Kelas 05 SD Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti Guru PDF
Kelas 05 SD Pendidikan Agama Kristen Dan Budi Pekerti Guru PDF
Dilindungi Undang-Undang
MILIK NEGARA
TIDAK DIPERDAGANGKAN
Disklaimer : Buku ini merupakan Buku Guru yang dipersiapkan Pemerintah dalam rangka
implementasi Kurikulum 2013. Buku Guru ini disusun dan ditelaah oleh berbgai pihak di
bawah koordinasi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan , dan dipergunakan dalam
tahap awal penerapan Kurikulum 2013. Buku ini merupakan “dokumen hidup” yang
senantiasa diperbaiki, diperbarui, dan dimutakhirkan sesuai dengan dinamika kebutuhan
dan perubahan zaman. Masukan dari berbagai kalangan diharapkan dapat meninggalkan
kualitas buku ini.
Untuk SD Kelas 5
ISBN 978-602-282-041-3 (jilid lengkap)
ISBN 978-602-282-046-8 (jilid 5)
268
Mohammad Nuh
Daftar Isi
Kata pengantar
Daftar Isi
B. Tujuan
Buku panduan ini digunakan Guru sebagai acuan dalam penyelenggaraan proses
pembelajaran dan penilaian Pendidikan Agama Kristen (PAK) di kelas, secara khusus untuk:
C. Ruang Lingkup
Buku panduan ini diharapkan dapat digunakan oleh guru dalam melaksanakan proses
pembelajaran yang mengacu pada buku peserta didik SD Kelas V. Selain itu buku panduan
ini dapat memberi wawasan bagi guru tentang prinsip pengembangan kurikulum, kurikulum
2013, fungsi dan tujuan PAK, cara pembelajaran dan penilaian PAK serta penjelasan kegiatan
guru pada setiap bab yang ada pada buku peserta didik.
Prinsip-prinsip Umum
Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum. Pertama, prinsip
relevansi. Ada dua macam relevansi yang harus dimiliki kurikulum, yaitu relevansi ke luar dan
B. Kompetensi Inti
Kompetensi Inti merupakan terjemahan atau operasionalisasi Standar Kompetensi Lulusan
(SKL) dalam bentuk kualitas yang harus dimiliki oleh mereka yang telah menyelesaikan
pendidikan pada satuan pendidikan tertentu atau jenjang pendidikan tertentu, gambaran
mengenai kompetensi utama yang dikelompokkan ke dalam aspek sikap, pengetahuan, dan
keterampilan (afektif, kognitif, dan psikomotorik) yang harus dipelajari peserta didik untuk
suatu jenjang sekolah, kelas, dan mata pelajaran. Kompetensi Inti harus menggambarkan
kualitas yang seimbang antara pencapaian hard skills dan soft skills.
C. Kompetensi Dasar
Kompetensi Dasar merupakan kompetensi setiap mata pelajaran untuk setiap kelas yang
diturunkan dari Kompetensi Inti. Kompetensi Dasar adalah konten atau kompetensi yang
terdiri atas sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang bersumber pada kompetensi inti yang
harus dikuasai peserta didik. Kompetensi tersebut dikembangkan dengan memperhatikan
karakteristik peserta didik, kemampuan awal, serta ciri suatu mata pelajaran. Mata pelajaran
sebagai sumber dari konten untuk menguasai kompetensi bersifat terbuka dan tidak selalu
diorganisasikan berdasarkan disiplin ilmu yang sangat berorientasi hanya pada filosofi
A. Hakikat PAK
Hakikat PAK seperti yang tercantum dalam hasil Lokakarya Strategi PAK di Indonesia
tahun 1999 adalah: Usaha yang dilakukan secara terencana dan berkelanjutan dalam rangka
mengembangkan kemampuan peserta didik agar dengan pertolongan Roh Kudus dapat
memahami dan menghayati kasih Tuhan Allah di dalam Yesus Kristus yang dinyatakan
dalam kehidupan sehari-hari, terhadap sesama dan lingkungan hidupnya. Dengan demikian,
setiap orang yang terlibat dalam proses pembelajaran PAK memiliki keterpanggilan untuk
mewujudkan tanda-tanda Kerajaan Allah dalam kehidupan pribadi maupun sebagai bagian
dari komunitas.
Pada dasarnya fungsi PAK dimaksudkan untuk menyampaikan Injil atau Kabar Baik, yang
disajikan dalam dua aspek, yaitu aspek Allah Tritunggal dan Karya-Nya, dan aspek Nilai-
nilai Kristiani. Secara holistik, pengembangan Kompetensi Inti dan Kompetensi Dasar PAK
pada Pendidikan Dasar dan Menengah mengacu pada dogma tentang Allah dan karya-Nya.
Pemahaman terhadap Allah dan karya-Nya harus tampak dalam nilai-nilai Kristiani yang
dapat dilihat dalam kehidupan keseharian peserta didik. Inilah dua aspek yang ada dalam
seluruh materi pembelajaran PAK dari SD sampai SMA/SMK.
C. Landasan Teologis
PAK telah ada sejak pembentukan umat Allah yang dimulai dengan panggilan terhadap
Abraham. Hal ini berlanjut dalam lingkungan dua belas suku Israel sampai dengan zaman
Perjanjian Baru. Sinagoge atau rumah ibadah orang Yahudi bukan hanya menjadi tempat
ibadah melainkan menjadi pusat kegiatan pendidikan bagi anak-anak dan keluarga orang
Yahudi. Beberapa nas berikut ini dipilih untuk mendukungnya, yaitu:
Sejarah perjalanan agama Kristen turut dipengaruhi oleh peran PAK. Lembaga gereja,
lembaga keluarga dan sekolah secara bersama-sama bertanggung jawab dalam tugas
mengajar dan mendidik anak-anak, remaja, dan kaum muda untuk mengenal Allah Pencipta,
Penyelamat, Pembaru, dan mewujudkan ajaran itu dalam kehidupan sehari-hari.
C. Pembelajaran PAK
Ada dua model pendekatan pembelajaran, yaitu model pendekatan yang berpusat pada
Guru dan pendekatan yang berpusat pada peserta didik.
Kedua model pendekatan pembelajaran tersebut di atas adalah pendekatan yang dapat
dipelajari oleh guru PAK, khususnya model pembelajaran yang berpusat pada peserta didik
untuk diterapkan dalam proses belajar-mengajar di sekolah. Sebagaimana kita ketahui bahwa
kekhasan PAK membuat PAK berbeda dengan mata pelajaran lain, yaitu PAK menjadi sarana
atau media dalam membantu peserta didik berjumpa dengan Allah di mana pertemuan itu
bersifat personal, sekaligus nampak dalam sikap hidup sehari-hari yang dapat disaksikan serta
dapat dirasakan oleh orang lain, baik guru, teman, keluarga maupun masyarakat.
Dengan demikian, pendekatan pembelajaran PAK bersifat berpusat pada peserta didik,
yang memanusiakan manusia, demokratis, menghargai peserta didik sebagai subyek dalam
pembelajaran, menghargai keanekaragaman peserta didik, memberi tempat bagi peranan Roh
Kudus. Dalam proses seperti ini, kebutuhan peserta didik merupakan kebutuhan utama yang
harus terakomodir dalam proses pembelajaran.
Proses Pembelajaran PAK adalah proses pembelajaran yang mengupayakan peserta
didik mengalami pembelajaran melalui aktivitas-aktivitas kreatif yang difasilitasi oleh Guru.
Penjabaran kompetensi dalam pembelajaran PAK dirancang sedemikian rupa sehingga proses
dan hasil pembelajaran PAK memiliki bentuk-bentuk karya, unjuk kerja dan perilaku atau
sikap yang merupakan bentuk-bentuk kegiatan belajar yang dapat diukur melalui penilaian
sesuai kriteria pencapaian.
E. Penilaian PAK
Penilaian merupakan suatu kegiatan yang terkait dengan pengambilan keputusan tentang
pencapaian kompetensi atau hasil belajar siswa yang mengikuti proses pembelajaran tertentu.
Cakupan penilaian meliputi aspek pengetahuan, pemahaman, keterampilan, dan sikap. Dalam
Kurikulum 2013, tiga aspek cakupan penilaian dirumuskan dan dipilah secara eksplisit, baik
pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL), Kompetensi Inti (KI), maupun Kompetensi Dasar
(KD). SKL telah dirumuskan menurut aspek sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Untuk
setiap materi pokok tertentu terdapat rumusan KD untuk setiap aspek KI. Jadi, untuk suatu
materi pokok tertentu, muncul 4 KD sebagai berikut:
1.Proses penilaian harus merupakan bagian yang tak terpisahkan dari proses
pembelajaran, bukan bagian terpisah dari proses pembelajaran.
2.Penilaian harus mencerminkan masalah dunia nyata, bukan masalah dunia sekolah.
3.Penilaian harus menggunakan berbagai ukuran, metoda dan kriteria yang sesuai
dengan karakteristik dan esensi pengalaman belajar.
4.Penilaian harus bersifat holistik yang mencakup semua aspek dari tujuan
pembelajaran (sikap, ketermpilan, dan pengetahuan).
Penilaian dapat dilakukan melalui metode tes maupun non-tes. Metode tes dipilih bila
respons yang dikumpulkan dapat dikategorikan benar atau salah (KD-KD pada KI III dan KI
IV). Bila respons yang dikumpulkan tidak dapat dikategorikan benar atau salah digunakan
metode non-tes (Kompetensi Dasar pada KI I dan II).
Untuk mengamati unjuk kerja peserta didik dapat menggunakan alat atau instrument
berikut ini:
1. Daftar Cek
Daftar cek bertujuan untuk siswa mendapat nilai bila kriteria penguasaan kompetensi
tertentu dapat diamati oleh penilai. Jika tidak dapat diamati, siswa tidak memperoleh nilai.
Kelemahan cara ini adalah penilai hanya mempunyai dua pilihan mutlak, misalnya benar-
salah, dapat diamati-tidak dapat diamati, baik-tidak baik. Dengan demikian tidak terdapat
nilai tengah, namun daftar cek lebih praktis digunakan mengamati subjek dalam jumlah besar.
3. Penilaian Sikap
Metode nontes digunakan untuk menilai sikap, minat, atau motivasi. Metode nontes
umumnya digunakan untuk mengukur ranah afektif (Kompetensi pada KI I dan KI II).
Metode nontes lazimnya menggunakan instrumen angket, kuisioner, penilaian diri, penilaian
rekan sejawat, dan lain-lain. Hasil penilaian ini tidak dapat diinterpretasi ke dalam kategori
benar atau salah, namun untuk mendapatkan deskripsi tentang profil sikap siswa.
Sikap bermula dari perasaan (suka atau tidak suka) yang terkait dengan kecenderungan
seseorang dalam merespons sesuatu/objek. Sikap juga sebagai ekspresi dari nilai-nilai atau
pandangan hidup yang dimiliki oleh seseorang. Sikap terdiri dari tiga komponen, yakni:
afektif, kognitif, dan konatif/perilaku. Komponen afektif adalah perasaan yang dimiliki oleh
seseorang atau penilaiannya terhadap sesuatu objek. Komponen kognitif adalah kepercayaan
atau keyakinan seseorang mengenai objek. Adapun komponen konatif adalah kecenderungan
untuk berperilaku atau berbuat dengan cara-cara tertentu berkenaan dengan kehadiran objek
sikap.
Secara umum, objek sikap yang perlu dinilai dalam proses pembelajaran adalah:
1.Sikap terhadap materi pelajaran.
2.Sikap terhadap guru atau pengajar.
3.Sikap terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu memiliki sikap positif
terhadap proses pembelajaran yang berlangsung.
4.Sikap berkaitan dengan nilai atau norma yang berhubungan dengan suatu materi
pelajaran.
Penilaian sikap dapat dilakukan dengan beberapa cara atau teknik. Teknik-teknik tersebut
antara lain: observasi perilaku, pertanyaan langsung, dan laporan pribadi. Teknik-teknik
tersebut secara ringkas dapat diuraikan sebagai berikut.
Observasi Perilaku
Perilaku seseorang pada umumnya menunjukkan kecenderungan seseorang dalam
sesuatu hal. Guru dapat melakukan observasi terhadap siswanya. Hasil observasi dapat
dijadikan sebagai umpan balik dalam pembinaan. Observasi perilaku di sekolah
dapat dilakukan dengan menggunakan buku catatan khusus tentang kejadian-kejadian
berkaitan dengan siswa selama di sekolah.
Pertanyaan Langsung
Guru juga dapat menanyakan secara langsung tentang sikap siswa berkaitan
dengan sesuatu hal. Misalnya, bagaimana tanggapan siswa tentang kebijakan yang
baru diberlakukan di sekolah mengenai “Peningkatan Ketertiban”. Berdasarkan
Laporan Pribadi
Teknik ini meminta siswa membuat ulasan yang berisi pandangan atau tanggapannya
tentang seseorang, suatu masalah, keadaan, atau hal yang menjadi objek sikap. Misalnya,
siswa diminta menulis pandangannya tentang “Orang yang Berpenyakit Kusta”. Dari ulasan
yang dibuat siswa dapat dibaca dan dipahami kecenderungan sikap yang dimilikinya.
Dst.
Keterangan:
Kolom kejadian diisi dengan kejadian positif maupun negatif. Catatan dalam lembaran
buku tersebut, selain bermanfaat untuk merekam dan menilai perilaku siswa sangat bermanfaat
pula untuk menilai sikap siswa serta dapat menjadi bahan dalam penilaian perkembangan
siswa secara keseluruhan. Selain itu, dalam observasi perilaku dapat juga digunakan daftar cek
yang memuat perilaku-perilaku tertentu yang diharapkan muncul dari siswa pada umumnya
atau dalam keadaan tertentu.
