Anda di halaman 1dari 120

Hak Cipta © 2014 pada Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan RI

Dilindungi Undang-Undang

MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN

Disklaimer : Buku ini merupakan Buku Guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka
implementasi Kurikulum 2013. Buku Guru ini disusun dan ditelaah oleh berbgai pihak di
bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan , dan dipergunakan dalam
tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang
senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan
dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meninggalkan
kualitas buku ini.

Katalog Dalam Terbitan (KDT)

Indonesia. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan.


Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti : buku guru / Kementerian Pendidikan dan
Kebudayaan.— Jakarta : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, 2013.
vi , 114 hlm. : ilus. ; 25 cm.

Untuk SD Kelas 5
ISBN 978-602-282-041-3 (jilid lengkap)
ISBN 978-602-282-046-8 (jilid 5)

1. Kristen -- Studi dan Pengajaran I. Judul


II. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

268

Kontributor Naskah : Erich Von Marthin dan Norita Yudiet Tompah.


Penelaah : Dr. Daniel Stefanus, Binsar Pakpahan, Pdt dr. Robert Borrong.
Penyelia Penerbitan : Pusat Kurikulum dan Perbukuan. Balitbang, Kemdikbud.

Cetakan Ke- 1 , 2014


Disusun dengan huruf Minion Pro, 10 pt

  ii Buku Guru Kelas V SD


Kata Pengantar
Belajar bukan sekadar untuk tahu, melainkan dengan belajar seseorang menjadi tumbuh
dan berubah. Tidak sekadar belajar lalu berubah, dan menjadi semakin dekat dengan Allah
sendiri. Sebagaimana tertulis dalam Mazmur 119:73, “Tangan-Mu telah menjadikan aku
dan membentuk aku, berilah aku pengertian, supaya aku dapat belajar perintah-perintah-
Mu”. Tidak sekedar belajar lalu berubah, tetapi juga mengubah keadaan. Kurikulum 2013
dirancang agar tahapan pembelajaran memungkinkan peserta didik berkembang dari proses
menyerap pengetahuan dan mengembangkan keterampilan hingga memekarkan sikap serta
nilai-nilai luhur kemanusiaan.
Pembelajaran agama diharapkan mampu menambah wawasan keagamaan, mengasah
keterampilan beragama dan mewujudkan sikap beragama peserta didik yang utuh dan
berimbang yang mencakup hubungan manusia dengan Penciptanya, sesama manusia dan
manusia dengan lingkungannya. Untuk itu, pendidikan agama perlu diberi penekanan khusus
terkait dengan penanaman karakter dalam pembentukan budi pekerti yang luhur. Karakter
yang ingin kita tanamkan antara lain: kejujuran, kedisiplinan, cinta kebersihan, kasih sayang,
semangat berbagi, optimisme, cinta tanah air, kepenasaran intelektual, dan kreativitas.
Buku Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti ini ditulis dengan semangat itu.
Pembelajarannya dibagi dalam kegiatan-kegiatan keagamaan yang harus dilakukan peserta
didik dalam usaha memahami pengetahuan agamanya dan diaktualisasikan dalam tindakan
nyata dan sikap keseharian yang sesuai dengan tuntunan agamanya, baik dalam bentuk ibadah
ritual maupun ibadah sosial.
Peran guru sangat penting untuk meningkatkan dan menyesuaikan daya serap peserta didik
dengan ketersediaan kegiatan yang ada pada buku ini. Penyesuaian ini antara lain dengan
membuka kesempatan luas bagi guru untuk berkreasi dan memperkayanya dengan kegiatan-
kegiatan lain yang sesuai dan relevan, yang bersumber dari lingkungan alam, sosial, dan
budaya sekitar.
Implementasi terbatas pada tahun ajaran 2013/2014 telah mendapat tanggapan yang sangat
positif dan masukan yang sangat berharga. Pengalaman tersebut dipergunakan semaksimal
mungkin dalam menyiapkan buku untuk implementasi menyeluruh pada tahun ajaran
2014/2015 dan seterusnya. Walaupun demikian, sebagai edisi pertama, buku ini sangat terbuka
untuk terus dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Oleh karena itu, kami mengundang
para pembaca memberikan kritik, saran dan masukan untuk perbaikan dan penyempurnaan
pada edisi berikutnya. Atas kontribusi tersebut, kami mengucapkan terima kasih. Mudah-
mudahan kita dapat memberikan yang terbaik bagi kemajuan dunia pendidikan dalam rangka
mempersiapkan generasi seratus tahun Indonesia Merdeka (2045).

Jakarta, Januari 2014


Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Mohammad Nuh

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti   iii


Diunduh dari BSE.Mahoni.com

Daftar Isi
Kata pengantar
Daftar Isi

Bab I Pendahuluan …………………………………………….... 1


A.Latar Belakang……………………………………………. 1
B.Tujuan…………………………………………………….. 1
C.Ruang Lingkup………………………………………….... 2

Bab II Pengembangan Kurikulum 2013 ………………………… 2


A.Prinsip Pengembangan Kurikulum……………………… 3
B.Kompetensi Inti…………………………………………... 3
C.Kompetensi Dasar………………………………………... 4
D.Ciri Khas Kurikulum 2013………………………………. 5

Bab III Hakikat dan Tujuan Pendidikan Agama Kristen (PAK) …… 6


A.Hakikat PAK …………………………….……………….. 6
B.Fungsi dan Tujuan PAK …………………………….…..... 6
C.Landasan Teologis…………………………………..……. 7

Bab IV Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian


Pendidikan Agama Kristen (PAK) …………………………. 8
A.Pendidikan Agama sebagai Kurikulum Nasional …….…. 8
B.Pelaksanaan Kurikulum PAK …………………………...... 8
C.Pembelajaran PAK ……………………………………….. 9
D.Pembelajaran PAK di Buku Siswa ……………………….. 9
D.1 Pengantar………………………………………….... 10
D.2 Penjelasan Bahan Alkitab …………………………. 10
D.3 Uraian Materi …………………………………….... 10
D.4 Penilaian…………………………………………..... 10
D.5 Kegiatan Peserta Didik…………………………….. 11
D.6 Nyanyian (lagu) dan Permainan dalam Buku
Peserta Didik………………………………………. 11

  iv Buku Guru Kelas V SD


E.Penilaian PAK …………………………..………………... 11
E.1. Daftar Cek (Check List)…………………………… 12
E.2. Skala Penilaian (Rating Scale)……………………... 13
E.3. Penilaian Sikap……………………………………... 13
E.4. Penilaian Tertulis…………………………………… 15
E.5. Penilaian Proyek……………………………………. 16
E.6. Penilaian Produk………………………………….... 17
E.7. Penilaian Portofolio………………………………. 17
F.Lingkup Kompetensi Kelas V……………….…………….. 19
G.Judul Buku……………………………………….……….. 20

Bab V Rumusan Kompetensi dan Kompetensi Dasar di SD ……. 20


Bab VI Penjelasan Setiap Pelajaran ………………………………. 23
Pelajaran 1
Mengapa Manusia Berdosa?.............................................. 23
Pelajaran 2
Dampak Dosa..................................................................... 28
Pelajaran 3
Allah Mengasihi Dunia..................................................... 34
Pelajaran 4
Arti Bertobat...................................................................... 40
Pelajaran 5
Allah Penyelamatku......................................................... 47
Pelajaran 6
Pengorbanan Yesus Kristus............................................. 52
Pelajaran 7
Pengampunan Allah........................................................ 58
Pelajaran 8
Berubah dan Menjadi Baru.............................................. 66
Pelajaran 9
Roh Kudus Penolongku.................................................... 72
Pelajaran 10
Susah atau Senang, Tetap Melayani................................ 78
Pelajaran 11
Hidup Menurut Kehendak Allah.................................... 84

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti  v


Pelajaran 12
Manusia Baru Selalu Ingin Berdamai ............................ 90
Pelajaran 13
Jadilah Berkat Bagi Sesamamu........................................ 97
Pelajaran 14
Cintailah Lingkungan Hidup........................................... 104

Daftar Pustaka .................................................................................................. 111


Lampiran Lagu-Lagu ....................................................................................... 114

  vi Buku Guru Kelas V SD


Bab I Pendahuluan
A. Latar Belakang
Pengembangan kurikulum 2013 dirumuskan dan dikembangkan dengan suatu optimisme
yang tinggi yang diharapkan dapat menghasilkan lulusan sekolah yang lebih cerdas, kreatif,
inovatif, memiliki kepercayaan diri yang tinggi sebagai individu dan bangsa, serta toleran
terhadap segala perbedaan yang ada. Beberapa latar belakang yang mendasari pengembangan
Kurikulum 2013 tersebut antara lain berkaitan dengan persoalan sosial dan masyarakat,
masalah yang terjadi dalam penyelenggaraan pendidikan itu sendiri, perubahan sosial berupa
globalisasi dan tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, dan hasil evaluasi
PISA dan TIMSS.
Kurikulum 2013 dilaksanakan secara bertahap mulai Juli 2013 diharapkan dapat mengatasi
masalah dan tantangan berupa kompetensi riil yang dibutuhkan oleh dunia kerja, globalisasi
ekonomi pasar bebas, membangun kualitas manusia Indonesia yang berakhlak mulia, dan
menjadi warga negara yang bertanggung jawab. Pada hakikatnya pengembangan Kurikulum
2013 adalah upaya yang dilakukan melalui salah satu elemen pendidikan, yaitu kurikulum
untuk memperbaiki kualitas hidup dan kondisi sosial bangsa Indonesia secara lebih luas. Jadi,
pengembangan kurikulum 2013 tidak hanya berkaitan dengan persoalan kualitas pendidikan
saja, melainkan kualitas kehidupan bangsa Indonesia secara umum
Muara dari semua proses pembelajaran dalam penyelenggaraan pendidikan adalah
peningkatan kualitas hidup anak didik, yakni peningkatan pengetahuan, keterampilan, dan
sikap (aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik) yang baik dan tepat di sekolah. Dengan
demikian mereka diharapkan dapat berperan dalam membangun tatanan sosial dan peradaban
yang lebih baik. Jadi, arah penyelenggaraan pendidikan tidak sekadar meningkatkan kualitas
diri, melainkan untuk kepentingan yang lebih luas, yaitu membangun kualitas kehidupan
masyarakat, bangsa, dan negara yang lebih baik. Dengan demikian terdapat dimensi
peningkatan kualitas personal anak didik, dan di sisi lain terdapat dimensi peningkatan
kualitas kehidupan sosial.
Pada kurikulum 2013 telah disiapkan buku peserta didik yang dibagikan kepada seluruh
peserta didik untuk mendukung proses pembelajaran dan penilaian. Selanjutnya Guru
dipermudah dengan adanya buku pedoman dan panduan guru dalam pembelajaran. Di
dalamnya terdapat materi yang akan dipelajari, metode dan proses pembelajaran yang
disarankan, sistem penilaian yang dianjurkan, dan sejenisnya. Bahkan dalam buku untuk
peserta didik terdapat materi pelajaran dan lembar evaluasi tertulis dan sejenisnya. Kita
menyadari bahwa peran Guru sangat penting sebagai pelaksana kurikulum, yaitu berhasil
tidaknya pelaksanaan kurikulum ditentukan oleh peran guru. Hendaknya guru: (1) memenuhi
kompetensi profesional, pedagogis, sosial, dan kepribadian yang baik; dan (2) dapat berperan
sebagai fasilitator atau pendamping belajar anak didik yang baik, mampu memotivasi anak
didik dan mampu menjadi panutan yang dapat diteladani oleh peserta didik.

B. Tujuan
Buku panduan ini digunakan Guru sebagai acuan dalam penyelenggaraan proses
pembelajaran dan penilaian Pendidikan Agama Kristen (PAK) di kelas, secara khusus untuk:

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 1  


a.Membantu guru mengembangkan kegiatan pembelajaran dan penilaian PAK di
tingkat Sekolah Dasar;
b.Memberikan gagasan dalam rangka mengembangkan pemahaman, keterampilan, dan
sikap serta perilaku dalam berbagai kegiatan belajar-mengajar PAK dalam lingkup
nilai-nilai Kristiani dan Allah Tritunggal;
c.Memberikan gagasan contoh pembelajaran PAK yang mengaktifkan peserta didik
melalui berbagai ragam metode dan pendekatan pembelajaran dan penilaian;
d.Mengembangkan metode yang dapat memotivasi peserta didik untuk selalu
menerapkan nilai-nilai Kristiani dalam kehidupan sehari-hari peserta didik.

C. Ruang Lingkup
Buku panduan ini diharapkan dapat digunakan oleh guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran yang mengacu pada buku peserta didik SD Kelas V. Selain itu buku panduan
ini dapat memberi wawasan bagi guru tentang prinsip pengembangan kurikulum, kurikulum
2013, fungsi dan tujuan PAK, cara pembelajaran dan penilaian PAK serta penjelasan kegiatan
guru pada setiap bab yang ada pada buku peserta didik.

Bab II Pengembangan Kurikulum 2013


A.Prinsip Pengembangan Kurikulum
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman
belajar yang disediakan bagi peserta didik di sekolah. Dalam kurikulum ini terintegrasi filsafat,
nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan, ahli
kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur
masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para
pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan peserta didik mencapai
tujuan yang dicita-citakan oleh peserta didik, keluarga, dan masyarakat. Kelas merupakan
tempat untuk melaksanakan dan menguji kurikulum. Di dalamnya semua konsep, prinsip,
nilai, pengetahuan, metode, alat, dan kemampuan guru diuji dalam bentuk perbuatan, yang
akan mewujudkan bentuk kurikulum yang nyata dan hidup. Pewujudan konsep, prinsip, dan
aspek-aspek kurikulum tersebut seluruhnya terletak pada guru.
Oleh karena itu, gurulah pemegang kunci pelaksanaan dan keberhasilan kurikulum. Guru
adalah perencana, pelaksana, penilai, dan pengembang kurikulum sesungguhnya. Suatu
kurikulum diharapkan memberikan landasan, isi, dan, menjadi pedoman bagi pengembangan
kemampuan peserta didik secara optimal sesuai dengan tuntutan dan tantangan perkembangan
masyarakat.

Prinsip-prinsip Umum
Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum. Pertama, prinsip
relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevansi ke luar dan

 2 Buku Guru Kelas V SD


relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi, dan proses
belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan
perkembangan masyarakat. Kurikulum juga harus memiliki relevansi di dalam, yaitu ada
kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yakni antara tujuan, isi,
proses penyampaian, dan penilaian. Relevansi internal ini menunjukkan suatu keterpaduan
kurikulum.
Prinsip kedua adalah fleksibilitas. Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau
fleksibel. Kurikulum mempersiapkan anak untuk kehidupan sekarang dan yang akan datang,
di sini dan di tempat lain, bagi anak yang memiliki latar belakang dan kemampuan yang
berbeda. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi
dalam pelaksanaannya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan
kondisi daerah waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.
Prinsip ketiga adalah kesinambungan. Perkembangan dan proses belajar anak berlangsung
secara berkesinambungan, tidak terputus-putus. Oleh karena itu, pengalaman-pengalaman
belajar yang disediakan kurikulum juga hendaknya berkesinambungan antara satu tingkat
kelas dengan kelas lainnya, antara satu jenjang pendidikan dengan jenjang lainnya, juga antara
jenjang pendidikan dengan pekerjaan. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan bersama-
sama, dan selalu diperlukan komunikasi dan kerja sama antara para pengembang kurikulum
SD dengan SMP, SMA/SMK, dan Perguruan Tinggi.
Prinsip keempat adalah praktis, mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana
dan biayanya juga murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi. Betapapun bagus dan
idealnya suatu kurikulum, kalau penggunaannya menuntut keahlian-keahlian dan peralatan
yang sangat khusus dan mahal biayanya, maka kurikulum tersebut tidak praktis dan
sukar dilaksanakan. Kurikulum dan pendidikan selalu dilaksanakan dalam keterbatasan-
keterbatasan, baik keterbatasan waktu, biaya, alat, maupun personalia. Kurikulum bukan
hanya harus ideal tetapi juga praktis.
Prinsip kelima adalah efektivitas. Walaupun kurikulum tersebut harus sederhana dan
murah tetapi keberhasilannya tetap harus diperhatikan. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum
yang dimaksud baik secara kuantitas maupun kualitas. Pengembangan suatu kurikulum tidak
dapat dilepaskan dan merupakan penjabaran dari perencanaan pendidikan. Perencanaan
di bidang pendidikan juga merupakan bagian yang dijabarkan dari kebijakan-kebijakan
pemerintah di bidang pendidikan. Keberhasilan kurikulum akan mempengaruhi keberhasilan
pendidikan. Kurikulum pada dasarnya berintikan empat aspek utama, yaitu: tujuan-tujuan
pendidikan, isi pendidikan, pengalaman belajar, dan penilaian. Interelasi antara keempat
aspek tersebut serta antara aspek-aspek tersebut dengan kebijaksanaan pendidikan perlu
selalu mendapat perhatian dalam pengembangan kurikulum.

B. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran
mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotorik) yang harus dipelajari peserta didik untuk
suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan
kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 3  


Kompetensi Inti berfungsi sebagai unsur pengorganisasi Kompetensi Dasar. Sebagai unsur
pengorganisasi, Kompetensi Inti merupakan pengikat untuk organisasi vertikal dan horizontal
Kompetensi Dasar. Organisasi vertikal Kompetensi Dasar adalah keterkaitan antara konten
Kompetensi Dasar satu kelas atau jenjang pendidikan ke kelas atau jenjang di atasnya sehingga
memenuhi prinsip belajar, yaitu terjadi suatu akumulasi yang berkesinambungan antara
konten yang dipelajari peserta didik. Organisasi horizontal adalah keterkaitan antara konten
Kompetensi Dasar satu mata pelajaran dengan konten Kompetensi Dasar dari mata pelajaran
yang berbeda dalam satu pertemuan mingguan dan kelas yang sama sehingga terjadi proses
saling memperkuat.
Kompetensi Inti dirancang dalam empat kelompok yang saling terkait, yaitu berkenaan
dengan sikap keagamaan (kompetensi inti 1), sikap sosial (kompetensi inti 2), pengetahuan
(kompetensi inti 3), dan penerapan pengetahuan (kompetensi inti 4). Keempat kelompok
itu menjadi acuan bagi Kompetensi Dasar dan harus dikembangkan dalam setiap peristiwa
pembelajaran secara integratif. Kompetensi yang berkenaan dengan sikap keagamaan dan
sosial dikembangkan secara tidak langsung, yaitu pada waktu peserta didik belajar tentang
pengetahuan (kompetensi inti kelompok 3) dan penerapan pengetahuan (kompetensi Inti
kelompok 4).
Sebenarnya, sejak tahun 2011 Pusat Kurikulum dan Perbukuan Badan Litbang Kemdikbud
telah mulai mengadakan penataan ulang kurikulum seluruh mata pelajaran berdasarkan
masukan dari masyarakat, pakar pendidikan dan kurikulum serta guru-guru. Ketika
penataan sedang berlangsung, arah penataan berubah menjadi “pembaruan” total terhadap
seluruh kurikulum mata pelajaran yang dimulai pada pertengahan tahun 2012. Pemerintah
menginginkan supaya ada keterpaduan antara satu mata pelajaran dengan mata pelajaran
lainnya, dengan demikian membentuk wawasan dan sikap keilmuan dalam diri peserta didik.
Melalui proses tersebut, diharapkan peserta didik tidak memahami ilmu secara fragmentaris
dan terpilah-pilah namun dalam satu kesatuan.
Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka dalam struktur kurikulum baru tidak ada
rumusan Standar kelulusan kelas dan Standar Kompetensi tetapi diganti dengan Kompetensi
Inti, yaitu rumusan kompetensi yang menjadi rujukan dan acuan bagi seluruh mata pelajaran
pada tiap jenjang dan tiap kelas. Jadi, penyusunan Kompetensi Dasar mengacu pada rumusan
Kompetensi Inti yang ada pada tiap jenjang dan kelas. Kompetensi inti merupakan pengikat
seluruh mata pelajaran sebagai satu kesatuan ilmu termasuk mata pelajaran Pendidikan
Agama. Namun, mata pelajaran Pendidikan Agama tidak termasuk dalam model integratif
tematis karena dipandang memiliki kekhususan tersendiri. Oleh karena itu, mata pelajaran
Pendidikan Agama termasuk Pendidikan Agama Kristen tetap berdiri sendiri sebagai mata
pelajaran seperti sebelumnya.

C. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang
diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang
terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang
harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri suatu mata pelajaran. Mata pelajaran
sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu
diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi

 4 Buku Guru Kelas V SD


esensialisme dan perenialisme. Mata pelajaran dapat dijadikan organisasi konten yang
dikembangkan dari berbagai disiplin ilmu atau non disiplin ilmu yang diperbolehkan menurut
filosofi rekonstruksi sosial, progresif ataupun humanisme. Karena filosofi yang dianut dalam
kurikulum adalah eklektik seperti dikemukakan di bagian landasan filosofi, maka nama mata
pelajaran dan isi mata pelajaran untuk kurikulum yang akan dikembangkan tidak perlu terikat
pada kaidah filosofi esensialisme (pendidikan intelektual dan tujuannya ialah penguasaan
pengetahuan dasar dan lanjutan) dan perenialisme (pemikiran dan rasionalitas dalam dunia
pendidikan yang tujuannya menyatakan bahwa ada kebenaran yang absolut dan konsisten).
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang
diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar SD/MI untuk setiap mata pelajaran
mencakup: Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, PPKn, Bahasa Indonesia, Matematika, IPA,
IPS, Seni Budaya dan Prakarya, dan Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan, serta
Daftar Tema dan Alokasi Waktunya.

D. Ciri Khas Kurikulum 2013


Kurikulum 2013 memiliki beberapa ciri khas, antara lain:
1. Tiap mata pelajaran mendukung semua kompetensi (sikap, keterampilan, dan
pengetahuan) yang terkait satu dengan yang lain serta memiliki kompetensi dasar
yang diikat oleh kompetensi inti tiap kelas.
2.Konsep dasar pembelajaran mengedepankan pengalaman individu melalui observasi
(meliputi menyimak, melihat, membaca, mendengarkan), bertanya, asosiasi,
menyimpulkan, mengkomunikasikan, menalar, dan berani bereksperimen yang
tujuan utamanya adalah untuk meningkatkan kreativitas anak didik. Pendekatan ini
lebih dikenal dengan sebutan pembelajaran berbasis pengamatan. Selain itu proses
pembelajaran juga diarahkan untuk membiasakan anak didik beraktivitas secara
kolaboratif dan berjejaring untuk mencapai suatu kemampuan yang harus dikuasai
oleh anak didik pada aspek pengetahuan (kognitif) yang meliputi daya kritis
dan kreatif, kemampuan analisis dan evaluasi. Sikap (afektif), yaitu religiositas,
mempertimbangkan nilai-nilai moralitas dalam melihat sebuah masalah, mengerti
dan toleran terhadap perbedaan pendapat. Keterampilan (psikomotorik) meliputi
terampil berkomunikasi, ahli dan terampil dalam bidang kerja.
3.Pendekatan pembelajaran adalah berpusat pada peserta didik. Guru berperan
sebagai fasilitator atau pendamping serta pembimbing peserta didik dalam proses
pembelajaran. Relasi guru dan peserta didik adalah subjek-subjek, yakni sama-
sama subjek yang berproses dinamis dalam kegiatan belajar-mengajar. Pendekatan
pembelajaran lainnya adalah pembelajaran aktif dan kooperatif. Dalam proses
pembelajaran peserta didik harus aktif untuk bertanya, mendalami, dan mencari
pengetahuan untuk membangun pengetahuan mereka sendiri melalui pengalaman
dan eksperimen pribadi dan kelompok, metode observasi, diskusi, presentasi,
melakukan proyek sosial dan sejenisnya. Pendekatan terakhir yang dibahas di sini,
yaitu kontektual. Pembelajaran harus dikaitkan dengan konteks sosial di mana
peserta didik hidup, yaitu lingkungan kelas, sekolah, keluarga, dan masyarakat.
Melalui ketiga pendekatan tersebut diharapkan dapat menunjang capaian kompetensi
peserta didik secara optimal.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 5  


4.Penilaian untuk mengukur kemampuan pengetahuan, sikap, dan keterampilan
hidup peserta didik yang diarahkan untuk menunjang dan memperkuat pencapaian
kompetensi yang dibutuhkan oleh peserta didik di abad ke-21. Dengan demikian,
penilaian yang dilakukan sebagai bagian dari proses pembelajaran adalah penunjang
pembelajaran itu sendiri. Dengan proses pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik, maka sudah seharusnya penilaian juga dapat dikreasi sedemikian rupa hingga
menarik, menyenangkan, tidak menegangkan, dapat membangun rasa percaya diri
dan keberanian peserta didik dalam berpendapat, serta membangun daya kritis dan
kreativitas.
5.Di Sekolah Dasar, Bahasa Indonesia sebagai penghela mata pelajaran lain (sikap dan
keterampilan berbahasa) dan pendekatan tematik diberlakukan dari kelas I sampai
kelas VI kecuali pada mata pelajaran pendidikan agama.

Bab III Hakikat dan Tujuan Pendidikan Agama


Kristen (PAK)
Pendidikan Agama merupakan rumpun mata pelajaran yang bersumber dari Kitab Suci
setiap agama, yang dapat mengembangkan kemampuan peserta didik dalam memperteguh
iman dan takwa kepada Tuhan yang Mahaesa, serta berakhlak mulia atau budi pekerti
luhur dan menghormati serta menghargai semua manusia dengan segala persamaan dan
perbedaannya, termasuk setuju untuk tidak setuju.

A. Hakikat PAK
Hakikat PAK seperti yang tercantum dalam hasil Lokakarya Strategi PAK di Indonesia
tahun 1999 adalah: Usaha yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan dalam rangka
mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat
memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan
dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya. Dengan demikian,
setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki keterpanggilan untuk
mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian
dari komunitas.

B. Fungsi dan Tujuan PAK


Menurut Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 2007 tentang Pendidikan Agama dan
Pendidikan Keagamaan, disebutkan bahwa: Pendidikan agama berfungsi membentuk manusia
Indonesia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa serta berakhlak mulia
dan mampu menjaga kedamaian dan kerukunan hubungan inter dan antarumat beragama
(Pasal 2 ayat 1). Selanjutnya disebutkan bahwa Pendidikan Agama bertujuan mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam memahami, menghayati, dan mengamalkan nilai-nilai
agama yang menyerasikan penguasaannya dalam ilmu pengetahuan, teknologi dan seni (Pasal

 6 Buku Guru Kelas V SD


2 ayat 2).
Fungsi Mata Pelajaran PAK:
1. Memperkenalkan Allah dan karya-Nya agar peserta didik bertumbuh iman
percayanya dan meneladani Allah dalam hidupnya.
2. Menanamkan pemahaman tentang Allah dan karya-Nya kepada peserta didik,
sehingga mampu memahami, menghayati, dan mengamalkannya.
Tujuan PAK:
1. Menghasilkan manusia yang dapat memahami kasih Allah di dalam Yesus Kristus
dan mengasihi Allah dan sesama.
2.Menghasilkan manusia Indonesia yang mampu menghayati imannya secara
bertanggung jawab serta berakhlak mulia dalam masyarakat majemuk.

Pada dasarnya fungsi PAK dimaksudkan untuk menyampaikan Injil atau Kabar Baik, yang
disajikan dalam dua aspek, yaitu aspek Allah Tritunggal dan Karya-Nya, dan aspek Nilai-
nilai Kristiani. Secara holistik, pengembangan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar PAK
pada Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu pada dogma tentang Allah dan karya-Nya.
Pemahaman terhadap Allah dan karya-Nya harus tampak dalam nilai-nilai Kristiani yang
dapat dilihat dalam kehidupan keseharian peserta didik. Inilah dua aspek yang ada dalam
seluruh materi pembelajaran PAK dari SD sampai SMA/SMK.

C. Landasan Teologis
PAK telah ada sejak pembentukan umat Allah yang dimulai dengan panggilan terhadap
Abraham. Hal ini berlanjut dalam lingkungan dua belas suku Israel sampai dengan zaman
Perjanjian Baru. Sinagoge atau rumah ibadah orang Yahudi bukan hanya menjadi tempat
ibadah melainkan menjadi pusat kegiatan pendidikan bagi anak-anak dan keluarga orang
Yahudi. Beberapa nas berikut ini dipilih untuk mendukungnya, yaitu:

1.Kitab Ulangan 6:4-9


Allah memerintahkan umat-Nya untuk mengajarkan tentang kasih Allah kepada
anak-anak dan kaum muda. Perintah ini kemudian menjadi kewajiban normatif
bagi umat Kristen dan lembaga gereja untuk mengajarkan kasih Allah. Dalam
kaitannya dengan PAK, bagian Alkitab ini telah menjadi dasar dalam menyusun dan
mengembangkan Kurikulum dan Pembelajaran PAK.
2.Amsal 22:6
Didiklah orang muda menurut jalan yang patut baginya maka pada masa tuanya pun
ia tidak akan menyimpang dari pada jalan itu.
3.Injil Matius 28:19-20
Yesus Kristus memberikan amanat kepada tiap orang percaya untuk pergi ke seluruh
penjuru dunia dan mengajarkan tentang kasih Allah. Perintah ini telah menjadi dasar
bagi tiap orang percaya untuk turut bertanggung jawab terhadap PAK.

Sejarah perjalanan agama Kristen turut dipengaruhi oleh peran PAK. Lembaga gereja,
lembaga keluarga dan sekolah secara bersama-sama bertanggung jawab dalam tugas
mengajar dan mendidik anak-anak, remaja, dan kaum muda untuk mengenal Allah Pencipta,
Penyelamat, Pembaru, dan mewujudkan ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 7  


Bab IV Pelaksanaan Pembelajaran dan Penilaian
Pendidikan Agama Kristen (PAK)

A. Pendidikan Agama sebagai Kurikulum Nasional


Pemerintah menetapkan beberapa mata pelajaran sebagai mata pelajaran yang ditetapkan
secara nasional, artinya melalui mata pelajaran tersebut, jiwa nasionalisme dan rasa cinta
terhadap tanah air dipupuk dan dibangun. Hal ini penting mengingat globalisasi yang
mempengaruhi berbagai bidang kehidupan cenderung melunturkan rasa nasionalisme. Anak-
anak, remaja dan kaum muda lebih tertarik untuk mencintai segala produk yang berasal
dari luar, baik itu mencakup seni budaya, pemikiran dan atau gaya hidup. Memang diakui
bahwa semua yang dihasilkan oleh globalisasi tidaklah buruk namun harus ada kekuatan
pengimbang yang mampu menetralisir pengaruh globalisasi bagi anak-anak, remaja dan
kaum muda Indonesia.

B. Pelaksanaan Kurikulum PAK


Tiap ruang lingkup PAK, yaitu PAK di gereja, PAK dalam keluarga dan PAK di sekolah dan
Perguruan Tinggi memiliki ciri khas masing-masing. Adapun PAK di sekolah lebih terfokus
pada pemahaman akan nilai-nilai kristiani dan perwujudannya dalam kehidupan sehari-hari
di tengah masyarakat Indonesia yang majemuk. Hal ini penting mengingat PAK merupakan
bagian integral sistem pendidikan Indonesia dengan sendirinya membawa sejumlah
konsekuensi antara lain harus bersinggungan dengan pergumulan bangsa dan negara.
Oleh karena itu, melalui pendekatan nilai-nilai iman diharapkan anak-anak Kristen
bertumbuh sebagai anak Kristen Indonesia yang sadar akan tugas dan kewajibannya sebagai
warga gereja dan warga negara yang bertanggung jawab. Berdasarkan kerangka berpikir
tersebut, maka pembelajaran PAK di sekolah diharapkan mampu menghasilkan sebuah proses
transformasi pengetahuan, nilai dan sikap. Hal itu memperkuat nilai-nilai kehidupan yang
dianut oleh peserta didik terutama dengan dipandu oleh ajaran iman Kristen, sehingga peserta
didik mampu menunjukkan kesetiaannya kepada Allah, menjunjung tinggi nasionalisme
dengan taat kepada Pancasila dan UUD 1945.
Pembahasan isi kurikulum selalu dimulai dari lingkup yang paling kecil, yaitu diri peserta
didik sebagai ciptaan Allah, kemudian keluarga, teman, lingkungan di sekitar peserta didik.
Semakin meluas mencakup masyarakat di lingkungan sekitar dan bangsa Indonesia serta
dunia secara keseluruhan dengan berbagai dinamika persoalan (pendekatan induktif). Pola
pendekatan ini secara konsisten nampak pada jenjang SD-SMA/SMK.
Materi dan metodologi pengajaran PAK serta disiplin ilmu psikologi membantu
perkembangan psikologis peserta didik dengan baik. PAK disusun sedemikian rupa dengan
tidak melupakan karakteristik kebutuhan psikologis peserta didik. Materi PAK disesuaikan
dengan kebutuhan psikologis peserta didik, sehingga tujuan materi dapat dicapai secara
maksimal. Metodologi pun hendaknya memperhatikan karakteristik peserta didik, sehingga
tumbuh kembang anak secara kognitif, afektif, psikomotorik, dan spiritual anak terjadi dengan
baik. Dalam istilah lain disebut cipta, rasa, dan karsa.

 8 Buku Guru Kelas V SD


Sangatlah penting untuk memahami mengapa disebut Pendidikan Agama Kristen dan
bukan Pengajaran Agama Kristen. Selain ada kesamaannya ada pula perbedaan yang mendasar.
Perbedaan yang mendasar itu terletak pada tujuan yang ingin dicapai.
Tujuan yang ingin dicapai melalui Pendidikan Agama Kristen yang dilaksanakan di
sekolah-sekolah adalah terjadinya transformasi dan internalisasi nilai-nilai kristiani bagi para
peserta didik. Baik Pendidikan Agama maupun Pengajaran Agama yang bersifat dogmatis-etis
sesungguhnya merupakan tanggung jawab keluarga dan gereja. Transformasi dan internalisasi
nilai-nilai kristiani bagi para peserta didik juga dapat difasilitasi oleh para pendidik Pendidikan
Agama Kristen. Dengan kata lain Pendidikan Agama Kristen merupakan pendidikan nilai,
sehingga diharapkan melaluinya terjadi perubahan dan pembaruan, baik tentang pemahaman
maupun sikap dan perilaku.
Dengan demikian, gereja dan keluarga Kristen dapat menjalankan perannya masing-
masing di bidang pendidikan iman. Terutama keluarga merupakan lembaga pertama dan
utama yang bertanggung jawab atas pembentukan nilai-nilai agama dan moral. Sekolah
menjalankan perannya dalam membantu keluarga mengajar dan mendidik anak-anak dan
remaja. Pemerintah melalui sekolah turut menjalankan perannya di bidang Pendidikan
Agama pada umumnya dan Pendidikan Agama Kristen secara khusus karena amanat UU.

C. Pembelajaran PAK
Ada dua model pendekatan pembelajaran, yaitu model pendekatan yang berpusat pada
Guru dan pendekatan yang berpusat pada peserta didik.
Kedua model pendekatan pembelajaran tersebut di atas adalah pendekatan yang dapat
dipelajari oleh guru PAK, khususnya model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
untuk diterapkan dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Sebagaimana kita ketahui bahwa
kekhasan PAK membuat PAK berbeda dengan mata pelajaran lain, yaitu PAK menjadi sarana
atau media dalam membantu peserta didik berjumpa dengan Allah di mana pertemuan itu
bersifat personal, sekaligus nampak dalam sikap hidup sehari-hari yang dapat disaksikan serta
dapat dirasakan oleh orang lain, baik guru, teman, keluarga maupun masyarakat.
Dengan demikian, pendekatan pembelajaran PAK bersifat berpusat pada peserta didik,
yang memanusiakan manusia, demokratis, menghargai peserta didik sebagai subyek dalam
pembelajaran, menghargai keanekaragaman peserta didik, memberi tempat bagi peranan Roh
Kudus. Dalam proses seperti ini, kebutuhan peserta didik merupakan kebutuhan utama yang
harus terakomodir dalam proses pembelajaran.
Proses Pembelajaran PAK adalah proses pembelajaran yang mengupayakan peserta
didik mengalami pembelajaran melalui aktivitas-aktivitas kreatif yang difasilitasi oleh Guru.
Penjabaran kompetensi dalam pembelajaran PAK dirancang sedemikian rupa sehingga proses
dan hasil pembelajaran PAK memiliki bentuk-bentuk karya, unjuk kerja dan perilaku atau
sikap yang merupakan bentuk-bentuk kegiatan belajar yang dapat diukur melalui penilaian
sesuai kriteria pencapaian.

D. Pembelajaran PAK di Buku Siswa


Pembahasan di buku peserta didik dimulai dengan pengantar di mana pada bagian
pengantar peserta didik diarahkan untuk masuk ke dalam materi pembahasan, kemudian
penjelasan bahan Alkitab, uraian materi, kegiatan pembelajaran dan penilaian.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 9  


1. Pengantar
Pengantar merupakan pintu masuk bagi uraian pembelajaran secara lengkap, bagian
pengantar bisa berupa naratif tapi juga aktivitas yang dipadukan dengan materi.
2. Penjelasan Bahan Alkitab
Salah satu perubahan yang penting dalam buku guru kurikulum 2013 adalah
Penjelasan bahan Alkitab. Penjelasan ini diperlukan untuk membantu guru-guru
memahami referensi Alkitab yang dipakai. Melalui penjelasan bahan Alkitab guru
memperoleh pengetahuan mengenai latar belakang nats Alkitab yang diambil
kemudian dapat menarik relevansinya dengan topik yang dibahas. Penjelasan bahan
Alkitab hanya untuk guru dan tidak untuk diajarkan pada peserta didik.
3. Uraian Materi
Penjelasan bahan pelajaran secara utuh disampaikan oleh Guru. Materi yang ada
dalam buku guru lebih lengkap dibandingkan dengan yang ada dalam buku peserta
didik. Guru perlu mengetahui lebih banyak mengenai materi yang dibahas sehingga
dapat memilih mana materi yang paling penting untuk diberikan pada peserta didik.
Guru harus teliti menggabungkan materi yang ada dalam buku peserta didik dengan
yang ada dalam buku guru. Hendaknya diingat bahwa yang menjadi target capaian
adalah kompetensi dan bukan materi, jadi guru tidak perlu menjejali peserta didik
dengan materi ajar yang terlalu banyak. Jika dilihat model yang ada dalam buku
peserta didik, maka nampak jelas proses belajar dan penilaian berlangsung secara
bersama-sama. Hal ini menguntungkan guru karena guru tidak harus menunggu
selesai proses belajar baru diadakan penilaian, tetapi dalam setiap langkah kegiatan
ada penalaran materi dan ada juga penilaian.
Sejak bertahun-tahun kita terjebak dalam bentuk penilaian kognitif yang tidak
menguntungkan peserta didik terutama melalui model ujian pilihan ganda dan model
evaluasi yang kurang membantu peserta didik mencapai transformasi atau perubahan
perilaku. Karena itu, sudah saatnya guru berubah, dalam pembelajaran ini akan lebih
banyak fokus pada diri peserta didik, selalu dimulai dari peserta didik dan berakhir
pada peserta didik, demikian pula bentuk penilaian lebih banyak bersifat penilaian
diri sendiri sehingga peserta didik dapat melihat apakah ada perubahan dalam
hidupnya.
4. Penilaian
Penilaian membahas ketercapaian Kompetensi Dasar. Dalam penjelasan pokok
materi pembelajaran, dapat dibaca perubahan cara penilaian yang ada dalam
kurikulum 2013, yaitu proses belajar dan penilaian berlangsung secara bersama-sama.
Jadi, proses penilaian bukan dilakukan setelah selesai pembelajaran, tetapi dalam
proses sejak pembelajaran dimulai dan bentuk penilaian cukup variatif mengenai
skala sikap, penilaian diri, tes tertulis, penilaian produk, proyek, observasi dll.
Guru harus berani membuat perubahan dalam bentuk penilaian. Memang, biasanya
otoritas akan membuat soal bersama untuk ujian, tetapi praktik ini bertentangan
dengan jiwa kurikulum 2013, khususnya kurikulum PAK yang memang terfokus
pada perubahan perilaku peserta didik. Pendidikan agama yang mengajarkan nilai-
nilai iman barulah berguna ketika apa yang diajarkan itu membawa transformasi atau
perubahan dalam diri anak karena iman baru nyata di dalam perbuatan, sebab iman
tanpa perbuatan pada hakikatnya adalah mati (Yakobus 2:26). Untuk itu berbagai
bentuk soal seperti pilihan ganda dan soal-soal yang bersifat kognitif tidak banyak
membantu peserta didik untuk mengalami transformasi.

