Semua media kultur disterilisasi
pada suhu 121ºC selama 20 menit.

Penanaman
Proses penanaman dilakukan dalam
laminar air flow secara aseptik. Potongan
eksplan yang akan dikultur dalam bioreaktor
terdiri atas 4 buku atau nodus. Setiap
ulangan baik pada wadah bioreaktor atau
kultur terdiri dari 10 eksplan. Semua wadah
bioreaktor dan kultur yang telah ditanami
eksplan ditutup rapat dan disegel dengan
plastic wrap. Pada wadah bioreaktor bagian
selang aerator untuk masuk dan keluarnya
udara masing-masing dipasangi mikrofilter
untuk menyaring udara yang masuk.
Gambar 1. Wadah kultur. Spesifikasi: botol Schott 1L
(bioreaktor) dengan tinggi 22 cm (A), dan
Pengamatan
botol kultur 1L dengan tinggi 16 cm (B) Semua perlakuan diinkubasi dalam

179
Pengaruh Wadah Kultur dan Konsentrasi Sumber Karbon... Karyanti et al.

ruang ruang kultur pada suhu 20  2C Secara visual kondisi planlet kentang
dengan intensitas cahaya 1000 – 3000 lux. Atlantik yang tumbuh dalam wadah botol
Pengamatan dilakukan setiap minggu, kultur terlihat memiliki batang yang kurus
selama empat minggu setelah tanam. dan kurang kekar dengan warna hijau muda.
Parameter yang diamati adalah jumlah Didapati pula tunas-tunas aksilar yang keluar
tunas, jumlah buku, dan tinggi (cm) planlet dari nodus. Daun yang terbentuk berukuran
tanaman kentang Atlantik. Pada minggu kecil-kecil (lebarnya < 1 cm) dan berwarna
terakhir pengamatan (minggu keempat hijau. Selain akar primer dan sekunder,
setelah tanam) seluruh planlet akan banyak pula ditemukan akar adventif yang
dikeluarkan dari wadah, lalu dilakukan tumbuh pada nodus. Berbeda halnya
perhitungan total dari jumlah tunas, buku, dengan pertumbuhan kentang Atlantik dalam
akar yang terbentuk dan pengukuran tinggi. wadah bioreaktor. Kondisi planlet kentang
Atlantik yang tumbuh dalam wadah
Analisis data bioreaktor memiliki batang tunas yang kekar
Analisis data hasil penelitian dilakukan dan berwarna hijau. Tidak banyak tunas
dengan menggunakan program SPSS IBM. aksilar yang tumbuh dari nodus batangnya.
Uji ANOVA (Analysis of Variance) dilakukan Daun yang tumbuh memiliki lebar kurang
untuk mengetahui ada tidaknya perbedaan lebih 1 cm dan berwarna hijau tua dan tidak
hasil tiap perlakuan. Dilanjutkan dengan uji ditemukan akar adventif, yang ada hanya
DMRT (Duncan Multiple Rank Test) taraf 5% akar primer dan sekunder.
jika diketahui ada perbedaan nyata pada tiap Pertumbuhan tinggi tunas kentang
perlakuan. Atlantik dalam botol kultur lebih pendek dari
yang dikultur dalam bioreaktor (Gambar 2).
HASIL DAN PEMBAHASAN Hal ini diduga berkaitan dengan
homogenitas media dan suplai udara ke
Vigor tanaman dalam wadah. Pada perlakuan botol kultur,
Kondisi eksplan kentang yang tumbuh sirkulasi udara terkendala karena botol kultur
dalam kedua jenis wadah kultur, bioreaktor tertutup rapat dan sumber karbon hanya
dan botol kultur, diamati setiap minggu diperoleh dari yang ditambahkan saja. Selain
sampai minggu ke empat setelah tanam. itu homogenitas nutrisi dalam media tidak

Gambar 2. Planlet kentang Atlantik yang vigor, yang tumbuh pada wadah kultur yang berbeda: botol kultur, tertinggi
9 cm (A), dan bioreaktor, tertinggi 14 cm (B)

180
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

dapat dijaga oleh karena tidak ada proses seiring dengan penambahan konsentrasi
agitasi. Berbeda dengan wadah bioreaktor sukrosa yaitu 7,5 dan 15 g/L media.
dimana kebutuhan karbon selain dari Munculnya hiperhidrisitas diduga
sukrosa, diperoleh pula dari aerasi yang karena eksplan yang ditanam tenggelam
diberikan serta membantu menjaga lama dalam media cair. Jika eksplan yang
homogenitas media melalui pergerakan yang ditanam tenggelam lama dan tidak
teratur (Jeong et al. 2009; Pujol 2016). secepatnya beradaptasi untuk bisa tumbuh,
Sirkulasi udara dan homogenitas nutrisi maka kemungkinan besar eksplan tidak
dalam media merupakan hal penting bagi akan menumbuhkan tunas, melainkan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman berubah menjadi seperti kalus ataupun kalus
untuk membantu meningkatkan kualitas dengan akar (Gambar 4). Hiperhidrisitas
proses metabolisme dalam jaringan berupa tunas vitrous memiliki penampakan
tanaman. Sesuai dengan penelitian yang seperti kaca dengan karakteristik
dilakukan Nurhaimi-Haris et al. (2011), translucent, yaitu kekurangan klorofil dan
pertumbuhan tanaman in vitro bisa kelebihan air. Tunas vitrous dapat muncul
terganggu akibat minim atau bahkan tidak akibat zat pengatur tumbuh sitokinin yang
adanya sirkulasi udara dalam wadah kultur. berlebih. Keadaan ini menyebabkan tunas
Selain kehadiran aerasi dalam wadah, sulit tumbuh dan menghasilkan akar (Dinarti
planlet kentang Atlantik yang vigor juga 2012). Terjadinya tunas vitrous dalam
dipengaruhi oleh variasi konsentrasi sukrosa penelitian ini diduga eksplan yang telah
di dalam media. Tidak semua eksplan dapat memiliki sitokinin endogen tenggelam dalam
tumbuh dengan normal. Dari hasil jangka waktu yang lama dalam media cair
pengamatan didapati adanya gejala (mengandung sitokinin tambahan dari air
hiperhidrisitas. Gejala hiperhidrisitas adalah kelapa) lalu kemudian bertahan hidup
pertumbuhan eksplan menjadi tunas vitrous dengan menumbuhkan tunas adventif.
ataupun perubahan eksplan menjadi seperti Selain itu ciri hiperhidrisitas secara
kalus. Hasil pengamatan seperti pada morfologi seperti gambar 4 diantaranya
Gambar 3, sebagian eksplan yang ditanam warna daun yang lebih muda (Ibrahim et al.
dalam wadah bioreaktor maupun botol kultur 2017), ruas batang pendek, roset daun dan
mengalami hiperhidrisitas. Jumlah eksplan batang translusen (bening) (Nurhaimi-Haris
yang mengalami hiperhidrisitas tertinggi et al. 2011).
adalah dalam wadah botol kutur maupun
bioreaktor pada perlakuan kontrol (sukrosa 0 Jumlah tunas
g/L media). Namun jumlah eksplan yang Banyaknya planlet kentang Atlantik
mengalami hiperhidrisitas dalam wadah dihitung berdasarkan jumlah tunas yang
botol kultur dan wadah bioreaktor menurun tumbuh. Respon eksplan dalam
menghasilkan tunas bervariasi oleh karena
perbedaan wadah kultur dan variasi

Gambar 3. Jumlah hiperhidrisitas eksplan sampai 4


MST untuk medium kontrol (), medium Gambar 4. Hiperhidrisitas eksplan yang dikultur dalam
dengan konsentrasi gula pasir 7,5 g/L kedua jenis wadah. A. Perubahan menjadi
(), dan 15 g/L () kalus; B. Pertumbuhan tunas vitrous

181
Pengaruh Wadah Kultur dan Konsentrasi Sumber Karbon... Karyanti et al.

Tabel 2. Rataan jumlah tunas per perlakuan pada tunas yang maksimal. Berbeda dengan
konsentrasi sukrosa perlakuan pada wadah botol kultur didapati
rata-rata jumlah tunas tertinggi pada
Konsentrasi Wadah perlakuan dengan penambahan sumber
sukrosa (g/L) Bioreaktor Botol Kultur karbon 15 g/L, hasil ini menunjukkan
0 29,3
a
15
ab perlunya penambahan sumber karbon atau
b b sukrosa dalam konsentrasi yang tinggi untuk
7,5 13 12
b a
mendukung pertumbuhan jumlah tunas
15 16,7 20,3 kentang. Menurut Saji dan Sujatha (2004)
untuk membentuk tunas dan akar pada
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama
diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak
kultur in vitro maka eksplan harus memiliki
berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT) akumulasi pati di dalam plastida. Karena
organ yang dimiliki oleh eksplan tidak
konsentrasi sukrosa yang diberikan. mendukung untuk melakukan fotosintesis
Berdasarkan Tabel 2 pada perlakuan wadah maka dalam media tumbuh diberikan
bioreaktor diperoleh hasil rata-rata jumlah tambahan sukrosa untuk meningkatkan
tunas yang berbeda nyata antara perlakuan akumulasi pati.
sumber karbon 0 g/L (kontrol) dengan Pada pengamatan minggu keempat
perlakuan 7,5 dan 15 g/L, dimana antara setelah penanaman semua tunas yang
perlakuan 7,5 dengan 15 g/L menghasilkan dihasilkan dikeluarkan dari wadah bioreaktor
jumlah tunas tidak berbeda nyata. dan botol kultur. Didapati adanya tunas yang
Sedangkan pada perlakuan wadah botol vitrous khususnya pada perlakuan kontrol
kultur dihasilkan rata-rata jumlah tunas yang baik pada bioreaktor maupun botol kultur.
tidak berbeda nyata antara kontrol dengan Tunas vitrous tidak memiliki stomata
perlakuan 7,5 dan 15 g/L. Pada perlakuan sehingga akan mengganggu transpirasi.
wadah bioreaktor didapati rata-rata jumlah Dalam teknik mikropropagasi,
tunas tertinggi pada kontrol dibandingkan pengembangan arus transpirasi in vitro
dua perlakuan yang lain, sedangkan pada sangatlah penting karena besar kecilnya
wadah botol kultur didapati rata-rata jumlah pertukaran gas serta pengangkutan unsur-
tunas tertinggi pada perlakuan sumber unsur hara dan fotosintat dalam jaringan
karbon 15 g/L dibandingkan perlakuan tanaman diatur melalui transpirasi (Cassells
kontrol dan sumber karbon 7,5 g/L. Hasil 2016). Sedangkan pada perlakuan yang
pertumbuhan tunas yang tertinggi dalam ditambahkan sukrosa dapat menekan
wadah bioreaktor pada perlakuan kontrol terjadinya vitrous, sehingga untuk
diduga karena kandungan hara, zat memaksimalkan pertumbuhan tunas dan
pengatur tumbuh dan sumber karbon alami meningkatkan jumlah tunas vigor
yang terkandung dalam air kelapa sudah penambahan sukrosa menjadi penting
mampu menunjang kebutuhan eksplan untuk dengan konsentrasi yang tepat.
tumbuh dan dengan adanya aerasi
membantu meningkatkan jumlah tunas yang Jumlah buku atau nodus
dihasilkan. Menurut Kristina dan Syahid Buku atau nodus daun berfungsi
(2014) air kelapa tidak hanya memiliki sebagai pusat berlangsungnya proses
kandungan zat pengatur tumbuh berupa pengolahan zat makanan (fotosintesis)
sitokinin dan auksin, namun juga menghasilkan energi bagi kelangsungan
mengandung mineral seperti thiamin dan hidup tanaman. Sehingga semakin banyak
piridoksin. Kandungan hormon dan mineral daun diharapkan dapat meningkatkan
yang ada di air kelapa lebih efektif untuk kesuburan tanaman. Selain itu
meningkatkan multiplikasi dibandingkan meningkatkan potensi induksi tunas aksilar
dengan menggunakan hormon sintesis yang dapat tumbuh dari nodus tempat daun
(Indriani 2014). Sedangkan pada perlakuan berada. Induksi daun muncul secara
yang ditambahkan sumber karbon bersamaan dengan induksi tunas dari tiap
pertumbuhannya kurang maksimal nodus eksplan yang terlihat selama
dikarenakan sumber karbon yang berlebih pengamatan. Rata-rata jumlah buku yang
tersebut digunakan untuk menghasilkan akar dihasilkan pada perlakuan wadah bioreaktor
sehingga menghambat pertumbuhan jumlah tidak berbeda nyata di setiap perlakuan

182
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Tabel 3. Rataan jumlah buku (dari tunas vigor) per korelasi positif yang signifikan terhadap
perlakuan konsentrasi sukrosa jumlah tunas yang dapat tumbuh dalam
wadah bioreaktor dan botol kultur. Semakin
Konsentrasi Wadah banyak jumlah daun yang dihasilkan maka
sukrosa (g/L) Bioreaktor Botol Kultur jumlah buku akan semakin banyak ini
0 104,7
b
68
b
berhubungan dengan penambahan sumber
7,5 116,3
ab
82,7
b karbon yang berkorelasi dengan
15 134,3
a
144
a meningkatnya fotosintesis yang terjadi dan
meningkatnya sumber nutrisi yang
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama mensuport penambahanya jumlah daun atau
diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak buku yang terbentuk.
berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT)
Jumlah akar
Tabel 4. Korelasi jumlah tunas dan buku 4 MST Akar merupakan organ yang penting
bagi tanaman untuk penyerapan unsur-unsur
Buku/ daun
hara dari media. Dalam kondisi in vitro, akar
Tunas r 0,885** dapat menyokong tanaman supaya tetap
Sig. 0,000 dalam posisi yang tegak selama berada
dalam wadah yang berisi media cair.
Keterangan: **korelasi positif signifikan antara kedua Pengamatan jumlah akar dihitung pada
parameter pada tingkat kepercayaan 99% (sig. < 0,01) minggu keempat setelah tanam, dengan
cara dikeluarkan dari wadah kultur. Hasil
Tabel 5. Rataan jumlah akar per perlakuan konsentrasi
sukrosa pengamatan dan pengolahan data seperti
pada Tabel 5 pada perlakuan wadah
Wadah bioreaktor didapati hasil rata-rata jumlah
Konsentrasi
sukrosa (g/L) akar yang tidak berbeda nyata antara
Bioreaktor Botol Kultur
b b
perlakuan kontrol dengan perlakuan sukrosa
0 84 73,3 7,5 g/L tetapi kedua perlakuan tersebut
b b
7,5 98,3 60,7 berbeda nyata dengan perlakuan
15 177,3
a
130,7
a penambahan sukrosa 15 g/L, begitu pula
pada perlakuan wadah botol kultur. Rata-
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama rata jumlah akar tertinggi pada perlakuan
diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak wadah bioreaktor dan botol kultur dihasilkan
berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT)
pada perlakuan dengan penambahan
sukrosa 15 g/L. Berdasarkan hasil
antara kontrol dengan perlakuan peningkatan jumlah akar seiring dengan
penambahan sukrosa 7,5 g/L dan antara penambahan jumlah sukrosa yang
perlakuan penambahan sukrosa 7,5 g/L ditambahkan, hal ini diduga penambahan
dengan perlakuan 15 g/L, tetapi berbeda sukrosa dalam konsentrasi tinggi
nyata antara perlakuan kontrol dengan meningkatkan zat pengatur tumbuh endogen
perlakuan penambahan sukrosa 15 g/L jenis auksin yang memicu munculnya akar
(Tabel 3). Begitu pula pada perlakuan wadah berlebihan. Tingginya jumlah akar akan
botol kultur (Tabel 3), hal ini menunjukkan berpengaruh pada pertumbuhan tunas yang
bahwa penambahan sumber karbon sukrosa dihasilkan.
meningkatkan rata-rata jumlah buku, seperti Akar yang tumbuh dalam wadah
yang disampaikan oleh Winarto et al. (2009) bioreaktor kebanyakan adalah akar primer
bahwa pemberian sukrosa ataupun (akar yang tumbuh dari eksplan) dan
karbohidrat jenis apapun dapat memacu percabangan dari akar primer, yakni akar
pembentukan tunas dan akar dalam kultur sekunder. Sedangkan akar yang tumbuh
in vitro melalui energi dari beberapa rangka dalam wadah botol kultur tidak hanya akar
karbon yang dihasilkan. primer dan sekunder, tetapi juga akar
Jumlah buku yang dihasilkan adventif yang keluar dari nodus tempat
berkorelasi dengan jumlah daun yang tumbuhnya daun. Panjang akar adventif
dihasilkan seperti pada Tabel 4. Hasil yang tumbuh adalah sekitar 1 – 5 cm. Akar
analisa korelasi didapati bahwa adanya adventif yang dilengkapi rambut akar pada

183
Pengaruh Wadah Kultur dan Konsentrasi Sumber Karbon... Karyanti et al.

Tabel 6. Rataan tinggi planlet per perlakuan sehingga membantu tanaman tetap dalam
konsentrasi sukrosa posisi yang tegak berdiri ketika tunas telah
tinggi.
Konsentrasi Wadah Induksi akar dipengaruhi oleh zat
sukrosa (g/L) Bioreaktor Botol Kultur pengatur tumbuh auksin (Ikeuchi et al.
0 7,93
a
4,06
a 2013). Namun konsentrasi sukrosa dalam
7,5 9,17
a
3,86
a media juga turut mempengaruhi banyaknya
a a akar yang dapat diinduksi. Secara
15 10,12 4,04
keseluruhan, induksi akar tanaman kentang
Keterangan: Angka-angka pada kolom yang sama Atlantik meningkat seiring dengan
diikuti dengan huruf yang sama menunjukkan tidak meningkatnya konsentrasi sukrosa dalam
berbeda nyata pada taraf uji 5% (DMRT) media. Hal ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan Zavattieri et al. (2009), yang
bagian aerial planlet kentang Atlantik secara menyatakan bahwa persentase
visual tidak banyak terlihat pada perlakuan pertumbuhan akar meningkat seiring dengan
sukrosa 15 g/L media dalam biorekator. penambahan konsentrasi sukrosa dalam
Namun akar advetif banyak terlihat pada media.
perlakuan sukrosa 15 g/L media dalam botol
kultur (Gambar 5). Berkaitan dengan Tinggi tanaman
kehadiran aerasi dan kepekatan media oleh Tinggi tanaman merupakan ukuran
sukrosa dalam wadah biorekator dan botol tanaman yang mudah diamati dalam wadah
kultur. Respon pertumbuhan akar planlet kultur. Pengamatan mengukur tinggi planlet
dalam wadah botol kultur yang tidak dilakukan pada minggu keempat dengan
dilengkapi dengan sirkulasi cenderung akan mengukur satu per satu planlet yang
menginduksi akar-akar adventif. Akar-akar dihasilkan secara detail. Hasil pengamatan
adventif yang tumbuh diperkirakan memiliki pada Tabel 6 didapati rata-rata tinggi planlet
fungsi khusus dalam kondisi seperti ini, perlakuan wadah bioreaktor tidak berbeda
dimana mereka membantu tanaman nyata, begitu pula pada perlakuan wadah
menyerap oksigen yang ada di dalam wadah botol kultur. Rata-rata tinggi planlet pada
untuk bisa bertahan dengan media yang wadah bioreaktor meningkat seiring dengan
pekat. Fungsi akar-akar adventif yang penambahan sumber karbon, sedangkan
tumbuh memanjang di bagian aerial pada rata-rata tinggi planlet pada wadah
tanaman kentang Atlantik lainnya adalah botol kultur tidak berbeda (Tabel 6).
untuk melekat pada dinding botol kultur Berdasarkan Tabel 6 didapati wadah

Gambar 5. Jenis akar yang dihasilkan dalam kedua jenis wadah, umur 4 MST. Akar primer dan sekunder tumbuh
lebat dalam bioreaktor (A). Banyak akar adventif yang tumbuh pada batang planet dalam botol kultur (B)

184
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

bioreaktor dengan aerasi berpengaruh Micropropagation In: Thomas B,


terhadap rata-rata peningkatan tinggi planlet Murphy DJ, Murray BG (ed)
dibandingkan perlakun wadah botol kultur. Encyclopedia of Applied Plant
Hal ini diduga karena adanya aerasi dalam Sciences. Second Edition. Elsevier,
wadah yang dikombinasikan dengan London
konsentrasi sukrosa yang tepat ternyata Dinarti Diny (2012) Perbanyakan dan induksi
mampu meningkatkan tinggi planlet kentang umbi lapis mikro bawang merah
Atlantik yang dihasilkan. Sesuai dengan secara in vitro. Disertasi, Institut
penelitian yang dilakukan oleh Wahyurini Pertanian Bogor
(2010), yang menyatakan bahwa sirkulasi Ebadi M, Iranbakhsh A, Khaniki BG (2007)
udara dan sumber karbon turut berperan Shoot micropropagation and
menyediakan energi bagi proses microtuberization in potato (Solanum
metabolisme sel dalam jaringan tanaman. tuberosum L.) by the semi-continuous
Hal tersebut mempengaruhi laju bioreactor. Pak J Biol Sci 10:861-867.
pertumbuhan yang ditandai meningkatnya doi: 10.3923/pjbs.2007.861.867
tinggi planlet. FAO (2008) Potatoes, nutrition and diet.
International Year of the Potato
KESIMPULAN Secretariat, Food and Agriculture
Organization, Rome
Wadah kultur bioreaktor yang Handayani T dan Karjadi AK (2014) Varietas
dikombinasikan dengan penambahan Unggul Baru (VUB) kentang menjawab
sukrosa 15 g/L media dapat meningkatkan kebutuhan bahan baku olahan. Balai
tinggi planlet, jumlah tunas, jumlah buku dan Penelitian Tanaman Sayur, Bandung
jumlah akar kentang Atlantik yang dihasilkan Ibrahim MSD, Hartati RS, Rubiyo, Purwito A,
dan dapat menurunkan tingkat hiperhidrisitas Sudarsono (2017) Efisiensi media
eksplan. Wadah kultur dalam bentuk kultur dan aplikasi temporary
bioreaktor bisa menjadi alternatif untuk immersion system pada embriogenesis
menghasilkan planlet kentang dalam jumlah somatik kopi arabika. J Littri 23:45-54.
banyak dengan waktu yang lebih singkat doi: 10.21082/littri.v23n1.2017.45-54
guna mendukung kebutuhan benih kentang Ikeuchi M, Sugimoto K, Iwase A (2013) Plant
nasional. callus: Mechanisms of induction and
repression. Plant Cell 25:3159-3173.
DAFTAR PUSTAKA doi: 10.1105/tpc.113.116053
Indriani BS (2014) Efektivitas subtitusi
Afreen F (2008) Temporary Immersion sitokinin dengan air kelapa pada
Bioreactor: Engineering considerations medium multiplikasi tunas krisan
and applications in plant (Chrysanthemum indicum L.) secara in
micropropagation. In: Gupta SD and vitro. Skripsi, Universitas Negeri
Ibaraki Y (ed) Plant Tissue Culture Semarang
Engineering. Springer, Dordrecht, pp Jeong JA, Wu CH, Murthy HN, Hahn EJ,
187-201 Paek KY (2009) Application of an airlift
Asgar A, Rahayu ST, Kusmana, Sofiari E bioreactor system for the production of
(2011) Uji kualitas umbi beberapa klon adventitious root biomass and caffeic
kentang untuk keripik. J Hort 21:51-59. acid derivatives of Echinacea
doi: 10.21082/jhort.v21n1.2011.p51-59 purpurea. Biotechnol Bioproc E 14:91-
BI (2011) Pola Pembiayaan Usaha Kecil: 98. doi: 10.1007/s12257-007-0142-5
Budidaya Kentang Industri. Direktorat Kristina NN dan Syahid SF (2014) Air kelapa
Kredit, BPR dan UMKM. Bank sebagai hormon tumbuh dalam kultur
Indonesia, Jakarta in vitro temu lawak. Warta Penelitian
BPTP (2014) Mengenal beberapa varietas dan Pengembangan Tanaman Industri
kentang dan manfaatnya. Lembar 20:7-9
Informasi Pertanian No. 04/DH/2014. Kusandriani Y (2014) Uji daya hasil dan
Badan Pengkajian Teknologi kualitas delapan genotip kentang untuk
Pertanian, Sumatera Selatan industri keripik kentang nasional
Cassells AC (2016) Tissue Culture: berbahan baku lokal. J Hort 24:283-

185
Pengaruh Wadah Kultur dan Konsentrasi Sumber Karbon... Karyanti et al.

288 bioreactors. Thesis, Universitat de


Kusmana K (2012) Uji adaptasi klon kentang Barcelona.
hasil persilangan varietas atlantik Saji KV dan Sujatha M (2004)
sebagai bahan baku keripik kentang di Embryogenesis and plant regeneration
dataran tinggi Pengalengan. J Hort in anther culture of sunflower
22:342-348 (Helianthus annuus L.). Euphytica
Liljana KG, Mitrev S, Fidanka T, Mite I 103:1-7. doi:
(2012) Micropropagation of potato 10.1023/A:1018318625718
Solanum tuberosum L. Electron J Biol Sari L (2005) Optimasi media untuk jumlah
8:45-49. daun dan multiplikasi tunas lidah
Mbiyu M, Muthoni J, Kabira J, Muchira C, buaya (Aloe vera) dengan pemberian
Pwaipwai P, Ngaruiya J, Onditi J, BAP dan Adenin. Biodiversitas 6:178-
Otieno S (2012) Comparing liquid and 180. doi: 10.13057/biodiv/d060308
solid media on the growth of plantlets Sigma Aldrich (2018) Product Information
from three Kenyan potato cultivars. Am Sucrose Grade II Plant Cell Culture.
J Exp Agric 2:81-89. Sigma Aldrich, Saint Louis, Missouri,
doi: 10.9734/AJEA/2012/715 US.
Mello MO, Dias CTS, Amaral AFC, Melo M https://www.sigmaaldrich.com/catalog/
(2001) Growth of Bauhinia forficata product/sigma/s5391?lang=en&region
Link, Curcuma zedoaria Roscoe and =ID. Diakses 1 Juni 2018
Phaseolus vulgaris L. cell suspension Taskin H, Baktemur G, Kurul M, Buyukalaca
cultures with carbon sources. Sci Agric S (2013) Use of tissue culture
58:481-485. doi: 10.1590/S0103- techniques for producing virus-free
90162001000300007 plant in garlic and their identification
Metwali EMR and Al-Maghrabi OA (2012) through Real-Time PCR.
Effectiveness of tissue culture media TheScientificWorldJournal 2013:1-5.
components on the growth and doi: 10.1155/2013/781282
development of cauliflower (Brassica Vinterhalter D, Dragicevic I, Vinterhalter B
oleracea var. Botryis) seeding explants (2008) Potato in vitro culture
in vitro. Afr J Biotechnol 11:14069- techniques and biotechnology. Fruit,
14076. doi: 10.5897/AJB12.1984 Vegetable, and Cereal Science and
Muhibuddin, Zakaria AB, Lisan E, Biotechnology 2:16-45
Baharuddin (2009) Peningkatan Vyas S, Rao MS, Suthar RK, Purohit SD
produksi dan mutu benih kentang hasil (2008) Liquid culture system stimulates
kultur in-vitro melalui introduksi sistem in vitro growth and shoot multiplication
aeroponik dengan formulasi NPK. in four medicinally important plants.
Prosiding Seminar Nasional Pekan Medicinal and Aromatic Plant Science
Kentang 2008. Hal:102-110. and Biotechnology 2:96-100
Puslitbang Hortikultura, Badan Litbang Wahyurini E (2010) Pengaruh sukrosa
Pertanian, Kementerian Pertanian, terhadap pertumbuhan eksplan
Jakarta tanaman kedelai hitam (Glycine soja)
Nurhaimi-Haris, Ayuningtias NS, Suparto IH secara in vitro. Hal 157-163. Prosiding
(2011) Pengaruh ventilasi terhadap Seminar Hasil Penelitian Tanaman
morfologi, stomata dan kadar klorofil Aneka Kacang dan Umbi. Denpasar,
tunas karet yang diperbanyak melalui 29 Juni 2010. Universitas Pendidikan
microcutting. Menara Perkebunan Nasional
79:57-63 Whitehouse AB, Marks TR, Edwards GA
Placide R, Clement U, Fracoise U, Vedaste (2002) Control of hyperhydricity in
A (2012) Comparative study of effects Eucalyptus axillary shoot cultures
of table sugar, laboratory grade grown in liquid medium. Plant Cell,
sucrose and mannitol on growth of Tissue Organ Cult 71:245-252. doi:
banana plantlets under in vitro 10.1023/A:1020360120020
conditions. Rwanda J 28:76-83. doi: Winarto B, Mattjik NA, Purwito A, Marwoto B
10.4314/rj.v28i1.6 (2009) Kultur antera anthurium:
Pujol AC (2016) Plant cells and suitable Pengaruh sukrosa dan glukosa

186
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

terhadap keberhasilan induksi (MS) terhadap pertumbuhan dan


pembentukan kalus dan kandungan reserpine kalus pule
regenerasinya. Berk Penel Hayati pandak (Rauvolfia verticillata Lour).
14:165-171 Thesis, Universitas Sebelas Maret
Yesil-Celiktas O, Gurel A, Vardar-Sukan F Zavattieri A, Lima M, Sorbal V, Oliveira P,
(2010) Large scale cultivation of plant Costa A (2009) Effects carbon source,
cell and tissue culture in bioreactors. carbon concentration and culture
Transworld Research Network 37:1-54 conditions on in vitro rooting of Pinus
Zakaria D (2010) Pengaruh konsentrasi pinea L. Microshoots. Acta Hortic
sukrosa dan BAP (Benzil Amino 812:173-180. doi:
Purine) dalam media Murashige Skoog 10.17660/ActaHortic.2009.812.19

187
VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

PENINGKATAN AKTIVITAS LIPASE KAPANG LIMBAH


KERNEL DAN NUT KELAPA SAWIT DENGAN RADIASI
GAMA DAN ULTRAVIOLET

Enhancement of Lipase Activity of Molds Isolated from Kernel and Nut Waste of
Oil Palm with Gamma and Ultraviolet Irradiation
Aris Indriawan1, Wibowo Mangunwardoyo1, Dadang Suhendar2, Trismilah2*
1
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Indonesia, Depok
2
Laboratorium Pengembangan Teknologi Industri Agro dan Biomedika, BPPT, Kawasan PUSPIPTEK,
Tangerang Selatan
*Email: trismilah@bppt.go.id

ABSTRACT
Molds isolated from oil palm waste sampled from Malingping, Lebak, Banten, West Java
have the potential for lipase production. This study aimed to increase the fungal lipase
activity with gamma radiation and ultraviolet light (UV). NA and KC mold spores were
exposed to various gamma radiation doses of 1, 2, 3 and 4 kGy. The best of these NA and
KC resulted mutants were subsequently subjected to ultraviolet mutations for 1, 2, 3, and 4
hours, at dose of 0.1 J/cm2, 254 nm, 20 cm. Lipase activity was tested by the Lindfield
method. Results showed that gamma radiation affected the lipase activity of NA1kGy
mutants (8.58 U/mL) and KC1 kGy (8.25 U/mL), each increased the lipase activity by 4.6%
and 3.13% higher than the wild type, respectively. Mutations with ultraviolet had an effect on
mutant lipase activity of KC4H 10U/mL and NA3H 9.25 U/mL, each increased the lipase
activity by 25% and 15.63% higher than the wild type, respectively. Based on phenotypic and
phylogenetic (28srRNA) approaches, KC mold had a 100% similarity with Aspergillus
fumigatus strain RA204.

Keywords: gamma radiation, KC mold, lipase, NA mold, ultraviolet light

ABSTRAK
Kapang dari limbah kelapa sawit diisolasi dari Malingping, Lebak, Banten, Jawa Barat
berpotensi untuk menghasilkan lipase. Penelitian ini betujuan meningkatkan aktivitas lipase
kapang dengan radiasi sinar gama dan sinar ultraviolet (UV). Spora kapang NA dan KC
dipaparkan pada berbagai radiasi gama dosis 1, 2, 3 dan 4 kGy. Hasil terbaik dari mutan NA
dan KC dilanjutkan dengan mutasi ultraviolet dengan lama inkubasi 1, 2, 3, dan 4 jam, dosis
0,1 J/cm2, 254 nm, 20 cm. Aktivitas lipase diuji dengan metode Lindfield. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa radiasi gama berpengaruh pada aktivitas lipase mutan NA 1kGy 8,58
U/mL dan KC1 kGy 8,25 U/mL, masing-masing menaikkan aktivitas lipase sebesar 4,6% dan
3,13% dari wild type-nya. Hasil mutasi dengan ultraviolet berpengaruh pada aktivitas lipase
mutan KC4H 10U/mL dan NA3H 9,25 U/mL, masing-masing menaikkan aktivitas lipase
sebesar 25% dan 15,63% dari wild type-nya. Berdasarkan pendekatan fenotipik dan
filogenetik (28s rRNA), isolat kapang kernel C memiliki similiaritas 100% dengan spesies
Aspergillus fumigatus strain RA204.