No SIKAP
Tenggang rasa
Menepati janji
Ramah dengan
Hormat pada
Keterbukaan
Kedisiplinan
Kepedulian
Ketekunan
Ketrajinan
Kerjasama
orang tua
Tanggung
Kejujuran
belajar
teman
Jawab
NAMA
Keterangan:
Skala penilaian sikap dibuat dengan rentang antara 1 sampai dengan 5.
1= sangat kurang; 2 = kurang; 3 = cukup; 4 = baik dan 5 = amat baik.
4. Penilaian Tertulis
Penilaian secara tertulis dilakukan dengan tes tertulis. Tes Tertulis merupakan tes di mana
soal dan jawaban yang diberikan kepada peserta didik dalam bentuk tulisan. Dalam menjawab
soal peserta didik tidak selalu merespons dalam bentuk menulis jawaban tetapi dapat juga
dalam bentuk yang lain seperti memberi tanda, mewarnai, menggambar dan lain sebagainya.
2. _______________________________________________________
_______________________________________________________
Cara Penskoran:
Skor diberikan kepada peserta didik tergantung dari ketepatan dan kelengkapan jawaban
yang diberikan atau ditetapkan guru. Semakin lengkap dan tepat jawabannya, semakin tinggi
perolehan skor.
5. Penilaian Proyek
Penilaian proyek merupakan kegiatan penilaian terhadap suatu tugas yang harus
diselesaikan dalam periode atau waktu tertentu. Tugas tersebut berupa suatu investigasi
sejak dari perencanaan, pengumpulan data, pengorganisasian, pengolahan dan penyajian
data. Penilaian proyek dapat digunakan untuk mengetahui pemahaman, kemampuan
mengaplikasikan, kemampuan penyelidikan dan kemampuan menginformasikan siswa pada
mata pelajaran tertentu secara jelas. Pada penilaian proyek setidaknya ada 3 hal yang perlu
dipertimbangkan yaitu:
6. Penilaian Produk
Penilaian produk adalah penilaian terhadap proses pembuatan dan kualitas suatu produk.
Penilaian produk meliputi penilaian kemampuan siswa membuat produk-produk teknologi
dan seni, seperti: makanan, pakaian, hasil karya seni (patung, lukisan, gambar), barang-
barang terbuat dari kertas, kayu, keramik, plastik, dan logam. Pengembangan produk meliputi
3 (tiga) tahap dan setiap tahap perlu diadakan penilaian yaitu:
a.Tahap persiapan, meliputi: penilaian kemampuan siswa dan merencanakan, menggali,
dan mengembangkan gagasan, dan mendesain produk.
b.Tahap pembuatan produk (proses), meliputi: penilaian kemampuan siswa dalam
menyeleksi dan menggunakan bahan, alat, dan teknik.
c.Tahap penilaian produk, meliputi: penilaian produk yang dihasilkan siswa sesuai
kriteria yang ditetapkan.
7. Penilaian Portofolio
Penilaian portofolio merupakan penilaian berkelanjutan yang didasarkan pada kumpulan
informasi yang menunjukkan perkembangan kemampuan siswa dalam satu periode tertentu.
Informasi tersebut dapat berupa karya siswa dari proses pembelajaran yang dianggap terbaik
oleh siswa.
Penilaian portofolio pada dasarnya menilai karya-karya siswa secara individu pada satu
periode untuk suatu mata pelajaran. Akhir suatu periode hasil karya tersebut dikumpulkan
dan dinilai oleh guru dan siswa. Berdasarkan informasi perkembangan tersebut, guru dan
siswa sendiri dapat menilai perkembangan kemampuan siswa dan terus melakukan perbaikan.
Dengan demikian, portofolio dapat memperlihatkan perkembangan kemajuan belajar siswa
melalui karyanya, antara lain: karangan, puisi, surat, komposisi, musik.
Bila perlu, jadwalkan pertemuan untuk membahas portofolio. Jika perlu, undang orang
tua siswa dan diberi penjelasan tentang maksud serta tujuan portofolio, sehingga orangtua
dapat membantu dan memotivasi anaknya.
G. Judul Buku
Judul Buku pelajaran Pendidikan Agama Kristen SD kelas V adalah “Allah Penyelamatku”,
artinya Allah yang berpedan dalam proses penyelamatan manusia dari kuasa dosa, menjadi
manusia baru yang memiliki cara hidup baru yang berkenan di hadapan Allah. Judul ini mau
mengatakan bahwa Allah berkuasa atas manusia yang dikasihi-Nya dan karena itu Ia tidak
akan pernah meninggalkan manusia ciptaan-Nya.
Pendidikan Agama Kristen dan Budi Pekerti 21
Catatan: Adapun KD yang saling berhubungan adalah sebagai berikut:
1.KD nomor 1.1; 2,1; 3.1; 4.1
2.KD nomor 1.2; 2.2; 3.2; 4.2
3.KD nomor 1.3; 2.3; 3.3 ; 4.3
4.KD nomor 1.4: 2.4; 3.4; 4.4
Pada tiap pembelajaran, yang diukur adalah ketercapaian Kompetensi Dasar (KD) oleh
karena itu hendaknya guru fokus pada KD. KD ini merupakan dogma atau ajaran Iman
Kristen yang amat penting dan menjadi dasar pengetahuan tentang kemahakuasaan Allah
dan keterbatasan manusia.
Kompetensi Inti:
KI 1:
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air.
KI 3:
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
KI 4:
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logi dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
Kompetensi Dasar:
Indikator:
Pertama-tama ada tiga hal yang harus dimengerti guru ketika menjelaskan mengenai
topik manusia jatuh dalam dosa, yaitu: 1) pencobaan manusia, 2) manusia mengalah kepada
cobaan, 3) akibat-akibatnya. Guru harus ingat bahwa mengenai pencobaan (Kej. 3:1-6), Tuhan
mengizinkan hal itu. Tuhan tidak melarangnya. Untuk mendidik manusia mengatasi dosa,
tidak ada jalan lain, kecuali manusia dihadapkan kepada pilihan: ikut jalan Allah atau iblis.
Dalam kejadian 3, kita dapat melihat bagaimana tahap-tahap pencobaan itu. Mula-
mula iblis hanya bertanya tentang Firman Allah (3:1); kemudian dibantah nyata-nyata
(3:4); akhirnya apabila manusia yang dicobai itu mau terus mendengarkan, maka iblis pun
melanjutkan dengan memburuk-burukkan maksud baik Allah (3:5).
Akibat cobaan yang dilontarkan iblis, manusia mengalah kepada cobaan (baca ayat 3).
Bagaimana cara iblis mempengaruhi manusia? Mula-mula iblis mempengaruhi telinga
manusia dan membiarkan telinganya mendengarkan perkataan pencoba, lalu membiarkan
mata manusia menikmati benda yang ditunjukkan oleh pencoba, kemudian membiarkan
keinginan hati manusia menguasai diri manusia. Ayat 6 menyaksikan bahwa “Perempuan
itu melihat, bahwa buah pohon itu baik untuk dimakan’; “dan sedap kelihatannya”; “lagi pula
pohon itu menarik hati karena memberi pengertian”.
Pada dasarnya pencobaan pertama di taman Eden sama dengan ribuan pencobaan lainnya
yang sering menjatuhkan manusia ke dalam dosa. Allah sudah berusaha supaya Adam dan
Hawa dapat mengalahkan pencobaan dengan mudah. Allah sudah memperingatinya dengan
sangat jelas (lihat Kej. 3:3), tapi mereka tidak taat kepada Allah, dan lebih memilih taat kepada
iblis.
Akibat ketidaktaatan Adam dan Hawa, hubungan mereka dengan Tuhan menjadi rusak.
Akibat lainnya, mata mereka ‘terbuka’, dan keduanya tahu bahwa mereka telanjang. Hati
mereka kehilangan kemurnian, dan mereka mulai memiliki perasaan malu (ayat 7).
Tidak hanya itu, akibat ketidaktaatan Adam dan Hawa, juga lahir perasaan takut. Mereka
berusaha menyembunyikan diri dari Allah karena takut (ayat 10). Sekalipun dosa mereka
terbentang di hadapan Allah, mereka tidak menunjukkan penyesalan yang sungguh.
C. Uraian Materi
Pelajaran pertama di kelas 5 ini bertujuan agar peserta didik memahami bahwa sikap
manusia yang memberontak kepada Allah merupakan awal dari kejatuhan manusia
dalam dosa. Dosa adalah ketidaktaatan manusia kepada Allah yang diungkapkan melalui
pemberontakan dan pelanggaran manusia. Menurut rasul Yohanes, dosa adalah pelanggaran
terhadap hukum Allah (1 Yohanes 3:4). Dengan kata lain dosa adalah sikap yang tidak mau
tunduk kepada Allah dan tidak mau berkelakuan sebagaimana Allah inginkan. Akibat dari
dosa adalah hubungan manusia dengan Allah menjadi rusak, namun Allah tetap mengasihi
manusia. Allah berprakarsa untuk mendamaikan diri-Nya dengan manusia, dengan mengutus
anak-Nya, Yesus Kristus. Manusia diperdamaikan dengan Allah melalui diri Yesus Kristus
yang mati di kayu salib untuk menebus dosa manusia.
Dalam menyampaikan materi tentang kejatuhan manusia dalam dosa, guru harus hati-
hati dalam memberikan jawaban jika ada peserta didik yang bertanya tentang siapakah yang
menyebabkan manusia berdosa pertama kali. Guru harus memberi jawaban teologis yang tepat
atas pertanyaan peserta didik tersebut. Hindari jawaban yang bias gender atau jawaban yang
keliru dan menyimpang. Jelaskan kepada peserta didik, bahwa yang menyebabkan manusia
berdosa pertama kali adalah laki-laki maupun perempuan. Bukan hanya Hawa (perempuan),
tetapi dua-duanya, yaitu Adam dan Hawa. Pemahaman yang mengatakan bahwa dosa pertama
disebabkan oleh perempuan, adalah pemahaman yang keliru; dan harus diluruskan oleh guru
kepada peserta didik.
Allah membuat manusia seperti diri-Nya agar manusia mengasihi, dan mengerjakan
yang baik dan benar namun Adam, bapak dari semua manusia, jatuh dalam dosa karena
tidak menaati Allah. Dan semua anak Adam, cucu Adam serta semua keturunan Adam yang
D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama peserta didik mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa
dan bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Pengantar pelajaran ini akan
diawali dengan guru menanyakan apakah semua orang berdosa dan mengapa manusia jatuh
dalam dosa? Tujuan pengantar ini untuk menggali pemahaman peserta didik mengenai awal
kejatuhan manusia dalam dosa.
E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (mengisi tabel) dan Kegiatan 5 (menulis makna lagu
yang dinyanyikan). Penilaian tidak dilakukan dalam bagian yang khusus namun berlangsung
sepanjang proses belajar.
F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.
Kompetensi Inti:
KI 1:
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya
KI 2:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air
KI 3:
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
KI 4:
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia
Kompetensi Dasar:
1.1 Menerima bahwa manusia berdosa sehingga perlu bertobat
2.1 Menunjukkan sikap menolak cara hidup manusia berdosa
3.1 Menjelaskan bahwa manusia berdosa sehingga perlu bertobat
4.1 Mencontohkan perubahan cara hidup sebagai manusia berdosa yang sudah
bertobat
Indikator:
1. Menjelaskan arti dosa
2. Memahami dan menyebutkan dampak dosa
3. Mengakui keadaan manusia yang berdosa dan menyatakannya dengan membuat
doa pengakuan dosa
4. Menyatakan tekad untuk tidak berbuat dosa dengan menyanyikan lagu rohani dan
menuliskan makna lagu tersebut
Pelajaran sebelumnya telah mengantar peserta didik pada pemahaman mengapa manusia
berdosa, yang didasarkan pada Kejadian 3. Pelajaran 2 ini, merupakan lanjutan pembahasan
pelajaran sebelumnya yaitu hendak mengajarkan dampak dosa. Topik ini penting diajarkan
agar peserta didik mengerti apa itu dosa dan dampak dosa sehingga peserta didik dapat hidup
terhindar dari dosa.
Guru akan ditolong untuk menjelaskan pelajaran ini menggunakan bahan Alkitab dari
Kitab Kejadian 4:1-16. Gambaran kehidupan kisah Kain dan Habel menjadi penting diangkat
karena peserta didik dapat belajar langsung dari cerita Alkitab yang memperlihatkan dosa
yang dibuat oleh Kain dan dampaknya.
Pelajaran 2 ini menceritakan tentang anak-anak Adam dan Hawa. Sesudah Adam dan
Hawa diusir oleh Allah dari Taman Eden, Hawa melahirkan seorang anak laki-laki, yang
dinamai Kain. Kemudian Hawa melahirkan lagi seorang anak laki-laki dan mereka menamai
bayi itu Habel.
Ketika Adam dan Hawa diciptakan Allah, mereka sempurna dan belum berbuat kesalahan.
Mereka suci, murni dan tidak berdosa. Lalu Adam dan Hawa berdosa karena mereka tidak
taat pada perintah Allah. Adam dan Hawa menentang perintah Allah. Ketika Kain dan Habel
dilahirkan mereka sudah mempunyai sifat perseteruan (permusuhan) dengan Allah oleh
karena hubungan yang ada antara Allah dengan Adam dan Hawa telah menjadi rusak. Kain
dan Habel dilahirkan di luar Taman Eden.
Ketika Habel dan Kain tumbuh menjadi dewasa, Kain menjadi seorang petani dan Habel
menjadi seorang gembala. Adam dan Hawa mengajar Kain dan Habel berbakti kepada
Allah, salah satu caranya adalah dengan mempersembahkan korban kepada Allah. Habel
mempersembahkan seekor domba kepada Allah dan Kain mempersembahkan hasil dari
cocok tanamnya. Allah menerima persembahan Habel namun tidak menerima persembahan
dari Kain. Lalu Kain marah sekali. Kemudian berfirmanlah Allah kepada Kain, “Mengapa
engkau marah? Mengapa mukamu geram? Apakah mukamu tidak akan berseri, jika engkau
berbuat baik?” (ayat 6 & 7).
