PENDAHULUAN
1
BAB 2
PEMBAHASAN
2
pemecahan masalah, atau suatu komite yang tengah berapat untuk mengambil suatu
keputusan.
Komunikasi kelompok dapat didefinisikan sebagai pertukaran informasi
antara mereka yang memiliki kesamaan dalam hal budaya, linguistik, dan/atau
geografi. Hal ini ditegaskan oleh Rakhmat (2001 :140) yang menyatakan bahwa
komunikasi kelompok digunakan untuk saling bertukar informasi, menambah
pengetahuan, memperteguh atau mengubah sikap dan perilaku, mengembangkan
kesehatan jiwa, dan meningkatkan kesadaran.
Dengan demikian, komunikasi kelompok biasanya merujuk pada
komunikasi yang dilakukan kelompok kecil (small group communication), jadi
bersifat tatap muka. Umpan balik dari seorang peserta dalam komunikasi kelompok
masih bisa diidentifikasi dan ditanggapi langsung oleh peserta lainnya. Komunikasi
kelompok dengan sendirinya melibatkan juga komunikasi antarpribadi, karena itu
kebanyakan teori komunikasi antarpribadi berlaku juga bagi komunikasi
kelompok.
3
efektif jika setiap anggota kelompk membawa pengetahuan yang berguna bagi
kelompoknya. Tanpa pengetahuan baru yang disumbangkan msing-masing
anggota, mustahil fungai edukasi ini akan tercapai.
3. Dalam fungsi persuasi, seorang anggota kelompok berupaya mempersuasikan
anggota lainnya supaya melakukan atau tidak melakukan sesuatu. Seseorang
yang terlibat usaha-usaha persuasif dalam suatu kelompok, membawa resiko
untuk tidak diterima oleh para anggota lainnya. Misalnya, jika usaha-usaha
persuasif tersebut terlalu bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam
kelompok, maka justru orang yang berusaha mempersuasi tersebut akan
menciptakan suatu konflik, dengan demikian malah membahayakan
kedudukannya dalam kelompok.
4. Fungsi kelompok juga dicerminkan dengan kegiatan-kegiatannya untuk
memecahkan persoalan dan membuat keputusan-keputusan. Pemecahan
masalah (problem solving) berkaitan dengan penemuan alternatif atau solusi
yang tidak diketahui sebelumnya; sedangkan pembuatan keputusan (decision
making) berhubungan dengan pemilihan antara dua atau lebih solusi. Jadi,
pemecahan masalah menghasilkan materi atu bahan untuk pembuatan
keputusan.
5. Terapi. Kelompok terapi memiliki perbedaan dengan kelompok lainnya, karena
kelompok terapi tidak memiliki tujuan. Objek dari kelompok terapi adalah
membantu setiap individu mencapai perubahan personalnya. Tentunya,
individu tersebut harus berinteraksi dengan anggota kelompok lainnya guna
mendapatkan manfaat, namun usaha utamanya adalah membantu dirinya
sendiri, bukan membantu kelompok mencapai konsensus. Contoh dari
kelompok terapi ini adalah kelompok konsultasi perkawinan, kelompok
penderita narkotika, kelompok perokok berat dan sebagainya. Tindak
komunikasi dalam kelompok-kelompok terapi dikenal dengan nama
pengungkapan ciri (self disclosure). Artinya, dalam suasana yang mendukung,
setiap anggota dianjurkan untuk berbicara secara terbuka tentang apa yang
menjadi permasalahannya. Jika muncul konflik antar anggota dalam diskusi
4
yang dilakukan, orang yang menjadi pemimpin atau yang memberi terapi yang
akan mengaturnya.
Adapun menurut John Dewey dalam menjelaskan bahwa fungsi
komunikasi kelompok itu terbagi menjadi 6, antara lain :
1. Mengungkapkan kesulitan.
2. Menjelaskan permasalahan.
3. Menganalisis masalah.
4. Menyarankan solusi.
5. Membandingkan alternatif dan menguji mereka dengan tujuan dan
kritertia berlawanan.
6. Mengamalkan solusi yang terbaik.
Sedangkan Randy Y. Hirokawa dalam Morissan (2009: 142),
mengatakan bahwa kelompok harus mampu melaksanakan empat fungsi untuk
dapat menghasilkan keputusan yang efektif yang terdiri atas :
1. Analisis Masalah Kelompok biasanya memulai proses pengambilan
keputusan dengan mengidentifikasi dan menilai suatu masalah (identifying
and assessing a problem).
2. Penentuan Tujuan Kelompok harus mengumpulkan dan mengevaluasi
informasi (gathers and evaluates information) terkait dengan masalah yang
tengah dihadapi.
3. Identifikasi Alternatif Pada tahap ini, kelompok membuat berbagai usulan
alternative (alternative proposal) untuk mengatasi masalah.
4. Evaluasi Konsekuensi Berbagai solusi alternatif yang tersedia kemudian di
evaluasi dengan tujuan akhirnya adalah untuk mengambil keputusan.