Kata Kunci: kapang KC, kapang NA, lipase, radiasi sinar gama, sinar ultraviolet

Received: 23 July 2018 Accepted: 15 November 2018 Published: 26 December 2018

188
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

PENDAHULUAN melakukan peningkatan aktivitas lipase


terhadap A. fumigatus dan Rhizopus sp.
Lipase merupakan enzim yang dapat dengan radiasi ultraviolet. Sinar ultraviolet
ditemukan pada mikroorganisme, tumbuhan dapat menyebabkan pirimidin dimer,
dan hewan. Lipase mampu mengkatalis sehingga akan memengaruhi replikasi DNA
hidrolisis dan sintesis rantai panjang (Irfan et al. 2011).
acylglycerols (triacylglycerol acyl-hydrolases, Isolat kapang kernel C dan nut A
EC 3.1.1.3) (Andualema dan Gessesse merupakan koleksi BPPT yang diisolasi dari
2012). Enzim tersebut dapat menghidrolisis limbah kelapa sawit, Malingping, Lebak,
trigliserida menjadi asam lemak bebas dan Banten, Jawa Barat, Indonesia. Isolat
gliserol dengan melepas gugus asam dan tersebut telah diuji aktivitas lipase dan
alkohol. Lipase merupakan salah satu enzim berpotensi menghasilkan lipase. Isolat
yang memiliki potensial besar untuk aplikasi kapang kernel C dan nut A mampu tumbuh
komersil karena memiliki selektifitas yang pada suhu ruang (28-30ºC) dan pH 6-9.
luas dan substrat yang spesifik. Selain itu, Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
lipase dapat mengkatalis beberapa reaksi meningkatkan aktivitas lipase kapang kernel
kimia seperti hidrolisis, esterifikasi dan C dan nut A dengan mutasi secara acak
transesterifikasi (Prasad dan Manjunath menggunakan radiasi sinar gama dan sinar
2012). Produksi biodiesel memerlukan ultraviolet (UV). Diharapkan lipase yang
biokatalis seperti lipase untuk mempercepat dihasilkan bisa dipakai untuk biokatalis
reaksi transesterifikasi dengan pembuatan biodiesel. Isolat kapang yang
mengkonversi minyak menjadi ester esensial potensial dalam menghasilkan lipase
seperti metil oleat, metil linoleat dan metil diidentifikasi secara analisis pendekatan
stearat (Crabbe et al. 2001). fenotipik dan molekuler filogenetik (28S
Lipase dapat diproduksi oleh beberapa rRNA).
mikroorganisme, yaitu bakteri, khamir dan
kapang. Khamir dan kapang secara BAHAN DAN METODE
komersial digunakan untuk produksi lipase,
tetapi kapang merupakan mikroorganisme Mikroorganisme: isolat kapang dari
yang mendapat perhatian khusus limbah kelapa sawit kernel C (KC) dan nut A
dibandingkan mikroorganisme lain, karena (NA) koleksi Laboratorium Pusat Teknologi
enzim kapang mempunyai substrat spesifik Bioindustri, LAPTIAB, BPPT, PUSPIPTEK,
dan lebih stabil pada variasi kondisi fisik dan Serpong, Tangerang Selatan.
kimiawi (Gopinath et al. 2013). Selain itu, Media yang digunakan adalah potato
enzim yang dihasilkan secara ekstraseluler dextrose agar (PDA), tepung kedelai [Hasil
dapat mempermudah proses ekstraksi dan Bumiku] diperoleh dari pasar tradisional
permurnian enzim yang akan mengurangi Serpong. dan minyak zaitun. Bahan kimia
biaya produksi (Treichel et al. 2010). yang digunakan adalah aquadest, NaCl,
Aspergillus fumigatus, A. niger, Penicillium HCL, NaOH, polivinil alkohol (PVA),
restricum, Rhizopus stolonifer dan R. miehei phenolphthalein (PP), NaH2PO4·H20,
merupakan beberapa kapang yang dapat Na2HPO4·2H20, metanol, ekstrak ragi,
memproduksi lipase (Kotogan et al. 2014; El- Coomassie Brilliant Blue 6.250, etanol, asam
Batal et al. 2015). ortho-phosphoric 85% Bovine serum albumin
Beberapa penelitian telah dilakukan (BSA) dan alkohol.
untuk meningkatkan kemampuan kapang Persiapan mutans: kapang tumbuh
dalam menghasilkan lipase. El-Batal et al. pada PDA miring sampai sporulasi inkubasi
(2015) melakukan mutasi dengan radiasi 7 hari. Sebanyak 10 mL air suling steril
gama terhadap A. niger untuk meningkatkan ditambahkan dalam PDA miring sebagai
produksi lipase. Peningkatan aktivitas lipase suspensi spora. Suspensi spora dikerok
juga dilakukan oleh Iftikhar et al. (2010) dengan jarum inokulasi, dihomogenisasi
dengan menggunakan radiasi gama dengan vortex dan diencerkan menjadi 10 -⁷
terhadap R. oligosporus. Selain mutasi (El-Batal et al. 2015; Prabakaran et al.
dengan radiasi sinar gama, peningkatan 2009).
aktivitas lipase juga dapat dilakukan dengan Mutagenesis sinar UV: sebanyak 1 mL
radiasi ultraviolet. Prabakaran et al. (2009) suspensi spora (107 cfu/mL) diinokulasikan

189
Peningkatan Aktivitas Lipase Kapang... Indriawan et al.

pada cawan petri yang mengandung 15 mL Keterangan:


PDA. Setiap kapang diiradiasi dengan sinar V1 = volume NaOH yang dibutuhkan
ultraviolet (254 nm). Rentang waktu radiasi untuk titrasi blanko (mL)
adalah 0, 1, 2, 3 dan 4 jam. Mengikuti V2 = volume NaOH yang dibutuhkan
inkubasi pada 28ºC selama 5 hari. Kapang untuk titrasi sampel (mL)
ditanam dan dikultivasikan pada PDA miring n = konsentrasi NaOH (N)
(Prabakaran et al. 2009). t = waktu inkubasi (menit)
Mutagenesis sinar gama: sebanyak 1
mL suspensi spora (107 cfu/mL) diinokulasi- Kandungan protein ditentukan dengan
kan pada cawan petri yang mengandung 15 uji Bradford. Sampel dibuat dengan
mL PDA dan diinkubasi pada 28ºC selama 7 menambahkan 2 mL reagen Bradford ke 40
hari. Setiap isolat diiradiasi dengan sinar μL enzim kasar, divortex dan diinkubasi
gama. Dosis radiasi menggunakan 0, 1, 2, 3 selama 20 menit di ruang gelap. Absorbansi
dan 4 kGy pada kecepatan 2,325 kGy/jam. diukur pada panjang gelombang 595 nm
Setelah radiasi, kapang diinkubasi pada 28°C (Bradford 1976).
selama 5 hari. Kapang ditanam di PDA miring Penentuan berat kering biomassa
(El-Batal et al. 2015). dengan metode Simon (Inggrid dan Suharto
Produksi lipase dilakukan pada kultur 2012). Miselium dicuci dengan air suling
cair dalam labu Erlenmeyer 250 mL yang sebanyak tiga kali pada kertas saring
berisi 50 mL medium produksi (3% tepung (Whatman No. 1), oven pada 70ºC selama
kedelai dan 1% minyak zaitun), disesuaikan 24 jam.
dengan pH 7 dan disterilisasi selama 15 Identifikasi isolat kapang: analisis isolat
menit pada 121ºC. Media produksi kapang berdasarkan pendekatan fenotipik.
diinokulasi dengan 10% (b/v) inokulum Observasi karakter fenotipik dilakukan
suspensi spora 107 cfu/mL. Proses dengan pengamatan makroskopik dan
fermentasi diinkubasi pada rotary shaker mikroskopik. Pengamatan makroskopik
pada 200 rpm, suhu kamar (28-30ºC), 7 hari meliputi warna koloni dan diameter koloni,
(Kotogan et al. 2014; El-Batal et al. 2015). sedangkan pengamatan mikroskopik
Uji aktivitas lipase dilakukan dengan meliputi konidia, konidiofor dan struktur
menimbang 1,5 g polivinyl alcohol (PVA) lainnya dengan menggunakan mikroskop
dalam 250 mL Erlenmeyer, ditambahkan 25 (Watanabe 2010).
mL minyak zaitun dan 75 mL air suling dan Analisis isolat kapang berdasarkan
diaduk, campuran larutan tesebut sebagai pendekatan molekuler filogenetika dengan
substrat. Substrat 5 mL ditambahkan 4 ml daerah gen 28SrRNA. Kapang ditumbuhkan
0,05 M dapar fosfat, pH 6 dan 1mL enzim pada medium Potato Dextrose Agar (PDA)
kasar, diinkubasi pada 50ºC selama 20 selama empat hari, digunakan sebagai
menit dalam inkubator shaker agitasi 150 sumber DNA. DNA diekstraksi dengan
rpm. Setelah inkubasi, campuran menggunakan PhytopureTM DNA Extraction
ditambahkan 5 mL metanol untuk Kit (GE Healthcare, UK) sesuai dengan
menghentikan reaksi. Indikator standar protokol. Amplifikasi daerah gen
phenolphthalein (PP) dari 2 tetes 28S rRNA dilakukan dengan menggunakan
ditambahkan ke larutan dan dititrasi dengan primer NL1 (5’-
0,05 M NaOH. Titrasi dihentikan ketika GCATATCAATAAGCGGAGGAAAAG-3’)
warna larutan menjadi merah muda dan dan NL4 (5’-GGTCCGTGTTTCAAGACGG.-
tidak hilang, volume titrasi dicatat. Larutan 3’) (Kurtzman dan Robnett 1997). Semua
kosong disiapkan dengan cara yang sama amplifikasi Polymerase Chain Reaction
seperti sampel, metanol ditambahkan sebelum (PCR) dilakukan dalam 50 µL total reaksi
inkubasi untuk menghentikan aktivitas enzim campuran, mengandung ±100 nanogram
(Lindfield et al. 1984). Aktivitas lipase dihitung template DNA, 10 mM setiap primer,
menggunakan rumus: Polymerase Chain Reaction (PCR) long
buffer dan MgCL2 1, dNTPmix 0,2 mM dan
Taq polymerase 1,5 U. Kondisi reaksi diatur
sebagai berikut: denaturasi awal pada 98ºC
selama 2 menit, diikuti dengan 30 siklus
denaturasi 98ºC selama 20 detik,

190
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

penempelan pada suhu 52ºC selama 20 Disain Rancangan Acak Kelompok


detik, dan extension pada 72ºC selama 2 (RAK) digunakan untuk menentukan
menit. Tahap akhir elongation diatur pada pengaruh radiasi sinar gama dan ultraviolet
suhu 72ºC selama 4 menit. Produk terhadap aktivitas lipase dengan tiga
Polymerase Chain Reaction (PCR) diproses ulangan sebagai kelompok. Hasil
dalam 1% gel agarosa dengan elektroforesis ditampilkan sebagai Mean±S.E. Software
pada 100V selama 30 menit, difisualisasikan analisis statistik SPSS versi 22 digunakan
pita DNA diatas UV illuminator dan untuk semua proses data. Signifikansi
didokumentasi dengan gel documentation perbedaan diantara rata-rata kelompok
system. Produk Polymerase Chain Reaction kontrol dan kelompok perlakuan optimasi
(PCR) disekuensing dengan menggunakan ditentukan dengan ANOVA (analisis varians)
ABI 3130 Genetic Analyzer. satu jalan dengan uji Post Hoc. Nilai P
Urutan nukleotida diperoleh dari primer kurang dari 0,05 dianggap secara statistik
NL1 dan NL4, dianalisa dengan Chromas signifikan.
Pro 1.41 (Technelysium Pty Ltd., Autralia).
Selanjutnya dilakukan Basic Local Alignment HASIL DAN PEMBAHASAN
Search Tool (BLAST) terhadap sekuen
nukleotida tersebut dengan DNA database Hasil mutasi dengan radiasi sinar
(NCBI). Sekuen-sekuen yang homolog gama menunjukkan bahwa 100% tingkat
diunduh untuk dilakukan Multiple Sequence kematian spora terdapat pada kedua isolat
Alignment dengan menggunakan Multiple kapang kernel C dan nut A pada dosis 3 kGy
Sequence Alignment (MUSCLE) pada dan 4 kGy yang dikarakterisasi dengan ada
Molecular Evolutionary Genetics Analysis atau tidaknya pertumbuhan pada medium
(MEGA) versi 7 (Kumar et al. 2016). Analisis PDA miring dalam waktu 7 hari (Gambar 1
filogenetik dilakukan menggunakan metode dan Gambar 2). Namun dengan sinar
Maximum Likelihood (ML) dengan ultraviolet (UV) tidak mencapai kematian
menggunakan MEGA versi 7. Kekuatan 100%. A. fumigatus dan P. crysogenum
cabang internal pohon filogenetik diuji dapat bertahan setelah paparan sinar UV
dengan analisis Boot-Strap (BS) selama 15 menit (Prabakaran et al. 2009)
(Felsenstein 1985) menggunakan 1000 sementara Penicillium sp. akan mati 100%
replikasi. Nilai BS 50% atau lebih tinggi setelah paparan radiasi UV selama 6 menit
ditampilkan. Hasil pohon dari analsisi ML (Syafriana et al. 2014). Ini mungkin
diperbaiki dengan menggunakan Tree-Graph dipengaruhi oleh jenis kapang yang
versi 2 (Stover dan Muler 2010). digunakan. Pada Tabel 1 dapat bahwa

Gambar 1. Tingkat kematian pada isolat kapang kernel Gambar 2. Tingkat kematian pada isolat kapang nut A
C setelah dipaparkan radiasi gama: (A) setelah dipaparkan radiasi gama: (A)
kontrol, (B) 1kGy, (C) 2 kGy, (3) 3 kGy, (4) kontrol, (B) 1kGy, (C) 2 kGy, (3) 3 kGy, (4)
4 kGy 4 kGy

191
Peningkatan Aktivitas Lipase Kapang... Indriawan et al.

Tabel 1. Tingkat kematian spora pada isolat kapang tingkat kematian spora tertinggi hanya
kernel C and nut A setelah dipaparkan 41,45% setelah terpapar radiasi sinar UV
radiasi ultraviolet selama 4 jam. Hal ini menunjukkan bahwa
sinar gama lebih efektif dalam menentukan
Tingkat
No Kode 10⁷  cfu/mL tingkat kematian dibandingkan dengan sinar
kematian (%)
UV.
Kontrol 76,00 00,00 Semua mutan yang dihasilkan dari
radiasi gama dan ultraviolet (UV) secara
KC1J 57,50 24,34 acak diuji untuk kemampuan lipolitik mereka
dengan menggunakan media agar tributyrin
1 KC2J 45,00 40,79 (de Queiroz Baptista et al. 2015). Hasil zona
bening menunjukkan bahwa jamur dapat
KC3J 57,50 24,34
menghidrolisis trigliserida menjadi gliserol
KC4J 44,50 41,45 dan asam lemak (Andualema dan Gessesse
2012). Zona bening yang terbentuk semua
Kontrol 72,50 00,00 mutan itu kecil. Nilai rata-rata dari Enzymatic

NA1J Aktivitas lipase 11,03


64,50 Kadar protein Biomassa
8,80
8.80 4.50
4,50
2 8.60
NA2J
8,60 58,50 19,31 4.00
4,00
NA3J
8,40
8.40 60,00 17,24 3.50
3,50

Kadar protein (mg/mL)


Aktivitas lipase (U/mL)

8,20
8.20
NA4J 44,50 38,62 3.00
3,00

Biomassa (g)
8,00
8.00 2.50
2,50

7,80
7.80 2.00
2,00

7,60
7.60 1.50
1,50

7,40
7.40 1,00
1.00

7,20
7.20 0,50
0.50

7,00
7.00 0,00
0.00
KC Wild Type KC1kGy KC2kGy NA Wild Type NA1kGy NA2kGy

Gambar 3. Produksi lipase pada variasi dosis radiasi dengan sinar gama

12,00
12.00 Aktivitas lipase Kadar protein Biomassa 6.00
6,00

10,00
10.00 5,00
5.00
Kadar protein (mg/mL)
Aktivitas lipase (U/ml)

8,00
8.00 4,00
4.00
Biomassa (g)

6,00
6.00 3.00
3,00

4,00
4.00 2.00
2,00

2,00
2.00 1,00
1.00

0,00
0.00 0,00
0.00
KC Wild KC1J KC2J KC3J KC4J NA Wild NA1J NA2J NA3J NA4J
Type Type

Gambar 4. Produksi lipase pada variasi dosis radiasi dengan sinar ultraviolet
tingkat kematian spora tertinggi hanya

192
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Index (IE) adalah 0,01 cm. Mutan yang protein mutan dibandingkan dengan wild
memiliki IE tertinggi dari setiap perlakuan type meningkat.
akan diuji aktivitas lipasenya. Namun tidak untuk biomassa,
Mutan dari radiasi gama dan sinar UV biomassa kering mutan kernel C menurun
diuji aktivitas lipase menggunakan metode dibandingkan dengan wild type yaitu dari
titrasi (Lindfield et al. 1984). Dosis radiasi 0,68 g menjadi 0,54 g, begitu juga biomassa
gama terbaik diperoleh dengan dosis 1 kGy kering mutan nut A menurun dibandingkan
di kedua isolat kapang. Pada Gambar 3 wild type yaitu dari 0,66 g menjadi 0,51 g.
dapat dilihat bahwa mutan kernel C Paparan sinar gama ke sel akan
(KC1kGy) memiliki aktivitas lipase tertinggi menyebabkan perubahan senyawa kimia
8,25 U/mL dan mutan nut A (NA1kGy) dalam mikroorganisme dan akan menyebab-
adalah 8,58 U/mL, hal ini menunjukkan kan perubahan metabolik dan fisiologis.
bahwa aktivitas lipase dan kandungan Kandungan biomassa dan protein

Gambar 5. Hasil pengamatan morfologi isolat kapang Gambar 6. Hasil pengamatan morfologi isolat kapang
kernel C (400): makroskopik (A), nut A (400): makroskopik (A),
mikroskopik (B), dan konidia (C) mikroskopik (B), dan konidia (C)

Gambar 7. Posisi isolat kapang kernel C (Aris 28S) ditunjukkan pada pohon filogenetika berdasarkan urutan gen
28S rRNA dengan menggunakan Maximum Likehood (ML). Posisi substitusi per nukleotida ditunjukkan

193
Peningkatan Aktivitas Lipase Kapang... Indriawan et al.

kering yang dihasilkan oleh mutan yang rata-rata yang terjadi pada cabang
dihasilkan oleh mutan berfluktuasi seperti ditunjukkan pada nilai yang terdapat pada
dapat dilihat pada Gambar 4. Paparan pohon filogenetika Maximum Likehood,
radiasi ultraviolet (UV) dapat menyebabkan sehingga isolat kapang kernel C (Aris-28S)
dimer pirimidin, mampu merusak heliks mempunyai nenek moyang terdekat dengan
ganda dalam DNA dan menghambat A. fumigatus strain RA204.
replikasi lebih lanjut (Irfan et al. 2011).
Perubahan DNA menyebabkan kematian KESIMPULAN
atau sel yang dimodifikasi secara genetik. Mutagenesis dengan radiasi sinar
Modifikasi genetik akan menyebabkan gama dan sinar UV mempengaruhi aktivitas
mikroorganisme menjadi lebih adaptif lipase kapang kernel C dan nut A dari limbah
terhadap lingkungan (Prabakaran et al. kelapa sawit. Radiasi gama mempengaruhi
2009). Agrawal et al. (2013) melaporkan aktivitas lipase, NA1kGy mutan (8,58 U/mL)
bahwa radiasi ultraviolet adalah salah satu dan KC1 kGy (8,25 U/mL) masing-masing
mutagen potensial dan efektif untuk meningkatkan aktivitas lipase sebesar 4,6%
meningkatkan enzim komersial seperti dan 3,13% dari wild type. Dengan sinar UV
lipase. mempengaruhi aktivitas lipase, mutan KC4J
Analisis pendekatan fenotipik (10,00 U/mL) dan NA3J (9,25 U/mL) masing-
menunjukkan bahwa koloni isolat kapang masing meningkatkan aktivitas lipase
kernel C dan nut A pada medium potato sebesar 25% dan 15,63% dari wild type.
dextrose agar mencapai diameter 7 cm dan Analisis pendekatan fenotipik dan molekuler
4,67 cm dalam waktu 7 hari, berwarna hijau filogenetik (28S rRNA), isolat kapang kernel
tua dengan tepi berwarna putih. Kepala C (KC) memiliki similiaritas 100% dengan
konidia memiliki ciri khusus yaitu berbentuk spesies A. fumigatus strain RA204.
kolumnar. Konidiofor pendek, berdinding
halus dan pada bagian atas berwarna hijau. DAFTAR PUSTAKA
Vesikula berbentuk gada yang lebar dan
fialid terbentuk langsung dari vesikula dan Agrawal R, Satlewal A, Verma AK (2013)
berwarna hijau. Bentuk konidia adalah bulat Development of a β-glucosidase
hingga semi bulat dan berwarna hijau. hyperproducing mutant by combined
Berdasarkan karakter tersebut isolat kapang chemical and UV mutagenesis. 3
kernel C dan nut A masuk dalam genus Biotech 3:381-388. doi: 10.1007/s13205-
Aspergillus spp. Seperti dapat dilihat pada 012-0095-z
Gambar 5 dan Gambar 6. Andualema B, Gessesse A (2012) Microbial
A. turcosus strain IBT 27911 dan A. lipases and their industrial applications:
lentulus strain NRRL 35553. Hasil BLAST Review. Biotechnology 11:100-118. doi:
menunjukkan isolat kapang kernel C (Aris- 10.3923/biotech.2012.100.118
28S) mempunyai similiritas tertinggi dengan Awan MS, Tabbasam N, Ayub N, Babar ME,
galur A. fumigatus strain RA204. Pohon Mehboob-ur-Rahman, Mahboob S,
filogenetik dengan metode Maximum Rajoka MI (2011) Gamma radiation
Likehood (ML) ditunjukkan pada Gambar 7. induced mutagenesis in Aspergillus
Isolat kapang kernel C (Aris-28S) pada niger to enhance its microbial
pohon filogenteik termasuk ke dalam genus fermentation activity for industrial
Aspergillus. A. fumigatus strain RA204 enzyme production. Mol Biol Rep
memiliki galur terdekat dengan isolat kapang 38:1367-1374. doi: 10.1007/s11033-
kernel C (Aris-28S). Identifikasi molekuler 010-0239-3
dilakukan dengan menggunakan gen 28S Bradford MM (1976) A rapid and sensitive
rRNA. Berdasarkan hasil analisis BLAST method for the quantitation of microgram
pada sekuen gen 28S rRNA isolat quantities of protein utilizing the principle
menunjukkan similiaritas 100% dengan of protein-dye binding. Anal Biochem
spesies A. fumigatus strain RA204, A. 72:248-254
nishimurae strain CBS 117265. Pohon Crabbe E, Nolasco-Hipolito C, Kobayashi G,
filogenetik Maximum Likehood disusun Sonomoto K, Ishizaki A (2001) Biodiesel
berdasarkan perubahan DNA seiiring waktu production from crude palm oil and
(Reece et al. 2014). Perubahan karakter evaluation of butanol extraction and fuel

194
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

properties. Process Biochem 37:65-71 Biotechnol 52:73-82


de Queiroz Baptista NM, Solidonio EG, de Kumar S, Stecher G, Tamura K (2016)
Arruda FVF, de Melo EJV, Filho JRNC, MEGA7: Molecular evolutionary genetics
de Azevedo Callou MJ, de Miranda analysis version 7.0 for bigger datasets.
RdCM, Calaco W, de Gusmao NB Mol Biol Evol 33:1870-1874. doi:
(2015) Effect of gamma radiation on 10.1093/molbev/msw054
enzymatic production of lignolytic Kurtzman CP, Robnett CJ (1997) Identification
complex by filamentous fungi. Afr J of clinically important ascomycetous
Biotechnol 14(7): 612-621. doi: yeasts based on nucleotide divergence
10.5897/AJB2014.14283 in the 5´end of the large-subunit (26S)
El-Batal AI, Ayman FA, Elsayed MA, Soltan ribosomal DNA gene. J Clin Microbiol
AM, El-Khawaga AM (2015) 35:1216-1223
Enhancement of lipase biosynthesis by Linfield WM, O'Brien DJ, Serota S, Barauskas
Aspergillus niger using gamma radiation. RA (1984) Lipid‐lipase interactions. I. Fat
Egyptian J Med Microbiol 24:87-94 splitting with lipase from Candida
El-Batal AI, Osman EM, Shaima AM (2013) rugosa. JAOCS 61:1067-1071. doi:
Optimization and characterization of 10.1007/BF02636222
polygalacturonase enzyme produced by Prabakaran M, Thennarasu V, Mangala RA,
gamma irradiated Penicillium citrinum. J Bharathidasan R, Chandrakala N,
Chem Pharm Res 5:336-347 Mohan N (2009) Comparative studies on
Felsenstein J (1985) Phylogenies and the enzyme activities of wild and mutant
comparative method. Am Nat 125:1-15 fungal strains isolated from sugarcane
Gopinath SC, Anbu P, Lakhmipriya T, Hilda A field. Indian J Sci Technol 2:46-49. doi:
(2013) Strategies to characterize fungal 10.17485/ijst/2009/v2i11/29536
lipases for applications in medicine and Prasad MP and Manjunath K (2012) Effect of
dairy industry. Biomed Res Int media and process parameters in the
2013:154549. doi: 10.1155/2013/154549 enhancement of extracellular lipase
Hoe PCK, Rahim KA, Saud HM (2016) A production by bacterial isolates from
review on microbial mutagenesis industrial effluents. Int J Microbiol Res
through gamma irradiation for agriculture 8:308-311
applications. J Sains Nuklear Malaysia Reece JB, Urry LA, Cain ML, Wasserman SA,
28:20-29 Minorsky PV, Jackson RB (2014)
Iftikhar T, Niaz M, Abbas SQ, Zia MA, Ashraf Campbell Biology 10th Edition. Pearson,
I, Lee KJ, Ikram-Ul-Haq (2010) Mutation San Fransisco
induced enhanced biosynthesis of lipase Stover BC, Muller KF (2010) TreeGraph 2:
by Rhizopus oligosporus var. combining and visualizing evidence from
microsporus. Pak J Bot 42:1235-1249 different phylogenetic analysis. BMC
Inggrid M, Suharto Ign (2012) Fermentasi Bioinformatics 11:7. doi: 10.1186/1471-
glukosa oleh Aspergillus niger menjadi 2105-11-7
asam glukonat. Perjanjian No: Syafriana V, Nuswantara S, Mangunwardoyo
III/LPPM/2012-02/22-P. Lembaga W, Lisdiyanti P (2014) Enhancement of
Penelitian dan Pengabdian kepada β-glucosidase activity in Penicillium sp.
Masyarakat, Universtas Katolik by random mutation with ultra violet and
Parahayangan ethyl methyl sulfonate. Annales
Irfan M, Javed J, Syed Q (2011) UV Bogoriensis 18:27-33
mutagenesis of Aspergillus niger for Treichel H, Oliveira D, Mazutti MA, Di Luccio
enzyme production in submerged M, Oliveira JV (2010) A review on
fermentation. Pak J Biochem Mol Biol microbial lipases production. Food
44:137-140 Bioprocess Technol 3:182-196. doi:
Kotogan A, Nemeth B, Vagvolgyi C, Papp T, 10.1007/s11947-009-0202-2
Tako M (2014) Screening for Watanabe S (2010) Pictorial Atlas of Soil and
extracellular lipase enzymes with Seed Fungi: Morphologies of Cultured
transesterification capacity in Fungi and Key to Species. Third Edition.
Mucoromycotina strains. Food Technol CRC Press, London

195
VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

PENGARUH PEMBERIAN MANUR BROILER DENGAN FERMENTASI


Lactobacillus casei TERHADAP KONVERSI PAKAN AYAM KAMPUNG
The Effect of Broiler Manure with Lactobacillus casei Fermentation on the
Kampung Chicken Feed Convertion Ratio
Alfarisa Nururrozi1, Soedarmanto Indarjulianto1, Dhasia Ramandani2, Yanuartono1,*
1
Dept. Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Gadjah Mada
2
Dept. Teknologi Hayati dan Veteriner, Sekolah Vokasi, Universitas Gadjah Mada
Jl.Fauna No 2, Kampus UGM, Karangmalang, Yogyakarta.
*Email: yanuartono20@yahoo.com

ABSTRACT
Husbandry of kampung chicken is constrained by high feed prices and poor productivity.
This study aims to utilize alternative feed materials derived from broiler manure to obtain a
cheaper feed with good quality. Manure contains high nutrients. Manure was fermented
using Lactobacillus casei to improve feed conversion. Two hundred chickens were divided
into 4 groups (n = 50). Groups P1, P2, and P3 were given 4%, 8%, and 12% fermentation of
L. casei, respectively. Group P0 was given a regular feed without L. casei. Each treatment
group consisted of four replicates and were maintained for 60 days. The research design
used was Completely Randomized Design subjected to analysis of variant (ANOVA)
followed by Duncan test. The feed conversion values of groups P0, P1, P2, and P3 were
4.46; 4.38; 4.21; and 4.54, respectively. The results showed that the feed conversion was
not significant in all groups. It was concluded that L. casei fermenter could not improve the
feed conversion ratio (FCR).

Keywords: FCR, fermentation, kampung chicken, Lactobacillus casei, manure

ABSTRAK
Budidaya ayam kampung terkendala tingginya harga pakan dan rendahnya produktivitas.
Penelitian ini bertujuan memanfaatkan pakan alternatif bersumber manur (limbah kotoran)
ayam broiler untuk memperoleh pakan murah dengan kualitas baik. Manur broiler masih
mengandung nutrisi yang tinggi. Manur difermentasi menggunakan Lactobacillus casei untuk
memperbaiki konversi pakan. Dua ratus ekor ayam dibagi menjadi 4 kelompok (n=50 ekor).
Kelompok P1, P2, dan P3 masing-masing diberi ransum yang ditambah fermentasi L. casei
sebanyak 4%, 8%, dan 12%. Kelompok P0 diberikan pakan biasa tanpa penambahan L.
casei. Setiap kelompok perlakuan terdiri dari empat ulangan dipelihara selama 60 hari.
Penelitian menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan analisis ragam yang
dilanjutkan dengan uji Duncan. Konversi pakan dari kelompok P0, P1, P2, dan P3 berturut-
turut 4,46; 4,38; 4,21; dan 4,54. Hasil penelitian menunjukkan konversi pakan tidak berbeda
nyata pada semua kelompok perlakuan. Dari hasil penelitian disimpulkan penggunaan
fermenter L.casei pada pakan belum mampu memperbaiki konversi pakan .

Kata Kunci: ayam kampung, FCR, fermentasi, Lactobacillus casei, manur

Received: 26 February 2018 Accepted: 14 November 2018 Published: 27 December 2018

196
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

PENDAHULUAN Staphylococcus aureus, dan Enterococcus


faecalis (Sunaryanto et al. 2014)
Permasalahan utama dalam budidaya Penelitian lain menyebutkan proses
ayam kampung adalah rendahnya konversi fermentasi pada manur menggunakan L.
pakan dan mahalnya harga pakan pabrikan casei mampu meningkatkan kandungan
(Dewanti dan Sihombing 2012; Hidayat protein (Ghaly dan MacDonald 2012).
2012; Munira et al. 2016). Mahalnya harga Penelitian oleh Sunaryanto et al. (2014)
pakan dapat diatasi dengan memanfaatkan yang menggunakan manur ayam petelur
bahan pakan alternatif bersumber limbah dengan fermenter Aspergillus niger, mampu
industri untuk memperoleh pakan murah meningkatkan kadar protein dari 9,84%
dengan kualitas yang tetap terjaga (Baruah menjadi 15,31%. Pemberian pakan dari
dan Bhatt 2008; Suryana dan Hasbianto bahan kotoran ayam broiler yang
2008; Hidayat 2012). Limbah industri yang difermentasi A. niger hingga konsentrasi 6%
jumlahnya melimpah dan berpotensi sebagai aman digunakan dan mampu menghasilkan
pakan alternatif, salah satunya adalah manur pertambahan berat badan pada ayam broiler
digestat kotoran ayam broiler (Pamungkas et yang baik dengan FCR 1,6 (El Deek et al.
al. 2012; Ghaly dan MacDonald 2012). 2009; Pamungkas et al. 2012). Penelitian ini
Manur digestat adalah limbah budidaya bertujuan untuk mengetahui pengaruh
ternak baik dalam bentuk segar maupun pemberian pakan berbahan manur broiler
sekam (alas kandang) yang terdekomposisi yang difermentasi menggunakan L. casei
bersama bulu, sisa pakan yang tumpah, dan terhadap konversi pakan (Feed Convertion
limbah organik lain dalam bentuk solid atau Rasio-FCR) pada ayam kampung.
cairan (Baruah dan Bhatt 2008; Pamungkas
et al. 2012; Ghaly dan MacDonald 2012). BAHAN DAN METODE
Manur ayam broiler sebagai limbah
peternakan ternyata masih mempunyai Tempat dan waktu penelitian Penelitian
kandungan nutrisi yang baik (Pamungkas et Penelitian dilaksanakan di
al. 2012; Ghaly dan MacDonald 2012). Laboratorium Departemen Ilmu Penyakit
Manur ayam broiler mengandung protein Dalam, Fakultas Kedokteran Hewan,
dari pakan yang tidak tercerna dengan Universitas Gadjah Mada untuk menyiapkan
jumlah yang masih tinggi (Ghaly dan isolat dan fermenter. Pemeliharaan ayam
MacDonald 2012). Protein tersebut terbuang dilakukan di kandang ayam Dusun Janten,
melalui kotoran akibat tidak sempat tercerna Kecamatan Wates, Kulon Progo. Kandang
dengan sempurna. Berdasarkan penelitian yang digunakan adalah sistem petak
yang dilakukan oleh Pamungkas (2012) menggunakan litter. Penelitian dilakukan
yang menguji pemberian pakan bersumber selama empat bulan mulai dari Agustus
kotoran ayam broiler terfermentasi untuk hingga November 2017. Tahapan penelitian
pakan alternatif, didapatkan hasil yang baik. terdiri dari: 1. persiapan isolat L. casei, 2.
Manur ayam broiler dapat difermentasi pembuatan feed additive berbahan manur, 3.
terlebih dahulu dengan tujuan meningkatkan pemberian feed additive, 4. penimbangan
kandungan protein, palatabilitas, dan dan koleksi data, 5. analisis hasil.
membunuh mikroorganisme patogen
(Lokapirnasari et al. 2016). Proses Persiapan isolat L. casei
fermentasi dapat dilakukan menggunakan Isolat L. casei didapatkan dari
bakteri asam laktat (probiotik). Salah satu Laboratorium Pusat Antar Universitas (PAU
bakteri probiotik yang banyak digunakan UGM). Persiapan fermenter dilakukan
adalah Lactobacillus casei. Penelitian dengan menumbuhkan biak murni L. casei
Sunaryanto et al. (2014) menunjukkan dalam media cair dengan komposisi akuades
bahwa L. casei isolat lokal memiliki potensi steril 1 liter, urea 10 g, KH2PO4 5 g, MgSO4
untuk digunakan sebagai mikroba probiotik. 0,5 g, CaCO3 10 g, molases (dekstrose) 50 g,
L. casei mampu hidup sampai dengan dan tepung kentang sesuai yang dijelaskan
konsentrasi garam empedu 15%, tahan Pamungkas et al. (2012). Kentang sebanyak
terhadap media asam sampai dengan pH 2, 250 g yang sudah bersih dan dipotong-
memiliki aktivitas antimikroba dengan potong, direbus selama 20 menit kemudian
menghambat pertumbuhan Escherichia coli, disaring sampai dihasilkan filtrat sebanyak 1

197
Pengaruh Pemberian Manur Broiler Dengan Fermentasi... Nururrozi et al.

liter dengan penambahan akuades steril. casei dengan konsentrasi masing-masing


Larutan filtrat ditambah dengan bahan-bahan sebesar 1109 sel/mL, kemudian
lain, kemudian dituangkan ke dalam 5 digoncangkan pada shaker dengan
Erlenmeyer berisi 200 mL air filtrat, setelah itu kecepatan 60 rpm. Campuran biak murni L.
dimasukkan ke dalam autoklaf selama 15 casei dengan media pertumbuhan disimpan
menit pada suhu 121ºC dengan tekanan 1,5 dalam kondisi anaerob pada suhu kamar
psi. Campuran media disterilisasi dengan selama 14 hari. Biakan L. casei yang telah
autoklaf dengan tujuan untuk menghilangkan tumbuh pada media pertumbuhan cair
kontaminan sebelum digunakan untuk media (Gambar 1A) digunakan untuk membuat
kultur. Pada Erlenmeyer dimasukkan isolat L. pakan menggunakan manur ayam broiler.

Gambar 1. Isolat cair Lactobacillus casei (A), pakan hasil fermentasi menggunakan Lactobacillus casei (B), dan
ayam kelompok perlakuan (C)

198
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Ayam Tabel 1. Hasil analisis kandungan nutrien bahan


penyusun ransum pakan yang digunakan
Materi dalam penelitian ini
menggunakan 200 ekor day old chick (DOC) Nutrisi Fase starter Fase akhir
ayam kampung dengan berat badan awal
32,13 ± 5,33 gram. Ayam diseleksi dengan Metaboliisme energi
3000 3050
cara memilih berdasarkan bobot badan /ME (kkal/kg)
seragam untuk mendapatkan obyek Protein kasar (%) 21 19
penelitian yang homogen. Serat kasar (%) 4-4,5 5
Ayam dibagi secara acak kedalam 4 Ca (%) 1 0,9
kelompok yaitu P0, P1, P2, P3 (masing-
P (%) 0,45 0,42
masing 50 ekor) dan diberi nomor yang
ditempelkan pada sayap. Ayam dipelihara di
kandang berlantai litter (Gambar 1C) sampai Pakan periode finisher menggunakan pakan
umur empat hari dengan perlakuan sama BR II (Comfeed, PT Japfa Comfeed-
dengan pemberian pakan secara ad libitum Indonesia) berbentuk crumble. Air minum
sebelum masuk masa perlakuan penelitian. diberikan secara ad libitum. Kandungan
nutrien bahan penyusun ransum dan
Pembuatan feed additive berbahan manur komposisi pakan berdasarkan perlakuan
Pembuatan bahan pakan menggunakan ditunjukkan pada Tabel 1.
200 kg manur digestat ayam broiler yang telah
kering, kemudian dihancurkan teksturnya Penimbangan dan koleksi data
hingga menjadi remah dengan mixer. Kotoran Parameter performa ayam yang diamati
ayam yang telah lembut diratakan ke dalam meliputi perhitungan konsumsi pakan,
terpal dengan tinggi sekitar 15 cm. Manur pertambahan berat badan, dan konversi
digestat yang digunakan memiliki kadar air pakan. Konsumsi pakan merupakan jumlah
minimal 30% untuk memudahkan proses pakan yang dihitung setiap hari dengan cara
pertumbuhan L. casei. Fermenter cair yang menghitung pakan yang diberikan dikurangi
berisi inokulum L. casei disiramkan merata sisa pakan (g/ekor/hari). Pertambahan bobot
pada manur digestat. Campuran manur badan (g/ekor) ayam broiler ditimbang setiap
digestat dan fermenter L. casei dicampur minggu untuk mendapatkan data bobot badan,
dengan cara dibolak balik hingga homogen, data total PBB didapat dari penimbangan
selanjutnya ditutup dengan terpal sampai bobot badan akhir dikurangi bobot badan
terjadi proses fermentasi (Gambar 1B). awal. Konversi pakan dihitung dari jumlah
pakan yang dikonsumsi dibagi dengan PBB.
Pemberian pakan
Kelompok P0 (kontrol) diberi pakan Analisis hasil
dan minum sesuai dengan standar umur Data yang diperoleh dianalis secara
pertumbuhan ayam. Kelompok P1, P2, dan statistik menggunakan program SPSS. Data
P3 masing-masing diberi ransum yang dianalisa dengan anova, dan jika ada
ditambah fermentasi L. casei. Perlakuan perbedaan antara perlakuan diuji dengan uji
level pemberian yang digunakan adalah jarak berganda Duncan.
sebagai berikut:
P0 = fermentasi manur broiler 0% HASIL DAN PEMBAHASAN
P1 = fermentasi manur broiler 4%
P2 = fermentasi manur broiler 8% Perkembangan berat badan ayam
P3 = fermentasi manur broiler 12% dihitung melalui rumus perhitungan Average
Penambahan feed additive L. casei Daily Gain (ADG) untuk mengetahui rata-
diberikan sehari sekali yang dilakukan mulai rata perkembangan berat badan setiap
hari ke-7 pemeliharaan hingga panen. kelompok ayam per minggu. Data hasil
Pemeliharaan dilakukan selama 60 hari penelitian pengaruh penambahan L. casei
dengan pemberian pakan sesuai dengan yang dicampur ke dalam manur digestat
standar strain ayam kampung (Munir et al. terhadap performa ayam kampung yang
2017). Pada periode starter pakan yang meliputi rata-rata konsumsi pakan,
diberikan jenis BR I (Comfeed, PT Japfa pertambahan bobot badan, dan konversi
Comfeed-Indonesia) berbentuk tepung. pakan dapat dilihat pada Tabel 2.

199
Pengaruh Pemberian Manur Broiler Dengan Fermentasi... Nururrozi et al.

Tabel 2. Rata-rata konsumsi pakan, pertambahan bobot badan, dan konversi pakan selama penelitian (60 hari)

Perlakuan
Variabel
P0 P1 P2 P3
Konsumsi pakan (g/ekor) 4150 ± 170,4 4230 ± 150 3980 ± 180,3 4180 ± 210,2
PBB (g/ekor) 930 ± 45 965 ± 40 945 ± 85 920 ± 100
Konversi pakan 4,46 ± 0,12 4,38 ± 0,09 4,21 ± 0,10 4,54± 0,07

Keterangaan : Notasi superskrip yang berbeda pada baris yang sama menunjukkan perbedaan pengaruh sangat
nyata (P<0,05)

Konsumsi pakan diketahui bahwa penambahan manur


Berdasarkan hasil penelitian terhadap terfermentasi dengan perlakuan 4% dan 8%
total konsumsi pakan, tidak terdapat memiliki bobot badan yang lebih baik
perbedaan secara nyata (P<0,05) pada P0, dibandingkan kelompok kontrol (P0) dan
P1, P2, dan P3. Total konsumsi pakan pada perlakuan 12% (P3), namun secara statistik
kelompok P0 (kontrol) tanpa penambahan tidak signifikan (P<0,05). Pertambahan
manur terfermentasi adalah 4150 g/ekor/60 bobot bada sangat dipengaruhi oleh
hari. Total konsumsi pakan pada kelompok kandungan protein pada ransum. Menurut
yang diberi tambahan fermentasi manur Pamungkas et al. (2012), protein merupakan
dengan level 4% (P1), 8% (P2), dan 12% zat yang paling penting bagi ayam untuk
(P3) berturut-turut adalah 4230; 3980; dan proses pembentukan sel-sel baru dan
4180 g/ekor/60 hari. Tidak ada standar perbesaran ukuran sel yang akan
yang jelas kebutuhan pakan ayam kampung menyebabkan peningkatan berat badan.
yang dipelihara secara semi intensif
dikarenakan pakan berupa kombinasi Konversi pakan
konsentrat dan pakan dari lingkungan. Pengaruh penambahan manur sebagai
Kelompok yang memiliki total konsumsi bahan campuran ransum dapat dilihat dari
pakan terendah adalah kelompok dengan konversi pakan. Nilai konversi pakan
penambahan fermentasi manur 8% (P2), melibatkan perbadingan antara konsumsi
sedangkan kelompok penambahan ransum dan pertambahan berat badan
fermentasi manur 12% (P3) memiliki total (Iskandar 2010). Semakin kecil nilai konversi
konsumsi pakan tertinggi. Menurut pakan, berarti semakin efisien kemampuan
penelitian Jaya (2012) dan Mahardika et al. ternak dalam mencerna pakan, maka berarti
(2014), konsumsi pakan pada ayam semakin sedikit pula pakan yang diperlukan
kampung yang dipelihara menggunakan untuk mencapai pertambahan per satu
kandang open house system adalah 4350- kilogram bobot badan (Hidayat 2012).
6500 gram/ekor/60 hari tergantung dari Nilai FCR dari kelompok P0, P1, P2,
kualitas pakan, strain ayam, dan metode dan P3 berturut-turut 4,46; 4,38; 4,21; dan
pemeliharaan. 4,54. Hasil penelitian menunjukkan hasil
tidak berbeda nyata (P<0,05) pada semua
Pertambahan berat badan kelompok perlakuan. Standar FCR ayam
Berdasarkan hasil penelitian terhadap kampung yang dikatakan baik pada
pertambahan berat badan, tidak terdapat pemeliharaan hingga hari ke-60 adalah
perbedaan secara nyata (P<0,05) pada P0, sekitar 4-6. Kelompok P2 memiliki nilai
P1, P2, dan P3. Total pertambahan berat konversi pakan yang terbaik disebabkan
badan pada kelompok P0 (kontrol) tanpa karena total konsumsinya yang lebih sedikit
penambahan manur terfermentasi adalah rerata berat panen yang paling baik. Dari
930 g/ekor/60 hari. Total pertambahan berat hasil penelitian diketahui penambahan
badan pada kelompok yang diberi tambahan manur terfermentasi menggunakan L. casei
fermentasi manur dengan level 4% (P1), 8% level 4% (P1), dan 8% (P2) pakan mampu
(P2), dan 12% (P3) berturut-turut adalah memperbaiki konsumsi pakan dan
965; 945; dan 920 g/ekor/60 hari memperbaiki FCR pada ayam kampung
Berdasarkan hasil penelitian dapat meskipun secara statistik tidak signifikan.