Kain membunuh adiknya. Kain marah kepada Habel sebab Kain iri hati. Kain juga marah
kepada Allah. Allah sudah menegur Kain atas kemarahannya. Allah mengharap Kain akan
berubah. Kain tidak memperhatikan kata-kata Allah. Mengapa Kain marah? Kain marah
karena Allah senang dengan persembahan Habel. Kain iri terhadap Habel.
Allah bertanya kepada Kain mengenai Habel, dan Kain menjawab bahwa ia tidak tahu
mengenai adiknya (ayat 9). Allah sudah tahu bahwa Kain telah membunuh adiknya dan Allah
menghukum Kain. Allah mengutuk Kain (ayat 10 & 11). Dan lagi, Allah mengatakan bahwa
tanah yang ditanami Kain tidak akan menghasilkan apa-apa, Kain akan menjadi seorang
pelarian dan pengembara (ayat 12). Hukuman untuk Kain ialah pergi ke tempat yang lain.
1. Allah itu Mahabenar. Allah menerima Habel dan persembahannya (ayat 4).
2. Allah itu Mahatahu. Sebelum Allah bertanya kepada Kain, Allah sudah mengetahui
bahwa Kain telah membunuh Habel (ayat 10).
3. Allah Mahasuci. Allah membenci dosa. Allah menghukum Kain sebab ia sudah berdosa
(ayat 11 & 12).
4. Allah itu Sumber Rahmat. Allah menasihati Kain supaya dia berbuat benar dan
beriman kepada-Nya seperti Habel. Allah tidak mengizinkan seorang pun membunuh
Kain (ayat 15).
C. Uraian Materi
Melalui pelajaran ini, diharapkan guru mampu menjelaskan dengan tepat kepada peserta
didik apa arti dosa dan dampak dari dosa. Dosa adalah tindakan manusia yang melanggar
kehendak Allah atau firman Allah. Hanya Allah yang berhak dan mampu mengampuni dosa
manusia.
Untuk membawa peserta didik kepada pemahaman yang mendalam, guru dapat juga
memberi penjelasan dengan mengajukan beberapa pertanyaan dan uraian. Siapakah yang
menyebabkan kita berdosa? Kita sendiri, sebab sifat jahat yang ada di dalam diri kita. Kepada
siapakah kita berdosa? Kita berdosa terhadap Allah, sebab Dialah pencipta kita. Berikan
contoh, misalnya jika kita mencuri barang teman, atau mencuri uang orang tua kita, kita telah
berdosa terhadap mereka. Kita harus ingat bahwa ketika kita berbuat dosa terhadap teman
atau orang tua, kita juga berdosa terhadap Allah, sama seperti Adam dan Hawa waktu mereka
melanggar peraturan Allah. Ketika kita berdosa dan tidak melakukan yang benar, kita bersalah
dan berdosa terhadap Allah.
Ada berbagai alasan yang melatarbelakangi seseorang berbuat dosa. Dosa tidak hanya
terjadi dengan cara tiba-tiba saja pada kita, tapi awalnya tumbuh sebagai bibit kecil di hati
kita. Misalnya, iri hati, dengki, amarah, serakah, angkuh, keinginan untuk menguasai, dan
sebagainya. Cerita tentang Kain yang membunuh adiknya dilandasi oleh perasaan iri hati
karena Allah menerima persembahan Habel dan tidak berkenan atas persembahan Kain. Kain
menjadi marah kepada Habel sehingga membunuh adiknya itu.
Orang yang membunuh akan mendapat hukuman yang pantas. Setiap orang yang berbuat
dosa akan mendapat ganjarannya. Matius 5:21-22 mengatakan: “Kamu telah mendengar yang
difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus
dihukum. Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus
dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah
Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala.”
Dosa berdampak buruk bagi manusia. Apakah Dampak Dosa? Dosa dapat berdampak
untuk diri sendiri maupun untuk orang lain. Dampak buruk bagi orang lain misalnya, ketika
kita menyakiti hati teman kita dan menimbulkan sakit hati serta siksaan kepadanya, akan
berdampak kepedihan yang berat dan bisa saja menimbulkan siksaan yang berkepanjangan.
Orang tersebut akan terus-menerus berada dalam keadaan sedih. Sekalipun luka hati yang
Guru bersama peserta didik mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Pengantar pelajaran ini akan diawali
dengan guru menanyakan arti dosa menurut pemahaman peserta didik. Tujuan pengantar
ini untuk menggali pemahaman peserta didik mengenai apa itu dosa sehingga memudahkan
guru masuk dalam topik dampak dosa.
E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (menjawab pertanyaan dan membuat doa) dan kegiatan 5
(menulis makna lagu yang dinyanyikan). Evaluasi tidak dilakukan dalam bagian yang khusus
namun berlangsung sepanjang proses belajar.
Kompetensi Inti:
KI 1:
Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air.
KI 3:
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
KI 4:
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
Kompetensi Dasar:
1.2 Menerima dan mensyukuri karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
2.2 Membiasakan cara hidup orang bertobat yang sudah diselamatkan oleh Yesus
Kristus.
3.2 Memahami dan menjelaskan karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
4.2 Mempraktikkan cara hidup sebagai orang yang sudah diselamatkan Allah dengan
mengasihi sesama dan lingkungannya.
Indikator:
1. Menjelaskan mengapa Allah mau mengasihi manusia berdosa.
2. Menyebutkan cara Allah mengasihi dunia.
3. Menghayati makna kasih Allah melalui ucapan syukur yang dinyatakan melalui doa
atau puisi.
4. Menyatakan tekad untuk menanggapi kasih Allah dengan menyanyikan lagu rohani
dan menulis pesan atau makna lagu tersebut.
Pelajaran 3 akan membahas mengenai Allah Mengasihi Dunia dengan menepati janji-
Nya memberikan Anak-Nya, Yesus Kristus. Topik ini penting diajarkan agar peserta didik
mengetahui dan memahami kasih Allah yang sungguh dahsyat dan luar biasa bagi manusia
berdosa. Meskipun manusia telah berdosa di hadapan Allah, namun Allah tetap bermurah
hati untuk menyelamatkan manusia.
Bahan Alkitab yang akan menolong guru mengajarkan pelajaran ini diambil dari beberapa
kitab yang menyatakan janji Allah untuk mengirim seorang Penyelamat bagi manusia.
Bahan Alkitab pendukung tersebut diambil dari Yesaya 9:6; 53:2-5, Daniel 2; 7:14, dan Lukas
2:11. Bahan Alkitab ini penting untuk diketahui peserta didik agar mereka mengetahui
dan memahami bahwa janji Allah mengasihi dunia itu sudah sejak zaman Perjanjian Lama
diberitakan. Allah tetap setia menepati janji-Nya. Semua itu digenapi dalam Perjanjian Baru
melalui anak-Nya, Yesus Kristus.
Allah membuat janji berulang kali kepada para nabi mengenai Juruselamat bahwa
Allah akan mengirimkan keselamatan kepada semua orang. Janji tentang Juruselamat itu
diberitakan juga kepada nabi Yesaya. Yesaya 9:1-6 berisi tentang nubuat mengenai Kelahiran
Raja Damai. Bagian bacaan ini penting sekali dalam rangkaian harapan mesianis di Israel,
bahkan dipandang sebagai lanjutan dan klimaks dari berita “Immanuel” (7:14).
Ayat 6 secara khusus menyatakan bahwa Raja Damai yang akan datang itu, akan
memerintah di atas takhta Daud. Hal ini berarti bahwa ia adalah Raja yang sah dan legal,
yang diharapkan dan dicita-citakan. Raja itu akan memerintah dengan hikmat ilahi dalam
kebenaran dan keadilan, sesuai dengan hukum-hukum Allah. Jadi, di sini kita melihat adanya
hubungan yang sempurna antara: kuasa – kasih – keadilan dan kebenaran. Kuasa yang
didasarkan atas kasih menimbulkan keadilan dan kebenaran yang sejati, kemuliaan Tuhan
dan keselamatan bagi umat-Nya. Tuhan akan menggenapi janji-janji-Nya itu.
Dalam Yesaya 53:2-5, Tuhan berjanji untuk menyelamatkan Sion dengan mengutus
seorang hamba Tuhan yang menderita. Ayat 2-3 melukiskan bahwa hamba Tuhan itu tidak
menarik: dari masa mudanya ketika ia tumbuh sampai pada saat ia mati, ia menderita dan
dihina; dalam maut pun ia disingkirkan. Hamba itu menderita terus-menerus. Segala bentuk
kesakitan tertimpa sekaligus atas diri hamba Tuhan itu. Inti ayat ketiga terdapat dalam kalimat,
“ seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan.” Kesakitan ini
mengakibatkan penghinaan. Hamba itu dianggap begitu rendah, sehingga tak dapat disayangi
lagi: biasanya orang sakit dikunjungi, dan seorang yang sedih dihiburkan oleh rekan-rekannya,
tetapi hamba itu ditinggalkan, seorang pun tidak memperhatikan kesakitannya, bahkan orang
menyembunyikan mukanya terhadap dia. Hamba itu hina terkucil. Mereka yang melaporkan
tentang kesakitan hamba itu mengaku bahwa mereka sendiri tidak menghitungkan dia lagi
antara orang-orang yang dapat menyumbangkan sesuatu kepada sesamanya: “Bagi kitapun ia
tidak masuk kiraan”.
Ayat 4-5 menyatakan penyebab hamba itu dikucilkan. Orang-orang menyangka bahwa ia
terkutuk dan oleh sebab itu segan mendekati dia. Tiga kata atau istilah yang digunakan pada
C. Uraian Materi
Pelajaran ini merupakan lanjutan dari pelajaran-pelajaran sebelumnya. Allah tidak dapat
dibohongi. Ia tahu segala-galanya. Dalam cerita tentang Adam dan Hawa, Allah tahu bahwa
manusia telah melanggar perintah-Nya dengan memakan buah pohon yang telah dilarang
oleh-Nya. Akibat ketidaktaatan, Adam dan istrinya menerima hukuman. Hidup mereka
akan penuh dengan kesukaran dan kesedihan. Mereka juga harus membanting tulang untuk
mencari makan. Tetapi dalam murka-Nya, kasih Tuhan Allah sangat besar; Ia masih tetap
menjadi Bapa untuk anak-anak-Nya, meskipun mereka sudah berdosa.
Tuhan Allah masih bermurah hati. Tuhan Allah masih mau menjadi Bapa untuk anak-
anak-Nya yang sudah jatuh itu. Ia masih mau saja menganugerahkan keselamatan yang kekal.
Kasih Allah sungguh ajaib! Penyelamat yang hendak diberikan Allah kepada dunia yang
berdosa ini adalah Anak-Nya sendiri yaitu Yesus Kristus, yang akan lahir di Betlehem dan
yang akan mati di Golgota untuk menebus segala dosa manusia.
Mengapa Allah mau memberikan Anak-Nya yaitu Yesus Kristus untuk menebus dosa-dosa
manusia? Jawabannya karena Allah mengasihi manusia. Sebagaimana disaksikan oleh Yohanes
3:16, “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-
Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan
beroleh hidup yang kekal”.
Allah ingin hubungan manusia dengan-Nya yang dulu rusak, bisa menjadi baik kembali.
Allah ingin agar manusia tidak binasa. Oleh karena itu Allah menepati janji-Nya dengan
memberikan seorang penyelamat bagi dunia.
Keselamatan bagi dunia sudah tersedia. Kalau begitu, apa tanggapan kita terhadap kasih
Allah yang sungguh luar biasa itu? Kita harus berterima kasih atas kasih Allah itu dengan
hidup bersyukur dan sungguh-sungguh percaya bahwa Yesus, Anak Allah, adalah Tuhan dan
Juruselamat dunia. Kita patut bersyukur atas anugerah keselamatan yang diberikan oleh Allah
bagi kita.
E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (menjawab pertanyaan dan membuat doa atau puisi) dan
kegiatan 5 (menulis makna lagu yang dinyanyikan). Penilaian tidak dilakukan dalam bagian
yang khusus namun berlangsung sepanjang proses belajar.
Kompetensi Inti:
KI 1:
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air
KI 3:
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
KI 4:
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
Kompetensi Dasar:
1.2 Menerima bahwa manusia berdosa sehingga perlu bertobat.
2.2 Menunjukkan sikap menolak cara hidup manusia berdosa.
3.2 Menjelaskan bahwa manusia berdosa sehingga perlu bertobat.
4.2 Mencontohkan perubahan cara hidup sebagai manusia berdosa yang sudah
bertobat.
Indikator:
1. Menjelaskan arti bertobat.
2. Menyebutkan alasan mengapa manusia perlu bertobat.
3. Menyatakan tekad untuk selalu mau bertobat.
4. Mendaftarkan contoh perubahan cara hidup sebagai manusia yang sudah bertobat.
Dalam kisah perumpamaan tentang anak yang hilang (Lukas 15:1-32), pada ayat 12
diceritakan bahwa sang anak bungsu meminta kepada ayahnya bagian harta milik (kekayaan)
yang menjadi haknya. Pada saat itu, seorang ahli waris berhak meminta bagiannya ketika sang
ayah masih hidup apabila hal itu diinginkannya. Putra sulung dapat menuntut dua pertiga
bagian kekayaan ayahnya: anak-anaknya yang lain akan membagi sisanya sama rata (Ul.
21:17).