5
menjelaskan bahwa kelompok melewati empat tahap yaitu orentasi ,
konflik, pemunculan, dan peneguhan. Pada tahap orentasi, setiap anggota
saling mengenal dan saling memahami satu sama lain. Tindak komunikasi
pada tahap ini umumnya menunjukkan persetujuan, mempersoalkan
pernyataan serta terkadang tidak seragam dalam menafsirkan usulan. Pada
tahap konflik tentunya akan terjadi kontroversi diantara kelompok serta
mempertahankan pendirian masing-masing. Pada tahap pemunculan,
anggota-anggota bersikap tidak jelas dan komunikasi berupa usulan-usulan
yang ambigu. Pada tahap penengahan disini anggota kelompok mulai
menemukan solusi dari permasalahan dan menyatakan pendapat-pendapat
mereka, dan pernyataan umumnya bersifat positif.
b. Kelompok pertemuan
Kelompok peremuan adalah kelompok orang yang menjadikan diri mereka
sebagai acara pokok. Melalui diskusi, setiap anggota berusaha belajar lebih
banyak tentang dirinya. Sebagi contoh ialah kelompok terapi dirumah sakit
jiwa yang membantu pasiennya untuk menemukan jati dirinya sendiri.
c. Kelompok penyadar
Kelompok penyadar bertujuan untuk menciptakan indentitas sosial
politik yang baru. Kelompok penyadar ini dibentuk atas dasar kesamaan
nasib, golongan dan ras. Sebagai contoh yaitu pada tahun 1960-an di
Amerika muncul gerakan emansipasi wanita radikal, mereka membentuk
kelompok-kelompok yang menggunakan kelompok wanita untuk
menentang masyarakat yang di dominasi pria. Dari contoh diatas dapat
disimpulkan bahwa kelompok penyadar muncul karena mereka memiliki
pemikiran yang sama.
2. Komunikasi kelompok perspektif
Komunikasi kelompok sangat berpengaruh untuk menyelesaikan tugas,
memecahkan persoalan, membuat keputusan, serta dapat melahirkan gagasan-
gagasan keratif untuk memecahkan suatu masalah.
6
Dalam kelompok perspektif, kelompok ini mengacu pada langkah-langkah
yang harus ditempuh anggota kelompok dalam mencapi tujuan kelompok.
Cragan dan Wright mengkategorikan enam format kelompok perspektif, yaitu
diskusi meja bundar, simposium, diskusi panel, forum, kolokium dan prosedur
parlementer.
a. Diskusi Meja Bundar
Didalam diskusi meja bundar ini, lebih memberi
kebebasan kepada anggota kelompok. Karena sususnan tempat duduk
yang bundar menyebabkan arus komunikasi yang bebas diantara anggota-
anggota kelompok. Dan dengan susunan meja bundar memudahkan
pertisipasi spontan yang lebih demokratis, sehingga hubungan sosial
secara interpersonal dan semua anggota merasa diikut sertakan.
b. Simposium
Simposium adalah serangkaian pidato pendek yang menyajikan
berbagai aspek dari sebuah topik atau posisi yang pro dan kontra terhadap
masalah yang kontroversal dalam format diskusi yang telah dirancang
sebelumnya.
c. Diskusi Panel
Diskusi panel adalah format khusus yang anggota-anggota
kelompoknya berintraksi, baik berhadap-hadapan maupun melalui
mediator diantara mereka sendiri dan dihadiri tentang masalah yang
kontroversal.
Jalaludin Rahmat mengutip pendapat (Cragan dan Wright : 1980 )
menyatakan : “ biasanya, susunan tempat duduk diskusi panel meletakkan
peserta diskusi pada meja segi empat yang menghadap khalayak dengan
moderator yang duduk di tengah-tengah diantara kedua belah pihak.
d. Forum
Forum adalah waktu Tanya jawab yang terjadi setelah diskusi
terbuka, misalnya simposium. Ada lima macam simposium (1) Forum
7
ceramah (2) forum debat (3) forum dialog (4) forum panel dan, (5) forum
simposium.
a. Kolokium
Kolokium adalah sejenis format diskusi yang memberikan kepada
khalayak untuk bebas memberi pertanyaan kepada orang atau beberapa
orang ahli, perlu diingat, kolokium berformal dan diatur oleh seorang
moderator.
b. Prosedur Perlementer
Prosedur perlementer adalah format diskusi yang secara ketat
mengatur peserta diskusi yang besar pada periode waktu yang tertentu
ketika sejumlah keputusan harus dibuat. Tata tertib perlemen dijalankan
dengan ketat sehingga sidang dapat menentukan siapa yang dapat
berbicara, untuk berapa lama dan berapa kali.
8
kelompok primer ini banyaknya dukungan positif yang diberikan, karena masih
adanya hubungan darah.
Jalaludin Rakhmat membedakan kelompok ini berdasarkan karakteristik
komunikasinya, sebagai berikut:
a. Kualitas komunikasi pada kelompok primer bersifat dalam dan meluas.