200
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Pembahasan al. (2016) penambahan probiotik asam laktat


Berdasarkan data penelitian diatas, dengan konsentrasi 1% dapat menurunkan
penambahan L. casei dengan berbagai level konversi pakan ayam pedaging.
tidak berpengaruh terhadap palatabilitas Penambahan L. casei terbukti juga
manur, sehingga total konsumsi pakan dapat membantu proses pencernaan.
memiliki nilai yang relatif sama. Menurut Berdasarkan SNI 2981 : 2009, dijelaskan
Suryana dan Hasbianto (2008), tinggi bahwa jumlah bakteri probiotik yag
rendahnya jumah konsumsi pakan akan dibutuhkan untuk membantu proses
sangat dipengaruhi oleh palatabilitas pakan pencernaan adalah 1  107 sel/ml, sehingga
itu sendiri. Hasil penelitian menunjukkan terbentuk keseimbangan mikroorganisme
bahwa penambahan manur yang telah yang didominasi mikroorganisme non
difermentasi dengan L. casei hingga level patogen dalam saluran pencernaan
12% tidak mampu mempengaruhi konsumsi (Soeharsono et al. 2010).
ransum ayam kampung secara signfikan. Penelitian yang dilakukan Raharjo et
Pengamatan penambahan manur al. (2012) menunjukkan pakan yang
terfermentasi dengan perlakuan 4% dan 8% difermentasi dengan L. casei mampu
memiliki bobot badan yang lebih baik meningkatkan berat badan ayam broiler
dibandingkan kelompok kontrol. Proses dengan FCR yang lebih baik dibanding
fermentasi anaerobik yang dilakukan pada kelompok kontrol. Penambahan L. casei
penelitian ini diduga mampu meningkatkan akan menyediakan fitase sehingga mampu
kandungan nutrisi dari manur. Penelitian memecah asam fitat yang merupakan zat
oleh Pamungkas et al. (2012) menjelaskan anti nutrisi pada pakan unggas. Keberadaan
bahwa proses fermentasi pada manur ayam asam fitat inilah yang membentuk kompleks
petelur mampu meningkatkan kandungan dengan protein dan asam amino sehingga
protein kasar sebesar 55%. Hal ini menyebabkan penurunan kecernaan protein
disebabkan karena terjadi proses fermentasi (Kim et al. 2006). Penelitian ini menunjukkan
anerobik yang dilakukan oleh bakteri berat badan dan konversi pakan pada
metanogen (Pambudi 2008). Penelitian lain kelompok perlakuan tidak lebih baik, salah
oleh Raharjo et al. (2012), menyebutkan satunya karena karakteristik pertumbuhan
bahwa pakan yang difermentasi akan ayam kampung yang tidak sebaik pada
meningkatkan nilai gizi, memiliki cita rasa ayam broiler.
yang lebih baik, lebih mudah dicerna, serta Asam fitat memiliki kemampuan
menghambat pertumbuhan mikroorganisme berikatan dengan protein pada pH asam,
patogen di dalam pakan. L. casei akan alkalis, maupun netral (Sabha 2008).
mengaktivasi enzim amilase dan protease Interaksi antara asam fitat dan protein
sehingga menghasilkan kadar asam amino menyebabkan penurunan kelarutan protein
yang lebih tinggi dibanding manur yang tidak dan akhirnya menyebabkan penurunan
difermentasi (Jaya 2012; Lokapirnasari et al. penggunaan protein. Fitat juga dapat
2016). membentuk kompleks dengan protease
Nilai konversi pakan kelompok seperti tripsin dan peptin dalam saluran
perlakuan yang didapatkan pada penelitian pencernaan sehingga dapat mengurangi
ini lebih baik dibandingkan kelompok kontrol, aktivitas enzim pencernaan yang berakibat
meskipun secara statistik tidak berbeda pada penurunan kecernaan protein dan
signifikan. Menurut Lokapirnasari et al. energi (Akyurek et al. 2005). Pemecahan
(2016), penambahan L. casei yang ikatan asam fitat dapat dilakukan dengan
merupakan bakteri asam laktat mampu penambahan fitase secara buatan.
memperbaiki penyerapan nutrisi dari ransum Fitase (myo-inositol hexakisphosphate
melalui peningkatan sekresi enzim phosphohydrolase) merupakan golongan
pencernaan, misalnya enzim pepsin, yang fosfatase yang memiliki kemampuan secara
mampu menghidrolisis protein sehingga in vitro untuk membebaskan minimal satu
memudahkan tubuh ayam menyerap protein ikatan fosfat dari asam fitat sehingga
(Lokapirnasari et al. 2016). Penurunan melepaskan fosfat dan menurunkan
konversi pakan pada penelitian ini fosfatinositol yang berpotensi mengikat
dipengaruhi penambahan L. casei pada mineral (Greiner dan Konietzy 2006).
pakan. Menurut penelitian Lokapirnasari et Unggas tidak mempunyai fitase dalam

201
Pengaruh Pemberian Manur Broiler Dengan Fermentasi... Nururrozi et al.

saluran pencernaannya (Kim et al. 2006). Effect of microbial phytase on growth


Penambahan mikroorganisme penghasil performance and nutrients digestibility
fitase dalam pakan diharapkan dapat in broilers. Pak J Nutr 4:22-26. doi:
memecah ikatan kimia asam fitat sehingga 10.3923/pjn.2005.22.26
penyerapan pakan pada ayam kampung Baruah MS, Bhatt BP (2008) Recyling of
menjadi lebih baik. caged layer manure as broiler feed.
Menurut El-Deek et al. (2009), Indian Vet J 85:293-295
penambahan fitase dari mikrobia pada Dewanti R, Sihombing G (2012) Analisis
pakan dapat meningkatkan produktivitas pendapatan usaha peternakan ayam
ayam. Fitase dapat diproduksi dari buras. Bul Peternakan 36:48-56. doi:
fermentasi beberapa jenis mikroorganisme 10.21059/buletinpeternak.v36i1.1276
seperti Lactobacillus sp, Aspergillus niger, El-Deek AA, Osman M, Yakout HM, Yahya E
dan S. cerevisiae dalam media dasar berupa (2009) Response of broilers to
jagung (Tang et al. 2010). L. casei microbial phytase supplementation as
merupakan jenis mikroorganisme yang influenced by dietary corn gluten meal
diakui aman oleh lembaga FDA (Food and levels. Egypt Poult Sci 29:77-97
Drug Administration) dan digolongkan Ghaly AE, MacDonald KN (2012) Drying of
sebagai GRAS (Generally Recognized As poultry manure for use as animal feed.
Saved) (Greiner dan Konietzny 2006). Fitase Am J Agri Biol Sci 7:239-254. doi:
yang diproduksi oleh jenis mikroorganisme 10.3844/ajabssp.2012.239.254
tersebut aman dan berpotensi digunakan Greiner R, Konietzny U (2006) Phytase for
secara luas dalam dunia perunggasan. food application. Food Technol
Biotechnol 44:125-140
KESIMPULAN Hidayat C (2012) Pengembangan produksi
ayam lokal berbasis bahan pakan lokal.
Hasil penelitian menunjukkan hasil Wartazoa 22:85-98
konversi pakan berbeda tidak nyata pada Iskandar S, (2010) Usaha tani ayam
semua kelompok perlakuan. Dari hasil kampung. Balai Penelitian Ternak
penelitian disimpulkan penggunaan fermenter Ciawi, Bogor
L.casei pada pakan dengan level 4%, 8%, Jaya TP (2012) Pengaruh probiotik
dan 12% belum mampu memperbaiki (kombinasi bakteri Lactobacillus sp,
konversi pakan ayam kampung. Saccharomyces cerevisiae,
Streptomyces albus, Bacillus subtilis)
UCAPAN TERIMAKASIH terhadap konversi pakan ayam
pedaging. Skripsi, Universitas
Proyek penelitian ini sepenuhnya Airlangga
terselenggara atas Hibah Iptek Bagi Kim T, Mullaney EJ, Porres JM, Roneker KR,
Masyarakat yang didanai oleh Direktorat Crowe S, Rice S, Ko T, Ullah AHJ,
Riset dan Pengabdian Masyarakat, Direktorat Daly, CB, Welch R, Lei XG (2006)
Jenderal Penguatan Riset dan Shifting the pH profile of Aspergillus
Pengembangan Kementerian Riset, niger PhyA Phytase to match the
Teknologi, dan Pendidikan Tinggi dengan stomach pH enhances its effectiveness
judul “Feed Additive Berbasis Fermentasi as an animal feed additive. Appl
Manur Digestat Kotoran Ayam Menggunakan Environ Microbiol 72:4397-4403. doi:
Lactobacillus casei untuk Meningkatkan 10.1128/AEM.02612-05
Produktivitas Ayam Kampung”, sesuai Surat Lokapirnasari WP, Rahmawati A, Elliyani H,
Penugasan Pelaksanaan Pekerjaan Nomor (2016) Potensi penambahan bakteri
001/SP2H/PPM/DRPM/IV/2017 dari asam laktat Lactobacillus casei dan
Direktorat Pengabdian Kepada Masyarakat Lactobacillus rhamnosus terhadap
Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta, konsumsi pakan dan konversi pakan
Indonesia. ayam pedaging. J Agro Vet 5:43-49
Mahardika IG, Kristina Dewi GAM, Sumadi
DAFTAR PUSTAKA IK, Suasta IM (2014) Kebutuhan energi
dan protein untuk hidup pokok dan
Akyurek H, Senkoylu N, Ozduven ML (2005) pertumbuhan pada ayam kampung

202
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

umur 10-20 minggu. Majalah Ilmiah kampung super. Skripsi, Universitas


Peternakan 16:6-11. doi: Gadjah Mada
10.24843/MIP.2013.v16.i01. p02 Sabha R (2008) Effect of different level of
Munir IM, Haryani D, Amin N, Kardiyanto E, phytase on broilers performance and
Alfarizi MA, Makmur A, Kusumawati S body status of phosporus. Thesis, An
(2017) Kajian pengembangan ayam Najah National University, Nablus,
kampung unggul Badan Litbang Palestine
Pertanian (KUB) di Provinsi Banten SNI (2006) Pakan Ayam Ras Pedaging Masa
2016. Laporan Akhir Kegiatan 2016. Akhir (broiler finisher). Standar
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nasional Indonesia. SNI 01-3931-2006.
Banten. Kementerian Pertanian. doi: Badan Standarisasi Nasional, Jakarta,
10.13140/RG.2.2.24339.48166 hlm 2
Munira S, Nafiu LO, Tasse AM (2016) Soeharsono, Adriani L, Safitri R, Sjofjan O,
Performans ayam kampung super Abdullah S, Rostika R, Lengkey HAW,
pada pakan yang disubttusi dedak padi Mushawwir A (2010) Probiotik: Basis
fermentasi dengan fermentor berbeda. Ilmiah, Aplikasi dan Aspek Praktis.
Jitro 3:21-29 Widya Padjajaran, Bandung
Pambudi NA (2008) Pemanfaatan biogas Sunaryanto R, Martius E, Marwoto B (2014)
sebagai energi alternatif. Uji kemampuan Lactobacillus casei
http://www.dikti.org. Diakses 18 Januari sebagai agensia probiotik. J Bioteknol
2018 Biosains Indones 1:9-14. doi:
Pamungkas GS, Sutarno, Mahajoeno E 10.29122/jbbi.v1i1.546
(2012) Fermentasi lumpur digestat Suryana, Hasbianto A (2008) Usaha tani
kotoran ayam petelur dengan kapang ayam buras di Indonesia:
Aspergillus niger untuk sumber protein Permasalahan dan tantangan. J
pada ransum ayam. J Bioteknol 9:26- Litbang Pertanian 27:75-83
34. doi: 10.13057/biotek/ c090105 Tang AL, Wilcox G, Walker KZ, Shah NP,
Raharjo S, Faridz F, Munandar A, Saputro, Ashton JF, Stojanovska L (2010)
FR, Arifin M (2012). Produksi crude Phytase activity from Lactobacillus spp.
Aspergillus fermentation guna in calcium-fortified soymilk. J Food Sci
meningkatkan kualitas bahan pakan 75:M373-M376. doi: 10.1111/j.1750-
sebagai pemacu produktivitas ayam 3841.2010.01663.x

203
VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK KAPANG ENDOFIT Cb.Gm.B3


ASAL RANTING KAYU MANIS (Cinnamomum burmanni)
Antioxidant Activity of Endophytic Fungi Cb.Gm.B3 Extract from Cinnamon
(Cinnamomum burmanni) Twigs
Fauzy Rachman1,3, Nisa Rachmania Mubarik2, Partomuan Simanjuntak3,*
1
Departemen Bioteknologi, Gd. PAU, Institut Pertanian Bogor, Jl. Kamper, Bogor, 16680, Indonesia
2
Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor, Bogor, 16680, Indonesia
3
Pusat Penelitian Bioteknologi, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesian, Jl. Raya Bogor Km 46, Cibinong, Bogor, 16911, Indonesia
*Email: partomsimanjuntak@gmail.com

ABSTRACT
There are many degenerative diseases that are caused by a free radical effect. Cinnamon
(Cinnamomum burmanni) contains cinnamaldehyde compounds that have activity as a
powerful antioxidant and fight free radicals. Endophytic fungi can be found in cinnamon plants
living symbiotically. Endophytic fungi produce a variety of bioactive metabolites including
antioxidants. This research was conducted to isolate endophytic fungi from C. burmanni plant
which is active as antioxidant. Endophytic fungi isolation was carried out using surface
sterilization method and cultivated in PDA media. Antioxidant activity test was performed using
free radical 2.2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH) method. Selected isolates were then
identified molecularly to determine their species. A total of nine fungi were isolated from
cinnamon twigs. The result showed that the highest antioxidant activity was obtained from
Cb.Gm.B3 with IC50 of 13.219 ± 0.755 µg/mL. The selected isolate Cb.Gm.B3 taxonomically
has a high similarity with Neofusicoccum parvum isolate PEL23 (Accession no: KY053054.1).

Keywords: antioxidant, Cinnamomum burmanni, 2.2-diphenyl-1-picrylhydrazyl, endophytic


fungi, Neofusicoccum parvum

ABSTRAK
Kayu manis (Cinnamomum burmanni) mengandung senyawa sinamaldehid yang memiliki
aktivitas sebagai antioksidan kuat dan dapat menangkal radikal bebas. Dalam tanaman kayu
manis terdapat kapang endofit yang hidup bersimbiosis. Kapang endofit dapat menghasilkan
berbagai senyawa metabolit bioaktif termasuk antioksidan. Penelitian ini dilakukan untuk
mengisolasi kapang endofit dari tanaman C. burmanni yang aktif sebagai antioksidan. Isolasi
kapang endofit dilakukan menggunakan metode sterilisasi permukaan dan ditanam pada
media PDA. Pengujian aktivitas antioksidan dilakukan menggunakan metode peredaman
radikal bebas dengan reagen 2.2-difenil-1-pikrilhidrazil (DPPH). Isolat terpilih diidentifikasi
secara molekuler untuk menentukan spesiesnya. Sebanyak 9 isolat kapang berhasil diisolasi
dari jaringan ranting tanaman kayu manis. Aktivitas antioksidan tertinggi (IC50) didapatkan
dari isolat Cb.Gm.B3 sebesar 13,219 ± 0,755 µg/mL. Isolat terpilih Cb.Gm.B3 secara
taksonomi memiliki tingkat kemiripan yang tinggi dengan Neofusicoccum parvum isolat
PEL23 (No. aksesi: KY053054.1).

Kata Kunci: antioksidan, Cinnamomum burmanni, 2.2-difenil-1-pikrilhidrazil, kapang endofit,


Neofusicoccum parvum

Received: 08 August 2018 Accepted: 04 November 2018 Published: 28 December 2018

204
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

PENDAHULUAN tanaman kunyit (Curcuma longa L.) diketahui


mempunyai senyawa aktif yaitu kurkumin
Tanaman kayu manis (Cinnamomum yang berpotensi sebagai antioksidan
burmanni) merupakan penghasil kulit kayu (Maehara et al. 2011) dan dilaporkan bahwa
untuk bahan baku rempah. Hasil sampingan kapang endofit dari batang tanaman kunyit
pada saat panen berupa batang, daun dan (Curcuma longa L.) juga memproduksi
ranting juga dapat dimanfaatkan menjadi senyawa bioaktif yang juga memiliki aktivitas
beragam produk bernilai ekonomis. Prospek antioksidan (Widowati et al. 2016). Oleh
tanaman kayu manis di masa depan akan karena itu kapang endofit yang ada di dalam
semakin baik sejalan dengan makin tanaman kayu manis dimungkinkan
bertambahnya penduduk, diketahuinya menghasilkan senyawa metabolit sekunder
kandungan kimia pada kayu manis dan yang juga memiliki aktivitas antioksidan.
manfaatnya untuk industri farmasi, Penelitian mengenai keragaman
kosmetika, makanan dan minuman (Ferry kapang endofit dan senyawa kimia bioaktif
2013). yang dihasilkan kapang endofit dari batang
Banyak senyawa metabolit sekunder kayu manis (C. burmanni (Nees & T. Nees)
yang dihasilkan oleh tanaman memiliki efek Blume) belum banyak dilakukan. Penelitian
sebagai obat suatu penyakit. Kayu manis (C. ini bertujuan untuk mengisolasi kapang
burmanni) dipercaya merupakan salah satu endofit dari batang kayu manis dan
sumber antioksidan yang dapat melawan mengidentifikasi jenis kapang yang memiliki
radikal bebas dalam tubuh. Menurut Priani et aktivitas antioksidan dari kapang endofit asal
al. (2014), salah satu tumbuhan yang kayu manis.
diketahui mengandung senyawa dengan
aktivitas antioksidan yang sangat kuat BAHAN DAN METODE
adalah kayu manis. Kulit batang kayu manis
mengandung senyawa sinamaldehid yang Bahan
memiliki aktivitas sebagai antioksidan yang Bahan yang digunakan dalam
sangat kuat yang secara efektif dapat penelitian ini ialah sampel ranting batang
melawan radikal bebas termasuk anion kayu manis (C. burmanni (Nees & T. Nees)
superoksida dan hidroksi-radikal, demikian Blume) dari perkebunan teh Gunung Mas,
pula radikal bebas yang lainnya dalam Puncak, Bogor, kapang endofit, media
pengujian in vitro (Jakhetia et al. 2010). Potato Dextrose Agar (PDA), Potato
Tanaman juga memiliki kapang yang Dextrose Broth (PDB), kertas saring, DPPH
bersimbiosis di dalam organ tanaman yang (2,2-difenil-1-pikrilhidrazil), alkohol 70%,
disebut sebagai kapang endofit. Kapang NaOCl, metanol p.a, etil asetat, dan bahan
endofit merupakan kapang yang hidup di kimia lain.
dalam jaringan tanaman yang mempunyai
peranan menguntungkan kepada inangnya Isolasi kapang endofit
dengan cara menghasilkan senyawa bioaktif Sampel ranting tanaman dicuci dengan
untuk perlindungan terhadap cekaman biotik air mengalir selama 5 menit, kemudian
dan abiotik (Dai et al. 2008). Setiap dipotong menjadi beberapa bagian dengan
tumbuhan tingkat tinggi dapat mengandung panjang 2-3 cm. Potongan batang
lebih dari satu mikroba endofit yang mampu disterilisasi permukaan dengan cara
menghasilkan senyawa biologi (Dudeja et al. direndam dalam alkohol 70% selama 1
2012) ataupun metabolit sekunder yang menit, larutan sodium hipoklorit (NaOCl)
diduga sebagai akibat koevolusi atau 5,3% selama 5 menit dan alkohol 70%
transfer genetik dari tumbuhan inang ke selama 30 detik. Kemudian dibilas dengan
dalam mikroba endofit (Kusari et al. 2012). aquades steril selama 5 detik dengan tiga
Tanaman obat telah diketahui merupakan kali ulangan dan dikeringkan dengan tisu
sumber potensial kapang endofit yang steril ±1 menit di dalam laminar. Potongan
memiliki kemampuan untuk menghasilkan sampel kemudian dibelah dengan pisau
senyawa kimia bioaktif (Ginting et al. 2013). steril dan diletakkan pada cawan petri yang
Mikroba endofit seringkali menghasilkan berisi media PDA yang mengandung
metabolit sekunder yang sama dengan yang kloramfenikol (250 mg/L) sebagai
dihasilkan oleh inangnya. Sebagai contoh, penghambat pertumbuhan bakteri. Sebagai

205
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kapang Endofit... Rachman et al.

A B

kontrol
Gambarnegatif sebanyak
1. A). Tanaman kayu 0,5 mLB).
manis; airRanting
steril dari
kayu manis antioksidan dari endofit
sumber isolat kapang seluruh isolat kapang
bilasan terakhir disebar pada media PDA endofit.
dan diinkubasi pada suhu ruang. Kapang
yang muncul dipindahkan ke media PDA Uji aktivitas antioksidan
baru tanpa kloramfenikol dan diinkubasi Pengujian aktivitas antioksidan
pada suhu ruang selama 7 hari (Akmalasari dilakukan dengan metode peredaman
et al. 2013). radikal bebas dengan reagen DPPH (2,2-
difenil-1-pikrilhidrazil) karena paling praktis
Fermentasi dan ekstraksi dan mudah dilakukan dengan keakuratan
Isolat kapang berpotensi antioksidan data yang baik (Molyneux 2004). Seleksi
yang telah diperoleh difermentasi pada aktivitas antioksidan dengan metode
media PDB dan diinkubasi goyang dengan peredaman radikal DPPH (2,2-difenil-1-
shaker pada kecepatan 120 rpm selama 14 pikrilhidrazil) dilakukan pada konsentrasi 100
hari. Kultur cair disaring menggunakan µg/mL untuk masing-masing ekstrak
kertas saring untuk memisahkan filtrat dan biomassa dan filtrat. Ekstrak dengan
biomassa. Filtrat diekstraksi dengan etil konsentrasi 500 µg/mL dipipet 600 µL dan
asetat sedangkan biomassa dikeringkan direaksikan dengan 0,6 mL DPPH 0,4 mM
dalam oven pada suhu 50ºC selama 24 jam. kemudian ditambahkan metanol pro analisis
Biomassa kering kemudian diekstrak dengan sampai total campuran menjadi 3 mL.
etil asetat sampai semua biomassa Campuran tersebut selanjutnya diinkubasi
terendam oleh pelarut dengan rasio 1:2. dalam waterbath dengan suhu 37ºC selama
Masing-masing ekstrak dikeringkan 30 menit. Absorbansi diukur menggunakan
menggunakan rotary evaporator (Widowati spektrofotometer pada panjang gelombang
et al. 2016). Ekstrak yang diperoleh 517 nm (Widowati et al. 2016). Dari hasil
kemudian diuji aktivitas antioksidannya. absorbansi yang didapat kemudian dihitung
Seleksi dilakukan untuk mengetahui aktivitas daya hambatnya dengan persamaan:

206
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

A B C

D E F

G H I

Gambar 2. Isolat kapang endofit dari ranting kayu manis yang tumbuh pada media Potato Dextrose Agar (PDA): A).
Cb.Gm.B1; B). Cb.Gm.B2; C). Cb.Gm.B3; D). Cb.Gm.B4; E). Cb.Gm.B5; F). Cb.Gm.B6; G). Cb.Gm.B7;

H). Cb.Gm.B8; I). Cb.Gm.B9. Keterangan: Cb =dengan sumbu
Cinnamomum konsentrasi,
burmanni, Gm = Gunungkemudian
Mas, B =
Ranting batang dimasukkan ke dalam persamaan y=a+bx di
Keterangan: A: serapan blanko, B: serapan sampel mana nilai y=50 dan nilai x menunjukkan nilai
IC50. Pengelompokan aktivitas antioksidan
Ekstrak dengan persentase hambatan suatu ekstrak berdasarkan pada nilai IC50.
tertinggi kemudian diuji lanjut dengan 4 tingkat Ekstrak dinyatakan sangat aktif jika nilai
konsentrasi yaitu 5, 10, 25 dan 50 µg/mL IC50<10 µg/mL, aktif jika nilai IC50<100 µg/mL,
untuk mendapatkan nilai IC50. Untuk kontrol dan tidak aktif jika nilai IC50>100 µg/mL (Putri
positif digunakan vitamin C (asam askorbat) et al. 2013).
dengan konsentrasi 3, 6, 9 dan 12 µg/mL. IC50
(Inhibition Concentration 50) dihitung dari Penapisan fitokimia
perpotongan garis antara 50% daya hambatan Uji penapisan fitokimia meliputi uji

207
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kapang Endofit... Rachman et al.

flavonoid, tannin (Fransworth 1966), dan pohon filogenetik dibuat menggunakan


fenolik (Harborne 1987). Pengujian flavonoid model Kimura 2-parameter dengan
dan tannin, sampel dididihkan dalam air menggunakan replikasi bootstrap 1000.
panas selama 5 menit, kemudian dibagi ke
dalam dua tabung reaksi. Tabung pertama HASIL DAN PEMBAHASAN
ditambahkan dengan serbuk magnesium,
HCl pekat dan amil alkohol. Kocok dengan Isolasi kapang endofit
kuat dan biarkan memisah. Terbentuknya Sampel tanaman kayu manis (Gambar
warna merah, kuning atau jingga pada 1) sebelumnya diidentifikasi terlebih dahulu
lapisan alkohol menunjukkan adanya di Pusat Penelitian Biologi-LIPI, Cibinong,
flavonoid. Tabung kedua ditambahkan dan hasil determinasi tumbuhan menyatakan
larutan FeCl3 1% dan timbulnya warna hijau, bahwa sampel tersebut adalah C. burmanni
biru menunjukkan adanya kandungan tannin. (Nees & T. Nees) Blume.
Uji fenolik dilakukan dengan menambahkan Kemudian dilakukan isolasi kapang
sampel dengan beberapa tetes FeCl3 1% endofit dari ranting kayu manis
dalam etanol. Terbentuknya warna hijau, menggunakan media PDA dan didapatkan 9
merah, ungu, biru atau hitam kuat isolat kapang endofit (Gambar 2). Kapang
menunjukkan adanya fenolik. endofit yang berhasil diisolasi memiliki
deskripsi ciri-ciri dan karakter makroskopis
Identifikasi kapang endofit yang bervariasi. Praptiwi et al. (2015)
Identifikasi molekuler terhadap kapang melaporkan bahwa sebanyak 26 kapang
Cb.Gm.B3 diawali dengan mengesktraksi endofit berhasil diisolasi dari beberapa
DNA menggunakan ZR Fungal Bacteria bagian tanaman kayu manis, 12 isolat
DNA Kit (Zymo Research). DNA genom kapang berhasil diisolasi dari batang kayu
yang didapat diamplifikasi dengan manis, dan 14 isolat diisolasi dari bagian
Polymerase Chain Reaction (PCR) dengan daun kayu manis. Kapang tersebut 8 isolat
menggunakan primer ITS 1 (5’- diklasifikasikan ke dalam genus
TCCGTAGGTGAACCTGCGG-3’) sebagai Pestalotiopsis, 3 isolat genus Xylaria, 2 isolat
primer forward dan ITS 4 (5’- genus Colletotrichum, dan 1 isolat genus
TCCTCCGCTTATTGATATGC-3’) sebagai Fusarium. Dua isolat hanya dapat
primer reverse (White et al. 1990). diidentifikasi sampai tingkat famili, yaitu
Amplifikasi DNA dilakukan dengan membuat Dematiaceae, dan 10 isolat hanya dapat
PCR master mix volume 25 μL yang diidentifikasi sampai tingkat kelas yaitu
mengandung 9,5 μL air bebas basa, 12,5 μL Coelomycetes. Akan tetapi tidak ditemukan
2x My Taq HS Red Mix (Bioline), 1 μL 20 isolat Ascomycota seperti yang berhasil
μmol/μL masing-masing primer ITS 1 dan diisolasi pada penelitian ini. Perbedaan
ITS 4 serta 1 μL templat DNA. Reaksi variasi kapang endofit yang diisolasi dari
amplifikasi dilakukan sebanyak 35 siklus suatu tanaman sangat ditentukan oleh
yang terdiri dari 4 tahapan, yaitu pra- banyak faktor terutama faktor lingkungan.
denaturasi pada suhu 95oC selama 1 menit, Hal ini menunjukkan bahwa mikroba endofit
denaturasi pada suhu 95oC selama 15 detik, pada tanaman bervariasi tergantung pada
annealing pada suhu 52oC selama 15 detik, interaksi dengan endofit atau patogen
dan ekstensi pada suhu 72oC selama 45 lainnya (Widowati et al. 2016). Kapang
detik. Urutan produk PCR dimurnikan endofit yang telah berhasil diisolasi
dengan menggunakan ZymocleanTM DNA kemudian difermentasi pada media PDB,
Recovery Kit (Zymo Research). DNA yang ekstrak filtrat dan biomassa yang diperoleh
dihasilkan dilakukan pembacaan oleh First kemudian diuji aktivitas antioksidannya untuk
Base Laboratories, Malaysia. Hasil mengetahui kapang endofit yang paling
sekuensing dianalisis dan dicocokkan berpotensi.
dengan sekuens DNA kapang yang tersedia Rendemen ekstrak biomassa secara
di MycoBank (http://www.mycobank.org) dan keseluruhan lebih besar dari rendemen
BLAST (http://www.blast.ncbi.nlm.nih. ekstrak filtrat. Kapang isolat Cb.Gm.B7
gov/blast). Analisis filogeni dilakukan dengan memiliki rendemen biomassa yang lebih
metode Neighbor Joining (NJ) dengan tinggi dari kapang lainnya sedangkan
program MEGA5 (Tamura et al. 2011), dan rendemen ekstrak filtrat yang paling tinggi

208
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Tabel 1. Rendemen ekstrak etil asetat biomasssa dan filtrat

Rendemen b/b ekstrak Rendemen b/v ekstrak


No. Kode isolat
biomassa (%) filtrat (%)
1 Cb.Gm.B1 1,656 0,043
2 Cb.Gm.B2 6,301 0,012
3 Cb.Gm.B3 5,714 0,028
4 Cb.Gm.B4 19,841 0,039
5 Cb.Gm.B5 4,465 0,027
6 Cb.Gm.B6 26,702 0,012
7 Cb.Gm.B7 38,043 0,034
8 Cb.Gm.B8 24,138 0,037
9 Cb.Gm.B9 3,921 0,045

Tabel 2. Aktivitas hambatan peredaman radikal DPPH dari ekstrak etil asetat filtrat dan biomassa

Aktivitas hambatan ±SD Aktivitas hambatan ±SD


No. Kode Isolat
ekstrak filtrat (%) ekstrak biomassa (%)
1 Cb.Gm.B1 0,196 ± 0,136 11,488 ± 0,065
2 Cb.Gm.B2 52,157 ± 6,412 4,520 ± 0,791
3 Cb.Gm.B3 90,549 ± 0,580 5,009 ± 3,979
4 Cb.Gm.B4 3,176 ± 0,311 4,520 ± 0,783
5 Cb.Gm.B5 90,314 ± 0,359 3,352 ± 1,534
6 Cb.Gm.B6 4,235 ± 1,326 6,704 ± 2,121
7 Cb.Gm.B7 1,333 ± 0,801 5,838 ± 1,013
8 Cb.Gm.B8 6,471 ± 2,041 6,893 ± 1,765
9 Cb.Gm.B9 91,137 ± 0,180 4,670 ± 0,920

adalah isolat Cb.Gm.B9 (Tabel 1). Ekstrak biomassa isolat Cb.Gm.B5 (3,352 ± 1,534%)
biomassa dan filtrat yang diperoleh (Tabel 2).
kemudian ditapis aktivitas antioksidannya Untuk memastikan isolat yang akan
untuk mengetahui isolat yang memiliki diuji lebih lanjut kemudian dilakukan
potensi aktivitas antioksidan yang tinggi. pengujian aktivitas antioksidan terhadap
Penapisan dilakukan menggunakan satu ekstrak filtrat dari isolat Cb.Gm.B3,
konsentrasi yaitu 100 µg/mL sehingga bisa Cb.Gm.B5 dan Cb.Gm.B9 dengan metode
didapat data aktivitas hambatannya. peredaman radikal bebas menggunakan
Persentase hambatan ekstrak etil DPPH dengan empat konsentrasi 5, 10, 25
asetat pada konsentrasi 100 µg/mL yang dan 50 µg/mL untuk mencari IC50-nya.
memiliki nilai tinggi adalah ekstrak filtrat dari Sebagai kontrol positif digunakan vitamin C
isolat Cb.Gm.B3, Cb.Gm.B5 dan Cb.Gm.B9 (asam askorbat) pada konsentrasi 3, 6, 9
dengan persentase hambatan masing- dan 12 µg/mL.
masing yaitu 90,549 ± 0,580; 90,314 ± Persentase hambatan ekstrak etil
0,359 dan 91,137 ± 0,180%. Sedangkan asetat pada konsentrasi 100 µg/mL yang
persentase hambatan untuk ekstrak memiliki nilai tinggi adalah ekstrak filtrat dari
biomassa semua di bawah 50 persen. isolat Cb.Gm.B3, Cb.Gm.B5 dan Cb.Gm.B9.
Ekstrak dari filtrat isolat Cb.Gm.B9 Ekstrak filtrat dari isolat Cb.Gm.B3,
menunjukkan nilai hambatan tertinggi Cb.Gm.B5 dan Cb.Gm.B9 dinyatakan aktif
(91,137 ± 0,180%), sedangkan nilai sebagai antioksidan, sedangkan untuk
hambatan ekstrak filtrat terendah ditunjukkan ekstrak biomassa dinyatakan tidak aktif
oleh isolat Cb.Gm.B1 (0,196 ± 0,136%). sebagai antioksidan karena persentase
Persentase hambatan tertinggi dari ekstrak hambatan untuk ekstrak biomassa semua di
biomassa ditunjukkan oleh isolat Cb.Gm.B1 bawah 50%. Aktivitas antioksidan dari bahan
(11,488 ± 0,065%), sedangkan nilai yang diuji dinyatakan aktif bila menghambat
hambatan terendah diperoleh dari ekstrak radikal bebas lebih dari 80%, dinyatakan

209
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kapang Endofit... Rachman et al.