  10 Buku Guru Kelas V SD


5. Kegiatan Peserta Didik
Dalam buku guru dibahas langkah-langkah kegiatan peserta didik, untuk kegiatan
yang sudah jelas tidak perlu dijelaskan. Penjelasan hanya diberikan pada kegiatan
yang membutuhkan perhatian khusus atau jika ada beberapa penekanan penting
yang harus diberikan sehingga guru memperhatikannya ketika mengajar. Mengenai
langkah-langkah kegiatan, guru juga dapat mengganti urutan langkah-langkah
kegiatan jika dirasa perlu tetapi harus dipertimbangkan dengan baik. Ketika
menyusun langkah-langkah kegiatan, penulis sudah mempertimbangkan urutan
pembelajaran secara matang apalagi penilaian berlangsung sepanjang proses
pembelajaran dan terkadang penilaian dan pembelajaran berjalan bersama-sama
dalam satu kegiatan.
6. Nyanyian (Lagu) dan Permainan dalam Buku Siswa
Guru dapat mengganti lagu dan permainan yang kurang sesuai dengan kondisi
di sekolah atau kondisi setempat. Lagu dan permainan yang diganti hendaknya
disesuaikan dengan topik yang diajarkan.

E. Penilaian PAK

Penilaian merupakan suatu kegiatan yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang
pencapaian kompetensi atau hasil belajar siswa yang mengikuti proses pembelajaran tertentu.
Cakupan penilaian meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap. Dalam
Kurikulum 2013, tiga aspek cakupan penilaian dirumuskan dan dipilah secara eksplisit, baik
pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), maupun Kompetensi Dasar
(KD). SKL telah dirumuskan menurut aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Untuk
setiap materi pokok tertentu terdapat rumusan KD untuk setiap aspek KI. Jadi, untuk suatu
materi pokok tertentu, muncul 4 KD sebagai berikut:

1.KD pada KI I: aspek sikap terhadap Tuhan


2.KD pada KI II: aspek sikap terhadap diri sendiri dan lingkungannya
3.KD pada KI III: aspek pengetahuan
4.KD pada KI IV: aspek keterampilan

Berbagai metode dan instrumen-baik formal maupun nonformal-digunakan dalam


penilaian untuk mengumpulkan informasi. Informasi yang dikumpulkan menyangkut
semua perubahan yang terjadi baik secara kualitatif maupun kuantitatif. Penilaian dapat
dilakukan selama pembelajaran berlangsung (penilaian proses) dan setelah pembelajaran usai
dilaksanakan (penilaian hasil atau produk).
Penilaian informal bisa berupa komentar-komentar guru yang diberikan (diucapkan)
selama proses pembelajaran. Saat seorang siswa menjawab pertanyaan guru, saat seorang siswa
atau beberapa siswa mengajukan pertanyaan kepada guru atau temannya, atau saat seorang
siswa memberikan komentar terhadap jawaban guru atau siswa lain, guru telah melakukan
penilaian informal terhadap performansi siswa-siswa tersebut.
Penilaian proses formal, sebaliknya, merupakan suatu teknik pengumpulan informasi
yang dirancang untuk mengidentifikasi dan merekam pengetahuan dan keterampilan siswa.
Berbeda dengan penilaian proses informal, penilaian proses formal merupakan kegiatan
yang disusun dan dilakukan secara sistematis dengan tujuan untuk membuat suatu simpulan
tentang kemajuan siswa.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 11  


Penilaian dilakukan dengan penilaian otentik berkelanjutan yang menjamin pencapaian
dan penguasaan kompetensi Penilaian otentik adalah proses pengumpulan informasi oleh
guru tentang perkembangan dan pencapaian pembelajaran yang dilakukan siswa melalui
berbagai teknik yang mampu mengungkapkan, membuktikan, atau menunjukkan secara tepat
bahwa tujuan pembelajaran dan kemampuan (kompetensi) telah benar-benar dikuasai dan
dicapai. Berikut adalah prinsip-prinsip penilaian otentik.

1.Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran.
2.Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan masalah dunia sekolah.
3.Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4.Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (sikap, ketermpilan, dan pengetahuan).

Penilaian dapat dilakukan melalui metode tes maupun non-tes. Metode tes dipilih bila
respons yang dikumpulkan dapat dikategorikan benar atau salah (KD-KD pada KI III dan KI
IV). Bila respons yang dikumpulkan tidak dapat dikategorikan benar atau salah digunakan
metode non-tes (Kompetensi Dasar pada KI I dan II).
Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrument
berikut ini:

1. Daftar Cek
Daftar cek bertujuan untuk siswa mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi
tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai.
Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-
salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat
nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar.

Contoh Daftar Cek

Format Penilaian Praktek Doa


Nama Siswa: __________________________ Kelas: ____________________________

No Aspek yang Dinilai Baik / Tidak baik


1
2
3
Dst.

  12 Buku Guru Kelas V SD


2. Skala Penilaian
Penilaian unjuk kerja yang menggunakan skala penilaian memungkinkan penilai memberi
nilai tengah terhadap penguasaan kompetensi tertentu, karena pemberian nilai secara
kontinum di mana pilihan kategori nilai lebih dari dua. Skala penilaian terentang dari tidak
sempurna sampai sangat sempurna. Misalnya: 5 = sangat kompeten, 4 = kompeten, 3 = cukup
kompeten, 2 = kurang kompeten, dan 1 = sangat kurang kompeten. Untuk memperkecil
faktor subjektivitas, perlu dilakukan penilaian oleh lebih dari satu orang, agar hasil penilaian
lebih akurat.

3. Penilaian Sikap
Metode nontes digunakan untuk menilai sikap, minat, atau motivasi. Metode nontes
umumnya digunakan untuk mengukur ranah afektif (Kompetensi pada KI I dan KI II).
Metode nontes lazimnya menggunakan instrumen angket, kuisioner, penilaian diri, penilaian
rekan sejawat, dan lain-lain. Hasil penilaian ini tidak dapat diinterpretasi ke dalam kategori
benar atau salah, namun untuk mendapatkan deskripsi tentang profil sikap siswa.
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau
pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni:
afektif, kognitif, dan konatif/perilaku. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan
atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan
untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek
sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah:
1.Sikap terhadap materi pelajaran.
2.Sikap terhadap guru atau pengajar.
3.Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu memiliki sikap positif
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
4.Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi
pelajaran.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut
antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik
tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.

Observasi Perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam
sesuatu hal. Guru dapat melakukan observasi terhadap siswanya. Hasil observasi dapat
dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Observasi perilaku di sekolah
dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian
berkaitan dengan siswa selama di sekolah.

Pertanyaan Langsung
Guru juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap siswa berkaitan
dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan siswa tentang kebijakan yang
baru diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”. Berdasarkan

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 13  


jawaban dan reaksi lain yang tampil dalam memberi jawaban dapat dipahami
sikap siswa itu terhadap objek sikap. Dalam penilaian sikap siswa di sekolah, guru
juga dapat menggunakan teknik ini dalam menilai sikap dan membina siswa.

Laporan Pribadi
Teknik ini meminta siswa membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya
tentang seseorang, suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya,
siswa diminta menulis pandangannya tentang “Orang yang Berpenyakit Kusta”. Dari ulasan
yang dibuat siswa dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.

Berikut contoh halaman sampul buku catatan harian tentang siswa.

BUKU CATATAN TENTANG SISWA

Nama Sekolah : _____________________________________


Mata Pelajaran : _____________________________________
Kelas : _____________________________________
Tahun Pelajaran : _____________________________________
Nama Pendidik : _____________________________________

Berikut contoh isi buku catatan harian.

No Hari dan Tanggal Nama Siswa Kejadian


1

Dst.

Keterangan:

Kolom kejadian diisi dengan kejadian positif maupun negatif. Catatan dalam lembaran
buku tersebut, selain bermanfaat untuk merekam dan menilai perilaku siswa sangat bermanfaat
pula untuk menilai sikap siswa serta dapat menjadi bahan dalam penilaian perkembangan
siswa secara keseluruhan. Selain itu, dalam observasi perilaku dapat juga digunakan daftar cek
yang memuat perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan muncul dari siswa pada umumnya
atau dalam keadaan tertentu.

  14 Buku Guru Kelas V SD


Berikut Contoh Format Penilaian Sikap.

Contoh Format Lembar Pengamatan Sikap Siswa

No SIKAP

Tenggang rasa

Menepati janji
Ramah dengan

Hormat pada
Keterbukaan

Kedisiplinan

Kepedulian
Ketekunan

Ketrajinan

Kerjasama

orang tua

Tanggung
Kejujuran
belajar

teman

Jawab
NAMA

Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 sampai dengan 5.
1= sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik dan 5 = amat baik.

4. Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes di mana
soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab
soal peserta didik tidak selalu merespons dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga
dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.

Ada dua bentuk soal tes tertulis, yaitu:


a. Soal dengan memilih jawaban yang mencakup: pilihan ganda, dua pilihan (benar-
salah, ya-tidak), menjodohkan, dan sebab-akibat.
b. Soal dengan mensuplai jawaban yang mencakup: isian atau melengkapi, jawaban
singkat atau pendek, uraian objektif, dan uraian non-objektif.

Tes tertulis (kinerja) dibedakan menjadi dua, yaitu:


a. meminta peserta untuk menunjukkan kinerja dengan tugas-tugas tertentu yang
terstruktur secara ketat, misalnya peserta diminta menulis paragraf dengan topik yang
sudah ditentukan, atau mengoperasikan suatu alat tertentu; dan

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 15  


b. menghendaki peserta untuk menunjukkan kinerja lebih komprehensif dan tidak
dibatasi, misalnya peserta diminta merumuskan suatu hipotesis, kemudian diminta
membuat rancangan dan melaksanakan eksperimen untuk menguji hipotesis tersebut.

Penyusunan instrument penilaian tertulis perlu mempertimbangkan hal-hal berikut.


a) Karakteristik mata pelajaran dan keluasan ruang lingkup materi yang akan diuji;
b) Materi, misalnya kesesuaian soal dengan Kompetensi Dasar atau indikator sebagai
pencapaian pada kurikulum;
c) Konstruksi, misalnya rumusan soal atau pertanyaan harus jelas dan tegas;
d) Bahasa, misalnya rumusan soal tidak menggunakan kata atau kalimat yang
menimbulkan penafsiran ganda.
e) Kaidah penulisan, harus berpedoman pada kaidah penulisan soal yang baku dari
berbagai bentuk soal penilaian.

Contoh Penilaian Tertulis

Mata Pelajaran : Pendidikan Agama Kristen


Kelas/ Semester : V/2

Mensuplai jawaban singkatan atau pendek :


1 Sebutkan cara peserta didik SD kelas V menunjukan sikap melayani di
rumah, sekolah, gerja atau lingkungan sekitarnya !

2. _______________________________________________________
_______________________________________________________

Cara Penskoran:
Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban
yang diberikan atau ditetapkan guru. Semakin lengkap dan tepat jawabannya, semakin tinggi
perolehan skor.

5. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian
data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan siswa pada
mata pelajaran tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:

  16 Buku Guru Kelas V SD


a.Kemampuan pengelolaan
Kemampuan siswa dalam memilih topik, mencari informasi dan mengelola waktu
pengumpulan data serta penulisan laporan.
b.Relevansi
Kesesuaian dengan mata pelajaran, dengan mempertimbangkan tahap pengetahuan, pe-
mahaman dan keterampilan dalam pembelajaran.
c.Keaslian
Proyek yang dilakukan siswa harus merupakan hasil karyanya, dengan mempertimbang-
kan kontribusi guru berupa petunjuk dan dukungan terhadap proyek siswa.
Penilaian Proyek dilakukan mulai dari perencanaan , proses pengerjaan sampai dengan
akhir proyek. Untuk itu perlu memperhatikan hal-hal atau tahapan yang perlu dinilai.
Pelaksanaan penilaian dapat juga menggunakan skala penilaian dan daftar cek.

6. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi
dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-
barang terbuat dari kertas, kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi
3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
a.Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan siswa dan merencanakan, menggali,
dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
b.Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan siswa dalam
menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
c.Tahap penilaian produk, meliputi: penilaian produk yang dihasilkan siswa sesuai
kriteria yang ditetapkan.

Teknik Penilaian Produk


Penilaian produk biasanya menggunakan cara holistik atau analitik.
a.Cara holistik, yaitu berdasarkan kesan keseluruhan dari produk, biasanya dilakukan
pada tahap penilaian produk.
b.Cara analitik, yaitu berdasarkan aspek-aspek produk, biasanya dilakukan terhadap
semua kriteria yang terdapat pada semua tahap proses pengembangan.

7. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu.
Informasi tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik
oleh siswa.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu
periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan
dan dinilai oleh guru dan siswa. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan
siswa sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan siswa dan terus melakukan perbaikan.
Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa
melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 17  


Hal-hal yang perlu diperhatikan dan dijadikan pedoman dalam penggunaan penilaian
portofolio di sekolah, antara lain:
(1)Karya siswa adalah benar-benar karya siswa itu sendiri
Guru melakukan penelitian atas hasil karya siswa yang dijadikan bahan penilaian
portofolio agar karya tersebut merupakan hasil karya yang dibuat oleh siswa itu
sendiri.
(2)Saling percaya antara guru dan siswa
Dalam proses penilaian guru dan siswa harus memiliki rasa saling percaya, saling
memerlukan dan saling membantu sehingga terjadi proses pendidikan berlangsung
dengan baik.
(3)Kerahasiaan bersama antara guru dan siswa
Kerahasiaan hasil pengumpulan informasi perkembangan siswa perlu dijaga dengan
baik dan tidak disampaikan kepada pihak-pihak yang tidak berkepentingan sehingga
memberi dampak negatif proses pendidikan
(4)Milik bersama antara siswa dan guru
Guru dan siswa perlu mempunyai rasa memiliki berkas portofolio sehingga siswa
akan merasa memiliki karya yang dikumpulkan dan akhirnya akan berupaya terus
meningkatkan kemampuannya.
(5)Kepuasan
Hasil kerja portofolio sebaiknya berisi keterangan dan atau bukti yang memberikan
dorongan siswa untuk lebih meningkatkan diri.
(6)Kesesuaian
Hasil kerja yang dikumpulkan adalah hasil kerja yang sesuai dengan kompetensi
yang tercantum dalam kurikulum.
(7)Penilaian proses dan hasil
Penilaian portofolio menerapkan prinsip proses dan hasil. Proses belajar yang dinilai
misalnya diperoleh dari catatan guru tentang kinerja dan karya siswa.
(8)Penilaian dan pembelajaran
Penilaian portofolio merupakan hal yang tak terpisahkan dari proses pembelajaran.
Manfaat utama penilaian ini sebagai diagnostik yang sangat berarti bagi guru untuk
melihat kelebihan dan kekurangan siswa.

Teknik Penilaian Portofolio


Teknik penilaian portofolio di dalam kelas memerlukan langkah-langkah sebagai berikut:
1)Jelaskan kepada siswa bahwa penggunaan portofolio, tidak hanya merupakan
kumpulan hasil kerja siswa yang digunakan guru untuk penilaian, tetapi digunakan
juga oleh siswa sendiri. Dengan melihat portofolio siswa dapat mengetahui
kemampuan, keterampilan, dan minatnya.
2)Tentukan bersama siswa sampel-sampel portofolio apa saja yang akan dibuat.
Portofolio antara siswa yang satu dan yang lain bisa sama bisa berbeda.
3)Kumpulkan dan simpanlah karya-karya siswa dalam satu map atau folder di rumah
masing atau loker masing-masing di sekolah.
4)Berilah tanggal pembuatan pada setiap bahan informasi perkembangan siswa
sehingga dapat terlihat perbedaan kualitas dari waktu ke waktu.

  18 Buku Guru Kelas V SD


5)Tentukan kriteria penilaian sampel portofolio dan bobotnya dengan para siswa.
Diskusikan cara penilaian kualitas karya para siswa.
6)Minta siswa menilai karyanya secara berkesinambungan. Guru dapat membimbing
siswa, bagaimana cara menilai dengan memberi keterangan tentang kelebihan dan
kekurangan karya tersebut, serta bagaimana cara memperbaikinya. Hal ini dapat
dilakukan pada saat membahas portofolio.
7)Setelah suatu karya dinilai dan nilainya belum memuaskan, maka siswa diberi
kesempatan untuk memperbaiki. Namun, antara siswa dan guru perlu dibuat
“kontrak” atau perjanjian mengenai jangka waktu perbaikan, misalnya 2 minggu
karya yang telah diperbaiki harus diserahkan kepada guru.

Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang
tua siswa dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua
dapat membantu dan memotivasi anaknya.

F. Lingkup Kompetensi Kelas V


Siswa kelas V yang berada di rentang usia 10-11 tahun seringkali tergolong usia kritis,
usia berkelompok, dan usia penyesuaian diri. Hal ini bisa kita lihat bahwa anak-anak usia
ini seringkali disebut anak yang selalu bertanya dan kadang tidak pernah puas dengan
sebuah jawaban singkat dan pendek. Anak usia ini juga dikenal sangat menikmati kegiatan
berkelompok sehingga terbentuklah kelompok-kelompok karena satu kelas, satu wilayah
tempat tinggal, senang dengan olah raga, memiliki kegemaran, idola yang sama, dan
sebagainya.
Penjelasan awal tentang karakteristik siswa kelas V ini diperlukan untuk memikirkan
topik-topik dan merancang kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan kebutuhan mereka.
Mengacu pada tujuan PAK seperti tersebut di atas, maka perumusan Kompetensi
Dasar (KD) untuk kelas V dimulai dengan memahami hakikat manusia yang berdosa dan
membutuhkan pertobatan. Untuk mencapai KD ini, materi pembelajaran yang dibahas
adalah mengapa manusia berdosa dan dampak dosa dalam kehidupan manusia. Pemahaman
ini penting supaya siswa memahami hakikat manusia dalam perspektif kekristenan. Manusia
dapat jatuh dan melakukan perbuatan dosa dan menerima dampak dari perbuatannya yang
berdosa tersebut. Siswa pun diajak untuk menemukan contoh-contoh perbuatan dosa serta
sikap yang seharusnya ia miliki sebagai wujud komitmen pengakuan akan keberdosaannya
dan komitmen agar tidak melakukan perbuatan dosa lagi.
Selanjutnya membahas tentang karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus yang
mengharapkan perubahan cara hidup. Pada bagian ini, siswa memperoleh pemahaman
bahwa meskipun manusia berdosa dan tidak layak di hadapan Allah, Allah tetap mengasihi
dan malah menyelamatkan manusia. Allah menyelamatkan manusia dengan mengutus anak-
Nya, yaitu Yesus Kristus. Karena itu, mereka yang percaya kepada karya penyelamatan itu
akan memperoleh keselamatan. Allah mengampuni manusia yang bertobat dan mengakui
kesalahannya. Bagian ini berusaha menunjukkan relasi Allah dan manusia. Allah mengasihi
manusia dan Allah mengharapkan manusia mau merespons kebaikan dan karya keselamatan
Allah itu dengan meninggalkan perbuatan dosa.
Bagian berikutnya adalah menghayati dan mensyukuri peran Roh Kudus dalam kehidupan
manusia, terutama pertobatan manusia. Roh Kudus menolong manusia untuk bertobat,
berproses menjadi manusia baru dan hidup dengan cara hidup baru. Ada beberapa kisah

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 19  


Alkitab yang akan dipakai sebagai contoh karya Roh Kudus dalam proses pertobatan manusia.
Dari kisah-kisah itu siswa akan diajak memahami dan menghayati peran Roh Kudus dalam
kehidupannya.
Bagian akhir kelas V ini banyak membahas contoh-contoh konkrit manusia baru yang
telah bertobat dan memiliki cara hidup baru. Diharapkan melalui pelajaran-pelajaran ini
siswa ditolong untuk mengembangkan sikap-sikap dan gaya hidup yang berkenan di hadapan
Allah, seperti sikap orang-orang yang mau melayani meskipun keadaan susah atau senang,
selalu ingin berdamai, menjadi saluran berkat bagi orang lain di sekitarnya, dan ikut serta
memelihara lingkungan hidup. Sebab perubahan sikap hidup tidak hanya sekadar perubahan
relasi antara manusia terhadap Allah, tetapi juga terhadap sesamanya dan lingkungannya,
sebagaimana semua hal yang ada di alam semesta ini merupakan satu keutuhan ciptaan Tuhan
yang selayaknya hidup harmonis.

G. Judul Buku
Judul Buku pelajaran Pendidikan Agama Kristen SD kelas V adalah “Allah Penyelamatku”,
artinya Allah yang berpedan dalam proses penyelamatan manusia dari kuasa dosa, menjadi
manusia baru yang memiliki cara hidup baru yang berkenan di hadapan Allah. Judul ini mau
mengatakan bahwa Allah berkuasa atas manusia yang dikasihi-Nya dan karena itu Ia tidak
akan pernah meninggalkan manusia ciptaan-Nya.

Bab 5 Rumusan Kompetensi Inti (KI) dan


Kompetensi Dasar (KD) di SD Kelas V

Kompetensi Inti Kompetensi Dasar

1.Menerima, menjalankan, dan meng- 1.1Menerima bahwa manusia berdosa


hargai ajaran agama yang dianutnya. sehingga perlu bertobat
1.2Menerima dan mensyukuri karya
penyelamatan Allah melalui Yesus
Kristus
1.3Meyakini peran Roh Kudus dalam
proses pertobatan
1.4Menerima cara hidup manusia baru
sebagai perilaku orang yang sudah
bertobat

  20 Buku Guru Kelas V SD


2.Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, 2.1Menunjukkan sikap menolak cara
tanggung jawab, santun, peduli, hidup manusia berdosa
dan percaya diri dalam berinteraksi 2.2Membiasakan cara hidup orang
dengan keluarga, teman, guru dan bertobat yang sudah diselamatkan
tetangganya serta cinta tanah air oleh Yesus Kristus
2.3Menunjukkan peran Roh Kudus
dalam proses pertobatan dengan
hidup mengasihi sesama
2.4Menunjukkan sikap bertanggung
jawab sebagai tanggapan manusia
berdosa yang telah bertobat

3.Memahami pengetahuan faktual dan 3.1Menjelaskan bahwa manusia berdosa


konseptual dengan cara mengamati, sehingga perlu bertobat
menanya dan mencoba berdasarkan 3.2Memahami dan menjelaskan karya
rasa ingin tahu tentang dirinya, penyelamatan Allah melalui Yesus
makhluk ciptaan Tuhan dan Kristus
kegiatannya, dan benda-benda yang 3.3Memahami dan menjelaskan peran
dijumpainya di rumah, di sekolah dan Roh Kudus dalam kehidupan orang
tempat bermain yang sudah diselamatkan
3.4Menceritakan contoh cara hidup
manusia baru yang sudah bertobat

4.Menyajikan pengetahuan faktual dan 4.1Mencontohkan perubahan cara


konseptual dalam bahasa yang jelas, hidup sebagai manusia berdosa yang
sistematis, logis dan kritis, dalam sudah bertobat
karya yang estetis, dalam gerakan 4.2Mempraktekkan cara hidup sebagai
yang mencerminkan anak sehat, dan orang yang sudah diselamatkan
dalam tindakan yang mencerminkan Allah dengan mengasihi sesama dan
perilaku anak beriman dan berakhlak lingkungannya
mulia 4.3Membuat karya-karya kreatif sebagai
ungkapan syukur atas pertolongan
Roh Kudus dalam hidup orang yang
sudah diselamatkan
4.4Mempraktekkan cara hidup manusia
baru dengan menjadi teladan bagi
sesama


Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 21
Catatan: Adapun KD yang saling berhubungan adalah sebagai berikut:
1.KD nomor 1.1; 2,1; 3.1; 4.1
2.KD nomor 1.2; 2.2; 3.2; 4.2
3.KD nomor 1.3; 2.3; 3.3 ; 4.3
4.KD nomor 1.4: 2.4; 3.4; 4.4
Pada tiap pembelajaran, yang diukur adalah ketercapaian Kompetensi Dasar (KD) oleh
karena itu hendaknya guru fokus pada KD. KD ini merupakan dogma atau ajaran Iman
Kristen yang amat penting dan menjadi dasar pengetahuan tentang kemahakuasaan Allah
dan keterbatasan manusia.

  22 Buku Guru Kelas V SD


Bab VI Penjelasan Setiap Pelajaran Buku Siswa
Pelajaran 1
Mengapa Manusia Berdosa?
Bacaan Alkitab: Kejadian 3

Kompetensi Inti:

KI 1:
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air.
KI 3:
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
KI 4:
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logi dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.

Kompetensi Dasar:

1.1 Menerima bahwa manusia berdosa sehingga perlu bertobat.


2.1 Menunjukkan sikap menolak cara hidup manusia berdosa.
3.1 Menjelaskan bahwa manusia berdosa sehingga perlu bertobat.
4.1 Mencontohkan perubahan cara hidup sebagai manusia berdosa yang sudah
bertobat.

Indikator:

1. Menjelaskan mengapa manusia berdosa.


2. Memahami dan menyebutkan penyebab manusia jatuh dalam dosa.
3. Mendaftarkan tindakan yang perlu dilakukan agar tidak jatuh dalam dosa.
4. Menyatakan tekad untuk tidak melakukan dosa dengan menyanyikan lagu rohani
dan menuliskan pesan lagu tersebut.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 23  


A. Pengantar
Pelajaran pertama di kelas V ini hendak menjelaskan kepada peserta didik mengapa
manusia jatuh dalam dosa. Topik ini penting diajarkan kepada peserta didik agar mereka
mengetahui dan memahami mengapa manusia berdosa. Bahwa tidak ada manusia yang tidak
berdosa.
Bacaan Alkitab yang akan menolong guru untuk menjelaskan materi ini adalah Kitab
Kejadian 3. Kisah tentang Adam dan Hawa yang melanggar perintah Allah menjadi bukti
awal bahwa dosa sudah memasuki kehidupan manusia. Kehidupan yang sempurna di Taman
Eden menjadi rusak ketika manusia pertama melanggar perintah Allah untuk tidak makan
buah dari pohon pengetahuan yang baik dan jahat.
Hal penting yang hendak diajarkan kepada peserta didik yaitu berhati-hati dalam
menjalani hidup agar mereka tidak jatuh dalam pencobaan atau tidak jatuh dalam dosa.
Dengan kata lain, peserta didik diharapkan tidak melanggar perintah Allah dan selalu taat
pada firman Allah.

B. Penjelasan Bahan Alkitab

Pertama-tama ada tiga hal yang harus dimengerti guru ketika menjelaskan mengenai
topik manusia jatuh dalam dosa, yaitu: 1) pencobaan manusia, 2) manusia mengalah kepada
cobaan, 3) akibat-akibatnya. Guru harus ingat bahwa mengenai pencobaan (Kej. 3:1-6), Tuhan
mengizinkan hal itu. Tuhan tidak melarangnya. Untuk mendidik manusia mengatasi dosa,
tidak ada jalan lain, kecuali manusia dihadapkan kepada pilihan: ikut jalan Allah atau iblis.
Dalam kejadian 3, kita dapat melihat bagaimana tahap-tahap pencobaan itu. Mula-
mula iblis hanya bertanya tentang Firman Allah (3:1); kemudian dibantah nyata-nyata
(3:4); akhirnya apabila manusia yang dicobai itu mau terus mendengarkan, maka iblis pun
melanjutkan dengan memburuk-burukkan maksud baik Allah (3:5).
Akibat cobaan yang dilontarkan iblis, manusia mengalah kepada cobaan (baca ayat 3).
Bagaimana cara iblis mempengaruhi manusia? Mula-mula iblis mempengaruhi telinga
manusia dan membiarkan telinganya mendengarkan perkataan pencoba, lalu membiarkan
mata manusia menikmati benda yang ditunjukkan oleh pencoba, kemudian membiarkan
keinginan hati manusia menguasai diri manusia. Ayat 6 menyaksikan bahwa “Perempuan
itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan’; “dan sedap kelihatannya”; “lagi pula
pohon itu menarik hati karena memberi pengertian”.
Pada dasarnya pencobaan pertama di taman Eden sama dengan ribuan pencobaan lainnya
yang sering menjatuhkan manusia ke dalam dosa. Allah sudah berusaha supaya Adam dan
Hawa dapat mengalahkan pencobaan dengan mudah. Allah sudah memperingatinya dengan
sangat jelas (lihat Kej. 3:3), tapi mereka tidak taat kepada Allah, dan lebih memilih taat kepada
iblis.
Akibat ketidaktaatan Adam dan Hawa, hubungan mereka dengan Tuhan menjadi rusak.
Akibat lainnya, mata mereka ‘terbuka’, dan keduanya tahu bahwa mereka telanjang. Hati
mereka kehilangan kemurnian, dan mereka mulai memiliki perasaan malu (ayat 7).
Tidak hanya itu, akibat ketidaktaatan Adam dan Hawa, juga lahir perasaan takut. Mereka
berusaha menyembunyikan diri dari Allah karena takut (ayat 10). Sekalipun dosa mereka
terbentang di hadapan Allah, mereka tidak menunjukkan penyesalan yang sungguh.

  24 Buku Guru Kelas V SD


Hati mereka telah berubah asing di hadapan Allah. Mereka dikuasai kematian rohani.
Di samping itu semua, sebagai akibat dari ketidaktaan kepada Allah, manusia diusir keluar
dari taman Eden (ayat 23). Mereka tidak lagi diperkenankan tinggal di taman itu, tempat
tinggal mereka semula. Mereka harus mencari tempat tinggal yang baru. Kehidupan baru
mereka tidak sebaik seperti ketika mereka di taman Eden. Hidup mereka mengalami banyak
kesukaran dan penderitaan akibat pilihan dan keputusan mereka untuk lebih taat kepada iblis.
Kejadian 3 menyebutkan hukuman yang harus diterima oleh Adam, Hawa dan ular akibat
ketidaktaatan mereka. Kepada ular: Ular menjadi binatang terkutuk di antara segala ternak
dan binatang hutan. Dengan perutnya ular akan menjalar dan debu tanah akan menjadi
makanan seumur hidupnya (Kej. 3:14). Kepada Hawa: Hawa akan mengalami susah payah
sewaktu mengandung dan mengalami kesakitan ketika melahirkan (Kej. 3:16). Hal ini tidak
hanya terjadi kepada Hawa, tetapi juga kepada semua perempuan sesudah Hawa. Kepada
Adam: Adam akan bersusah payah mencari rezeki dari tanah seumur hidupnya dan dengan
berpeluh ia akan mencari makanan sampai akhir hidupnya.
Meskipun demikian, di antara segala hukuman itu, Allah membuat pakaian bagi Adam
dan Hawa, dan memberi mereka janji agung mengenai kedatangan seorang Juruselamat (3:15).
Janji yang mulia itu berkembang kemudian dan beroleh penggenapannya menurut waktu dan
kehendak Allah; tapi dalam Kejadian 3:15 ini, janji tersebut ditulis secara singkat saja, bahwa
“keturunan perempuan ini” akan meremukkan kepala iblis.

C. Uraian Materi

Pelajaran pertama di kelas 5 ini bertujuan agar peserta didik memahami bahwa sikap
manusia yang memberontak kepada Allah merupakan awal dari kejatuhan manusia
dalam dosa. Dosa adalah ketidaktaatan manusia kepada Allah yang diungkapkan melalui
pemberontakan dan pelanggaran manusia. Menurut rasul Yohanes, dosa adalah pelanggaran
terhadap hukum Allah (1 Yohanes 3:4). Dengan kata lain dosa adalah sikap yang tidak mau
tunduk kepada Allah dan tidak mau berkelakuan sebagaimana Allah inginkan. Akibat dari
dosa adalah hubungan manusia dengan Allah menjadi rusak, namun Allah tetap mengasihi
manusia. Allah berprakarsa untuk mendamaikan diri-Nya dengan manusia, dengan mengutus
anak-Nya, Yesus Kristus. Manusia diperdamaikan dengan Allah melalui diri Yesus Kristus
yang mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia.
Dalam menyampaikan materi tentang kejatuhan manusia dalam dosa, guru harus hati-
hati dalam memberikan jawaban jika ada peserta didik yang bertanya tentang siapakah yang
menyebabkan manusia berdosa pertama kali. Guru harus memberi jawaban teologis yang tepat
atas pertanyaan peserta didik tersebut. Hindari jawaban yang bias gender atau jawaban yang
keliru dan menyimpang. Jelaskan kepada peserta didik, bahwa yang menyebabkan manusia
berdosa pertama kali adalah laki-laki maupun perempuan. Bukan hanya Hawa (perempuan),
tetapi dua-duanya, yaitu Adam dan Hawa. Pemahaman yang mengatakan bahwa dosa pertama
disebabkan oleh perempuan, adalah pemahaman yang keliru; dan harus diluruskan oleh guru
kepada peserta didik.
Allah membuat manusia seperti diri-Nya agar manusia mengasihi, dan mengerjakan
yang baik dan benar namun Adam, bapak dari semua manusia, jatuh dalam dosa karena
tidak menaati Allah. Dan semua anak Adam, cucu Adam serta semua keturunan Adam yang

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 25  


hidup sampai saat ini adalah orang berdosa. Akan tetapi Allah tetap mengasihi Adam dan
Hawa. Allah tidak langsung menghukum mereka dengan kematian. Allah memberi mereka
kesempatan untuk tetap hidup. Kehidupan yang harus mereka jalani adalah kehidupan di luar
taman yang indah itu. Mereka akan mengalami banyak kesukaran dan penderitaan, sebagai
akibat yang harus ditanggung karena tidak taat kepada kehendak atau perintah Allah.
Allah menghendaki manusia untuk selalu taat kepada-Nya, akan tetapi manusia sering
tidak taat kepada Allah. Allah menghendaki manusia untuk selalu mengasihi-Nya, namun
manusia sering tidak mengasihi Allah. Allah menghendaki manusia untuk melakukan hal-hal
yang baik, namun manusia cenderung melakukan hal-hal yang jahat. Allah ingin manusia
selalu berkata jujur, namun manusia cenderung untuk berbohong. Allah menghendaki
manusia untuk berlaku ramah, namun manusia cenderung untuk berlaku kasar. Allah
menghendaki manusia untuk memaafkan orang lain, namun manusia cenderung untuk
menyimpan amarah dan dendam. Allah menghendaki manusia untuk berlaku rendah hati,
namun manusia cenderung untuk sombong. Kecenderungan untuk melakukan hal-hal yang
tidak dikehendaki oleh Allah, menyebabkan manusia jatuh dalam dosa.
Allah menghendaki manusia untuk selalu taat kepada-Nya dan menjauhi perbuatan-
perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Allah. Jika manusia tidak taat atau tidak
mengikuti kehendak Allah, maka manusia akan jatuh ke dalam dosa. Ingatkan peserta
didik bahwa manusia dapat belajar taat kepada Allah dengan mulai melakukan hal-hal yang
sederhana misalnya dengan berkata jujur kepada orang tua atau guru di sekolah, tidak mencuri
barang orang lain, berlaku rendah hati, atau mengampuni teman yang bersalah.

D. Kegiatan Pembelajaran

Pengantar

Guru bersama peserta didik mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa
dan bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Pengantar pelajaran ini akan
diawali dengan guru menanyakan apakah semua orang berdosa dan mengapa manusia jatuh
dalam dosa? Tujuan pengantar ini untuk menggali pemahaman peserta didik mengenai awal
kejatuhan manusia dalam dosa.

Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab


Peserta didik mendalami cerita Alkitab melalui cerita Manusia Jatuh Dalam Dosa
(Kejadian 3). Cerita ini bertujuan memberi gambaran kepada peserta didik mengenai
kejatuhan manusia dalam dosa.
Kegiatan 2 – Memahami Penyebab Manusia Jatuh dalam Dosa
Kegiatan 2 merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk semakin mendalami
pentingnya memahami penyebab manusia jatuh dalam dosa dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan.

  26 Buku Guru Kelas V SD


Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Mengapa Manusia Berdosa
Kegiatan 3 merupakan pendalaman materi yang memberi kesempatan bagi guru untuk
mengeksplorasi lebih jauh mengenai topik mengapa manusia berdosa.
Kegiatan 4 – Menghayati agar Manusia Tidak Jatuh dalam Dosa
Pada kegiatan 4 ini peserta didik diminta untuk menghayati pelajaran pertama ini
dengan mendaftarkan tindakan yang perlu dilakukan agar tidak jatuh dalam dosa. Peserta
didik juga diminta menuliskan alasan mengapa tindakan itu perlu dilakukan.
Kegiatan 5 – Belajar dari Lagu
Peserta didik menyatakan penghayatannya agar tidak mudah jatuh dalam dosa dengan
menyanyikan lagu yang berjudul “Hati-hati, Tanganku” (Kidung Cerita nomor 278:1-4).
Minta peserta didik menuliskan pesan atau makna lagu tersebut. Guru dapat mengganti lagu
tersebut dengan lagu yang lain dengan tema yang sama.

E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (mengisi tabel) dan Kegiatan 5 (menulis makna lagu
yang dinyanyikan). Penilaian tidak dilakukan dalam bagian yang khusus namun berlangsung
sepanjang proses belajar.

