Abu Bakar as-Siddiq termasuk as-Sabiqun al-awaalun, yaitu orang-orang yang pertama
masuk Islam. Ketika ia masuk Islam, seluruh harta dan jiwanya dikorbankan untuk membela
agama Islam yang pada saat itu masih belum berkembang. Dengan Dengan kegigihan dan
keuletannya, beliau setia mendampingi Nabi Muhammad saw. untuk selalu berdakwah
mengajarkan ajaran Islam.
Abu Bakar as-Sidd³q sudah memberi contoh yang baik. Ia selalu mengorban-kan jiwa
dan raganya hanya untuk kejayaan Islam. Ia juga patuh pada ajaran agamanya. Kita yang
sudah mengenal Islam sejak kecil, sejak sekolah taman kanak-kanak, sudah diajari tentang
£alat, tentang berbuat baik, tentu sekarang tinggal mengamalkannya dalam kehidupan
sehari-hari. Kita harus yakin jika kita dan orang lain berbuat baik, niscaya dunia ini akan
aman dan tenteram, tidak akan ada lagi peperangan dan permusuhan.
UMAR BIN KHATTAB TEGAS DAN BERANI
Umar bin Khattab adalah orang yang sangat berani sehingga ia dijuluki singa padang
pasir. Sebelum masuk Islam, ia sangat ditakuti oleh orang-orang Islam karena kebengisannya.
Begitu juga ketika sudah masuk Islam, ia sangat ditakuti oleh musuhnya, yaitu orang-orang
kafir.
Meskipun keras kepala, tetapi hati beliau lembut. Ia keras terhadap orang-orang yang
mengingkari ajaran Islam atau orang-orang kafir, tetapi ia sangat lembut terhadap orang-
orang yang baik.
Pada suatu malam, hartawan Abdurrahman bin Auf dipanggil oleh Khalifah Umar bin
Khattab untuk diajak pergi ke pinggir kota Madinah. “Malam ini akan ada serombongan
kafilah yang hendak bemalam di pinggir kota, dalam perjalanan pulang,” kata Khalifah Umar
kepada Abdurrahman bin Auf.
“Lalu maksud Anda bagaimana?’’ tanya Abdurrahman.
“Oleh karena kafilah itu membawa barang dagangan yang banyak, maka kita ikut
bertanggung jawab atas keselamatan barang dari gangguan tangan-tangan usil. Jadi, nanti
malam kita bersama-sama harus mengawal mereka,’’ sahut Khalifah.
Ajakan itu disambut gembira oleh Abdurrahman. Bahkan, dia sudah mempersiapkan
jiwa-raganya untuk berjaga semalam suntuk. Namun, apa yang terjadi di sana? Ternyata lain
dengan yang diduganya semula.
Ketika malam telah mulai sepi, Khalifah Umar bin Khattab berkata padanya,
”Abdurrahman… kau boleh tidur! Biarlah saya saja yang berjaga-jaga. Nanti kalau ada apa-
apa kau saya bangunkan”.
Suatu malam, Auza’iy pernah memergoki Khalifah Umar masuk ke rumah seseorang.
Ketika keesokan harinya dia datang ke rumah itu, ternyata penghuninya seorang janda tua
yang buta dan sedang menderita sakit. Janda itu mengatakan bahwa tiap malam ada orang
yang datang ke rumahnya untuk mengirim makanan dan obat-obatan. Siapa nama orang itu,
janda tua itu sama sekali tidak tahu. Padahal orang yang tiap malam datang ke rumahnya
adalah Khalifah yang mereka kagumi.
Suatu malam, Khalifah Umar berjalan-jalan di pinggir kota. Tiba-tiba, didengarnya rintihan
seorang wanita dari dalam sebuah kemah yang kumal. Ternyata yang merintih itu seorang
wanita yang akan melahirkan. Di sampingnya, suaminya kebingungan. Pulanglah Khalifah ke
rumahnya untuk membawa istrinya, Ummu Kulsum, untuk menolong wanita yang akan
melahirkan itu.Wanita yang ditolongnya itu pun tidak tahu bahwa orang yang menolongnya
adalah Khalifah Umar, Amirul Mu’minin yang mereka cintai.
Membaca Al-Qur’an
“Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan
ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus, dan supaya mereka
mendirikan ¡alat dan menµnaikan zakat; dan yang demikian itulah agama yang lurus.”
(Q.S. al-Bayyinah/98: 5)
“Dari Ibnu Mas’ud r.a, Rasulullah saw.. bersabda: “Tiga hal yang tidak boleh hati seorang
mukmin iri terhadapnya: ikhlas dalam beramal, memberi nasihat kepada pemimpin, dan
melanggengkan kebersamaan dengan jamaah.” (H.R. Ahmad).
Setiap perbuatan manusia dimulai dari gerak hati atau niatnya. Oleh karena itu, yang
harus diluruskan pertama kali agar tercapai derajat mukhlisin adalah niat di dalam hati.
Allah Swt. berfirman:
“Maka sembahlah Allah dengan tulus ikhlas beragama kepada-Nya, meskipun orang-
orang kafir tidak menyukai(nya).’ (Q.S. Al-Mukmin/40:14)
Niat yang baik akan menghasilkan perbuatan baik. Begitu pula niat yang ikhlas akan
mengantarkan ke perbuatan yang ikhlas pula. Dengan ikhlas, hati kita menjadi tenteram, tidak
ada beban yang memberatkan.
Sabar bisa diartikan tabah, tahan menderita, ulet, tekun, dan tidak mudah putus asa. Sabar
juga bisa berarti menahan, maksudnya adalah menahan diri dari kesusahan yang
menimpanya, menahan lisan atau anggota badan dari perkataan dan perbuatan yang tidak
baik, serta menahan rasa malas untuk berbuat baik.
Sabar juga berarti menahan diri untuk tidak melampiaskan nafsu angkara murka,
mengendalikan lidah untuk tidak berkeluh kesah, dan mengontrol anggota tubuh untuk tidak
bertindak anarki.
Orang yang sabar tidak hanya bersikap lapang dada saat menghadapi kesulitan dan musibah,
tetapi juga teguh pendirian (Istiqamah) dalam memperjuangkan kebenaran, dan selalu
dinamis dan optimistis dalam meraih masa depan yang lebih baik dan bermaknaOrang yang
sabar tidak hanya bersikap lapang dada saat menghadapi kesulitan dan musibah, tetapi juga
teguh pendirian (Istiqamah) dalam memperjuangkan kebenaran, dan selalu dinamis dan
optimistis dalam meraih masa depan yang lebih baik dan bermakna.
Sabar itu ada beberapa macam, antara lain sabar menjalankan perintah Allah Swt., menjauhi
kemaksiatan atau meninggalkan larangan Allah Swt., menerima dan menghadapi musibah,
menµntut ilmu pengetahuan, serta sabar dalam bekerja dan berkarya.
Kelima bentuk kesabaran tersebut berkaitan erat dengan ketahanan mental spiritual,
sehingga kesabaran itu selalu menµntut ketahanan jiwa dan kekayaan mental spiritual yang
tangguh.