Tabel 3. Aktivitas antioksidan (IC50) isolat Cb.Gm.B3, Cb.Gm.B5, Cb.Gm.B9

Konsentrasi Persen IC50 ± SD


No. Kode Isolat
(µg/mL) Inhibisi (%) (µg/mL)
5 37,444
10 47,309
1 Cb.Gm.B3 13,219 ± 0,755
25 70,852
50 86,323
5 27,803
10 42,937
2 Cb.Gm.B5 17,833 ± 0,018
25 68,386
50 82,623
5 16,816
10 38,229
3 Cb.Gm.B9 20,902 ± 0,042
25 69,283
50 84,753
3 38,004
6 82,063
4 Vitamin C 3,049 ± 0,044
9 96,300
12 96,749

Keterangan: Cb = Cinnamomum burmanni, Gm = Gunung Mas, B = Ranting batang

sedang keaktifannya bila menghambat 50- Tabel 4. Hasil uji penapisan fitokimia ekstrak etil
80% dan dinyatakan tidak aktif bila asetat filtrat isolat CB.Gm.B3
menghambat kurang dari 50% (Widowati et
Senyawa kimia Kandungan
al. 2016). Hasil pada Tabel 2 menunjukkan
bahwa nilai persentase inhibisi filtrat lebih Flavonoid +
besar dibandingkan dengan biomassa, hal Tannin +
ini karena senyawa aktif antioksidan yang Fenolik +
dihasilkan lebih banyak terdapat di dalam
filtrat (ekstraseluler) dibandingkan di Keterangan: (+) = terdeteksi
biomassa (intraseluler) (Widowati et al.
2016). Pengujian aktivitas antioksidan aktivitas antioksidan dari vitamin C. Semakin
dengan metode peredaman radikal DPPH kecil nilai IC50 maka senyawa uji tersebut
didasarkan pada kemampuan senyawa aktif akan semakin efektif dalam penangkap
antiokasidan untuk meredam aktivitas radikal radikal bebas (Cholisoh dan Utami 2008).
DPPH yang berwarna ungu menjadi bentuk Suatu senyawa dikelompokkan ke dalam
senyawa stabil non-radikal yang berwarna sangat aktif sebagai antioksidan jika nilai
kuning. IC50<10, aktif jika nilai IC50 <100 dan tidak
Hasil penghitungan IC50 menunjukkan aktif jika nilai IC50>100 µg/mL (Putri et al.
bahwa nilai IC50 terkecil dari ekstrak filtrat 2013). Dengan demikian ekstrak etil asetat
isolat Cb.Gm.B3 sebesar 13,219 ± 0,755 filtrat dari isolat Cb.Gm.B3 termasuk ke
µg/mL (Tabel 3). Namun demikian nilai IC50 dalam kelompok antioksidan yang aktif.
dari ekstrak filtrat isolat Cb.Gm.B3 masih Hasil uji penapisan fitokimia dari
lebih tinggi dibandingkan dengan IC50 ekstrak filtrat etil asetat isolat Cb.Gm.B3
vitamin C yaitu sebesar 3,049 ± 0,044 menunjukkan bahwa di dalam ekstrak filtrat
µg/mL. etil asetat Cb.Gm.B3 tersebut ditemukan
Nilai IC50 berbanding terbalik dengan adanya senyawa flavonoid, tannin dan
aktivitas antioksidannya. Semakin kecil nilai fenolik (Tabel 4).
IC50 maka aktivitas antioksidannya semakin Aktivitas biologis dari suatu ekstrak
kuat. Berdasarkan nilai IC50 yang diperoleh, erat kaitannya dengan senyawa kimia yang
aktivitas antioksidan yang terbaik diantara dikandungnya. Dari hasil penapisan fitokimia
ketiga isolat yang diuji adalah ekstrak etil diketahui bahwa ekstrak filtrat kapang
asetat filtrat dari isolat Cb.Gm.B3, meskipun endofit isolat CB.Gm.B3 mengandung
masih lebih rendah dibandingkan dengan golongan senyawa flavonoid, tannin dan

210
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Cb.Gm.B3
KY053054.1 Neofusicoccum parvum isolate PEL23
JX513630.1 Neofusicoccum brasiliense strain CMM1338
EU821900.1 Neofusicoccum kwambonambiense strain CMW14023
KP217053.1 Neofusicoccum hellenicum strain CERC1947
GU251176.1 Neofusicoccum mediterraneum strain PD312
KX871869.1 Neofusicoccum luteum strain CAA200
KX871844.1 Neofusicoccum australe strain CAA178
GU251163.1 Neofusicoccum nonquaesitum strain PD484
AY819720.1 Fusicoccum arbuti isolate UW01
AY615185.1 Neofusicoccum mangiferae isolate CMW7024
KT440922.1 Neofusicoccum eucalyptorum strain CAA369

Gambar 3. Pohon filogenetik isolat Cb.Gm.B3 menggunakan metode Neighbour-Joining (NJ)

fenolik (Tabel 4). Senyawa fenol dan Analisis lanjut menggunakan pohon
flavonoid dilaporkan memiliki peranan positif kekerabatan filogenetik menunjukkan bahwa
terhadap aktivitas antioksidan, dimana isolat Cb.Gm.B3 sangat dekat
semakin tinggi kadar senyawa tersebut kekerabatannya dengan N. parvum dengan
maka akan semakin tinggi pula aktivitas nilai bootstrap 92% (Gambar 3).
antioksidannya (Ghasemzadeh dan Berdasarkan hasil ini dilihat kekerabatannya
Ghasemzadeh 2011). Senyawa flavonoid dengan beberapa spesies kapang dari
juga dilaporkan mempunyai kemampuan tanaman hutan yang telah berhasil dihimpun
sebagai penangkap radikal bebas dan oleh Lopes et al. (2016) untuk membuat
menghambat oksidasi lipid (Banjarnahor dan pohon filogenetiknya. N. parvum merupakan
Artanti 2014), sedangkan senyawa tannin kapang yang bersimbiosis dengan tanaman
yang merupakan salah satu komponen sebagai endofit atau fitopatogen. Beberapa
fenolik diketahui memiliki aktivitas spesies Neofusicoccum adalah patogen bagi
antioksidan (Saxena et al. 2013), bahkan suatu tanaman, tetapi spesies yang lain
lebih efektif dalam menangkap radikal mempunyai hubungan simbiosis mutualistik
peroksil daripada senyawa fenolik dengan inangnya. Perubahan mikroba
sederhana sehingga tannin bisa endofit menjadi fase patogen bisa
dipertimbangkan sebagai antioksidan biologi diakibatkan karena adanya tekanan seperti
yang potensial (Gagola et al. 2014). tekanan kekeringan, fluktuasi suhu ekstrim,
kekurangan nutrisi dan kerusakan mekanis
Identifikasi Molekuler Isolat Cb.Gm.B3 (Slippers dan Wingfield 2007). Sebagai
Identifikasi isolat kapang dilakukan contoh N. parvum adalah yang paling
secara molekuler berdasarkan analisis banyak ditemukan di tanaman Tibouchina
genetika secara parsial pada lokus ITS urvilleana, akan tetapi memiliki sifat tidak
(Internal Transcribed Spacer) ribosomal agresif. Berbeda dengan N. mangiferae yang
DNA kapang. Berdasarkan data ITS, isolat walaupun sedikit ditemukan pada inang yang
Cb.Gm.B3 diidentifikasi sebagai sama akan tetapi memiliki tingkat
Neofusicoccum parvum. Hasil BLAST patogenitas yang sangat tinggi (Heath et al.
menunjukkan kekerabatan yang tinggi 2011).
dengan N. parvum isolat PEL23, Accession
no: KY053054.1 [Max score: 1026; Total KESIMPULAN
score: 1026; Query coverage: 100%; E-
value: 0.0; Max identities: 100%]. Bioproduksi kapang endofit hasil

211
Aktivitas Antioksidan Ekstrak Kapang Endofit... Rachman et al.

isolasi dari batang kayu manis terbukti Pharm Sci 55:225-265. doi:
memiliki aktivitas antioksidan. Hasil 10.1002/jps.2600550302
bioproduksi kapang endofit Cb.Gm.B3 Gagola C, Suryanto E, Wewengkang D
memiliki aktivitas antioksidan tertinggi yaitu (2014) Aktivitas antioksidan dari
13,219 ± 0,755 µg/mL. Hasil identifikasi ekstrak fenolik cortex umbi ubi kayu
molekuler terhadap isolat kapang tersebut (Manihot esculenta) daging putih dan
diketahui memiliki tingkat kemiripan yang daging kuning yang diambil dari kota
tinggi dengan N. parvum isolat PEL23 (No. Melonguane Kabupaten Kepulauan
aksesi: KY053054.1). Talaud. Pharmacon J Ilmiah Farmasi
3:127-133
SARAN Ghasemzadeh A, Ghasemzadeh N (2011)
Flavonoids and phenolic acids: Role
Perlu dilakukan isolasi dan identifikasi and biochemical activity in plants and
senyawa kimia hasil bioproduksi kapang human. J Med Plants Res 5:6697-
endofit Cb.Gm.B3 untuk mengetahui struktur 6703. doi: 10.5897/JMPR11.1404
kimia senyawa aktif tersebut. Ginting RCB, Sukarno N, Widyastuti U,
Darusman LK, Kanaya S (2013)
UCAPAN TERIMA KASIH Diversity of endophytic fungi from red
ginger (Zingiber officinale Rosc.) plant
Terima kasih kepada Kementerian Riset, and their inhibitory effect to Fusarium
Teknologi dan Pendidikan Tinggi oxysporum plant pathogenic fungi.
(Kemenristekdikti) yang telah memberikan Hayati 20:127-137. doi:
bantuan beasiswa melalui beasiswa Program 10.4308/hjb.20.3.127
Gelar tahun 2016 (SK Nomor Harborne JB (1987) Metode Fitokimia:
338/M/KPT/2016) dan mendanai penelitian ini. Penuntun Cara Modern Menganalisa
Tumbuhan. Edisi kedua. Terjemahan.
DAFTAR PUSTAKA Padmawinata K, Soediro I, Niksolihin
S. Penerbit ITB, Bandung
Akmalasari I, Purwati ES, Dewi RS (2013) Heath RN, Roux J, Slippers B, Drenth A,
Isolasi dan identifikasi jamur endofit Pennycook SR, Wingfield BD,
tanaman manggis (Garcinia Wingfield MJ (2011) Occurrence and
mangostana L.). Biosfera 30:82-89. pathogenicity of Neofusicoccum
Doi: 10.20884/1.mib.2013.30.2.131 parvum and N. mangiferae on
Banjarnahor S, Artanti N (2014) Antioxidant ornamental Tibouchina species. For
properties of flavonoids. Med J Path 41:48-51. doi: 10.1111/j.1439-
Indones 23:239-244. doi: 0329.2009.00635.x
10.13181/mji.v23i4.1015 Jakhetia V, Patel R, Khatri P, Pahuja N,
Cholisoh Z, Utami W (2008) Aktivitas Garg S, Pandey A, Sharma S (2010)
penangkapan radikal ekstrak etanol Cinnamon: A pharmacological review.
70% biji Jengkol (Archidendron jiringa). J Adv Sci Res 1:19-23
Pharmacon 9:33-40 Kusari S, Hertweck C, Spiteller M (2012)
Dai C, Yu B, Li X (2008) Screening of Chemical ecology of endophytic fungi:
endophytic fungi that promote the Origins of secondary metabolites.
growth of Euphorbia pekinensis. Afr J Chem Biol 19:792-798. doi:
Biotechnol 7:3505-3510 10.1016/j.chembiol.2012.06.004
Dudeja SS, Giri R, Saini R, Suneja-Madan P, Lopes A, Barradas C, Phillips AJL, Alves A
Kothe E (2012) Interaction of (2016) Diversity and phylogeny of
endophytic microbes with legumes. J Neofusicoccum species occurring in
Basic Microbiol 52:248-260. doi: forest and urban environments in
10.1002/jobm.201100063 Portugal. Mycospere 7:906-920. doi:
Ferry Y (2013) Prospek pengembangan 10.5943/mycosphere/si/1b/10
kayu manis (Cinnamomum burmanii L) Maehara S, Ikeda M, Haraguchi H, Kitamura
di Indonesia. SIRINOV 1:11-20 C, Nagoe T, Ohashi K, Shibuya H
Fransworth NR (1966) Biological and (2011) Microbial conversion of
phytochemical screening of plant. J curcumin into colorless

212
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

hydroderivatives by the endophytic Gupta A (2013) Phytochemistry of


fungus Diaporthe sp. associated with medicinal plants. J Pharmacogn
Curcuma longa. Chem Pharm Bull Phytochem 1:168-182
59:1042-1044. doi: 10.1248/cpb. Slippers B, Wingfield MJ (2007)
59.1042 Botryosphaeriaceae as endophytes
Molyneux P (2004) The use of the stable and latent pathogens of woody plants:
free radical diphenylpicryl-hydrazyl diversity, ecology and impact. Fungal
(DPPH) for estimating antioxidant Biol Rev 21:90-106. doi: 10.1016/
activity. Songklanakarin J Sci Technol j.fbr.2007.06.002
26:211-219 Tamura K, Peterson D, Peterson N, Stecher
Praptiwi, Ilyas M, Wulansari D, Agusta A G, Nei M, Kumar S (2011) MEGA5:
(2015) Antibacterial screening of the molecular evolutionary genetics
culture of endophytic fungal extracts analysis using maximum likelihood,
isolated from cinnamon stick evolutionary distance, and maximum
(Cinnamomum burmanni [Nees & T. parsimony methods. Mol Biol Evol
Nees] Blume). J Teknologi Indones 28:2731-2739. doi: 10.1093/molbev/msr121
38:33-41. doi: 10.14203/jti.v38i1.159 White TJ, Bruns T, Lee S, Taylor I (1990)
Priani SE, Darusman F, Humanisya H (2014) Amplification and direct sequencing of
Formulasi sediaan emulgel antioksidan fungal ribosomal RNA genes for
mengandung ekstrak etanol kulit phylogenetics. Pp 315-322. In: Innis
batang kayu manis (Cinnamomum MA, Gelfand DH, Sninsky JJ, White TJ,
burmanni Nees Ex. Bl.). Prosiding (Eds). PCR Protocols: A Guide to
SNaPP 2014 Sains, Teknologi dan Method and Applications. Academic
Kesehatan 4:103-110 Press, New York
Putri IJ, Fauziyah, Elfita (2013) Aktivitas Widowati T, Bustanussalam, Sukiman H,
antioksidan daun dan biji buah nipah Simanjuntak P (2016) Isolasi dan
(Nypa fruticans) asal pesisir Banyuasin identifikasi kapang endofit dari
Sumatera Selatan dengan metode tanaman kunyit (Curcuma longa L.)
DPPH. Maspari J 5:16-21 sebagai penghasil antioksidan.
Saxena M, Saxena J, Nema R, Singh D, Biopropal Indust 7:9-16

213
Kemampuan Ekstrak Senyawa Aktif Bakteri Endofit... Candrawati et al.

VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

KEMAMPUAN EKSTRAK SENYAWA AKTIF BAKTERI ENDOFIT


DALAM MENGHAMBAT PERTUMBUHAN Fusarium oxysporum f.sp.
PADA KELAPA SAWIT

Ability of Active Compound Extract of Endophytic Bacteria to Inhibit the Growth


of Fusarium oxysporum f.sp. in Oil Palm
Emilia Candrawati1, Bedah Rupaedah2,*, Sumpono1, Agus Sundaryono1
1
Prodi Pascasarjana Pendidikan IPA, FKIP, Universitas Bengkulu, Kandang Limun, Bengkulu
2
Balai Bioteknologi, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi, Gedung 630 Kawasan Puspiptek
Serpong, Tangerang Selatan 15346, Banten
*Email: bedah.rupaedah@bppt.go.id

ABSTRACT
Wilt vessels disease in oil palm plants is caused by Fusarium oxysporum f.sp. This disease
is very harmful because of its ability to kill the infected oil palm plant in less than a year.
Endophytic bacteria are likely to be biological controllers for the disease because of their
ability to produce bioactive antifungal compounds. Isolation of endophytic bacteria from oil
palm plant and activity test of their active compounds against F. oxysporum f.sp. in vitro had
been done. Antagonistic test of endophytic bacterial isolates against F. oxysporum f.sp. was
carried out using a double culture method. The potential endophytic bacterial isolates were
extracted using ethyl acetate solvent for their active compounds, which were then tested for
its activity in inhibiting the growth of F. oxysporum f.sp. The results showed that the active
compound extract of B11 endophytic bacteria with the incubation time of 24 and 54 hours
gave the growth inhibition of F. oxysporum f.sp. at the level of 29.23% and 43.85%,
respectively.

Keywords: antagonistic test, bioactive compound, endophytic bacteria, F. oxysporum f.sp.,


oil palm

ABSTRAK
Penyakit layu pembuluh pada tanaman kelapa sawit disebabkan oleh Fusarium oxysporum
f.sp. Penyakit ini menjadi penyebab kematian tanaman kelapa sawit yang telah terinfeksi
dalam waktu kurang dari setahun. Bakteri endofit asal tanaman kelapa sawit dimungkinkan
menjadi pengendali hayati bagi penyakit ini karena kemampuan bakteri tersebut
memproduksi senyawa bioaktif yang bersifat antifungi. Isolasi bakteri endofit dari tanaman
kelapa sawit dan uji aktivitas senyawa aktifnya terhadap F. oxysporum f.sp. secara in vitro
telah dilakukan. Uji antagonis isolat bakteri endofit terhadap jamur patogen F. oxysporum
f.sp. menggunakan metode kultur ganda. Isolat bakteri endofit potensial diekstrak senyawa
aktifnya dengan menggunakan pelarut etil asetat, kemudian senyawa aktif ini diuji
aktivitasnya dalam menghambat pertumbuhan jamur patogen F. oxysporum f.sp. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa ekstrak senyawa aktif bakteri endofit B11 dengan waktu
inkubasi 24 dan 54 jam memberikan daya hambat terhadap F. oxysporum f.sp. sebesar
masing-masing 29,23% dan 43,85%.

Kata Kunci: bakteri endofit, F. oxysporum f.sp., kelapa sawit, senyawa aktif, uji antagonis

Received: 22 March 2018 Accepted: 08 November 2018 Published: 28 December 2018

214
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

PENDAHULUAN dilakukan dengan meningkatkan kesehatan


tanaman kelapa sawit (Bivi et al. 2016).
Kelapa sawit (Elaeis guineensis Jacq.) Salah satunya adalah pencegahan dengan
merupakan salah satu komoditas ekspor di inokulasi bibit penyakit pada tanaman muda
Indonesia. Tercatat, pada September 2016, sehingga dapat mengurangi penyakit di
Indonesia mampu mengekspor 24,15 juta persemaian dan tanaman muda di lapangan
ton Crude Palm Oil (CPO) yang setara (Widanengsih 2015). Pencegahan dengan
dengan USD 14,744 juta (Ditjenbun 2013). cara inokulasi bibit penyakit hanya dapat
Kelapa sawit tidak memerlukan mengurangi serangan penyakit, namun tidak
pemeliharaan yang khusus, namun demikian dapat mengendalikan jamur patogen F.
beberapa serangan hama penyakit dapat oxysporum f.sp. yang sudah menyerang
menyebabkan menurunnya produktivitas tanaman kelapa sawit secara keseluruhan.
tanaman tersebut. Penyakit yang sering Penggunaan agen antagonis disinyalir dapat
menyerang kelapa sawit adalah penyakit menghambat perkembangan patogen
layu yang disebabkan oleh jamur Fusarium (Alabouvette et al. 2006). Agen antagonis
oxysporum f.sp. Jamur Fusarium dianggap juga mempunyai efek lain terhadap
sangat merugikan karena dapat menginfeksi tanaman, antara lain dengan meningkatkan
tanaman (Ngittu et al. 2014). Jamur ini ketahanan tanaman (Ahemad dan Kibret
menyerang semua bagian dari tanaman 2014).
kelapa sawit dengan ciri adanya layu pada Bakteri endofit dapat digunakan
daun kelapa sawit. Infeksi oleh jamur ini sebagai agen antagonis terhadap jamur
seringkali dimulai dengan menyerang akar patogen F. oxysporum f.sp. yang
dan batang tanaman, sedangkan serangan menyerang tanaman kelapa sawit. Bakteri
pada daun dan buah bersumber dari endofit dilaporkan efektif dalam
percikan air atau peralatan yang sudah mengendalikan penyakit pada berbagai
terkontaminasi. jenis tanaman dari rumput-rumputan hingga
Penyakit layu fusarium pada kelapa tanaman berkayu (Hushiarian et al. 2013).
sawit memang sangat sulit dikendalikan. Hal Bakteri endofit mampu memberikan
ini karena jamur F. oxysporum f.sp. memiliki ketahanan bagi tanaman inang karena
struktur bertahan berupa klamidospora. mikroba ini mampu memproduksi senyawa
Struktur ini dapat bertahan dalam tanah metabolit sekunder yang dapat
sebagai saprofit dalam waktu relatif lama menghambat laju pertumbuhan jamur
walau tanpa tanaman inang (Sastrahidayat patogen (Mufidah et al. 2013). Margino
2017). Jamur F. oxysporum f.sp. juga dapat (2008) telah melakukan penelitian
menyerang tanaman pada semua stadia mengenai kemampuan antibiotik senyawa
(Alfizar et al. 2011). Selain itu menurut metabolit sekunder yang diisolasi dari fungi
Hadisutrisno (2005), sulitnya pengendalian endofit. Hasil penelitian tersebut
penyakit ini disebabkan karena menunjukkan bahwa 4 isolat memiliki daya
penularannya melalui tanaman yang sudah hambat tertinggi, yakni berturut-turut 5,5
terinfeksi, sehingga penyebarannya menjadi terhadap B.subtilis, 5,6 terhadap F.
cepat dan meluas. oxysporum, 3,5 terhadap C. albicans, dan
Pengendalian penyakit layu Fusarium isolat NGK-1 yang memiliki daya hambat
yang paling banyak dilakukan oleh petani terhadap B. subtilis (5,2) dan F. oxysporum
adalah dengan penggunaan fungisida. Akan (2,3). Berdasarkan penelitian ini, besar
tetapi, cara ini dianggap kurang efektif sebab peluang senyawa metabolit sekunder dari
tidak dapat mematikan jamur patogen bakteri endofit kelapa sawit untuk memiliki
tersebut secara keseluruhan. Selain itu, daya hambat yang tinggi terhadap mikroba
penggunaan fungisida dalam dosis tinggi patogen, terutama sebagai antifungi F.
dengan jangka waktu yang lama juga dapat oxysporum f.sp.
menyebabkan kerusakan ekosistem tanah Penelitian ini bertujuan untuk
dan resistensi mikroba patogen. Oleh karena mengetahui aktivitas bakteri endofit kelapa
itu, penggunaan fungisida dianggap bukan sawit yang dapat digunakan sebagai
solusi yang tepat dalam mengendalikan pengendali hayati dalam menghambat
penyakit layu Fusarium. Pengendalian pertumbuhan jamur patogen F. oxysporum
penyakit layu Fusarium akan lebih baik f.sp. secara in vitro.

215
Kemampuan Ekstrak Senyawa Aktif Bakteri Endofit... Candrawati et al.

BAHAN DAN METODE Pembuatan kurva pertumbuhan bakteri


Kurva pertumbuhan diperlukan untuk
Bahan penelitian menentukan waktu inkubasi optimum bagi
Bahan yang digunakan dalam bakteri endofit yang diisolasi dari tanaman
penelitian ini antara lain jaringan tanaman kelapa sawit terinfeksi F. oxysporum f.sp.
kelapa sawit yang terinfeksi F. oxysporum Kurva pertumbuhan dalam penelitian ini
sp., kultur murni F. oxysporum sp. yang dibuat dengan menghitung jumlah sel
diperoleh dari hasil isolasi dan koleksi isolat bakteri selama inkubasi pada interval waktu
Balai Bioteknologi-BPPT, Nutrient Agar (NA), tertentu. Penghitungan jumlah sel bakteri
Nutrient Broth (NB), Potato Dextrose Agar untuk membuat kurva pertumbuhan diawali
(PDA), silika gel, aquades, etanol 70%, dengan membuat prekultur, yakni 1 ose
NaClO 5,25%, etil asetat, sodium sulfat bakteri endofit ditumbuhkan dalam media
anhidrat dan n-heksan. aktivasi NB sebanyak 30 mL, diinkubasi
menggunakan shaker incubator selama 24
Isolasi bakteri endofit jam dengan suhu 28,3ºC pada 150 rpm.
Bakteri endofit diisolasi dari akar Setelah kultur berumur 24 jam, kultur
tanaman kelapa sawit terinfeksi F. diambil sebanyak 1 mL dan dipindahkan ke
oxysporum sp. Akar dipilih sebagai sumber dalam media NB sebanyak 30 mL dalam
bakteri endofit karena bakteri endofit banyak tabung Erlenmeyer 100 mL dan diinkubasi
ditemukan di sekitar akar dibandingkan di kembali pada suhu 28,3ºC dengan
bagian tanaman lainnya (Kaaria et al. 2012). kecepatan agitasi 150 rpm dengan variasi
Isolasi bakteri endofit diawali dengan waktu 6, 12, 24, 30, 36, 48, 54, 60, 72 jam.
mencuci akar dengan air mengalir guna Sebanyak 1 mL kultur dipindahkan ke
menghilangkan tanah dan kotoran yang dalam tabung reaksi yang berisi 9 mL
menempel. Akar selanjutnya dipotong- aquades. Selanjutnya dilakukan
potong dengan ukuran ±2 cm2, sampel pengenceran hingga 10 -6. Setelah
dikering-anginkan di atas cawan petri. diencerkan, sampel kemudian diukur jumlah
Sampel dimasukkan ke dalam gelas sel bakterinya dengan menggunakan
Erlenmeyer 250 mL, dan ditambahkan etanol haemacytometer dibawah mikroskop
70% sampai terendam, dikocok pelan dan dengan pembesaran 100 (Ihsan 2013).
disterilisasi selama 2 menit. Cairan etanol Kurva pertumbuhan akan didapat dari nilai
70% dibuang, sterilisasi dilanjutkan dengan konversi jumlah sel bakteri hasil
bayclean (NaClO 5,25%) selama 2 menit, perhitungan dengan haemacytometer.
dibilas dengan akuades steril sebanyak 3
kali, masing-masing selama 1 menit. Uji antagonis
Sterilisasi dilakukan secara aseptis di dalam Bakteri endofit yang berpotensi
LAF kabinet. Bahan-bahan tersebut sebagai agen hayati diuji daya hambatnya
ditiriskan di dalam cawan petri steril, terhadap jamur patogen F. oxysporum f.sp.
dipotong-potong dengan pisau skalpel steril dengan metode kultur ganda (Fokhema et al.
menjadi ukuran ±1 cm 2. Bagian-bagian dalam Budi dan Hadie 2015). Uji antagonis
tersebut ditanam di dalam medium NA di diawali dengan menumbuhkan kultur jamur
dalam cawan petri steril serta diinkubasi F. oxysporum f.sp. pada media PDA dengan
pada suhu kamar (28ºC) selama 24 jam. jarak 2 cm dari tepi cawan petri. Pada media
yang sama, diletakkan paper dish dengan
Seleksi dan pemurnian isolat diameter 6 mm dengan jarak 4 cm dari
Bakteri endofit dalam penelitian ini koloni jamur F. oxysporum f.sp. Sebanyak
diseleksi berdasarkan morfologi bakteri 100 µL kultur bakteri endofit diteteskan pada
seperti koloni dominan, perbedaan bentuk paper dish. Sampel selanjutnya diinkubasi
dan warna koloni (Maithili et al. 2014). selama 15 hari pada suhu 28,3ºC. Satu
Medium yang digunakan untuk pemurnian cawan petri yang telah diinokulasikan jamur
bakteri endofit adalah medium NA. Satu ose F. oxysporum f.sp. tetapi tidak diberi
bakteri endofit diinokulasikan ke medium NA perlakuan dengan kultur bakteri dibuat
dengan metode streak atau zig-zag sebagai kontrol.
kemudian diinkubasi selama 24 jam dalam Penghambatan pertumbuhan miselium
suhu 28,3ºC. jamur F. oxysporum f.sp. oleh bakteri endofit

216
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

dihitung berdasarkan rumus yang Pengujian aktivitas ekstrak senyawa aktif


diadaptasikan dari rumus yang dikemukakan Pengujian ini digunakan untuk
oleh Fokhema (1973) dalam Skidmore senyawa aktif total (crude extract) dengan
(1976) yaitu: menggunakan metode difusi agar atau
metode cakram. Sebelum pengujian, ekstrak
kering senyawa aktif dilarutkan dengan
metanol pada konsentrasi 10.000 ppm.
Koloni jamur F. oxysporum f.sp.
Keterangan : diinokulasikan pada media PDA dengan
I = persentase penghambatan jarak 2 cm dari tepi cawan petri. Paper dish
r1 = jari-jari koloni jamur F. oxysporum sp. steril diameter 6 mm diletakkan pada media
yang merupakan kontrol negatif yang sama dengan jarak 4 cm dari tepi
r2 = jari-jari koloni jamur F. oxysporum sp. koloni jamur F. oxysporum f.sp, ditetesi
yang tumbuh ke arah bakteri endofit ekstrak senyawa aktif sebanyak 20 µL.
Cawan petri selanjutnya dimasukkan ke
Perhitungan persentase hambatan dalam lemari pendingin selama 1,5 jam pada
dilakukan pada data hasil pengukuran jari- suhu 4ºC. Cawan petri yang berisi koloni
jari koloni jamur F. oxysporum sp. pada hari jamur F. oxysporum f.sp. dan ekstrak
kelima belas setelah inokulasi bakteri senyawa aktif diinkubasi selama 15 hari
endofit. pada suhu 28,3ºC.
Pengamatan dilakukan dengan
Ekstraksi senyawa aktif mengukur pertumbuhan jamur F. oxysporum
Bakteri yang memiliki daya hambat f.sp. dan diameter zona hambat yang
terbesar (potensial) akan diekstraksi terbentuk serta membandingkan dengan
senyawa aktifnya. Ekstraksi tersebut pertumbuhan jamur F. oxysporum f.sp. pada
didasarkan pada waktu inkubasi bakteri kontrol yang tidak diperlakukan dengan
memasuki pertengahan fase eksponensial senyawa aktif (Kaaria et al. 2012).
dan fase stasioner.
Isolat aktif dibuat prekulturnya pada HASIL DAN PEMBAHASAN
labu Erlenmeyer 100 mL yang mengandung
NB berisi bakteri endofit kurang lebih 50 mL. Isolasi bakteri endofit dari akar
Medium cair diinkubasi selama 24 jam dalam tanaman kelapa sawit yang terinfeksi jamur
shaker incubator pada suhu 28,3ºC dan patogen F. oxysporum f.sp. menghasilkan 11
agitasi 150 rpm. Setelah 24 jam, sebanyak 1 isolat dengan ukuran, bentuk, dan warna
mL bakteri diambil dari prekultur dan koloni yang berbeda-beda. Hasil uji
ditambahkan NB sebanyak 50 mL ke dalam antagonis 11 isolat bakteri endofit tersebut
Erlenmeyer kemudian difermentasikan pada terhadap pertumbuhan jamur patogen F.
shaker incubator. Sel dipisahkan dengan oxysporum f.sp. menunjukkan bahwa isolat
sentrifugasi pada kecepatan 6.000 rpm bakteri B1, B4, dan B11 memberikan daya
selama 15 menit untuk memisahkan hambat yang signifikan, sedangkan 8 isolat
endapan dan supernatan. Supernatan bakteri lain tidak memberikan daya hambat
dipindahkan ke dalam botol dan diekstraksi yang signifikan.
dengan etil asetat (EtOAc) sebanyak 3 kali Persentase penghambatan terhadap
untuk mendapatkan ekstrak senyawa aktif jamur patogen F. oxysporum f.sp. tertinggi
dengan menggunakan shaker resipro diberikan oleh B1 sebesar 74,55% dan isolat
dengan agitasi 150 rpm (Ahamed 2012 B11 sebesar 63,64%, sedangkan isolat B4
dalam Ihsan 2013). Ekstrak senyawa aktif memberikan penghambatan sebesar 54,55%
dievaporasi dengan vakum evaporator pada (Gambar 1). Adanya persentase
suhu 40ºC hingga didapat ekstrak pekat dari penghambatan lebih dari 50 persen
larutan tersebut (Garcia et al. 2012). Ekstrak menunjukkan bahwa isolat B1, B4, dan B11
pekat kemudian dikering-anginkan di dalam memiliki senyawa aktif yang mampu
lemari asam. Ekstrak kering yang diperoleh menghambat pertumbuhan jamur F.
ditimbang untuk dilakukan pengujian oxysporum f.sp. Adanya penghambatan
aktivitas senyawa aktif terhadap dapat dilihat dengan terbentuknya zona
pertumbuhan F. oxysporum f.sp. bening di sekitar inokulum bakteri endofit.

217
Kemampuan Ekstrak Senyawa Aktif Bakteri Endofit... Candrawati et al.

80 74.55
63.64
60 54.55
Daya hambat (%)

40

20 14.55 14.55
9.09
5.45
0.00 0.00 0.00 0.00
0
B1

B2

B3

B4

B5

B6

B7

B8

B9

B10

B11

Kontrol (-)
Kontrol (+)
-9.09
-20 -14.55
Bakteri

Gambar 1. Persentase penghambatan bakteri endofit terhadap F. oxysporum f.sp.

Gambar 2. Hasil uji antagonis isolat bakteri endofit terhadap F. oxysporum f.sp.

Pada kontrol positif berupa nystatin 10.000 kemampuan menghambat jamur F.


ppm tidak terbentuk zona bening. oxysporum f.sp. diisolasi senyawa aktifnya
Isolat B1 selain dapat menghambat berdasarkan kurva pertumbuhan dengan
pertumbuhan jamur F. oxysporum f.sp., variasi waktu dimulainya fase eksponensial
ternyata juga dapat mengakibatkan nekrosis hingga fase stasioner (Gambar 3). Kurva
pada jamur tersebut. Hal ini terlihat dari luas pertumbuhan bakteri terdiri dari fase lag,
permukaan jamur F. oxysporum f.sp. yang fase log (eksponensial) dan fase stasioner.
makin lama makin terkikis habis (Gambar 2). Setiap fase tersebut akan memengaruhi
Ketiga bakteri endofit yang memiliki produk metabolisme yang dihasilkan. Produk

218
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

120

B1
Jumlah sel ( 106 sel/mL)

100
B4

80 B11

60

40

20

0
0 10 20 30 40 50 60 70 80

Waktu inkubasi

Gambar 3. Kurva pertumbuhan bakteri endofit B1, B4, dan B11

50
43.85

40
Daya hambat (%)

29.23
30
22.31
20.77
20 16.92
15.38 14.62
12.31
10.77
10
3.85
2.31 2.31 2.31
0.77 0.00
0
B1/36
B1/12

B1/24

B1/30

B1/48

B4/12

B4/24

B4/30

B11/24

B11/30

B11/36

B11/48

B11/54

Kontrol (+)

Kontrol (-)

Bakteri

Gambar 4. Persentase penghambatan ekstrak senyawa aktif yang diekstraksi dari bakteri B1, B4, dan B11
berdasarkan waktu inkubasi terhadap F. oxysporum f.sp.

metabolit primer dihasilkan pada fase jam ke-48 dan mulai mengalami lisis pada
eksponensial, sedangkan metabolit jam ke-54. Bakteri endofit mulai
sekunder dihasilkan pada fase stationer memproduksi senyawa aktif setelah
(Stanbury et al. 2016). memasuki fase stationer. Xie et al. (2009)
Berdasarkan hasil uji ekstrak senyawa dalam Budianto dan Suprastyani (2017)
aktif bakteri endofit (Gambar 4), persentase menyatakan bahwa aktivitas bakteri dapat
penghambatan terbesar ditunjukkan oleh dideteksi pada pertumbuhan pertengahan
ekstrak senyawa aktif bakteri B11 dengan fase eksponensial dan cepat mencapai
waktu inkubasi 54 jam dengan rata-rata maksimum pada fase awal stationer. Akan
persentase penghambatan sebesar 43,85%. tetapi dalam penelitian ini, aktivitas senyawa
Bakteri B11 mengalami fase stationer pada aktifnya justru maksimum pada awal fase

219
Kemampuan Ekstrak Senyawa Aktif Bakteri Endofit... Candrawati et al.

lisis. Bakteri endofit mengalami fase lisis memfasilitasi penelitian ini, PT. Bioteknologi
setelah melewati fase stationer. Metabolit Nusantara atas izin pengambilan sampel
sekunder yang diproduksi pada fase berupa tanah, akar, dan daun tanaman
stationer dianggap mengganggu kelapa sawit yang terinfeksi F. oxysporum
pertumbuhan bakteri, akan tetapi metabolit f.sp., dan seluruh pihak yang telah
sekunder ini dimungkinkan aktif terhadap membantu.
jamur patogen F. oxysporum f.sp. Oleh
karena itu, hasil uji ekstrak senyawa aktifnya DAFTAR PUSTAKA
justru memberikan penghambatan lebih
besar pada sampel bakteri B11 yang Ahemad M and Kibret M (2014) Mechanisms
diinkubasi selama 54 jam. and applications of plant growth
Bakteri B11 mengalami dua kali fase promoting rhizobacteria: Current
stationer. Puncak pertumbuhan bakteri B11 perspective. J King Saud University -
pertama kali terjadi pada jam ke-12, namun Science 26:1-20. doi:
pertumbuhannya statis di jam ke-24 hingga 10.1016/j.jksus.2013.05.001
jam ke-30. Waktu inkubasi yang Alabouvette C, Olivain C, Steinberg C (2006)
menunjukkan pertumbuhan bakteri statis Biological control of plant disease: the
merupakan fase stationer. Pada fase inilah European situation. Eur J Plant Pathol
bakteri akan memproduksi senyawa 114:329-341. doi: 10.1007/s10658-
metabolit sekundernya. Oleh karena itu, 005-0233-0
hasil uji ekstrak senyawa aktif bakteri B11 Alfizar A, Marlina M, Hasanah N (2011)
yang diinkubasi selama 24 jam juga Upaya pengendalian penyakit layu
memberikan daya hambat terhadap F. Fusarium oxysporum dengan
oxysporum f.sp. dengan persentase sebesar pemanfaatan agen hayati cendawan
29,23%. Hasil uji senyawa aktif yang diekstrak FMA dan Trichoderma harzianum. J
dari bakteri endofit B1 dan B4 diketahui tidak Floratek 6:8-17. doi:
memberikan daya hambat yang signifikan 10.24815/floratek.v6i1.494
terhadap jamur F. oxysporum f.sp. Bivi MSHR, Paiko AS, Khairulmazmi A,
Akhtar MS, Idris AS (2016) Control of
KESIMPULAN basal stem rot disease in oil palm by
supplementation of calcium, copper,
Uji antagonis isolat bakteri endofit and salicylic acid. Plant Pathol J
menunjukkan penghambatan terbesar 32:396-406
diberikan oleh isolat B1 sebesar 74,55%, doi: 10.5423/PPJ.OA.03.2016.0052
isolat B11 sebesar 63,64%, serta isolat B4 Budianto B, Suprastyani H (2017) Aktivitas
sebesar 54,55%. Hasil uji ekstrak senyawa antagonis Bacillus subtilis terhadap
aktifnya menunjukkan hanya bakteri B11 Streptococcus iniae dan Pseudomonas
yang memberikan aktivitas antifungi terhadap fluorescens. J Veteriner 18:409-415.
F. oxysporum f.sp. Ekstrak senyawa aktif doi: 10.19087/jveteriner.2017.18.3.409
bakteri endofit B11 dengan waktu inkubasi 54 Budi IS, Hadie J (2015) Pengendalian
jam memberikan daya hambat sebesar penyakit kelapa sawit fase pre-nursery
43,85%, sedangkan ekstrak senyawa aktif dengan konsorsium mikroba endofit
bakteri B11 dengan waktu inkubasi 24 jam dari lahan basah. Prosiding Seminar
sebesar 29,23%. Dari hasil tersebut dapat Nasional dan Kongres Perhimpunan
disimpulkan bakteri endofit B11 baik agen Fitopatologi Indonesia, 11-13
hayatinya maupun ekstrak senyawa aktifnya November 2015, Bekasi
berpotensi untuk dikembangkan sebagai Ditjenbun (2013) Pertumbuhan areal kelapa
bahan aktif biokontrol untuk jamur patogen F. sawit meningkat. Berita Utama.
oxysporum f.sp yang menyerang tanaman www.ditjenbun.pertanian.go.id.
kelapa sawit. Direktorat Jenderal Perkebunan
Kementerian Pertanian. Diakses 10
UCAPAN TERIMAKASIH Juli 2018
Garcia A, Rhoden SA, Bernardi WJ,
Penulis mengucapkan terimakasih Orlandelli RC, Azevedo JL, Pamphile
kepada Balai Bioteknologi, BPPT yang telah JA (2012) Antimicrobial activity of

220
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

crude extracts of endophytic fungi population and screening of their


isolated from medicinal plants bioactive potential against urinary tract
Sapindus saponaria L. J Appl Pharm pathogens sourced from HIV infected
Sci 2:35-40. doi: patients. Int J Curr Microbiol Appl Sci
10.7324/JAPS.2012.21007 3:540-548
Hadisutrisno B (2005) Budidaya Vanili Margino S (2008) Produksi metabolit
Tahan Penyakit Busuk Batang. ISBN: sekunder (antibiotik) oleh isolat jamur
9794894850. Penebar Swadaya, endofit Indonesia. Majalah Farm
Depok Indones 19:86-94
Hushiarian R, Yusof NA, Dutse SW (2013) Mufidah, Rante H, Rahim A, Agustina R,
Detection and control of Ganoderma Pakki E, Talbani A (2013) Aktivitas
boninense: strategies and antifungi metabolit sekunder fungii
perspectives. SpringerPlus 2:555. endofit yang diisolasi dari Mezzetia
doi: 10.1186/2193-1801-2-555 parviflora Becc. Majalah Farmasi dan
Ihsan F (2013) Identifikasi metabolit Farmakologi 17:69-72
sekunder potensial antibakteri pada Sastrahidayat IR (2017) Penyakit Tumbuhan
bakteri endorizosfer Ageratum yang disebabkan oleh Jamur. UB
conyzoides. Skripsi, Universitas Press, Malang
Pendidikan Indonesia Skidmore AM (1976) Intraction in relation to
Kaaria P, Matiru V, Ndungu M (2012) biological control of plant pathogens.
Antimicrobial activities of secondary pp 507-528. In Dickinson CH and
metabolites produced by endophytic Preece TF (Eds). Microbiology of
bacteria from selected indigenous Aerial Plant Surface. Academic Press,
Kenyan plants. Afr J Microbiol Res London
6:7253-7258. doi: 10.5897/AJMR12.785 Stanbury P, Whitaker A, Hall S (2016)
Ngittu YS, Mantiri FR, Tallei TE, Kandou Principles of Fermentation Technology.
FEF (2014) Identifikasi genus jamur Third Edition. Butterworth Heinemann,
Fusarium yang menginfeksi eceng Oxford
gondok (Eichhornia crassipes) di Widanengsih E (2015) Jenis-jenis hama dan
Danau Tondano. J Ilmiah Pharmacon penyakit pada tanaman kelapa sawit.
3:156-161 Stasiun Karantina Pertanain Kelas II
Maithili SS, Senthamil M, Ramanathan G Tanjung Balai Karimun.
(2014) Isolation of secondary http://skpkarimun.or.id. Diakses 15
metabolite from seawater bacterial November 2015

221
Variasi Genetik Kambing Benggala... Pakpahan et al.

VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

VARIASI GENETIK KAMBING BENGGALA DI KABUPATEN


MANGGARAI BARAT BERDASARKAN METODE
RANDOM AMPLIFIED POLYMORPHIC DNA

Genetic Variation of Benggala Goats in West Manggarai Regency Based on


Random Amplified Polymorphic DNA Method
Suhendra Pakpahan1,*, Wayan Tunas Artama2, Rini Widayanti2, I Gede Suparta Budisatria3
1
Program Studi Biologi, Fakultas Bioteknologi, Universitas Kristen Duta Wacana, Yogyakarta
2
Departemen Biokimia dan Biologi Molekuler, Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
3
Departemen Produksi Ternak, Fakultas Peternakan Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta
*Email: suhendrapakpahan@gmail.com

ABSTRACT
Indonesia has several types of local goats that have had an extended period of adaptation to
the natural conditions in Indonesia. Goat is one of the most important germplasm in
supporting the economy of rural communities. Benggala is a local breed of goat originating
from Flores Island, East Nusa Tenggara province and has distinctive characteristics. The
RAPD technique has several advantages and has been widely used in studies of the genetic
diversity of goats. A total of 50 blood samples of Benggala goats were taken from four sub-
districts in West Manggarai Regency. This study was conducted to estimate genetic
variations of Benggala goats using OPA-6 and OPA-16 primers. The OPA-6 primer
consisted of 0-11 bands, while the OPA-16 primer consisted of 0-7 bands. The total bands
produced on the OPA-6 primer from all samples was 456, whilst OPA-16 primer was 314.
The lowest genetic similarity between individuals of Benggala goats was 44% from the
sample K46. Based on the sample population, the average genetic similarity level was 72%.
These results show that the genetic diversity of Benggala goats is low.