F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 27  


Pelajaran 2
Dampak Dosa
Bacaan Alkitab: Kejadian 4

Kompetensi Inti:

KI 1:
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya
KI 2:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air
KI 3:
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
KI 4:
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia

Kompetensi Dasar:
1.1 Menerima bahwa manusia berdosa sehingga perlu bertobat
2.1 Menunjukkan sikap menolak cara hidup manusia berdosa
3.1 Menjelaskan bahwa manusia berdosa sehingga perlu bertobat
4.1 Mencontohkan perubahan cara hidup sebagai manusia berdosa yang sudah
bertobat

Indikator:
1. Menjelaskan arti dosa
2. Memahami dan menyebutkan dampak dosa
3. Mengakui keadaan manusia yang berdosa dan menyatakannya dengan membuat
doa pengakuan dosa
4. Menyatakan tekad untuk tidak berbuat dosa dengan menyanyikan lagu rohani dan
menuliskan makna lagu tersebut

  28 Buku Guru Kelas V SD


A.Pengantar

Pelajaran sebelumnya telah mengantar peserta didik pada pemahaman mengapa manusia
berdosa, yang didasarkan pada Kejadian 3. Pelajaran 2 ini, merupakan lanjutan pembahasan
pelajaran sebelumnya yaitu hendak mengajarkan dampak dosa. Topik ini penting diajarkan
agar peserta didik mengerti apa itu dosa dan dampak dosa sehingga peserta didik dapat hidup
terhindar dari dosa.
Guru akan ditolong untuk menjelaskan pelajaran ini menggunakan bahan Alkitab dari
Kitab Kejadian 4:1-16. Gambaran kehidupan kisah Kain dan Habel menjadi penting diangkat
karena peserta didik dapat belajar langsung dari cerita Alkitab yang memperlihatkan dosa
yang dibuat oleh Kain dan dampaknya.

B.Penjelasan Bahan Alkitab

Pelajaran 2 ini menceritakan tentang anak-anak Adam dan Hawa. Sesudah Adam dan
Hawa diusir oleh Allah dari Taman Eden, Hawa melahirkan seorang anak laki-laki, yang
dinamai Kain. Kemudian Hawa melahirkan lagi seorang anak laki-laki dan mereka menamai
bayi itu Habel.
Ketika Adam dan Hawa diciptakan Allah, mereka sempurna dan belum berbuat kesalahan.
Mereka suci, murni dan tidak berdosa. Lalu Adam dan Hawa berdosa karena mereka tidak
taat pada perintah Allah. Adam dan Hawa menentang perintah Allah. Ketika Kain dan Habel
dilahirkan mereka sudah mempunyai sifat perseteruan (permusuhan) dengan Allah oleh
karena hubungan yang ada antara Allah dengan Adam dan Hawa telah menjadi rusak. Kain
dan Habel dilahirkan di luar Taman Eden.
Ketika Habel dan Kain tumbuh menjadi dewasa, Kain menjadi seorang petani dan Habel
menjadi seorang gembala. Adam dan Hawa mengajar Kain dan Habel berbakti kepada
Allah, salah satu caranya adalah dengan mempersembahkan korban kepada Allah. Habel
mempersembahkan seekor domba kepada Allah dan Kain mempersembahkan hasil dari
cocok tanamnya. Allah menerima persembahan Habel namun tidak menerima persembahan
dari Kain. Lalu Kain marah sekali. Kemudian berfirmanlah Allah kepada Kain, “Mengapa
engkau marah? Mengapa mukamu geram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau
berbuat baik?” (ayat 6 & 7).
Kain membunuh adiknya. Kain marah kepada Habel sebab Kain iri hati. Kain juga marah
kepada Allah. Allah sudah menegur Kain atas kemarahannya. Allah mengharap Kain akan
berubah. Kain tidak memperhatikan kata-kata Allah. Mengapa Kain marah? Kain marah
karena Allah senang dengan persembahan Habel. Kain iri terhadap Habel.
Allah bertanya kepada Kain mengenai Habel, dan Kain menjawab bahwa ia tidak tahu
mengenai adiknya (ayat 9). Allah sudah tahu bahwa Kain telah membunuh adiknya dan Allah
menghukum Kain. Allah mengutuk Kain (ayat 10 & 11). Dan lagi, Allah mengatakan bahwa
tanah yang ditanami Kain tidak akan menghasilkan apa-apa, Kain akan menjadi seorang
pelarian dan pengembara (ayat 12). Hukuman untuk Kain ialah pergi ke tempat yang lain.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 29  


Pada bagian ini, guru perlu juga mengetahui sifat-sifat Allah yang dijelaskan dalam
cerita Kain dan Habel. Guru hendaknya memahami bahwa sifat-sifat Allah yang tergambar
melalui cerita dari Kejadian 4:1-16 adalah sebagai berikut:

1. Allah itu Mahabenar. Allah menerima Habel dan persembahannya (ayat 4).
2. Allah itu Mahatahu. Sebelum Allah bertanya kepada Kain, Allah sudah mengetahui
bahwa Kain telah membunuh Habel (ayat 10).
3. Allah Mahasuci. Allah membenci dosa. Allah menghukum Kain sebab ia sudah berdosa
(ayat 11 & 12).
4. Allah itu Sumber Rahmat. Allah menasihati Kain supaya dia berbuat benar dan
beriman kepada-Nya seperti Habel. Allah tidak mengizinkan seorang pun membunuh
Kain (ayat 15).

C. Uraian Materi

Melalui pelajaran ini, diharapkan guru mampu menjelaskan dengan tepat kepada peserta
didik apa arti dosa dan dampak dari dosa. Dosa adalah tindakan manusia yang melanggar
kehendak Allah atau firman Allah. Hanya Allah yang berhak dan mampu mengampuni dosa
manusia.
Untuk membawa peserta didik kepada pemahaman yang mendalam, guru dapat juga
memberi penjelasan dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan uraian. Siapakah yang
menyebabkan kita berdosa? Kita sendiri, sebab sifat jahat yang ada di dalam diri kita. Kepada
siapakah kita berdosa? Kita berdosa terhadap Allah, sebab Dialah pencipta kita. Berikan
contoh, misalnya jika kita mencuri barang teman, atau mencuri uang orang tua kita, kita telah
berdosa terhadap mereka. Kita harus ingat bahwa ketika kita berbuat dosa terhadap teman
atau orang tua, kita juga berdosa terhadap Allah, sama seperti Adam dan Hawa waktu mereka
melanggar peraturan Allah. Ketika kita berdosa dan tidak melakukan yang benar, kita bersalah
dan berdosa terhadap Allah.
Ada berbagai alasan yang melatarbelakangi seseorang berbuat dosa. Dosa tidak hanya
terjadi dengan cara tiba-tiba saja pada kita, tapi awalnya tumbuh sebagai bibit kecil di hati
kita. Misalnya, iri hati, dengki, amarah, serakah, angkuh, keinginan untuk menguasai, dan
sebagainya. Cerita tentang Kain yang membunuh adiknya dilandasi oleh perasaan iri hati
karena Allah menerima persembahan Habel dan tidak berkenan atas persembahan Kain. Kain
menjadi marah kepada Habel sehingga membunuh adiknya itu.
Orang yang membunuh akan mendapat hukuman yang pantas. Setiap orang yang berbuat
dosa akan mendapat ganjarannya. Matius 5:21-22 mengatakan: “Kamu telah mendengar yang
difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus
dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus
dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah
Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.”
Dosa berdampak buruk bagi manusia. Apakah Dampak Dosa? Dosa dapat berdampak
untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Dampak buruk bagi orang lain misalnya, ketika
kita menyakiti hati teman kita dan menimbulkan sakit hati serta siksaan kepadanya, akan
berdampak kepedihan yang berat dan bisa saja menimbulkan siksaan yang berkepanjangan.
Orang tersebut akan terus-menerus berada dalam keadaan sedih. Sekalipun luka hati yang

  30 Buku Guru Kelas V SD


kita timbulkan itu tidak membuatnya bunuh diri, namun mungkin menimbulkan siksaan
jangka panjang. Sedangkan dampak bagi diri kita, kita akan dikejar-kejar rasa bersalah, kita
tidak tenang, cemas, dan hidup menjadi tidak nyaman dan damai.
Dampak yang lebih jauh dari dosa adalah penghukuman kekal. Yesus dengan jelas
mengajarkan bahwa dosa menghancurkan dan memisahkan manusia dari Allah. Kisah
tentang Kain yang membunuh Habel yang diceritakan Kitab Kejadian 4:1-16 menggambarkan
perbuatan dosa. Kain membunuh Habel adiknya hanya karena amarah dan rasa iri terhadap
Habel. Apa yang dilakukan Kain tidak saja menyakiti adiknya, namun membuat sedih orang
tuanya. Kain telah membunuh Habel. Membunuh sangat bertentangan dengan perintah
Allah. Dampak perbuatan Kain bagi dirinya sendiri ia merasa takut dan bersalah. Dampak
bagi orang lain, Habel adiknya kehilangan nyawa dan orang tuanya merasa sedih. Oleh karena
itu, Kain harus mengakui dosa-dosanya di hadapan Tuhan dan memohon pengampunan dari
Tuhan.
Allah memandang masalah dosa secara sangat serius. Kita kadang memandang enteng
dosa. Saat kita berbuat dosa, kita selalu berpikir bahwa itu hanya masalah kecil, bukan
persoalan besar. Setiap dosa yang kita buat secara sadar atau tidak, harus kita akui, supaya
hubungan kita dengan Tuhan dan sesama menjadi baik. Jika kita tidak mengakui dosa kita,
maka kita akan dibayang-bayangi oleh rasa bersalah dan hidup kita tidak akan tenang.
Persoalan yang paling serius dari dosa adalah tidak ada seorang pun yang dapat
membersihkan dosanya sendiri. Kita tidak akan dapat membersihkan diri sendiri dari dosa.
Sama seperti pakaian yang putih bersih, sekali ternoda, sekuat apa usaha kita mencucinya, ia
tidak akan dapat kembali pada keadaannya yang seputih semula. Saat seseorang berbuat dosa,
seberapa keras usahanya melakukan perbuatan baik, tetaplah mustahil untuk dapat kembali
pada keadaan nurani yang bersih seperti sebelum berbuat dosa.
Siapa yang dapat mengatasi dosa-dosa kita? Dosa-dosa kita hanya dapat dibersihkan oleh
Yesus! Hanya Yesus, Anak Allah, yang dapat membersihkan kita dari segala dosa. Inilah satu-
satunya jalan yang tersedia di muka bumi ini. Tak ada jalan lainnya! Seperti yang ditulis dalam
1 Yoh. 1:7-9: “Tetapi jika kita hidup di dalam terang sama seperti Dia ada di dalam terang,
maka kita beroleh persekutuan seorang dengan yang lain, dan darah Yesus, Anak-Nya itu,
menyucikan kita dari pada segala dosa. Jika kita berkata, bahwa kita tidak berdosa, maka kita
menipu diri kita sendiri dan kebenaran tidak ada di dalam kita. Jika kita mengaku dosa kita,
maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan
kita dari segala kejahatan.”
Guru dapat menyimpulkan pelajaran ini dengan menekankan bahwa peserta didik harus
menghindari perbuatan dosa, dan selalu berusaha menyenangkan hati Allah dengan taat
pada perintah-Nya. Ada berbagai upaya yang dapat dilakukan agar kita dapat terhindar dari
perbuatan dosa yaitu selalu berdoa memohon Roh Kudus untuk menjaga hati kita, tekun
membaca Alkitab agar kita selalu dituntun oleh Firman Allah, rajin ke Sekolah Minggu atau
taat beribadah agar kita selalu diberi pengajaran dan petunjuk tentang hidup yang baik dan
benar, yang sesuai perintah Allah.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 31  


D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar

Guru bersama peserta didik mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Pengantar pelajaran ini akan diawali
dengan guru menanyakan arti dosa menurut pemahaman peserta didik. Tujuan pengantar
ini untuk menggali pemahaman peserta didik mengenai apa itu dosa sehingga memudahkan
guru masuk dalam topik dampak dosa.

Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab


Peserta didik mendalami Alkitab melalui kisah Kain dan Habel. Cerita ini bertujuan
untuk menolong peserta didik memahami perbuatan dosa dan menyadari dampaknya,
sehingga peserta didik tidak mengikuti perbuatan dosa dalam hidupnya.
Kegiatan 2 – Memahami Dampak Dosa
Kegiatan 2 merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk mendalami tentang
dampak dosa melalui cerita Kain dan Habel dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang
diberikan
Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Dampak Dosa
Kegiatan 3 merupakan pendalaman materi yang memberi kesempatan bagi guru untuk
mengajarkan dan mengeksplorasi materi Dampak Dosa lebih jauh lagi.
Kegiatan 4 – Menghayati Hidup yang Terhindar dari Dosa
Peserta didik menghayati hidup yang terhindar dari dosa dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan dan membuat doa pengakuan dosa.
Kegiatan 5 – Belajar dari Lagu
Peserta didik menyatakan penghayatannya mengenai pentingnya mengakui dosa-dosa
di hadapan Tuhan dengan menyanyikan lagu “Di Muka Tuhan Yesus” (Kidung Cerita nomor
231), kemudian peserta didik menuliskan pesan atau makna lagu tersebut bagi pribadinya.
Guru dapat mengganti lagu tersebut dengan lagu yang lain, yang temanya sama.

E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (menjawab pertanyaan dan membuat doa) dan kegiatan 5
(menulis makna lagu yang dinyanyikan). Evaluasi tidak dilakukan dalam bagian yang khusus
namun berlangsung sepanjang proses belajar.

  32 Buku Guru Kelas V SD


F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 33  


Pelajaran 3
Allah Mengasihi Dunia
Bacaan Alkitab: Yesaya 9:6; 53:2-5, Daniel 2; 7:14, dan
Lukas 2:11

Kompetensi Inti:

KI 1:
Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air.
KI 3:
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
KI 4:
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.

Kompetensi Dasar:
1.2 Menerima dan mensyukuri karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
2.2 Membiasakan cara hidup orang bertobat yang sudah diselamatkan oleh Yesus
Kristus.
3.2 Memahami dan menjelaskan karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
4.2 Mempraktikkan cara hidup sebagai orang yang sudah diselamatkan Allah dengan
mengasihi sesama dan lingkungannya.

Indikator:
1. Menjelaskan mengapa Allah mau mengasihi manusia berdosa.
2. Menyebutkan cara Allah mengasihi dunia.
3. Menghayati makna kasih Allah melalui ucapan syukur yang dinyatakan melalui doa
atau puisi.
4. Menyatakan tekad untuk menanggapi kasih Allah dengan menyanyikan lagu rohani
dan menulis pesan atau makna lagu tersebut.

  34 Buku Guru Kelas V SD


A. Pengantar

Pelajaran 3 akan membahas mengenai Allah Mengasihi Dunia dengan menepati janji-
Nya memberikan Anak-Nya, Yesus Kristus. Topik ini penting diajarkan agar peserta didik
mengetahui dan memahami kasih Allah yang sungguh dahsyat dan luar biasa bagi manusia
berdosa. Meskipun manusia telah berdosa di hadapan Allah, namun Allah tetap bermurah
hati untuk menyelamatkan manusia.
Bahan Alkitab yang akan menolong guru mengajarkan pelajaran ini diambil dari beberapa
kitab yang menyatakan janji Allah untuk mengirim seorang Penyelamat bagi manusia.
Bahan Alkitab pendukung tersebut diambil dari Yesaya 9:6; 53:2-5, Daniel 2; 7:14, dan Lukas
2:11. Bahan Alkitab ini penting untuk diketahui peserta didik agar mereka mengetahui
dan memahami bahwa janji Allah mengasihi dunia itu sudah sejak zaman Perjanjian Lama
diberitakan. Allah tetap setia menepati janji-Nya. Semua itu digenapi dalam Perjanjian Baru
melalui anak-Nya, Yesus Kristus.

B. Penjelasan Bahan Alkitab

Allah membuat janji berulang kali kepada para nabi mengenai Juruselamat bahwa
Allah akan mengirimkan keselamatan kepada semua orang. Janji tentang Juruselamat itu
diberitakan juga kepada nabi Yesaya. Yesaya 9:1-6 berisi tentang nubuat mengenai Kelahiran
Raja Damai. Bagian bacaan ini penting sekali dalam rangkaian harapan mesianis di Israel,
bahkan dipandang sebagai lanjutan dan klimaks dari berita “Immanuel” (7:14).
Ayat 6 secara khusus menyatakan bahwa Raja Damai yang akan datang itu, akan
memerintah di atas takhta Daud. Hal ini berarti bahwa ia adalah Raja yang sah dan legal,
yang diharapkan dan dicita-citakan. Raja itu akan memerintah dengan hikmat ilahi dalam
kebenaran dan keadilan, sesuai dengan hukum-hukum Allah. Jadi, di sini kita melihat adanya
hubungan yang sempurna antara: kuasa – kasih – keadilan dan kebenaran. Kuasa yang
didasarkan atas kasih menimbulkan keadilan dan kebenaran yang sejati, kemuliaan Tuhan
dan keselamatan bagi umat-Nya. Tuhan akan menggenapi janji-janji-Nya itu.
Dalam Yesaya 53:2-5, Tuhan berjanji untuk menyelamatkan Sion dengan mengutus
seorang hamba Tuhan yang menderita. Ayat 2-3 melukiskan bahwa hamba Tuhan itu tidak
menarik: dari masa mudanya ketika ia tumbuh sampai pada saat ia mati, ia menderita dan
dihina; dalam maut pun ia disingkirkan. Hamba itu menderita terus-menerus. Segala bentuk
kesakitan tertimpa sekaligus atas diri hamba Tuhan itu. Inti ayat ketiga terdapat dalam kalimat,
“ seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan.” Kesakitan ini
mengakibatkan penghinaan. Hamba itu dianggap begitu rendah, sehingga tak dapat disayangi
lagi: biasanya orang sakit dikunjungi, dan seorang yang sedih dihiburkan oleh rekan-rekannya,
tetapi hamba itu ditinggalkan, seorang pun tidak memperhatikan kesakitannya, bahkan orang
menyembunyikan mukanya terhadap dia. Hamba itu hina terkucil. Mereka yang melaporkan
tentang kesakitan hamba itu mengaku bahwa mereka sendiri tidak menghitungkan dia lagi
antara orang-orang yang dapat menyumbangkan sesuatu kepada sesamanya: “Bagi kitapun ia
tidak masuk kiraan”.
Ayat 4-5 menyatakan penyebab hamba itu dikucilkan. Orang-orang menyangka bahwa ia
terkutuk dan oleh sebab itu segan mendekati dia. Tiga kata atau istilah yang digunakan pada

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 35  


ayat 4, saling menguatkan dan melengkapi: karena ia kena tulah maka hamba itu merasa sakit
secara lahiriah dan batiniah, karena ia pun dipukul dan ditindas; ia dilemahkan sedemikian
rupa, hingga ia terpaksa menerima atau melakukan apa saja yang dituntut daripadanya.
Penderitaan ini sesungguhnya merupakan hukuman dari tangan Tuhan, tetapi yang bersalah
bukanlah hamba yang menderita itu, melainkan “kita”. Kita ini tidak saja melanggar hukum-
hukum tertentu dan harus dihajar, melainkan kita memberontak melawan Tuhan sendiri.
Dengan kata lain, kita bertindak seperti domba, yang masing-masing mengambil jalannya
sendiri dan tidak mendengar suara gembalanya.
Ayat 5 menyaksikan bahwa ia menderita ganti kita. Bagaimana mungkin hamba
itu mengambil tempat kita dan menempatkan kita di tempatnya? Dapatkah seorang
menggantikan orang-orang lain dan menanggung hukuman mereka? Hal ini hanya mungkin
karena “Tuhan menimpakan kepadanya kesalahan kita sekalian”, dan hamba-Nya itu “tidak
memberontak, tidak berpaling ke belakang”, ia “memberi punggungnya kepada orang-orang
yang memukulnya… dan tidak menyembunyikan mukanya ketika dinodai dan diludahi.
Hamba itu menjadi pengganti kita kena hukuman, agar kita diselamatkan dan dapat hidup
dalam kesejahteraan bersama-sama Tuhan.
Janji Allah dinyatakan juga kepada nabi Daniel. Kitab Daniel pasal 2 berisi suatu kebenaran
yang sangat penting, yaitu hari Kerajaan Allah itu selalu dekat, sebagai yang mengampuni
dan yang ingin memberikan kepada kita kemenangan, dan kita harus hidup sebagai hamba-
hamba yang bertanggung jawab kepada-Nya. Kerajaan itu dilambangkan dengan batu yang
dapat menghancurkan semua kerajaan lain dan memenuhi seluruh bumi, yaitu kerajaan itu
bermakna bagi semua orang di mana-mana. Juga kerajaan itu adalah usaha Allah sendiri tanpa
pertolongan dari manusia (bnd. “tanpa perbuatan tangan manusia” dalam ayat 34 dan 45) dan
tidak akan binasa untuk selama-lamanya. Pasal 2 ini menunjuk kepada harapan masa depan.
Masa depan dalam tangan Allah, dan meskipun kekuasaan jahat yang sering menang, tetapi
Allah berkuasa mengatasinya. Pasal ini bermakna bahwa Allah mempunyai rencana untuk
dunia ini, dan rencana itu bersifat baik dan adil. Allah akan mendirikan kerajaan-Nya, di
mana umat-Nya dilepaskan dari kuasa kejahatan dan semua ketidakadilan serta penderitaan
diatasi. Kerajaan itu akan datang dengan segera dan memenuhi seluruh bumi, sebab itu bisa
dinanti-nantikan dengan pengharapan dan kegembiraan.
Janji Allah itu digenapi dalam diri Yesus Kristus, Juruselamat dunia. Injil Lukas 2:11
memberitakan tentang kelahiran Yesus Kristus. Pada permulaan ayat ini ada tiga kata yang
harus diperhatikan baik-baik yaitu: hari ini – telah lahir – bagimu. Kata hari ini menekankan
bahwa kepercayaan Kristen bukanlah berdasarkan salah satu anggapan, ilmu gaib, dongeng
atau mitos, melainkan berdasarkan kenyataan yang berlangsung di tengah sejarah dunia, di
negeri Yahudi pada zaman itu. Juga kata telah lahir menjelaskan kepada kita bahwa Yesus
tidak turun ke bumi seperti cara dewa-dewa turun ke bumi dalam berbagai-bagai cerita kuno,
yaitu dengan menjelma untuk sementara dan dengan menampakkan diri sedemikian rupa
hingga mereka kelihatannya seperti manusia. Tidak! Yesus “lahir dari seorang perempuan”
(Gal. 4:4) artinya bahwa Ia telah lahir seperti kita, menjadi manusia seperti kita, manusia yang
terdiri dari daging dan darah (1 Yoh. 4:2), yang “sama dengan kita, Ia telah dicobai”, sehingga
Ia sungguh-sungguh dapat “turut merasakan kelemahan-kelemahan kita” (Ibrani 4:15). Dan
Ia sudah lahir – demikianlah kabar yang disampaikan oleh malaikat itu – bagimu, yaitu untuk
gembala-gembala itu dan untuk semua sesamanya manusia.
Dalam ayat 11 masih terdapat tiga kata penting, yakni tiga gelar: Juruselamat, Kristus
dan Tuhan. Juruselamat, dalam Bahasa Yunani sotér, yaitu Penyelamat (Pelepas, Penolong),
yang hendak menyelamatkan dunia dan manusia. Gelar Kristus (dalam Bahasa Yunani

  36 Buku Guru Kelas V SD


christos, dibentuk dari kata kerja chrio) yaitu terjemahan dari kata Ibrani yang kita kenal
dalam istilah “Mesias” atau “Almaseh,” yang berarti “yang diurapi” (seperti imam-imam dan
raja-raja diurapi untuk jabatannya). Dengan perkataan lain: Yesus adalah Juruselamat sejati;
Juruselamat dunia. Lambat-laun gelar “Kristus” itu menjadi satu dengan nama Yesus, sehingga
kita mengatakan Yesus Kristus. Tetapi arti yang sebenarnya ialah: bahwa Yesus adalah Kristus
atau Mesias, yaitu yang oleh Allah “diurapi” (= diuntukkan, disediakan) untuk menduduki
jabatan nabi, imam dan raja. Gelar ketiga yang disebutkan dalam ayat 11 berkenaan dengan
Yesus ialah kata Yunani kyrios yang dapat diterjemahkan dengan Tuhan. Kyrios berarti juga
‘tuan’, ‘guru’, ‘majikan’ (mis. Matius 25:11), dipakai juga untuk menerjemahkan nama Yahweh
dalam Bahasa Ibrani. Dalam pemahaman Kristen kyrios dikenakan kepada Yesus sebagai
‘Tuhan’, yang ditinggikan di atas kedudukan manusia (Roma 14:8-9).
Dengan demikian, gelar “Juruselamat” seakan-akan mengandung seruan kepada dunia
bangsa-bangsa untuk mengharapkan keselamatan dari Yesus Kristus, bukan dari berbagai-
bagai penguasa dan pemimpin di bumi ini. Gelar “Kristus” (Mesias) membuat kita menginsafi
bahwa kita telah turut beroleh bagian dalam keselamatan dan berkat yang telah dijanjikan
kepada Abraham dan keturunannya. Dalam gelar yang ketiga, yakni “Tuhan” mengandung
makna kita kaum manusia dipanggil untuk mengakui kekuasaan dan kewibawaan-Nya.

C. Uraian Materi

Pelajaran ini merupakan lanjutan dari pelajaran-pelajaran sebelumnya. Allah tidak dapat
dibohongi. Ia tahu segala-galanya. Dalam cerita tentang Adam dan Hawa, Allah tahu bahwa
manusia telah melanggar perintah-Nya dengan memakan buah pohon yang telah dilarang
oleh-Nya. Akibat ketidaktaatan, Adam dan istrinya menerima hukuman. Hidup mereka
akan penuh dengan kesukaran dan kesedihan. Mereka juga harus membanting tulang untuk
mencari makan. Tetapi dalam murka-Nya, kasih Tuhan Allah sangat besar; Ia masih tetap
menjadi Bapa untuk anak-anak-Nya, meskipun mereka sudah berdosa.
Tuhan Allah masih bermurah hati. Tuhan Allah masih mau menjadi Bapa untuk anak-
anak-Nya yang sudah jatuh itu. Ia masih mau saja menganugerahkan keselamatan yang kekal.
Kasih Allah sungguh ajaib! Penyelamat yang hendak diberikan Allah kepada dunia yang
berdosa ini adalah Anak-Nya sendiri yaitu Yesus Kristus, yang akan lahir di Betlehem dan
yang akan mati di Golgota untuk menebus segala dosa manusia.
Mengapa Allah mau memberikan Anak-Nya yaitu Yesus Kristus untuk menebus dosa-dosa
manusia? Jawabannya karena Allah mengasihi manusia. Sebagaimana disaksikan oleh Yohanes
3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-
Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal”.
Allah ingin hubungan manusia dengan-Nya yang dulu rusak, bisa menjadi baik kembali.
Allah ingin agar manusia tidak binasa. Oleh karena itu Allah menepati janji-Nya dengan
memberikan seorang penyelamat bagi dunia.
Keselamatan bagi dunia sudah tersedia. Kalau begitu, apa tanggapan kita terhadap kasih
Allah yang sungguh luar biasa itu? Kita harus berterima kasih atas kasih Allah itu dengan
hidup bersyukur dan sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus, Anak Allah, adalah Tuhan dan
Juruselamat dunia. Kita patut bersyukur atas anugerah keselamatan yang diberikan oleh Allah
bagi kita.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 37  


D.Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama peserta didik mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa
dan bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Pengantar pelajaran ini akan
diawali dengan guru menanyakan arti mengampuni dan mengapa Allah mau mengampuni
dosa manusia. Tujuan pengantar ini untuk menggali pemahaman peserta didik mengenai arti
pengampunan.

Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab


Peserta didik mendalami Alkitab melalui beberapa bahan Alkitab yang menceritakan
tentang kasih Allah bagi dunia. Cerita ini bertujuan memberikan pemahaman kepada
peserta didik mengenai janji Allah bahwa Ia mengasihi dunia dan Allah menepati janji-Nya
kepada manusia.
Kegiatan 2 – Memahami Kasih Allah bagi Dunia
Kegiatan 2 merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk semakin mendalami
mengapa Allah mengasihi dunia dan bagaimana cara Allah mengasihi dunia, dengan
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Kasih Allah bagi Orang Ber-
dosa
Kegiatan 3 merupakan pendalaman materi yang memberi kesempatan bagi guru untuk
mengeksplorasi materi mengapa Allah mengasihi manusia berdosa.
Kegiatan 4 – Menghayati Kasih Allah bagi Dunia
Peserta didik menghayati makna kasih Allah bagi orang berdosa dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Peserta didik juga menyatakan rasa syukur atau rasa
terima kasih atas kasih Allah dengan menuliskan doa atau puisi.
Kegiatan 5 – Belajar dari Lagu
Peserta didik menyatakan penghayatannya atas kasih Allah dengan menyanyikan lagu:
“Kasih Allahku Sungguh T’lah Terbukti”, kemudian menuliskan pesan atau makna lagu
tersebut bagi pribadinya. Guru dapat mengganti lagu tersebut dengan lagu yang lain, yang
bertemakan tentang Kasih Allah.

E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (menjawab pertanyaan dan membuat doa atau puisi) dan
kegiatan 5 (menulis makna lagu yang dinyanyikan). Penilaian tidak dilakukan dalam bagian
yang khusus namun berlangsung sepanjang proses belajar.

  38 Buku Guru Kelas V SD


F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 39  


Pelajaran 4
Arti Bertobat
Bacaan Alkitab: Lukas 15:11-32

Kompetensi Inti:

KI 1:
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air
KI 3:
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
KI 4:
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.

Kompetensi Dasar:
1.2 Menerima bahwa manusia berdosa sehingga perlu bertobat.
2.2 Menunjukkan sikap menolak cara hidup manusia berdosa.
3.2 Menjelaskan bahwa manusia berdosa sehingga perlu bertobat.
4.2 Mencontohkan perubahan cara hidup sebagai manusia berdosa yang sudah
bertobat.

Indikator:
1. Menjelaskan arti bertobat.
2. Menyebutkan alasan mengapa manusia perlu bertobat.
3. Menyatakan tekad untuk selalu mau bertobat.
4. Mendaftarkan contoh perubahan cara hidup sebagai manusia yang sudah bertobat.

  40 Buku Guru Kelas V SD


A. Pengantar

Pelajaran kali ini menekankan tentang pentingnya pertobatan. Kisah tentang


Perumpamaan Anak yang Hilang yang diceritakan dalam Lukas 15:11-32 menjadi dasar bagi
guru untuk mengajarkan tentang topik pertobatan ini. Kisah ini adalah perumpamaan yang
diajarkan oleh Yesus kepada murid-murid-Nya yang menceritakan tentang kasih seorang
bapa kepada anaknya, dengan titik beratnya adalah tentang si anak bungsu. Perumpamaan
ini menjadi dasar pembelajaran pada topik pertobatan karena menampilkan dua hal penting
yaitu: anak yang bertobat, dan kasih Bapa terhadap sikap/tindakan anak yang sungguh mau
bertobat. Konsep pertobatan penting diajarkan karena topik ini juga merupakan salah satu
tema inti dalam Alkitab, yang mengajak setiap orang untuk bertobat.

B. Penjelasan Bahan Alkitab

Dalam kisah perumpamaan tentang anak yang hilang (Lukas 15:1-32), pada ayat 12
diceritakan bahwa sang anak bungsu meminta kepada ayahnya bagian harta milik (kekayaan)
yang menjadi haknya. Pada saat itu, seorang ahli waris berhak meminta bagiannya ketika sang
ayah masih hidup apabila hal itu diinginkannya. Putra sulung dapat menuntut dua pertiga
bagian kekayaan ayahnya: anak-anaknya yang lain akan membagi sisanya sama rata (Ul.
21:17).
Ayat 13 menceritakan bahwa anak bungsu itu pergi ke negeri yang jauh. Banyak pemuda
kaya pada zaman Yesus yang pergi ke Roma atau Antiokhia untuk berfoya-foya di sana. Istilah
“berfoya-foya” (dalam Bahasa Yunani: Asōtōs), maksudnya, menghambur-hamburkan.
Ayat 14 mengisahkan tentang kelaparan yang ada “di dalam negeri itu”. Kalimat “di
dalam” diterjemahkan dari bahasa Yunani, yang menunjukkan bahwa kelaparan tersebar luas
dan mencakup seluruh wilayah di mana anak itu tinggal, dan ia pun mulai melarat. Mulai
melarat, dapat diartikan juga mulai kekurangan.
Dalam ayat 15, ungkapan “bekerja pada” sangat kuat: secara harfiah artinya dia melekatkan
diri (Yunani: ekkolēthē). Kebutuhan memaksa dia bekerja pada seorang yang terkemuka untuk
memperoleh kebutuhan sehari-hari. Ia bekerja sebagai penjaga babi. Pekerjaan menjaga babi
merupakan penghinaan yang paling rendah bagi seorang Yahudi.
Dalam ayat 17 disebutkan “orang upahan”. Orang upahan pada zaman Alkitab nasibnya
lebih parah daripada budak, sebab pekerjaan mereka tidak tetap, sedangkan budak dapat
memastikan adanya makanan dan tempat berteduh.
Pada ayat 18, sang anak bungsu mengungkapkan bahwa ia telah berdosa terhadap sorga.
Ungkapan “terhadap sorga” merupakan istilah lain untuk menyebut Allah, supaya jangan
mereka secara tidak sengaja menghujat Allah (bnd. Mat. 5:34; 26:64, 65). Hal ini berhubungan
dengan ketaatan orang Yahudi untuk menaati perintah yang ketiga, “Jangan menyebut nama
Tuhan Allahmu, dengan sembarangan.”
Permohonan anak bungsu pada ayat 19 yang menggunakan ungkapan “jadikanlah
aku…” menunjukkan suatu perubahan sikap secara total. Ketika meninggalkan rumah, dia
mengatakan, “Berikanlah kepadaku ....” Dia meninggalkan rumah dengan suatu tuntutan yang
mementingkan diri sendiri: dia kembali dengan doa yang rendah hati.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 41  


Ayat 20 hendak menggambarkan bahwa sang ayah menantikan kepulangan sang anak
dengan tidak sabar. Setelah mendapatkan anaknya, sang ayah memberikan “jubah yang
terbaik dan cincin” (ayat 22). Jubah yang terbaik dipersiapkan untuk tamu yang paling
dihormati. Cincin merupakan tanda kedudukan sebagai anak yang ia lepaskan ketika ia
meninggalkan kalangan keluarganya.
Tidak hanya itu, sang ayah menyuruh hamba-hambanya menyembelih anak lembu
tambun untuk mereka makan dan bersukacita (ayat 23). Seekor hewan biasanya disiapkan
untuk peristiwa khusus, sehingga para tamu yang terhormat dapat dilayani dengan cepat (bnd.
Kej. 18:7). Maka mulailah mereka bersukaria (ayat 24). Bersukaria memiliki arti sebuah pesta.
Bunyi seruling dan nyanyian tari-tarian yang dikisahkan pada ayat 25, mungkin
dibawakan oleh orang-orang yang disewa. Kembalinya si anak bungsu yang menyebabkan
diadakannya suatu pesta yang besar.
Sementara itu, marahlah anak sulung (ayat 28). Reaksi dari anak yang sulung adalah rasa
iri dan jengkel. Dia tidak senang atas terjadinya peristiwa yang dianggap tidak adil. “Anak
sulung” itu melambangkan orang yang beragama dan kelihatannya secara lahiriah menaati
perintah Allah, tetapi mereka jauh dari Allah (ayat 28-30).
Ungkapan patut bersukacita dan bergembira (ayat 32) hendak mengatakan bahwa
melalui perumpamaan ini, Yesus menunjukkan sikap Allah terhadap orang berdosa. Allah
tidak berkenan pada sikap memberontak mereka atau perbuatan jahat mereka, tetapi Dia
menyambut mereka kembali dan memulihkan mereka apabila mereka menyesal.
Perumpamaan tentang anak yang hilang ini adalah suatu perumpamaan yang sering
dipakai untuk menggambarkan kesetiaan Allah. Kesetiaan Allah sering digambarkan sebagai
Bapa yang tidak pernah berubah, sekalipun umat-Nya sering menyakiti hati-Nya. Umat
Allah dalam perumpaan ini digambarkan sebagai anak yang sering menyakiti hati-Nya dan
meninggalkan-Nya untuk pergi menikmati kesenangan duniawi. Menikmati kesenangan
duniawi digambarkan dengan pergi ke negeri yang jauh.
Tuhan Yesus hendak menekankan bahwa seindah-indahnya kenikmatan duniawi
yang dapat dipandang mata, suatu saat itu akan berbalik menjadi jerat yang akan membuat
seseorang meninggalkan Tuhan. Kenikmatan duniawi yang dikejar melebihi apapun, bahkan
kenikmatan yang kelihatannya tidak berdosa sekalipun, akan membuat kita meninggalkan
Tuhan. Di akhir pengajarannya Yesus menekankan tujuan-Nya datang ke dunia adalah untuk
mencari orang-orang yang terhilang, seperti kata-kata bapa itu: “kita patut bersukacita dan
bergembira karena adikmu telah mati dan menjadi hidup kembali, ia telah hilang dan didapat
kembali” (Lukas 15:32).