Ayat 13 menceritakan bahwa anak bungsu itu pergi ke negeri yang jauh. Banyak pemuda
kaya pada zaman Yesus yang pergi ke Roma atau Antiokhia untuk berfoya-foya di sana. Istilah
“berfoya-foya” (dalam Bahasa Yunani: Asōtōs), maksudnya, menghambur-hamburkan.
Ayat 14 mengisahkan tentang kelaparan yang ada “di dalam negeri itu”. Kalimat “di
dalam” diterjemahkan dari bahasa Yunani, yang menunjukkan bahwa kelaparan tersebar luas
dan mencakup seluruh wilayah di mana anak itu tinggal, dan ia pun mulai melarat. Mulai
melarat, dapat diartikan juga mulai kekurangan.
Dalam ayat 15, ungkapan “bekerja pada” sangat kuat: secara harfiah artinya dia melekatkan
diri (Yunani: ekkolēthē). Kebutuhan memaksa dia bekerja pada seorang yang terkemuka untuk
memperoleh kebutuhan sehari-hari. Ia bekerja sebagai penjaga babi. Pekerjaan menjaga babi
merupakan penghinaan yang paling rendah bagi seorang Yahudi.
Dalam ayat 17 disebutkan “orang upahan”. Orang upahan pada zaman Alkitab nasibnya
lebih parah daripada budak, sebab pekerjaan mereka tidak tetap, sedangkan budak dapat
memastikan adanya makanan dan tempat berteduh.
Pada ayat 18, sang anak bungsu mengungkapkan bahwa ia telah berdosa terhadap sorga.
Ungkapan “terhadap sorga” merupakan istilah lain untuk menyebut Allah, supaya jangan
mereka secara tidak sengaja menghujat Allah (bnd. Mat. 5:34; 26:64, 65). Hal ini berhubungan
dengan ketaatan orang Yahudi untuk menaati perintah yang ketiga, “Jangan menyebut nama
Tuhan Allahmu, dengan sembarangan.”
Permohonan anak bungsu pada ayat 19 yang menggunakan ungkapan “jadikanlah
aku…” menunjukkan suatu perubahan sikap secara total. Ketika meninggalkan rumah, dia
mengatakan, “Berikanlah kepadaku ....” Dia meninggalkan rumah dengan suatu tuntutan yang
mementingkan diri sendiri: dia kembali dengan doa yang rendah hati.
C. Uraian Materi
Bertobat lazimnya dipahami sebagai sebuah proses perubahan sikap dan tingkah laku
seseorang dari yang buruk menjadi baik. Bertobat memungkinkan seseorang berbalik dari
cara hidup yang lama, yang bertentangan dengan apa yang Tuhan kehendaki ke cara hidup
baru yang berkenan di hadapan Tuhan.
Dalam Perjanjian Baru, kata bertobat atau pertobatan disebut dengan kata Yunani μετάνοια
(metanoia), yang berarti perubahan pikiran disertai dengan penyesalan dan perubahan
perilaku, “perubahan pikiran dan hati”, atau “perubahan kesadaran”. Pertobatan melibatkan
3 (tiga) elemen dasar di dalam diri manusia yaitu pikiran, perasaan, dan kehendak atau
Bertobat tidak hanya membutuhkan keinginan tetapi juga tekad dan komitmen yang
sungguh untuk melaksanakannya. Tekad dan komitmen menjadi pendorong utama bagi
seseorang untuk mewujudkan keinginannya tersebut. Jika yang ada dalam diri seseorang
hanyalah keinginan untuk bertobat, maka itu hanya menjadi konsep atau wacana saja, dan itu
tidak ada artinya sama sekali. Pertobatan haruslah diiringi dengan tindakan dan sikap hidup
yang nyata.
1. Allah mempunyai belas kasihan bagi yang hilang oleh karena keadaan mereka yang
menyedihkan.
2. Kasih Allah bagi mereka begitu besar sehingga Ia menunggu mereka kembali
kepadaNya.
3. Ketika orang berdosa dengan tulus hati kembali kepada Allah, Allah pun sudah
siap untuk menerima mereka dengan pengampunan, belas kasihan, kasih karunia
dan mengaruniakan hak penuh sebagai anak yang sah (bnd. Yoh. 1:12). Dampak
pertobatan orang yang berdosa adalah sukacita yang besar. Tak terhinggalah sukacita
Allah atas kembalinya orang berdosa (Luk. 15:6-7,10, 22-24).
Guru perlu memberikan penjelasan bagi peserta didik mengapa manusia perlu bertobat.
Berikut ini adalah penjelasan yang dapat diberikan oleh guru, untuk menjawab mengapa
manusia harus bertobat:
• Bahwa setiap manusia adalah orang berdosa. Sejak lahir manusia telah memiliki dosa
asal, yang diwariskan oleh manusia pertama yaitu Adam dan Hawa. Oleh karena
itu, setiap saat kita harus selalu bertobat dan mengaku dosa kita. Pertobatan adalah
alasan utama Kristus datang ke dalam dunia. Kristus datang untuk mentobatkan
manusia. Lukas 19:10 mengatakan, “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan
menyelamatkan yang hilang”. Dia menunggu setiap manusia untuk berbalik datang
kepada-Nya.
Berikan juga contoh mengapa peserta didik perlu bertobat setiap saat. Misalnya: kalau
pada waktu pagi sebelum berangkat ke sekolah, sudah membantah dan menyakiti hati orang
tuanya, maka ia harus segera menyadari kesalahannya, meminta maaf kepada orang tuanya
dan dengan segera bersikap lebih baik, tidak harus menunggu sampai besok atau lusa atau lain
waktu. Atau, contoh yang lain, ketika di sekolah ada ulangan dan siswa menyontek, maka ia
harus segera menyadari kesalahannya dan tidak bersikap demikian lagi jika ada ulangan di
waktu mendatang.
Guru dapat mengingatkan peserta didik bahwa Tuhan selalu menghendaki kita untuk
datang kepada-Nya, dan Ia sangat mengasihi kita sehingga Dia selalu memberi jalan kepada
kita untuk bertobat. Ingatkan peserta didik bahwa pertobatan adalah sebuah kehendak
atau keputusan, bukan perasaan. Pertobatan adalah suatu tindakan sukarela untuk berserah
kepada kehendak Tuhan, dan berjalan kembali di jalan yang benar. Ingatkan bahwa Roh
Kudus akan menolong peserta didik yang sungguh mau bertobat. Selain itu ingatkan pula
bahwa Roh Kudus berperan sebagai Penolong supaya kita sendiri bertindak secara aktif dalam
kehidupan beriman kita.
Allah telah berjanji kepada manusia bahwa Dia akan memberikan pengampunan kepada
setiap orang yang mengakui dosa-dosanya di hadapan Allah. Dia melakukannya bukan karena
perbuatan baik yang kita lakukan, tetapi karena Dia sangatlah mengasihi kita. Mazmur 32:1
mengatakan: “Berbahagialah orang yang diampuni pelanggarannya, yang dosanya ditutupi”.
Katakan kepada peserta didik, sebesar apapun dosa yang dibuat, ketika kita mau mengakuinya
dan mau bertobat, maka pengampunan Allah tersedia bagi mereka. Oleh karena itu, peserta
didik jangan menunda menyambut anugerah pengampunan Allah yang melimpah dengan
datang bertobat.
D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama siswa mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Pengantar pelajaran ini akan diawali
dengan guru menanyakan pengertian bertobat menurut pemahaman peserta didik dan alasan
mengapa manusia perlu bertobat atau tidak. Tujuan pengantar ini untuk menggali pemahaman
peserta didik mengenai pentingnya pertobatan.
E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (mengisi tabel dan membuat doa) dan Kegiatan 5
(menulis makna lagu yang dinyanyikan). Penilaian tidak dilakukan dalam bagian yang khusus
namun berlangsung sepanjang proses belajar.
F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.
Kompetensi Inti:
KI 1:
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air.
KI 3:
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
KI 4:
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
Kompetensi Dasar:
1.2 Menerima dan mensyukuri karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
2.2 Membiasakan cara hidup orang bertobat yang sudah diselamatkan oleh Yesus
Kristus.
3.2 Memahami dan menjelaskan karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
4.2 Mempraktikkan cara hidup sebagai orang yang sudah diselamatkan Allah dengan
mengasihi sesama dan lingkungannya.
Indikator:
1. Menjelaskan arti Penyelamat dan siapa yang dimaksud Penyelamat.
2. Menyebutkan alasan mengapa manusia membutuhkan Penyelamat.
3. Menghayati perlunya Juruselamat dengan menyanyikan lagu rohani dan menulis
pesan atau makna lagu tersebut.
4. Menyatakan tekad hidup sebagai orang percaya (berdosa) yang sudah diselamatkan
dengan membuat doa atau puisi atau proyek bersama.
Pada pelajaran 5 ini guru akan mengajarkan tentang Allah penyelamat umat manusia.
Topik ini menjadi sentral dari seluruh pengajaran di kelas lima. Materi ini penting diajarkan
agar peserta didik memahami bahwa keselamatan itu hanyalah datang dari Allah. Peserta
didik akan diberi pemahaman bahwa setiap orang yang sungguh-sungguh mengandalkan
Allah, pasti diselamatkan. Allah memberi jaminan keselamatan yang pasti bagi umat manusia.
Bahan Alkitab yang akan menolong guru menjelaskan materi ini adalah Kitab Daniel pasal
3 yang menceritakan tentang tiga orang sahabat Daniel yaitu Sadrakh, Mesakh dan Abednego
yang dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala karena tidak sujud menyembah
patung yang didirikan oleh Raja Nebukadnezar. Cerita ini penting diangkat agar peserta didik
dapat mengetahui dan memahami bagaimana cara Allah bertindak untuk menyelamatkan
orang yang percaya dan mengandalkan Dia. Melalui cerita ini, peserta didik diharapkan
mengerti dan menghayati makna keselamatan dari Allah, dan mampu mengungkapkan rasa
terima kasih atas keselamatan yang Allah berikan dalam kehidupan umat manusia.
Kitab Daniel pasal 3 menceritakan tentang keselamatan yang Allah nyatakan kepada
Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang setia kepada-Nya sampai mati. Allah menghargai
kesetiaan hamba-hamba-Nya yang siap sedia mati karena kepercayaan mereka kepada-Nya.
Allah menyelamatkan mereka dari perapian yang menyala-nyala.
Daniel 3:1 menyebutkan tentang patung emas. Patung emas adalah patung seorang dewa
atau patung raja Nebukadnezar sendiri. Patung demikian biasanya dibuat dari kayu, dan
bersalutkan emas. Patung itu tingginya enam puluh hasta; yaitu 27 meter. Hasta adalah ukuran
panjang sebesar 45 cm, atau sama ukuran dari siku manusia sampai ujung jari tengah. Enam
hasta; yaitu 2,7 meter. Patung ini besar sekali.
Pada zaman kuno orang sering dihukum dengan cara dibakar. Ayat 6 memberikan
informasi bahwa siapa yang tidak sujud menyembah patung itu akan dicampakkan ke dalam
perapian yang menyala-nyala. Di bagian atas perapian itu ada pintu, dan orang-orang dapat
dicampakkan melalui pintu itu untuk dibakar. Tetapi ada juga pintu atau jendela di bawah, dan
melalui pintu atau jendela itu raja Nebukadnezar melihat apa yang terjadi.
Sadrakh, Mesakh dan Abednego tidak mau menyembah patung raja Nebukadnezar dan
mereka tidak takut jika dicampakkan ke dalam perapian yang menyala-nyala. Pada ayat 17,
mereka memberi jawab: Jika Allah kami yang kami puja sanggup melepaskan kami, maka Ia
akan melepaskan kami dari perapian yang menyala-nyala itu. Memang Allah mereka sanggup
melepaskan mereka. Iman Sadrakh, Mesakh dan Abednego yang sangat kuat dan dalam
menyebabkan patung emas itu menjadi remeh.
Mengapa raja Nebukadnezar memerintahkan supaya perapian itu dibuat tujuh kali lipat
dari panas yang biasa? Api biasa dapat membakar orang-orang yang dicampakkan ke dalam
api (ayat 19). Mengapa beberapa orang tentara yang kuat itu harus mengikat ketiga orang itu?
Mungkin maksud raja itu, ingin dianggap kuat dan berkuasa, walaupun dia tidak mempunyai
kekuatan (ayat 20). Mengapa ketiga orang itu memakai pakaian dalam perapian itu? Mungkin
untuk membuktikan dengan pasti, orang itu dibakar (ayat 21).
Lukas 4:18-19
Injil Lukas 4:16-30 bercerita tentang pertolongan Tuhan Yesus ketika Ia datang ke dunia
untuk membawa keselamatan. Ketika Yesus memberi tanda bahwa Ia mau melakukan
pembacaan kitab-kitab para nabi, diberitakanlah kepada-Nya gulungan Kitab Yesaya. Ia
membuka gulungan itu sampai Ia menemui Yesaya 61:1-2 yang dikutip dalam ayat 18-
19 ini. Dalam Yesaya 61 itu dibicarakan tentang Hamba Tuhan yang telah menerima Roh
Allah dan dengan demikian “diurapi” (ditahbiskan) oleh Allah untuk jabatannya. Apa yang
dikatakan selanjutnya mengenai pekerjaan Hamba itu, dapat diringkaskan sebagai berikut:
atas dorongan Roh Tuhan, Ia memberitakan bahwa telah datang zaman Mesias, yaitu zaman
di mana Allah akan mewujudkan di bumi ini keselamatan yang dari-Nya. Keselamatan itu
merangkum berkat dan bahagia, baik secara jasmani maupun rohani, baik secara lahiriah
maupun batiniah. Jadi apabila dalam ayat-ayat ini dibicarakan tentang orang-orang miskin,
tawanan-tawanan, orang-orang buta dan orang tertindas, maka kita dapat mengartikan kata-
kata itu baik dalam arti yang sebenarnya maupun kiasan.