Keywords: Benggala goat, genetic similarity,genetic variation, RAPD, West Manggarai

ABSTRAK
Indonesia memiliki beberapa jenis kambing lokal yang memiliki periode adaptasi yang
panjang dengan kondisi alam di Indonesia. Kambing merupakan salah satu plasma nutfah
yang sangat penting dalam mendukung perekonomian masyarakat pedesaan. Benggala
adalah jenis kambing lokal yang berasal dari pulau Flores, propinsi Nusa Tenggara Timur
dan kambing Benggala memiliki ciri khas. Teknik RAPD memiliki beberapa keunggulan dan
telah banyak digunakan pada studi keragaman genetik kambing. Total 50 sampel darah
kambing Benggala yang diambil dari empat kecamatan di Kabupaten Manggarai Barat.
Penelitian ini dilakukan untuk menguji variasi genetik kambing Benggala dengan
menggunakan primer OPA-6 dan OPA-16. Primer OPA-6 terdiri dari 0-11 band, sedangkan
primer OPA-16 terdiri dari 0-7 band. Total jumlah pita yang dihasilkan pada primer OPA-6
dari semua sampel adalah 456, sementara primer OPA-16 adalah 314. Kemiripan genetik
terendah antara individu-individu kambing Benggala adalah 44% dari sampel K46.
Berdasarkan populasi sampel, tingkat kemiripan genetik rata-rata adalah 72%. Hasil ini
menunjukkan bahwa keragaman genetik kambing Benggala tergolong rendah.

Kata Kunci: kambing Benggala, kemiripan genetik, Manggarai Barat , RAPD, variasi genetik

Received: 27 July 2018 Accepted: 22 November 2018 Published: 31 December 2018

222
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

PENDAHULUAN pengetahuan sebelumnya tentang susunan


Indonesia memiliki kekayaan plasma genetik dari organisme yang diteliti. Teknik
nutfah yang sangat tinggi. Kambing ini didasarkan pada amplifikasi PCR daerah
merupakan salah satu ternak yang paling diskrit genom dengan primer oligonukleotida
lama didomestikasi manusia. Indonesia pendek dengan urutan acak (Nezhad et al.
memiliki beberapa jenis kambing lokal yang 2010). Di antara beberapa penanda
telah lama beradaptasi dengan keadaan molekuler yang tersedia, RAPD (Random
alam di Indonesia. Beberapa daerah di Amplified Polymorphic DNA) adalah analisis
Indonesia telah memiliki kambing spesifik, molekuler yang cepat dan sederhana
yang memiliki ciri khas sehingga dapat dengan biaya yang efisien untuk
dibedakan dengan kambing dari daerah lain, mengevaluasi keragaman genetik (Kumar
seperti kambing Samosir, kambing Muara, dan Gurusubramanian 2011).
kambing Kacang, kambing Peranakan Sumberdaya genetik ternak sangat
Etawah, kambing Jawarandu, kambing berharga untuk keberlangsungan makhluk
Gembrong, kambing Kejobong, kambing hidup, sehingga perlu dilakukan konservasi.
Merica, kambing Lakor dan kambing Pemeliharaan sumberdaya genetik sangat
Benggala (Pakpahan et al. 2016) penting sekali untuk menjaga keragaman
Kambing Benggala merupakan genetik sehingga organisme tersebut tetap
kambing spesifik pulau Flores, provinsi Nusa dapat bertahan hidup (Pakpahan et al.
Tenggara Timur. Kambing Benggala diduga 2015). Oleh karena itu, harus dilakukan
merupakan hasil persilangan kambing Black karakterisasi setiap organisme yang ada.
Benggala dengan kambing Kacang, Sumberdaya ternak kambing di Indonesia
sehingga kambing memiliki morfologi yang saat ini terdiri dari tiga kelompok yakni:
hampir sama dengan kambing Kacang ternak asli, ternak impor, dan ternak yang
(Pamungkas et al. 2009). telah beradaptasi lama (Batubara et al.
Penyebaran kambing di dunia sangat 2013). Kambing Benggala termasuk
luas, sehingga kambing memiliki sekitar 81 kelompok ternak yang telah beradaptasi
bangsa yang yang sudah diidentifikasi lama dengan alam Indonesia dan telah
dengan baik (Aziz 2010). Sumberdaya mengalami persilangan dengan kambing
genetik ternak pada saat ini menghadapi lokal. Ternak kambing Indonesia terdiri dari
tantangan ganda. Pada satu sisi, permintaan beberapa bangsa yang memiliki keragaman
produk peternakan meningkat di negara fenotipe yang berbeda-beda (Batubara
berkembang, seperti diestimasikan oleh 2011). Penelitian ini bertujuan untuk
Food Agriculture Organization (FAO), bahwa mengetahui variasi genetik kambing
permintaan susu dan daging asal ternak Benggala di Kabupaten Manggarai Barat.
meningkat dua kali lipat. Di sisi lain sumber
daya genetik ternak sudah semakin BAHAN DAN METODE
terancam karena pengembangan
peternakan yang tidak terarah (Ruane et al. Koleksi sampel
2006). Oleh karena faktor lingkungan dan Penelitian ini menggunakan sampel
perlakuan seleksi yang sangat bervariasi darah dari 50 individu kambing Benggala
mengakibatkan laju perubahan genetik yang (Gambar 1) yang diperoleh dari Kabupaten
sangat beragam (Rout et al. 2008). Manggarai Barat Provinsi Nusa Tenggara
Teknik RAPD memiliki beberapa Timur Indonesia (terletak di antara 080 14’
keunggulan dalam analisis polimorfisme – 090 00’ Lintang Selatan dan 1190 21’–
(Kumari dan Thakur 2014) dan telah banyak 1200 20’ Bujur Timur) dengan ketinggian
digunakan dalam studi keragaman genetik tempat 0 s/d 500 m dpl. Penentuan sampel
kambing (Sabir et al. 2012; Sulaiman 2012; kambing dengan metode purposive
Kumari et al. 2013; El-tarras et al. 2015: Al- sampling. Total sampel diambil dari empat
Barzinji et al. 2016). Metodenya sederhana, kecamatan (Tabel 1).
cepat dan murah, memiliki polimorfisme
yang tinggi. Hanya memerlukan sejumlah Isolasi DNA
kecil DNA untuk analisis, tidak DNA genom diisolasi dari sel darah
membutuhkan hibridisasi molekuler dan setiap sampel kambing Benggala dan
yang paling penting tidak diperlukan dipurifikasi menggunakan Genomic DNA

223
Variasi Genetik Kambing Benggala... Pakpahan et al.

Mini KIT (Geneaid). Primer yang digunakan Tabel 1. Lokasi pengambilan sampel
adalah primer universal yang didesain oleh
Operon Technologies Inc., yaitu OPA-6: Sampel Lokasi
GGTCCCTGAC, OPA-16: AGCCAGCGAA. K1 – K20 Kec. Komodo
Primer ini telah digunakan pada beberapa K21 – K30 Kec. Boleng
penelitian untuk menguji keragaman genetik K30 – K40 Kec. Lembor
kambing dan berbagai organisme K41 – K50 Kec. Lembor Selatan
(Mudawamah et al. 2014; Al-Otaibi dan
Fahmi 2011; Kumar et al. 2008). Amplifikasi denaturasi 95ºC selama 1 menit, 35 dan
gen inti, masing-masing menggunakan 38ºC selama 1 menit untuk penempelan
primer yang telah didisain untuk daerah primer (anneling), 72ºC selama 1 menit
target. Primer ini dapat menghasilkan untuk pemanjangan (elongation), proses
fragmen DNA lebih dari tiga jenis pita yang amplifikasi dilakukan sebanyak 35 siklus,
berbeda. Kedua primer tersebut diproduksi kemudian diakhiri dengan (final elongation)
oleh Geneaid Biotech Ltd. New Taipei City, pada suhu 72ºC selama 8 menit. Produk
22180 Taiwan, digunakan untuk PCR divisualisasikan dengan
mengamplifikasi target dalam identifikasi menggunakan gel agarose 1,5% (5 μL
polimorfisme. produk PCR ditambah 2 μL loading dye).
Komposisi reaksi PCR dengan Elekroforesis dijalankan pada kondisi 100
volume 50 μL sebagai berikut: sampel mV selama 40 menit dan hasil amplifikasi
DNA 3 μL, KAPA readyMix 25 μL, primer dilihat di atas cahaya UV.
forward dan reverse masing-masing 1 μL,
ddH2O 20 μL. Kondisi PCR sebagai Analisis data
berikut: denaturasi awal selama 5 menit Produk amplifikasi dianalisis
pada suhu 95ºC selanjutnya diikuti dengan berdasarkan pita yang muncul pada gel

Gambar 1. Morfologi kambing Benggala

224
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

agarose dengan metode scoring untuk tidak adanya pita, masing-masing diberi
mengetahui hubungan kekerabatan atau skor 1 dan 0. Variasi genetika antara
perbedaan setiap individu. Hasil scoring individu dapat diketahui dengan perbedaan
dinalisis dengan menggunakan perangkat setiap jalur pita yang muncul. Jarak genetik
lunak NTSYSpc 2.02 (Numerical Taxonomy digunakan untuk analisis klaster dengan
and Multivariate Analysis System), pada menggunakan metode UPGMA.
program ini dilakukan clustering SAHN
dengan metode UPGMA (unweighted pair HASIL DAN PEMBAHASAN
group method with arithmetic average)
untuk mendapatkan pohon filogenetik dari Hasil amplifikasi menunjukkan bahwa
total sampel kambing Benggala (Rohlf kedua primer tersebut menghasilkan
2000). Hanya pita yang berbeda dan polimorfisme yang dapat digunakan untuk
tampak jelas yang diberi skor untuk mengetahui variasi genetik kambing
estimasi berbagai variabel. Kehadiran dan Benggala. Amplifikasi DNA target dengan

Gambar 2. Elektroforesis gel Agarose dari produk amplifikasi sesuai dengan target primer OPA-6. M adalah marker
DNA 100 bp

Gambar 3. Elektroforesis gel Agarose dari produk amplifikasi sesuai dengan target primer OPA-16. M adalah
marker DNA 100 bp

225
Variasi Genetik Kambing Benggala... Pakpahan et al.

menggunakan primer OPA-6 menghasilkan individu kambing Benggala. Kemiripan


produk PCR yang terdiri dari 0-11 pita, genetik antar individu kambing Benggala
sedangkan primer OPA-16 terdiri dari 0-7 adalah 44%, sehingga tingkat perbedaan
pita. DNA ladder atau marker yang perbedaan genetik adalah 56%. Hal ini
digunakan adalah marker 100 bp. Panjang menunjukkan bahwa tingkat keragaman
setiap pita dapat diketahui berdasarkan genetik kambing Benggala berdasarkan
posisi setiap pita marker. Total sampel marker OPA-6 dan OPA-16, masih berada
adalah 50 individu, ada satu sampel yang pada level sedang yaitu tidak tinggi atau
tidak menghasilkan pita pada primer OPA-6, tidak terlalu rendah. Jika dilihat dari nilai
dan dua sampel pada primer OPA-16. kemiripan genetik antar kambing Benggala,
Total pita yang dihasilkan pada primer maka perlu dilakukan seleksi untuk
OPA-6 dari seluruh sampel adalah 456 pita meningkatkan keragaman genetik kambing
sedangkan pada primer OPA-16 adalah 314 Benggala. Berdasarkan pengamatan di
pita. Primer OPA-6 (Gambar 2) lapangan, bahwa kambing Benggala masih
menunjukkan variasi pita yang muncul dipelihara secara tradisional oleh
sangat rendah sehingga dapat disimpulkan masyarakat setempat. Kambing Benggala
bahwa keragaman genetiknya rendah. jantan biasanya langsung dijual peternak
Primer OPA-16 (Gambar 3) menunjukkan setelah dewasa, tetapi salah satu pejantan
variasi pita yang muncul cukup tinggi, hal ini pilihan peternak tetap dipelihara sebagai
menunjukkan keragaman genetik yang pejantan induk-induk kambing. Hal ini
cukup tinggi. diperkirakan yang membuat keragaman
genetik kambing Benggala semakin rendah
Variasi genetik karena terjadinya perkawinan saudara di
Gambar 4 menunjukkan nilai jarak dalam kelompok secara terus-menerus.
genetik atau hubungan kekerabatan antar 50 Rashidi et al. (2015) melaporkan bahwa

Gambar 4. Pohon filogenetik yang menunjukkan hubungan kekerabatan antara 50 individu kambing Benggala
dengan program NTSYS 2.2. K1-K50 merupakan sampel kambing Benggala

226
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

variabilitas genetik kambing Markhoz ancestor) menyebabkan pembentukan


(kambing lokal Iran) menurun, terutama beberapa klaster. Klaster ini tidak
disebabkan karena kontribusi yang tidak menunjukkan adanya korelasi dengan asal
seimbang dan penggunaan berlebihan dari pengambilan sampel kambing, karena setiap
beberapa ternak. Oleh karena itu, pergantian sampel tersebar.
pejantan secara berkala dengan Studi ini mengungkapkan keragaman
mendatangkan pejantan dari luar harus genetik kambing Benggala dan telah
dilakukan, supaya keragaman genetik menunjukkan kegunaan pendekatan RAPD
kambing Benggala tetap terjaga. untuk mendeteksi polimorfisme DNA pada
Nilai kemiripan genetik 44% tersebut kambing. Dalam taksonomi dan sistematis
diperoleh karena adanya kambing K46, molekuler, marker RAPD spesifik suatu
dimana kambing ini memiliki perbedaan spesies dapat menjadi alat yang sangat
genetik yang cukup tinggi dengan sampel berharga untuk variasi spesies dan
kambing lainnya. Kemudian pada koefisien menetapkan status organisme serta
0,63 (tingkat kemiripan genetik 63%) terjadi evolusinya (Rao et al. 1996). Dengan demikian
antara kambing K38, K40 dengan kambing teknik untuk analisis variabilitas genetik
lainnya (kecuali K46). Berdasarkan jumlah merupakan bahan penting untuk program
rata-rata dari total sampel, tingkat kemiripan konservasi dan perbaikan rasional, karena
genetiknya adalah 72%. Hal ini menunjukan harus didasarkan pada kombinasi data
bahwa tingkat keragaman genetik kambing fenotipik dan genetik (Kumar et al. 2005).
Benggala tergolong rendah. Kumar et al.
(2008) melakukan penelitian pada domba KESIMPULAN
lokal India dengan menggunakan teknik
RAPD dan dengan penanda genetik RAPD Keragaman genetik dan hubungan
yang sama dengan penelitian ini, dilaporkan kekerabatan antara kambing Benggala yang
bahwa primer OPA-6 terdiri dari 11 pita, dan ada di Provinsi Nusa Tenggara Timur dapat
OPA-16 terdiri dari 9 pita. Profil pita yang diperkirakan dengan menggunakan teknik
dihasilkan primer OPA-6 adalah sama RAPD. Estimasi kemiripan genetik antar
dengan penelitian ini, tetapi berbeda dengan individu dapat membantu dalam pemuliaan
pita yang dihasilkan OPA-16, bahwa pada ternak, dan dapat menjadi alat yang
penelitian ini lebih sedikit. Mudawamah et berharga untuk seleksi pada plasma nutfah
al. (2014) melaporkan kemiripan genetik di masa depan. Hasil yang dijelaskan dalam
kambing Peranakan Etawah (PE) di penelitian ini menunjukkan bahwa teknik
Indonesia dengan teknik RAPD, dan RAPD cukup stabil dan menghasilkan
menggunakan penanda genetik yang sama banyak informasi polimorfik dari genom
dengan penelitian ini, diperoleh hasil target. Teknik RAPD masih merupakan
kemiripan genetik 74%. Hasil ini metode yang baik untuk mempelajari variasi
menunjukkan bahwa keragaman genetik genetik dengan breed dan jarak genetik
kambing Benggala dan kambing PE antar breed. Data yang dilaporkan di sini
tergolong rendah didasarkan pada hasil akan memberikan wawasan dan referensi
analisis dengan penanda genetik RAPD yang berharga tentang keragaman genetik
tersebut. Sabir et al. (2012), juga meneliti kambing Benggala, yang dapat digunakan
empat bangsa kambing lokal di negara Arab untuk meningkatkan strategi pemuliaan
Saudi dengan teknik RAPD dan diperoleh kambing Benggala.
hasil kemiripan genetik 73,5%, tidak terlalu
jauh berbeda dengan kemiripan genetik UCAPAN TERIMA KASIH
kambing Benggala pada penelitian ini. Salah
satu jarak genetik terjauh adalah antara K46 Ucapan terima kasih penulis
dan K1. Ada beberapa klaster (kelompok) sampaikan kepada Kementerian Riset,
yang terbentuk pada pohon filogenetik, Teknologi dan Pendidikan Tinggi Republik
bahwa pada jarak tautan (linkage distance) Indonesia (Kemenristek Dikti) melalui
44% terbentuk dua kelompok yaitu antara Program Hibah Penelitian PMDSU Tahun
K46 dan kambing lainnya, kemudian 62%, 2016 No.121/SP2H/LT/DRPMIII/2016 yang
72%, 83% sampai jarak tautan 95%. Adanya telah memberikan dukungan dana untuk
tetua terbaru (most recent common melaksanakan penelitian ini. Penulis juga

227
Variasi Genetik Kambing Benggala... Pakpahan et al.

mengucapkan terima kasih kepada seluruh amplified polymorphic DNA: A brief


peternak dan Dinas Peternakan Manggarai review. Am J Anim Vet Sci 9:6-13. doi:
Barat (NTT) yang terlibat untuk pengambilan 10.3844/ajavsp.2014.6.13
sampel penelitian. Kumari N, Singh LB, and Kumar S (2013)
Molecular characterization of goats
DAFTAR PUSTAKA using random amplified polymorphic
DNA. Am J Anim Vet Sci 8:45-49. doi:
Al-Barzinji YMS, Oramari RA, Al-Sanjury RA 10.3844/ajavsp.2013.45.49
(2016) Molecular characterization of Mudawamah M, Retnaningtyas ID, Wadjdi
Iraqi local goat breeds using random MF, Badriyah B, Susilowati S,
amplified polymorphic DNA Markers. Aulanni’am A, Ciptadi G (2014) Analisis
Iranian J Appl Anim Sci 6:671-678 kemiripan genetika antara kambing
Aziz MA (2010) Present status of the world peranakan ettawa hasil kawin alam
goat populations and their dengan inseminasi buatan berdasarkan
productivity. Lohmann Information RAPD. J Kedokteran Hewan 8:137-140.
45:42-52 doi: 10.21157/j.ked.hewan.v8i2.2636
Batubara A (2011) Studi keragaman fenotipik Nezhad NM, Solouki M, Siasar B (2010) The
dan genetik beberapa sub populasi comparison of long and short primers
kambing lokal Indonesia dan strategi used for RAPD technique in
pemanfaatannya secara berkelanjutan. grape. Trakia J Sci 8:38-41
Tesis, Institut Pertanian Bogor Pakpahan S, Artama WT, Widayanti R,
Batubara A, Noor RR, Farajallah A, Tiesnamurti B Suparta IG (2015) Genetic variations
(2013) Keragaman genetik DNA Y- and the origin of native Indonesian goat
kromosom pada enam rumpun kambing breeds baseds on mtDNA D-Loop
lokal Indonesia. Pp 316-325. Prosiding
sequences. Asian J Anim Sci 9:341-
Seminar Nasional Teknologi Peternakan
dan Veteriner, September 3-5, 2013. lAARD 350. doi: 10.3923/ajas.2015.341.350
Press, Jakarta Pakpahan S, Artama WT, Widayanti R,
El-tarras AE, Shahaby AF, Banaja AE (2015) Suparta IG (2016) Genetic
Assessment of genetic diversity in characteristics and relationship in
Saudi goats, Saudi Arabia using genetic different goat populations of indonesia
finger printing. Int J Curr Microbiol App based on cytochrome B gene
Sci 4:223-231 sequences. Asian J Anim Sci 10:29-38
Al-Otaibi SA, Fahmi AL (2011) Genetic doi: 10.3923/ajas.2016.29.38
variation in captive herd of Arabian Oryx Pamungkas FA, Batubara A, Doloksaribu M,
using RAPD and ISSR markers. Afr J Sihite E (2009) Petunjuk Teknis:
Biotechnol 10:5251-5262. doi: Potensi plasma nutfah kambing lokal
10.5897/AJB10.1162 Indonesia. Puslitbang Peternakan,
Kumar D, Dixit SP, Sharma R, Pandey AK, Badan Litbang Pertanian, Departemen
Sirohi G, Patel AK, Aggarwal RAK, Pertanian
Verma NK, Gour DS, Ahlawat SPS Rao KA, Bhat KV, Totey SM (1996) Detection
(2005) Population structure, genetic of species-specific genetic markers in
variation and management of Marwari farm animals through random amplified
polymorphic DNA (RAPD). Genet Anal:
goats. Small Ruminant Res 59:41-48.
Biomol Eng 13:135-138
doi: 0.1016/j.smallrumres.2004.11.013
Rashidi A, Mokhtari MS, Gutiérrez JP (2015)
Kumar NS, Gurusubramanian G (2011)
Pedigree analysis and inbreeding
Random amplified polymorphic DNA
effects on early growth traits and greasy
(RAPD) markers and its
fleece weight in Markhoz goat. Small
applications. Sci Vis 11:116-124 Ruminant Res 124:1-8. doi:
Kumar S, Kolte AP, Yadav BR, Kumar S, 10.1016/j.smallrumres.2014.12.011
Arora AL, Singh VK (2008) Genetic Rohlf FJ (2000) NTSYS-pc: Numerical
variability among sheep breeds by Taxonomy and Multivariate Analysis
random amplified polymorphic DNA- System Version 2.1. User Guide.
PCR. Indian J Biotechnol 7:482-486 Department of Ecology and Evolution
Kumari N, Thakur SK (2014) Randomly State University of New York. ISBN: 0-

228
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

925031-30-5 doi: 10.1310/hct0705-229


Rout PK, Joshi MB, Mandal A, Laloë D, Singh Sabir JS, Mutawakil MH, El-Hanafy AA,
L, Thangaraj K (2008) Microsatellite- Ahmed MM (2012) Genetics similarity
based phylogeny of Indian domestic among four breeds of goat in Saudi
goats. BMC genetics 9:11. doi: Arabia detected by random amplified
10.1186/1471-2156-9-11 polymorphic DNA marker. Afr J
Ruane P, Lang J, DeJesus E, Berger DS, Biotechnol 11:3958-3963. doi:
Dretler R, Rodriguez A, Shaefer MS 10.5897/AJB11.4120
(2006) Pilot study of once-daily Sulaiman BK (2012) Evaluation of the genetic
simplification therapy with diversity in Iraqi local breeds of goat
abacavir/lamivudine/zidovudine and using random amplified polymorphic
efavirenz for treatment of HIV-1 DNA markers. Al-Anbar J Vet Sci 5:179-
infection. HIV Clinical Trials 7:229-236. 186

229
Keragaman Genetik 22 Aksesi Padi Lokal Toraja Utara... Ladjao et al.

VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

KERAGAMAN GENETIK 22 AKSESI PADI LOKAL TORAJA UTARA


BERBASIS MARKA SIMPLE SEQUENCE REPEATS (SSR)
Genetic Diversity of 22 Local Rice Accessions from North Toraja Based on Simple
Sequence Repeats (SSR) Markers

Holy Ekklesia Ladjao, Rinaldi Sjahril*, Muh. Riadi


Program Studi Magister Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Jl. Perintis
Kemerdekaan KM 11, 90245, Makassar, Sulawesi Selatan
*Email: rinaldi.sjahril@gmail.com

ABSTRACT
One way to explore the potential of local rice is by the characterization that could obtain
genetic diversity of that plants. The aim of this study was to obtain the genetic diversity of 22
local rice accession from North Toraja. Twenty-two of local rice accessions from North
Toraja were characterized by 30 SSR markers and using NTSYS pc 2.1 program to analyze
genetic diversity. The results showed that twenty-six SSR markers that had been analyzed
produced some alelles with a size between 106.75-311 bp, the average number of alleles
were 3 and the polymorphism rate was 0.53. On coefficient genetic similarity at 0.38, the
population formed three clusters. Cluster I and II were dominated by rice that had no hair on
the tip of the grain and cluster III were dominated by rice that had hair on the tip of the grain.
There were 105 probabilities to crossing between accessions when the genetic distance was
above 0.7.

Keywords: genetic diversity, local rice, North Toraja, polymorphism rate, SSR markers

ABSTRAK
Salah satu cara untuk menggali potensi padi lokal adalah dengan karakterisasi. Dengan
adanya kegiatan karakterisasi tersebut maka dapat diketahui bagaimana keragaman genetik
dari suatu tanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keragaman genetik dari 22
aksesi padi lokal Toraja Utara. Duapuluh dua aksesi padi lokal Toraja Utara dikarakterisasi
menggunakan 30 marka SSR dan dianalisis keragaman genetiknya menggunakan program
NTSYS pc 2.1. Hasil penelitian menunjukkan bahwa duapuluh enam marka SSR yang
dianalisis memiliki kisaran ukuran alel antara 106.75-311 bp, dengan jumlah alel rata-rata 3
dan tingkat polimorfisme sebesar 0,53. Koefisien kemiripan genetik 0,38 dan terbentuk 3
klaster. Pada klaster I dan klaster II didominasi oleh padi yang tidak memiliki rambut pada
ujung gabahnya, dan pada klaster III didominasi oleh padi yang memiliki rambut pada ujung
gabahnya. Selain itu, pada jarak genetik diatas 0,7 terdapat 105 peluang persilangan.

Kata Kunci: keragaman genetik, marka SSR, padi lokal, tingkat polimorfisme, Toraja Utara

Received: 07 August 2018 Accepted: 09 November 2018 Published: 01 January 2019

230
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

PENDAHULUAN sifat atau karakter suatu individu tanaman


(Reflinur dan Lestari 2015). Salah satu
Padi (Oryza sativa) adalah salah satu marka molekuler yang biasa digunakan yaitu
tanaman sereal terpenting di dunia saat ini marka mikrosatelit atau Simple Sequence
dan berfungsi sebagai sumber makanan Repeats (SSR). Marka SSR memiliki
pokok lebih dari separuh populasi manusia beberapa keunggulan, di antaranya memiliki
di dunia. Tanaman padi termasuk salah satu tingkat polimorfisme tinggi, bersifat
spesies tertua di dunia, yang melalui proses kodominan, memiliki akurasi tinggi dan
domestikasi sejak ribuan tahun yang lalu terdapat berlimpah pada genom (Mulsanti et
(Molina et al. 2011; Gross dan Zhao 2014). al. 2013).
Sebagai negara dengan kekayaan alam Pemanfaatan marka molekuler SSR
yang melimpah, saat ini Indonesia pada tanaman padi sudah banyak
menduduki peringkat ketiga dunia dalam hal diaplikasikan, di antaranya untuk
keanekaragaman hayati (Maulana et al. mengidentifikasi kekerabatan beberapa
2014). Khusus untuk padi, Indonesia aksesi padi lokal tahan HPT (Rohaeni et al.
memiliki lebih dari 17 ribu aksesi dan sekitar 2016), keragaman 96 aksesi plasma nutfah
3.500 aksesi diantaranya telah padi terkait umur genjah (Utami et al. 2011),
dikarakterisasi dan digunakan sebagai keragaman genetik beras berwarna
sumber gen atau tetua dalam perakitan berdasarkan marka terkait sifat warna beras
varietas unggul padi (Las et al. 2004). (Utami et al. 2009; Kristamtini et al. 2014),
Kabupaten Tana Toraja merupakan mengidentifikasi sifat toleransi tanaman padi
salah satu daerah penghasil padi di terhadap aluminiun (Anggraheni dan
Indonesia. Padi yang ditanam di Tana Toraja Mulyaningsih 2017), dan diagnostik awal
ada yang berupa padi lokal dan padi varietas dalam mendeteksi alel-alel ketahanan terhadap
baru (Juhriah et al. 2013). Padi lokal telah wereng batang coklat (WBC) (Chaerani et al.
dibudidayakan secara turun-temurun 2014).
sehingga genotip telah beradaptasi dengan Karakterisasi merupakan salah satu
baik pada berbagai kondisi lahan dan iklim bentuk pelestarian plasma nuftah karena
spesifik di daerah pengembangannya. Padi dapat diketahui sifat-sifat penting pada
lokal secara alami memiliki ketahanan tanaman yang bermanfaat dalam perakitan
terhadap hama dan penyakit, toleran varietas unggul (Putra et al. 2014). Dengan
terhadap cekaman abiotik, dan memiliki adanya kegiatan karakterisasi tersebut maka
kualitas beras yang baik sehingga disenangi dapat diketahui bagaimana keragaman
oleh banyak konsumen di tiap lokasi tumbuh genetik dari suatu individu/populasi suatu
dan berkembangnya (Sitaresmi et al. 2013). tanaman.
Padi lokal Toraja yang sangat beragam Keragaman genetik berkaitan erat
tersebut, memiliki keunggulan dan dengan hubungan kekerabatan. Hubungan
merupakan aset yang potensial untuk kekerabatan genetik antar genotipe dalam
dimanfaatkan dan dilestarikan (Limbongan populasi dapat diukur berdasarkan
dan Djufry 2015). Salah satu upaya yang kesamaan sejumlah karakter, sehingga
dapat dilakukan untuk menggali potensi padi dapat diasumsikan bahwa karakter yang
lokal adalah dengan melakukan berbeda dari suatu individu,
karakterisasi. Karakterisasi secara molekuler menggambarkan perbedaan susunan
dilakukan dengan menggunakan bantuan genetiknya (Sukartini 2008). Informasi
penanda atau marka molekuler dalam keragaman genetik tanaman pada tingkat
membedakan genom tanaman. individu, spesies maupun populasi perlu
Teknologi penanda molekuler telah diketahui, sebagai dasar pertimbangan
banyak dilaporkan aplikasinya psada dalam menyusun strategi konservasi,
berbagai spesies tanaman karena penanda pemuliaan, pengelolaan dan pemanfaatan
DNA tidak terpengaruh lingkungan sumberdaya genetik tanaman secara
(Kristamtini et al. 2014). Pada penelitian berkelanjutan (Zulfahmi 2013).
dasar, penggunaan marka DNA lebih Kabupaten Tana Toraja sejak tahun
diarahkan sebagai alat bantu dalam analisis 2008, mengalami pemekaran sehingga
hubungan kekerabatan antarindividu terbagi menjadi 2 kabupaten, yaitu Tana
(analisis filogenetik) dalam rangka perbaikan Toraja dan Toraja Utara. Sama seperti

231
Keragaman Genetik 22 Aksesi Padi Lokal Toraja Utara... Ladjao et al.

Tabel 1. Materi genetik yang digunakan dalam 15 biji untuk masing-masing aksesi tanaman
penelitian
padi pada bak plastik ukuran 30 cm  40 cm.
Duapuluh satu hari setelah tanam (HST)
Kode Nama Asal
aksesi padi lokal (kecamatan)
(Gambar 1), daun tanaman padi diambil
untuk selanjutnya dilakukan isolasi DNA.
TU-01 Pare Loto-loto Nanggala
TU-02 Pare Lotong Tanduk Nanggala Isolasi DNA
TU-03 Pare Pulu Lotong Nanggala Isolasi DNA dilakukan dengan
TU-04 Pare Pulu Mandoti Tikala mengikuti prosedur George et al. (2004)
TU-05 Pare Cina Balusu yang dimodifikasi dengan mengganti
TU-06 Pare Tallang Balusu nitrogen cair dengan buffer CTAB pada saat
TU-07 Pare Lea Balusu penggerusan jaringan segar tanaman
TU-08 Pare Seko Balusu berdasarkan metode Khan et al. (2004).
TU-09 Pare Mansur Buri Balusu
TU-10 Pare Pulu Kombong Balusu
Uji kualitas dan uji kuantitas DNA
Uji kualitas dan kuantitas DNA
TU-11 Pare Pulu Seba Balusu
diverifikasi melalui elektroforesis horizontal
TU-12 Pare Ko'Bo Balusu
pada gel agarosa 1%. Kuantifikasi setiap
TU-13 Pare Birri Balusu
hasil ekstraksi dilakukan dengan
TU-14 Pare Ambo Balusu membandingkan sampel DNA dengan
TU-15 Pare Pulu Lallodo Balusu lambda DNA standar (50, 100, 200, dan 300
TU-16 Pare Mansur Putih Balusu ng/µL larutan).
TU-17 Pare Birrang Sesean Suloara
TU-18 Pare Mandi Sesean Suloara Proses PCR
TU-19 Pare Barri Rarang Bangkele Kila Reaksi PCR dilakukan dengan
TU-20 Pare Jawa Bangkele Kila membuat campuran larutan yang terdiri dari
TU-21 Pare Pulu Kalloko Bangkele Kila 1 µL DNA cetakan, 6,25 µL Taq DNA
TU-22 Pare Barri Busa Sa’dan polimerase, 0,5 µL primer SSR 0,5 mM
(Forward), 0,5 µL primer SSR 0,5 mM
(Reverse), dan 2,25 µL ddH2O.
Kabupaten Tana Toraja, Kabupaten Toraja
Utara juga memiliki aset padi lokal yang Proses amplifikasi dilakukan dalam
mesin PCR Techne Fuse TIGA FTC
sangat beragam dan masih dibudidayakan
Plus/02. Siklus reaksi PCR terdiri atas
oleh penduduk setempat. Penelitian ini
bertujuan untuk mengetahui keragaman beberapa tahap yaitu: (1) denaturasi awal
genetik dari 22 aksesi padi lokal Toraja 94ºC selama 2 menit, (2) denaturasi 94ºC
selama 30 detik, (3) annealing pada 53ºC,
Utara dengan menggunakan marka SSR.
55ºC, 57ºC, 61ºC, atau 63ºC (disesuaikan
BAHAN DAN METODE dengan suhu annealing masing-masing
primer (Tabel 2)) selama 1 menit, (4)
Bahan ekstensi pada 72ºC selama 1 menit, (5)
Bahan yang digunakan adalah 22 pengulangan siklus (kembali ke tahap
aksesi padi lokal yang berasal dari denaturasi, sebanyak 29 kali), (6) ekstensi
Kabupaten Toraja Utara yang merupakan terakhir pada 72ºC selama 5 menit, dan (7)
penyimpanan (soak) pada 4°C.
koleksi dari Laboratorium Biosains Terapan
dan Laboratorium Pemuliaan Tanaman dan
Elektroforesis dan visualisasi pita DNA
Ilmu Benih Fakultas Pertanian, Universitas
Hasanuddin (Tabel 1). DNA tiap aksesi Pemisahan pita DNA hasil PCR
tanaman padi diamplifikasi pada mesin dilakukan dengan elektroforesis
PCR dengan menggunakan 30 marka SSR menggunakan 8% PAGE. Elektroforesis
(Tabel 2). dilakukan dengan menggunakan alat
elektroforesis vertikal mini yaitu Dual mini-
Persiapan materi genetik verticals complete system MGV-202-33.
Persiapan materi genetik untuk isolasi Visualisasi fragrem-fragmen DNA hasil
DNA dilakukan dengan menanam sebanyak elektroforesis dilakukan menggunakan teknik
pewarnaan perak (silver staining).