C. Uraian Materi

Bertobat lazimnya dipahami sebagai sebuah proses perubahan sikap dan tingkah laku
seseorang dari yang buruk menjadi baik. Bertobat memungkinkan seseorang berbalik dari
cara hidup yang lama, yang bertentangan dengan apa yang Tuhan kehendaki ke cara hidup
baru yang berkenan di hadapan Tuhan.
Dalam Perjanjian Baru, kata bertobat atau pertobatan disebut dengan kata Yunani μετάνοια
(metanoia), yang berarti perubahan pikiran disertai dengan penyesalan dan perubahan
perilaku, “perubahan pikiran dan hati”, atau “perubahan kesadaran”. Pertobatan melibatkan
3 (tiga) elemen dasar di dalam diri manusia yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak atau

  42 Buku Guru Kelas V SD


keinginan. Orang-orang yang bertobat mengalami perubahan pikiran dari yang tidak tahu,
tidak mengerti, atau tidak sadar akan dosa-dosanya menjadi tahu, mengerti, dan sadar akan
dosa-dosanya. Orang-orang yang bertobat juga mempunyai kehendak atau keinginan untuk
berubah dari pikiran, perbuatan, atau hidup mereka yang lama yang berdosa.
Menurut Kisah Para Rasul 26:20, pertobatan adalah berbalik dari dosa, meninggalkan
dosa, datang kepada Tuhan dan membina hubungan yang harmonis dan dekat dengan Dia.
Pengertian ini sesuai dengan kata pertobatan di dalam Alkitab Ibrani yang diwakili oleh dua
kata kerja: shub (kembali) dan nicham (merasakan kesedihan). Dengan kata lain, orang
yang bertobat adalah orang yang merasakan kesedihan atau penyesalan terhadap dosa, berbalik
dari dosa itu, meninggalkannya dan kembali kepada Tuhan. Pengertian ini jelas digambarkan
oleh perumpamaan tentang anak yang hilang di Injil Lukas pasal 15 dimulai dari ayat 11. Ia
sadar akan dosa-dosa dan kesalahannya bahwa ia tidak bersyukur, egois, sombong, serakah,
dan penuh hawa nafsu. Ia sedih dan menyesali perbuatan dan tingkah lakunya dan kemudian
berbalik, meninggalkan kehidupannya yang berdosa dan kembali kepada ayahnya, membina
hubungan yang harmonis dan dekat dengan ayahnya tersebut.
Ketika Yesus memulai pelayanan-Nya di bumi, Ia selalu menyerukan “bertobatlah sebab
Kerajaan Sorga sudah dekat!” (Matius 4:17). Konsep pertobatan merupakan tema yang
menjadi inti dari Alkitab. Semua orang diberitahu untuk bertobat dan kembali kepada Tuhan.
Ketika Yesus mengutus murid-murid-Nya untuk berkhotbah, mengajar dan menyembuhkan,
ada begitu banyak mukjizat yang terjadi. Yesus memberi tahu bahwa salah satu tujuan dari
mukjizat-mukjizat tersebut adalah agar orang-orang bertobat.
Bertobat dapat diartikan dengan menyesal atau berbalik kembali. Dengan kata lain,
bertobat berarti perubahan pikiran dan sikap hidup. Pertobatan adalah suatu keputusan yang
menghasilkan perubahan pikiran yang menuntun pada perubahan tujuan dan tindakan. Yang
paling penting, bertobat adalah mengubah sikap terhadap dosa.

Pertobatan meliputi tiga hal, yaitu:


1. Penyangkalan diri dan perubahan. Seseorang yang bertobat ketika mendengar
panggilan keselamatan, harus sungguh-sungguh menyangkal diri dan sungguh-
sungguh berubah; kembali kepada-Nya, meninggalkan dosanya dan berbalik dari dosa
dan mengikut Kristus. Kisah Para Rasul 3:19 mengingatkan: “Karena itu sadarlah dan
bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan”.
2. Penundukan diri dan kerelaan untuk diajar. Seseorang yang mengakui pertobatannya
haruslah tunduk pada Firman Tuhan dan bersedia untuk diajar dan melakukan Firman-
Nya. Tidak ada pertumbuhan tanpa ketaatan kepada firman. Surat Yakobus menyaksikan
bahwa hendaknya manusia tidak hanya menjadi pendengar Firman, namun yang paling
penting menjadi pelaku Firman (Yakobus 1:19-25).
3. Kerelaan untuk terus dibentuk. Seseorang yang hidup dalam pertobatan harus terus
dibentuk. Tidak ada buah yang baik yang dihasilkan tanpa kemauan untuk menerima
perbaikan dan pimpinan Roh Kudus.

Bertobat tidak hanya membutuhkan keinginan tetapi juga tekad dan komitmen yang
sungguh untuk melaksanakannya. Tekad dan komitmen menjadi pendorong utama bagi
seseorang untuk mewujudkan keinginannya tersebut. Jika yang ada dalam diri seseorang
hanyalah keinginan untuk bertobat, maka itu hanya menjadi konsep atau wacana saja, dan itu
tidak ada artinya sama sekali. Pertobatan haruslah diiringi dengan tindakan dan sikap hidup
yang nyata.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 43  


Kisah anak bungsu yang diceritakan Injil Lukas 15:11-32 menunjukkan sebuah contoh
komitmen dan keseriusan seseorang untuk bertobat. Anak bungsu itu berbalik segera dari
kehidupan lamanya, menjalani kehidupan baru bersama dengan ayah dan saudaranya laki-
laki. Dalam perumpamaan ini Tuhan mengajar bahwa hidup dalam dosa dan mementingkan
diri sendiri, merupakan pemisahan dari kasih dan persekutuan Allah. Hidup yang benar dan
sejati hanya dapat ditemukan dalam hubungan yang benar dengan Allah.
Orang berdosa harus menyadari keadaannya, dengan rendah hati kembali kepada Bapa,
mengaku dosanya dan bersedia untuk melakukan apa saja yang diminta oleh Bapa (Lukas
15:17-19). Tapi kita harus sadari, bahwa pekerjaan menyadarkan orang yang hilang ini
merupakan karya Roh Kudus (Yoh. 16:7-11).
Guru perlu menggali contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari peserta didik yang
menggambarkan ciri-ciri atau tindakan pertobatan, misalnya: siswa yang memiliki sifat
sombong dan angkuh, menyesali kesalahannya dan berubah menjadi rendah hati; dahulu suka
berbohong, menyadari kesalahannya dan berubah menjadi siswa yang jujur; dahulu memiliki
sifat serakah yang ingin menguasai, menyadari kesalahannya dan menjadi siswa yang tidak
serakah tapi hidup penuh syukur menerima apa adanya; dahulu suka marah-marah, sadar
dan bertobat menjadi siswa yang sabar dan penuh ramah tamah; dahulu suka iri, sekarang
bertobat menjadi siswa yang penuh kasih dan penyayang; dahulu sering mengeluarkan kata
makian/kasar/tidak sopan, berubah menjadi bertutur kata dengan santun/halus/sopan; dsb.
Guru dapat juga menyiapkan contoh atau pengalaman pribadi atau pengalaman seseorang
ketika ia bertobat.
Gambaran Yesus mengenai tanggapan seorang ayah terhadap kembalinya anak ‘yang
hilang’ mengajarkan beberapa hal penting. Setidaknya ada tiga hal penting yang hendak
diajarkan menurut Lukas 15:20, yaitu:

1. Allah mempunyai belas kasihan bagi yang hilang oleh karena keadaan mereka yang
menyedihkan.
2. Kasih Allah bagi mereka begitu besar sehingga Ia menunggu mereka kembali
kepadaNya.
3. Ketika orang berdosa dengan tulus hati kembali kepada Allah, Allah pun sudah
siap untuk menerima mereka dengan pengampunan, belas kasihan, kasih karunia
dan mengaruniakan hak penuh sebagai anak yang sah (bnd. Yoh. 1:12). Dampak
pertobatan orang yang berdosa adalah sukacita yang besar. Tak terhinggalah sukacita
Allah atas kembalinya orang berdosa (Luk. 15:6-7,10, 22-24).

Guru perlu memberikan penjelasan bagi peserta didik mengapa manusia perlu bertobat.
Berikut ini adalah penjelasan yang dapat diberikan oleh guru, untuk menjawab mengapa
manusia harus bertobat:

• Bahwa setiap manusia adalah orang berdosa. Sejak lahir manusia telah memiliki dosa
asal, yang diwariskan oleh manusia pertama yaitu Adam dan Hawa. Oleh karena
itu, setiap saat kita harus selalu bertobat dan mengaku dosa kita. Pertobatan adalah
alasan utama Kristus datang ke dalam dunia. Kristus datang untuk mentobatkan
manusia. Lukas 19:10 mengatakan, “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang”. Dia menunggu setiap manusia untuk berbalik datang
kepada-Nya.

  44 Buku Guru Kelas V SD


• Anugerah keselamatan dari Allah disediakan bagi setiap manusia. Manusia yang
menyambut anugerah itu, harus mewujudkannya dalam hidup taat dalam pertobatan.

Berikan juga contoh mengapa peserta didik perlu bertobat setiap saat. Misalnya: kalau
pada waktu pagi sebelum berangkat ke sekolah, sudah membantah dan menyakiti hati orang
tuanya, maka ia harus segera menyadari kesalahannya, meminta maaf kepada orang tuanya
dan dengan segera bersikap lebih baik, tidak harus menunggu sampai besok atau lusa atau lain
waktu. Atau, contoh yang lain, ketika di sekolah ada ulangan dan siswa menyontek, maka ia
harus segera menyadari kesalahannya dan tidak bersikap demikian lagi jika ada ulangan di
waktu mendatang.
Guru dapat mengingatkan peserta didik bahwa Tuhan selalu menghendaki kita untuk
datang kepada-Nya, dan Ia sangat mengasihi kita sehingga Dia selalu memberi jalan kepada
kita untuk bertobat. Ingatkan peserta didik bahwa pertobatan adalah sebuah kehendak
atau keputusan, bukan perasaan. Pertobatan adalah suatu tindakan sukarela untuk berserah
kepada kehendak Tuhan, dan berjalan kembali di jalan yang benar. Ingatkan bahwa Roh
Kudus akan menolong peserta didik yang sungguh mau bertobat. Selain itu ingatkan pula
bahwa Roh Kudus berperan sebagai Penolong supaya kita sendiri bertindak secara aktif dalam
kehidupan beriman kita.
Allah telah berjanji kepada manusia bahwa Dia akan memberikan pengampunan kepada
setiap orang yang mengakui dosa-dosanya di hadapan Allah. Dia melakukannya bukan karena
perbuatan baik yang kita lakukan, tetapi karena Dia sangatlah mengasihi kita. Mazmur 32:1
mengatakan: “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi”.
Katakan kepada peserta didik, sebesar apapun dosa yang dibuat, ketika kita mau mengakuinya
dan mau bertobat, maka pengampunan Allah tersedia bagi mereka. Oleh karena itu, peserta
didik jangan menunda menyambut anugerah pengampunan Allah yang melimpah dengan
datang bertobat.

D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama siswa mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Pengantar pelajaran ini akan diawali
dengan guru menanyakan pengertian bertobat menurut pemahaman peserta didik dan alasan
mengapa manusia perlu bertobat atau tidak. Tujuan pengantar ini untuk menggali pemahaman
peserta didik mengenai pentingnya pertobatan.

Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab


Peserta didik mendalami Alkitab melalui kisah Perumpamaan Anak yang Hilang. Cerita
ini bertujuan untuk memberi gambaran kepada peserta didik mengenai sikap bertobat dan
mengajak peserta didik untuk meneladani hal tersebut.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 45  


Kegiatan 2 – Memahami Kisah Anak yang Hilang
Kegiatan 2 merupakan kesempatan bagi siswa untuk semakin mendalami pentingnya
pertobatan melalui kisah perumpamaan anak yang hilang dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan.
Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Mengapa Perlu Bertobat
Kegiatan 3 merupakan pendalaman materi yang memberi kesempatan bagi guru untuk
mengajarkan pentingnya pertobatan didukung dengan alasan mengapa manusi perlu bertobat.
Kegiatan 4 – Menghayati Makna Pertobatan & Menyatakan
Tekad bertobat
Peserta didik menyatakan penghayatan terhadap makna pertobatan dengan menuliskan
perbuatan-perbuatan yang menyedihkan hati Tuhan dan perubahan tingkah laku yang harus
dilakukan sebagai wujud pertobatan. Peserta didik juga menyatakan tekad untuk bertobat
dengan membuat doa.
Kegiatan 5 – Belajar dari Lagu
Peserta didik menyatakan penghayatannya terhadap pentingnya bertobat melalui lagu
“Bertobatlah”, kemudian menuliskan pesan atau makna lagu tersebut bagi pribadinya. Guru
dapat mengganti lagu tersebut dengan lagu yang lain, yang bertemakan tentang pertobatan.

E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (mengisi tabel dan membuat doa) dan Kegiatan 5
(menulis makna lagu yang dinyanyikan). Penilaian tidak dilakukan dalam bagian yang khusus
namun berlangsung sepanjang proses belajar.

F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.

  46 Buku Guru Kelas V SD


Pelajaran 5
Allah Penyelamatku
Bacaan Alkitab: Daniel 3

Kompetensi Inti:

KI 1:
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air.
KI 3:
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
KI 4:
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.

Kompetensi Dasar:
1.2 Menerima dan mensyukuri karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
2.2 Membiasakan cara hidup orang bertobat yang sudah diselamatkan oleh Yesus
Kristus.
3.2 Memahami dan menjelaskan karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
4.2 Mempraktikkan cara hidup sebagai orang yang sudah diselamatkan Allah dengan
mengasihi sesama dan lingkungannya.

Indikator:
1. Menjelaskan arti Penyelamat dan siapa yang dimaksud Penyelamat.
2. Menyebutkan alasan mengapa manusia membutuhkan Penyelamat.
3. Menghayati perlunya Juruselamat dengan menyanyikan lagu rohani dan menulis
pesan atau makna lagu tersebut.
4. Menyatakan tekad hidup sebagai orang percaya (berdosa) yang sudah diselamatkan
dengan membuat doa atau puisi atau proyek bersama.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 47  


A. Pengantar

Pada pelajaran 5 ini guru akan mengajarkan tentang Allah penyelamat umat manusia.
Topik ini menjadi sentral dari seluruh pengajaran di kelas lima. Materi ini penting diajarkan
agar peserta didik memahami bahwa keselamatan itu hanyalah datang dari Allah. Peserta
didik akan diberi pemahaman bahwa setiap orang yang sungguh-sungguh mengandalkan
Allah, pasti diselamatkan. Allah memberi jaminan keselamatan yang pasti bagi umat manusia.
Bahan Alkitab yang akan menolong guru menjelaskan materi ini adalah Kitab Daniel pasal
3 yang menceritakan tentang tiga orang sahabat Daniel yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego
yang dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala karena tidak sujud menyembah
patung yang didirikan oleh Raja Nebukadnezar. Cerita ini penting diangkat agar peserta didik
dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara Allah bertindak untuk menyelamatkan
orang yang percaya dan mengandalkan Dia. Melalui cerita ini, peserta didik diharapkan
mengerti dan menghayati makna keselamatan dari Allah, dan mampu mengungkapkan rasa
terima kasih atas keselamatan yang Allah berikan dalam kehidupan umat manusia.

B. Penjelasan Bahan Alkitab

Kitab Daniel pasal 3 menceritakan tentang keselamatan yang Allah nyatakan kepada
Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang setia kepada-Nya sampai mati. Allah menghargai
kesetiaan hamba-hamba-Nya yang siap sedia mati karena kepercayaan mereka kepada-Nya.
Allah menyelamatkan mereka dari perapian yang menyala-nyala.
Daniel 3:1 menyebutkan tentang patung emas. Patung emas adalah patung seorang dewa
atau patung raja Nebukadnezar sendiri. Patung demikian biasanya dibuat dari kayu, dan
bersalutkan emas. Patung itu tingginya enam puluh hasta; yaitu 27 meter. Hasta adalah ukuran
panjang sebesar 45 cm, atau sama ukuran dari siku manusia sampai ujung jari tengah. Enam
hasta; yaitu 2,7 meter. Patung ini besar sekali.
Pada zaman kuno orang sering dihukum dengan cara dibakar. Ayat 6 memberikan
informasi bahwa siapa yang tidak sujud menyembah patung itu akan dicampakkan ke dalam
perapian yang menyala-nyala. Di bagian atas perapian itu ada pintu, dan orang-orang dapat
dicampakkan melalui pintu itu untuk dibakar. Tetapi ada juga pintu atau jendela di bawah, dan
melalui pintu atau jendela itu raja Nebukadnezar melihat apa yang terjadi.
Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak mau menyembah patung raja Nebukadnezar dan
mereka tidak takut jika dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Pada ayat 17,
mereka memberi jawab: Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia
akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu. Memang Allah mereka sanggup
melepaskan mereka. Iman Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang sangat kuat dan dalam
menyebabkan patung emas itu menjadi remeh.
Mengapa raja Nebukadnezar memerintahkan supaya perapian itu dibuat tujuh kali lipat
dari panas yang biasa? Api biasa dapat membakar orang-orang yang dicampakkan ke dalam
api (ayat 19). Mengapa beberapa orang tentara yang kuat itu harus mengikat ketiga orang itu?
Mungkin maksud raja itu, ingin dianggap kuat dan berkuasa, walaupun dia tidak mempunyai
kekuatan (ayat 20). Mengapa ketiga orang itu memakai pakaian dalam perapian itu? Mungkin
untuk membuktikan dengan pasti, orang itu dibakar (ayat 21).

  48 Buku Guru Kelas V SD


Ketika raja Nebukadnezar melihat bahwa seorang malaikat diutus Allah untuk melepaskan
ketiga orang Yahudi itu dan tubuh mereka tidak mempan oleh api itu, maka dia baru mengakui
bahwa Allah mereka berkuasa menolong dan menyelamatkan hamba-hamba-Nya (ayat 28).
Allah itu selalu menyertai hamba-hamba-Nya yang tetap setia.

Lukas 4:18-19
Injil Lukas 4:16-30 bercerita tentang pertolongan Tuhan Yesus ketika Ia datang ke dunia
untuk membawa keselamatan. Ketika Yesus memberi tanda bahwa Ia mau melakukan
pembacaan kitab-kitab para nabi, diberitakanlah kepada-Nya gulungan Kitab Yesaya. Ia
membuka gulungan itu sampai Ia menemui Yesaya 61:1-2 yang dikutip dalam ayat 18-
19 ini. Dalam Yesaya 61 itu dibicarakan tentang Hamba Tuhan yang telah menerima Roh
Allah dan dengan demikian “diurapi” (ditahbiskan) oleh Allah untuk jabatannya. Apa yang
dikatakan selanjutnya mengenai pekerjaan Hamba itu, dapat diringkaskan sebagai berikut:
atas dorongan Roh Tuhan, Ia memberitakan bahwa telah datang zaman Mesias, yaitu zaman
di mana Allah akan mewujudkan di bumi ini keselamatan yang dari-Nya. Keselamatan itu
merangkum berkat dan bahagia, baik secara jasmani maupun rohani, baik secara lahiriah
maupun batiniah. Jadi apabila dalam ayat-ayat ini dibicarakan tentang orang-orang miskin,
tawanan-tawanan, orang-orang buta dan orang tertindas, maka kita dapat mengartikan kata-
kata itu baik dalam arti yang sebenarnya maupun kiasan.
Jadi pertama-tama dikatakan bahwa “kabar baik” mengenai keselamatan itu
(Yunaninya: euangelion = injil) terutama akan menjadi kabar baik untuk orang-orang miskin,
yakni rakyat biasa atau orang banyak, yang oleh orang-orang berkuasa dan pemimpin-
pemimpin agama sering ditindas dan dihina (bnd. Lukas 6:20 dan Matius 5:3). Demikian
juga kepada orang-orang tawanan akan diberitakan bahwa mereka akan dibebaskan (itu
berlaku secara harafiah untuk pembebasan seperti dari Babel, tetapi secara kiasan untuk
orang-orang yang tidak punya harapan lagi mengenai hari depan). Kepada orang-orang buta
(secara badaniah atau rohaniah) akan diberitakan bahwa mereka akan melihat, sedangkan
orang-orang yang tertindas akan dibebaskan. Pendeknya: hamba (pelayan) Tuhan itu akan
memberitakan tahun kesukaan Tuhan, artinya ia akan memberitakan bahwa telah datang
masa keselamatan, yakni masa anugerah (kasih karunia) dan kebebasan

C. Uraian Materi

Pada pelajaran 4, guru telah dibekali dengan penjelasan mengenai pertobatan dan alasan
mengapa manusia perlu bertobat. Pelajaran 5 ini dilanjutkan dengan penjelasan mengenai Allah
adalah penyelamat dunia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penyelamat adalah
orang yang menyelamatkan, seseorang yang menolong, meluputkan atau menghindarkan
orang lain dari sebuah bencana atau bahaya/malapetaka/kerusakan. Tindakan atau perbuatan
baik yang dilakukan seseorang untuk menolong orang lain merupakan tindakan penyelamatan.
Sebagai contoh, petugas pemadam kebakaran yang datang memadamkan api pada suatu
peristiwa kebakaran, disebut sebagai penyelamat.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 49  


Kitab Daniel pasal 3 menceritakan tentang tindakan penyelamatan Allah kepada
hamba-hamba-Nya yang setia, yang memiliki iman kepercayaan yang kuat dan dalam akan
pertolongan Allah. Keselamatan adalah suatu hal yang pasti bagi orang-orang yang percaya
kepada-Nya.
Teks bacaan Alkitab lainnya yang mendukung materi pelajaran 5 ini adalah Injil Lukas
4:16-30, khususnya ayat 18 dan 19. Sejak semula, Allah telah menetapkan seorang penyelamat
yaitu Anak-Nya yang Tunggal, Yesus Kristus. Melalui Perjanjian Lama yang digenapi dalam
Injil Lukas 4:18-19 misalnya, Allah mengingatkan manusia akan kedatangan Sang Juruselamat
melalui pesan-pesan yang disampaikan oleh para nabi. Apa alasan Juruselamat diutus atau
datang ke dunia? Jawabannya adalah untuk menyelamatkan manusia. Semua umat manusia,
tanpa terkecuali, termasuk mereka yang berada dalam berbagai situasi dan kondisi yang tidak
baik. Penulis Kitab Injil Lukas 4:18-19 menulis bahwa penyelamat datang untuk orang-orang
miskin, orang-orang tawanan, orang-orang buta dan orang-orang tertindas.
Mengapa manusia membutuhkan Juruselamat atau Penyelamat? Dosa yang telah diwariskan
oleh Adam dan Hawa telah menyebabkan rusaknya hubungan antara Allah dan manusia.
Akibat dosa manusia tersebut, manusia membutuhkan Penyelamat untuk memulihkan
hubungannya dengan Allah. Penyelamat tersebut yang akan menanggung hukuman atas
dosa-dosa manusia. Dosa akan ditebus dan diampuni. Allah sungguh mengasihi manusia,
oleh kerena itu Dia menganugerahkan seorang Penyelamat untuk menebus dan mengampuni
dosa-dosa manusia.
Guru hendaknya mengingatkan peserta didik bahwa keselamatan bukanlah sesuatu yang
dapat dibeli. Keselamatan hanya dapat diperoleh melalui percaya kepada Sang Juruselamat,
yaitu Yesus Kristus. Percaya bukanlah hanya di mulut saja, akan tetapi harus tercermin dalam
seluruh tindakan hidup manusia yaitu hidup benar dan menuruti semua perintah Tuhan.
Guru dapat mengingatkan peserta didik bahwa mereka dapat melakukan banyak hal
untuk menjawab kasih karunia Allah yang telah menganugerahkan Juruselamat. Peserta
didik diharapkan dapat mencontoh teladan Juruselamat yaitu turut menjadi penyelamat atau
penolong bagi orang lain dalam kehidupan setiap hari. Misalnya, peserta didik dapat menjadi
penolong bagi kawannya dengan membagikan makanan atau roti yang dibawa dari rumah
kepada teman yang lapar, atau bisa juga peserta didik dapat menolong temannya dalam hal
belajar.

D.Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama peserta didik mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa
dan bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Pengantar pelajaran ini akan
diawali dengan guru menanyakan apakah peserta didik pernah memberikan pertolongan
untuk orang lain dan menceritakan pengalamannya. Kemudian guru menanyakan apakah
mereka pernah merasakan pertolongan Allah. Setelah bertanya dan mendengar pengalaman
peserta didik, guru mengajak perserta didik untuk membaca cerita tentang “Kisah Seorang
Penyelamat Anak”. Tujuan pengantar ini untuk menggali pemahaman peserta didik mengenai
arti penyelamat. Guru dapat menggunakan alat bantu berupa gambar orang yang sedang
menolong atau menyelamatkan orang lain. Bisa juga guru memutarkan cuplikan film tentang

  50 Buku Guru Kelas V SD


kisah-kisah penyelamatan atau pengorbanan, misalnya film Ibu Theressa yang melayani
orang-orang miskin di India.
Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab
Peserta didik mendalami Alkitab melalui cerita yang disaksikan dalam Kitab Daniel
pasal 3 tentang Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang dicampakkan ke dalam perapian yang
menyala-nyala. Cerita ini bertujuan memberikan pemahaman kepada peserta didik mengenai
tindakan penyelamatan Allah bagi hamba-hamba-Nya yang taat dan setia kepada-Nya.
Kegiatan 2 – Memahami Cara Allah Menyelamatkan Umat-Nya
Kegiatan 2 merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk semakin mendalami cara
Allah menyelamatkan umat-Nya, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Allah Penyelamatku
Kegiatan 3 merupakan pendalaman materi yang memberi kesempatan bagi guru untuk
mengeksplorasi materi Allah Penyelamatku.
Kegiatan 4 – Menghayati Makna Penyelamat
Peserta didik menghayati makna penyelamat bagi dirinya dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan. Peserta didik juga menyatakan rasa syukur atas penyelamat yang
Allah berikan dalam hidupnya dengan menuliskan doa atau puisi.
Kegiatan 5 – Belajar dari Lagu
Peserta didik menyatakan penghayatannya atas kasih Allah dengan menyanyikan lagu:
“Kuperlukan Juruselamat” dari Kidung Ceria (KC) nomor 250, kemudian menuliskan pesan
atau makna lagu tersebut bagi pribadinya. Guru dapat mengganti lagu tersebut dengan lagu
yang lain yang bertema sama.

E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (menjawab pertanyaan dan membuat doa atau puisi) dan
kegiatan 5 (menulis makna lagu yang dinyanyikan). Penilaian tidak dilakukan dalam bagian
yang khusus namun berlangsung sepanjang proses belajar.

F. Berdoa

Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 51  


Pelajaran 6
Pengorbanan Yesus Kristus
Bacaan Alkitab: Matius 27:32-56

Kompetensi Inti:

KI 1:
Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air.
KI 3:
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat
bermain.
KI 4:
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencermin-kan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.

Kompetensi Dasar:
1.2 Menerima dan mensyukuri karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
2.2 Membiasakan cara hidup orang bertobat yang sudah diselamatkan oleh Yesus
Kristus.
3.2 Memahami dan menjelaskan karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
4.2 Mempraktikkan cara hidup sebagai orang yang sudah diselamatkan Allah dengan
mengasihi sesama dan lingkungannya.

Indikator:

1. Menjelaskan arti pengorbanan Yesus Kristus.


2. Menghayati pengorbanan Yesus Kristus melalui sebuah tulisan atau karangan yang
berjudul “Pengorbanan di Kayu Salib”.
3. Mendaftarkan tindakan berkoban bagi orang lain sebagai wujud mengikuti teladan
Yesus Kristus.
4. Menyatakan tekad untuk mengikuti teladan Yesus Kristus dalam hal berkoban
melalui sebuah karya kreatif atau membuat sebuah proyek bersama.

  52 Buku Guru Kelas V SD


A. Pengantar

Pelajaran kali ini hendak membekali peserta didik dengan tema Pengorbanan Yesus
Kristus. Topik ini penting diajarkan agar peserta didik memiliki iman yang sungguh untuk
percaya kepada Yesus Kristus.
Bahan Alkitab yang menjadi pendukung dalam mengajarkan materi ini adalah Matius
27:32-56 yang mengisahkan penyaliban dan kematian Yesus. Bagian cerita Alkitab ini penting
diangkat untuk menjadi bahan perenungan dan penghayatan peserta didik bahwa kisah
pengorbanan ini sungguh nyata, dan lewat pengorbanan Yesus, peserta didik kiranya mampu
untuk menanggapi pengorbanan Yesus dengan hidup taat dan beriman kepada Yesus Kristus.

B. Penjelasan Bahan Alkitab

Matius 27:32-56 menceritakan kisah pengorbanan Yesus Kristus. Ayat 35 bacaan ini,
menceritakan tahap ketujuh dari penderitaan Yesus. Sebelum tiba pada penderitaan Yesus
yang ketujuh, bagian bacaan sebelumnya menjelaskan penderitaan Yesus yang pertama sampai
dengan keenam. Penderitaan Yesus yang pertama adalah Yesus mulai merasa sedih dan gentar
(Matius 26:37). Semua penderitaan rohani dan jasmaniah yang dialami oleh Yesus bermula
di taman Getsemani. “Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah”
(Luk 22:44). Selanjutnya tahap kedua dari penderitaan Yesus adalah Ia diludahi, ditinju dan
dipukul (Matius 26:67). Tahap ketiga dari penderitaan Yesus adalah Ia dibelenggu, lalu dibawa
dan diserahkan kepada Pilatus. (Matius 27:2). Tahap keempat dari penderitaan Yesus adalah
Ia disesah dan diserahkan untuk disalib (Matius 27:26). Penyesahan merupakan penyiksaan
yang mengerikan.
Tahap kelima dari penderitaan Yesus adalah pakaian-Nya ditanggalkan dan dikenakan
jubah ungu kepada-Nya, serta dimahkotai duri (Matius 27:28-29). Tahap keenam dari
penderitaan Yesus adalah balok yang berat diikatkan pada pundak-Nya dan Ia berjalan dengan
pelan-pelan ke bukit Golgota (Matius 27:31).
Di bukit Golgota balok salib yang melintang diletakkan di tanah dan Yesus dibaringkan
di atasnya. Kedua lengan-Nya direntangkan di atas balok salib dan paku besi yang persegi
dipakukan melalui telapak (atau pergelangan) tangan-Nya sampai jauh ke dalam kayu, pertama
tangan yang kanan kemudian tangan yang kiri. Setelah itu Yesus diangkat dengan bantuan tali
atau tangga, balok salib yang melintang diikatkan atau dipakukan pada tiang salib dan sebuah
penyanggah untuk tubuh-Nya dipasang pada salib itu. Akhirnya, kaki-Nya direntangkan dan
dipakukan pada salib itu dengan paku yang lebih besar. Inilah tahap ketujuh dari penderitaan
Yesus, yaitu Ia disalibkan (Matius 27:32-38).
Tahap kedelapan dari penderitaan Kristus diuraikan dalam ayat 39. Kini Yesus tergantung
dalam keadaan yang menyedihkan, berlumuran darah, penuh dengan luka dan ditonton
banyak orang. Berjam-jam lamanya seluruh badan-Nya terasa sakit luar biasa, lengan-Nya
terasa lelah, otot-otot-Nya kejang-kejang dan kulit yang tercabik-cabik dari punggung-Nya
terasa nyeri. Kemudian muncul penderitaan baru -- rasa sakit yang hebat terasa dalam dada-
Nya ketika cairan mulai menekan jantung-Nya. Ia merasa sangat haus (Yoh. 19:28) dan sadar
akan perkataan makian dan cemoohan orang yang melewati salib itu (Matius 27:39-44).

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 53  


Tahap kesembilan dari penderitaan Kristus dapat dilihat pada ayat 46. Kata-kata Yesus:
“…mengapa Engkau meninggalkan aku?” merupakan puncak dari segala penderitaan-Nya
bagi dunia yang terhilang. Seruan-Nya dalam bahasa Aram, “Allah-Ku, Allah-Ku, mengapa
Engkau meninggalkan Aku?” menunjukkan bahwa Dia sedang mengalami pemisahan dari
Allah sebagai pengganti orang berdosa. Pada tahap ini semua kesedihan, penderitaan, dan
rasa sakit mencapai puncaknya. Ia tertikam oleh karena pemberontakan kita (Yesaya 53:5) dan
Ia telah memberikan diri-Nya sebagai “tebusan bagi banyak orang” (Matius 20:28; 1Timotius
2:6). Dia yang tidak mengenal dosa “telah dibuat-Nya menjadi dosa karena kita” (2Korintus
5:21); Dia mati sebagai yang ditinggalkan, agar kita tidak akan pernah ditinggalkan oleh-Nya
(bnd. Mazmur 22:1-32). Demikianlah kita ditebus oleh penderitaan Kristus (1Petrus 1:19).
Matius 27:50 merupakan tahap kesepuluh dari penderitaan-Nya. Dengan nyaring
Ia mengucapkan kata-kata-Nya yang terakhir, “Sudah selesai” (Yoh. 19:30). Seruan ini
menandakan akhir dari segala penderitaan-Nya serta penyelesaian karya penebusan. Hutang
dosa kita telah dilunasi, dan rencana keselamatan digenapi/dinyatakan. Pada saat itulah Dia
memanjatkan doa yang terakhir, “Ya Bapa, ke dalam tangan-Mu Kuserahkan nyawa-Ku”
(Lukas 23:46).
Matius 27:51 mengisahkan tabir bait suci terbelah dua. Terbelahnya “tabir Bait Suci” (bnd.
Kel. 26:31-33; 36:35) menunjukkan bahwa jalan kini terbuka lebar untuk menghampiri Allah.
Tabir yang memisahkan Tempat Kudus dengan Tempat Mahakudus sebelumnya menghalangi
orang menghampiri hadirat-Nya. Melalui kematian Kristus, tabir itu disingkirkan dan jalan
menuju Tempat Mahakudus (yakni ke hadirat Allah) kini terbuka bagi semua orang yang
percaya kepada Kristus dan Firman-Nya yang menyelamatkan (bnd. Ibr. 9:1-14; 10:19-22).
Matius 27:52 memberitakan bahwa “Banyak orang kudus… bangkit”. Hal ini mau
mengatakan bahwa peristiwa ini penting karena merupakan petunjuk nubuat bahwa kematian
dan kebangkitan Kristus memastikan kebangkitan kita dalam kemuliaan pada saat Dia datang
kembali.

C. Uraian Materi

Pelajaran sebelumnya telah membahas mengenai siapa Penyelamat manusia dan mengapa
manusia membutuhkan Penyelamat. Bahasan pelajaran 5 dan pelajaran 6 merupakan satu
kesatuan yang utuh dalam kerangka kompetensi dasar yang menjelaskan mengenai menerima
dan mensyukuri karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus. Sebagai kesinambungan dari
pelajaran sebelumnya, pelajaran 6 ini akan menguraikan bagaimana cara Allah menyelamatkan
manusia, yaitu melalui Yesus Kristus dengan berkorban di kayu salib.
Kata berkorban menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti menjadi korban,
menderita rugi atau menyatakan bakti. Pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib adalah jalan
yang disiapkan Allah bagi penghapusan dosa, serta untuk pendamaian umat manusia. Salib
Kristus mengartikan pengorbanan. Pengorbanan selalu ditujukan untuk kebaikan orang
lain, bahkan bila perlu menyerahkan nyawa bagi orang lain. Pengorbanan adalah perkara
menyerahkan nyawa untuk orang lain. Pengorbanan selalu ditujukan untuk orang lain.
Suatu pengorbanan tidak dapat disebut pengorbanan jika tidak ditujukan untuk orang lain.
Kristus tidak mati untuk diri-Nya sendiri. Ketika Dia berkata bahwa Dia memikul salib-
Nya, Dia tidak memikul salib itu bagi diri-Nya sendiri, tetapi untuk umat manusia. Tidaklah
mudah menemukan orang-orang yang benar-benar mau berkorban untuk orang lain tanpa

  54 Buku Guru Kelas V SD


dilatarbelakangi oleh tujuan tertentu. Ketika seseorang berkorban, ada rasa sakit yang
dirasakan olehnya dan ada kerugian yang harus ditanggung serta dialaminya. Yesus dalam
masa hidup-Nya di dunia rela melakukan hal itu, rela berkorban demi umat manusia. Ia rela
disalib demi pendamaian sempurna bagi segala dosa umat manusia.
Salib menandakan penghukuman bagi seseorang yang dianggap paling jahat. Menurut
Tradisi Romawi, orang yang dihukum mati dengan cara disalibkan hanya dikenakan kepada
orang-orang yang paling jahat, seperti pembunuh, pemberontak, atau pembuat huru-hara.
Salib menurut bacaan Alkitab pada pelajaran ini yaitu:
•Salib adalah lambang kutukan (bnd. Galatia 3:13), Ayat ini hanya sebagai referensi
tambahan untuk guru, sebaiknya tidak dijelaskan kepada siswa.
•Salib adalah lambang penderitaan (1 Ptr. 3:17 – 18), dan
•Salib adalah lambang kebodohan dan kehinaan (1 Kor. 1:18, 23).
Itu berarti dengan dipakukan Yesus di kayu salib, Dia menerima sebutan atau julukan
sebagai orang jahat tersebut, meski sebenarnya yang Dia lakukan adalah untuk menyelamatkan
manusia dan mendamaikan manusia dengan Allah. Bagi orang yang percaya kepada Yesus,
pengorbanan Kristus di kayu salib bukanlah sebuah penghinaan namun merupakan sebuah
kemuliaan. Benar bahwa Yesus dijadikan terhina, akan tetapi penghinaan itu dikarenakan
dosa dan pelanggaran yang manusia lakukan.
Penderitaan Kristus merupakan gambaran ketidakmampuan manusia untuk melepaskan
diri dari hukuman dosa (Yesaya 53:5) dan penderitaan Kristus juga merupakan jaminan
kekal bagi manusia. Inilah cara Allah melepaskan manusia dari beban dosa, yakni dengan
mengorbankan Yesus Kristus di kayu salib. Penderitaan Yesus itu adalah suatu “Pengorbanan
Kasih”. Oleh karena itu salib bagi orang yang percaya kepada Kristus, memiliki makna sebagai
berikut:

1. Ditebus dari hukuman dosa Manusia berutang, sebab itu ia telah menjadi budak
dosa. Tetapi, dengan kematian Yesus, Ia dapat ditebus agar dibebaskan dar hukuman
dosa. Hanya dengan kematian Yesus, semua dosa manusia berdosa dapat ditebus.
2. Diperdamaikan dengan Allah Manusia telah menjadi seteru Allah, karena dosa dan
pelanggarannya. Namun dengan penderitaan Yesus di kayu salib, ia diperdamaikan
dengan Allah.
3. Dibenarkan karena Iman Manusia dibenarkan bukan karena ia memiliki kebenaran
atau ada tindakan yang benar yang ia lakukan, melainkan karena ia dibenarkan oleh
pengorbanan Yesus (baca Rm. 8:21-24).
4. Dibenarkan karena Pengharapan Pada peristiwa salib, seluruh dunia memiliki
pengharapan untuk memperoleh kehidupan yang kekal (baca Rm. 8:21 -24). Jadi
Salib Kristus adalah puncak kasih Allah kepada anusia.

Salib Kristus berarti pengorbanan. Dia memikul salib itu untuk umat manusia, dan Dia
memanggil kita dalam karya keselamatan. Apa artinya? Artinya adalah: Dia mati bagi kita
manusia, supaya setelah menerima keselamatan itu, kita bisa menyalurkannya kepada orang
lain.

Pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib adalah jalan yang disiapkan Allah bagi kita untuk
menjadi saluran atau alat pendamaian. Bagaimana peran kita sebagai alat pendamaian atau
saluran keselamatan? Kita harus memberikan diri kita untuk orang lain, sama seperti Yesus
telah memberikan diri-Nya untuk kita.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 55  


Akhirnya guru perlu mengingatkan peserta didik bahwa memiliki sikap rela berkorban,
tidaklah mengharuskan peserta didik untuk melakukan seperti apa yang sudah dilakukan
oleh Yesus di kayu salib. Guru dapat mengingatkan peserta didik bahwa ada banyak contoh
tindakan pengorbanan yang dapat dilakukan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari,
untuk menjadi saluran atau alat damai sejahtera, misalnya:

-Membagi makanan dengan kawan lain yang tidak punya. Itu berarti, peserta didik
rela mengorbankan makanan yang ia miliki supaya bisa dinikmati oleh kawannya
yang tidak membawa makanan.
-Memberikan pakaian dan perlengkapan layak pakai untuk korban bencana. Itu
artinya, peserta didik rela untuk mengorbankan pakaian dan perlengkapan lainnya
untuk dipakai oleh mereka, para korban bencana.
-Memberikan waktu untuk membantu teman belajar. Itu artinya, peserta didik rela
mengorbankan waktunya untuk membantu teman dalam belajar.
-Memberikan tenaga untuk menolong orang tua di rumah. Itu artinya, peserta didik
mengorbankan tenaga dan waktunya untuk membantu orang tua di rumah.
-Memberikan uang untuk membantu korban bencana alam atau fakir miskin. Itu
artinya, peserta didik mengorbankan uang jajannya untuk disumbangkan kepada para
korban bencana alam atau kepada orang-orang miskin.
-Dan contoh-contoh lainnya.

D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar

Guru bersama peserta didik mengawali semua proses belajar-mengajar dengan


berdoa dan bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Pengantar pelajaran
ini akan diawali dengan guru bertanya tentang arti berkorban dan meminta peserta didik
menceritakan pengalamannya ketika berkorban bagi orang. Tujuan pengantar ini untuk
menggali pemahaman peserta didik mengenai makna berkorban yang akan menolong mereka
memahami lebih jauh tentang pengorbanan Yesus Kristus.

Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab


Peserta didik mendalami Alkitab melalui kisah “Yesus Disalibkan” yang diambil dari Injil
Matius. Cerita ini bertujuan memberikan pemahaman dan gambaran kepada peserta didik
bagaimana kisah pengorbanan yang dilakukan oleh Yesus Kristus untuk menebus dosa-dosa
manusia.
Kegiatan 2 – Memahami Pengorbanan Yesus Kristus
Kegiatan 2 merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk semakin mendalami kisah
Pengorbanan Yesus Kristus, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.

  56 Buku Guru Kelas V SD


Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Pengorbanan Yesus Kristus
Kegiatan 3 merupakan pendalaman materi yang memberi kesempatan bagi guru untuk
mengeksplorasi kisah pengorbanan Yesus Kristus. Guru dapat menggunakan alat bantu
berupa gambar pengorbanan Yesus di kayu salib, atau cuplikan film mengenai pengorbanan
Yesus Kristus.
Kegiatan 4 – Menghayati Pengorbanan Yesus Kristus
Peserta didik menghayati arti pengorbanan Yesus Kristus dengan menjawab pertanyaan-
pertanyaan yang diberikan. Peserta didik juga menyatakan rasa syukur atau rasa terima kasih
atas pengorbanan Yesus Kristus dengan menuliskan doa dan membuat suatu proyek bersama.
Kegiatan 5 – Belajar dari Lagu
Peserta didik menyatakan penghayatannya atas pengorbanan Yesus Kristus dengan
menyanyikan lagu: “Yesus Sayang Padaku” (Kidung Ceria nomor 90), kemudian menuliskan
pesan atau makna lagu tersebut bagi pribadinya. Guru dapat mengganti lagu tersebut dengan
lagu yang lain yang bertemakan sama.

E. Penilaian

Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (menjawab pertanyaan, membuat doa dan suatu proyek
bersama) dan kegiatan 5 (menulis makna lagu yang dinyanyikan). Penilaian tidak dilakukan
dalam bagian yang khusus namun berlangsung sepanjang proses belajar.

F. Berdoa

Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 57  


Pelajaran 7
Pengampunan Allah
Yunus 1- 4, Mazmur 103:8-14 atau Matius 18:21-22 dan
Efesus 4:32

Kompetensi Inti:

KI 1:
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya serta cinta tanah air.
KI 3:
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya,
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan,
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat
bermain.
KI 4:
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.

Kompetensi Dasar:
1.2 Menerima dan mensyukuri karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
2.2 Membiasakan cara hidup orang bertobat yang sudah diselamatkan oleh Yesus
Kristus.
3.2 Memahami dan menjelaskan karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
4.2 Mempraktikkan cara hidup sebagai orang yang sudah diselamatkan Allah dengan
mengasihi sesama dan lingkungannya.

Indikator:
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan kebaikan Allah yang mau dan rela
mengampuni.
2. Menyebutkan alasan mengapa manusia harus saling mengampuni.
3. Menghayati pengampunan Allah dengan menyanyikan lagu “Sejauh Timur dari
Barat” dan menuliskan makna atau pesan lagu tersebut bagi pribadi.
4. Menyatakan tekad dan niat untuk belajar dari kebaikan Allah yang mau dan rela
mengampuni dengan membuat sebuah karya kreatif (menulis puisi atau kartu ucapan).

  58 Buku Guru Kelas V SD


A. Pengantar

Pelajaran 7 ini hendak mengajarkan tentang kebaikan Allah dalam hal mengampuni dosa
manusia. Mengampuni berarti memberi maaf dan membebaskan seseorang dari tuntutan
karena kekeliruan dan kesalahan. Dengan mengampuni kita menolong orang untuk mengerti
apa kesalahan mereka dan akibat yang ditimbulkan olehnya. Mengapa kita harus mengampuni
orang lain? Apa yang mendasari sehingga manusia harus saling mengampuni?
Mengampuni adalah perintah Allah bagi kita dan merupakan bagian dari hidup
yang penuh kasih, damai, syukur, dan pujian. Kolose 3:13b menasihati: ”…sama seperti
Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” Sebagaimana kita telah
diampuni dengan cuma-cuma oleh Allah, hendaklah kita juga melakukannya kepada sesama.
Mengampuni bukanlah hal yang mudah. Namun, apabila kita menyadari bahwa Allah telah
mengampuni kita, maka kita wajib meneruskan belas kasih tersebut kepada sesama.
Dasar pengajaran Alkitab yang menolong guru untuk menjelaskan tentang pengampunan
Allah yang menjadi alasan bagi siswa untuk mengampuni sesama adalah Kitab Yunus 1-4,
Mazmur 103:8-14, Matius 18:21-22 & Efesus 4:32. Bacaan-bacaan ini menunjukkan bahwa
betapa Allah sungguh menyayangi dan mengasihi anak-anak-Nya, dan Allah tahu apa
yang menjadi kebutuhan manusia. Melalui bacaan ini tergambarlah sifat Allah yang Maha
Pengampun, yang memberi ampunan dan pembebasan atas kesalahan manusia. Dia tidak
menuntut kesalahan manusia, Dia tidak mendendam, melainkan dia melupakan semua dosa
dan kesalahan manusia; dan oleh karena itu, manusia patut meneladani sifat Allah yang
mengampuni.

B. Penjelasan Bahan Alkitab

Yunus 1- 4
Yunus pasal 1 menceritakan tentang pemanggilan dan penugasan seorang nabi. Tetapi
nabi Yunus berusaha mengingkari panggilan itu. Daripada berdiri di hadapan Tuhan, Yunus
melarikan diri jauh dari hadapan Tuhan. Sekarang Tuhan harus bertindak. Ia menurunkan
angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal yang ditumpangi Yunus
hampir-hampir terpukul hancur. Yunus mau melepaskan Tuhan, tetapi Tuhan tidak mau
melepaskan Yunus. Yunus mau memutuskan hubungan dengan Tuhan, tetapi Tuhan tidak
mau memutuskan hubungan dengan Yunus. Yunus mau melarikan diri, tetapi Tuhan tidak
mau membiarkan nabi-Nya pergi. Yunus 1:4-16 menjelaskan kepada kita bahwa Tuhan tidak
membiarkan nabi-Nya pergi.
Yunus 1:17-2:10 menceritakan tentang pengalaman seorang nabi yang melarikan diri
dari pemanggilan dan penugasan. Nabi Yunus harus mengalami bahwa tidak mungkin untuk
melarikan diri dari panggilan kenabian.
Yunus 3:1-4:11 mengisahkan Tuhan memanggil Yunus, dan Yunus pergi ke Niniwe.
Akhirnya Yunus mulai melaksanakan tugasnya. Dia masuk ke dalam kota Niniwe sehari
perjalanan jauhnya dan mulai bernubuat. Nubuat yang Yunus ucapkan adalah nubuat
bersyarat: kalau orang Niniwe tidak bertobat, kalau mereka tidak berbalik dari kejahatannya,
maka kota Niniwe akan dihancurkan. Empat puluh hari lagi.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 59  


Tuhan masih memberikan waktu kepada Niniwe untuk bertobat, masih membuka jalan
untuk mengubah cara hidupnya. Itulah karunia Tuhan. Tuhan tidak berkenan akan kematian
orang yang berdosa, tetapi menghendaki supaya manusia bertobat, supaya ia hidup. Dengan
tujuan itu Tuhan mengutus nabi-Nya untuk menyampaikan firman-Nya. Firman Tuhan tidak
mau mematikan manusia, tetapi mau membuka jalan baru bagi dia.
Yunus menubuatkan bahwa setelah empat puluh hari, Niniwe akan ditunggangbalikkan.
Tiap orang Israel yang mendengar kata menunggangbalikkan segera teringat kepada nasib
kedua kota Sodom dan Gomora yang ditunggangbalikkan juga. Kalau Niniwe tidak bertobat,
maka kota itu akan ditunggangg balikkan, seperti Tuhan pernah menungganggbalikkan
Sodom dan Gomora.
Nubuat yang Yunus ucapkan membawa hasil yang cepat dan besar. Orang Niniwe, yang
tidak pernah mendengar tentang Tuhan, sekarang “percaya kepada Allah”. Orang Niniwe
menjadi percaya kepada Allah dan menyerahkan diri kepada-Nya. Orang Niniwe tidak
percaya dalam mulut saja, melainkan dengan tindakan konkret juga. Mereka mengungkapkan
pertobatannya dalam perbuatan: “lalu mereka mengumumkan puasa dan… mengenakan kain
kabung”. Selama empat puluh hari yang masih Tuhan karuniakan kepada mereka, mereka mau
berpuasa saja. Berpuasa adalah tanda pertobatan dan perkabungan. Sebagai tanda pertobatan
dan perkabungan, orang Niniwe itu menanggalkan pakaian biasa dan mengenakan “karung”.
Pemakaian karung itu adalah tanda perkabungan, dan mempunyai fungsi sebagai “kain
kabung”.
Semua masyakarat Niniwe ambil bagian dalam puasa dan perkabungan itu, “baik orang
dewasa maupun anak-anak”. Bukan saja orang “besar”, melainkan juga orang “kecil” ambil
bagian di dalamnya.
Apa sebabnya orang Niniwe demikian cepat menanggapi nubuat Yunus dan bersama-
sama ambil bagian dalam puasa dan perkabungan? Orang Niniwe bertobat (3:5) berdasarkan
panggilan raja untuk berpuasa (3:6-9). Harapan orang Niniwe ialah bahwa Allah akan
berbalik dan menyesal serta berpaling dari murka-Nya yang menyala-nyala itu. Orang Niniwe
mengucapkan harapan bahwa Allah akan “menyesal”.
Allah tidak jadi menghukum, kalau manusia bertobat. Apa yang dirancangkan terhadap
kota Niniwe tidak dilaksanakan. Orang Niniwe mengakui bahwa tingkah laku mereka jahat,
oleh karena itu mereka bertobat dan mengubah cara hidupnya secara total, baik lahiriah:
mereka berpuasa dan berkabung, maupun batiniah: mereka berbalik dari tingkah lakunya
yang jahat, dan percaya kepada Allah.
Yunus tahu bahwa Tuhan adalah Allah yang pengasih dan penyayang, yang panjang sabar
dan berlimpah kasih setia, serta yang menyesal karena malapetaka yang hendak didatangkan-
Nya. Yunus 4:2 mengatakan bahwa Tuhan menahan murka-Nya. Tuhan adalah berlimpah
kasih setia. Tuhan bukan saja mengasihi manusia, melainkan menunjukkan kesetiaan-Nya
kepadanya. Tuhan menganugerahkan pengampunan kepada orang Niniwe karena pertobatan
mereka.

Mazmur 103:8-14
Mazmur 103 termasuk salah satu mutiara iman yang paling indah dari seluruh Kitab
Mazmur. Pemazmur menyanyikan belas kasihan dan kasih setia Tuhan yang hebat kepada
manusia yang papa dan penuh dosa. Tuhan adalah Bapa! Dia panjang sabar, penuh pengertian
dan tidak memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita. Betapa pemazmur dipenuhi oleh
kebenaran-kebenaran iman ini! Dia menyanyikannya dengan segenap kekuatannya.

  60 Buku Guru Kelas V SD


Ayat 8 berisi pengakuan iman bahwa “TUHAN adalah penyayang dan pengasih, panjang
sabar dan berlimpah kasih setia”. Inilah pernyataan inti dari mazmur ini. Hal ini tampak
dalam sikap-Nya terhadap manusia berdosa (ayat 9-13). Dia murka apabila manusia berdosa,
namun Tuhan tidak terus marah dengan memperhitungkan dosa kita (ayat 9). Dia bahkan
tidak membalas sesuai dengan beratnya kesalahan kita (ayat 10). Lebih daripada itu, yang
dinyatakan hanyalah kasih setia yang tak terduga, yang melampaui segala pengetahuan (ayat
11-12). Itulah belas kasihan seorang Bapa terhadap anak-anak-Nya yang takut dan hormat
kepada-Nya (ayat 13). Alasan Tuhan memperlakukan manusia yang berdosa dengan kasih
setia dan penuh belas kasihan ialah karena Dia mengingat kepapaan kita (ayat 14).

Matius 18:21-22
Ayat ini mau menolong kita untuk hidup betul-betul sebagai orang Kristen yang harus
ditandai oleh kerelaan saling mengampuni. Petrus rupa-rupanya sudah mulai mengerti hal
itu, tetapi ia menyangka bahwa ada batas untuk hal mengampuni sesamanya. Petrus pikir
bahwa mengampuni tujuh kali sudahlah hebat dan cukup. Yesus menjawab bahwa kita harus
mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali. Maksud Yesus sangat jelas yaitu mengampuni tanpa
batas
Sudah tentu juga bahwa Yesus ingat Lamekh, yang mau membalas dendam tujuh puluh
tujuh kali (Kej. 4:24). Cara berpikir Yesus sangat bertentangan dengan cara berpikir Lamekh.

Efesus 4:32
Ayat ini memberikan suatu nasihat yang positif, yaitu bagaimana hendaknya orang Kristen
hidup. Bahwa keramahan atau kemurahan hati dan kasih mesra harus dinyatakan dalam
mengampuni atau memaafkan satu sama lain. Pengampunan ini berdasar atas pengampunan
yang Allah berikan kepada manusia dalam Kristus. Dialah yang memungkinkan manusia
untuk saling mengampuni. Dan Dialah pula yang menuntut, supaya pengampunan yang
demikian berlangsung di antara satu sama lain. Setiap orang Kristen harus mengetahui apa
itu pengampunan. Dan kalau hal ini tidak dilakukannya, ia menyangkal dirinya sendiri dan
menjadi garam yang tawar yang tidak ada gunanya.

C. Uraian Materi
Kisah tentang nabi Yunus hendak mengajarkan kepada kita bagaimana pengampunan
Allah ditunjukkan kepada penduduk Niniwe. Orang-orang Niniwe yang tadinya sangat jahat,
sekarang sadar dan sungguh-sungguh menyesali dosa-dosanya. Mereka mengungkapkan
pertobatannya tidak hanya di mulut saja, melainkan dengan tindakan nyata. Mereka berdoa
kepada Allah dan mengaku menyesal atas dosa dan perbuatan jahat mereka. Mereka
mengenakan kain berkabung dan duduk di atas abu, sebagai tanda penyesalan. Mereka
berpuasa, sebagai tanda pertobatan dan penyesalan. Oleh karena kasih setia Allah kepada
mereka, Allah mengubah rencana-Nya, tidak jadi membinasakan kota Niniwe. Allah
menganugerahkan pengampunan karena mereka bertobat dan menyesali dosa-dosanya.
Pengampunan Allah bagi manusia merupakan hal yang sungguh luar biasa. Kesediaan
Allah datang menjadi manusia untuk menebus dan mengampuni semua dosa manusia supaya

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 61  


semua anak-Nya bisa kembali ke pangkuan-Nya, merupakan kasih yang terbesar. Allah
menunjukkan belas kasihan kepada mereka yang sungguh-sungguh takut akan Dia. Gambaran
berkat-berkat yang diberikan Allah kepada mereka yang takut akan Dia lewat bacaan Mazmur
103:8-14 adalah:

1. Kasih setia dan pengampunan-Nya (Mazmur 103:11-12)


2. Kasih dan belas kasihan-Nya seperti seorang bapa (Mazmur 103:13-14)

Allah menunjukkan belas kasihan akan anak-anak-Nya karena Ia mengetahui kekurangan


dan kelemahan mereka. Dia tidak mengingat-ingat kesalahan dan dosa manusia, melainkan
dia melupakannya.
Kita harus sadar, bahwa hanya Allah yang bisa mengaruniakan pengampunan ini, melalui
Kristus Yesus (Mat. 26:28). Allah menyatakan belas kasihan dan anugerah, serta kemurahan-
Nya kepada manusia. Hasil dari pengampunan Allah adalah dosa dan pelanggaran manusia
dihapus dan dibersihkan. Karunia dan anugerah Allah yang cuma-cuma itu menuntut dan
memimpin manusia untuk mengasihi sesamanya, dengan hidup saling mengampuni, karena
Dia sudah mengampuni dosa kita; tidak dilakukan-Nya kepada kita setimpal dengan dosa
kita, dan tidak dibalas-Nya kepada kita setimpal dengan kesalahan kita (Mzm. 103:10).
Sebagaimana Allah di dalam Kristus Yesus telah mengampuni kita, hendaklah kita juga
punya hati yang mau mengampuni kesalahan orang lain. Efesus 4:32 sebagai dasar Alkitab
yang lain untuk pelajaran ini, mengingatkan: “Tetapi hendaklah kamu ramah seorang terhadap
yang lain, penuh kasih mesra dan saling mengampuni, sebagaimana Allah di dalam Kristus
telah mengampuni kamu.” Bagaimana kita bisa melakukannya? Guru perlu menolong siswa
dengan menjelaskan dua hal berikut:

*Pertama, kita harus memusatkan pikiran kita sepenuhnya kepada pengampunan
yang telah Tuhan kerjakan bagi kita. Renungkan betapa besar rahmat yang sudah
dilimpahkan Tuhan kepada kita, seperti kata Daud, “Pujilah Tuhan, hai jiwaku, dan
janganlah lupakan segala kebaikan-Nya! Dia yang mengampuni segala kesalahanmu,”
(Mazmur 103:2-3a).
*Kedua, selesaikan dengan jujur semua kemarahan yang kita rasakan terhadap orang
lain, lalu berusaha memaafkannya. Memang tidak mudah! Bila kita merasa tidak
dapat mengampuni kesalahan orang lain, ingatlah dan renungkan berapa banyak
pengampunan yang sudah kita terima dari orang lain. Ada berapa banyak sahabat,
saudara kita yang sudah memaafkan atau mengampuni kesalahan kita? Dan mintalah
Roh Kudus memampukan kita untuk bisa mengampuni dan belajar memaafkan
kesalahan orang lain.

Mengampuni atau memaafkan orang yang bersalah kepada kita bukan hal yang mudah
dipraktikkan dalam sikap hidup sehari-hari. Mungkin ini termasuk hal yang paling sulit untuk
dilakukan. Walaupun terkadang kita mempunyai keinginan untuk memaafkan perbuatan
seseorang yang menyakiti hati, seringkali itu bukan hal yang mudah. Mengapa? Karena
seringkali kita terjebak dalam keinginan untuk menyimpan dendam dan kesalahan orang dan
sangat sukar sekali untuk mengatakan: “Aku memaafkanmu”. Padahal ada banyak manfaat
yang diperoleh jika dapat memaafkan seseorang. Penjelasan tentang manfaat mengampuni
atau memaafkan dapat dilihat di buku siswa.

  62 Buku Guru Kelas V SD


Guru perlu mengingatkan siswa bahwa mengampuni sesama bukanlah suatu pilihan,
melainkan suatu keharusan. Mengapa demikian? Yesaya 53:5-6 menuliskan demikian
demikian: “... dia tertikam oleh karena pemberontakan kita, dia diremukkan oleh karena
kejahatan kita; ganjaran yang mendatangkan keselamatan bagi kita ditimpakan kepadanya,…
TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita sekalian.” Hukuman dosa yang
seharusnya kita tanggung telah dibayar penuh oleh Yesus Kristus di kayu salib. Murka Allah
atas manusia ditimpakan kepada-Nya, Dialah yang menggantikan tempat kita. Oleh karena
itu, kita wajib mengampuni orang yang bersalah kepada kita Belajar dari sikap hidup Yesus
dalam Injil Matius 18:21-22, kita diajar bagaimana cara mengampuni orang yang telah melukai
atau menyakiti perasaan kita. Yesus mengajarkan kepada kita untuk mengampuni orang yang
berbuat salah: bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali! Artinya:
kita harus memaafkan atau mengampuni orang tanpa batas. Berikut adalah beberapa langkah
praktis yang dapat dipraktikkan oleh guru atau orang dewasa lainnya tentang bagaimana
mengajarkan anak mengampuni, sebagaimana disadur dari artikel berjudul: “How to Teach
Your Child to Forgive”, yang ditulis oleh Mollyhcarter:

1. Katakanlah kepada peserta didik bahwa orang yang menyakitinya perlu dikasihani.
Mungkin saja apa yang dilakukan terhadapnya terjadi secara tidak sengaja.
2. Ingatkanlah peserta didik pada saat-saat dimana dia atau mereka melukai perasaan
orang lain. Proses mengingat ini menolong supaya peserta didik untuk lebih
mudah berempati dan menempatkan diri pada posisi orang yang dilukai, sehingga
memudahkan supaya peserta didik untuk memberikan pengampunan.
3. Jika memungkinkan, doronglah peserta didik untuk berbicara langsung
dengan orang yang melukainya.Berbicara langsung menolong supaya peserta
didik mengutarakan apa yang dia rasakan terhadap orang yang melukainya dan
mendapatkan alasan atau jawaban mengapa dia dilukai atau disakiti.
4. Ingatkan peserta didik bahwa mengampuni seseorang tidak dengan serta
merta membuat rasa sakit hati itu hilang segera. Mereka, mau tidak mau, harus
melewati masa-masa sedih dan merasakan sakitnya dilukai. Tetapi ini tidak akan
membutuhkan waktu yang lama, supaya peserta didik tidak hidup dengan
kepahitan di dalam diri.

Akhirnya, kita perlu menyadari bahwa setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan,
baik secara sengaja maupun tidak. Sebagai orang yang melakukan kesalahan maka sudah
sepatutnya kita mengakui kesalahan kita dan meminta maaf pada orang-orang yang menerima
akibat dari tindakan salah. Selanjutnya, sebagai orang yang menerima perlakuan salah sudah
sepatutnya memberikan maaf dan mengampuni mereka yang bersalah. Di atas semuanya
itu, kita wajib memaafkan dan saling mengampuni, karena Allah terlebih dahulu sudah
mengampuni dosa-dosa kita.

Guru perlu mengingatkan peserta didik mengenai manfaat mengampuni. Apa saja manfaat
mengampuni atau memaafkan kesalahan orang? Di buku siswa telah dicatat tiga manfaat
mengampuni yaitu melakukan kebaikan untuk orang lain, untuk diri sendiri, dan melakukan
kehendak Allah. Berikut ini manfaat lainnya dari mengampuni, misalnya:

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 63  


1.Tidak ada permusuhan, tidak ada dendam atau pembalasan dendam, tidak ada rasa
benci.
2.Siswa mempunyai banyak sahabat, dan dapat bergaul dengan baik dan tenang.
3.Tubuh menjadi sehat, karena dijauhkan dari pikiran yang negatif atau curiga, rasa
benci dan dendam; tidak khawatir.
4.Hidup menjadi lebih ringan dan tidak dipenuhi dengan berbagai pikiran atau
perasaan negatif.

D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama peserta didik mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa
dan bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Pengantar pelajaran ini akan
diawali dengan guru menanyakan mengapa Allah mau berbuat baik dengan bersedia dan rela
mengampuni dosa manusia. Tujuan pengantar ini untuk menggali pemahaman peserta didik
mengenai kebaikan Allah melalui pengampunan.
Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab
Peserta didik mendalami Alkitab melalui kisah nabi Yunus. Cerita ini bertujuan
memberikan pemahaman kepada peserta didik bagaimana sifat Allah yang harus diteladani
oleh peserta didik yaitu penuh kasih dan penyayang, panjang sabar, tidak pendendam,
serta tidak membalas dosa dan kesalahan manusia. Allah menunjukkan teladan dalam hal
mengampuni dosa dan kesalahmanusia.
Kegiatan 2 – Memahami Pengampunan Allah
Kegiatan 2 merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk semakin mendalami dan
memahami pengampunan Allah, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Pengampunan Allah
Kegiatan 3 merupakan pendalaman materi yang memberi kesempatan bagi guru untuk
mengeksplorasi lebih jauh tentang pengampunan Allah, manfaat mengampuni dan hal apa
saja yang perlu diteladani oleh peserta didik.
Kegiatan 4 – Menghayati Pengampunan Allah
Peserta didik menghayati pengampunan yang Allah berikan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Peserta didik juga menyatakan tekad untuk
mengampuni kesalahan orang lain yang dinyatakan melalui sebuah karya kreatif dalam
bentuk puisi atau kartu ucapan yang berjudul “Aku Memaafkanmu”.
Kegiatan 5 – Belajar dari Lagu
Peserta didik menyatakan penghayatan dan rasa terima kasih atas kebaikan Allah dengan
menyanyikan lagu: “Sejauh Timur dari Barat”, kemudian menuliskan pesan atau makna lagu
tersebut bagi pribadinya. Guru dapat mengganti lagu tersebut dengan lagu yang memiliki
tema yang sama.

  64 Buku Guru Kelas V SD


E. Penilaian

Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (membuat karya kreatif: membuat puisi atau kartu
ucapan) dan kegiatan 5 (menulis makna lagu yang dinyanyikan). Penilaian tidak dilakukan
dalam bagian yang khusus namun berlangsung sepanjang proses belajar.

F. Berdoa

Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 65  


Pelajaran VIII
Berubah dan Menjadi Baru
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 9:1-19

Kompetensi Inti:
KI 1 :
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air.
KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati,
menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI 4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar:
1.3 Meyakini peran Roh Kudus dalam proses pertobatan.
2.3 Menunjukkan peran Roh Kudus dalam proses pertobatan dengan hidup mengasihi
sesama.
3.3 Memahami dan menjelaskan peran Roh Kudus dalam kehidupan orang yang
sudah diselamatkan.
4.3 Membuat karya-karya kreatif sebagai ungkapan syukur atas pertolongan Roh
Kudus dalam hidup orang yang sudah diselamatkan.

Indikator:

1. Menjelaskan alasan perlunya perubahan diri.
2. Menceritakan pengalaman perubahan diri.
3. Menyatakan komitmen perubahan diri.

  66 Buku Guru Kelas V SD


A. Pengantar
Pelajaran ini hendak menjelaskan dan memberi gambaran tentang perubahan hidup yang
mungkin terjadi pada manusia atau siapapun di dunia ini. Perubahan itu terjadi tidak begitu
saja, namun juga mengikutsertakan karya Allah. Bahkan kadang-kadang Allah lebih dahulu
mengundang atau mengajak seseorang untuk melakukan perubahan dalam hidupnya, dari
yang buruk menjadi baik, dari yang negatif menjadi positif, dari yang tidak berguna menjadi
berguna, dari yang rendah diri menjadi percaya diri, dan perubahan baik lainnya.
Kisah pertobatan Saulus akan menjadi kisah utama dalam pelajaran ini. Saulus yang
dahulu suka menganiaya pengikut Kristus justru menjadi pengikut Kristus, bahkan menjadi
salah satu rasul Kristen yang besar, yang karyanya dapat ditemukan berupa surat-surat yang
ia tulis kepada jemaat-jemaat mula-mula, yang kemudian menjadi kitab-kitab pada sebagian
besar Perjanjian Baru dalam Alkitab.
Saulus berubah dari yang dulu jahat menjadi baik. Dari yang dulu membenci Kristus dan
pengikutnya menjadi orang yang sangat setia dan menjadi pemberita Injil yang berani dan
terkenal.

B. Penjelasan Bahan Alkitab

Pertobatan Saulus adalah pertobatan yang sangat terkenal. Namun, pertobatan ini bukan
pertobatan yang tiba-tiba, tetapi lebih tepat penyerahan yang tiba-tiba, yang kemudian
merupakan perubahan diri Saulus menjadi manusia baru, yang bukan hanya memiliki nama
baru, Paulus, tetapi juga cara berpikir dan tindakan yang baru.
Kisah Paulus ini tidak lepas dari kisah kematian martir Stefanus sebelumnya. Saulus
sebetulnya bertanya-tanya bagaimana mungkin seseorang mati dengan cara seperti itu. Ia
berusaha menghilangkan keraguannya atas apa yang ia pikirkan, yakni tentang keyakinan
Stefanus yang begitu kuat terhadap Yesus Kristus.
Karena itu, dalam rangka menghilangkan keraguan itu, Saulus mengadakan aksi yang
paling keras. Pertama, dia menganiaya orang Kristen yang ada di Yerusalem. Tetapi hal
itu tidak mengubah keadaan. Saulus semakin penasaran pada orang Kristen. Dia ingin
mengetahui rahasia mengapa orang Kristen ketika menghadapi bahaya atau penderitaan
tetap tenang dan tidak takut. Itulah sebabnya dia melanjutkan aksinya dengan mendatangi
Mahkamah Agama untuk mendapat persetujuan mengejar dan menyiksa orang-orang yang
percaya kepada Kristus.
Surat kuasa dari Mahkamah Agama ini berlaku di mana saja. Saulus mendengar bahwa
orang-orang Kristen telah melarikan diri ke Damsyik atau dikenal juga dengan nama
Damaskus, dan karena itu dia meminta surat kuasa yang mengizinkannya untuk pergi ke
Damsyik dan menangkap orang-orang Kristen.
Damsyik berjarak 140 mil dari Yerusalem (kira-kira 226 kilometer). Bila ditempuh
dengan jalan kaki maka Saulus baru akan dapat tiba di Damsyik setelah satu minggu
perjalanan. Lalu berangkatlah Saulus ke Damsyik. Ia harus melewati Galilea, daerah tempat
Yesus bertumbuh, berkarya, dan melayani. Tentu saja itu semakin menguatkan pikiran
Saulus terhadap sosok Yesus yang membuat dirinya penasaran.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 67  


Sebelum memasuki kota Damsyik, Saulus harus melewati juga perjalanan mendaki
ke Gunung Hermon baru kemudian di balik gunung itulah ia akan tiba di kota Damsyik.
Wilayah yang dilewati dan hendak dituju oleh Saulus ini memiliki fenomena alam yang khas
apabila udara panas bertemu dengan udara dingin pegunungan, yaitu terjadi arus listrik
yang kuat. Pada saat seperti itulah terjadi badai kilat (di dalamnya ada arus listrik) dan
dari badai kilat itulah Yesus berbicara kepada Saulus. Itulah "peperangan" yang dialami oleh
Saulus, dan ia "menyerah" kepada Kristus.
Oleh karena itu, ketika Saulus memasuki kota Damsyik, dia telah berubah. Sebelumnya
ia bermaksud datang ke Damsyik seperti seorang yang diliputi kemarahan yang penuh
dendam, namun kini ia memasukinya dengan dipapah sebagai orang buta dan tanpa
penolong.
Saulus telah bertemu dengan Kristus, Tuhan yang ia benci dan yang ia aniaya. Saulus
melakukan apa yang ia suka, apa yang ia pikir baik, dan apa yang ia mau, tetapi setelah
bertemu dengan Kristus, Saulus berubah menjadi Paulus. Dan kini Paulus melakukan
apa yang Kristus kehendaki baginya. Saulus kini berhenti melakukan apa yang dia suka
dan kini menjadi Paulus yang melakukan apa yang Kristus ingin lakukan. Saulus telah
menjadi manusia baru. Ia telah meninggalkan hidupnya yang lama dan hidup dengan cara
baru. Dahulu ia menganiaya orang Kristen, sekarang ia menjadi rasul orang Kristen yang
memberitakan pengajaran kebenaran tentang Yesus Kristus yang dapat menyelamatkan
umat manusia.

C. Uraian Materi

Merasa diri benar dan menyalahkan orang lain, bahkan menganggap orang lain salah
adalah cara berpikir lama yang dijalani oleh Saulus. Baginya, orang Kristen yang percaya
kepada Yesus Kristus adalah salah dan melanggar keyakinan Yahudi. Dan pada waktu itu,
pengikut Kristus adalah orang-orang Yahudi yang dianggap membelot atau murtad, dan
dianggap merusak ajaran Yahudi. Dan ternyata cara berpikir demikian juga sering terjadi
pada manusia masa kini. Merasa diri benar lalu menyalahkan orang lain yang dianggap tidak
sepaham atau seide dengannya, lalu melakukan tindak kekerasan bahkan penganiayaan
yang berakibat pada kematian.
Orang juga sering meminta orang lain mengubah pendapatnya atau dirinya, tetapi ia
sendiri tidak mau berubah dan hanya mau menang sendiri. Di matanya, hanya dia yang
benar dan orang lain salah. Ini adalah sikap-sikap yang jika dipelihara sejak kecil akan
berakibat sangat buruk ketika orang telah menjadi dewasa. Sebab ketika dewasa ia akan
memiliki kekuasaan dan kekuatan untuk memaksakan kehendaknya sendiri kepada orang
lain. Pemaksaan pemikiran dengan kekuasaan dan kekuatan pastilah akan membuat orang
lain tidak nyaman, tidak sejahtera dan menderita.
Mengapa manusia perlu mengalami perubahan diri? Sebab jika tidak demikian, ia tidak
akan berkembang secara mental. Fisik akan mengalami perkembangan seiring dengan
pertumbuhan tubuh yang terjadi secara alami, selama orang tersebut menerima asupan gizi
yang memadai. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan perkembangan mental.

  68 Buku Guru Kelas V SD


Perkembangan mental berbeda dengan perkembangan fisik. Seseorang bisa saja tidak
mengalami perkembangan mental dengan baik jika ia tidak mau belajar dan berlatih melalui
pengalaman hidupnya sehari-hari. Mereka yang mengeraskan hati, tidak mau belajar, tidak
mau mendengar, merasa diri benar biasanya tidak mengalami perkembangan mental yang
baik.
Karena itu, perubahan diri dibutuhkan oleh setiap orang agar memiliki mental dan
karakter yang baik, dewasa, dan bertanggung jawab. Bagaimana itu bisa terjadi? Hal itu bisa
terjadi jika orang tersebut selalu mau belajar, tidak merasa benar sendiri. Selalu merasa diri
benar sama saja seperti seorang yang sakit, tetapi tidak menyadari dan tidak mau menerima
kenyataan bahwa tubuhnya sakit dan membutuhkan pengobatan.
Setiap kita adalah makhluk individu, dan setiap kita juga adalah makhluk sosial. Setiap
kita menginginkan perubahan demi diri kita sendiri, dan setiap perubahan yang kita jalani
berdampak pada orang-orang di sekitar kita. Pada saat yang sama, di dalam kehidupan iman
kita juga mengharapkan berbagai perubahan terjadi pada orang yang mengelilingi kita dan
membuat keadaan menjadi lebih baik dan sejahtera.
Dalam banyak hal, kita menuntut orang-orang di sekitar kita untuk berubah sejalan
dengan keinginan dan harapan kita. Akan tetapi, kita perlu melihat mereka seperti melihat
diri sendiri, dengan kacamata yang benar dan positif. Agar pertama-tama perubahan yang
kita tuntut terjadi pada orang lain juga terjadi pada diri kita.
Perubahan diperlukan, agar pemahaman kita tidak sempit. Kita perlu terus- menerus
belajar dan menyelidiki hati dan pikiran kita, agar tidak dipenuhi dengan pikiran yang
negatif atau jahat terhadap sesama.
Perubahan hidup yang meliputi pikiran, sikap, dan tingkah laku adalah merupakan ciri
seorang Kristen yang mengalami pertumbuhan iman. Sekali lagi perlu disadari bahwa fisik
yang bertumbuh tidak berarti iman juga bertumbuh. Pertumbuhan iman yang baik dicirikan
oleh kesediaan mengubah diri. Mengubah pemahaman yang salah dengan pemahaman
yang baru. Mengubah sikap-sikap yang buruk menjadi sikap yang baik.