Jadi pertama-tama dikatakan bahwa “kabar baik” mengenai keselamatan itu
(Yunaninya: euangelion = injil) terutama akan menjadi kabar baik untuk orang-orang miskin,
yakni rakyat biasa atau orang banyak, yang oleh orang-orang berkuasa dan pemimpin-
pemimpin agama sering ditindas dan dihina (bnd. Lukas 6:20 dan Matius 5:3). Demikian
juga kepada orang-orang tawanan akan diberitakan bahwa mereka akan dibebaskan (itu
berlaku secara harafiah untuk pembebasan seperti dari Babel, tetapi secara kiasan untuk
orang-orang yang tidak punya harapan lagi mengenai hari depan). Kepada orang-orang buta
(secara badaniah atau rohaniah) akan diberitakan bahwa mereka akan melihat, sedangkan
orang-orang yang tertindas akan dibebaskan. Pendeknya: hamba (pelayan) Tuhan itu akan
memberitakan tahun kesukaan Tuhan, artinya ia akan memberitakan bahwa telah datang
masa keselamatan, yakni masa anugerah (kasih karunia) dan kebebasan
C. Uraian Materi
Pada pelajaran 4, guru telah dibekali dengan penjelasan mengenai pertobatan dan alasan
mengapa manusia perlu bertobat. Pelajaran 5 ini dilanjutkan dengan penjelasan mengenai Allah
adalah penyelamat dunia. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) penyelamat adalah
orang yang menyelamatkan, seseorang yang menolong, meluputkan atau menghindarkan
orang lain dari sebuah bencana atau bahaya/malapetaka/kerusakan. Tindakan atau perbuatan
baik yang dilakukan seseorang untuk menolong orang lain merupakan tindakan penyelamatan.
Sebagai contoh, petugas pemadam kebakaran yang datang memadamkan api pada suatu
peristiwa kebakaran, disebut sebagai penyelamat.
D.Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama peserta didik mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa
dan bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Pengantar pelajaran ini akan
diawali dengan guru menanyakan apakah peserta didik pernah memberikan pertolongan
untuk orang lain dan menceritakan pengalamannya. Kemudian guru menanyakan apakah
mereka pernah merasakan pertolongan Allah. Setelah bertanya dan mendengar pengalaman
peserta didik, guru mengajak perserta didik untuk membaca cerita tentang “Kisah Seorang
Penyelamat Anak”. Tujuan pengantar ini untuk menggali pemahaman peserta didik mengenai
arti penyelamat. Guru dapat menggunakan alat bantu berupa gambar orang yang sedang
menolong atau menyelamatkan orang lain. Bisa juga guru memutarkan cuplikan film tentang
E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (menjawab pertanyaan dan membuat doa atau puisi) dan
kegiatan 5 (menulis makna lagu yang dinyanyikan). Penilaian tidak dilakukan dalam bagian
yang khusus namun berlangsung sepanjang proses belajar.
F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.
Kompetensi Inti:
KI 1:
Menerima, menjalankan dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air.
KI 3:
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat
bermain.
KI 4:
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencermin-kan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
Kompetensi Dasar:
1.2 Menerima dan mensyukuri karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
2.2 Membiasakan cara hidup orang bertobat yang sudah diselamatkan oleh Yesus
Kristus.
3.2 Memahami dan menjelaskan karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
4.2 Mempraktikkan cara hidup sebagai orang yang sudah diselamatkan Allah dengan
mengasihi sesama dan lingkungannya.
Indikator:
Pelajaran kali ini hendak membekali peserta didik dengan tema Pengorbanan Yesus
Kristus. Topik ini penting diajarkan agar peserta didik memiliki iman yang sungguh untuk
percaya kepada Yesus Kristus.
Bahan Alkitab yang menjadi pendukung dalam mengajarkan materi ini adalah Matius
27:32-56 yang mengisahkan penyaliban dan kematian Yesus. Bagian cerita Alkitab ini penting
diangkat untuk menjadi bahan perenungan dan penghayatan peserta didik bahwa kisah
pengorbanan ini sungguh nyata, dan lewat pengorbanan Yesus, peserta didik kiranya mampu
untuk menanggapi pengorbanan Yesus dengan hidup taat dan beriman kepada Yesus Kristus.
Matius 27:32-56 menceritakan kisah pengorbanan Yesus Kristus. Ayat 35 bacaan ini,
menceritakan tahap ketujuh dari penderitaan Yesus. Sebelum tiba pada penderitaan Yesus
yang ketujuh, bagian bacaan sebelumnya menjelaskan penderitaan Yesus yang pertama sampai
dengan keenam. Penderitaan Yesus yang pertama adalah Yesus mulai merasa sedih dan gentar
(Matius 26:37). Semua penderitaan rohani dan jasmaniah yang dialami oleh Yesus bermula
di taman Getsemani. “Peluh-Nya menjadi seperti titik-titik darah yang bertetesan ke tanah”
(Luk 22:44). Selanjutnya tahap kedua dari penderitaan Yesus adalah Ia diludahi, ditinju dan
dipukul (Matius 26:67). Tahap ketiga dari penderitaan Yesus adalah Ia dibelenggu, lalu dibawa
dan diserahkan kepada Pilatus. (Matius 27:2). Tahap keempat dari penderitaan Yesus adalah
Ia disesah dan diserahkan untuk disalib (Matius 27:26). Penyesahan merupakan penyiksaan
yang mengerikan.
Tahap kelima dari penderitaan Yesus adalah pakaian-Nya ditanggalkan dan dikenakan
jubah ungu kepada-Nya, serta dimahkotai duri (Matius 27:28-29). Tahap keenam dari
penderitaan Yesus adalah balok yang berat diikatkan pada pundak-Nya dan Ia berjalan dengan
pelan-pelan ke bukit Golgota (Matius 27:31).
Di bukit Golgota balok salib yang melintang diletakkan di tanah dan Yesus dibaringkan
di atasnya. Kedua lengan-Nya direntangkan di atas balok salib dan paku besi yang persegi
dipakukan melalui telapak (atau pergelangan) tangan-Nya sampai jauh ke dalam kayu, pertama
tangan yang kanan kemudian tangan yang kiri. Setelah itu Yesus diangkat dengan bantuan tali
atau tangga, balok salib yang melintang diikatkan atau dipakukan pada tiang salib dan sebuah
penyanggah untuk tubuh-Nya dipasang pada salib itu. Akhirnya, kaki-Nya direntangkan dan
dipakukan pada salib itu dengan paku yang lebih besar. Inilah tahap ketujuh dari penderitaan
Yesus, yaitu Ia disalibkan (Matius 27:32-38).
Tahap kedelapan dari penderitaan Kristus diuraikan dalam ayat 39. Kini Yesus tergantung
dalam keadaan yang menyedihkan, berlumuran darah, penuh dengan luka dan ditonton
banyak orang. Berjam-jam lamanya seluruh badan-Nya terasa sakit luar biasa, lengan-Nya
terasa lelah, otot-otot-Nya kejang-kejang dan kulit yang tercabik-cabik dari punggung-Nya
terasa nyeri. Kemudian muncul penderitaan baru -- rasa sakit yang hebat terasa dalam dada-
Nya ketika cairan mulai menekan jantung-Nya. Ia merasa sangat haus (Yoh. 19:28) dan sadar
akan perkataan makian dan cemoohan orang yang melewati salib itu (Matius 27:39-44).
C. Uraian Materi
Pelajaran sebelumnya telah membahas mengenai siapa Penyelamat manusia dan mengapa
manusia membutuhkan Penyelamat. Bahasan pelajaran 5 dan pelajaran 6 merupakan satu
kesatuan yang utuh dalam kerangka kompetensi dasar yang menjelaskan mengenai menerima
dan mensyukuri karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus. Sebagai kesinambungan dari
pelajaran sebelumnya, pelajaran 6 ini akan menguraikan bagaimana cara Allah menyelamatkan
manusia, yaitu melalui Yesus Kristus dengan berkorban di kayu salib.
Kata berkorban menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) berarti menjadi korban,
menderita rugi atau menyatakan bakti. Pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib adalah jalan
yang disiapkan Allah bagi penghapusan dosa, serta untuk pendamaian umat manusia. Salib
Kristus mengartikan pengorbanan. Pengorbanan selalu ditujukan untuk kebaikan orang
lain, bahkan bila perlu menyerahkan nyawa bagi orang lain. Pengorbanan adalah perkara
menyerahkan nyawa untuk orang lain. Pengorbanan selalu ditujukan untuk orang lain.
Suatu pengorbanan tidak dapat disebut pengorbanan jika tidak ditujukan untuk orang lain.
Kristus tidak mati untuk diri-Nya sendiri. Ketika Dia berkata bahwa Dia memikul salib-
Nya, Dia tidak memikul salib itu bagi diri-Nya sendiri, tetapi untuk umat manusia. Tidaklah
mudah menemukan orang-orang yang benar-benar mau berkorban untuk orang lain tanpa
Salib Kristus berarti pengorbanan. Dia memikul salib itu untuk umat manusia, dan Dia
memanggil kita dalam karya keselamatan. Apa artinya? Artinya adalah: Dia mati bagi kita
manusia, supaya setelah menerima keselamatan itu, kita bisa menyalurkannya kepada orang
lain.
Pengorbanan Yesus Kristus di kayu salib adalah jalan yang disiapkan Allah bagi kita untuk
menjadi saluran atau alat pendamaian. Bagaimana peran kita sebagai alat pendamaian atau
saluran keselamatan? Kita harus memberikan diri kita untuk orang lain, sama seperti Yesus
telah memberikan diri-Nya untuk kita.
-Membagi makanan dengan kawan lain yang tidak punya. Itu berarti, peserta didik
rela mengorbankan makanan yang ia miliki supaya bisa dinikmati oleh kawannya
yang tidak membawa makanan.
-Memberikan pakaian dan perlengkapan layak pakai untuk korban bencana. Itu
artinya, peserta didik rela untuk mengorbankan pakaian dan perlengkapan lainnya
untuk dipakai oleh mereka, para korban bencana.
-Memberikan waktu untuk membantu teman belajar. Itu artinya, peserta didik rela
mengorbankan waktunya untuk membantu teman dalam belajar.
-Memberikan tenaga untuk menolong orang tua di rumah. Itu artinya, peserta didik
mengorbankan tenaga dan waktunya untuk membantu orang tua di rumah.
-Memberikan uang untuk membantu korban bencana alam atau fakir miskin. Itu
artinya, peserta didik mengorbankan uang jajannya untuk disumbangkan kepada para
korban bencana alam atau kepada orang-orang miskin.
-Dan contoh-contoh lainnya.
D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (menjawab pertanyaan, membuat doa dan suatu proyek
bersama) dan kegiatan 5 (menulis makna lagu yang dinyanyikan). Penilaian tidak dilakukan
dalam bagian yang khusus namun berlangsung sepanjang proses belajar.
F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.
Kompetensi Inti:
KI 1:
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2:
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru dan tetangganya serta cinta tanah air.
KI 3:
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya,
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan,
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat
bermain.
KI 4:
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
Kompetensi Dasar:
1.2 Menerima dan mensyukuri karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
2.2 Membiasakan cara hidup orang bertobat yang sudah diselamatkan oleh Yesus
Kristus.
3.2 Memahami dan menjelaskan karya penyelamatan Allah melalui Yesus Kristus.
4.2 Mempraktikkan cara hidup sebagai orang yang sudah diselamatkan Allah dengan
mengasihi sesama dan lingkungannya.
Indikator:
1. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan kebaikan Allah yang mau dan rela
mengampuni.
2. Menyebutkan alasan mengapa manusia harus saling mengampuni.
3. Menghayati pengampunan Allah dengan menyanyikan lagu “Sejauh Timur dari
Barat” dan menuliskan makna atau pesan lagu tersebut bagi pribadi.
4. Menyatakan tekad dan niat untuk belajar dari kebaikan Allah yang mau dan rela
mengampuni dengan membuat sebuah karya kreatif (menulis puisi atau kartu ucapan).
Pelajaran 7 ini hendak mengajarkan tentang kebaikan Allah dalam hal mengampuni dosa
manusia. Mengampuni berarti memberi maaf dan membebaskan seseorang dari tuntutan
karena kekeliruan dan kesalahan. Dengan mengampuni kita menolong orang untuk mengerti
apa kesalahan mereka dan akibat yang ditimbulkan olehnya. Mengapa kita harus mengampuni
orang lain? Apa yang mendasari sehingga manusia harus saling mengampuni?
Mengampuni adalah perintah Allah bagi kita dan merupakan bagian dari hidup
yang penuh kasih, damai, syukur, dan pujian. Kolose 3:13b menasihati: ”…sama seperti
Tuhan telah mengampuni kamu, kamu perbuat jugalah demikian.” Sebagaimana kita telah
diampuni dengan cuma-cuma oleh Allah, hendaklah kita juga melakukannya kepada sesama.
Mengampuni bukanlah hal yang mudah. Namun, apabila kita menyadari bahwa Allah telah
mengampuni kita, maka kita wajib meneruskan belas kasih tersebut kepada sesama.
Dasar pengajaran Alkitab yang menolong guru untuk menjelaskan tentang pengampunan
Allah yang menjadi alasan bagi siswa untuk mengampuni sesama adalah Kitab Yunus 1-4,
Mazmur 103:8-14, Matius 18:21-22 & Efesus 4:32. Bacaan-bacaan ini menunjukkan bahwa
betapa Allah sungguh menyayangi dan mengasihi anak-anak-Nya, dan Allah tahu apa
yang menjadi kebutuhan manusia. Melalui bacaan ini tergambarlah sifat Allah yang Maha
Pengampun, yang memberi ampunan dan pembebasan atas kesalahan manusia. Dia tidak
menuntut kesalahan manusia, Dia tidak mendendam, melainkan dia melupakan semua dosa
dan kesalahan manusia; dan oleh karena itu, manusia patut meneladani sifat Allah yang
mengampuni.