232
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Tabel 2. Marka SSR yang digunakan

Letak Susunan basa nukleotida Suhu


Marka Referensi
kromosom (F = Forward, R = Reverse) annealing
F: TGGAGTTTGAGAGGAGGG
RM259 1 55 Gramene (2006)
R: CTTGTTGCATGGTGCCATGT
F: GTGAAGAAAGCATGGTAAATG
RM1287 1 55 Thomson et al. (2010)
R: CTCAGCTTGCTTGTGGTTAG
F: GGAAGGTAACTGTTTCCAAC
RM220 1 55 Utami et al. (2009)
R: GAAATGCTTCCCACATGTCT
F: ACCCTCTCCGCCTCGCCTCCTC
RM154 2 61 Gramene (2006)
R: CTCCTCCTCCTGCGACCGCTCC
F: CTGATCGAGAGCGTTAAGGG
RM452 2 61 Gramene (2006)
R: GGGATCAAACCACGTTTCTG
F: CACAGGAGCAGGAGAAGAGC
RM338 3 55 Gramene (2006)
R: GGCAAACCGATCACTCAGTC
F: ACTTGAGACGATCGGACACC
RM489 3 55 Gramene (2006)
R: TCACCCATGGATGTTGTCAG
F: GAGCCAAATAAGATCGCTGA
RM241 4 55 Susanto et al. (2015)
R: TGCAAGCAGCAGATTTAGTG
F: TTCGCTGACGTGATAGGTTG
RM252 4 55 Utami et al. (2009)
R: ATGACTTGATCCCGAGAACG
F: GTACTACCGACCTACCGTTCAC
RM307 4 55 Gramene (2006)
R: CTGCTATGCATGAACTGCTC
F: TGCAGATGAGAAGCGGCGCCTC
RM161 5 61 Gramene (2006)
R: TGTGTCATCAGACGGCGCTCCG
F: GTTCAGTGTTCAGTGCCACC
RM334 5 55 Gramene (2006)
R: GACTTTGATCTTTGGTGGACG
F: CTTAAGCTCCAGCCGAAATG
RM507 5 55 Gramene (2006)
R: CTCACCCTCATCATCGCC
F: CTTTGTCTATCTCAAGACAC
RM190 6 55 Chen et al. (2008)
R: TTGCAGATGTTCTTCCTGATG
F: TTGGATTGTTTTGCTGGCTCGC
RM133 6 63 Gramene (2006)
R: GGAACACGGGGTCGGAAGCGAC
F: CTCAAGCTTAGCTGCTGCTG
RM454 6 55 Gramene (2006)
R: GTGATCAGTGCACCATAGCG
F: CTACATCGGCTTAGGTGTAGCAACACG
RM180 7 55 Utami et al. (2009)
R: ACTTGCTCTACTTGTGGTGAGGGACTG
F: ATCAGCAGCCATGGCAGCGACC
RM125 7 63 Gramene (2006)
R: AGGGGATCATGTGCCGAAGGCC
F: AACAACCCACCACCTGTCTC
RM455 7 57 Gramene (2006)
R: AGAAGGAAAAGGGCTCGATC
F: TGCGCTGAACTAAACACAGC
RM433 8 53 Utami et al. (2011)
R: AGACAAACCTGGCCATTCAC
F: CCCTTGTGCTGTCTCCTCTC
RM447 8 55 Gramene (2006)
R: ACGGGCTTCTTCTCCTTCTC
F: CTAGTTGGGCATACGATGGC
RM316 9 55 Gramene (2006)
R: ACGCTTATATGTTACGTCAAC
F: GTCGTCGACCCATCGGAGCCAC
RM105 9 63 Fatimah et al. (2016)
R: TGGTCGAGGTGGGGATCGGGTC
F: AGCTTCCCTAATGGCTTCGT
CBG 10 55 Lestari et al. (2009)
R: ATTTGCCAACTTTTGGATGG
F: TCTCCCTCCTCACCATTGTC
RM484 10 55 Chaerani et al. (2014)
R: TGCTGCCCTCTCTCTCTCTC
F: ATCGATCGATCTTCACGAGG
RM224 11 55 Utami et al. (2009)
R: TGCTATAAAAGGCATTCGGG
F: GAGCTAGAGGGAGGAGGTGC
RM3701 11 55 Gramene (2006)
R: TTGACTGATAGCCGATTGGG
F: CGCAGTTGTGGATTTCAGTG
RM552 11 55 Gramene (2006)
R: TGCTCAACGTTTGACTGTCC
F: CGGTCAAATCATCACCTGAC
RM277 12 55 Utami et al. (2011)
R: CAAGGCTTGCAAGGGAAG
F: CAAAAACAGAGCAGATGAC
RM19 12 55 Gramene (2006)
R: CTCAAGATGGACGCCAAGA

233
Keragaman Genetik 22 Aksesi Padi Lokal Toraja Utara... Ladjao et al.

kromosom 10, 3 marka pada kromosom 11,


dan 1 marka pada kromosom 12.
Nilai frekuensi alel mayor berkisar
antara 0,25-0,86 dan rata-rata 0,60. Alel
yang memiliki bobot terendah berada pada
marka RM447 (106,75 bp) dan yang tertinggi
berada pada marka RM552 dan RM316 (311
bp). Data keragaman alel pada setiap marka
SSR dapat dilihat pada Tabel 3.
Hasil analisis polimorfisme marka SSR
pada Tabel 3 menunjukkan bahwa terdapat
variasi ukuran alel pada tiap marka SSR
yang digunakan. Hal ini dapat terlihat pada
salah satu contoh hasil visualisasi pita DNA
Gambar 1. Sampel padi lokal yang berumur 21 HST dengan menggunakan marka RM105 pada
Gambar 2. Hasil visualisasi menunjukkan
Analisis data bahwa marka RM105 mendeteksi 4 alel
Analisis data dilakukan berdasarkan yang masing-masing memiliki ukuran
hasil skoring pola pita DNA yang muncul 155,08 bp (G), 138,53 bp (I1), 135,11 bp
pada gel poliakrilamid. Hasil skoring dalam (I2), dan 130,22 bp (I3). Ukuran masing-
bentuk data biner, jika ada pita ditulis 1, jika masing alel tersebut didapatkan dari hasil
tidak ada pita ditulis 0, dan jika penampilan perhitungan dengan melakukan
pita sangat meragukan ditulis 9 (missing perbandingan dengan DNA ladder yang
data). Data biner dianalisis dengan digunakan (Promega ΦX174 DNA/HinfI).
menggunakan program komputer NTSYS- Perbedaan ukuran alel tersebut disebabkan
pc 2.1. karena perbedaan pengulangan basa
nitrogen. Chaerani et al. (2009)
HASIL DAN PEMBAHASAN mengemukakan bahwa variasi dalam
jumlah pengulangan basa terlihat sebagai
Analisis polimorfisme marka SSR produk PCR yang berbeda panjangnya dan
Untuk mendapatkan profil data marka dikenal sebagai polimorfisme.
SSR, maka dilakukan seleksi terhadap 30 Polimorfisme berkaitan erat dengan
marka SSR yang dilakukan berdasarkan PIC (Polymorphic Information Content),
data yang hilang (missing data). Menurut yaitu mengacu pada nilai suatu marka untuk
Efendi et al. (2015), marka dengan data mendeteksi polimorfisme dalam suatu
hilang >15% dieliminasi sehingga tidak populasi (Anderson et al. 1993). Nilai PIC
diikutkan dalam analisis data. Berdasarkan dari hasil penelitian yang dilakukan berkisar
hasil seleksi, terdapat empat marka yang dari 0,24-0.82 dengan rata-rata 0,53.
tidak dianalisis lebih lanjut yaitu RM1287, Botstein et al. (1980) mengkategorikan nilai
RM220, RM454, dan RM19. Setelah PIC menjadi tiga yaitu PIC > 0,5 = sangat
mengeliminasi marka yang hilang, informatif, kemudian 0,5 ≥ PIC > 0,25 =
selanjutnya 22 aksesi padi lokal sedang, dan PIC < 0,25 = rendah.
dikarakterisasi dengan menggunakan marka Berdasarkan kategori tersebut, nilai PIC
SSR yang digunakan. marka SSR yang diuji ada yang tergolong
Duapuluh enam marka SSR yang rendah, sedang, dan sangat informatif. Nilai
dianalisis memiliki total alel sebanyak 85 PIC dengan kategori rendah ada 1 marka
dengan rata-rata 3 alel. Marka SSR yang yaitu RM455; yang tergolong kategori
digunakan masing-masing mewakili 1 sedang ada 13 marka yaitu RM452,
kromosom pada padi, yaitu 1 marka berada RM338, RM489, RM241, RM307, RM190,
pada kromosom 1, 2 marka pada kromosom RM133, RM433, RM316, RM105, RM484,
2, 2 marka pada kromosom 3, 3 marka pada RM3701, dan RM277; yang tergolong
kromosom 4, 3 marka pada kromosom 5, 2 sangat informatif ada 12 marka yaitu
marka pada kromosom 6, 3 marka pada RM259, RM154, RM252, RM161, RM334,
kromosom 7, 2 marka pada kromosom 8, 2 RM507, RM180, RM125, RM447, CBG,
marka pada kromosom 9, 2 marka pada RM224, dan RM552.

234
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Tabel 3. Profil data keragaman 22 aksesi padi lokal Toraja Utara menggunakan 26 marka SSR

Marka Kromosom Jumlah alel Frekuensi alel mayor PIC Ukuran alel (bp)
RM259 1 5 0,45 0,71 155,08-284,43
RM154 2 3 0,55 0,58 175,50-195,92
RM452 2 3 0,68 0,48 200,00-216,33
RM338 3 3 0,68 0,46 183,67-200,00
RM489 3 2 0,64 0,46 232,67-266,71
RM241 4 2 0,73 0,40 130,22-140,00
RM252 4 4 0,48 0,63 187,75-232,67
RM307 4 3 0,82 0,31 119,47-139,02
RM161 5 3 0,41 0,63 167,33-183,67
RM334 5 6 0,25 0,82 140,00-198,37
RM507 5 3 0,55 0,60 241,38-249,00
RM190 6 3 0,70 0,49 109,00-171,42
RM133 6 2 0,82 0,30 221,78-232,67
RM180 7 2 0,57 0,59 129,00-134,50
RM125 7 5 0,45 0,72 122,89-167,33
RM455 7 2 0,86 0,24 125,33-132,67
RM433 8 2 0,82 0,30 220,69-227,22
RM447 8 3 0,64 0,52 106,75-118,00
RM316 9 2 0,59 0,48 293,29-311,00
RM105 9 4 0,68 0,47 130,22-155,08
CBG 10 5 0,45 0,69 145,50-183,67
RM484 10 2 0,77 0,35 269,67-290,33
RM224 11 4 0,43 0,71 118,98-151,00
RM3701 11 2 0,55 0,50 159,17-183,67
RM552 11 6 0,43 0,77 179,58-284,43
RM277 12 4 0,61 0,50 113,50-140,00
Total 85 15,59 13,68 -
Rata-rata 3 0,60 0,53 -

Gambar 2. Produk PCR dengan marka RM105 pada 22 padi lokal Toraja Utara. M = DNA ladder (Promega ΦX174
DNA/HinfI), G = Ukuran alel DNA padi lokal (155,08 bp), H = DNA ladder 151bp, I = DNA ladder 140bp,
I1 = Ukuran alel DNA padi lokal (138,53 bp), I2 = Ukuran alel DNA padi lokal (135,11 bp), I3 = Ukuran
alel DNA padi lokal (130,22 bp), 1 = Pare Loto-loto, 2 = Pare Lotong Tanduk, 3 = Pare Pulu Lotong, 4 =
Pare Pulu Mandoti, 5 = Pare Cina, 6 = Pare Tallang, 7 = Pare Lea, 8 = Pare Seko, 9 = Pare Mansur
Buri, 10 = Pare Pulu Kombong, 11 = Pare Pulu Seba, 12 = Pare Ko'Bo, 13 = Pare Birri, 14 = Pare Ambo,
15 = Pare Pulu Lallodo, 16 = Pare Mansur Putih, 17 = Pare Mansur Putih, 18 = Pare Mandi, 19 = Pare
Barri Rarang , 20 = Pare Jawa, 21 = Pare Pulu Kalloko, 22 = Pare Barri Busa

235
Keragaman Genetik 22 Aksesi Padi Lokal Toraja Utara... Ladjao et al.

Nilai PIC marka SSR yang digunakan tergantung dari banyaknya frekuensi dan
sangat penting untuk diketahui dalam distribusi alel yang ditemukan.
analisis keragaman genetik dan kekerabatan
plasma nutfah (Rohaeni et al. 2016). Analisis klaster
Semakin besar nilai PIC suatu marka maka Hasil analisis kekerabatan berdasarkan
marka tersebut semakin bagus digunakan program NTSYS pc 2.1 menghasilkan
sebagai penanda molekuler (Anderson et al. dendrogram yang dapat dilihat pada Gambar
1993). Marka molekuler yang memiliki nilai 3. Apabila dendrogram tersebut ditarik garis
PIC yang besar, menunjukkan bahwa marka vertikal pada koefisien kemiripan genetik
tersebut mampu mendeteksi jumlah alel 0,38, maka terbentuk 3 klaster. Klaster I
yang banyak. Rohaeni et al. (2016) terdiri atas 1 aksesi yaitu TU-19. Klaster II
mengemukakan bahwa marka molekuler terdiri atas 8 aksesi, yaitu TU-22, TU-16, TU-
yang polimorfis dapat menghasilkan pola 13, TU-09, TU-08, TU-07, TU-06, dan TU-
pita yang beragam antarvarietas atau aksesi 05. Klaster III terdiri dari 13 aksesi yaitu TU-
sehingga baik digunakan untuk kegiatan 15, TU-21, TU-20, TU-18, TU-17, TU-02,
analisis kekerabatan plasma nutfah. TU-11, TU-10, TU-12, TU-04, TU-03, TU-14,
Terdapat beberapa marka SSR yang dan TU-01.
mendeteksi jumlah alel yang sama namun Sebagai informasi tambahan, terdapat
memiliki nilai frekuensi alel mayor dan PIC 16 padi lokal yang tergolong subspesies
yang berbeda, seperti yang terlihat pada indica (salah satu cirinya yaitu memiliki
marka RM484 dan RM180 yang sama-sama rambut pada ujung gabahnya). Adapun padi
mendeteksi 2 alel, dengan nilai frekuensi alel lokal dengan kode aksesi TU-05, TU-06, TU-
mayor masing-masing yaitu 0,77 dan 0,57 07, TU-08, TU-09, dan TU-19 merupakan
dan nilai PIC berturut-turut yaitu 0,35 dan padi lokal yang tergolong subspecies
0,59. Berdasarkan data tersebut, ada javanica (salah satu cirinya yaitu tidak
kecenderungan bahwa semakin besar nilai memiliki rambut pada ujung gabahnya).
frekuensi alel mayor, maka nilai PIC nya Sehingga, berdasarkan analisis klaster
akan semakin rendah sehingga nilai PIC tersebut, padi yang memiliki rambut pada
sangat bergantung pada frekuensi alel. Hal ujung gabahnya berada pada klaster
ini sesuai dengan pendapat Anderson et al. tersendiri, yaitu klaster III. Pada klaster I,
(1993) yang mengemukakan bahwa nilai PIC hanya terdapat 1 aksesi yaitu Pare Barri

Gambar 3. Hasil analisis klaster 22 aksesi padi lokal Toraja Utara berdasarkan 26 marka SSR menggunakan
program NTSYS pc 2.1

236
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Rarang. Hal tersebut mengindikasikan diperoleh kisaran nilai jarak genetik padi
bahwa terdapat karakter khas dari padi lokal lokal Toraja Utara (Tabel 4). Rohaeni et al.
tersebut sehingga berdiri sendiri dalam hasil (2016) mengemukakan bahwa, informasi
analisis klaster. Pada klaster II, terdapat 5 kekerabatan dan jarak genetik ini penting
aksesi yang tidak memiliki rambut pada dalam penentuan tetua persilangan
ujung gabahnya dan 3 aksesi yang memiliki berkerabat jauh karena padi lokal yang
rambut pada ujung gabahnya (TU-22, TU- berasal dari daerah yang sama dapat
16, dan TU-13). Diduga ketiga aksesi ini berkerabat jauh ataupun dekat.
sudah mengalami persilangan sehingga Nilai jarak genetik yang diperoleh,
memiliki kekerabatan yang dekat dengan mulai dari 0,22 (TU-08 vs TU-09) sampai
padi yang tidak memiliki rambut pada ujung 0,92 (TU-04 vs TU-19). Misalnya pada
gabahnya. pasangan TU-08 vs TU-09 memiliki jarak
Penelitian Rohaeni et al. (2016) pada genetik 0,22 yang berarti bahwa kode aksesi
beberapa aksesi padi lokal tahan hama padi TU-08 memiliki perbedaan genetik
penyakit tanaman (HPT) yang berasal dari sebesar 22% terhadap padi dengan kode
beberapa daerah di Indonesia didapati aksesi TU-09, ini dibuktikan dengan kedua
bahwa padi golongan subspesies indica dan aksesi ini berada pada klaster yang sama.
subspesies padi javanica berada dalam Berbeda halnya bila dibandingkan dengan
klaster yang terpisah. pasangan TU-04 vs TU-19 yang berbeda
klaster, memiliki nilai jarak genetik 0,92 yang
Jarak genetik berarti bahwa kode aksesi padi TU-04
Berdasarkan hubungan kekerabatan memiliki perbedaan genetik sebesar 92%
diantara 22 aksesi padi lokal yang diteliti, terhadap padi dengan kode aksesi TU-19.

Tabel 4. Jarak genetik 22 aksesi padi lokal Toraja Utara


TU-01

TU-02

TU-03

TU-04

TU-05

TU-06

TU-07

TU-08

TU-09

TU-10

TU-11

TU-12

TU-13

TU-14

TU-15

TU-16

TU-17

TU-18

TU-19

TU-20

TU-21

TU-22
TU-01 0,00
TU-02 0,55 0,00
TU-03 0,51 0,53 0,00
TU-04 0,57 0,54 0,26 0,00
TU-05 0,75 0,67 0,76 0,73 0,00
TU-06 0,69 0,73 0,86 0,84 0,62 0,00
TU-07 0,68 0,78 0,88 0,82 0,51 0,38 0,00
TU-08 0,80 0,80 0,83 0,80 0,55 0,46 0,54 0,00
TU-09 0,78 0,73 0,78 0,83 0,56 0,47 0,55 0,22 0,00
TU-10 0,70 0,67 0,54 0,63 0,76 0,81 0,81 0,76 0,70 0,00
TU-11 0,53 0,47 0,55 0,53 0,77 0,75 0,71 0,77 0,68 0,35 0,00
TU-12 0,51 0,54 0,45 0,28 0,75 0,82 0,76 0,76 0,76 0,54 0,42 0,00
TU-13 0,70 0,71 0,79 0,83 0,65 0,55 0,61 0,50 0,43 0,72 0,67 0,71 0,00
TU-14 0,39 0,51 0,63 0,61 0,77 0,73 0,68 0,70 0,71 0,63 0,47 0,53 0,69 0,00
TU-15 0,59 0,63 0,56 0,65 0,81 0,78 0,78 0,83 0,81 0,64 0,59 0,66 0,74 0,63 0,00
TU-16 0,70 0,64 0,73 0,80 0,67 0,58 0,64 0,56 0,46 0,59 0,53 0,73 0,49 0,50 0,73 0,00
TU-17 0,59 0,33 0,63 0,67 0,80 0,78 0,80 0,80 0,72 0,63 0,50 0,56 0,63 0,41 0,63 0,53 0,00
TU-18 0,65 0,53 0,60 0,67 0,82 0,80 0,82 0,82 0,74 0,42 0,37 0,58 0,61 0,55 0,49 0,57 0,34 0,00
TU-19 0,88 0,84 0,88 0,92 0,64 0,70 0,53 0,62 0,59 0,77 0,78 0,89 0,65 0,82 0,84 0,69 0,78 0,74 0,00
TU-20 0,71 0,63 0,66 0,80 0,83 0,85 0,85 0,85 0,75 0,60 0,59 0,72 0,70 0,62 0,55 0,60 0,46 0,32 0,76 0,00
TU-21 0,74 0,56 0,69 0,76 0,74 0,82 0,82 0,82 0,72 0,64 0,59 0,68 0,67 0,58 0,56 0,61 0,43 0,45 0,75 0,24 0,00
TU-22 0,76 0,76 0,84 0,90 0,76 0,64 0,70 0,56 0,46 0,71 0,66 0,85 0,49 0,65 0,79 0,51 0,67 0,70 0,54 0,70 0,70 0,00
Peluang
10 7 9 11 10 10 9 9 8 3 1 5 2 1 3 0 1 2 2 1 1 0
Persilangan*
Jumlah
105
Peluang

Keterangan: * = Peluang persilangan yang dihitung dengan jarak genetik >0,7

237
Keragaman Genetik 22 Aksesi Padi Lokal Toraja Utara... Ladjao et al.

Berdasarkan nilai jarak genetik tersebut, sesuai dengan pendapat Makkulawu et al.
dapat diketahui bahwa padi lokal yang (2009) yang mengemukakan bahwa dalam
berasal dari daerah yang sama, belum tentu pembentukan varietas hibrida, diperlukan
memiliki jarak genetik yang dekat. Dari hasil tetua penyusun varietas hibrida yang
penelitian ini ternyata ada yang memiliki memiliki jarak genetik yang jauh. Rohaeni
jarak genetik yang jauh. et al. (2016) juga mengemukakan bahwa
Aksesi yang memiliki nilai jarak persilangan antartetua yang memiliki jarak
genetik yang dekat, keduanya berasal dari genetik yang jauh kemungkinan besar
populasi yang sama sehingga tidak bisa akan menghasilkan keturunan yang
dilakukan rekombinasi persilangan karena memiliki tingkat keragaman yang tinggi
memiliki kemiripan genetik yang sangat dan terdapat peluang untuk memperoleh
kuat. Semakin jauh jarak genetik antar galur keturunan yang memiliki sifat unggul
aksesi, maka akan memiliki efek heterosis lebih baik daripada kedua tetuanya
yang tinggi apabila disilangkan. Hal ini (heterosis).
Rekomendasi tetua persilangan pada
tanaman padi yaitu yang memiliki koefisien DAFTAR PUSTAKA
jarak genetik >0,7 (Rohaeni et al. 2016).
Sehingga, berdasarkan hasil penelitian yang Anderson JA, Churchill GA, Autrique JE,
didapatkan (Tabel 4), terdapat 105 peluang Tanksley SD, Sorrells ME (1993)
pasangan persilangan yang dapat terbentuk Optimizing parental selection for
apabila melihat nilai koefisien jarak genetik genetic linkage maps. Genome 36:181-
yang lebih dari 0,7. 186. doi: 10.1139/g93-024
Dalam melakukan seleksi materi untuk Anggraheni YGD dan Mulyaningsih ES
persilangan, selain faktor jarak genetik, (2017) Eksplorasi marka SSR terpaut
korelasi antara karakter vegetatif dan sifat toleransi padi gogo terhadap
generatif perlu diperhitungkan untuk aluminium. J Biol Indones 13:97-106
menghasilkan rekombinan yang baik, Botstein D, White RL, Skolnick M, Davis RW
sehingga perakitan varietas unggul tersebut (1980) Construction of a genetic
lebih terarah dan efektif. Mulsanti et al. linkage map in man using restriction
(2013) menerangkan bahwa pengaruh fragment length polymorphisms. Am J
heterosis pada padi dikendalikan oleh multi Hum Genet 32:314-331
gen sehingga heterosis tidak cukup Chaerani, Hidayatun N, Utami DW (2009)
diterangkan hanya melalui jarak genetik. Pengembangan set multipleks
Akan tetapi, pemulia dapat memanfaatkan penanda DNA mikrosatelit untuk
plasma nutfah dengan jarak genetik yang analisis variasi genetik padi dan
jauh sehingga pilihan galur-galur lebih kedelai. J AgroBiogen 5:57-64.
banyak. doi: 10.21082/jbio.v5n2.2009.p57-64
Chaerani, Utami DW, Hidayatun N, Abdullah
KESIMPULAN B, Suprihatno B (2014) Asosiasi antara
marka SSR dengan ketahanan
Marka SSR yang digunakan mampu terhadap wereng batang coklat pada
mendeteksi keragaman genetik padi lokal varietas dan calon galur harapan padi.
Toraja Utara yang didukung dengan nilai J Entomol Indones 11:43-52. doi:
kisaran ukuran alel antara 106,75 s/d 311 bp, 10.5994/jei.11.1.43
dengan jumlah alel rata-rata 3 dan tingkat Chen MH, Bergman C, Pinson S, Fjellstrom
polimorfisme sebesar 0,53. Hasil analisis R (2008) Waxy gene haplotypes:
klaster menunjukkan bahwa pada koefisien Associations with apparent amylose
kemiripan genetik 0,38 terbentuk 3 klaster. content and the effect by the
Pada klaster I dan klaster II didominasi oleh environment in an international rice
padi yang tidak memiliki rambut pada ujung germplasm collection. J Cereal Sci
gabahnya, dan pada klaster III didominasi 47:536-545. doi:
oleh padi yang memiliki rambut pada ujung 10.1016/j.jcs.2007.06.013
gabahnya. Selain itu, terdapat 105 peluang Efendi R, Musa Y, Farid MB, Rahim MD, Azrai
pasangan heterotik potensial dengan nilai M, Pabendon MB (2015) Seleksi jagung
jarak genetik diatas 0,7. inbrida dengan marka molekuler dan

238
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

toleransinya terhadap kekeringan dan Departemen Pertanian, Jakarta


nitrogen rendah. J Penelitian Pertanian Lestari P, Ham TH, Lee HH, Woo MO, Jiang
Tanaman Pangan 34:43-53. doi: W, Chu SH, Kwon SW, Ma K, Lee JH,
10.21082/jpptp.v34n1.2015.p43-53 Cho YC, Koh HJ (2009) PCR marker-
Fatimah, Herlina L, Silitonga TS (2016) based evaluation of the eating quality
Genetic diversity and trait association of japonica rice (Oryza sativa L). J
analysis of Indonesian rice (Oryza Agric Food Chem 57:2754–2762. doi:
sativa L.) germplasm using SSR 10.1021/jf803804k
markers. J Biotropia 23:105-115. doi: Limbongan Y dan Djufry F (2015)
10.11598/btb.2016.23.2.489 Karakterisasi dan observasi lima aksesi
George MLC, Regalado E, Li W, Cao M, padi lokal dataran tinggi Toraja, Sulawesi
Dahlan M, Pabendon M, Warburton Selatan. Bul Plasma Nutfah 21:61-70
ML, Xianchun X, Hoisington D (2004) Makkulawu AT, Aswidinnoor H,
Molecular characterization of Asian Trikoesoemaningtyas, Koswara J
maize inbred lines by multiple (2009) Estimasi jarak genetik galur
laboratories. Theor Appl Genet 109: jagung pulut berbasis marka
80-91. doi:10.1007/s00122-004-1626-8 mikrosatelit dan korelasinya dengan
Gramene (2006) Panel of 50 standard SSR karakter morfologi. Penelitian Pertanian
markers. Tanaman Pangan 28:7-16
http://archive.gramene.org/markers/mi Maulana Z, Kuswinanti T, Sennang NR,
crosat/50_ssr.html. Accessed 26 July Syaiful SA (2014) Eksplorasi
2018 keragaman plasma nutfah padi lokal
Gross BL dan Zhao Z (2014) Archaeological asal Tana Toraja dan Enrekang
and genetic insights into the origins of berdasarkan karakterisasi morfologi.
domesticated rice. PNAS. 111:6190- Hal 347-352. Prosiding SEMNAS 2014.
6197. doi: 10.1073/pnas.1308942110 UNMAS Press, Denpasar
Juhriah, Masniawati A, Tambaru E, Sajak A Molina J, Sikora M, Garud N, Flowers JM,
(2013) Karakterisasi morfologi malai padi Rubinstein S, Reynolds A, Huang P,
lokal asal Kabupaten Tana Toraja Utara, Jackson S, Schaal BA, Bustamante
Sulawesi Selatan. J Sainsmat 2:22-31. CD, Boyko AR, Purugganan MD (2011)
doi: 10.2685/sainsmat217492013 Molecular evidence for a single
Khan IA, Awan FS, Ahmad A, Khan AA evolutionary origin of domesticated
(2004) A modified mini-prep method for rice. PNAS 108:8351-8356. doi:
economical and rapid extraction of 10.1073/pnas.1104686108
genomic DNA in plants. Plant Mol Biol Mulsanti IW, Surahman M, Wahyuni S,
Rep 22:89. doi: 10.1007/BF02773355 Utami DW (2013) Identifikasi galur
Konda V, Suryono, Gosal PH (2017) tetua padi hibrida dengan marka SSR
Pengaruh layanan terminal bolu di spesifik dan pemanfaatannya dalam uji
Kecamatan Tallunglipu terhadap kemurnian benih. J Penelitian
pertumbuhan wilayah Kabupaten Pertanian Tanaman Pangan 32:1-8.
Toraja Utara. J Spasial 4: 67-78 doi: 10.21082/jpptp.v32n1.2013.p1-8
Kristamtini, Taryono, Basunanda P, Murti RH Putra OD, Samudin S, Lakani I (2014)
(2014) Keragaman genetik kultivar padi Karakterisasi genotip padi lokal Kamba
beras hitam lokal berdasarkan penanda asal dataran Lore. J Agrotekbis 2:146-
mikrosatelit. J AgroBiogen 10:69-76. doi: 154
10.21082/jbio.v10n2.2014.p69-76 Reflinur dan Lestari P (2015) Penentuan
Las I, Suprihatno B, Daradjat AA, Suwarno, lokus gen dalam kromosom tanaman
Abdullah B, Satoto (2004) Inovasi dengan bantuan marka DNA. J Litbang
teknologi varietas unggul padi: Pert 34:177-186. doi:
Perkembangan, arah, dan strategi ke 10.21082/jp3.v34n4.2015.p177-186
depan. Hal 375-395. Dalam: Kasryno Rohaeni WR, Susanto U, Yunani N, Usyati
F, Pasandaran E, Fagi AM (Eds). N, Satoto (2016) Kekerabatan
Ekonomi Padi dan Beras di Indonesia. beberapa aksesi padi lokal tahan hama
Jakarta: Badan Penelitian dan penyakit berdasarkan analisis
Pengembangan Pertanian, polimorfisme marka SSR. J

239
Keragaman Genetik 22 Aksesi Padi Lokal Toraja Utara... Ladjao et al.

AgroBiogen 12:81-90 (2010) Characterizing the Saltol


Sitaresmi T, Wening RH, Rakhmi AT, Yunani quantitative trait locus for salinity
N, Susanto U (2013) Pemanfaatan tolerance in rice. Rice 3:148-160. doi:
plasma nutfah padi varietas lokal 10.1007/s12284-010-9053-8
dalam perakitan varietas unggul. Iptek Utami DW, Kristamtini, Prajitno (2009)
Tanaman Pangan 8:22-30 Karakterisasi plasma nutfah padi beras
Sukartini (2008) Analisis jarak genetik dan merah lokal asal provinsi Daerah
kekerabatan aksesi-aksesi pisang Istimewa Yogyakarta berdasarkan
berdasarkan primer random amplified karakter morfo-agronomi dan marka
polymorphic DNA. J Hort 18:261-266. SSRs. Zuriat 20:10-18
doi: 10.21082/jhort.v18n3.2008.p%25p Utami DW, Sutoro, Hidayatun N, Risliawati
Susanto U, Rohmah NA, Mejaya MJ (2015) A, Hanarida I (2011) Keragaman
Distinguishing rice genotypes using genetik 96 aksesi plasma nutfah padi
morphological, agronomical, and berdasarkan 30 marka SSR terpaut
molecular markers. J Penelitian gen pengatur waktu pembungaan (HD
Pertanian Tanaman Pangan 34:79-87. Genes). J AgroBiogen 7:76-84. doi:
doi: 10.21082/jpptp.v34n2.2015.p79-87 10.21082/jbio.v7n2.2011.p76-84
Thomson MJ, de Ocampo M, Egdane J, Zulfahmi (2013) Penanda DNA untuk
Rahman MA, Sajise AG, Adorada DL, analisis genetik tanaman. J
Tumimbang-Raiz E, Blumwald E, Seraj Agroteknologi 3:41-52. doi:
ZI, Singh RK, Gregorio GB, Ismail AM 10.24014/ja.v3i2.87

240
VOLUME 5 NOMOR 2 DESEMBER 2018 ISSN 2548 – 611X

JURNAL
BIOTEKNOLOGI & BIOSAINS INDONESIA

Homepage Jurnal: http://ejurnal.bppt.go.id/index.php/JBBI

MANURE UNGGAS: SUPLEMEN PAKAN ALTERNATIF DAN DAMPAK


TERHADAP LINGKUNGAN
Manure Poultry: Alternative Feed Supplements and Impacts on the Environment
Yanuartono, Alfarisa Nururrozi*, Soedarmanto Indarjulianto, Nurman Haribowo,
Hary Purnamaningsih, Slamet Rahardjo
Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Gadjah Mada. Jl. Fauna No.2, Karangmalang, Depok, Sleman.
55281 Yogyakarta
*Email: alfarisa.nururrozi@gmail.com

ABSTRACT
The increase in protein demand is now of serious concern as the human population is
forecasted to rise to as much as 9.6 billion by 2050. The poultry industry is one of the largest
and fastest growing sectors of livestock production in the world. Increased production results
in increased sewage so that the impact on the emergence of environmental problems
associated with increased air pollution, water, and soil. The sustainability of animal feeds is
crucial in the development of livestock production systems, and feed efficiency can be
improved by reusing poultry waste in livestock diets, thus diminishing the use of feed grains.
There are several ways of disposing of poultry waste including burial, incineration,
composting, fertilizer or source of biogas energy and feed for livestock. Poultry manure is a
rich source of lignocelluloses, polysaccharides, proteins, minerals, and other biological
materials. It is currently expected some problems can be overcome by utilizing poultry
manure waste as an alternative feed source for livestock. This paper aims to review the
negative effects of excessive chicken manure and its benefits as an alternative feed for
livestock and fish.

Keywords: alternative feed, livestock, pollution, poultry industry, poultry manure

ABSTRAK
Kenaikan permintaan protein menjadi perhatian serius karena populasi manusia diperkirakan
akan meningkat menjadi sebanyak 9,6 miliar orang pada tahun 2050. Industri perunggasan
merupakan salah satu sektor produksi ternak terbesar dan tercepat di dunia. Meningkatnya
hasil produksi tersebut akan menambah jumlah limbah sehingga berdampak pada
munculnya masalah lingkungan yang terkait dengan peningkatan polusi udara, air dan
tanah. Ketersediaan pakan hewan secara berkesinambungan sangat penting dalam
pengembangan sistem produksi ternak dan efisiensi pakan dapat ditingkatkan dengan
menggunakan kembali limbah unggas sebagai bahan pakan ternak, sehingga mengurangi
penggunaan biji-bijian sebagai sumber pakan. Ada beberapa metode mengurangi jumlah
manure ayam termasuk penguburan, insinerasi, pengomposan, pemupukan atau sumber
energi biogas dan pakan ternak. Kotoran unggas adalah sumber lignoselulosa, polisakarida,
protein, mineral dan bahan biologi lainnya. Saat ini diperkirakan beberapa permasalahan
bisa diatasi dengan memanfaatkan limbah manure unggas sebagai sumber pakan alternatif
bagi ternak. Tulisan ini bertujuan untuk mengkaji dampak negatif dari manure ayam yang
berlebihan dan manfaatnya sebagai pakan alternatif untuk ternak dan ikan.

Kata Kunci: industri perunggasan, manure ayam, pakan alternatif, polusi, ternak

Received: 30 July 2018 Accepted: 30 November 2018 Published: 01 January 2019

241
Manure Unggas: Suplemen Pakan Alternatif... Yanuartono et al.

PENDAHULUAN serta unggas yang lain (Iyappan et al. 2011).