D. Kegiatan Pembelajaran

Pengantar
Guru bersama siswa mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Guru memakai cerita pengantar untuk
melihat betapa seringnya manusia melakukan kesalahan dengan menganggap diri benar, lalu
cenderung untuk menyalahkan orang lain. Lalu ketika kebenaran terkuak, manusia baru
menyadari letak kesalahannya dan melakukan perubahan. Cerita sederhana itu hanya ilustrasi
agar manusia berhati-hati dalam berpikir dan bertindak terhadap orang lain. Namun, jika ia
melakukan kesalahan hendaknya ia melakukan perubahan diri ke arah yang baik dan benar.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 69  


Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab
Peserta didik mendalami Alkitab melalui kisah pertobatan Paulus. Kisah pertobatan itu
menunjukkan proses perubahan Saulus. Saulus memiliki pemahaman dan sikap yang salah
dan buruk terhadap orang-orang Kristen. Ia merasa diri benar sebagai seorang yang tahu
ajaran-ajaran Yahudi. Namun, pemahaman agamanya itu tidak membuat ia bersikap baik
terhadap orang-orang Kristen. Ia melakukan kejahatan kemanusiaan dengan mengejar dan
menganiaya orang-orang Kristen. Akan tetapi, Tuhan tidak membiarkan itu terus terjadi.
Tuhan Yesus datang kepada Saulus dan dari peristiwa itu Saulus berubah dan berbalik 180
derajat. Ia sekarang menjadi manusia baru dan menjadi rasul Yesus Kristus.
Kegiatan 2 – Memahami Makna Perubahan Diri
Pada kegiatan ini peserta didik memahami makna perubahan diri dan bagaimana Tuhan
juga turut bekerja menolongnya. Kisah Saulus menjadi gambaran perubahan diri seorang
yang dulu jahat menjadi baik. Yesus menegur nya, tetapi juga memberikannya kesempatan
untuk menjadi lebih baik. Tuhan bukan penghukum, tetapi Tuhan mau mengingatkan siapa
saja yang dikasihi-Nya.
Peserta didik dapat diajak membayangkan seandainya mereka menjadi Saulus yang jahat.
Apa yang mereka bayangkan dan inginkan dengan karakter seperti Saulus? Lalu apa pula yang
dibayangkan dan diinginkan jika sudah berubah seperti Paulus?
Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Proses Perubahan Diri
Kegiatan 3 merupakan pendalaman materi. Guru memberi penjelasan makna perubahan
diri. Hubungkanlah perubahan diri dengan makna pertumbuhan iman Kristen.
Kegiatan 4 – Menghayati Perubahan Diri
Pada bagian ini peserta didik diajak menghayati perubahan diri secara pribadi. Mintalah
mereka menceritakan sebuah komitmen untuk berubah menjadi lebih baik. Mereka dapat
diminta menuliskan keadaan buruk apa yang sedang mereka alami sekarang, misalnya
saat ini mereka suka berpikir negatif terhadap orang tua, saudara, atau teman mereka dan
ingin berubah. Atau mungkin mereka suka bertengkar baik dengan kata-kata maupun fisik.
Jelaskanlah mengapa seorang manusia dan seorang pengikut Kristus perlu mengubah dirinya
ke arah yang lebih baik. Allah memiliki rencana yang baik atas setiap orang, dan rencana itu
dapat terjadi dengan baik jika orang percaya dan mengikuti kehendak Allah untuk berubah.
Kegiatan 5 – Belajar dari Lagu
Ajaklah peserta didik bersama-sama menyanyikan lagu PKJ 239 “Perubahan Besar.”
Berilah kesempatan bagi peserta didik menghayati syair nyanyian itu dan ajaklah mereka
berbagi pendapat dan perasaan mengenai syair itu. Nyanyian ini merupakan nyanyian
syukur seseorang yang telah mengenal Yesus dan ajaran-Nya dan hidup dengan ajaran
tersebut. Ada kebahagiaan, rasa syukur, dam harapan yang kuat pada diri orang yang telah
berubah, sebagaimana diungkapkan dalam syair lagu tersebut. Dan ajaklah peserta didik
untuk selalu mengingat syair lagu ini ketika ia ditantang untuk mengubah dirinya menjadi
semakin lebih baik dari hari ke hari.

  70 Buku Guru Kelas V SD


E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis dengan menjawab pertanyaan
yang ada pada bagian pengantar, pemahaman makna, dan penghayatan lagu. Peserta didik
juga dapat diuji kemampuannya mengembangkan aspek afektifnya dengan menuliskan
pengalaman dan komitmennya untuk mengubah diri menjadi lebih baik dan semakin dekat
kepada Kristus. Penilaian tidak dilakukan dalam bagian yang khusus namun berlangsung
sepanjang proses belajar.

F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 71  


Pelajaran IX
Roh Kudus Penolongku
Bacaan Alkitab: Kisah Para Rasul 16:4-12 dan Yohanes
14:16-18

Kompetensi Inti:
KI 1 :
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air.
KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati,
menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI 4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar:
1.3 Meyakini peran Roh Kudus dalam proses pertobatan.
2.3 Menunjukkan peran Roh Kudus dalam proses pertobatan dengan hidup
mengasih sesama.
3.3 Memahami dan menjelaskan peran Roh Kudus dalam kehidupan orang yang
sudah diselamatkan.
4.3 Membuat karya-karya kreatif sebagai ungkapan syukur atas pertolongan Roh
Kudus alam hidup orang yang sudah diselamatkan.

Indikator:

1. Menjelaskan makna kehadiran Roh Kudus dalam hidup manusia.
2. Menyebutkan alasan mengapa manusia membutuhkan pertolongan Roh Kudus.
3. Menceritakan pengalaman pribadi ditolong Roh Kudus.
4. Mendaftarkan contoh masalah yang membutuhkan pertolongan dari Roh Kudus.

  72 Buku Guru Kelas V SD


A. Pengantar
Pelajaran ini hendak menjelaskan tentang peran Roh Kudus dalam kehidupan manusia.
Roh Kudus hadir dan menolong setiap manusia yang percaya kepada Allah. Roh Kudus
menolong manusia dengan memberi hikmat atau berbicara secara pribadi kepada manusia.
Pelajaran kali ini akan memakai kisah Paulus dan Silas yang oleh Roh Kudus mengubah
arah pelayanan mereka. Sebelumnya mereka hendak pergi ke Asia, namun Roh Kudus
mengarahkan mereka agar lebih dahulu pergi ke Makedonia. Dalam kisah itu Roh Kudus
menjadi penolong yang membimbing dan mengarahkan karya dan pelayanan Paulus dan
Silas. Allah tidak meninggalkan Paulus dan Silas melayani dengan akal budi dan kekuatan
mereka sendiri. Allah menyertai mereka dengan Roh-Nya yang kudus. Dengan kisah ini guru
ditolong menjelaskan peran Roh Kudus. Allah yang tidak pernah meninggalkan umat-Nya
dan selalu membimbing serta menolong.

B. Penjelasan Bahan Alkitab


Setiap usaha penginjilan dan kegiatan misionaris khususnya dalam perjalanan pekabaran
Injil di dalam kitab ini adalah hasil pimpinan Roh Kudus (Kis. 1:8; 2:14-41; 4:8-12,31; 8:26-
29,39-40; 10:19-20; 13:2; Kis. 16:6-10; 20:22). Bimbingan itu bisa berupa penyataan nubuat,
dorongan dalam hati, keadaan tertentu atau penglihatan (Kis. 16:6-9). Dengan dorongan Roh
Kudus orang percaya bergerak maju memberitakan Injil kepada yang belum diselamatkan.
Ayat 6-8 dapat ditafsirkan dengan dua cara, tergantung pada teori apa yang dipakai
"Galatia Utara" atau "Galatia Selatan": dan penafsiran tersebut tergantung pada arti dari kata
Galatia. (a) Galatia dapat berarti bagian utara dari propinsi Romawi yang bernama Galatia,
tempat tinggal orang-orang keturunan bangsa Galia. Jika demikian maka Paulus melewati
wilayah Frigia (kota-kota Ikonium dan Antiokhia) dan merencanakan untuk pergi langsung
ke barat ke kota-kota besar propinsi Asia.
Ketika Roh Kudus mencegah dia untuk menuju ke Asia, dia berbalik ke utara menuju
ke Galatia, yaitu: ke wilayah paling utara dari propinsi Romawi tersebut. Setelah itu dia
berbelok ke barat menuju Misia, yakni wilayah paling utara dari propinsi Asia, lalu berusaha
pergi ke propinsi Bitinia, yang terletak di antara Galatia dan Laut Hitam. Ketika rencananya
ini dihalangi, ia melewati Misia dan tiba di Troas di Laut Aegea. Ada satu kesulitan dengan
teori "Galatia Utara" ini: tampak aneh bahwa Lukas tidak mengisahkan berdirinya gereja-
gereja yang demikian penting seperti jemaat-jemaat kepada siapa surat Galatia ditulis, dan
tidak ada bukti positif bahwa gereja-gereja tersebut memang ada. (b) Karena itu lebih mudah
untuk menerima teori "Galatia Selatan" yang memahami tanah Frigia dan tanah Galatia
bukan sebagai dua wilayah terpisah, tetapi sebagai satu wilayah saja - Galatia di bagian
Frigia. Wilayah ini adalah bagian selatan dari propinsi Galatia di mana terletak daerah
Frigia dan yang meliputi kota Antiokhia. Menurut pandangan ini, sesudah mengunjungi
Listra dan Derbe, Paulus bermaksud untuk pergi melewati Frigia dan Galatia dan langsung
ke arah barat, yaitu ke kota-kota besar di Asia. Ketika Roh Kudus menunjukkan melalui cara
yang tidak disebutkan bahwa rencana itu tidak bijaksana, Paulus pergi melewati Galatia di
bagian Frigia lalu berbelok ke utara menuju Misia dan Bitinia. Ketika sudah berada di dekat
Misia, Paulus berusaha masuk ke Bitinia, tetapi Roh Kudus kembali melarangnya. Karena

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 73  


itu, dia melewati Misia dan tiba di kota pelabuhan Troas.
Paulus naik kapal di Troas dan berlayar menuju ke Samotrake dan hari berikutnya ke
Neapolis, yang merupakan pelabuhan dari Filipi, sebuah kota yang terletak sepuluh mil dari
pantai. Makedonia dibagi menjadi empat wilayah atau bagian, dan Filipi merupakan ibu
kota dari salah satu wilayah ini. Tempat itu juga merupakan kota perantauan orang Roma.
Istilah koloni untuk kota itu berasal dari istilah bahasa Latin, yang mengacu pada kota-
kota yang sebagian besar berpenduduk warga Romawi dan terletak di titik-titik strategis di
seluruh kerajaan, yang mendapat beberapa hak khusus seperti pemerintahan sendiri, bebas
dari penarikan pajak negara, dan hak yang sama dengan warga di Italia. Kota semacam itu
merupakan semacam Roma kecil yang jauh dari pusat.
Penjelasan naratif tentang teks ini dapat disampaikan demikian: Paulus dan Silas adalah
pelayan-pelayan Tuhan yang memberitakan Kabar Baik tentang Yesus Kristus kepada
banyak orang. Karena tugas itu, mereka pergi dari satu tempat ke tempat yang lain; mereka
mengunjungi desa dan juga kota dan di sana mereka memberitakan Injil. Pelayanan dan
pengajaran mereka itu membuat iman jemaat bertumbuh kuat. Itulah tugas yang mereka
lakukan: memberitakan Injil, melayani, dan mengajar jemaat Kristen.
Satu kali setelah melakukan pelayanan di Yerusalem, Paulus dan Silas hendak melanjutkan
tugas mereka dan hendak pergi ke daerah Asia. Tetapi, di perjalanan Roh Kudus melarang
Paulus untuk pergi ke daerah itu. Pada waktu itu, Paulus tidak mengetahui mengapa Roh
Kudus melarangnya ke daerah itu, tetapi ia dan Silas menuruti arahan Roh Kudus tersebut.
Mereka mengubah arah perjalanan mereka.
Mereka singgah di Troas. Di sana mereka beristirahat. Di malam itu, oleh kuasa Roh
Kudus, Paulus mendapat penglihatan. Ia melihat seseorang di Makedonia membutuhkan
pertolongan mereka. Dan Paulus bersama Silas segera memutuskan untuk pergi ke
Makedonia.
Pada waktu itu, Paulus sadar dan mengerti mengapa sebelumnya Roh Kudus melarang
mereka pergi ke daerah Asia. Rupanya ada orang lain yang membutuhkan mereka di tempat
lain, di Makedonia. Dan tampaknya Allah menginginkan mereka berdua agar memberitakan
Injil lebih dahulu ke daerah Makedonia. Paulus dan Silas berlayar ke daerah Makedonia,
dan akhirnya mereka tiba di kota Filipi. Di sanalah mereka memberitakan Injil.
Roh Kudus mengarahkan perjalanan pelayanan Paulus dan Silas. Allah tidak membiarkan
Paulus dan Silas bekerja dengan akal dan pikiran mereka sendiri. Allah menolong mereka
dengan melarang dan mengarahkan pekerjaan dan pelayanan mereka melalui Roh Kudus.

C. Uraian Materi

Roh Kudus Penolong (Yunani: Parakletos) sebanyak lima kali dalam Perjanjian Baru
(Yoh. 15:26; 14:16,26; 16:7; 1 Yoh. 2:1). Dengan menggunakan istilah itu Yohanes hendak
menggarisbawahi peranan Roh Kudus sebagai seorang penasihat – suatu sumber pendorong,
penghiburan, pertolongan, dan kebenaran.
Pada waktu Yesus hidup di muka bumi ini sebagai seorang manusia, Ia bergaul erat dengan
murid-murid-Nya dan dengan demikian para murid-Nya mudah untuk datang atau berbicara
kepada-Nya. Mereka dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mohon nasihat kapan
saja mereka inginkan. Namun, pada Perjamuan Terakhir, para murid tahu bahwa diri-Nya

  74 Buku Guru Kelas V SD


tidak akan selalu dapat ditemui secara fisik, Yesus mempersiapkan para murid-Nya untuk
menyambut kedatangan seorang penolong/penasihat yang lain, yaitu Roh Kudus (Yoh. 14:16).
Dalam kehidupan ini umat manusia atau kita yang percaya kepada Yesus Kristus tidak lagi
bisa melihat kehadiran Yesus secara fisik untuk menolong dan menguatkan kita. Namun, Roh
Kuduslah yang menjadi penolong bagi setiap orang percaya. Karena itu, bukan tidak mungkin
setiap orang meyakini bahwa Allah menolongnya dengan Roh Kudus yang ada dalam dirinya.
Lalu, bagaimanakah cara Roh Kudus bekerja sebagai penolong bagi umat manusia yang
percaya kepada-Nya? Setidaknya ada beberapa cara yang dapat dipahami bersama. Pertama,
Yesus berjanji bahwa Roh Kudus akan mengingatkan murid-murid-Nya akan hal-hal yang
telah ia ajarkan kepada mereka. Hal ini berarti lebih dari sekadar membantu mereka mengingat
kata-kata. Roh Kudus membantu mereka memahami makna yang lebih dalam serta arti
penting hal-hal yang telah Yesus ajarkan (Yoh. 16:12-14). Singkatnya, Roh Kudus berfungsi
untuk membimbing murid-murid agar dapat memahami kebenaran secara lebih baik lagi.
Rasul Paulus belakangan menulis, ”Kepada kitalah Allah telah menyingkapkan itu melalui
rohnya, karena roh menyelidiki segala perkara, bahkan perkara-perkara yang dalam dari Allah”
(1 Kor. 2:10). Agar para pengikut diurapi oleh Yesus dan dapat menyampaikan pengetahuan
yang saksama ini kepada orang-orang lain, mereka sendiri harus memiliki pemahaman yang
cukup kuat.
Kedua, Yesus mengajari murid-murid-Nya agar sering berdoa. Jika sekali waktu mereka
tidak tahu apa yang harus mereka doakan, Roh Kudus akan menolong mereka. ”Dengan cara
yang sama roh juga ikut membantu kita dalam kelemahan kita; sebab apa yang seharusnya kita
doakan, yang memang perlu kita doakan, tidak kita ketahui, tetapi roh itu sendiri memohonkan
untuk kita dengan erangan yang tidak terucapkan” (Rm. 8:26).
Ketiga, Roh ini juga berfungsi untuk membantu murid-murid Yesus membela kebenaran
di hadapan umum. Ia memperingatkan mereka, ”Mereka akan menyerahkan kamu ke
pengadilan-pengadilan setempat, dan mereka akan menyesah kamu dalam sinagoge-sinagoge
mereka. Kamu akan digiring ke hadapan gubernur-gubernur dan raja-raja demi aku, sebagai
kesaksian kepada mereka dan bangsa-bangsa. Namun, apabila mereka menyerahkan kamu,
jangan menjadi khawatir mengenai bagaimana atau apa yang harus kamu katakan; sebab apa
yang harus kamu katakan akan diberikan kepadamu pada jam itu juga; sebab yang berbicara
bukan hanya kamu melainkan roh Bapamu yang berbicara melalui kamu”(Mat. 10:17-20).
Roh Kudus juga menolong menggerakkan orang yang percaya untuk membuat keputusan-
keputusan pribadi dengan bijaksana, dengan penuh pertimbangan akal yang sehat tetapi juga
keyakinan yang kuat dan bertanggung jawab seperti yang dialami oleh Rasul Paulus.
Alkitab adalah hasil kerja Roh Kudus. Dengan demikian, kita pun dapat meminta
pertolongan untuk mengalami bimbingan itu (2 Tim. 3:16, 17). Ini dapat membantu kita
dalam membuat keputusan-keputusan yang bijaksana.
Dalam kehidupan sehari-hari Roh Kudus pun dapat berperan sebagai penolong orang
yang percaya, misalnya dalam memilih bidang pekerjaan. Roh Kudus akan memungkinkan
kita melihat bidang pekerjaan yang sedang dipertimbangkan menurut sudut pandang
Allah. Pekerjaan kita haruslah selaras dengan prinsip-prinsip Alkitab. Gaji atau kedudukan
dan gengsi tidak begitu penting, yang jauh lebih penting adalah apakah pekerjaan itu dapat
memenuhi kebutuhan hidup kita dan memberi kita waktu dan kesempatan yang cukup untuk
menunaikan kewajiban Kristen kita.
Hal ini juga berlaku dalam hal memilih sahabat. Adalah bijaksana untuk memilih sahabat-
sahabat berdasarkan kebaikan karakternya, bukan berdasarkan penampilan luar apalagi
karena materi (kekayaan). Tampaknya, Daud adalah sahabat Allah, karena Allah mengatakan

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 75  


bahwa Daud adalah ’seorang pria yang mendapat perkenan di hati-Nya’ (Kis. 13:22). Dengan
mengabaikan penampilan luar, Allah memilih Daud untuk menjadi raja Israel, sesuai dengan
prinsip, ”Cara Allah melihat tidak seperti cara manusia melihat, karena manusia melihat apa
yang tampak di mata; tetapi TUHAN, Ia melihat bagaimana hatinya” (1 Sam. 16:7).
Kemudian dalam hidup ketika ”masa kritis yang sulit dihadapi”, kita memerlukan
pertolongan untuk melakukan kehendak Allah (2 Tim. 3:1). Sang penolong, Roh Kudus
memberikan dukungan besar terhadap pekerjaan yang dilakukan orang-orang Kristen abad
pertama, termasuk menjadi penolong pribadi mereka. Rajin mempelajari Firman Allah, yang
adalah hasil kerja Roh Kudus, adalah cara utama agar kita juga dapat menjadikan Roh Kudus
sebagai penolong pribadi kita. Sudahkah kita melakukannya?
Guru perlu menggali contoh sederhana dalam kehidupan sehari-hari peserta didik yang
menggambarkan ciri-ciri atau tindakan Roh Kudus sebagai penolong, misalnya: siswa yang
memiliki sifat sombong dan angkuh, menyesali kesalahannya dan berubah menjadi rendah
hati; dahulu suka berbohong, menyadari kesalahannya dan berubah menjadi siswa yang
jujur; dahulu memiliki sifat serakah yang ingin menguasai, menyadari kesalahannya dan
menjadi siswa yang tidak serakah tapi hidup penuh syukur menerima apa adanya; dahulu
suka marah-marah, sadar dan bertobat menjadi siswa yang sabar dan penuh ramah tamah;
dahulu suka iri, sekarang bertobat menjadi siswa yang penuh kasih dan penyayang; dahulu
sering mengeluarkan kata makian/kasar/tidak sopan, berubah menjadi bertutur kata dengan
santun/halus/sopan; dsb. Guru dapat juga menyiapkan contoh atau pengalaman pribadi
atau pengalaman seseorang ketika ia mengalami perubahan karena Roh Kudus hadir dalam
hidupnya dan mengubah hidupnya 180 derajat, dari yang buruk menjadi baik.

D. Kegiatan Pembelajaran

Pengantar
Guru bersama siswa mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Guru bercerita tentang keterbatasan
manusia dalam melakukan segala sesuatu. Manusia yang muda dan tua membutuhkan
bantuan dari benda atau orang lain dalam mengerjakan banyak hal. Lalu guru bercerita
tentang kemajuan teknologi masa kini di Jepang yang membuat dan mengembangkan sebuah
robot penolong bagi para lansia. Robot itu menolong para lansia untuk beraktivitas, sebab di
negeri itu orang yang sudah tua pun diharapkan dapat mandiri dalam mengerjakan segala
sesuatu. Dengan cerita itu, ada gambaran tentang peran penolong dalam hidup manusia.
Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab
Peserta didik mendalami Alkitab melalui kisah Paulus Silas yang melakukan perjalanan
pelayanan pekabaran Injil (Kabar Baik). Cerita ini bertujuan untuk memberi gambaran kepada
peserta didik mengenai pertolongan Allah melalui Roh Kudus kepada Paulus dan Silas, yang
mengarahkan perjalanan mereka dari yang semula menuju Asia menjadi ke Makedonia. Kisah
itu akan menolong peserta didik memberi gambaran cara Tuhan menolong, membimbing,
dan mengarahkan hamba-Nya.

  76 Buku Guru Kelas V SD


Kegiatan 2 – Memahami Peran Roh Kudus sebagai Penolong
Kegiatan 2 merupakan kesempatan bagi peserta didik memahami peran Roh Kudus yang
senantiasa hadir dalam kehidupan orang-orang yang percaya kepada Allah. Kisah Paulus
dan Silas memberikan gambaran bahwa tidak ada yang mustahil bagi Allah untuk menolong
hamba-Nya. Peserta didik pun diajak untuk membayangkan jika menjadi Paulus dan Silas.
Dengan begitu peserta didik memahami dan menghayati peran Roh Kudus sebagai penolong.
Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Roh Kudus
Kegiatan 3 merupakan pendalaman materi. Guru menjelaskan siapa dan apa peran Roh
Kudus dalam kehidupan iman orang Kristen. Dan apa maksud Allah memberikan Roh
Kudus kepada umat-Nya.
Kegiatan 4 – Menghayati Peran Roh Kudus
Pada bagian ini peserta didik menguji penghayatannya terhadap peran Roh Kudus dalam
kehidupannya sehari-hari. Peserta didik mendaftarkan masalah-masalah apa saja yang
membutuhkan pertolongan dari orang lain atau Roh Kudus. Dengan demikian peserta didik
diajak menelusuri pengalaman hidupnya mencermati peran Roh Kudus.

Kegiatan 5 – Belajar dari Lagu


Peserta didik menyatakan penghayatannya terhadap janji Allah yang senantiasa akan
menolong umat-Nya. Allah tidak pernah melupakan dan tidak akan meninggalkan setiap
orang yang berpengharapan kepada Allah. Guru mengajak peserta didik mendalami janji
Allah dalam lagu tersebut dan menceritakan pengalaman pribadinya ditolong oleh Roh
Kudus.

E. Penilaian

Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2 dan
3 (menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (mengisi tabel) dan Kegiatan 5 (menulis makna lagu
yang dinyanyikan dan menceritakan pengalaman pribadinya). Penilaian tidak dilakukan
dalam bagian yang khusus namun berlangsung sepanjang proses belajar.

F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 77  


Pelajaran 10
Susah atau Senang, Tetap Melayani
Bacaan Alkitab: 2 Timotius 4:1-5

Kompetensi Inti:
KI 1 :
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air.
KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati,
menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI 4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar:
1.4 Menerima cara hidup manusia baru sebagai perilaku orang yang sudah
bertobat.
2.4 Menunjukkan sikap bertanggung jawab sebagai tanggapan manusia berdosa yang
telah bertobat.
3.4 Menceritakan contoh cara hidup manusia baru yang sudah bertobat.
4.4 Mempraktikkan cara hidup manusia baru dengan menjadi teladan bagi sesama.

Indikator:

1. Menjelaskan makna melayani.
2. Menyebutkan tantangan yang dialami peserta didik saat melayani.
3. Menceritakan pengalaman Timotius sebagai orang muda yang menjadi
pemimpin dan pelayan jemaat.
4. Mendaftarkan hal-hal apa saja yang peserta didik dapat lakukan ketika
menghadapi masalah.

  78 Buku Guru Kelas V SD


A. Pengantar

Pelajaran ini ingin menjelaskan kepada peserta didik sebuah nilai kristiani yang tidak
terlalu mudah untuk dilakukan oleh anak-anak seusia mereka. Namun, hal ini tetap
penting diajarkan kepada mereka sejak dini untuk menunjukkan arti menjadi seorang
Kristen. Meskipun peserta didik masih tergolong anak-anak adalah penting bagi mereka
belajar untuk mempraktikkan kesetiaan melakukan pelayanan dan ajaran Kristus dalam
kehidupan sehari-hari. Hal itu dapat mereka lakukan mulai dari kegiatan-kegiatan yang
sederhana namun bermakna. Sebab dengan begitu peserta didik akan belajar nilai kristiani
tentang kesetiaan dan ketekunan melayani berdasarkan pengalaman yang ia lakukan.

B. Penjelasan Bahan Alkitab


Surat Paulus kepada Timotius ini merupakan bagian Perjanjian Baru yang secara jelas
menuliskan tentang tugas-tugas pengajar Kristen di dalam kehidupan sehari-hari yang penuh
tantangan. Pengajar Kristen atau orang Kristen yang mengemban tugas menjadi pemimpin
dan teladan umat ditugaskan untuk berani berbicara dan mendidik orang-orang melakukan
apa yang benar dan baik di hadapan Tuhan, meskipun ada penolakan dari umat.
Menurut Paulus, seorang pengajar dan pemimpin Kristen hendaknya bersiap sedia. Paulus
mendorong agar memberitakan Kristus, "baik atau tidak baik waktunya." Maksudnya adalah
seorang pengajar atau pemimpin harus menggunakan bahkan menciptakan kesempatan
untuk memberitakan ajaran Kristus.
Seorang pemimpin atau pengajar Kristen tidak boleh malu atau takut dalam memberitakan
Kristus kepada orang lain. Ia harus memberi pengaruh yang baik sekaligus menunjukkan
pengaruh dirinya sebagai seorang Kristen. Paulus menyatakan bahwa pengajar atau pemimpin
Kristen harus berani menyatakan kesalahan. Ia harus menyadarkan orang berdosa akan
dosanya. Dengan berbagai cara yang bertanggung jawab orang berdosa harus disadarkan
supaya ia merasa muak terhadap dosanya dan kemudian bertobat atau berubah. Tentu tugas
ini tidak mudah untuk dilakukan. Perlu disadari bahwa di dunia ini terdapat pemimpin dan
pengajar yang palsu, yang kesukaannya adalah berbicara penuh pujian, menjilat, dan tujuannya
hanyalah untuk meninggikan diri sendiri. Ia tidak berani tampil beda demi kebenaran dan
kebaikan, sebaliknya ia lebih suka mengikut arus atau selera umat meskipun ia tahu itu salah
dan tidak sesuai dengan kehendak Kristus.
Pengajaran seorang pemimpin dan pengajar Kristen yang sejati diibaratkan seperti
tindakan membedah, karena itu kadang-kadang rasanya tidak menyenangkan. Tetapi yang
pasti tujuannya adalah kebaikan. Contoh tindakan "membedah" itu disebutkan Paulus dalam
pesannya kepada Timotius, yakni menegur. Tentu ini bukan tugas yang menyenangkan. Ini
adalah tugas yang susah karena tidak banyak orang yang suka ditegur kesalahannya. Dan
menegur pun adalah sebuah aktivitas yang membutuhkan keterampilan dan kecerdasan
dalam bahasa, emosi, dan interpersonal.
Menegur seseorang dengan tujuan kebaikan dan kebenaran adalah tindakan yang
menyelamatkan seseorang dari dosa dan kehancuran. Namun, perlu diingat hendaknya kata-
kata yang disampaikan haruslah "berdiri sama tinggi, duduk sama rendah." Artinya kata itu
harus diucapkan dengan penuh kesadaran juga terhadap kesalahan yang ada pada diri kita.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 79  


Itu juga berarti seorang pemimpin dan pengajar Kristen yang melayani orang lain tidak boleh
bertindak sebagai hakim moral terhadap orang-orang yang dilayaninya. Tugasnya adalah
menyampaikan kata peringatan jika dipandang perlu dan tentunya dengan dasar yang kuat.
Tugas pelayanan lainnya adalah menasihati. Ini juga bukan tugas yang mudah, sebab
orang cenderung menggurui dan akibatnya nasihat yang diberikan menjadi hampa tanpa
makna. Hendaknya nasihat yang disampaikan tidak membuat orang kecil hati, putus asa, dan
kehilangan harapan. Sebaliknya, nasihat itu hendaknya membesarkan hati, memberi harapan,
dan dorongan atau semangat perubahan.
Semua tugas pelayanan itu harus dilakukan dengan segala kesabaran. Kata Yunani yang
dipakai adalah makrothumia. Kata ini melukiskan semangat yang tidak pernah sedih, tidak
pernah putus asa dan tidak pernah menganggap orang lain berada di luar keselamatan. Dengan
penuh kesabaran, orang Kristen percaya terhadap kuasa Kristus yang mengubah manusia.
Paulus memberi gambaran tentang para pendengar yang dungu, yang menolak ajaran
sehat dan mengumpulkan guru-guru menurut kehendaknya untuk memuaskan telinganya
dengan hal-hal yang mudah dan menyenangkan, yakni hanya ingin mendengar apa yang
mereka ingin dengar. Dan fenomena seperti itu tidak hanya ada pada zaman Paulus, tetapi
juga ada hingga pada masa sekarang.
Masyarakat pada zaman Timotius dikelilingi oleh guru-guru palsu yang pergi ke sana ke
mari menyebarkan pengetahuan palsu. Cara yang mereka gunakan dengan sengaja adalah
menemukan alasan yang membuat orang dapat membenarkan diri untuk melakukan sesuatu
yang ingin dilakukannya, meskipun itu menyalahi aturan atau ajaran yang benar. Karena
itu, pengajaran yang cederung membuat seseorang tidak takut melakukan perbuatan dosa
merupakan pengajaran yang perlu diwaspadai oleh orang Kristen. Itulah peringatan yang
diberikan Paulus kepada Timotius.
Paulus juga mengingatkan Timotius untuk menguasai diri dalam segala hal. Kata Yunani
yang dipakai adalah nephein, artinya 'sederhana' dan 'mandiri,' seperti seorang atlet yang
keinginannya, selera makannya, dan keberaniannya terkendali dengan baik. Atau dengan kata
lain ia memiliki mental yang bebas dari kegelisahan atau ketakutan, mampu melihat fakta
dan mempertimbangkannya dengan hati-hati. Orang Kristen tidak boleh menjadi korban
dari "kegilaan" dunia. Mental dan pemikirannya harus stabil sehingga ia dapat dengan tenang
menghadapi situasi-situasi sulit atau situasi-situasi yang menggodanya melakukan tindakan-
tindakan yang rusak (corrupt, korupsi).

C. Uraian Materi
Kata melayani memang lebih dikenal dalam kehidupan jemaat dewasa. Namun itu
bukan berarti peserta didik yang masih berusia anak-anak tidak perlu diperkenalkan
dengan konsep dan nilai-nilai melayani. Mereka juga perlu mengenalnya sejak masih kecil
agar terbiasa dan tidak canggung lagi pada waktu kelak ia menjadi orang dewasa.
Secara literal, melayani dapat diartikan sebagai kegiatan membantu menyiapkan (mengurus)
apa-apa yg diperlukan seseorang. Ini bukan pekerjaan yang gampang dilakukan, karena
melayani juga berarti memberi diri menjadi “terlihat” lebih rendah dari yang dilayani. Akan
tetapi, dalam kekristenan, melayani adalah sebuah tanggung jawab yang mulia, sebab Allah
sudah lebih dahulu melakukannya, yakni dengan kehadiran Yesus yang melayani di antara
para murid dan orang banyak pada zamannya.

  80 Buku Guru Kelas V SD


Dengan demikian, melayani dalam konsepkekristenan bukanlah pekerjaan rendah,
melainkan sebuah karya yang baik dan mulia di hadapan Allah.
Hadir dan melakukan perbuatan yang melayani dengan memimpin orang berkata-kata
dan melakukan perbuatan yang baik dan benar tidaklah mudah. Seperti pada masa Timotius,
tidak semua orang mau mendengarkan nasihat sekalipun nasihat itu baik dan berguna bagi
dirinya. Dan biasanya kita tidak mau lagi memberikan nasihat kepada orang yang tidak
mau mendengar. Kita berhenti dan tidak lagi mengingatkannya. Atau kadang-kadang, ada
juga ancaman dari orang yang diberikan nasihat atau diberi peringatan. Itu sering terjadi di
tengah masyarakat. Ada orang yang melanggar peraturan, lalu diingatkan oleh orang lain
dan orang yang diingatkan malah marah dan tidak terima jika diberi peringatan. Ini sikap
yang aneh, tetapi mudah dijumpai di mana-mana: di jalan, rumah, gereja, sekolah, dan
hampir di semua tempat.
Memang tidak mudah melakukan perbuatan yang melayani di antara banyak orang.
Seringkali ketika orang berbuat benar malah dinilai sedang mencari perhatian atau mencari
pujian. Dan karena itu, orang lebih suka memilih diam daripada dicacimaki karena berbuat
benar.
Melayani memang musti dilakukan entah keadaannya senang atau susah, seperti halnya
kesetiaan si gadis pelayan toko pakaian dalam melayani perempuan gelandangan yang
masuk ke tokonya. Ia tetap setia melakukan tugasnya dengan baik tanpa peduli keadaan
pengunjung toko itu apakah akan membeli atau tidak.
Tanyakanlah pada peserta didik pernahkah dia melayani dengan menolong orang atau
temannya yang kesulitan belajar setelah sekian lama ia sakit? Mungkin ada teman yang
mencemooh, tetapi dia tetap mau menemaninya belajar karena ia telah tertinggal selama
beberapa waktu. Jika ya, itu adalah salah satu bentuk yang mudah untuk dilakukan dalam
melayani orang lain. Tegaskanlah pada peserta didik bahwa usia anak-anak tidak menjadi
alasan untuk ikut melakukan perbuatan-perbuatan yang melayani.
Pernahkah dia menasihati teman yang selalu bermain dan tidak pernah mau mengerjakan
tugas-tugas belajar dari sekolah? Tentu tidak mudah. Bisa saja temannya mengejek atau
menjauhinya. Tetapi dia harus melakukannya sebagai wujud pelayanan terhadap sesama
manusia. Menasihati dalam hal yang baik tidaklah salah. Carilah contoh lainnya.
Tentulah tidak mudah menjadi Timotius. Ia seorang muda di antara banyak orang tua
dan orang lain. Tetapi ia harus tetap bertugas sebagai pemimpin jemaat. Seorang pemimpin
harus dapat menguasai dirinya dari emosi yang buruk dan negatif. Sebaliknya seorang
pemimpin harus memiliki emosi yang positif dan memiliki kekuatan untuk bersabar. Tugas
melayani, mengajar, menasihati, melakukan perbuatan benar dan baik haruslah dibarengi
dengan sikap sabar dan mampu menguasai diri.
Menguasai diri artinya memiliki kemampuan mengendalikan diri. Kita membutuhkan
kekuatan bukan saja untuk melakukan sesuatu, tetapi juga untuk tidak melakukan sesuatu.
Kita membutuhkan kekuatan untuk melakukan apa yang baik dan benar, sebaliknya kita
juga membutuhkan kekuatan untuk tidak melakukan perbuatan yang buruk dan jahat.
Contoh Doa dari Reindhold Niebuhr mengandaikan bahwa dalam kehidupan di dunia
ini kita membutuhkan pertolongan. Tuhan menolong melalui Roh-Nya yang kudus untuk
melayani, melakukan perbuatan yang benar, dan juga menolak perbuatan yang buruk.
Doa itu mengajarkan kita untuk memohon hikmat Allah agar dapat membedakan
mana yang dapat diubah dan tidak. Ia menguatkan kita untuk menerima apa yang tidak
dapat diubah, tetapi juga sekaligus kekuatan untuk mengubah apa yang dapat diubah.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 81  


D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar

Guru bersama siswa mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Guru memakai cerita pengantar untuk
melihat pelayanan seorang gadis pelayan toko. Ia bekerja dengan baik menurut tugasnya dan
melayani pelanggan toko entah ia akan membeli atau tidak. Dia melayani orang-orang yang
datang ke toko itu tanpa membeda-bedakan kualitas pelayanannya yang sama. Dari cerita
sederhana itu peserta didik dapat diajak untuk memahami makna tugas melayani dalam
kekristenan. Setiap orang adalah pelayan bagi sesamanya yang lain.
Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab
Guru menolong peserta didik memahami kisah tokoh Timotius. Ia adalah seorang muda
yang memimpin dan melayani sebuah jemaat di tempatnya. Apa yang ia lakukan tidaklah
mudah karena jemaat terdiri dari beragam usia dan pasti berbedabeda kemauan dan
kebutuhan. Ada orang yang mau mendengar, tetapi ada juga yang tidak. Ada orang yang baik,
tetapi juga ada yang kurang baik. Tetapi semuanya harus dilayani dan dihadapi oleh Timotius.
Prinsip-prinsip pelayanan dan pesan-pesan Pauluslah yang diangkat pada bagian ini untuk
direlevansikan ke dalam kehidupan peserta didik.
Kegiatan 2 – Memahami Makna Melayani
Guru menolong peserta didik memahami makna melayani melalui tokoh Timotius.
Jelaskanlah tentang Timotius yang adalah seorang muda yang memimpin sebuah jemaat. Ia
harus memimpin, melayani, dan menjadi teladan bagi orang banyak. Ajaklah peserta didik
membayangkan tokoh Timotius dengan tugasnya. Hal ini juga dapat dilakukan dengan
melakukan permainan peran (Role Play). Ada tokoh Timotius dan jemaat yang banyak
maunya. Ada yang baik ada yang kurang baik. Ada yang mau diajar, tetapi ada juga yang
menolak ajaran. Timotius harus tetap melakukan tugasnya dengan baik. Lalu ajaklah juga
peserta didik melayani apa yang dapat mereka lakukan pada masa sekarang di rumah, sekolah,
atau gereja.
Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Melayani dalam Susah dan
Senang
Guru menjelaskan makna melayani, dalam keadaan apa saja orang Kristen dapat melayani,
dan kebutuhan apa yang diperlukan dalam perbuatan-perbuatan yang melayani. Pada bagian
ini, ajaklah peserta didik berdiskusi situasi-situasi sulit apa yang biasanya mereka hadapi
menjadi anak-anak Kristus.
Kegiatan 4 – Menghayati Tugas Melayani dalam Kehidupan
Sehari-hari
Pada bagian ini guru bersama peserta didik mendaftarkan hal-hal yang anak dapat lakukan
sebagai wujud melayani sesama dalam keadaan susah maupun senang. Cerita pengantar dapat
dipakai untuk merangsang percakapan. Guru membimbing peserta didik dalam berdiskusi

  82 Buku Guru Kelas V SD


Kegiatan 5 – Belajar dari Lagu
Lagu yang dipakai berasal dari PKJ 264 “Apalah Arti Ibadahmu.” Syair lagu ini bersifat
reflektif. Artinya tiap-tiap bait sebetulnya mempertanyakan makna ibadah orang Kristen.
Ibadah yang sejati bukan lagi hanya sekadar bernyanyi dan berdoa, tetapi sesungguhnya
aktivitas yang melayani sesama, misalnya menolong yang lemah. Dari nyanyian ini,
hubungkanlah makna melayani dengan ibadah yang sejati. Agar peserta didik memahami
juga bahwa ibadah dan pelayanan bukanlah dua hal yang terpisah.

E. Penilaian

Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2 dan 3
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (mengisi tabel) dan Kegiatan 5 (menulis makna lagu yang
dinyanyikan dan menceritakan pengalaman pribadinya). Penilaian tidak dilakukan dalam
bagian yang khusus namun berlangsung sepanjang proses belajar.