Yunus 1- 4
Yunus pasal 1 menceritakan tentang pemanggilan dan penugasan seorang nabi. Tetapi
nabi Yunus berusaha mengingkari panggilan itu. Daripada berdiri di hadapan Tuhan, Yunus
melarikan diri jauh dari hadapan Tuhan. Sekarang Tuhan harus bertindak. Ia menurunkan
angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal yang ditumpangi Yunus
hampir-hampir terpukul hancur. Yunus mau melepaskan Tuhan, tetapi Tuhan tidak mau
melepaskan Yunus. Yunus mau memutuskan hubungan dengan Tuhan, tetapi Tuhan tidak
mau memutuskan hubungan dengan Yunus. Yunus mau melarikan diri, tetapi Tuhan tidak
mau membiarkan nabi-Nya pergi. Yunus 1:4-16 menjelaskan kepada kita bahwa Tuhan tidak
membiarkan nabi-Nya pergi.
Yunus 1:17-2:10 menceritakan tentang pengalaman seorang nabi yang melarikan diri
dari pemanggilan dan penugasan. Nabi Yunus harus mengalami bahwa tidak mungkin untuk
melarikan diri dari panggilan kenabian.
Yunus 3:1-4:11 mengisahkan Tuhan memanggil Yunus, dan Yunus pergi ke Niniwe.
Akhirnya Yunus mulai melaksanakan tugasnya. Dia masuk ke dalam kota Niniwe sehari
perjalanan jauhnya dan mulai bernubuat. Nubuat yang Yunus ucapkan adalah nubuat
bersyarat: kalau orang Niniwe tidak bertobat, kalau mereka tidak berbalik dari kejahatannya,
maka kota Niniwe akan dihancurkan. Empat puluh hari lagi.
Mazmur 103:8-14
Mazmur 103 termasuk salah satu mutiara iman yang paling indah dari seluruh Kitab
Mazmur. Pemazmur menyanyikan belas kasihan dan kasih setia Tuhan yang hebat kepada
manusia yang papa dan penuh dosa. Tuhan adalah Bapa! Dia panjang sabar, penuh pengertian
dan tidak memperlakukan kita setimpal dengan dosa kita. Betapa pemazmur dipenuhi oleh
kebenaran-kebenaran iman ini! Dia menyanyikannya dengan segenap kekuatannya.
Matius 18:21-22
Ayat ini mau menolong kita untuk hidup betul-betul sebagai orang Kristen yang harus
ditandai oleh kerelaan saling mengampuni. Petrus rupa-rupanya sudah mulai mengerti hal
itu, tetapi ia menyangka bahwa ada batas untuk hal mengampuni sesamanya. Petrus pikir
bahwa mengampuni tujuh kali sudahlah hebat dan cukup. Yesus menjawab bahwa kita harus
mengampuni tujuh puluh kali tujuh kali. Maksud Yesus sangat jelas yaitu mengampuni tanpa
batas
Sudah tentu juga bahwa Yesus ingat Lamekh, yang mau membalas dendam tujuh puluh
tujuh kali (Kej. 4:24). Cara berpikir Yesus sangat bertentangan dengan cara berpikir Lamekh.
Efesus 4:32
Ayat ini memberikan suatu nasihat yang positif, yaitu bagaimana hendaknya orang Kristen
hidup. Bahwa keramahan atau kemurahan hati dan kasih mesra harus dinyatakan dalam
mengampuni atau memaafkan satu sama lain. Pengampunan ini berdasar atas pengampunan
yang Allah berikan kepada manusia dalam Kristus. Dialah yang memungkinkan manusia
untuk saling mengampuni. Dan Dialah pula yang menuntut, supaya pengampunan yang
demikian berlangsung di antara satu sama lain. Setiap orang Kristen harus mengetahui apa
itu pengampunan. Dan kalau hal ini tidak dilakukannya, ia menyangkal dirinya sendiri dan
menjadi garam yang tawar yang tidak ada gunanya.
C. Uraian Materi
Kisah tentang nabi Yunus hendak mengajarkan kepada kita bagaimana pengampunan
Allah ditunjukkan kepada penduduk Niniwe. Orang-orang Niniwe yang tadinya sangat jahat,
sekarang sadar dan sungguh-sungguh menyesali dosa-dosanya. Mereka mengungkapkan
pertobatannya tidak hanya di mulut saja, melainkan dengan tindakan nyata. Mereka berdoa
kepada Allah dan mengaku menyesal atas dosa dan perbuatan jahat mereka. Mereka
mengenakan kain berkabung dan duduk di atas abu, sebagai tanda penyesalan. Mereka
berpuasa, sebagai tanda pertobatan dan penyesalan. Oleh karena kasih setia Allah kepada
mereka, Allah mengubah rencana-Nya, tidak jadi membinasakan kota Niniwe. Allah
menganugerahkan pengampunan karena mereka bertobat dan menyesali dosa-dosanya.
Pengampunan Allah bagi manusia merupakan hal yang sungguh luar biasa. Kesediaan
Allah datang menjadi manusia untuk menebus dan mengampuni semua dosa manusia supaya
Mengampuni atau memaafkan orang yang bersalah kepada kita bukan hal yang mudah
dipraktikkan dalam sikap hidup sehari-hari. Mungkin ini termasuk hal yang paling sulit untuk
dilakukan. Walaupun terkadang kita mempunyai keinginan untuk memaafkan perbuatan
seseorang yang menyakiti hati, seringkali itu bukan hal yang mudah. Mengapa? Karena
seringkali kita terjebak dalam keinginan untuk menyimpan dendam dan kesalahan orang dan
sangat sukar sekali untuk mengatakan: “Aku memaafkanmu”. Padahal ada banyak manfaat
yang diperoleh jika dapat memaafkan seseorang. Penjelasan tentang manfaat mengampuni
atau memaafkan dapat dilihat di buku siswa.
Akhirnya, kita perlu menyadari bahwa setiap orang pasti pernah melakukan kesalahan,
baik secara sengaja maupun tidak. Sebagai orang yang melakukan kesalahan maka sudah
sepatutnya kita mengakui kesalahan kita dan meminta maaf pada orang-orang yang menerima
akibat dari tindakan salah. Selanjutnya, sebagai orang yang menerima perlakuan salah sudah
sepatutnya memberikan maaf dan mengampuni mereka yang bersalah. Di atas semuanya
itu, kita wajib memaafkan dan saling mengampuni, karena Allah terlebih dahulu sudah
mengampuni dosa-dosa kita.
Guru perlu mengingatkan peserta didik mengenai manfaat mengampuni. Apa saja manfaat
mengampuni atau memaafkan kesalahan orang? Di buku siswa telah dicatat tiga manfaat
mengampuni yaitu melakukan kebaikan untuk orang lain, untuk diri sendiri, dan melakukan
kehendak Allah. Berikut ini manfaat lainnya dari mengampuni, misalnya:
D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama peserta didik mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa
dan bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Pengantar pelajaran ini akan
diawali dengan guru menanyakan mengapa Allah mau berbuat baik dengan bersedia dan rela
mengampuni dosa manusia. Tujuan pengantar ini untuk menggali pemahaman peserta didik
mengenai kebaikan Allah melalui pengampunan.
Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab
Peserta didik mendalami Alkitab melalui kisah nabi Yunus. Cerita ini bertujuan
memberikan pemahaman kepada peserta didik bagaimana sifat Allah yang harus diteladani
oleh peserta didik yaitu penuh kasih dan penyayang, panjang sabar, tidak pendendam,
serta tidak membalas dosa dan kesalahan manusia. Allah menunjukkan teladan dalam hal
mengampuni dosa dan kesalahmanusia.
Kegiatan 2 – Memahami Pengampunan Allah
Kegiatan 2 merupakan kesempatan bagi peserta didik untuk semakin mendalami dan
memahami pengampunan Allah, dengan menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.
Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Pengampunan Allah
Kegiatan 3 merupakan pendalaman materi yang memberi kesempatan bagi guru untuk
mengeksplorasi lebih jauh tentang pengampunan Allah, manfaat mengampuni dan hal apa
saja yang perlu diteladani oleh peserta didik.
Kegiatan 4 – Menghayati Pengampunan Allah
Peserta didik menghayati pengampunan yang Allah berikan dengan menjawab
pertanyaan-pertanyaan yang diberikan. Peserta didik juga menyatakan tekad untuk
mengampuni kesalahan orang lain yang dinyatakan melalui sebuah karya kreatif dalam
bentuk puisi atau kartu ucapan yang berjudul “Aku Memaafkanmu”.
Kegiatan 5 – Belajar dari Lagu
Peserta didik menyatakan penghayatan dan rasa terima kasih atas kebaikan Allah dengan
menyanyikan lagu: “Sejauh Timur dari Barat”, kemudian menuliskan pesan atau makna lagu
tersebut bagi pribadinya. Guru dapat mengganti lagu tersebut dengan lagu yang memiliki
tema yang sama.
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (membuat karya kreatif: membuat puisi atau kartu
ucapan) dan kegiatan 5 (menulis makna lagu yang dinyanyikan). Penilaian tidak dilakukan
dalam bagian yang khusus namun berlangsung sepanjang proses belajar.
F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.
Kompetensi Inti:
KI 1 :
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air.
KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati,
menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI 4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia.
Kompetensi Dasar:
1.3 Meyakini peran Roh Kudus dalam proses pertobatan.
2.3 Menunjukkan peran Roh Kudus dalam proses pertobatan dengan hidup mengasihi
sesama.
3.3 Memahami dan menjelaskan peran Roh Kudus dalam kehidupan orang yang
sudah diselamatkan.
4.3 Membuat karya-karya kreatif sebagai ungkapan syukur atas pertolongan Roh
Kudus dalam hidup orang yang sudah diselamatkan.
Indikator:
1. Menjelaskan alasan perlunya perubahan diri.
2. Menceritakan pengalaman perubahan diri.
3. Menyatakan komitmen perubahan diri.
Pertobatan Saulus adalah pertobatan yang sangat terkenal. Namun, pertobatan ini bukan
pertobatan yang tiba-tiba, tetapi lebih tepat penyerahan yang tiba-tiba, yang kemudian
merupakan perubahan diri Saulus menjadi manusia baru, yang bukan hanya memiliki nama
baru, Paulus, tetapi juga cara berpikir dan tindakan yang baru.
Kisah Paulus ini tidak lepas dari kisah kematian martir Stefanus sebelumnya. Saulus
sebetulnya bertanya-tanya bagaimana mungkin seseorang mati dengan cara seperti itu. Ia
berusaha menghilangkan keraguannya atas apa yang ia pikirkan, yakni tentang keyakinan
Stefanus yang begitu kuat terhadap Yesus Kristus.
Karena itu, dalam rangka menghilangkan keraguan itu, Saulus mengadakan aksi yang
paling keras. Pertama, dia menganiaya orang Kristen yang ada di Yerusalem. Tetapi hal
itu tidak mengubah keadaan. Saulus semakin penasaran pada orang Kristen. Dia ingin
mengetahui rahasia mengapa orang Kristen ketika menghadapi bahaya atau penderitaan
tetap tenang dan tidak takut. Itulah sebabnya dia melanjutkan aksinya dengan mendatangi
Mahkamah Agama untuk mendapat persetujuan mengejar dan menyiksa orang-orang yang
percaya kepada Kristus.
Surat kuasa dari Mahkamah Agama ini berlaku di mana saja. Saulus mendengar bahwa
orang-orang Kristen telah melarikan diri ke Damsyik atau dikenal juga dengan nama
Damaskus, dan karena itu dia meminta surat kuasa yang mengizinkannya untuk pergi ke
Damsyik dan menangkap orang-orang Kristen.
Damsyik berjarak 140 mil dari Yerusalem (kira-kira 226 kilometer). Bila ditempuh
dengan jalan kaki maka Saulus baru akan dapat tiba di Damsyik setelah satu minggu
perjalanan. Lalu berangkatlah Saulus ke Damsyik. Ia harus melewati Galilea, daerah tempat
Yesus bertumbuh, berkarya, dan melayani. Tentu saja itu semakin menguatkan pikiran
Saulus terhadap sosok Yesus yang membuat dirinya penasaran.
C. Uraian Materi
Merasa diri benar dan menyalahkan orang lain, bahkan menganggap orang lain salah
adalah cara berpikir lama yang dijalani oleh Saulus. Baginya, orang Kristen yang percaya
kepada Yesus Kristus adalah salah dan melanggar keyakinan Yahudi. Dan pada waktu itu,
pengikut Kristus adalah orang-orang Yahudi yang dianggap membelot atau murtad, dan
dianggap merusak ajaran Yahudi. Dan ternyata cara berpikir demikian juga sering terjadi
pada manusia masa kini. Merasa diri benar lalu menyalahkan orang lain yang dianggap tidak
sepaham atau seide dengannya, lalu melakukan tindak kekerasan bahkan penganiayaan
yang berakibat pada kematian.
Orang juga sering meminta orang lain mengubah pendapatnya atau dirinya, tetapi ia
sendiri tidak mau berubah dan hanya mau menang sendiri. Di matanya, hanya dia yang
benar dan orang lain salah. Ini adalah sikap-sikap yang jika dipelihara sejak kecil akan
berakibat sangat buruk ketika orang telah menjadi dewasa. Sebab ketika dewasa ia akan
memiliki kekuasaan dan kekuatan untuk memaksakan kehendaknya sendiri kepada orang
lain. Pemaksaan pemikiran dengan kekuasaan dan kekuatan pastilah akan membuat orang
lain tidak nyaman, tidak sejahtera dan menderita.