Peningkatan kebutuhan protein saat ini Unal et al. (2015) berpendapat bahwa
menjadi perhatian secara serius karena manure unggas saat ini dianggap sebagai
populasi manusia diramalkan akan sumber protein yang cukup potensial.
meningkat menjadi sebanyak 9,6 miliar Menurut para ahli nutrisi hewan, manure
orang pada tahun 2050 (UN 2013). Sampai unggas kaya akan protein, kalsium (5,4%),
saat ini industri perunggasan merupakan fosfor dan magnesium dalam bentuk MgO
salah satu sektor produksi ternak terbesar (0,335%) serta mineral mineral yang lain.
dengan pertumbuhan populasi tercepat di Saat ini, manure unggas telah banyak
dunia (Paxton 2010). Menurut Ghaly dan dimanfaatkan sebagai sumber pakan
MacDonald (2012) pada tahun 2010 jumlah alternatif pada ruminansia (Okeudo dan
unggas di seluruh dunia diperkirakan telah Adegbola 1993; Obeidat et al. 2011), unggas
melampaui 18 miliar dengan produksi (Pamungkas et al. 2012), ikan (Obasa et al.
manure per tahun mencapai 22 juta ton dan 2009; Elsaidy et al. 2015), cacing sutra
diramalkan pada tahun tahun selanjutnya (Singh et al. 2010; Putri et al. 2014).
produksi akan lebih meningkat lagi. Industri Makalah ini bertujuan untuk mengulas
perunggasan di Indonesia merupakan salah penelitian penelitian yang berkaitan dengan
satu agribisnis yang berkembang paling pemanfaatan sebagai sumber protein pakan
cepat. Usaha yang dimulai dari usaha alternatif untuk berbagai macam ternak serta
keluarga pada sekitar tahun 1950 dampak negatif yang mungkin timbul dari
berkembang dengan cepat menjadi pemanfaatan manure ayam.
agribisnis modern yang ditandai dengan
berkembangnya industri hulu dan hilir Kandungan nutrisi manure unggas
(Prabowo et al. 2016). Peningkatan produksi Manure adalah istilah yang digunakan
tersebut mengakibatkan terjadinya untuk campuran kotoran dan urin yang
peningkatan jumlah limbah manure sehingga banyak mengandung senyawa nitrogen.
berdampak pada munculnya masalah Pada awalnya, manure unggas
kesehatan lingkungan terkait dengan dimanfaatkan sebagai pupuk organik karena
meningkatnya polusi udara, air dan tanah. harga pupuk anorganik yang semakin
Pada dasarnya sampai saat ini ada berbagai meningkat serta kekhawatiran menurunnya
metode yang telah diterapkan untuk kualitas tanah akibat penggunaan pupuk
mengatasi segala permasalahan tersebut di anorganik yang tidak terkendali (Okoli dan
atas. Metode metode tersebut diantaranya Nweke 2015). Manure unggas memiliki
adalah memanfaatkan manure ayam kemampuan menyediakan nutrisi untuk
sebagai pupuk organik tanaman (Shiyam tanaman dan juga memperbaiki kualitas
dan Binang 2011; Oyedeji et al. 2014), tanah bila diterapkan dengan bijak, karena
sumber energi alternatif dalam bentuk kandungan bahan organiknya yang tinggi
biogas (Avcioglu et al. 2013; Anupoju et al. dapat dikombinasikan dengan nutrisi yang
2015) dan sumber suplemen pakan alternatif tersedia untuk pertumbuhan tanaman
untuk berbagai macam ternak (Obeidat et al. (Agbede et al. 2008). Namun seiring dengan
2011). Namun demikian, saat ini penelitian pesatnya perkembangan industri
yang dikembangkan untuk mengatasi perunggasan, penggunaan manure sebagai
permasalahan tersebut lebih difokuskan pupuk memunculkan masalah baru karena
pada pemanfaatannya sebagai sumber sebagian besar industri peternakan tersebut
suplemen pakan alternatif. Lebih lanjut, tidak memiliki lahan yang cukup untuk
menurut Pamungkas et al. (2012), menggunakan manure yang berlebihan
penggunaan teknologi dengan tersebut sebagai pupuk tanaman (Mekonnen
memanfaatkan bahan pakan non dan Hoekstra 2012; Ozores-Hampton 2012).
konvensional yang berasal dari limbah Disisi lain, limbah ternak dapat dimanfaatkan
industri peternakan unggas perlu menjadi bahan pakan bernilai cukup tinggi,
dimaksimalkan sehingga diharapkan dapat karena limbah tersebut masih cukup banyak
menurunkan polusi lingkungan. Produksi mengandung nutrien yang dibutuhkan oleh
manure unggas saat ini didominasi oleh ternak. Pakan sendiri dalam kegiatan usaha
ayam pedaging dan ayam petelur dengan peternakan ayam merupakan komponen
sedikit produksi berasal dari puyuh, kalkun biaya produksi tertinggi (70–80%), sehingga

242
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

penggunaan pakan harus efisien, tetapi tidak (Cu), seng (Zn), klor (Cl), boron (B), besi
mengganggu produksi ternak. Biaya (Fe) dan molybdenum (Mo) (Amanullah et al.
produksi dapat ditekan apabila efisiensi 2010). Mineral mineral tersebut sebagian
pakan meningkat (Natalia et al. 2016). besar berasal dari pakan, pakan tambahan
Penggunaan limbah ternak sebagai bahan (feed supplement), obat-obatan, dan air
pakan bermanfaat pula dalam mengurangi minum. Komposisi kimia manure unggas
pencemaran lingkungan. Atas dasar sangat bervariasi karena dipengaruhi oleh
permasalahan tersebut diatas maka para berbagai macam faktor seperti kandang
peneliti kemudian mencoba untuk sumber manure, pakan hewan, umur dan
memanfatkan manure unggas menjadi kondisi unggas, penyimpanan dan
sumber pakan alternatif guna menekan penanganannya serta litter yang digunakan.
biaya pakan yang semakin lama semakin
meningkat. Pengolahan manure unggas
Komposisi manure ayam sangat Manure unggas sudah lama
bervariasi tergantung pada berbagai macam dimanfaatkan sebagai bagian dari formulasi
faktor seperti fisiologis ayam, ransum yang pakan ternak, baik secara langsung melalui
dimakan, lingkungan kandang termasuk pengolahan secara fisik maupun secara
suhu dan kelembaban. Manure ayam segar kimiawi (Huang et al. 2017). Namun
mengandung 77-80% air, nitrogen (N) 1%, demikian sampai saat ini manure ayam
fosfor (P) 0,9% dan kalium (K) 0,5%. tersebut masih terbatas digunakan sebagai
Sedangkan dari total bahan kering, manure suplemen pakan ternak dalam konsentrasi
ayam mengandung N 5%, P 3,9%, dan K yang rendah. Rendahnya penggunaan
2,4%. (Kopec et al. 2016). Manure unggas tersebut disebabkan oleh berbagai macam
segar secara umum memiliki kandungan air faktor pada saat proses pembuatan dan
(70%) dan nitrogen (3,5%). Hasil penelitian penyimpanannya. Faktor tersebut antara lain
yang dilakukan oleh Jamila et al. (2009) seperti timbulnya emisi gas ammonia, polusi
menunjukkan bahwa manure ayam petelur nitrat, kontaminasi air permukaan, menarik
mengandung protein kasar sebesar 9,97%, lalat untuk datang dan berkembang biak,
lemak kasar 2,39%, BETN 27,96%, Ca gangguan kenyamanan lingkungan serta
7,6%, P 1,97% dan serat kasar 30,63%. penurunan nilai nutrisi (Amanullah et al.
Sedangkan manure ayam buras 2010). Lebih lanjut menurut Kader et al.
mengandung protein 9,65-11,62 %, bahan (2012), keberhasilan konversi manure
kering 91,75-94,04%, lemak 3,67-6,16% unggas menjadi bahan pakan tergantung
(Helda dan Sabuna 2012). Hasil penelitian pada proses penyimpanan dan perlakuan
Ghaly dan MacDonald (2012) menunjukkan yang digunakan. Perlakuan fisik untuk
bahwa kandungan protein kasar manure meningkatkan nilai nutrisi manure unggas
ayam yang dikeringkan adalah sebesar 422 dapat dilakukan dengan pengeringan
g/kg, karbohidrat 330 g/kg, serat kasar 65 (Lopez-Mosquera et al. 2008; Bernhart dan
g/kg dan lemak 63 g/kg. Nilai nutrisi manure Fasina 2009) dan pemanasan (Cim et al.
ayam sangat bervariasi tergantung pada 2014). Proses perlakuan kimiawi manure
kondisi dan metode pengolahannya. Rasio unggas biasanya dilakukan dengan
litter dengan manure serta kadar air menggunakan asam asetat, asam propionat
mengakibatkan besarnya variasi nilai nutrisi dan formalin (Glatz et al. 2011; Wales et al.
antar kandang. Hasil penelitian oleh 2013). Sedangkan proses biologis guna
Amanullah et al. (2010) menunjukkan bahwa meningkatkan nilai nutrisi manure ayam
manure ayam potong atau broiler adalah melalui fermentasi (Jamila et al.
mengandung N 2,2%, P 1,41% dan K 2009; Pamungkas et al. 2012), digesti
1,52%. Sedangkan hasil penelitian anaerobik (Thyagarajan et al. 2013),
kandungan manure ayam oleh Kolawole pembuatan kompos dan silase (Suryono et
(2016) menunjukkan bahwa kandungan N al. 2014).
adalah sebesar 2,98%, P 1,31% dan K Hasil penelitian Bernhart dan Fasina
2,34%. Manure unggas juga mengandung (2009) menunjukkan bahwa proses
unsur-unsur mineral yang lain seperti pengeringan dapat menghambat kecepatan
kalsium (Ca), magnesium (Mg), penurunan nilai nutrisi manure ayam. Proses
belerang/sulfur (S), mangan (Mn), tembaga pengeringan tersebut juga berdampak positif

243
Manure Unggas: Suplemen Pakan Alternatif... Yanuartono et al.

karena dapat meminimalisir pencemaran organik padat seperti kotoran/limbah


udara termasuk bau yang disebabkan oleh peternakan dapat diproses menjadi bentuk
manure ayam segar atau basah. Hasil kompos. Salah satu metode yang telah
penelitian oleh Ghaly dan MacDonald (2012) banyak dimanfaatkan adalah vermiteknologi.
menunjukkan bahwa proses pengeringan Menurut Iwai et al. (2011), vermiteknologi
manure dapat mengakibatkan sedikit adalah metode produksi kompos dengan
penurunan pH, protein dan asam amino. memanfaatkan aktivitas cacing tanah.
Namun demikian, proses pengeringan masih Berbagai macam bahan dapat digunakan
mampu mempertahankan kandungan nutrisi untuk pertumbuhan serta perkembangbiakan
yang lain seperti energi, serat kasar dan cacing tanah seperti manure sapi
lemak. (Rameshwar dan Argaw 2016), manure
Teknologi fermentasi bahan pakan kambing (Ilaiayadeepan et al. 2015), manure
lokal termasuk manure ayam telah banyak domba (Azarmi et al. 2009), manure babi
dilakukan di bidang pakan ternak sebagai (Kováčik et al. 2013) dan manure ayam
salah satu upaya untuk meningkatkan nilai (Jamir et al. 2017). Saat ini manure ayam
nutrisinya. Pamungkas et al. (2012) dalam yang dicampur dengan berbagai bahan
penelitiannya mencoba menambahkan organik padat telah banyak dimanfaatkan
digestat dari manure ayam petelur yang sebagai pakan cacing tanah dengan hasil
difermentasi dengan kapang Aspergillus akhir vermikompos yang nantinya digunakan
niger pada ransum ayam broiler. Hasil sebagai pupuk organik untuk tanaman
penelitiannya menunjukkan bahwa (Petmuenwai et al. 2013).
fermentasi dengan kapang A. niger mampu
meningkatkan kandungan protein kasar Sebagai pakan tambahan ruminansia
digestat sebesar 55,6%, yaitu dari 9,84% Manure ayam dapat dimanfaatkan
menjadi 15,31%. Sedangkan pemberian sebagai suplemen pakan untuk ternak
digestat yang difermentasi dengan A. niger ruminansia karena kandungan protein,
hingga 6% tidak berpengaruh terhadap mineral dan energinya relatif tinggi (Pinto-
konsumsi pakan, konversi pakan dan Ruiz et al. 2012). Kandungan nitrogen dari
pertambahan bobot badan ayam broiler. manure unggas yang tinggi dapat
Jamila et al. (2009) menggunakan teknologi dimanfaatkan sebagai sumber energi bagi
fermentasi untuk meningkatkan kualitas ruminansia. Sebagian besar manure unggas
nutrisi manure ayam dengan memanfaatkan mengandung sekitar 25% bahan kering dan
bakteri Lactobacillus sp. Hasil penelitiannya sekitar setengahnya berasal dari asam urat,
menunjukkan bahwa penggunaan sehingga dapat digunakan secara efisien
Lactobacillus sp dalam proses fermentasi oleh mikroba rumen untuk menghasilkan
feses ayam cenderung meningkatkan protein. Selain itu, manure ayam juga
kandungan protein kasar feses ayam tetapi memberikan kontribusi yang signifikan
tidak berpengaruh terhadap kandungan terhadap jumlah Ca, P, K, dan sejumlah
serat kasar. Lebih lanjut, Arave et al. (1990) mikro mineral (Uzatici 2012). Hasil penelitian
menyatakan bahwa palatabilitas manure Pinto-Ruiz et al. (2012) menunjukkan bahwa
ayam yang diproses dengan metode penambahan manure ayam pada sapi perah
fermentasi aerobik lebih tinggi dibandingkan Swiss American-Holstein cross yang diberi
dengan metode pengeringan. Metode lain pakan basal African Star grass (Cynodon
yang telah banyak digunakan dalam plectostachyus) berpengaruh terhadap
pengolahan manure ayam adalah metode kualitas susu. Penambahan manure tersebut
pencernaan anaerobik. Proses tersebut berpengaruh secara signifikan pada kadar
memanfaatkan bakteri anaerobik untuk urea, lemak, total solid, K dan Zn dalam
menurunkan zat organik yang terikat atau susu. Hasil penelitian oleh Hadjipanayiotou
melekat pada manure ayam. Penelitian para et al. (1993) dengan menggunakan hewan
ahli menunjukkan bahwa perlakuan dengan kambing jenis Shami goat dan Black Syrian
menggunakan metode pencernaan Mountain goat yang diberi konsentrat
anaerobik bersifat kompleks dengan dengan tambahan 33% manure ayam
melibatkan dua tahapan yang berbeda, yaitu menunjukan peningkatan produksi susu
fermentasi asam dan fermentasi metana. yang signifikan. Namun demikian, dalam
Pada dasarnya semua bahan-bahan hasil penelitiannya tidak ada penambahan

244
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

berat badan yang signifikan antara kelompok Penelitian yang dilakukan oleh Azizi et
yang diberi konsentrat dengan kelompok al. (2017) menunjukkan bahwa manure
yang diberi tambahan manure ayam. ayam yang telah dikeringkan dapat
Sedangkan Rossi et al. (1999) telah digunakan sebagai suplemen protein pada
melakukan penelitian pada sapi silang domba dengan pakan basal jerami. Hasil
Simmental Angus yang diberi pakan penelitian tersebut menunjukkan bahwa
konsentrat tinggi ditambah dengan manure tidak ada perbedaan signifikan terhadap
ayam dibandingkan dengan pakan kesehatan, penampilan domba, kecernaan
konsentrat tinggi ditambah dengan protein protein kasar, FCR dan ADG. Manure
kedelai. Hasil penelitiannya menunjukkan unggas dengan campuran bahan pakan lain
bahwa penampilan secara keseluruhan sapi juga dapat dibuat menjadi bentuk blok
percobaan tidak berbeda nyata antara (Hadjipanayiotou et al. 1993; Aye dan
kelompok penambahan manure dengan Adegun 2010). Aye (2013) melakukan
kedelai. Dengan demikian, jika ditinjau dari penelitian dengan menggunakan kambing
sisi ekonomi hasil penelitian tersebut West African Dwarf yang diberi pakan basal
menunjukkan bahwa pemberian manure Cnidosculus aconitifolius dengan suplemen
ayam mampu menekan biaya pakan jika Poultry Manure-Multinutrient Blocks
dibandingkan dengan penambahan kedelai. (CPMNB). Hasil penelitian tersebut
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Arave et menunjukkan bahwa kambing yang diberi
al. (1990) menunjukkan tidak ada perbedaan tambahan CPMNB memiliki performan lebih
yang signifikan kadar lemak susu antara sapi baik jika dibandingkan dengan kontrol tanpa
yang diberi tambahan manure unggas penambahan CPMNB. Hasil penelitian
dengan kontrol. Lebih lanjut Arave et al. tersebut menunjukkan bahwa CPMNB
(1990) juga menyatakan bahwa tidak ada mampu memperbaiki performan kambing
perubahan pada rasa susu antara sapi melalui peningkatan fermentasi pakan dalam
Holstein yang diberi tambahan manure rumen.
unggas dengan kontrol tanpa manure ayam. Hasil hasil penelitian yang bervariasi
Hasil penelitian tersebut juga menunjukkan dalam Tabel 1 tersebut dapat diakibatkan
bahwa penambahan manure unggas sampai oleh berbagai macam sebab seperti metode
17,4% dari total pakan mampu mencukupi proses pengolahan, dosis atau jumlah
asupan pakan untuk sapi dengan produksi manure ayam, ruminansia yang digunakan,
susu yang tinggi. Penelitian pengaruh durasi waktu penelitian dan pakan basal
pemberian suplemen manure unggas kering yang digunakan dalam penelitian. Hasil hasil
pada sapi jantan yang dikastrasi juga penelitian dalam Tabel 1 menunjukkan
menunjukkan tidak adanya perbedaan yang bahwa penelitian lebih banyak dilakukan
signifikan pada pertambahan bobot rata rata pada ruminansia kecil dan sapi potong.
perhari (ADG), asupan bahan kering dan Oleh sebab itu masih banyak
efisiensi pakan penelitian yang dapat dilakukan pada

Tabel 1. Dampak pemberian manure unggas pada ruminansia

Hewan Dosis Proses Dampak Referensi

Simmental 1,1 kg/hari pengeringan Penurunan Rossi et al.


Angus silang (32,1% PK) biaya pakan 1999

West African 10, 20, 30% suplemen Pengeringan Peningkatan asupan Ukanwoko dan
Dwarf bahan pakan bahan kering Ibeawuchi 2009

Sapi Swiss Ad libitum Pengeringan Peningkatan Pinto-Ruiz et al.


American Holstein (maksimum 6,9 kg) produksi susu 2012

Domba 170 g/kg pakan Silase Peningkatan performan San Pedro et al.
melalui peningkatan 2015
protein kasar

245
Manure Unggas: Suplemen Pakan Alternatif... Yanuartono et al.

ruminansia besar dan penelitian lebih Saat ini para peternak ikan, terutama
mendalam untuk memperoleh hasil yang dengan model integrated farming telah
maksimal dalam memanfaatkan manure banyak mulai memanfaatkan metode daur
ayam tersebut. Namun demikian, ulang limbah, salah satunya adalah dengan
pemanfaatan manure ayam tersebut juga memanfaatkan manure ayam sebagai bahan
harus mempertimbangkan aspek kesehatan tambahan pakan ikan (Elsaidy et al. 2015).
lingkungan dari tanah, air dan udara yang Di negara negara Asia, pemberian manure
mungkin dapat ditimbulkannya. ayam pada ikan tanpa melalui pengolahan
merupakan hal yang umum dilakukan dan
Sebagai pakan tambahan ikan telah banyak memberikan keuntungan,
Penggunaan bahan pakan namun demikian, jika jumlah yang diberikan
konvensional seperti biji-bijian dan protein berlebihan maka akan menekan jumlah
hewani untuk pakan ikan saat ini tidak lagi oksigen dalam air dan mengakibatkan
ekonomis karena meningkatnya permintaan tingkat kematian yang tinggi pada ikan
kebutuhan protein hewani dan industri (Adewumi et al. 2011). Sampai saat ini,
perikanan. Salah satu permasalahan utama pemeliharaan ayam dan ikan yang terpadu
yang dihadapi budidaya perikanan di hampir merupakan model integrated farming yang
semua negara berkembang adalah paling umum digunakan, dimana kandang
terbatasnya ketersediaan bahan pakan ayam dibangun di atas kolam ikan sehingga
sumber protein kualitas tinggi dengan harga manure ayam dan sisa pakan akan langsung
terjangkau. Penggunaan limbah organik dapat dimanfaatkan oleh ikan (Al Mamun et
diharapkan tidak hanya dapat memberikan al. 2011). Selain dimanfaatkan secara
alternatif sumber pakan ikan murah namun langsung sebagai pakan pada usaha
juga meminimalisir masalah yang terkait budidaya ikan, manure ayam juga
dengan pembuangan limbah organik dimanfaatkan sebagai pupuk organik untuk
memasuki lingkungan. menghasilkan plankton melalui proses
Di era globalisasi saat ini kita perlu fotosintesis (Obasa et al. 2009). Hasil
mencermati munculnya isu internasional penelitian Abbas et al. (2004) menunjukkan
yang bersifat multidimensi dan hal tersebut adanya peningkatan produksi ikan dalam
perlu kita sikapi dengan bijak. Isu yang kolam yang diberi manure ayam secara
banyak muncul dalam industri yang terkait langsung. Lebih lanjut, penelitian yang
dengan industri perikanan adalah kualitas dilakukan oleh Jha et al. (2008)
dan keamanan produk perikanan yang menunjukkan bahwa jumlah bakteri
dihasilkan. Saat ini kendala penggunaan heterotrofik dalam kolam ikan hias secara
manure ayam sebagai bahan tambahan signifikan lebih tinggi pada pemberian
pakan ikan adalah belum adanya kontrol manure ayam jika dibandingkan dengan
kualitas dan keamanannya jika digunakan pemberian pakan ikan komersial, manure
sebagai pakan ikan. Permasalahan lain yang sapi maupun plankton hidup. Hasil penelitian
kemungkinan dapat mempengaruhi kualitas tersebut diatas menunjukkan bahwa
dan keamanan produk ikan adalah pemberian manure ayam juga memiliki
penggunaan antibiotic growth promotor kemampuan meningkatkan kualitas air.
(AGP) pada pakan unggas. Dengan Menurut Obasa et al. (2009), pemberian
berbagai alasan tersebut maka pemerintah manure ayam sampai 60% mampu
mulai 1 Januari 2018 telah mengeluarkan menggantikan peran bungkil kedelai dalam
larangan terhadap penggunaan AGP pada meningkatkan pertumbuhan dan efisiensi
ternak. Larangan tersebut mengacu UU No. nutrisi Clarias gariepinus secara
41 tahun 2014 tentang Peternakan dan keseluruhan. Hasil penelitian tersebut
Kesehatan. Kementerian Pertanian pun kemungkinan disebabkan oleh adanya
mengeluarkan Permentan No. 14/2017 kenyataan bahwa kedelai masih banyak
tentang klasifikasi obat hewan. Larangan mengandung anti nutrisi yang salah satunya
tersebut diharapkan dapat menurunkan mengakibatkan penurunan aktivitas enzim
kejadian resistensi bakteri terhadap banyak pencernaan protein. Hasil penelitian lain
jenis antibiotik, yang pada akhirnya akan menunjukkan bahwa pemberian manure
meningkatkan kualitas dan keamanan ikan ayam juga mampu meningkatkan
yang mengonsumsi manure unggas. produktivitas melalui parameter

246
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

pertumbuhan harian rata rata/ daily growth unggas pada ikan, baik yang dilakukan di
rate (DGR) ikan nila (Oreochromis niloticus) Indonesia maupun luar negeri. Jenis ikan,
dan ikan mas (Cyprinus carpio) pada kolam jumlah atau dosis manure unggas serta
skala kecil atau skala rumah tangga (Endebu metode pemberian yang digunakan dalam
et al. 2016). Lebih lanjut, Kaur et al. (2015) peneltian tersebut juga bervariasi. Penelitian
dalam penelitiannya juga menunjukkan penelitian pemanfaatan manure unggas
bahwa manure ayam berpengaruh positif sebagai pakan alternatif terutama ditujukan
terhadap kualitas air kolam pemeliharaan untuk menekan biaya produksi terutama
dan pertumbuhan ikan mas (C. carpio) tanpa harga pakan yang semakin lama semakin
mempengaruhi komposisi lemak dan protein tinggi. Meskipun dari banyak hasil penelitian
dalam dagingnya. Menurut Adewumi et al. dapat disimpulkan bahwa manure ayam
(2011), hasil hasil penelitian tersebut diatas merupakan sumber nutrisi yang cukup baik
disebabkan karena manure ayam untuk ikan, namun menurut Mlejnkova dan
merupakan sumber nutrisi yang memiliki Sovova (2012) manure unggas tetap
kualitas cukup baik untuk ikan. Lebih lanjut, termasuk dalam kategori bahan organik
nilai nutrisi yang tinggi pada manure ayam berbahaya karena memiliki potensi risiko
kemungkinan disebabkan karena saluran yang besar terhadap kesehatan lingkungan
pencernaannya sangat pendek (enam kali air. Pendapat tersebut didukung oleh Hoa et
panjang tubuh) sehingga beberapa bahan al. (2011) yang menyatakan bahwa
pakan yang dimakan diekskresikan oleh lingkungan perairan dapat memainkan peran
ayam sebelum dicerna sepenuhnya. Hasil- penting untuk menyimpan dan menyebarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa 80% resistensi antibiotik di berbagai ekosistem.
berat kering bahan pakan dapat dicerna oleh Lebih lanjut, penggunaan manure ayam
ayam sehingga sekitar 20% dapat pada peternakan ikan terpadu diduga
dimanfaatkan oleh ikan dalam sistem mengakibatkan peningkatan resistensi
budidaya ayam dan ikan secara terpadu. bakteri sehingga dapat menjadi cermin
Tabel 2 menunjukkan berbagai hasil kualitas ikan serta lingkungan kolamnya
penelitian dampak pemberian manure (Neela et al. 2012). Dugaan tersebut

Tabel 2. Dampak pemberian manure unggas pada ikan

Jenis ikan Dosis Model Dampak Referensi

C. carpio 2000 kg/ha Pemupukan Peningkatan Priyadarshini


kolam bobot akhir et al. 2011

O. niloticus 4 kg/kolam Kolam semi Peningkatan rata- Utete dan


intensif rata bobot badan Dzikiti 2013

Rohu (Labeo rohita), Tergantung jumlah Peternakan ayam Peningkatan Sahoo dan
Silver carp yang jatuh ke kolam dan ikan terpadu bobot panen ikan Singh 2015
(Hypophthalmichthys
molitrix)
dan Grass carp
(Ctenopharyngodon
idella)

C. carpio 12 ton/hektar Pemupukan Peningkatan Kour et al.


kolam bobot akhir 2016

O. niloticus dan 10 kg/kolam Peternakan ayam Peningkatan Endebu


common carp dan ikan terpadu bobot ikan et al. 2016

O. niloticus Tergantung jumlah Peternakan ayam Peningkatan bobot Hirpo 2017


yang jatuh ke kolam dan ikan terpadu total dalam satu kolam

Bandeng 20% Dibuat pakan Peningkatan rata-rata Salam et al.


(Chanos chanos) bentuk pelet laju pertumbuhan 2017

247
Manure Unggas: Suplemen Pakan Alternatif... Yanuartono et al.

diperkuat oleh Liljebjelke et al. (2017) yang berskala besar.


melaporkan bahwa peternakan unggas Fermentasi manure unggas
terpadu merupakan salah satu jalur utama dimanfaatkan sebagai nutrisi untuk cacing
untuk mempercepat penyebaran resistensi sutra (Tubifex tubifex) yang merupakan
antibiotik di lingkungan perairan. Dengan salah satu jenis pakan hidup yang yang baik
demikian diharapkan kepada para peneliti untuk pertumbuhan larva ikan. Manure ayam
untuk melakukan penelitian lebih mendalam saat ini juga dapat dimanfaatkan untuk
guna menurunkan risiko yang timbul dari pertumbuhan berbagai macam cacing
dampak negatif tersebut. seperti T. tubifex (Nurfitriani et al. 2014),
Eudrillus eugeniae (Petmuenwai et al. 2013),
Sebagai sumber pakan hewan lain Lumbricus rubellus (Febrita et al. 2015), dan
Nururrozi et al. (2017) melakukan Eudrilus euginiae (Manaig-Elena 2016).
pengabdian masyarakat menggunakan Kusumorini et al. (2017) dalam laporannya
manure ayam broiler yang difermentasi menyatakan bahwa penambahan pupuk
menggunakan Lactobacillus casei untuk fermentasi kotoran ayam memberikan
meningkatkan produktivitas ayam kampung pengaruh yang signifikan terhadap populasi
di desa Janten, Kecamatan Temon, Kulon dan biomassa cacing T. tubifex. Populasi
Progo, DIY. Dalam pengabdian tersebut dan biomassa tertinggi terdapat pada
tidak dilakukan analisis ilmiah karena pemberian fermentasi kotoran ayam dengan
program lebih ditekankan pada pelatihan dosis 150 g/20hari dan mencapai biomassa
dan pendampingan masyarakat dalam 17,32 g yang dicapai pada hari ke-20. Lebih
meningkatkan kemampuan memelihara lanjut menurut Febrita et al. (2015) manure
ayam kampung. Paramater yang digunakan ayam dapat dimanfaatkan sebagai pakan
dalam pengabdian ini hanya palatabilitas untuk pertumbuhan dan perkembangan
manure ayam yang diproduksi. Palatabiltas cacing tanah (Lumbricus rubellus), meskipun
manure ayam tersebut cukup tinggi yang hasil yang terbaik dalam penelitiannya
dibuktikan dengan tidak pernah ada sisa adalah pakan asal manure sapi.
pakan yang diberikan dalam tempat pakan. Penggunaan manure ayam sebagai sumber
Darmawansyah et al. (2013) dalam pakan untuk berbagai macam jenis cacing
penelitiannya menggunakan manure ayam diharapkan mampu memberikan manfaat
broiler (Gyaritus varius L.) dan ayam pada berbagai sisi seperti perbaikan kualitas
kampung (G. domestica L.) sebagai media tanah, produksi pakan untuk ikan dan
untuk meningkatkan laju pertumbuhan membantu menurunkan tingkat pencemaran
Brachionus plicatilis. B. plicatilis sendiri udara, air maupun tanah.
merupakan jenis pakan alami yang banyak Limbah yang berasal dari makanan
digunakan dalam usaha budidaya larva ikan dan industri peternakan telah lama
(Abd-Rahman et al. 2018). Hasil digunakan sebagai pakan babi. Namun
penelitiannya menunjukkan bahwa media demikian, limbah yang berasal dari makanan
yang paling baik meningkatkan laju memiliki kelemahan dimana komponen
pertumbuhan B. plicatilis adalah dengan nutrisi secara kimiawi bersifat tidak stabil
pemberian kotoran ayam broiler dengan karena pembusukan terjadi hanya beberapa
konsentrasi sebesar 400 mg. Han et al. jam setelah dibuang (Adesehinwa et al.
(2017) memanfaatkan manure ayam sebagai 2010; Akinfala dan Komolafe 2011). Oleh
substrat untuk pertumbuhan mikroalga sebab itu sejumlah peneliti kemudian
Scenedesmus obliquus HTB1 yang dapat mengarahkan penelitian mereka pada pada
digunakan sebagai sumber bioenergi. Hasil limbah industri peternakan ayam berupa
penelitiannya menunjukkan bahwa nutrisi manure maupun litter sebagai pakan babi.
dari hasil ekstraksi manure ayam mampu Perez-Aleman et al. (1971) melakukan
mendorong pertumbuhan kecepatan penelitian dengan menggunakan manure
pertumbuhan dan hasil biomassa yang tinggi ayam bentuk kering sebagai tambahan diet
pada mikroalga Scenedesmus obliquus pada babi untuk fase pertumbuhan dengan
HTB1. Selain hasil tersebut diatas, ekstraksi bobot hidup 23-85 kg. Dalam penelitian
manure ayam diharapkan dapat menekan tersebut pemberian manure ayam dilakukan
biaya serta meningkatkan efisiensi jika secara bertingkat mulai dari kontrol tanpa
digunakan untuk produksi mikroalga penambahan manure ayam, 10%, 20% dan

248
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

30%. Hasil penelitiannya menunjukkan 60% diekskresikan dalam bentuk yang tidak
bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan berubah atau sebagai metabolit aktif dalam
pada status kesehatan dan kualitas karkas urin. Penelitian lebih lanjut menunjukkan
yang dihasilkan. Namun demikian, hasil bahwa sekitar 67% dari tylosin yang
penelitiannya menunjukkan adanya terkonsumsi oleh ayam terutama akan
hubungan linier yang signifikan pada tingkat diekskresikan melalui tinja. Oleh sebab itu,
pertumbuhan dan efisiensi konversi pakan, jika limbahnya digunakan sebagai pupuk
dimana pada setiap kenaikan 10% akan atau bahan pakan alternatif kemungkinan
terjadi penurunan pertambahan bobot badan besar akan menimbulkan residu yang dapat
sebesar 0,02 kg/hari. Hasil penelitian Len et menyebabkan munculnya masalah
al. (2003) menunjukkan bahwa silase dapat lingkungan seperti pertumbuhan tanaman,
dibuat dari campuran manure ayam dengan potensi gangguan kesehatan pada manusia
dedak padi, tepung singkong, sari tebu dan dan hewan (Musa dan Abdullahi 2013;
residu singkong dan digunakan sebagai Okeke et al. 2015).
pakan babi. Penggunaan manure ayam Penelitian dampak manure terhadap
sebagai bahan campuran dalam silase munculnya residu antibiotik juga telah
berkisar 25-50% untuk babi dengan berat banyak dilakukan terutama pada
20-50 kg, sedangkan untuk babi dengan klortetrasiklin dan oksitetrasiklin (Du dan Liu
berat 50-70 kg, maksimal manure ayam 2012; Ho et al. 2014; Hou et al. 2015). Lebih
dalam campuran adalah 75%. Hasil hasil lanjut, munculnya residu antibiotik tersebut
penelitian diatas menunjukkan bahwa kemungkinan disebabkan oleh aplikasi
pemberian manure ayam yang telah melalui penggunaannya yang luas dan tidak
proses pengeringan maupun silase mampu terkendali (Bassil et al. 2013). Hampir 90%
meningkatkan performan babi secara dari semua antibiotik yang digunakan di
keseluruhan. peternakan hewan dan unggas telah
dilaporkan diberikan pada konsentrasi sub-
DAMPAK NEGATIF TERHADAP LINGKUNGAN terapeutik. Dari 90% tersebut, 70% dari ini
adalah untuk tujuan pencegahan penyakit
Saat ini, manure ayam dapat dan 30% untuk pemacu pertumbuhan
dimanfaatkan untuk berbagai macam (Kebede et al. 2014). Menurut Yang et al.
kepentingan, namun demikian di sisi lain (2014), penggunaan manure ayam yang
perlu adanya perhatian yang cukup besar mengandung antibiotik memiliki dampak
terhadap munculnya dampak negatif dari negatif dua sisi, yaitu meningkatnya
pemanfaatan manure tersebut, terutama resistensi antibiotik di alam bebas dan
terhadap kesehatan lingkungan. Menurut membantu penyebaran bakteri yang telah
Kaplan et al. (2011), polutan tersebut dapat resisten. Penggunaan pupuk kandang dari
menyebar melalui berbagai macam jalur dan hewan yang memperoleh pencegahan
pada akhirnya sebagian besar memasuki maupun pengobatan dengan antibiotik
rantai pakan ternak maupun makanan memiliki efek peningkatan resistensi dua kali
manusia. Dampak kerusakan lingkungan lipat. Salah satu contoh adalah yang terjadi
akibat penggunaan manure ayam dapat di China (Wang et al. 2016; Yang et al.
dibagi menjadi 3 macam, yaitu kerusakan 2016), dimana manure ayam yang diberi
tanah, pencemaran air dan kesehatan udara antibiotik mengandung beberapa strain
termasuk pemanasan global (Leip et al. bakteri resisten terhadap antibiotik. Lebih
2015). Munculnya dampak negatif tersebut lanjut hasil penelitian Yang et al. (2014)
kemungkinan besar disebabkan oleh menunjukkan bahwa penggunaan manure
pemberian pakan ayam komersial yang ayam tersebut sebagai pupuk tanaman
diberi berbagai macam tambahan suplemen seperti seledri dan timun mengakibatkan
dan mineral seperti Fe, Mn, Cu dan Zn. bakteri resisten antibiotik ditemukan dalam
Selain berbagai macam tambahan tersebut, konsentrasi lebih tinggi. Hal tersebut
dalam pakan ayam juga ditambahkan AGP mengindikasikan bahwa penyebaran bakteri
yang ditujukan untuk pencegahan, resisten antibiotik dapat terjadi akibat
pengobatan penyakit dan peningkatan pemberian antibiotik pada ayam, baik
produksi. Sekitar 25% dosis tetrasiklin oral sebagai growth promoter maupun terapi
diekskresikan dalam kotoran dan 50 sampai (FDA 2012; Adelowo et al. 2014). Laporan

249
Manure Unggas: Suplemen Pakan Alternatif... Yanuartono et al.

hasil hasil penelitian yang berkaitan dengan mengakibatkan ketidak-seimbangan unsur


konsentrasi residu antibiotik berasal dari hara di dalam tanah tersebut, eutrofikasi
manure ayam menunjukkan adanya variasi permukaan air oleh fosfat dan penumpukan
yang besar. Variasi tersebut tergantung nitrat sampai sedalam 3 meter atau bahkan
pada perlakuan individu maupun kelompok sampai ke batuan dasar. Lebih lanjut Adeoye
ternak, durasi pengobatan dan waktu et al. (2014) menyarankan berbagai macam
pengambilan sampel setelah pemeliharaan metode untuk mengatasi masalah
(Cookey dan Otokunefor 2016). Sejumlah pencemaran lingkungan yang ditimbulkan
laporan penelitian menunjukkan bahwa oleh manure unggas di Minna, Nigeria.
antibiotik dalam konsentrasi tinggi dan paling Metode yang disarankannya antara lain
sering ditemukan sebagai residu dalam adalah pengelolaan peternakan yang lebih
manure adalah kelompok tetrasiklin maju, penggunaan manure ayam sebagai
(Jayalakshmi et al. 2017). pupuk organik harus disesuaikan dengan
Hasil penelitian oleh Adeoye et al. dosis pemupukan, pembuatan kompos dan
(2014) pada lokasi pembuangan limbah ayam biogas. Metode metode tersebut tampaknya
termasuk manure ke tanah secara terus- sesuai diterapkan di negara berkembang
menerus di Minna, Nigeria menunjukkan termasuk Indonesia, karena lebih ramah
terbentuknya populasi mikroba yang dapat lingkungan dan dapat menghasilkan sumber

Tabel 3. Dampak negatif penggunaan manure ayam

Sumber Bentuk Dampak negatif Referensi

Manure ayam Manure segar Peningkatan pencemaran air dan Moreki dan
pedaging dan petelur udara sekitar lokasi peternakan Keaikitse 2013

Manure ayam Manure segar pencemaran air, tanah udara dan peningkatan Kostadinova et al.
pedaging jumlah koliform sekitar lokasi peternakan. 2014

Integrated Peningkatan resistensi tetrasiklin Neela et al. 2015


Poultry-Fish dan ampisilin
Farming

Manure ayam Pupuk organik Multipel resisten terhadap gentamisin (10%), Oluyege et al. 2015
ciprofloxacin (20%), ceftazidime (48%),
sefotaksim (50%), norfloksasin (29%),
cefuroxime (53%), ceftriaxone (43%),
eritromisin (71%), vankomisin (44%) dan
penisilin (55%)

Manure ayam Manure segar Peningkatan residu tetrasiklin (0,01-1,38 Carballo et al. 2016
pedaging mg/kg) sedangkan oksitetrasiklin (OTC),
klortetrasiklin (CTC) dan doksisiklin (DOC)
masih dalam batas yang rendah (100 µg/kg)

Manure ayam petelur Manure segar Ampisillin, kotrimoksasole, nalidixic acid, Cookey dan
nitrofurantoin, kolistin, tetrasiklin, oksasilin Otokunefor 2016
eritromisin dan penisilin

Manure ayam Manure segar Peningkatan resistensi tetrasiklin, Wang et al. 2016
pedaging sulfonamida, kuinolon, aminoglikosida,
dan makrolida

Manure ayam Pupuk organik Kontaminasi sayuran oleh koliform, Atidégla et al. 2016
Escherichia coli dan Streptococci

Manure ayam Pupuk organik Pencemaran udara Ranadheera et al.