F. Berdoa

Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 83  


Pelajaran 11
Hidup Menurut Kehendak Allah
Bacaan Alkitab: Efesus 5: 1-21

Kompetensi Inti:

KI 1 :
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air.
KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati,
menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI 4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar:
1.4 Menerima cara hidup manusia baru sebagai perilaku orang yang sudah
bertobat.
2.4 Menunjukkan sikap bertanggung jawab sebagai tanggapan manusia berdosa yang
telah bertobat.
3.4 Menceritakan contoh cara hidup manusia baru yang sudah bertobat.
4.4 Mempraktikkan cara hidup manusia baru dengan menjadi teladan bagi sesama.

Indikator:

1. Menjelaskan makna hidup menurut kehendak Allah.


2. Menyebutkan sikap-sikap hidup menurut kehendak Allah.
3. Menghayati sikap hidup yang dikehendaki Allah.

  84 Buku Guru Kelas V SD


A. Pengantar
Pelajaran ini hendak mendalami gaya hidup yang dikehendaki Allah. Manusia baru
berdampak pada perbuatan yang nyata, bukan hanya kata-kata atau penampilan saja. Pelajaran
ini menolong peserta didik untuk masuk ke dalam contoh-contoh nyata persoalan kehidupan
yang di dalamnya dituntut sikap hidup yang benar yang sesuai dengan kehendak Allah.
Tantangan untuk hidup menurut kehendak Allah tidak mudah dihadapi, apalagi untuk
peserta didik yang masih berusia sangat muda. Meskipun demikian, guru dapat menolong
dan meyakinkan peserta didik untuk tetap berbuat benar meskipun situasi berkata lain.

B. Penjelasan Bahan Alkitab

Dalam perikop ini Paulus mengajar umat di Efesus untuk sungguh-sungguh menjadi
manusia yang hidup menurut gambar dan citra Allah. Orang Kristen sejati yang cerdas dan
bijak akan bertingkahlaku seperti gambar Allah. Apa maksudnya seperti gambar dan rupa
Allah? Ini mengingatkan kita pada hakikat manusia ketika pertama kali diciptakan Allah,
yakni hidup dan bertingkah laku yang mencerminkan pencipta-Nya.
Ketika Paulus berbicara tentang menjadi gambar atau mengikuti teladan Allah, ia
memakai ungkapan-ungkapan yang dimengerti oleh orang-orang pandai bangsa Yunani.
Kita tahu pada waktu itu kebudayaan Yunani, yang disebut helenis sedang menguasai
dunia pada waktu itu, terutama di wilayah pelayanan Paulus. Kata yang dimaksud adalah
mimesis, yang artinya 'menurut teladan.' Kata ini dipakai untuk menyebutkan latihan dasar
bagi seorang ahli pidato, atau calon orator Yunani. Para pelatih orator berpendapat bahwa
belajar pidato dengan baik bergantung pada tiga hal, yaitu teori, meniru atau meneladan,
dan praktik.
Bagian utama dalam latihan mereka adalah mempelajari dan meniru sikap para orator
terdahulu. Paulus memberi pesan jelas tentang hal ini. Orang Kristen harus berlatih untuk
hidup dengan baik dan benar, karena itu ia harus hidup menurut teladan Allah yang ada
dalam diri Yesus Kristus. Sebab Yesus Kristus telah lebih dahulu menjadi teladan bagi siapa
pun yang percaya kepada-Nya.
Menurut Paulus teladan yang dilakukan itu seperti 'bau harum' yang naik ke surga. Ia
memakai ungkapan kuno itu agar mudah dipahami orang-orang pada zaman itu yang masih
mengenal kurban persembahan kepada dewa-dewa. Paulus memakai ungkapan lama itu
berkali-kali dalam surat-suratnya. Dan itu untuk mengingatkan juga pada Yesus Kristus
yang telah menjadi kurban yang berkenan di hati Allah.
Lalu apakah kurban pada masa kini? Kurban itu ialah hidup dengan kepatuhan yang
sempurna kepada Allah, dan dengan kasih yang sempurna kepada sesama manusia.
Kepatuhan yang begitu sempurna dan kasih yang tidak mengenal batas membuat orang
mampu memikul salib. Jika seseorang hidup menurut kehendak Allah dan meneladani
Allah dalam diri Yesus, maka ia tidak takut untuk menghadapi tantangan atau kesusahan.
Paulus berbicara tentang kehidupan orang Kristen di tengah dunia ini. Ia berpendapat
bahwa orang Kristen adalah terang. Terang itu menghasilkan buah-buah yang baik, yaitu
kebajikan, keadilan, dan kebenaran. Kebajikan atau agathosune adalah jiwa atau semangat
kemurahan hati. Keadilan atau dikaiosune menurut orang Yunani adalah 'hal memberi

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 85  


kepada manusia dan Allah apa yang menjadi haknya." Kebenaran atau aletheia menurut
pemikiran Perjanjian Baru bukanlah sesuatu yang hanya dicapai secara intelektual saja,
tetapi suatu kebenaran moral; bukan sesuatu yang hanya diketahui, tetapi juga dilaksanakan.
Terang yang dibawa oleh Kristus menjadikan orang Kristen menjadi warga dunia yang
berguna, sama seperti terang yang sangat berguna di tengah kegelapan. Terang itu membuat
kita kuat dalam melaksanakan hal-hal yang kita tahu benar. Terang itu menolong kita
membedakan apa yang membawa sukacita dan apa yang membawa dukacita bagi Allah.
Di dalam terang Kristus setiap rencana, maksud dan perbuatan diuji. Itu sama dengan
kebiasaan orang-orang Timur Tengah pada masa dulu yang memiliki toko-toko di pasar
umum tanpa pagar atau jendela. Tujuannya adalah agar para calon pembeli dapat dengan
mudah memeriksa barang yang dijual di bawah sinar matahari. Barang-barang itu umumnya
adalah kain sutra atau barang-barang tempaan yang terbuat dari perunggu.
Di bawah sinar matahari, barang-barang tersebut terlihat dengan jelas apakah baik atau
cacat. Sama dengan para calon pembeli itu, tugas orang Kristen adalah memperhadapkan
dan melihat setiap perbuatan, keputusan, dan maksud di dalam terang Kristus.
Terang itu membuka tabir kejahatan. Cara yang paling baik untuk membersihkan dunia
ini dari setiap kejahatan, kecurangan, ketidakbenaran adalah dengan membawa terang. Cara
yang paling tepat untuk membersihkan hati nurani dan tingkah laku kita adalah dengan
memperhadapkannya pada terang Kristus.
Namun perlu diingat, bahwa Paulus tidak bermaksud menyatakan bahwa terang Kristus
itu bersifat menghukum. Sebaliknya, terang itu bersifat menyembuhkan. Paulus meminta
pengikutnya agar mereka hidup sebagai orang-orang yang bijak, yang lebih banyak
menghabiskan waktu untuk melakukan perbuatan arif, berhikmat, dan meninggalkan
kebiasaan-kebiasaan buruk dan jahat.
Dan sebagai penutup, Paulus mengajak orang Kristen pada waktu dulu dan masa sekarang
untuk hidup "mengucap syukur, bernyanyi, saling menghormati, dan saling menghargai
satu sama lain. Menurut Paulus rasa saling menghormati dan saling menghargai itu terjadi
karena orang Kristen menghormati Kristus. Mereka memandang hormat satu sama lain
bukan karena pekerjaan, kedudukan, atau status sosialnya, melainkan karena Kristus. Dan
itu adalah dasar yang kuat sehingga orang dapat menghargai martabat setiap orang.

C. Uraian Materi
Perubahan pola hidup masyarakat masa kini telah terjadi dengan sangat pesat. Orang
tua dan muda tidak malu-malu lagi melakukan perbuatan yang jahat. Ada orang tua yang
bersikap kasar terhadap anaknya, ada anak yang suka berkata kasar, bohong, dan tidak mau
belajar, dan lain-lain sebagainya. Jika demikian, apa yang akan terjadi di masa yang datang?
Pastilah dunia akan hancur karena setiap orang berbuat sesukanya, dan semakin jauh dari
kehendak Allah.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa gaya hidup anak-anak kini sangat berbeda dengan
gaya hidup anak dulu. Kalau dulu, anak-anak tidak mengenal yang namanya narkoba,
komputer, HP (Hand Phone), fashion, Play Station, atau berbagai macam model pakaian.
Kini justru sebaliknya. Anak-anak dan remaja-remaja atau istilah lainnya ABG (Anak Baru
Gede) justru bergelut dengan hal-hal tersebut dan menjadi gaya hidup mereka tiap harinya.
Maka apa yang pernah dikatakan oleh filsuf Baudrillard beberapa abad lalu memang ada

  86 Buku Guru Kelas V SD


kebenarannya. Menurutnya, gaya hidup manusia zaman kini dibentuk oleh pabrik-
pabrik imajinasi seperti fashion, komputer, HP, dan lain-lain, dan bukan oleh nilai-nilai
moral yang beberapa dekade lalu mendapat tempat istimewa dalam kehidupan manusia.
Karena itu, apa yang telah diwanti-wanti oleh beliau memang tepat dan benar. Kita dapat
menemukan hal itu dalam gaya hidup masa kini.
Terjadinya perubahan gaya hidup (life style) anak-anak masa kini tak terlepas dari
perubahan budaya, pola pikir yang dianut oleh masyarakat bersangkutan. Kini anak-anak
lebih senang dengan hal-hal yang serba instan, pragmatis, dan cenderung kebarat-baratan.
Hal itu dapat kita lihat dalam bentuk rambut, pakaian, maupun sepatu, dan lain-lain.
Itu dimungkinkan karena alam modern menyediakan berbagai macam alternatif dalam
kehidupan. Manusia tinggal memilih mana yang suka, dan tidak suka, cocok dan tidak
cocok.
Kasus narkoba, kekerasan, seks bebas, korupsi waktu, dan lebih memilih hal-hal yang
lebih instan ketimbang mengikuti proses merupakan sisi lain dari kehidupan anak-anak masa
kini. Banyak anak-anak terlibat kekerasan yang umumnya mereka lihat dari perilaku orang
dewasa. Anak-anak ikut tawuran di sekolah, jalanan, atau di lingkungan rumahnya atau
menjadi pelaku kekerasan terhadap temannya. Sebagian lagi bahkan sudah mempraktikkan
aktivitas seksual yang sewajarnya hanya dilakukan oleh orang-orang dewasa. Sebagian lagi
mengenal dan menikmati narkoba. Kejujuran tidak menjadi gaya hidup atau tidak dianggap
sebagai nilai penting untuk mewujudkan manusia berkualitas.
Keadaan itu menjadi tantangan yang dihadapi anak-anak tidak saja yang tinggal di
perkotaan tetapi juga yang di desa-desa. Karena itulah mereka perlu diarahkan sejak dini
dan dibimbing untuk melakukan perbuatan-perbuatan benar, yang dikehendaki Allah
dalam situasi apapun.
Anak-anak adalah orang dewasa di masa yang akan datang. Karena itu, jika anak tidak
dibentuk dengan baik, yakni hidup benar dan jujur serta melakukan kehendak Allah sejak
dini, maka bisa saja di masa depan anak adalah orang yang jahat dan selalu melakukan
perbuatan-perbuatan yang tidak disukai Allah.
Proses membimbing, mendampingi, dan membentuk karakter anak ini seperti proses
meluruskan pohon kecil yang tumbuhnya bengkok dalam sebuah pot tanaman. Orang
akan berusaha meluruskannya dan memberi tongkat kayu di tengah, mengikat pohon kecil
itu, dan membiarkannya tumbuh seperti biasa. Pohon kecil itu akan tumbuh lurus ke atas
dan bertumbuh dengan baik. Seperti itulah anak dibentuk sejak dini dengan dilatih hidup
menurut kehendak Allah. Sebab jika sudah dewasa kelak, hal itu sudah akan sulit dilakukan.
Coba saja meluruskan pohon tua yang tumbuhnya bengkok dan akarnya menjalar kemana-
mana; sulit dan tidak bisa bukan? Begitulah juga dengan manusia dan karakternya. Ia perlu
dilatih, dipelihara dengan benar sejak awal.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 87  


Lalu, sikap hidup apa saja yang dikehendaki Allah untuk anak-anak lakukan? Ada beberapa
hal yang perlu diperhatikan dan dilakukan:
a) Tidak hidup serakah
b) Tidak mengucapkan kata-kata yang kotor dan tidak pantas
c) Tidak bergaul dengan orang-orang yang suka berbuat buruk dan jahat
d) Hidup jujur
e) Bersikap adil dan benar
f) Berani mengingatkan teman yang berbuat salah dengan penuh kasih
g) Tetap mau belajar dari orang lain dan tidak keras kepala
h) Gemar bersyukur dan memuji Tuhan dengan kata-kata dan perbuatan
i) Rendah hati dan tidak sombong

D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar

Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab


Peserta didik diajak untuk mendalami teks Efesus 5:1-21. Teks ini berbicara tentang gaya
hidup yang seharusnya dimiliki oleh anak-anak terang. Allah menghendaki setiap orang yang
percaya kepada Kristus memiliki keberanian melakukan tindakantindakan yang benar.
Orang-orang Kristen di Efesus diminta untuk tidak mudah jatuh ke dalam godaan
dan melakukan hal-hal jahat atau yang bertentangan dengan kehendak Tuhan. Dan itulah
pesan-pesan Paulus agar jemaat Paulus tetap setiap dan bertahan menghadapi godaan; tetap
melakukan hal-hal baik dan benar dan dengan demikian dapat disebut sebagai anak-anak
terang.
Kegiatan 2 – Memahami Hidup Menurut Kehendak Allah
Pada bagian ini, ajaklah peserta didik menemukan situasi-situasi yang umum dihadapi
peserta didik, yang di dalamnya menuntut sikap hidup benar atau sesuai dengan kehendak
Allah. Lalu, dengan contoh-contoh situasi itu, ajaklah peserta didik menceritakan kisah itu
menurut bahasanya dan apa yang akan ia lakukan jika berada di dalam situasi itu.
Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Memelihara Sikap Hidup
yang Dikehendaki Allah
Kegiatan 3 ini merupakan pendalaman materi. Pada bagian ini guru menjelaskan secara
luas dan dalam fenomena kenyataan gaya hidup masa kini dan pengaruhnya terhadap anak-
anak. Arus perubahan gaya hidup telah berlangsung dengan kuat karena perkembangan
teknologi informasi, yang memungkinkan orang-orang di seluruh belahan bumi mengetahui
dan melihat gaya hidup yang sedang trend. Dan guru juga dapat menjelaskan atau menyebutkan
contoh-contoh perubahan sikap dan kualitasnya.

  88 Buku Guru Kelas V SD


Pada bagian ini guru juga dapat secara khusus membahas tentang gaya hidup buruk
misalnya instan dalam segala sesuatu, tidak jujur, kekerasan, dan sebagainya yang sering
dilakukan orang-orang dewasa tetapi juga anak-anak. Dan jelaskanlah kepada peserta didik
sikap hidup seperti apa yang sebetulnya dikehendaki Allah untuk dilakukan dalam hidup
sehari-hari dan di mana saja.

Kegiatan 4 – Menghayati Sikap-sikap Hidup yang


Dikehendaki Allah
Untuk lebih memperdalam materi ini, ajaklah peserta didik mendaftarkan sikapsikap
hidup yang salah yang tidak dikehendaki Allah dan sikap-sikap hidup yang benar dan
dikehendaki Allah. Lalu bimbinglah peserta didik mengevaluasi setiap jawaban agar peserta
didik juga semakin percaya diri. Guru sebaiknya tidak menyalahkan jawaban peserta didik
tetapi dengan bijak menjelaskan setiap jawaban.
Kegiatan 5 – Belajar Lagu
Ajaklah peserta didik mencermati setiap bait lagu ini. Lalu hubungkanlah dengan
pengalaman hidup sehari-hari atau mintalah peserta didik menyampaikan pendapatnya
tentang syair nyanyian ini.

E. Penilaian

Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada bagian pengantar,
pemahaman makna, menjawab pertanyaan pada akhir cerita pengantar, menceritakan
pengalaman dan pemahaman atas nyanyian. Penilaian tidak dilakukan dalam bagian yang
khusus namun berlangsung sepanjang proses belajar.

F. Berdoa

Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 89  


Pelajaran 12
Manusia Baru Selalu Ingin
Berdamai
Bacaan Alkitab: Filemon dan 2 Korintus 5: 16-19

Kompetensi Inti:

KI 1 :
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, danpercaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air.
KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat
bermain.
KI 4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.

Kompetensi Dasar:
1.4 Menerima cara hidup manusia baru sebagai perilaku orang yang sudah bertobat.
2.4 Menunjukkan sikap bertanggung jawab sebagai tanggapan manusia berdosa yang
telah bertobat.
3.4 Menceritakan contoh cara hidup manusia baru yang sudah bertobat.
4.4 Mempraktikkan cara hidup manusia baru dengan menjadi teladan bagi sesama.

Indikator:

1. Menjelaskan makna manusia baru.
2. Menjelaskan makna berdamai dengan sesama.
3. Menceritakan pengalaman berdamai atau mendamaikan teman yang berselisih.
4. Mendaftarkan gaya hidup manusia baru.

  90 Buku Guru Kelas V SD



A. Pengantar

Pada masa kini tidak banyak lagi orang yang suka berdamai atau menjadi pendamai
di antara sesamanya yang mengalami perselisihan atau konflik. Orang lebih sering terlibat
dengan memihak salah satu pihak dan ikut memperbesar atau memperluas permasalahan.
Masalah menjadi besar, berlarut-larut dan membuat keadaan hidup menjadi tidak nyaman
karena dipenuhi dengan rasa dendam, curiga, atau berpikir serba negatif.
Persoalan pun menjadi semakin kompleks dan besar karena kadang-kadang anak-anak
dilibatkan atau terlibat tanpa sengaja. Karena itu, anak-anak perlu dididik untuk memiliki
gaya hidup yang suka berdamai dan menjadi pendamai bagi sesamanya. Bukankah orang
Kristen ketika menjadi murid Kristus ia memiliki hidup baru? Dan salah satu ciri manusia
yang hidup baru adalah suka berdamai atau mencintai perdamaian.

B. Penjelasan Bahan Alkitab


Surat Paulus kepada Filemon adalah surat yang ia tulis dari dalam penjara. Ia seorang rasul
yang dipenjara karena keyakinannya kepada Kristus. Ia menunjukkan diri bahwa meskipun ia
ditahan, ia tetap setia kepada Yesus dan kepada tugas pemberitaan Injil. Paulus tidak kecil hati
dan ia tetap menjalankan tugasnya memberitakan kabar baik sekalipun dari dalam penjara.
Paulus menulis surat kepada Filemon. Secara etimologis arti nama Filemon adalah “yang
baik/sopan”, “yang patut dikasihi.” Ia adalah teman sepelayanan Paulus, yang dikenal baik oleh
Paulus. Bahkan Paulus memuji kebaikan Filemon dan menurutnya pantas menjadi teladan.
Surat yang Paulus kirim ini adalah surat pribadi yang menggambarkan kedekatan
hubungan Paulus dan Filemon. Paulus sangat percaya kepada Filemon sehingga ia mengirim
surat yang isinya adalah pembelaan terhadap Onesimus yang justru melakukan kejahatan
terhadap Filemon. Paulus bertemu dengan Onesimus di dalam penjara.
Paulus memberi satu alasan praktis mengapa ia menahan Onesimus selama ini dan
mengapa ia sebenarnya ingin menahannya lebih lama lagi, yaitu karena pelayanan Onesimus
yang baik. Meskipun demikian, Paulus tidak ingin melakukannya tanpa persetujuan Filemon.
Tidak dipungkiri bahwa Onesimus telah berbuat salah. Meskipun demikian Paulus tidak
berhenti pada masa lalu, sebab masa lalu telah diampuni oleh Tuhan. Paulus mengarahkan
perhatian Filemon pada pembaruan yang telah terjadi pada diri Onesimus pada masa kini
melalui Yesus Kristus. Dalam hal ini, Paulus tidak menyepelekan kesalahan yang telah
diperbuat Onesimus, melainkan ia merujuk pada suatu kemungkinan campur tangan Allah
dalam hati Onesimus. Jadi Paulus mengajak Filemon melihat peristiwa Onesimus dari sisi
rencana Allah.
Paulus dengan sangat berhati-hati menjelaskan hal itu kepada Filemon. Ia sadar bahwa
tidak ada seorang pun yang dapat memahami pekerjaan Allah secara terperinci dan
sempurna. Paulus hendak menekankan hubungan yang baru antara Filemon dan Onesimus,
yaitu suatu hubungan dalam Kristus yang memiliki dimensi kekekalan. Penekanan Paulus
ini hendak menyatakan bahwa kini Filemon dan Onesimus adalah saudara di dalam Kristus
untuk selama-lamanya. Mereka bukan lagi tuan dan hamba. Penekanan Paulus ini memberi
gambaran tentang manusia baru kepada Filemon. Hendaknya Filemon tidak tertuju pada
masa lalu Onesimus, tetapi haruslah tertuju pada masa sekarang, di mana Onesimus baginya
telah menjadi saudara di dalam Kristus.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 91  


Melalui surat pribadi ini, kita dapat menyadari pengajaran Paulus yang memiliki dimensi
toleransi dan pendamaian. Paulus mampu menempatkan dirinya di antara kedua belah pihak
(Filemon dan Onesimus) dan menjadi mediator yang efektif. Melalui suratnya ini juga, Paulus
mengajar tentang persahabatan yang erat dan pengenalan yang baik akan pribadi Filemon.
Pelajaran ini penting dalam sebuah pelayanan pendamaian. Penyelesaian masalah yang sulit
tidak dapat dilakukan dengan suatu perintah, tetapi perlu adanya pengenalan dan pendekatan
yang baik untuk menyelesaikan masalah itu. Pelayanan pendamaian juga membutuhkan
kecerdasan dalam relasi.
Dan melalui surat Paulus yang kedua kepada jemaat Korintus pun kita dapat melihat
pernyataan penting Paulus tentang Kristus yang telah mati bagi semua orang. Ini menegaskan
kepada kita bahwa orang yang telah hidup di dalam Kristus tidak lagi hidup untuk dirinya
sendiri. Kematian dan kebangkitan Kristus telah menghasilkan kepemilikan baru dalam diri
orang-orang yang percaya kepada-Nya. Karena itu, cara pandang kita terhadap orang lain
pun harus berubah, yakni dengan bersedia melakukan pelayanan terhadap siapa saja dan
digerakkan oleh kasih Allah yang menerima siapa saja. Kita tidak boleh lagi menilai-nilai
kesalahan orang lain dengan ukuran manusia. Melainkan menerima mereka dan melakukan
pelayanan pendamaian yang membuat mereka mengenal Kristus yang mengampuni.
Dengan demikian, pengikut Kristus hendaknya hidup dengan cara Kristus, yakni hadir
sebagai pendamai, mediator, dan membuat orang lain mengalami perjumpaan dengan Allah,
bukan sebaliknya. Allah mendamaikan dunia dengan dirinya melalui Yesus Kristus, karena itu
mereka yang percaya kepada Kristus juga menjadi pelayan pendamaian seperti yang Kristus
lakukan bagi manusia.

C. Uraian Materi

Berdamai atau mengasihi sesama bukanlah suatu tawaran atau opsi, tetapi sebuah
keharusan dan kewajiban. Bahkan dalam Alkitab mengasihi disebut sebagai hukum yang
utama dan terutama. Kata berdamai atau mengasihi seperti seakan-akan memiliki makna
yang biasa saja, semua orang bisa melakukan. Akan tetapi, pelaksanaannya ternyata tak
semudah itu. Kita membutuhkan energi luar biasa untuk berdamai ataupun mengasihi,
terutama terhadap orang yang menjahati kita, itu sudah pasti. Istilah lain, lebih mudah
meminta maaf ketimbang memberi maaf. Misalnya, kalau ada anak yang mengeluh kepada
orang dewasa "kak, aku tadi dikerjain sama temen di sekolah. Sepatuku diinjak, terus dikata-
katain," apa jawabnya? Adakah yang menjawab "aduh adikku, kalau pipi kirimu ditampar
teman maka berilah pipi kananmu. Kalau kaki kirimu diinjak teman, maka berilah kaki
kananmu, karena kata Tuhan begitu! Adakah yang menjawab seperti itu? Pasti tidak ada.
Biasanya orang akan reaktif dan menanggapi persoalan dengan emosi yang sama, dan
timbullah konflik berkepanjangan.
Reaksi itu umum dan dianggap manusiawi atau istilah yang juga dipakai adalah basic
instinct seorang manusia. Ketika mendapat perlawanan, maka responsnya adalah melawan.
Sejak dari zaman batu manusia memang bertindak demikian untuk bertahan hidup. Karena
itu pula muncul istilah "hukum rimba," siapa yang kuat, dia yang menang. Tetapi tindakan
tersebut tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, karena Tuhan tidak menghendaki kekerasan
dibalas dengan kekerasan, tetapi dibalas dengan kasih dan damai.

  92 Buku Guru Kelas V SD


Perumpamaan anak yang mengadu tadi hanyalah kisah kecil yang sering kita dengar
dan mungkin kita alami juga. Tentu kita sering melihat di TV, membaca di koran atau media
online tentang maraknya aksi tawuran antarwarga, bentrokan antara polisi dan demonstran
dan kadang-kadang ada warga yang kena dampaknya, tak hanya luka tetapi juga hingga
korban jiwa.
Kekerasan jangan hanya dipahami melalui aksi fisik, tetapi kekerasan juga terwujud
dalam perkataan dan pikiran yang dapat melukai perasaan. Kita lalu bertanya, kenapa
harus bentrok? kenapa harus tawuran? kenapa harus melukai perasaan orang lain? kenapa
tidak berdamai saja? Itu menjadi persoalan umum manusia. Manusia cenderung egois dan
enggan berdamai. Sebagian tidak mau berdamai karena merasa harga dirinya akan runtuh.
Padahal berdamai sebetulnya mencerminkan manusia yang kuat dan bermartabat, sebab
hanya manusia yang suka damailah yang menunjukkan jiwa yang kuat yang tidak kalah
terhadap emosi negatif.
Sebagai murid Kristus kita harus hidup damai dan mengasihi. Kalau kita mengambil jalan
kekerasan berarti justru kita yang kalah, kalah oleh ego kita. Tetapi kalau kita mengambil
jalan damai jalan yang Yesus ajarkan dan lakukan, bukankah kita adalah manusia baru di
dalam Yesus Kristus? Karena itu, berdamai adalah ciri manusia baru.
Bagaimana dengan kehidupan sehari-hari peserta didik? Mungkin dia adalah anak yang
mudah bergaul, dapat membangun hubungan yang harmonis di antara teman-teman mereka.
Tetapi mungkin juga dia lebih suka untuk mengkritik daripada memberi pujian, berkata
dan bersikap kasar, menghina orang lain, menertawakan kekurangan orang lain, tidak
mau mendengar pendapat orang lain, selalu merasa benar, meremehkan pendapat orang
lain. Jika demikian, berarti peserta didik belum menjadi duta Allah untuk menghadirkan
perdamaian di bumi ini.
Kita orang Kristen percaya bahwa kita ini adalah orang-orang yang didamaikan dengan
Allah oleh Yesus Kristus. Kita adalah orang yang berdosa, yang suka melawan Allah, namun
Yesus hadir mendamaikan manusia dengan Allah dan membimbing manusia untuk hidup
menurut kehendak Allah.
Kita percaya bahwa orang Kristen dipakai Allah menjadi alat perdamaian seperti Paulus.
Alkitab berkata bahwa orang yang membawa damai disebut dengan anak-anak Allah,
“berbahagialah orang yang membawa damai, sebab mereka akan disebut anak-anak Allah.”
Misi Allah terhadap manusia adalah misi perdamaian, “Sebab Allah mendamaikan dunia
dengan diri-Nya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran manusia” (2
Korintus 5:19). Oleh karena itu, kita orang yang percaya kepada Yesus Kristus juga dipanggil
untuk melaksanakan perdamaian karena Allah telah terlebih dahulu mengerjakannya bagi
manusia.
Paulus adalah teladan perdamaian yang dapat menjadi contoh. Paulus mengambil
risiko dengan mendamaikan Filemon dan Onesimus meskipun tahu bahwa Onesimus
adalah orang yang bersalah. Orang-orang yang membawa damai adalah orang yang berani
mengambil risiko. Tetapi bukan asal risiko. Ia penuh dengan pertimbangan-pertimbangan
yang memikirkan tujuan atau hasil terbaik dengan jalan yang benar. Karena itu diperlukan
langkah-langkah yang penuh perhitungan agar perdamaian dapat tercapai.
Paulus menjembatani proses menuju perdamaian antara Filemon dan Onesimus.
Paulus pandai dalam berbicara dan ia pun menawarkan diri untuk membayar utang-utang
Onesimus. Ini luar biasa, karena tidaklah biasa bagi seorang yang baik menolong orang yang
melakukan kesalahan, seperti Onesimus.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 93  


Sikap Paulus adalah sikap kristiani yang sejati, dan ia rela mengorbankan waktunya
membimbing Onesimus dan mengorbankan hartanya untuk membayar utang Onesimus.
Paulus menolong Onesimus menyadari kesalahannya dan membimbing dia.
Setelah Onesimus dan Filemon berdamai kembali, tentu saja permusuhan, benci, amarah,
dan dendam diganti dengan persahabatan. Itulah teladan yang diberikan oleh pelayanan
Paulus. Peserta didik yang walaupun masih anak-anak tetap dapat menjadi Paulus-paulus
masa kini. Meskipun masih muda, peserta didik dapat melakukannya di antara teman-
teman sebayanya.

D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama siswa mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Ada sebuah cerita tentang dua ekor
kambing gunung yang saling mendahulukan kepentingannya ketika akan menyeberang
sebuah jembatan. Keduanya tidak mau mengalah dan mau memang sendiri. Akibatnya
keduanya malah jatuh dan tidak dapat mencapai tujuan. Demikianlah sikap hidup yang
keliru dalam sebuah relasi. Jika ada salah satu pihak yang cenderung mau menang sendiri
dan tidak mau berdamai, maka kesusahanlah yang dialaminya.
Dari cerita itu, ajaklah peserta didik melihat dan mendalami sikap hidup yang salah
itu. Dampak atau kerugian apa yang dialami? Lalu bagaimana seharusnya? Setelah itu,
hubungkanlah dengan gaya hidup atau perilaku anak-anak masa kini yang cenderung tidak
suka mengalah atau mengambil jalan damai untuk kepentingan bersama.
Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab
Ajaklah peserta didik membaca kisah tentang Filemon dan Onesimus. Ini adalah cerita
yang baik tentang kehidupan seorang budak yang pernah berbuat salah namun mengalami
perubahan hidup ketika bertemu dengan Paulus. Lalu Rasul Paulus menjadi tokoh penting
yang mendamaikan Filemon dan Onesimus dengan menempatkan dirinya sendiri menjadi
mediator atau perantara di antara kedua belah pihak (Filemon dan Onesimus). Dari Paulus,
peserta didik dapat belajar tentang peran penting seorang yang mau mendamaikan teman-
temannya yang sedang menghadapi masalah atau konflik. Dari Onesimus peserta didik dapat
belajar tentang perubahan hidup dari yang buruk menjadi baik. Dari Filemon peserta didik
dapat belajar tentang penerimaan dan kemauan melakukan perubahan sikap
Kegiatan 2 – Memahami Perdamaian sebagai Cara Hidup
Baru
Pada bagian ini, ajaklah peserta didik menceritakan ulang pengalaman Onesimus.
Kesalahan apa yang telah ia perbuat dan apa yang ia lakukan? Peserta didik juga menceritakan
peran Paulus, yakni tentang apa yang ia lakukan dan mengapa ia mengirim kembali Onesimus
kepada Filemon. Setelah itu, ajaklah peserta didik menceritakan pengalaman peserta didik
ketika menjadi pendamai atau pengalaman berada di antara teman yang berselisih.

  94 Buku Guru Kelas V SD


Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Perdamaian adalah Ciri
orangKristen
Pada bagian ini, guru menjelaskan tentang perdamaian sebagai ciri hidup orang
Kristen. Kita tahu bahwa hubungan manusia dengan Allah adalah hubungan perdamaian
yang didamaikan oleh Yesus Kristus. Manusia adalah orang yang berdosa, suka melakukan
perbuatan yang tidak disukai oleh Allah. Manusia seharusnya dihukum oleh Allah sesuai atau
setimpal dengan kesalahan-kesalahan dan dosa yang ia perbuat. Namun Yesus hadir menjadi
juruselamat yang mendamaikan manusia dengan Allah. Allah tidak menghukum manusia.
Allah tetap mengasihi manusia karena Yesus menjadi mediator bagi manusia. Karena itu,
orang yang percaya kepada Kristus seharusnya meneruskan perdamaian itu dalam kehidupan
sehari-hari, sebab pada hakikatnya orang Kristen adalah orang-orang yang didamaikan.
Kegiatan 4 – Menghayati Peran Manusia Baru sebagai Manusia
Pendamai
Pada bagian ini guru mengajak peserta didik membaca dan merenungkan sebuah doa
yang ditulis oleh Fransiskus dari Asisi. Doa itu memiliki pesan dan makna yang kuat tentang
menjadi manusia pendamai, pembawa cinta kasih, pengampunan, kerukunan, kebenaran,
kepastian, harapan, terang, dan sukacita. Lalu ajaklah peserta didik mendaftarkan hal-hal apa
saja yang dapat ia lakukan untuk menunjukkan bahwa ia adalah seorang manusia baru. Peserta
didik diminta untuk mengisi dua kolom tabel. Pada tabel sebelah kiri ia mengisi cara hidup
lama, misalnya suka bertengkar, dsb. Kemudian pada kolom kanan ia mengisi cara hidup
baru, misalnya, menjadi pendamai di antara teman yang suka bertengkar, dan sebagainya.
Kegiatan 5 – Belajar dari Lagu
Pada bagian ini ajaklah peserta didik menyanyikan sebuah lagu dari Pelengkap Kidung
Jemaat yang diterbitkan oleh Yayasan Musik Gereja. Judul nyanyian “Damai di Dunia.”
Kemudian, ajaklah peserta didik mendalami makna syair nyanyian tersebut.Tanyakanlah
apa makna menjadi duta perdamaian? Ceritakanlah peran besar seorang duta besar sebuah
negara yang mewakili wibawa negaranya di negara lain. Duta besar adalah representasi
negaranya di tempat lain. Demikianlah juga duta perdamaian, ia adalah representasi Allah
sebagai pengutus duta-duta-Nya. Allah adalah sumber damai, karena itu kita yang mengaku
anak-anak Allah juga turut menjadi pendamai. Dan ajaklah peserta didik menuliskan
doanya kepada Tuhan tentang harapannya menjadi duta perdamaian.

E. Penilaian

Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada bagian pengantar,
pemahaman makna, tugas mengisi tabel pada bagian menghayati peran manusia baru dan
tugas menceritakan pengalaman. Penilaian tidak dilakukan dalam bagian yang khusus namun
berlangsung sepanjang proses belajar.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 95  


F. Berdoa

Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.

  96 Buku Guru Kelas V SD


Pelajaran 13
Jadilah Berkat Bagi Sesamamu
Bacaan Alkitab: Lukas 21: 1-4 dan Kisah Para Rasul 2:41-47

Kompetensi Inti:

KI 1 :
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.

KI 2 :
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air.
KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati,
menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
KI 4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar:

1.4 Menerima cara hidup manusia baru sebagai perilaku orang yang sudah bertobat.
2.4 Menunjukkan sikap bertanggung jawab sebagai tanggapan manusia berdosa yang
telah bertobat.
3.4 Menceritakan contoh cara hidup manusia baru yang sudah bertobat.
4.4 Mempraktikkan cara hidup manusia baru dengan menjadi teladan bagi sesama.

Indikator:

1. Menjelaskan makna berkat dalam kehidupan manusia.


2. Menceritakan pengalaman menjadi berkat dalam kehidupan sehati-hari.
3. Mendaftarkan perbuatan yang mencerminkan saluran berkat Allah bagi sesama
dan lingkungan.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 97  


A. Pengantar

Pelajaran ini hendak menjelaskan tentang peran orang Kristen menjadi berkat bagi
sekelilingnya. Selama ini berkat dipahami hanya dalam bentuk materi, namun ternyata tidak
hanya itu. Ajaklah peserta didik membaca cerita tentang Bai Fang Li. Harapannya cerita itu
akan menggugah hati dan memberi gambaran kepada peserta didik tentang makna menjadi
berkat bagi sesama. Menjadi berkat juga disertai dengan sikap yang tulus dan rela hati tanpa
mengharap imbalan atau pujian.

B. Penjelasan Bahan Alkitab

Di dalam Bait Allah terdapat tiga belas kotak kolekte yang dikenal sebagai corong-corong
terompet. Disebut demikian karena bentuknya seperti corong-corong terompet dengan bagian
yang sempit pada puncaknya dan bagian yang luas di bawahnya. Setiap kotak itu memiliki
peruntukan yang berbeda-beda – untuk kayu yang dipakai membakar kurban, untuk dupa
yang dibakar di atas altar, untuk pemeliharaan bejana-bejana emas, dan seterusnya. Di dekat
corong-corong terompet itulah Yesus duduk.
Yesus duduk di situ karena sebelumnya ia berdebat dengan utusan-utusan Sanhedrin
(Mahkamah Agama Yahudi) dan orang-orang Saduki. Yesus lelah dan kepala-Nya diletakkan
di antara tangan-tangan-Nya. Ia melihat sekeliling dan Ia melihat banyak orang yang sedang
melemparkan persembahan mereka ke dalam corong-corong terompet tadi, dan kemudian
datanglah seorang janda miskin.
Janda miskin itu hanya memiliki dua lepta (peser). Satu lepton adalah jumlah uang terkecil
dari semua jenis mata uang yang ada pada waktu itu. Arti kata itu sendiri, “yang kurus.” Nilai
uang itu sangat kecil, sehingga karena begitu kecilnya uang itu menjadi seperti tidak ada
harganya. Tetapi pada waktu itu, bagi seorang miskin uang tersebut cukup untuk makan satu
hari. Tentu saja bagi orang kaya itu sama sekali tidak bernilai.
Tetapi anehnya Yesus justru berkata bahwa apa yang dipersembahkan perempuan itu jauh
lebih berharga dari segala persembahan yang dipersembahkan hari itu, sebab itulah semua
yang ia punyai.

Ada dua hal yang menentukan nilai dari suatu pemberian:

1. Terdapat semangat ketika pemberian itu dilakukan. Suatu pemberian yang


diberikan dengan tidak rela, dengan paksa, atau dengan tujuan untuk prestise akan
kehilangan nilai lebih dari setengahnya. Satu-satunya pemberian yang
sejati adalah yang berasal dari hati yang mengasihi.
2. Totalitas. Pemberian yang diberikan oleh orang kaya tidaklah mengganggu
pemasukan dan pengeluaran mereka, tetapi dua lepta (peser) dari si janda tadi
mengorbankan semua yang ia miliki. Mereka yang memberikan banyak tentu
sudah menghitung-hitung berapa banyak yang mereka dapat berikan, sementara
si janda memberikan seluruhnya tanpa menghitung-hitung.