Mengapa manusia perlu mengalami perubahan diri? Sebab jika tidak demikian, ia tidak
akan berkembang secara mental. Fisik akan mengalami perkembangan seiring dengan
pertumbuhan tubuh yang terjadi secara alami, selama orang tersebut menerima asupan gizi
yang memadai. Akan tetapi, tidak demikian halnya dengan perkembangan mental.
D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama siswa mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Guru memakai cerita pengantar untuk
melihat betapa seringnya manusia melakukan kesalahan dengan menganggap diri benar, lalu
cenderung untuk menyalahkan orang lain. Lalu ketika kebenaran terkuak, manusia baru
menyadari letak kesalahannya dan melakukan perubahan. Cerita sederhana itu hanya ilustrasi
agar manusia berhati-hati dalam berpikir dan bertindak terhadap orang lain. Namun, jika ia
melakukan kesalahan hendaknya ia melakukan perubahan diri ke arah yang baik dan benar.
F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.
Kompetensi Inti:
KI 1 :
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air.
KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati,
menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI 4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia.
Kompetensi Dasar:
1.3 Meyakini peran Roh Kudus dalam proses pertobatan.
2.3 Menunjukkan peran Roh Kudus dalam proses pertobatan dengan hidup
mengasih sesama.
3.3 Memahami dan menjelaskan peran Roh Kudus dalam kehidupan orang yang
sudah diselamatkan.
4.3 Membuat karya-karya kreatif sebagai ungkapan syukur atas pertolongan Roh
Kudus alam hidup orang yang sudah diselamatkan.
Indikator:
1. Menjelaskan makna kehadiran Roh Kudus dalam hidup manusia.
2. Menyebutkan alasan mengapa manusia membutuhkan pertolongan Roh Kudus.
3. Menceritakan pengalaman pribadi ditolong Roh Kudus.
4. Mendaftarkan contoh masalah yang membutuhkan pertolongan dari Roh Kudus.
C. Uraian Materi
Roh Kudus Penolong (Yunani: Parakletos) sebanyak lima kali dalam Perjanjian Baru
(Yoh. 15:26; 14:16,26; 16:7; 1 Yoh. 2:1). Dengan menggunakan istilah itu Yohanes hendak
menggarisbawahi peranan Roh Kudus sebagai seorang penasihat – suatu sumber pendorong,
penghiburan, pertolongan, dan kebenaran.
Pada waktu Yesus hidup di muka bumi ini sebagai seorang manusia, Ia bergaul erat dengan
murid-murid-Nya dan dengan demikian para murid-Nya mudah untuk datang atau berbicara
kepada-Nya. Mereka dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan dan mohon nasihat kapan
saja mereka inginkan. Namun, pada Perjamuan Terakhir, para murid tahu bahwa diri-Nya
D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama siswa mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Guru bercerita tentang keterbatasan
manusia dalam melakukan segala sesuatu. Manusia yang muda dan tua membutuhkan
bantuan dari benda atau orang lain dalam mengerjakan banyak hal. Lalu guru bercerita
tentang kemajuan teknologi masa kini di Jepang yang membuat dan mengembangkan sebuah
robot penolong bagi para lansia. Robot itu menolong para lansia untuk beraktivitas, sebab di
negeri itu orang yang sudah tua pun diharapkan dapat mandiri dalam mengerjakan segala
sesuatu. Dengan cerita itu, ada gambaran tentang peran penolong dalam hidup manusia.
Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab
Peserta didik mendalami Alkitab melalui kisah Paulus Silas yang melakukan perjalanan
pelayanan pekabaran Injil (Kabar Baik). Cerita ini bertujuan untuk memberi gambaran kepada
peserta didik mengenai pertolongan Allah melalui Roh Kudus kepada Paulus dan Silas, yang
mengarahkan perjalanan mereka dari yang semula menuju Asia menjadi ke Makedonia. Kisah
itu akan menolong peserta didik memberi gambaran cara Tuhan menolong, membimbing,
dan mengarahkan hamba-Nya.
E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2 dan
3 (menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (mengisi tabel) dan Kegiatan 5 (menulis makna lagu
yang dinyanyikan dan menceritakan pengalaman pribadinya). Penilaian tidak dilakukan
dalam bagian yang khusus namun berlangsung sepanjang proses belajar.
F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.
Kompetensi Inti:
KI 1 :
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air.
KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati,
menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI 4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia.
Kompetensi Dasar:
1.4 Menerima cara hidup manusia baru sebagai perilaku orang yang sudah
bertobat.
2.4 Menunjukkan sikap bertanggung jawab sebagai tanggapan manusia berdosa yang
telah bertobat.
3.4 Menceritakan contoh cara hidup manusia baru yang sudah bertobat.
4.4 Mempraktikkan cara hidup manusia baru dengan menjadi teladan bagi sesama.
Indikator:
1. Menjelaskan makna melayani.
2. Menyebutkan tantangan yang dialami peserta didik saat melayani.
3. Menceritakan pengalaman Timotius sebagai orang muda yang menjadi
pemimpin dan pelayan jemaat.
4. Mendaftarkan hal-hal apa saja yang peserta didik dapat lakukan ketika
menghadapi masalah.
Pelajaran ini ingin menjelaskan kepada peserta didik sebuah nilai kristiani yang tidak
terlalu mudah untuk dilakukan oleh anak-anak seusia mereka. Namun, hal ini tetap
penting diajarkan kepada mereka sejak dini untuk menunjukkan arti menjadi seorang
Kristen. Meskipun peserta didik masih tergolong anak-anak adalah penting bagi mereka
belajar untuk mempraktikkan kesetiaan melakukan pelayanan dan ajaran Kristus dalam
kehidupan sehari-hari. Hal itu dapat mereka lakukan mulai dari kegiatan-kegiatan yang
sederhana namun bermakna. Sebab dengan begitu peserta didik akan belajar nilai kristiani
tentang kesetiaan dan ketekunan melayani berdasarkan pengalaman yang ia lakukan.
C. Uraian Materi
Kata melayani memang lebih dikenal dalam kehidupan jemaat dewasa. Namun itu
bukan berarti peserta didik yang masih berusia anak-anak tidak perlu diperkenalkan
dengan konsep dan nilai-nilai melayani. Mereka juga perlu mengenalnya sejak masih kecil
agar terbiasa dan tidak canggung lagi pada waktu kelak ia menjadi orang dewasa.
Secara literal, melayani dapat diartikan sebagai kegiatan membantu menyiapkan (mengurus)
apa-apa yg diperlukan seseorang. Ini bukan pekerjaan yang gampang dilakukan, karena
melayani juga berarti memberi diri menjadi “terlihat” lebih rendah dari yang dilayani. Akan
tetapi, dalam kekristenan, melayani adalah sebuah tanggung jawab yang mulia, sebab Allah
sudah lebih dahulu melakukannya, yakni dengan kehadiran Yesus yang melayani di antara
para murid dan orang banyak pada zamannya.
Guru bersama siswa mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Guru memakai cerita pengantar untuk
melihat pelayanan seorang gadis pelayan toko. Ia bekerja dengan baik menurut tugasnya dan
melayani pelanggan toko entah ia akan membeli atau tidak. Dia melayani orang-orang yang
datang ke toko itu tanpa membeda-bedakan kualitas pelayanannya yang sama. Dari cerita
sederhana itu peserta didik dapat diajak untuk memahami makna tugas melayani dalam
kekristenan. Setiap orang adalah pelayan bagi sesamanya yang lain.
Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab
Guru menolong peserta didik memahami kisah tokoh Timotius. Ia adalah seorang muda
yang memimpin dan melayani sebuah jemaat di tempatnya. Apa yang ia lakukan tidaklah
mudah karena jemaat terdiri dari beragam usia dan pasti berbedabeda kemauan dan
kebutuhan. Ada orang yang mau mendengar, tetapi ada juga yang tidak. Ada orang yang baik,
tetapi juga ada yang kurang baik. Tetapi semuanya harus dilayani dan dihadapi oleh Timotius.
Prinsip-prinsip pelayanan dan pesan-pesan Pauluslah yang diangkat pada bagian ini untuk
direlevansikan ke dalam kehidupan peserta didik.
Kegiatan 2 – Memahami Makna Melayani
Guru menolong peserta didik memahami makna melayani melalui tokoh Timotius.
Jelaskanlah tentang Timotius yang adalah seorang muda yang memimpin sebuah jemaat. Ia
harus memimpin, melayani, dan menjadi teladan bagi orang banyak. Ajaklah peserta didik
membayangkan tokoh Timotius dengan tugasnya. Hal ini juga dapat dilakukan dengan
melakukan permainan peran (Role Play). Ada tokoh Timotius dan jemaat yang banyak
maunya. Ada yang baik ada yang kurang baik. Ada yang mau diajar, tetapi ada juga yang
menolak ajaran. Timotius harus tetap melakukan tugasnya dengan baik. Lalu ajaklah juga
peserta didik melayani apa yang dapat mereka lakukan pada masa sekarang di rumah, sekolah,
atau gereja.
Kegiatan 3 – Pendalaman Materi: Melayani dalam Susah dan
Senang
Guru menjelaskan makna melayani, dalam keadaan apa saja orang Kristen dapat melayani,
dan kebutuhan apa yang diperlukan dalam perbuatan-perbuatan yang melayani. Pada bagian
ini, ajaklah peserta didik berdiskusi situasi-situasi sulit apa yang biasanya mereka hadapi
menjadi anak-anak Kristus.
Kegiatan 4 – Menghayati Tugas Melayani dalam Kehidupan
Sehari-hari
Pada bagian ini guru bersama peserta didik mendaftarkan hal-hal yang anak dapat lakukan
sebagai wujud melayani sesama dalam keadaan susah maupun senang. Cerita pengantar dapat
dipakai untuk merangsang percakapan. Guru membimbing peserta didik dalam berdiskusi
E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada Kegiatan 2 dan 3
(menjawab pertanyaan), Kegiatan 4 (mengisi tabel) dan Kegiatan 5 (menulis makna lagu yang
dinyanyikan dan menceritakan pengalaman pribadinya). Penilaian tidak dilakukan dalam
bagian yang khusus namun berlangsung sepanjang proses belajar.
F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.
Kompetensi Inti:
KI 1 :
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air.
KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati,
menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI 4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia.
Kompetensi Dasar:
1.4 Menerima cara hidup manusia baru sebagai perilaku orang yang sudah
bertobat.
2.4 Menunjukkan sikap bertanggung jawab sebagai tanggapan manusia berdosa yang
telah bertobat.
3.4 Menceritakan contoh cara hidup manusia baru yang sudah bertobat.
4.4 Mempraktikkan cara hidup manusia baru dengan menjadi teladan bagi sesama.
Indikator:
Dalam perikop ini Paulus mengajar umat di Efesus untuk sungguh-sungguh menjadi
manusia yang hidup menurut gambar dan citra Allah. Orang Kristen sejati yang cerdas dan
bijak akan bertingkahlaku seperti gambar Allah. Apa maksudnya seperti gambar dan rupa
Allah? Ini mengingatkan kita pada hakikat manusia ketika pertama kali diciptakan Allah,
yakni hidup dan bertingkah laku yang mencerminkan pencipta-Nya.
Ketika Paulus berbicara tentang menjadi gambar atau mengikuti teladan Allah, ia
memakai ungkapan-ungkapan yang dimengerti oleh orang-orang pandai bangsa Yunani.
Kita tahu pada waktu itu kebudayaan Yunani, yang disebut helenis sedang menguasai
dunia pada waktu itu, terutama di wilayah pelayanan Paulus. Kata yang dimaksud adalah
mimesis, yang artinya 'menurut teladan.' Kata ini dipakai untuk menyebutkan latihan dasar
bagi seorang ahli pidato, atau calon orator Yunani. Para pelatih orator berpendapat bahwa
belajar pidato dengan baik bergantung pada tiga hal, yaitu teori, meniru atau meneladan,
dan praktik.
Bagian utama dalam latihan mereka adalah mempelajari dan meniru sikap para orator
terdahulu. Paulus memberi pesan jelas tentang hal ini. Orang Kristen harus berlatih untuk
hidup dengan baik dan benar, karena itu ia harus hidup menurut teladan Allah yang ada
dalam diri Yesus Kristus. Sebab Yesus Kristus telah lebih dahulu menjadi teladan bagi siapa
pun yang percaya kepada-Nya.
Menurut Paulus teladan yang dilakukan itu seperti 'bau harum' yang naik ke surga. Ia
memakai ungkapan kuno itu agar mudah dipahami orang-orang pada zaman itu yang masih
mengenal kurban persembahan kepada dewa-dewa. Paulus memakai ungkapan lama itu
berkali-kali dalam surat-suratnya. Dan itu untuk mengingatkan juga pada Yesus Kristus
yang telah menjadi kurban yang berkenan di hati Allah.
Lalu apakah kurban pada masa kini? Kurban itu ialah hidup dengan kepatuhan yang
sempurna kepada Allah, dan dengan kasih yang sempurna kepada sesama manusia.
Kepatuhan yang begitu sempurna dan kasih yang tidak mengenal batas membuat orang
mampu memikul salib. Jika seseorang hidup menurut kehendak Allah dan meneladani
Allah dalam diri Yesus, maka ia tidak takut untuk menghadapi tantangan atau kesusahan.
Paulus berbicara tentang kehidupan orang Kristen di tengah dunia ini. Ia berpendapat
bahwa orang Kristen adalah terang. Terang itu menghasilkan buah-buah yang baik, yaitu
kebajikan, keadilan, dan kebenaran. Kebajikan atau agathosune adalah jiwa atau semangat
kemurahan hati. Keadilan atau dikaiosune menurut orang Yunani adalah 'hal memberi
C. Uraian Materi
Perubahan pola hidup masyarakat masa kini telah terjadi dengan sangat pesat. Orang
tua dan muda tidak malu-malu lagi melakukan perbuatan yang jahat. Ada orang tua yang
bersikap kasar terhadap anaknya, ada anak yang suka berkata kasar, bohong, dan tidak mau
belajar, dan lain-lain sebagainya. Jika demikian, apa yang akan terjadi di masa yang datang?