pedaging dan petelur 2017

250
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

daya dari limbah. Metode lain yang saat ini DAFTAR PUSTAKA
banyak diterapkan untuk mengatasi masalah
pencemaran lingkungan tersebut adalah Abbas S, Ahmed I, Akhtar P (2004) Effect of
dengan memanfaatkan manure ayam different levels of poultry droppings on
menjadi pakan alternatif untuk ruminansia the growth performance of major
atau ikan. carps. Pak Vet J 24:139-143
Hasil sejumlah penelitian yang Abd-Rahman AR, Cob ZC, Jamari Z,
disebutkan diatas dan tertera dalam Tabel Mohamed AM, Toda T, Ross OH
3 menunjukkan bahwa sebagian besar (2018) The effects of microalgae as
pemanfaatan manure ayam sebagai live food for Brachionus plicatilis
suplemen pakan tambahan dilakukan di (rotifer) in intensive culture system.
negara negara berkembang. Hal tersebut Trop Life Sci Res 29:127-138. doi:
tidaklah mengherankan karena saat ini 10.21315/tlsr2018.29.1.9
harga bahan bahan pakan semakin tinggi Adelowo OO, Fagade OE, Agers Y (2014)
sehingga digunakan bahan pakan alternatif Antibiotic resistance and resistance
yang relatif jauh lebih murah. Namun genes in Escherichia coli from poultry
demikian, penggunaan bahan alternatif farms, southwest Nigeria. J Infect Dev
tersebut memiliki risiko yang besar Ctries 8:1103-1112.
terhadap kondisi kesehatan lingkungan doi:10.3855/jidc.4222
yang pada akhirnya akan berakibat pada Adeoye PA, Hasfalina CM, Amin MSM,
kesehatan manusia. Di Indonesia, dengan Thamer AM, Akinbile CO (2014)
keluarnya larangan pemerintah terhadap Environmental implication of poultry
penggunaan AGP pada ternak mulai 1 waste generation and management
Januari 2018, diharapkan produk manure techniques in Minna, semi-arid region
ayam sebagai pakan alternatif akan lebih of Nigeria. Ann Res Rev Biol 4:1669-
menjamin kesehatan dan keamanan ternak 1681
yang mengonsumsinya, baik ruminansia, Adesehinwa AOK, Obi OO, Makanjuola BA,
unggas maupun ikan. Namun demikian, Adebayo AO, Durotoye ES (2010)
peran pemerintah masih sangat diperlukan Utilization of sun-dried on-farm
untuk mengawasi pelaksanaan larangan generated poultry litter as a feed
tersebut dilapangan sehingga benar benar resource for growing-finishing pigs. Afr
dapat terlaksana dengan baik. J Biotechnol 9:2821-2825. doi:
10.5897/AJB09.1821
KESIMPULAN Adewumi AA, Adewumi IK, Olaleye VF
(2011) Livestock waste-menace: Fish
Sebagai sumber pakan alternatif, wealth-solution. Afr J Environ Sci
manure ayam sangat sesuai digunakan di Technol 5:149-154
negara atau wilayah dimana terdapat Agbede TM, Ojeniyi SO, Adeyemo AJ
industri perunggasan namun tidak banyak (2008). Effect of poultry manure on soil
memiliki sumber pakan untuk ternak physical and chemical properties,
ruminansia, non ruminansia maupun ikan growth and grain yield of sorghum in
dengan kualitas yang memadai. Namun Southwest, Nigeria. American-
demikian, manure ayam yang berasal dari Eurasian J Sus Agric 2: 72-77
industri perunggasan memiliki aspek Akinfala EO, Komolafe OB (2011) Evaluation
negatif pada lingkungan yang terkait of different processing methods on the
dengan meningkatnya polusi udara, air dan nutrient composition of broiler litter and
tanah. Guna menurunkan atau its utilization by weaner pigs in the
meminimalisir aspek negatif yang timbul tropics. Livestock Res Rural Dev 23:1-
tersebut, manure ayam sebagai limbah 4
dapat diubah menjadi produk yang Al Mamun S, Nusrat F, Debi MR (2011)
bermanfaat untuk pupuk organik tanaman, Integrated farming system: Prospects
sumber energi alternatif dan sumber in Bangladesh. J Environ Sci & Natural
suplemen pakan alternatif untuk berbagai Resources 4:127-136. doi:
macam ternak. 10.3329/jesnr.v4i2.10161

251
Manure Unggas: Suplemen Pakan Alternatif... Yanuartono et al.

Amanullah MM, Sekar S, Muthukrishnan P bedding. Anim Nutr 3:145-150. doi:


(2010) Prospects and potential of 10.1016/j.aninu.2017.02.004
poultry manure. Asian J Plant Sci Bassil RJ, Bashour II, Sleiman FT, Abou-
9:172-182. doi: Jawdeh YA (2013) Antibiotic uptake by
10.3923/ajps.2010.172.182 plants from manure-amended soils. J
Anupoju GR, Ahuja S, Gandu B, Environ Sci Health B. 48:570-574. doi:
Sandhya K, Kuruti K, Yerramsetti VS 10.1080/03601234.2013.774898
(2015) Biogas from poultry litter: A Bernhart M, Fasina OO (2009) Moisture
review on recent technological effect on the storage, handling and
advancements. Pp 133-147. In: flow properties of poultry litter. Waste
Ravindra P (Ed). Advances in Manag 29:1392-1398. doi:
Bioprocess Technology. Springer, 10.1016/j.wasman.2008.09.005
New York. doi: 10.1007/978-3-319- Carballo M, Aguayo S, González M, Esperon
17915-5_8 F, de la Torre A (2016) Environmental
Arave CW, Dobson DC, Arambel MJ, Purcell assessment of tetracycline’s residues
D, Walters JL (1990) Effect of poultry detected in pig slurry and poultry
waste feeding on intake body weight manure. J Environ Protection 7:82-92.
and milk yield of Holstein cows. J Dairy doi: 10.4236/jep.2016.71008
Sci 73:129-134. doi: Cim G, Kucerik J, Berns AE, Schaumann
10.3168/jds.S0022-0302(90)78655-9 GE, Alonzo G, Conte P (2014) Effect
Atidégla SC, Huat J, Agbossou EK, Saint- of heating time and temperature on the
Macary H, Kakai RG (2016) Vegetable chemical characteristics of biochar
contamination by the fecal bacteria of from poultry manure. J Agric Food
poultry manure: Case study of Chem 62:1912-1918. doi:
gardening sites in Southern Benin. Int 10.1021/jf405549z
J Food Sci 2016:1-8 doi: Cookey TI, Otokunefor K (2016) Poultry
10.1155/2016/4767453 environment as a reservoir of
Avcioglu AO, Colak A, Turker U (2013). antimicrobial resistant bacteria – A
Turkey's chicken waste biogas Nigerian story. Br Microbiol Res J 17:1-
potential. J Tekirdag Agricultural 11. doi: 10.9734/BMRJ/2016/28601
Faculty 10:21-28. ISSN:1302-7050 Darmawansyah S, John AH, Yeanny MS
Aye PA (2013) Nutrient digestibility and (2013) Laju pertumbuhan populasi
haematological indices of West African Brachionus plicatilis O.F. Muller
dwarf goats fed Cnidosculus dengan pemberian kotoran ayam
aconitifolius multinutrient blocks as kampung (Gallus varius L.) dan ayam
supplement. Agric Biol J N Am 4: 375- broiler (Gallus demostica L.) pada
383. doi: media kombinasi pupuk urea dan TSP.
10.5251/abjna.2013.4.4.375.383 Saintia Biologi 1:13-18
Aye PA, Adegun MK (2010) Digestibility and Du L, Liu W (2012) Occurrence, fate, and
growth in West African dwarf sheep ecotoxicity of antibiotics in agro-
fed gliricidia-based multinutrient block ecosystems: A review. Agronomy for
supplements. Agric Biol J N Am Sustainable Development 32: 309-327.
1:1133-1139. doi: doi: 10.1007/s13593-011-0062-9
10.5251/abjna.2010.1.6.1133.1139 Elsaidy N, Abouelenien FA, Kirrella GAK
Azarmi R, Giglou MT, Hajieghrari B (2009) (2015) Impact of using raw or
The effect of sheep-manure fermented manure as fish feed on
vermicompost on quantitative and microbial quality of water and fish.
qualitative properties of cucumber Egyptian J Aquatic Res 41:93-100. doi:
(Cucumis sativus L.) grown in the 10.1016/j.ejar.2015.01.002
greenhouse. Afr J Biotechnol 8: 4953- Endebu M, Tugie D, Negisho T (2016) Fish
4957. doi: 10.4314/ajb.v8i19.65198 growth performance in ponds
Azizi A, Sharifi A, Azarfar A, Kiani A, integrated with poultry farm and
Jolazadeh A (2017) Performance and fertilized with goat manure: A case in
ruminal parameters of fattening Ethiopian Rift Valley. Int J Fishery Sci
Moghani lambs fed recycled poultry Aquac 3:040-045

252
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

FDA (2012) Guidance for industry: the Total Environ 409:2894-2901. doi:
judicious use of medically important 10.1016/j.scitotenv.2011.04.030
antimicrobial drugs in food-producing Hou J, Wan W, Mao D, Wang C, Mu Q, Qin
animals. Center for Veterinary S, Luo Y (2015) Occurrence and
Medicine, Department of Health and distribution of sulphonamides,
Human Services, Food and Drug tetracyclines, quinolones, macrolides,
Administration 2012:209 and nitrofurans in livestock manure
Febrita E, Darmadi, Siswanto E (2015) and amended soils of Northern China.
Pertumbuhan cacing tanah (Lumbricus Environ Sci Pollution Res Int 22:4545-
rubellus) dengan pemberian pakan 4554. doi: 10.1007/s11356-014-3632-y
buatan untuk mendukung proses Huang J, Yu Z, Gao H, Yan X, Chang J,
pembelajaran pada konsep Wang C, Hu J, Zhang L (2017)
pertumbuhan dan perkembangan Chemical structures and
invertebrata. J Biogenesis 11:169-176 characteristics of animal manures and
Ghaly AE, MacDonald KN (2012) Drying of composts during composting and
poultry manure for use as animal feed. assessment of maturity indices. PLoS
Am J Agric Biol Sci 7:239-254. doi: ONE 12:e0178110. doi:
10.3844/Ajabssp.2012.239.254 10.1371/journal.pone.0178110
Glatz P, Miao Z, Rodda B (2011) Handling Ilaiayadeepan K, Durairaj K, Saravanan K
and treatment of poultry hatchery (2015) A comparative nutrient analysis
waste: A review. Sustainability 3:216- of vermicompost and goat manure
237. doi: 10.3390/su3010216 based on the growth of plant green
Hadjipanayiotou M, Labban LM, Kronfoleh gram (Vigna Radiate) Int J Modn Res
AE, Verhaeghe L, Naigm T, Al-Wadi Revs 3:728-730
M, Amin M (1993) Studies on the use Iwai CB, Ta-oun M, Seripong S, Champar-
of dried poultry manure in ruminant ngam N (2011) Vermicomposting:
diets in Syria. Livest Res Rural Dev good management practice for waste,
5:1-3 soil and yield safety. Department of
Han X, Rusconi N, Ali P, Pagkatipunan K, Plant Sciences and Agricultural
Chen F (2017) Nutrients extracted Resources, Land Resources and
from chicken manure accelerate Environment Section, Faculty of
growth of microalga Scenedesmus Agriculture, Khon Kaen University,
obliquus HTB1. Green and Sustainable Thailand
Chemistry 7:101-113. doi: Iyappan P, Karthikeyan S, Sekar S (2011)
10.4236/gsc.2017.72009 Changes in the composition of poultry
Helda, Sabuna C (2012) Fermentasi kotoran farm excreta (PFE) by the cumulative
kambing dan ayam dengan nira lontar influence of the age of birds, feed and
sebagai pakan ayam. Partner 19:112- climatic conditions and a simple mean
120 for minimizing the environmental
Hirpo LA (2017) Evaluation of integrated hazard. Int J Environ Sci 1:847-859
poultry-fish-horticulture production in Jamila, Tangdilintin FK, Astuti R (2009)
Arsi Zone, Ethiopia. Int J Fish Aquat Kandungan protein kasar dan serat
5:562-565 kasar pada feses ayam yang
Ho YB, Zakaria MP, Latif PA, Saari N (2014) difermentasi dengan Lactobacillus Sp.
Occurrence of veterinary antibiotics Pp 557-560. Prosiding Seminar
and progesterone in broiler manure Nasional Teknologi Peternakan dan
and agricultural soil in Malaysia. Sci Veteriner. 13-14 Agustus 2009.
Total Environ 488-489:261-267. doi: Puslitbang Peternakan, Bogor
10.1016/j.scitotenv.2014.04.109 Jamir T, Rajwade VB, Prasad VM, Lyngdoh
Hoa PTP, Managaki S, Nakada N, Takada C (2017) Effect of organic manures
H, Shimizu A, Anh DH, Viet PH, and chemical fertilizers on growth and
Suzuki S (2011) Antibiotic yield of sweet pepper (Capsicum
contamination and occurrence of annuum L.) hybrid Indam Bharath in
antibiotic-resistant bacteria aquatic shade net condition. Int J Curr
environments of northern Vietnam. Sci Microbiol App Sci 6:1010-1019 doi:

253
Manure Unggas: Suplemen Pakan Alternatif... Yanuartono et al.

10.20546/ijcmas.2017.608.125 Sci 20:56-65


Jayalakshmi K, Paramasivam M, Sasikala M, Kour S, Masud S, Khan A (2016) Effect of
Tamilam TV, Sumithra A (2017) organic manure and inorganic fertilizer
Review on antibiotic residues in animal on the growth and proximate
products and its impact on composition of common carp, Cyprinus
environments and human health. J carpio. J Environ Biol 37:149-153.
Entomol Zool Stud 5: 1446-1451 PMID:26930873
Jha P, Barat S, Nayak CR (2008) Fish Kováčik P, Kmeťová M, Renčo M (2013)
production, water quality and The impact of fresh sawdust and dry
bacteriological parameters of Koi carp pig manure produced on sawdust
ponds under live-food and manure bedding application on the nutrients
based management regimes. Zool mobility in soil and sugar beet yield. J
Res 29:165-173 Ecol Eng 14:69-76. doi:
Kader MA, Koshio S, Ishikawa M, Yokoyama 10.5604/2081139X.1056049
S, Bulbul M, Nguyen BT, Gao J, Kusumorini A, Cahyanto T, Utami LD (2017)
Laining A (2012) Can fermented Pengaruh pemberian fermentasi
soybean meal and squid by-product kotoran ayam terhadap populasi dan
blend be used as fishmeal biomassa cacing (Tubifex tubifex). J
replacements for Japanese flounder Istek 10:16-36
(Paralichthys olivaceus)?. Aquacult Leip A, Billen G, Garnier J, Grizzetti B,
Res 43:1427-1438. doi: Lassaletta L, Reis S, Simpson D,
10.1111/j.1365-2109.2011.02945.x Sutton MA, de Vries W, Weiss F
Kaplan O, Yildirim NC, Yildirim N, Cimen M Westhoek H (2015) Impacts of
(2011) Toxic elements in animal European livestock production:
products and environmental health. nitrogen, sulphur, phosphorus and
Asian J Anim Vet Adv 6:228-232. greenhouse gas emissions, land-use,
doi: 10.3923/ajava.2011.228.232 water eutrophication and biodiversity.
Kaur S, Masud S, Khan A (2015) Effect of Environ Res Lett 10:1-13. doi:
fertilization and organic manure on 10.1088/1748-9326/10/11/115004
water quality dynamics a proximate Len NT, Linh LM, Ogle B (2003) Ensiling and
composition of Cyprinus carpio. J preserving chicken manure as animal
Fisheries Livest Prod 3:133. feed and its evaluation in diets of F1
doi:10.4172/2332-2608.1000133 fattening pigs under village
Kebede G, Zenebe T, Disassa H, Tolosa T conditions. In: Proceedings of Final
(2014) Review on detection of National Seminar: Workshop
antimicrobial residues in raw bulk milk on Sustainable Livestock Production
in dairy farms. Afr J Basic Appl Sci on Local Feed Resources. Preston R,
6:87-97. doi: Ogle B (Ed). 25-28 March,
10.5829/idosi.ajbas.2014.6.4.8642 2003. HUAF-SAREC, Hue City,
Kolawole GO (2016) Nutrient release Vietnam
patterns of Tithonia compost and Liljebjelke KA, Hofacre CL, White DG,
poultry manure in three dominant soils Ayers S, Lee MD, Maurer JJ (2017)
in the Southern Guinea Savanna, Diversity of antimicrobial resistance
Nigeria. Int J Plant Soil Sci 10:1-8. doi: phenotypes in Salmonella isolated
10.9734/IJPSS/2016/25828 from commercial poultry farms. Front
Kopec M, Gondek K, Mierzwa-Hersztek M, Vet Sci 4:96. doi:
Antonkiewicz J (2018) Factors 10.3389/fvets.2017.00096
influencing chemical quality of Lopez-Mosquera ME, Cabalerio F, Sainz MJ,
composted poultry waste. Saudi J Biol Lopes-Fabal A, Carral E (2008)
Sci 25:1678-1686 doi: Fertilizing value of broiler litter: effects
10.1016/j.sjbs.2016.09.012 of drying and pelletizing. Bioresource
Kostadinova G, Petkov G, Denev S, Miteva Technol 99:5626-5633. doi:
Ch, Stefanova R, Penev T (2014) 10.1016/j.biortech.2007.10.034
Microbial pollution of manure, litter, air Manaig-Elena M (2016) Vermicomposting
and soil in a poultry farm. Bulg J Agric efficiency and quality of vermicompost

254
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

with different bedding materials and manur digestat kotoran ayam


worm food sources as substrate. Res J menggunakan Lactobacillus casei
Agriculture and Forestry Sci 4:1-13 untuk meningkatkan produktivitas
Mekonnen MM, Hoekstra AY (2012) A global ayam kampung. Pengabdian Kepada
assessment of the water footprint of Masyarakat Iptek bagi Masyarakat
farm animal products. Ecosystems (IbM) Direktorat Riset dan Pengabdian
15:401-415. doi: 10.1007/s10021-011- Masyarakat Direktorat Jenderal
9517-8 Penguatan Riset dan Pengembangan
Mlejnkova H, Sovova K (2012) Impact of fish Kementerian Riset, Teknologi, dan
pond manuring on microbial water Pendidikan Tinggi. Program
quality. Acta Univ Agric Silvic Mendel Pengabdian Masyarakat Nomor:
Brun 60:117-124. doi: 001/SP2H/PPM/DRPM/IV/2017
10.11118/actaun201260030117 Obasa SO, Alegbeleye WO, Amole JB
Moreki JC, Keaikitse T (2013) Poultry waste (2009) Dried poultry manure meal as a
management practices in selected substitute for soybean meal in the diets
poultry operations around Gaborone, of African Catfish (Clarias gariepinus)
Botswana. Int J Curr Microbiol App Sci (Burchell 1822) advanced fry. Turk J
2:240-248 Fish Aquat Sci 9:121-124
Musa B, Abdullahi MS (2013) The Obeidat BS, Awawdeh MS, Abdullah AY,
toxicological effects of cadmium and Muwulla MM, Abu Ishmais MA, Telfah
some other heavy metals in plants and BT, Ayrout AJ, Matarneh SK, Subih
human. J Environ Sci Water Resource HS, Osaili TO (2011) Effects of feeding
2:245-249 broiler litter on performance of Awassi
Natalia D, Suprijatna E, Muryani R (2016) lambs fed finishing diets. Anim Feed
Pengaruh penggunaan limbah industri Sci Technol 165:15-22. doi:
jamu dan bakteri asam laktat 10.1016/j.anifeedsci.2011.02.007
(Lactobacillus sp.) sebagai sinbiotik Okeke OR, Ujah II, Okoye PAC, Ajiwe VIE,
untuk aditif pakan terhadap Eze CP (2015) Assessment of the
performans ayam petelur periode heavy metal levels in feeds and litters
layer. J Ilmu-Ilmu Peternakan 26:6-13. of chickens rose with in Awka
doi: 10.21776/ub.jiip.2016.026.03.02 Metropolis and its environs. IOSR J
Neela FA, Banu NA, Rahman A, Rahman Appl Chem 8:60-63. doi:
MH, Alam MF (2015) Occurrence of 10.9790/5736-08126063
antibiotic resistant bacteria in pond Okeudo NJ, Adegbola AA (1993) Utilisation
water associated with integrated of dried caged-hen manure and
poultry-fish farming in Bangladesh. cassava peels for intensive sheep
Sains Malaysiana 44:371-377. production. Tropical Animal Health and
doi: 10.17576/jsm-2015-4403-08 Production 25:234-238.
Neela FA, Rahman MA, Banu MNA, doi: 10.1007/BF02250877
Rahman MH, Ohta Hl, Alam MF (2012) Okoli P, Nweke IA (2015) Effect of poultry
Occurrence of two antibiotic resistant manure and mineral fertilizer on the
bacteria in aquatic environment growth performance and quality of
associated with shrimp farming in cucumber fruits. J Exp Biol Agric Sci
Bangladesh. Bangladesh J Bot 41:197- 3:362-367. doi:
200 10.18006/2015.3(4).362.367
Nurfitriani L, Suminto, Hutabarat J (2014) Oluyege JO, Oluwaniyi TT, Ijasan OC (2015)
Pengaruh penambahan kotoran ayam, Composition of antibiotic resistant
ampas tahu dan silase ikan Rucah bacteria from irrigated vegetable
dalam media kultur terhadap farmland. J Microbiol Res 5:161-168
biomassa, populasi dan kandungan doi:
nutrisi cacing sutera (Tubifex sp.) J 10.5923/j.microbiology.20150505.04
Aquaculture Management and Oyedeji S, Animasaun DA, Bello AA,
Technology 3:109-117 Agboola OO (2014) Effect of NPK and
Nururrozi A, Yanuartono, Sutrisno B. 2017. poultry manure on growth, yield, and
Feed additive berbasis fermentasi proximate composition of three

255
Manure Unggas: Suplemen Pakan Alternatif... Yanuartono et al.

amaranths. J Bot 2014:ID 828750. doi: pada budidaya cacing sutra dengan
10.1155/2014/828750 sistem resirkulasi. J Akuakultur
Ozores-Hampton M (2012) Developing a Indones 13:132-139
vegetable fertility program using Rameshwar HY, Argaw A (2016) Manurial
organic amendments and inorganic value of khat waste vermicompost from
fertilizers. HortTechnology 22:743-750 Awday, Harar town, Ethiopia. Int J
Pamungkas GS, Sutarno, Mahajoeno E Recycl Org Waste Agricult 5:105-111.
(2012) Fermentasi lumpur digestat doi: 10.1007/s40093-016-0121-y
kotoran ayam petelur dengan kapang Ranadheera CS, Mcconchie R, Phan-Thien
Aspergillus niger untuk sumber protein K, Bell T (2017) Strategies for
pada ransum ayam. Bioteknologi 9:26- eliminating chicken manure odour in
34. doi: 10.13057/biotek/c090105 horticultural applications. World's
Paxton H (2010) The effects of selective Poultry Sci J 73:365-378. doi:
breeding on the architectural 10.1017/S0043933917000083
properties of the pelvic limb in broiler Rossi JE, Loerch SC, Borger ML (1999)
chickens: a comparative study across Poultry manure as a supplement in
modern and ancestral populations. J high concentrate diets limit-fed to beef
Anat 217:153-166. doi: 10.1111/j.1469- cows. Professional Animal Scientist
7580.2010.01251.x 15:258-263. doi: 10.15232/S1080-
Perez-Aleman S, Dempster DG, English PR, 7446(15)31772-1
Topps JH (1971) A note on dried Sahoo UK, Singh SL (2015) Integrated fish-
poultry manure in the diet of the pig and fish-poultry farming in East
growing pig. Anim Sci 13:361-364. doi: Kalcho, Saiha District of Mizoram,
10.1017/S0003356100029834 North-East India: An economic
Petmuenwai N, Iwai CB, Chuasavathi T, Ta- analysis. Int J Agric For 5:281-286. doi:
Oun M (2013) Using chicken manure 10.5923/j.ijaf.20150505.03
in vermicompost to manage different Salam NI, Malik A, Dewi R (2017) Formulasi
agro-industrial wastes. Int J Environ pakan kotoran ayam dengan
Rural Dev 4:69-74 persentase yang berbeda terhadap
Pinto-Ruiz R, Alfonso-Ruiz E, Gomez-Castro pertumbuhan ikan bandeng Chanos
H, Guevara-Hernandes F, Ruiz-Sesma Chanos di BBAP Takalar Provinsi
B, Jimenez-Trujillo JA (2012) Quality Sulawesi Selatan. Octopus 6:563-568
of chicken manure as cattle feed and San Pedro FM, Vara IAD, Bo´rquez JL,
its effect on composition of cow’s milk Gonzalez-Ronquill M (2015) The effect
and blood serum in a dry tropical of feeding fresh swine manure, poultry
pastoral system. J Anim Vet Adv waste, urea, molasses and bakery by-
11:289-294. doi: products ensiled for lambs. Int J
10.3923/javaa.2012.289.294 Recycl Org Waste Agricult 4:273-278.
Prabowo JA, Irdaf, Azizah S (2016) doi: 10.1007/s40093-015-0106-2
Efektivitas pemberdayaan peternak Shiyam JO, Binang WB (2011) Effect of
broiler melalui pola kemitraan inti poultry manure and urea-n on
plasma oleh PT. Jaguar Farm di flowering occurrence and leaf
Kabupaten Malang. J Ilmu-Ilmu productivity of Amaranthus cruentus. J
Peternakan 26:49-59. doi: Appl Sci Environ Manage 15:13-15.
10.21776/ub.jiip.2016.026.02.7 doi: 10.4314/jasem.v15i1.65667
Priyadarshini M, Manissery JK, Gangadhara Singh RK, Vartak VR, Chavan SL, Desai AS,
B, Keshavanath P (2011) Influence of Khandagale PA, Sawant BT, Sapkale
feed, manure and their combination on PH (2010) Management of waste
the growth of Cyprinus carpio (L.) fry organic matters and residential used
and fingerlings. Turk J Fish Aquat Sci water for culture and biomass
11:577-586. doi: 10.4194/1303-2712- production of red worm Tubifex tubifex.
v11_4_11 Int J Environ Waste Manage 5:140-
Putri DS, Supriyono E, Djokosetiyanto D 151. doi: 10.1504/IJEWM.2010.029698
(2014) Pemanfaatan kotoran ayam Suryono, Dewi WS, Sumarno (2014)
fermentasi dan limbah budidaya lele Pemanfaatan limbah peternakan

256
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

dalam konsep pertanian terpadu guna ruminants. Asian J Anim Vet Adv 7:283-
mewujudkan pertanian yang 287. doi: 10.3923/ajava.2012.283.287
berkelanjutan. Caraka Tani J Ilmu-Ilmu Wales A, McLaren I, Rabie A, Gosling RJ,
Pertanian 29:96-100. doi: Martelli F, Sayers R, Davies R (2013)
10.20961/carakatani.v29i2.13378 Assessment of the anti-Salmonella
Thyagarajan D, Barathi M, Sakthivadivu R activity of commercial formulations of
(2013) Scope of poultry waste organic acid products. Avian Pathol
utilization. IOSR J Agric Vet Sci 6:29-35 42:268-275. doi:
Ukanwoko AI, Ibeawuchi JA (2009) Nutrient 10.1080/03079457.2013.782097
intake and digestibility of West African Wang N, Guo X, Yan Z, Wang W, Chen B,
dwarf bucks fed poultry waste-cassava Ge F, Ye B (2016) A comprehensive
peels based diets. Pak J Nutr 8:1461- analysis on spread and distribution
1464. doi: 10.3923/pjn.2009.1461.1464 characteristic of antibiotic resistance
UN (2013) World Population Prospects: The genes in livestock farms of
2012 Revision, Highlights and Southeastern China. PLoS One
Advance Tables. Department of 11(7):e0156889. doi:
Economic and Social Affairs, United 10.1371/journal.pone.0156889
Nations, New York Yang Q, Ren S, Niu T, Guo Y, Qi S, Han
Unal HB, Bayraktar ÖH, Alkan I, Akdeniz RC X, Liu D, Pan F (2014) Distribution of
(2015) Evaluation possibilities of antibiotic-resistant bacteria in chicken
chicken manure in Turkey. J Agric Eng manure and manure-fertilized
2:5-14. doi: 10.14654/ir.2015.154.116 vegetables. Environ Sci Pollut Res Int
Utete B, Dzikiti B (2013) Comparative study 21:1231-1241. doi: 10.1007/s11356-
of maize bran and chicken manure as 013-1994-1
fish feed supplement: effects on Yang Q, Zhang H, Guo Y, Tian T (2016)
growth rate of Oreochromis niloticus in Influence of chicken manure
pond culture systems. Int J fertilization on antibiotic-resistant
Aquaculture 3:23-29. doi: bacteria in soil and the endophytic
10.5376/ija.2013. 03.0006 bacteria of pakchoi. Int J Environ Res
Uzatici A (2012) The importance of Public Health 13:662. doi:
nonprotein nitrogen (NPN) in feeding 10.3390/ijerph13070662

257
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

INDEKS KATA KUNCI

1 C
16S rRNA................................. 139, 141, 147 CCA ........ 119, 120, 121, 122, 123, 124, 125
cephalosporin C .............................. 119, 126
2 Cinnamomum burmanni ..........204, 205, 213
2.2-difenil-1-pikrilhidrazil ......................... 204 curcumin ................. 149, 150, 155, 156, 212
2.2-diphenyl-1-picrylhydrazyl .................. 204
D
7 daun sembung . 111, 112, 113, 114, 115, 116
7-ACA ..............................119, 120, 122, 126 daya apung ..... 127, 128, 129, 131, 135, 136
daya serap air.......... 127, 129, 134, 135, 136
A
E
Actinomycetes.................................. 139, 147
Aktinomisetes .......................... 139, 140, 146 endophytic bacteria .................214, 221, 257
aktivitas antijamur . 149, 150, 151, 152, 153, endophytic fungi ......................204, 212, 221
154, 155 Escherichia coli ..... 120, 126, 141, 168, 169,
aktivitas spesifik ..............119, 120, 121, 123 176, 197, 251
alternative feed................................ 196, 241
F
antagonistic test, ..................................... 214
antibacterial ............. 117, 139, 147, 155, 156 F. oxysporum f.sp .. 214, 215, 216, 217, 218,
antibakteri112, 139, 140, 141, 143, 144, 146, 220
151, 156, 164, 171, 174, 221 FCR ........................ 196, 197, 200, 201, 245
antifungal activity.............147, 149, 155, 156 fermentasi121, 125, 127, 128, 129, 130, 131,
antioksidan .... 112, 116, 158, 164, 169, 204, 132, 133, 134, 135, 136, 138, 190, 196,
205, 206, 207, 209, 210, 211, 212, 213 197, 199, 200, 201, 202, 203, 243, 244,
antioxidant .............. 117, 155, 166, 204, 213 245, 248, 254, 255, 256
asam humat .. 168, 169, 170, 171, 172, 173, fermentation............ 127, 194, 195, 196, 203
174, 175, 176 floatability ................................................. 127
ayam196, 197, 198, 199, 200, 201, 202, 203, floating feed ............................................. 127
241, 242, 243, 244, 245, 246, 247, 248, freshwater sediment ......................... 139, 148
249, 250, 251, 252, 253, 254, 255, 256
ayam kampung196, 197, 199, 200, 201, 202, G
203, 248, 252, 255 gamma radiation .............................. 188, 195
genetic diversity .............. 222, 228, 229, 230
B genetic similarity .............................. 222, 230
bakteri endofit 214, 215, 216, 217, 218, 219, genetic variation .............................. 222, 228
220
Benggala goat ........................................ 222 H
bioactive compound ................................ 214 high-fat diet .............................................. 111
bioreactor ........................................ 177, 185 hiperurisemia ...........................157, 158, 166
bioreaktor177, 178, 179, 180, 181, 182, 183, humic acid ...............................168, 175, 176
184, 185 hyperuricemia .................................. 157, 166

258
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

I P
industri perunggasan ...............241, 242, 251 padi lokal 230, 231, 232, 234, 235, 236, 237,
238, 239
K pakan alternatif128, 196, 197, 241, 242, 243,
kambing Benggala.. 222, 223, 225, 226, 227 247, 249, 251
kampung chicken .................................... 196 pakan apung... 127, 128, 129, 130, 132, 133,
kapang endofit204, 205, 206, 208, 210, 211, 134, 135, 136
212, 213 pakan tenggelam .... 127, 128, 129, 130, 132,
KC mold ................................................... 188 133, 134, 135, 136
kelapa sawit ... 188, 189, 194, 214, 215, 216, pakan tinggi lemak ........... 111, 112, 114, 116
217, 220, 221 peat soil........................................... 168, 176
kemiripan genetik .. 222, 226, 227, 230, 236, pelarut fosfat ........... 139, 140, 142, 145, 146
238 phosphate solubilizing...................... 139, 147
keragaman genetik 222, 223, 224, 226, 227, Pityrosporum ovale ......................... 149, 151
230, 231, 232, 236, 238 polifenol total................... 157, 161, 165, 166
kultur tunas .............................................. 177 pollution........................................... 241, 254
polusi............................... 241, 242, 243, 251
L polymorphism rate ...................................230
poultry industry ........................................241
Lactobacillus casei 196, 197, 202, 203, 248,
poultry manure .........................................241
255
protein purification ...................................119
limpa ....... 168, 169, 170, 171, 174, 175, 176
pulpa putih ...... 168, 169, 170, 171, 174, 175
lipase140, 188, 189, 190, 191, 193, 194, 195
purifikasi protein.......................................119
livestock .......................... 241, 253, 254, 257
local rice .................................................. 230 R
M radiasi sinar gama .......... 188, 189, 191, 194
RAPD .............................. 222, 223, 227, 228
Manggarai Barat ......................222, 223, 228
rat ............................ 111, 117, 118, 175, 176
manur...... 196, 197, 198, 199, 200, 201, 255
manure... 196, 202, 241, 242, 243, 244, 245, S
246, 247, 248, 249, 250, 251, 252, 253,
254, 255, 256, 257 sappan ...157, 158, 159, 162, 163, 165, 166,
marka SSR .... 230, 232, 234, 235, 236, 238, 167
239, 240 sedimen air tawar ........... 139, 140, 143, 146
micropropagation ............................. 177, 185 sefalosporin C ................................. 119, 120
mikropropagasi ................................ 177, 182 Sefalosporin-C asilase.................... 119, 120
monocarbonyl .......................................... 149 sel spermatogenik .... 111, 112, 114, 115, 116
monokarbonil ................................... 149, 150 sembung leaf ...........................................111
seminiferous tubules................................111
N senyawa aktif . 116, 163, 205, 210, 212, 214,
217, 219, 220
NA mold ................................................... 188
shoot culture ............................................177
Neofusicoccum parvum ...........204, 211, 212
sinar ultraviolet................ 188, 189, 190, 191
North Toraja............................................. 230
sinking feed ..............................................127
O sintesis ...149, 150, 151, 153, 154, 155, 182,
189
oil palm ....................................188, 214, 220 Solanum tuberosum ............... 177, 185, 186
specific activity .........................................119

259
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

spermatogenic cells ................................ 111 U


spleen ...................................... 168, 175, 176
uji antagonis .................................... 214, 217
SSR markers ................................... 230, 239
ultraviolet light ......................................... 188
stabilitas dalam air.. 127, 129, 130, 133, 134,
135, 136 V
sucrose ............................................ 177, 186
sukrosa .. 177, 178, 179, 181, 182, 183, 184, variasi genetik ........ 222, 223, 225, 227, 238
185, 186, 187
W
synthesis ................................. 149, 155, 167
water absorption .............................. 127, 137
T water stability ........................................... 127
West Manggarai ...................................... 222
tanah gambut ..................168, 169, 172, 176
white pulp ................................................ 168
ternak .... 197, 200, 223, 227, 241, 242, 243,
244, 246, 249, 250, 251
X
tikus 111, 112, 114, 115, 116, 117, 118, 174,
176 xanthine .......................... 157, 159, 166, 167
tingkat polimorfisme ................ 230, 231, 238 xanthine oxidase ............................. 157, 159
Toraja Utara .. 230, 231, 232, 235, 236, 237, xantin .............. 157, 158, 160, 162, 164, 167
238, 239 xantin oksidase ........................................ 157
total polyphenol ....................................... 157
tubulus seminiferus .. 111, 112, 114, 116, 117

260
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

INDEKS PENGARANG

A
I Gede Widhiantara .................................... 111
A.A. Ayu Putri Permatasari ......................... 111 Imam Suja’i ............................................... 127
Ade Lia Putri ............................................. 139 Indra Rachmawati ..................................... 119
Agus Sundaryono ..................................... 214 Ismi Rahmawati ........................................ 149
Ahmad Wibisana ...................................... 119 K
Alfarisa Nururrozi.............................. 196, 241 Karyanti ..................................................... 177
Anis Herliyanti Mahsunah ........................ 119 L
Anna Safarrida ......................................... 119 Linda Novita .............................................. 177
Aris Indriawan ........................................... 188 Lulu Suliswati ............................................ 127
B M
Bedah Rupaedah ..................................... 214 Mia Kusmiati ............................................. 139
C Muh. Riadi ................................................. 230
Catur Sriherwanto .................................... 127 N
Churiyah ................................................... 157 Ni Putu Eny Sulistya Dewi .......................... 111
D Nisa Rachmania Mubarik ......................... 204
Dadang Suhendar .................................... 188 Nurman Haribowo ..................................... 241
Desi Purwaningsih .................................... 149 P
Dewi Yustika Sofia ................................... 177 Partomuan Simanjuntak ........................... 204
Dhasia Ramandani ................................... 196 Puspita Lisdiyanti ...................................... 139
Diah Wulandari Rousdy ........................... 168 R
Dian Japany Puspitasari .......................... 119 Rinaldi Sjahril ............................................ 230
E Rini Widayanti ........................................... 222
Elvi Rusmiyanto Pancaning Wardoyo...... 168 S
Emilia Candrawati .................................... 214 Sasmito Wulyoadi ..................................... 119
F Sidrotun Naim ........................................... 119
Fauzy Rachman ....................................... 204 Silvia Melinda Wijaya................................ 119
Ferbian Milas Siswanto .............................. 111 Slamet Rahardjo ....................................... 241
H Soedarmanto Indarjulianto ............... 196, 241
Hary Purnamaningsih ............................... 241 Sri Ningsih ................................................ 157
Hayat Khairiyah ........................................ 177 Suhendra Pakpahan ................................. 222
Holy Ekklesia Ladjao ................................ 230 Sumpono................................................... 214
I Suyanto ..................................................... 119
I Gede Suparta Budisatria ........................ 222 T
Tati Sukarnih ............................................. 177

261
J Bioteknol Biosains Indones – Vol 5 No 2 Thn 2018

Trismilah ................................................... 188 Wibowo Mangunwardoyo ......................... 188


U Y
Uli Julia Nasution ..................................... 119 Yanuartono ............................... 196, 241, 255
W Yayan Rudiyana ....................................... 177
Wayan Tunas Artama .............................. 222 Yosua Glen Kristianto .............................. 177

262

Anda mungkin juga menyukai