Dalam, artinya menembus kepribadian kita yang paling tersembunyi,
menyingkap unsur-unsur backstage(perilaku yang kita tampakkan dalam
suasana privat saja). Meluas, artinya sedikit sekali kendala yang
menentukan rentangan dan cara berkomunikasi. Pada kelompok sekunder
komunikasi bersifat dangkal dan terbatas.
b. Komunikasi pada kelompok primer bersifat personal, sedangkan kelompok
sekunder nonpersonal.
c. Komunikasi kelompok primer lebih menekankan aspek hubungan daripada
aspek isi, sedangkan kelompok primer adalah sebaliknya.
d. Komunikasi kelompok primer cenderung ekspresif, sedangkan kelompok
sekunder instrumental.
e. Komunikasi kelompok primer cenderung informal, sedangkan kelompok
sekunder formal.
9
bidang ilmu, Ikatan Sarjana Komunikasi Indonesia (ISKI) adalah kelompok
rujukan saya, di samping menjadi kelompok keanggotaan saya. Apapun
kelompok rujukan itu, perilaku saya sangat dipengaruhi, termasuk perilaku saya
dalam berkomunikasi.
10
persetujuan mereka. Tumbuhkan seakan-akan seluruh anggota kelompok sudah
setuju. Besar kemungkinan anggota-anggota berikutnya untuk setuju juga.
Contoh :
Pada waktu pemilihan Ketua Umum sebuah partai politik yang dihadiri
oleh 33 orang perwakilan daerah. Salah seorang calon ketua umum (misalnya
A) merancang 5 orang perwakilan daerah tersebut untuk berbicara dalam rapat
pemilihan tersebut dan menyatakan pilihannya pada A. Maka setelah kelima
orang tersebut selesai berbicara, anggota-anggota perwakilan daerah lainnya
tanpa sadar akan ”terbawa” pada pendapat/pilihankelima orang tersebut,
sehingga akan terpilih Calon A menjadi Ketua Umum.
2. Fasilitasi Sosial
Fasilitasi (dari kata Prancis facile, artinya mudah) menunjukkan
kelancaran atau peningkatan kualitas kerja karena ditonton kelompok.
Kelompok mempengaruhi pekerjaan sehingga menjadi lebih mudah. Robert
Zajonz (1965) menjelaskan bahwa kehadiran orang lain dianggap menimbulkan
efek pembangkit energi pada perilaku individu. Efek ini terjadi pada berbagai
situasi sosial, bukan hanya didepan orang yang menggairahkan kita. Energi
yang meningkat akan mempertingi kemungkinan dikeluarkannya respon yang
dominan. Respon dominan adalah perilaku yang kita kuasai. Bila respon yang
dominan itu adalah yang benar, terjadi peningkatan prestasi. Bila respon
dominan itu adalah yang salah, terjadi penurunan prestasi. Untuk pekerjaan
yang mudah, respon yang dominan adalah respon yang benar; karena itu,
peneliti-peneliti melihat melihat kelompok mempertinggi kualitas kerja
individu. Contoh :
Seorang anak sekolah ketika berada di rumah akan terlihat baik
perilakunya . Akan tetapi, ketika anak ini berada di tengah-tengah kelompoknya
(baca : Geng Nero), maka perilakunya akan berubah menjadi nakal dan agresif.
Bahkan ibunya terheran-heran dibuatnya, karena tidak menyangka anaknya
bisa seperti itu, padahal di rumah ia terlihat diam dan kalem.
11
3. Polarisasi
Polarisasi adalah kecenderungan ke arah posisi yang ekstrem. Bila
sebelum diskusi kelompok para anggota mempunyai sikap agak mendukung
tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan lebih kuat lagi mendukung
tindakan itu. Sebaliknya, bila sebelum diskusi para anggota kelompok agak
menentang tindakan tertentu, setelah diskusi mereka akan menentang lebih
keras. Jadi polarisasi adalah proses mengkutub, baik ke arah
mendukung/positif/pro maupun kearah menolak/negatif/kontra dalam suatu
masalah yang diperdebatkan.
12
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Dari pembahasan diatas maka dapat ditarik kesimpulan bahwa komunikasi
kelompok biasanya merujuk pada komunikasi yang dilakukan kelompok kecil
(small group communication). Komunikasi kelompok memiliki fungsi sebagai
hubungan sosial, pendidikan, persuasi, memcahkan persoalan, dan terapi.
Kemudian komunikasi kelompok diklasifikasikan menjadi dua yaitu kelompok
primer dan kelompok sekunder. Kelompok dapat mempengaruhi perilaku
komunikasi yaitu dengan konformitas, perilaku sosial, dan polarisasi
3.2 Saran
Makalah ini masih jauh dari kata sempurna seperti kata pepatah tak ada
gading yang tak retak, oleh sebab itu kami masih memerlukan banyak masukan
yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
14