  98 Buku Guru Kelas V SD


Menjadi berkat bagi orang lain kadang-kadang seperti melakukan pemberian yang
dilakukan janda itu. Seseorang dapat menjadi berkat hanya ketika kita melakukannya tanpa
mengharap sesuatu. Dan ternyata tidak banyak orang yang dapat melakukannya. Dalam
cerita ini, yang mampu melakukannya justru seorang perempuan janda dan miskin. Dia
adalah orang yang tidak terlalu diperhitungkan keberadaannya dalam masyarakat Yahudi.
Akan tetapi, justru dialah yang disebut dan dipakai Yesus sebagai teladan dalam memberi,
menjadi berkat bagi komunitasnya. Dari kisah ini pula Yesus memberikan pelajaran tentang
bagaimana Allah menilai pemberian.

1. Pemberian seseorang ditentukan bukan oleh jumlah yang ia berikan, tetapi oleh
jumlah pengorbanan yang terlibat dalam pemberian itu. Sering kali orang kaya
hanya memberi dari kekayaannya -- ini tidak meminta pengorbanan. Pemberian
janda ini menuntut segalanya daripadanya. Ia memberi sebanyak-banyaknya
yang dapat diberikannya.
2. Prinsip ini dapat diterapkan pada segala pelayanan kita bagi Yesus. Ia menilai
pekerjaan dan pelayanan kita tidak berdasarkan ukuran atau pengaruh atau
keberhasilannya, tetapi berdasarkan kadar pengabdian, pengorbanan, iman, dan
kasih yang tulus yang terlibat di dalamnya

Kemudian dari cara hidup jemaat mula-mula, kita pun belajar banyak hal tentang
bagaimana hidup bersama dan saling menjadi berkat bagi orang lain. Dari perikop cara hidup
jemaat mula-mula itu, ada beberapa karakteristik jemaat mula-mula yang dapat kita pelajari:

a. Ia adalah sebuah gereja yang belajar. Jemaat mula-mula melakukan apa yang
diajarkan oleh para rasul. Mereka menatap ke masa depan dan tidak disibukkan
oleh urusan masa lalu. Mereka belajar tentang hikmat dan anugerah Allah.

b. Ia adalah sebuah gereja yang bersekutu. Jemaat mula-mula memiliki kualitas


kebersamaan yang sangat baik. Gereja baru merupakan gereja yang sebenarnya
hanya bila merupakan suatu ikatan persaudaraan.

c. Ia adalah sebuah gereja yang berdoa. Orang Kristen mula-mula sadar bahwa
tidak mungkin mereka dapat hidup dengan bersandar pada kekuatan sendiri.
Mereka berserah kepada Allah agar mereka sanggup menghadapi masalahmasalah
kehidupan.

d. Ia adalah sebuah gereja yang menunjukkan rasa hormat. Pada ayat 43 dipakai
kata “ketakutan” yang memiliki makna/pengertian segan atau terpesona. Orang
Kristen hidup dalam sikap hormat seolah-olah Allah selalu hadir bersama
dengan mereka setiap saat.

e. Ia adalah sebuah gereja yang memungkinkan terjadinya mukjizat. Jika kita


mengharapkan sesuatu yang besar dari Alllah dan mengusahakan sesuatu yang
besar dari Allah, maka hal itu akan terjadi. Kita percaya bahwa Allah dan kita
secara bersama-sama dapat melakukannya.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 99  


f. Ia adalah sebuah gereja yang berbagi (ay. 44-45). Jemaat perdana memiliki rasa
tanggungjawab yang sungguh-sungguh satu sama lain. Seorang Kristen yang
sejati tidak akan terlalu bahagia jika dia memiliki banyak hal sementara orang
lain ada yang kekurangan.

g. Ia adalah sebuah gereja yang menyembah (ay. 46). Jemaat mula-mula tidak
pernah lupa untuk datang ke rumah Allah.

h. Ia adalah sebuah gereja yang bersukacita (ay 46). Sukacita ada di dalan
kehidupan jemaat mula-mula. Seorang Kristen yang murung justru kontradiktif
dalam definisi ini.

i. Ia adalah sebuah gereja yang disukai oleh orang lain. Ada dua kata dalam bahasa
Yunani untuk istilah ‘baik.’ Agathos, kata yang secara sederhana menggambarkan
sesuatu yang baik. Kalos, berarti bukan saja baik (kualitasnya, dalamnya), tetapi
juga terlihat baik (luarnya). Kebaikan itulah yang menarik perhatian orang lain.
Kekristenan yang sejati pada hakikatnya disukai oleh orang.

Karakter-karakter jemaat mula-mula inilah yang diharapkan ada pada jemaat Kristen masa
kini ketika dia hadir dan menjadi berkat bagi sesamanya. Menjadi berkat bagi sesama tidak
harus melulu dengan uang. Yang dibutuhkan adalah keikutsertaan menghadirkan karakter-
karakter pada teks Alkitab ini dalam kehidupan sehari-hari. Perempuan janda yang miskin
dan jemaat mula-mula menyumbang banyak hal tentang menjadi berkat bagi sesama.

C. Uraian Materi

Pengertian kita tentang konsep berkat pada umumnya adalah sangat dangkal bahkan
cenderung hanya menganggapnya sebagai materi. Orang Kristen ketika berpikir untuk
meminta berkat kepada Tuhan, maka berkat yang diharapkan adalah curahan materi yang
berkelimpahan. Saat kita berdoa Tuhan berkatilah hidup kami maka yang diharapkan adalah
adanya materi yang banyak berupa uang. Jika setelah berdoa dan kemudian ada uang yang
banyak pada rekening, maka saat itulah kita merasa mendapat berkat.
Demikian pula dengan pekerjaan, orang merasa mendapat berkat apabila pekerjaan itu
menghasilkan uang yang banyak. Kadang-kadang gereja pun menganggap berkat dengan
cara demikian, misalnya ketika gereja bisa memperluas gedung dan membeli tanah karena
banyaknya uang yang ada pada kas. Cara berpikir itulah yang disebut dangkal dalam
memahami makna berkat.
Manusia pada umumnya, termasuk orang Kristen juga terkadang tidak menyadari
bahwa setiap detik dalam kehidupan manusia adalah berkat. Manusia diciptakan Tuhan
dan diberi tempat dalam dunia ini pada saat Dia sudah menyelesaikan penciptaan alam
semesta, dan pada hari keenam ia menciptakan manusia. Manusia adalah ciptaan yang
paling terakhir, hal ini supaya ciptaan ini bisa melangsungkan kehidupan dengan kondisi
alam yang mendukung mereka dapat bertahan hidup. Jadi ketika manusia dapat hidup di
dunia, dia hidup berdasarkan berkat-berkat dari Tuhan.

  100 Buku Guru Kelas V SD


Berkat dari Tuhan itu bukan semata-mata kekayaan materi saja. Berkat Tuhan itu luas
dan dalam serta tidak selalu dapat diukur dan dibatasi oleh pemikiran manusia. Kekuatan,
kesehatan, talenta/potensi, pemikiran, dan sebagainya adalah juga berkat Tuhan dalam
hidup kita. Pertanyaan bagi kita adalah mengapa, apa, dan bagaimana membagikan atau
menyalurkan berkat Tuhan yang kita miliki.
Kita tentu mengerti apa yang dimaksud dengan saluran. Atau untuk lebih mudah
memahaminya, kita pasti pernah melihat pipa saluran air atau aliran sungai. Nah, itu adalah
gambaran tentang sebuah saluran. Saluran bukanlah sumber. Ia hanya merupakan media
atau alat yang dipakai untuk menjadi sarana agar benda (cair atau padat) dapat lewat dari
satu tempat menuju tempat lain.
Demikianlah halnya kita memahami saluran berkat. Kita tahu, bahwa sumber berkat
dalam kehidupan ini adalah Allah. Ia yang memberikan kita segala kecukupan. Tentu saja
berkat tersebut tidak turun dari langi seperti hujan yang menetes. Manusia perlu bekerja
untuk mendapatkannya. Sama seperti burung-burung di udara pun perlu terbang ke sana ke
mari untuk memperoleh makanannya setiap hari. Sebab jika tidak demikian, maka burung
itu tidak makan, dan lama-kelamaan akan mati.
Allah yang memberikan kita berkat mulai dari hal-hal yang terlihat sepele, misalnya
kekuatan dalam tubuh yang sehat, kecerdasan dalam otak yang diasah dengan belajar, uang
atau materi melalui pekerjaan orang tua kita, dan lain sebagainya.
Nah, menjadi saluran berkat artinya kita hanya meneruskan apa yang kita terima dari
Allah kepada sesama kita. Artinya, tidak semua berkat Allah kita nikmati seorang diri saja,
kita pun diharapkan membaginya kepada orang-orang lain yang membutuhkannya. Saluran
yang baik adalah saluran yang tidak mampet¸ melainkan berfungsi dengan baik meneruskan
materi atau zat yang melewatinya.
Demikianlah hendaknya kita menjadi saluran berkat Allah bagi sesama kita. Kamu
dapat meneruskan berkat yang bersumber dari Allah itu kepada sesama dan lingkungan
sekitar kita. Salurkanlah, agar berkat itu tidak membusuk dan mampet seperti air busuk
yang tidak mengalir di got atau sungai-sungai di Jakarta.

D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama siswa mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Ajaklah peserta didik membaca kisah
hidup Bai Fang Li, seorang tukang becak yang bekerja demi menolong anak-anak miskin agar
dapat bersekolah. Ia mendedikasikan hidupnya demi orang lain. Ia menjadikan dirinya saluran
berkat bagi orang lain dengan tenaga yang ia miliki untuk bekerja sebagai tukang becak. Dari
cerita tersebut tanyakanlah apa yang mendorong Bai Fang Li melakukan kebaikan sampai
akhir hidupnya? Lalu tanyakanlah apa arti menjadi berkat dalam pemahaman peserta didik.
Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab
Pada bagian ini, ajaklah peserta didik membaca teks Alkitab yang telah ditentukan. Dua
teks yang dipakai akan menolong peserta didik mendalami makna menjadi berkat bagi
sesamanya. Teks pertama dari Injil Lukas bercerita tentang seorang janda yang memberikan
persembahan yang nilainya lebih besar daripada nilai persembahan yang diberikan oleh orang

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 101  


kaya sekalipun. Perempuan itu miskin, tetapi ia tetap dapat memberikan apa yang ada padanya
sebagai persembahan yang dapat dipergunakan bagi pelayanan rumah ibadat. Dari teks Kisah
Para Rasul peserta didik dapat belajar tentang gaya hidup jemaat mula-mula. Mereka hidup
dalam suasana kekeluargaan, saling menolong, menopang, saling membagikan berkat yang
ada pada mereka kepada sesama, sehingga tidak ada yang berkelebihan dan tidak ada yang
berkekurangan.
Kegiatan 2 – Memahami Makna Menjadi Berkat
Pada kegiatan ini, ajukanlah pertanyaan apa yang dimaksud dengan berkat? Siapa sumber
utama berkat? Dan apa yang diharapkan Allah dengan berkat yang kita miliki? Bagian ini akan
menjadi kesempatan bagi peserta didik menunjukkan pemahaman mereka yang sebenarnya
tentang konsep berkat. Dan guru dapat menolong peserta didik meluaskan makna berkat
dalam kehidupan manusia atau orang Kristen.
Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Makna Menjadi Saluran Ber-
kat
Guru menjelaskan makna berkat dan saluran berkat. Setiap orang memiliki berkat dari
Allah entah ia sadari atau tidak, entah ia syukuri atau tidak. Dan Allah menghendaki setiap
orang bersedia menjadi saluran berkat-Nya. Guru menjelaskan berkat apa saja yang dimiliki
oleh peserta didik dan apa yang mungkin mereka lakukan dengan berkat yang mereka miliki
tersebut.
Kegiatan 4 – Menghayati Peran sebagai Saluran Berkat Allah
Ajaklah peserta didik mendaftarkan hal-hal apa saja yang mungkin mereka lalukan sebagai
saluran berkat bagi sesama. Bagian ini akan menolong peserta didik menghayati peran sebagai
saluran berkat Allah. Ia bisa mengemukakan pengalamannya ataupun harapan pada dirinya
untuk menjadi saluran berkat Allah.
Kegiatan 5 – Belajar dari Lagu
Ajaklah peserta didik menyanyikan “Di Jalan Hidup yang Lebar, Sempit.” Sebuah
nyanyian dari NKB 200. Tanyakanlah pada peserta didik tentang apakah syair nyanyian
tersebut? Apa kesan peserta didik terhadap nyanyian tersebut? Dan mintalah peserta didik
menuliskannya. Lalu mintalah juga peserta didik menuliskan doanya agar menjadi saluran
berkat Allah bagi sesamanya dan lingkungannya.

E. Penilaian

Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis dengan menjawab pertanyaan
yang ada pada bagian pengantar, pemahaman makna, dan penghayatan lagu. Peserta didik
juga dapat diuji kemampuannya mengembangkan aspek afektifnya dengan menuliskan
pengalaman dan komitmennya untuk menjadi saluran berkat bagi sesama dan lingkungan.
Penilaian tidak dilakukan dalam bagian yang khusus namun berlangsung sepanjang proses
belajar.

  102 Buku Guru Kelas V SD


F. Berdoa

Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 103 


Pelajaran 14
Cintailah Lingkungan Hidup
Bacaan Alkitab: Kejadian 1: 28-31

Kompetensi Inti:

KI 1 :
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air.
KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati,
menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI 4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia.

Kompetensi Dasar:

1.4 Menerima cara hidup manusia baru sebagai perilaku orang yang sudah bertobat.
2.4 Menunjukkan sikap bertanggung jawab sebagai tanggapan manusia berdosa yang
telah bertobat.
3.4 Menceritakan contoh cara hidup manusia baru yang sudah bertobat.
4.4 Mempraktikkan cara hidup manusia baru dengan menjadi teladan bagi sesama.

Indikator:

1. Menjelaskan tanggung jawab manusia memelihara lingkungan.


2. Mendaftarkan tugas manusia memelihara alam.
3. Menceritakan pengalaman melihat alam lingkungan yang telah rusak/kotor.
4. Menuliskan puisi atau karangan tentang alam dan pemeliharaannya.

  104 Buku Guru Kelas V SD


A. Pengantar

Sejak dini manusia perlu diajarkan untuk bertanggung jawab atas pemeliharaan lingkungan
dengan menyayanginya, merawatnya, dan mengelolanya secara bertanggung jawab. Selama ini
telah terjadi kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang disebabkan kegiatan manusia
jauh lebih besar dibandingkan dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh proses
alam. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan manusia berlangsung secara
terus-menerus dan makin lama makin besar pula kerusakan yang ditimbulkannya. Kerusakan
lingkungan yang disebabkan kegiatan manusia terjadi dalam berbagai bentuk seperti
pencemaran, pengerukan, penebangan hutan untuk berbagai keperluan, dan sebagainya.
Manusia diciptakan Allah untuk turut serta memelihara lingkungan, bukan merusaknya.

B. Penjelasan Bahan Alkitab

Menjadi gambar Allah adalah menjadi wakil Allah di dunia ini. Ini bukan semata-mata
keistimewaan melainkan juga tanggung jawab. Semakin besar hak diberikan, semakin berat
pula kewajibannya. Menjadi gambar Allah bukan hanya memiliki sejumlah potensi Ilahi,
tetapi bagaimana mewujudkan potensi itu bagi kemuliaan Allah.
Apa maksud Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya? Supaya manusia bisa
mengelola dunia dan segala isinya ini untuk kemuliaan Allah. Kata-kata yang digunakan
untuk menyatakan tugas manusia itu, "berkuasa", "taklukkanlah" adalah kata-kata yang
lazim digunakan dalam konteks kekuasaan seorang raja. Beberapa penafsir keberatan
karena menurut mereka penafsiran seperti inilah yang menyebabkan manusia merajalela
mengeksploitasi alam ini dengan segala kerakusannya dengan dalih atas nama Tuhan.
Berapa banyak kerusakan alam dan lingkungan yang menyebabkan menurunnya kualitas
hidup disebabkan ulah manusia?
Perlu disadari bahwa pemberian tugas dari Allah atas manusia di sini sama sekali
tidak membuka peluang untuk mengeksploitasi alam ini. Manusia masa kinilah yang
salah memahami teks ini sehingga menganggap diri memiliki hak untuk mengeksploitasi
alam sesukanya bahkan seringkali tanpa ada usaha melakukan perbaikan atau merestorasi
kembali.
Manusia diatur bukan untuk menjadi raja dunia melainkan mewakili Raja, Sang Pemilik
dunia yang adalah Allah itu sendiri. Tindakan manusia merusak alam milik Allah adalah
tidak berkenan bahkan berdosa di hadapan-Nya. Kerusakan alam yang diakibatkan oleh
manusia berarti pula berkurangnya kenyamanan hidup manusia. Artinya konsekuensi
penyalahgunaan kekuasaan Ilahi akan dirasakan paling berat oleh manusia sendiri.
Dosalah yang menyebabkan gambar Allah dalam diri manusia tidak berfungsi dengan
benar. Manusia hidup bukan untuk kemuliaan Allah melainkan untuk kepentingan diri
sendiri yang bersifat merusak dan menghancurkan. Hanya satu jalan untuk memperbaiki
semua ini, yaitu dengan mengizinkan Allah memperbarui gambar-Nya di dalam diri kita
oleh karya penyelamatan Yesus.
Manusia, sang homo sapiens (artinya: manusia yang berpikir), telah disebut juga sebagai
homo faber (manusia yang membuat/bekerja), juga homo ludens (manusia yang bermain).

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 105  


Semuanya adalah contoh dari usaha untuk menjawab pertanyaan berikut: siapakah
sebenarnya manusia? Apa yang menjadi jati diri sejati manusia? Tetapi, manusia tidak
berada sendiri; manusia ada di dalam alam. Segala pertanyaan tentang jati dirinya harus
juga menjelaskan tentang hubungan manusia tersebut dengan alam sekitarnya.
Manusia zaman dulu menjawab pertanyaan itu dengan menyembah alam semesta/
unsur-unsurnya. Manusia masa kini menjawab pertanyaan tersebut dengan bersikap seperti
seorang raja tiran mengeksploitasi alam habis-habisan. Yang lain mengambil jalan ketiga;
menyatu dengan alam walaupun tidak jelas bagaimana ini bisa terjadi. Wawasan arkeologis
terkini tentang zaman PL telah memungkinkan kita menafsirkan teks ini demikian:
manusia adalah gambar Allah dalam pengertian menjadi wakil dan tanda kehadiran serta
pemerintahan Allah di atas segenap ciptaan. Keberadaan manusia, dan tugasnya untuk
berkuasa atas alam, adalah tanda atau "gambar" dari kedaulatan Allah atas alam semesta.
Karena itu, tugas "penguasaan" yang dilakukan manusia mempunyai sifat penatalayanan.
Manusia berkuasa atas alam demi Allahnya dan bukan demi dirinya sendiri. Manusia
diberikan mandat ini semata-mata untuk memberlakukan tatanan yang teratur atas alam
ciptaan, sebagaimana Allah juga telah mengatur alam semesta dari kekacauan mula-mula.
Karena itu, kehadiran Kristen harus menimbulkan keteraturan pada alam sekitarnya,
mulai dari pekarangan dan got di sekitar rumah, hingga keprihatinan makro atau yang
bersifat besar dan luas bagi lingkungan hidup. Manusia haruslah mencintai lingkungan
hidup atau alam ini, sebab kesejahteraan alam berarti juga kesejahteraan manusia.

C. Uraian Materi

Manusia hidup di dalam lingkungan alam. Bahkan kebutuhan hidup manusia berasal
dari alam. Itu artinya, alam adalah tempat dan juga sumber kehidupan manusia. Akan tetapi,
seringkali manusia justru lupa atau tidak mau tahu tentang mengapa dan bagaimana merawat
lingkungan hidup agar dapat hidup harmonis di dalamnya. Manusia lebih sering menjadi
egois terhadap alam dan mengelola alam secara tidak bertanggung jawab. Parahnya lagi, ada
manusia atau orang Kristen yang justru memperlakukan alam seperti barang yang dapat
diapakan saja. Padahal, Allah menciptakan alam ini untuk menjadi tempat hidup manusia.
Sepantasnya manusia merawat alam atau lingkungan ini agar tetap dapat hidup nyaman di
dalamnya, baik pada masa sakarang maupun masa depan, di mana generasi berikut akan
tinggal dan merawat alam ciptaan Tuhan.
Kerusakan alam dapat disebabkan oleh 2 macam sumber, yakni peristiwa alami alam
yang tak dapat dicegah manusia seperti gempa bumi dan gunung meletus. Sumber kedua
adalah aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab. Berikut ini adalah contoh rusaknya
lingkungan yang disebabkan oleh manusia :
• Sampah. Selain menyebabkan rusaknya alam, sampah juga membawa
akibat berantai bagi manusia dan hewan, seperti: bau busuk, menimbulkan
penyakit serta mempercepat penyebaran kuman, virus, dan bakteri penyakit,
tersumbatnya gorong-gorong aliran air sehingga mengakibatkan banjir serta
mencemari air dan merusak kenyaman kehidupan.

  106 Buku Guru Kelas V SD


• Kelangkaan tumbuhan dan hewan. Karena banyaknya penebangan pohon
tanpa adanya penanaman kembali membuat hilangnya sistem keseimbangan.
Perburuan hewan secara liar pun mengakibatkan putusnya rantai makanan
kehidupan. Hal tersebut membuat generasi berikutnya menjadi sulit menemukan
tumbuhan serta hewan karena telah punah.

• Pencemaran atau polusi. Terjadi karena pertambahan penduduk tidak


terbendung serta tidak ditopang dengan daya dukung lingkungan dan tidak
memperhatikan manfaat sumber daya alam yang berwawasan lingkungan hidup.
Pencemaran terjadi di air, udara, tanah, bahkan suara.

• Hujan asam. Terjadi karena air yang menguap ke atas yang mengandung
polusi seperti asap, debu, dan korosi (karat). Apabila hujan tersebut mengenai
besi, maka akan mengalami karatan dan bila mengenai manusia maka akan
menimbulkan penyakit kulit serta pernapasan dan bila terkena tumbuhan
maka akan mengecilkan tumbuhan dan menurunkan produktivitas tumbuhan
tersebut.

•Terjadinya penipisan lapisan ozon. Dikarenakan pemakaian gas CFO (Carbon


Fluoro Oksida), freon, foam, barang busa serta plastik. Lapisan ozon adalah lapisan
atmosfir bumi yang melindungi bumi dari sinar ultraviolet yang berbahaya jika
terkena langsung pada makhluk hidup di muka bumi. Lapisan ozon menjadi
penyaring sinar ultraviolet tersebut. Karena itu, jika terjadi penipisan lapisan ozon
maka hal itu akan membahayakan mahkluk hidup di muka bumi. Penipisan ozon
juga berarti akan mengakibatkan kenaikan suhu bumi sehingga secara langsung
maupun tidak akan berdampak pada mencairnya gunung es di kedua kutub bumi.
Dan efek berikutnya adalah meningginya permukaan air laut dari waktu ke waktu.
Permukaan air laut yang semakin naik tentu tentu dapat menenggelamkan kota-
kota yang berada di daerah pantai atau dataran rendah atau yang permukaan
tanahnya berada di bawah permukaan laut, seperti negeri Belanda.

Oleh karena itu, kita harus mempunyai kesadaran tinggi untuk merawat, karena kita
dengan alam memiliki relasi yang saling membutuhkan. Jika kita membiarkan kerusakan-
kerusakan terus terjadi maka tentu kita sendiri yang akan merasakan akibatnya. Sudah
banyak bencana terjadi karena kerusakan alam. Sudah ratusan bahkan ribuan nyawa yang
hilang akibat bencana yang terjadi, karena bencana sendiri berawal dari kerusakan alam. Dan
kerusakan alam itu disebabkan oleh manusia.
Alam adalah ciptaan Tuhan, kita wajib menjaga serta merawatnya, karena jika bukan
kita maka siapa lagi yang akan merawat serta menjaga kelestariannya. Manusia adalah
rekan sekerja Allah dalam merawat bumi, alam ciptaan dan segala isi di dalamnya. Alam
sangat banyak memberikan keuntungan untuk kita, mulai dari udara segar, tumbuhan, dan
kebutuhan manusia lainnya.
Banyak pemerintah di berbagai negara mencanangkan program penghijauan kembali
bumi sebagai wujud pertanggungjawaban merawat bumi. Kita pun bisa memulai dengan hal-
hal kecil, yaitu tidak membuang sampah sembarangan, menanam pepohonan, mengurangi
pemakaian alat-alat yang menggunakan CFO, tidak melakukan perburuan liar, melakukan
penghematan kertas, dan menggunakan kertas daur ulang, dan mengurangi penggunaan
plastik.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 107  


Ada beberapa hal praktis yang mungkin dilakukan manusia masa kini sebagai wujud
mencintai alam lingkungan hidup ini:

1. Menggunakan air dan listrik seperlunya. Dengan demikian, produksi polusi dari
pembangkit listrik tidak semakin mengotori udara.
2. Tidak membuang sampah di saluran air.
3. Menempatkan sampah pada tempatnya.
4. Mengurangi polusi udara.
5. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon.
6. Menggunakan benda yang dapat didaur ulang. Misalnya tidak lagi memakai
kantong plastik ketika belanja ke pasar swalayan dengan membawa tas keranjang
sendiri.
7. Menempatkan barang pada tempatnya.
8. Berhemat dalam menggunakan bahan bakar kendaraan.
9. Membuat serapan air.
10. Menyimpan benda yang mengandung zat kimia pada tempat khusus.
11. Tidak menyimpan barang bekas.
12. Menjaga kelestarian hewan yang sudah hampir punah.

Manusia diciptakan Allah untuk turut bertanggung jawab memelihara lingkungan


hidup. Dengan demikian, manusia harus aktif dalam mengusahakan sikap dan gaya hidup
yang memlihara alam sekitar mulai dari hal-hal kecil hingga hal-hal besar.

D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama siswa mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Ada cerita pengantar yang dapat
dibahas bersama peserta didik. Dalam cerita diangkat kenyataan tentang kotornya pantai
dan laut akibat sampah yang dibuang secara sembarangan oleh manusia. Dengan cerita
itu guru dapat berdiskusi dengan peserta didik tentang fenomena kerusakan alam yang
semakin marak terjadi di muka bumi, yang diakibatkan oleh manusia. Tanyakanlah siapa
yang tanggung jawab atas kerusakan lingkungan dan bagaimana seharusnya manusia
bersikap terhadap lingkungannya.

Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab


Peserta didik mendalami Alkitab dengan mempelajari maksud teks Kejadian 1: 28-31.
Guru menjelaskan maksud pemberian wewenang kepada manusia untuk mengelola alam
ciptaan Tuhan. Wewenang itu dibarengi dengan tanggung jawab dan peserta didik diajak
untuk memikirkan bersama apa yang diinginkan Allah untuk peserta didik lakukan untuk
ikut serta memelihara alam ciptaan Tuhan.

  108 Buku Guru Kelas V SD


Kegiatan 2 – Memahami Makna Mencintai Lingkungan Hidup
Pada bagian ini ajaklah peserta didik membayangkan dunia ini telah rusak, panas,
tumbuhan tidak dapat tumbuh dengan baik lagi, hewan-hewan banyak yang punah, manusia
bertumbuh dengan tubuh yang tidak sehat. Perasaan apa yang ada dalam pikiran mereka.
Ajaklah anak menelusuri penyebab awalnya rusaknya bumi dan kemudian mengajak anak
memahami maksud dan makna mencintai lingkungan hidup. Dengan mencintainya kita tidak
akan sembarangan dan bersikap tidak peduli terhadap alam lingkungan hidup ini.
Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Peran Manusia dan Lingkun-
gan Hidup
Kegiatan 3 merupakan pendalaman materi. Guru menjelaskan tentang relasi dan peran
manusia dan lingkungan. Lingkungan hidup adalah kesatuan ruang dengan semua benda,
daya, keadaan, dan makhluk hidup, termasuk manusia dan perilakunya, yang mempengaruhi
perikehidupan dan kesejahteraan manusia serta makhluk hidup lain. Pada ruang ini
berlangsung ekosistem, yaitu suatu susunan organisme hidup dimana di antara lingkungan
abiotik dan organisme tersebut terjalin interaksi yang harmonis dan stabil, saling memberi
dan menerima kehidupan. Interaksi antara berbagai komponen tersebut ada kalanya bersifat
positif dan tidak jarang pula yang bersifat negatif. Keadaan yang bersifat positif dapat
terjadi apabila terjadi keadaan yang mendorong dan membantu kelancaran berlangsungnya
proses kehidupan lingkungan. Interaksi yang bersifat negatif terjadi apabila proses interaksi
lingkungan yang harmonis terganggu sehingga interaksi berjalan saling merugikan.

Kerusakan lingkungan hidup banyak diakibatkan oleh manusia. Di antaranya kebakaran


hutan, penebangan liar yang mengakibatkan hutan gundul. Majunya teknologi seperti mobil,
pabrik, dan sepeda motor membuat udara tercemar dan lapisan ozon berlubang karena asap
kendaraan. Lapisan ozon yang berlubang membuat sinar matahari langsung ke bumi yang
menyebabkan suhu di bumi naik. Karena suhu di bumi naik es di kutub utara mulai mencair.
Hal tersebut membuat permukaan air laut meningkat. Oleh karena itu, manusia harus segera
menanggulangi kerusakan ini sebelum kerusakan semakin meluas. Selain menanggulangi
manusia harus sadar dan mengintrospeksi diri mereka agar tidak mengulangi kesalahan
yang sama seperti merusak lingkungan.
Kegiatan 4 – Menghayati Pemeliharaan Lingkungan Hidup
Pada bagian ini peserta didik menguji penghayatannya untuk turut serta memelihara
lingkungan hidup. Mintalah peserta didik mendaftarkan kegiatan-kegiatan yang mungkin
mereka lakukan untuk ikut menyayangi lingkungan hidup. Dapat juga meminta mereka
membuat proyek sederhana pemeliharaan lingkungan hidup di sekolah, rumah, atau
Mintalah juga mereka memberi pendapat terhadap aktivitas-aktivitas yang bertanggung
jawab terhadap alam dan yang tidak beranggungjawab terhadap alam. Dengan demikian
mereka dilatih untuk mengutarakan pendapat pribadi mereka. Karena itu, pada bagian ini
guru berperan sebagai rekan diskusi. Pendapat peserta didik diterima dan dipercakapkan
dengan baik tanpa menyatakan salah atau benar, apalagi tanpa penjelasan. Kegiatan lainnya
adalah mintalah peserta didik menulis sebuah puisi atau menuliskan karangan tentang
keadaan alam di daerahnya/tempatnya.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 109  


Kegiatan 5 – Belajar dari Lagu
Peserta didik menyatakan penghayatannya terhadap alam ciptaan Tuhan yang begitu
indah. Allah yang menciptakan semuanya. Guru mengajak peserta didik menghayati tiap
bait lagu lalu menanyakan respons peserta didik dalam memelihara ciptaan Tuhan yang
indah itu.

E. Penilaian

Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada bagian pengantar,
pemahaman makna, tugas 1 dan 2 (mengisi tabel) dan tugas 3 membuat puisi dan karangan.
Penilaian tidak dilakukan dalam bagian yang khusus namun berlangsung sepanjang proses
belajar.

F. Berdoa

Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.

  110 Buku Guru Kelas V SD


Daftar Pustaka
Alice Saputra. 1995. Communications. Buku International: cerita-cerita Alitab untuk Anak-
anak (Diilutrasikan oleh Anak-anak di Seluruh Dunia). Judul Asli: International
Children’s Story Bible. Alih bahasa: Dra. Connie Item Corputty. Editor: Dr. Lyndon
Saputra. Bogor: Alice Saputra Communications.

Arichea, Daniel C. Dan Howard A. Hatton. 2004. Surat-surat kepada Tomotius dan kepada
Titus. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia dan Yayasan Karunia Bakti Budaya
Indonesia.

Barclay, William. 2004. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat-surat Galatia & Efesus.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.

____________. 2005. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Lukas. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

____________. 2006. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat 1 dan 2 Timotius, Titus,
Filemon. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

____________. 2007. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Kitab Kisah Para Rasul. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2007.

Barth-Frommel, Marie-Claire & Pareira, B.A. (2013). Tafsiran Alkitab: Kitab Mazmur 73-150.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Barth-Frommel, Marie-Claire. (2011). Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 40-55. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.

Baxter, J.Sidlow. (1997). Menggali Isi Alkitab: Kejadian sampai dengan Ester. Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF.

Baxter, J.Sidlow. (1993). Menggali Isi Alkitab: Ayub sampai dengan Maleakhi. Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF.

Boland, B.J. dan Naipospos, P.S. (2011). Tafsiran Alkitab: Injil Lukas. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

Boland, B.J. 1996. Tafsiran Alkitab: Kitab Injil Lukas. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Browning, W.R.F. (2013). Kamus Alkitab: Panduan Dasar ke dalam Kitab-kitab, Tema,
Tempat, Tokoh, dan Istilah Alkitabiah. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Budiman, R. 1993. Surat-surat Pastoral: I,II Tomotius dan Titus. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 111  


Day, Terry Jean dan Baker Book House. (2012). Kisah Tokoh-tokoh Unik dalam Alkitab. Seri
Ensiklopedi Anak, penerjemah Inge Kriswanda.

de Graaf, Anne de. (1997) Kitab Suci untuk Anak-anak. Diolah dari buku The Children’s Bible.
Yogyakarta: Kanisius.

de Vries, Anne de. (2009) Cerita-cerita Alkitab Perjanjian Baru, pen. Ny. J. Siahaan-Nababan
dan A. Simanjuntak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

De Heer, J.J. (2013) Tafsiran Alkitab: Injil Matius Pasal 1-22. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Graaf, Anne de. 1997. Kitab Suci untuk Anak-anak. Diolah dari buku The Children’s Bible.
Yogyakarta: Kanisius.

Haidle, Helen. 2012. Ayo Temukan Janji-janji Allah Bagimu! Bersama Teman-temanmu dari
Berbagai Belahan Dunia. Judul Asli: Field Guide to Bible Promises. Penerjemah: Arry
Putro Kristyanto. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih. (edisi 1).

Hollingworth, Mary. (1995) Buku Internasional: cerita Cerita-cerita Alkitab untuk Anak-
anak, pen.: Connie Item Corputty. Bogor: Alice Saputra Communications.

Jahsmann, Allan Hart & Simon, Martin P.1986. Kita Bisa Selalu Senang: Sejenak Bersama
Tuhan: Kumpulan Renugan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Jahsmann, Allan Hart & Simon, Martin P. 1999. Tuhan di Pihak Kita: SejenakBersama Tuhan:
Kumpulan Renungan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Kramer, A.Th. 2012. Tafsiran Alkitab: Kitab Yunus. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Kriswanda, Inge. 2012. (penerjemah). Kisah Tokoh-tokoh Unik dalam Alkitab. Seri
Ensiklopedi Anak. Judul Asli: The Baker Book of Bible People for Kids. Penerbit: The
Living Stones Corporation Daryl J. Lucas & Terry Jean Day. (cetakan pertama).

LAI. 2008. Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

LAI. 2012. Alkitab Edisi Studi. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.

Pfitzner, V.C. 1999. Kekuatan dalam Kelemahan: Tafsiran atas Surat 2 Korintus. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

Scheunemann, Rainer. 2006. Tafsiran Alkitab: Surat Paulus kepada Filemon. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.

Schoolland, Marian M. 2011. Alkitab Bercerita kepada Anak-anak (Judul Asli: Marian’s
Big Book of Bible Stories). Penerjemah: Liberty P. Sihombing, M.A. Cetakan kedua: .
Penerbit: PT. Suara Harapan Bangsa.

  112 Buku Guru Kelas V SD


Siahaan, S.M. dan Paterson, Robert M. (2012) Tafsiran Alkitab: Kitab Daniel, Latar Belakang,
Tafsiran, dan Pesan. Jakarta: BPK Gunung Mulia.

Siswanto, Igrea. Januari 2088. Mengajar Sekolah Minggu dengan Kreasi Alat Permainan dan
Peraga. Jakarta: Metanoia. (cetakan kedua).

tanpa penulis. 2007. Buku Pintar 1: Sekolah Minggu. Malang: Gandum Mas. (cetakan kelima).

tanpa penulis,2008. Buku Pintar 2: Sekolah Minggu. Malang: Gandum Mas. (cetakan ketiga).

tanpa nama, (1991) Life Application Bible: New International Version. Wheaton, Illinois &
Grand Rapids, Michigan: Tyndale House Publishers & Zondervan Publishing House.

Vries, Anne de. 2009. Cerita-cerita Alkitab Perjanjian Baru. Judul Asli: Groot Vertelboek.
Diterjemahkan oleh: Ny. J. Siahaan-Nababan dan A. Simanjuntak. Jakarta: BPK
Gunung Mulia. (Cet. 1).

Vries, Anne de. 2010. Cerita-cerita Alkitab Perjanjian Lama. Judul Asli: Groot Vertelboek.
Diterjemahkan oleh: Ny. J. Siahaan-Nababan dan A. Simanjuntak. Jakarta: BPK
Gunung Mulia. (Cet. 2).

Widyapranawa, S.H. (2012). Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 1-39. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.

Yamuger. Kidung Ceria. Jakarta: Yamuger, 2009. (cetakan ke-22).

Bahan yang diunduh dari internet:


1.Http://www.cahayapengharapan.org/khotbah/pengenalan_injil/texts/sekilas_tentang_dosa.
htm, (diunduh tanggal 29 Oktober 2013).
2.Http://kisahkisah.com/5589/kisah-seorang-penyelamat-anak/ (diunduh tanggal 23
Oktober 2013).
3.Http://www.sabda.org/publikasi/e-binaanak/344 (diunduh 29 Oktober 2013).
4.http://id.wikipedia.org/wiki/Perumpamaan_anak_yang_hilang (diakses pada tanggal 8-8-
2013).
5.http://alkitab.sabda.org/commentary.php?passage=Luk%2015:11-32 (diakses pada tanggal
14-8-2013).
6.http://id.wikipedia.org/wiki/Dosa_(Kristen) (diakses pada tanggal 3-12-2013).

Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 113  


Lampiran Lagu- Lagu

Pelajaran 1 Pelajaran 2

Pelajaran 5 Pelajaran 6

  114 Buku Guru Kelas V SD

Diunduh dari BSE.Mahoni.com

Anda mungkin juga menyukai