Pastilah dunia akan hancur karena setiap orang berbuat sesukanya, dan semakin jauh dari
kehendak Allah.
Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa gaya hidup anak-anak kini sangat berbeda dengan
gaya hidup anak dulu. Kalau dulu, anak-anak tidak mengenal yang namanya narkoba,
komputer, HP (Hand Phone), fashion, Play Station, atau berbagai macam model pakaian.
Kini justru sebaliknya. Anak-anak dan remaja-remaja atau istilah lainnya ABG (Anak Baru
Gede) justru bergelut dengan hal-hal tersebut dan menjadi gaya hidup mereka tiap harinya.
Maka apa yang pernah dikatakan oleh filsuf Baudrillard beberapa abad lalu memang ada
D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada bagian pengantar,
pemahaman makna, menjawab pertanyaan pada akhir cerita pengantar, menceritakan
pengalaman dan pemahaman atas nyanyian. Penilaian tidak dilakukan dalam bagian yang
khusus namun berlangsung sepanjang proses belajar.
F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.
Kompetensi Inti:
KI 1 :
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, danpercaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air.
KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati, menanya
dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan Tuhan
dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat
bermain.
KI 4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan anak
sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan berakhlak
mulia.
Kompetensi Dasar:
1.4 Menerima cara hidup manusia baru sebagai perilaku orang yang sudah bertobat.
2.4 Menunjukkan sikap bertanggung jawab sebagai tanggapan manusia berdosa yang
telah bertobat.
3.4 Menceritakan contoh cara hidup manusia baru yang sudah bertobat.
4.4 Mempraktikkan cara hidup manusia baru dengan menjadi teladan bagi sesama.
Indikator:
1. Menjelaskan makna manusia baru.
2. Menjelaskan makna berdamai dengan sesama.
3. Menceritakan pengalaman berdamai atau mendamaikan teman yang berselisih.
4. Mendaftarkan gaya hidup manusia baru.
Pada masa kini tidak banyak lagi orang yang suka berdamai atau menjadi pendamai
di antara sesamanya yang mengalami perselisihan atau konflik. Orang lebih sering terlibat
dengan memihak salah satu pihak dan ikut memperbesar atau memperluas permasalahan.
Masalah menjadi besar, berlarut-larut dan membuat keadaan hidup menjadi tidak nyaman
karena dipenuhi dengan rasa dendam, curiga, atau berpikir serba negatif.
Persoalan pun menjadi semakin kompleks dan besar karena kadang-kadang anak-anak
dilibatkan atau terlibat tanpa sengaja. Karena itu, anak-anak perlu dididik untuk memiliki
gaya hidup yang suka berdamai dan menjadi pendamai bagi sesamanya. Bukankah orang
Kristen ketika menjadi murid Kristus ia memiliki hidup baru? Dan salah satu ciri manusia
yang hidup baru adalah suka berdamai atau mencintai perdamaian.
C. Uraian Materi
Berdamai atau mengasihi sesama bukanlah suatu tawaran atau opsi, tetapi sebuah
keharusan dan kewajiban. Bahkan dalam Alkitab mengasihi disebut sebagai hukum yang
utama dan terutama. Kata berdamai atau mengasihi seperti seakan-akan memiliki makna
yang biasa saja, semua orang bisa melakukan. Akan tetapi, pelaksanaannya ternyata tak
semudah itu. Kita membutuhkan energi luar biasa untuk berdamai ataupun mengasihi,
terutama terhadap orang yang menjahati kita, itu sudah pasti. Istilah lain, lebih mudah
meminta maaf ketimbang memberi maaf. Misalnya, kalau ada anak yang mengeluh kepada
orang dewasa "kak, aku tadi dikerjain sama temen di sekolah. Sepatuku diinjak, terus dikata-
katain," apa jawabnya? Adakah yang menjawab "aduh adikku, kalau pipi kirimu ditampar
teman maka berilah pipi kananmu. Kalau kaki kirimu diinjak teman, maka berilah kaki
kananmu, karena kata Tuhan begitu! Adakah yang menjawab seperti itu? Pasti tidak ada.
Biasanya orang akan reaktif dan menanggapi persoalan dengan emosi yang sama, dan
timbullah konflik berkepanjangan.
Reaksi itu umum dan dianggap manusiawi atau istilah yang juga dipakai adalah basic
instinct seorang manusia. Ketika mendapat perlawanan, maka responsnya adalah melawan.
Sejak dari zaman batu manusia memang bertindak demikian untuk bertahan hidup. Karena
itu pula muncul istilah "hukum rimba," siapa yang kuat, dia yang menang. Tetapi tindakan
tersebut tidak sesuai dengan kehendak Tuhan, karena Tuhan tidak menghendaki kekerasan
dibalas dengan kekerasan, tetapi dibalas dengan kasih dan damai.
D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama siswa mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Ada sebuah cerita tentang dua ekor
kambing gunung yang saling mendahulukan kepentingannya ketika akan menyeberang
sebuah jembatan. Keduanya tidak mau mengalah dan mau memang sendiri. Akibatnya
keduanya malah jatuh dan tidak dapat mencapai tujuan. Demikianlah sikap hidup yang
keliru dalam sebuah relasi. Jika ada salah satu pihak yang cenderung mau menang sendiri
dan tidak mau berdamai, maka kesusahanlah yang dialaminya.
Dari cerita itu, ajaklah peserta didik melihat dan mendalami sikap hidup yang salah
itu. Dampak atau kerugian apa yang dialami? Lalu bagaimana seharusnya? Setelah itu,
hubungkanlah dengan gaya hidup atau perilaku anak-anak masa kini yang cenderung tidak
suka mengalah atau mengambil jalan damai untuk kepentingan bersama.
Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab
Ajaklah peserta didik membaca kisah tentang Filemon dan Onesimus. Ini adalah cerita
yang baik tentang kehidupan seorang budak yang pernah berbuat salah namun mengalami
perubahan hidup ketika bertemu dengan Paulus. Lalu Rasul Paulus menjadi tokoh penting
yang mendamaikan Filemon dan Onesimus dengan menempatkan dirinya sendiri menjadi
mediator atau perantara di antara kedua belah pihak (Filemon dan Onesimus). Dari Paulus,
peserta didik dapat belajar tentang peran penting seorang yang mau mendamaikan teman-
temannya yang sedang menghadapi masalah atau konflik. Dari Onesimus peserta didik dapat
belajar tentang perubahan hidup dari yang buruk menjadi baik. Dari Filemon peserta didik
dapat belajar tentang penerimaan dan kemauan melakukan perubahan sikap
Kegiatan 2 – Memahami Perdamaian sebagai Cara Hidup
Baru
Pada bagian ini, ajaklah peserta didik menceritakan ulang pengalaman Onesimus.
Kesalahan apa yang telah ia perbuat dan apa yang ia lakukan? Peserta didik juga menceritakan
peran Paulus, yakni tentang apa yang ia lakukan dan mengapa ia mengirim kembali Onesimus
kepada Filemon. Setelah itu, ajaklah peserta didik menceritakan pengalaman peserta didik
ketika menjadi pendamai atau pengalaman berada di antara teman yang berselisih.
E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada bagian pengantar,
pemahaman makna, tugas mengisi tabel pada bagian menghayati peran manusia baru dan
tugas menceritakan pengalaman. Penilaian tidak dilakukan dalam bagian yang khusus namun
berlangsung sepanjang proses belajar.
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.
Kompetensi Inti:
KI 1 :
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan percaya diri
dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan tetangganya serta cinta tanah
air.
KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati,
menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya, makhluk ciptaan
Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang dijumpainya di rumah, di sekolah dan
tempat bermain.
KI 4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas, sistematis,
logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang mencerminkan
anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku anak beriman dan
berakhlak mulia.
Kompetensi Dasar:
1.4 Menerima cara hidup manusia baru sebagai perilaku orang yang sudah bertobat.
2.4 Menunjukkan sikap bertanggung jawab sebagai tanggapan manusia berdosa yang
telah bertobat.
3.4 Menceritakan contoh cara hidup manusia baru yang sudah bertobat.
4.4 Mempraktikkan cara hidup manusia baru dengan menjadi teladan bagi sesama.
Indikator:
Pelajaran ini hendak menjelaskan tentang peran orang Kristen menjadi berkat bagi
sekelilingnya. Selama ini berkat dipahami hanya dalam bentuk materi, namun ternyata tidak
hanya itu. Ajaklah peserta didik membaca cerita tentang Bai Fang Li. Harapannya cerita itu
akan menggugah hati dan memberi gambaran kepada peserta didik tentang makna menjadi
berkat bagi sesama. Menjadi berkat juga disertai dengan sikap yang tulus dan rela hati tanpa
mengharap imbalan atau pujian.
Di dalam Bait Allah terdapat tiga belas kotak kolekte yang dikenal sebagai corong-corong
terompet. Disebut demikian karena bentuknya seperti corong-corong terompet dengan bagian
yang sempit pada puncaknya dan bagian yang luas di bawahnya. Setiap kotak itu memiliki
peruntukan yang berbeda-beda – untuk kayu yang dipakai membakar kurban, untuk dupa
yang dibakar di atas altar, untuk pemeliharaan bejana-bejana emas, dan seterusnya. Di dekat
corong-corong terompet itulah Yesus duduk.
Yesus duduk di situ karena sebelumnya ia berdebat dengan utusan-utusan Sanhedrin
(Mahkamah Agama Yahudi) dan orang-orang Saduki. Yesus lelah dan kepala-Nya diletakkan
di antara tangan-tangan-Nya. Ia melihat sekeliling dan Ia melihat banyak orang yang sedang
melemparkan persembahan mereka ke dalam corong-corong terompet tadi, dan kemudian
datanglah seorang janda miskin.
Janda miskin itu hanya memiliki dua lepta (peser). Satu lepton adalah jumlah uang terkecil
dari semua jenis mata uang yang ada pada waktu itu. Arti kata itu sendiri, “yang kurus.” Nilai
uang itu sangat kecil, sehingga karena begitu kecilnya uang itu menjadi seperti tidak ada
harganya. Tetapi pada waktu itu, bagi seorang miskin uang tersebut cukup untuk makan satu
hari. Tentu saja bagi orang kaya itu sama sekali tidak bernilai.
Tetapi anehnya Yesus justru berkata bahwa apa yang dipersembahkan perempuan itu jauh
lebih berharga dari segala persembahan yang dipersembahkan hari itu, sebab itulah semua
yang ia punyai.
1. Pemberian seseorang ditentukan bukan oleh jumlah yang ia berikan, tetapi oleh
jumlah pengorbanan yang terlibat dalam pemberian itu. Sering kali orang kaya
hanya memberi dari kekayaannya -- ini tidak meminta pengorbanan. Pemberian
janda ini menuntut segalanya daripadanya. Ia memberi sebanyak-banyaknya
yang dapat diberikannya.
2. Prinsip ini dapat diterapkan pada segala pelayanan kita bagi Yesus. Ia menilai
pekerjaan dan pelayanan kita tidak berdasarkan ukuran atau pengaruh atau
keberhasilannya, tetapi berdasarkan kadar pengabdian, pengorbanan, iman, dan
kasih yang tulus yang terlibat di dalamnya
Kemudian dari cara hidup jemaat mula-mula, kita pun belajar banyak hal tentang
bagaimana hidup bersama dan saling menjadi berkat bagi orang lain. Dari perikop cara hidup
jemaat mula-mula itu, ada beberapa karakteristik jemaat mula-mula yang dapat kita pelajari:
a. Ia adalah sebuah gereja yang belajar. Jemaat mula-mula melakukan apa yang
diajarkan oleh para rasul. Mereka menatap ke masa depan dan tidak disibukkan
oleh urusan masa lalu. Mereka belajar tentang hikmat dan anugerah Allah.
c. Ia adalah sebuah gereja yang berdoa. Orang Kristen mula-mula sadar bahwa
tidak mungkin mereka dapat hidup dengan bersandar pada kekuatan sendiri.
Mereka berserah kepada Allah agar mereka sanggup menghadapi masalahmasalah
kehidupan.
d. Ia adalah sebuah gereja yang menunjukkan rasa hormat. Pada ayat 43 dipakai
kata “ketakutan” yang memiliki makna/pengertian segan atau terpesona. Orang
Kristen hidup dalam sikap hormat seolah-olah Allah selalu hadir bersama
dengan mereka setiap saat.
g. Ia adalah sebuah gereja yang menyembah (ay. 46). Jemaat mula-mula tidak
pernah lupa untuk datang ke rumah Allah.
h. Ia adalah sebuah gereja yang bersukacita (ay 46). Sukacita ada di dalan
kehidupan jemaat mula-mula. Seorang Kristen yang murung justru kontradiktif
dalam definisi ini.
i. Ia adalah sebuah gereja yang disukai oleh orang lain. Ada dua kata dalam bahasa
Yunani untuk istilah ‘baik.’ Agathos, kata yang secara sederhana menggambarkan
sesuatu yang baik. Kalos, berarti bukan saja baik (kualitasnya, dalamnya), tetapi
juga terlihat baik (luarnya). Kebaikan itulah yang menarik perhatian orang lain.
Kekristenan yang sejati pada hakikatnya disukai oleh orang.
Karakter-karakter jemaat mula-mula inilah yang diharapkan ada pada jemaat Kristen masa
kini ketika dia hadir dan menjadi berkat bagi sesamanya. Menjadi berkat bagi sesama tidak
harus melulu dengan uang. Yang dibutuhkan adalah keikutsertaan menghadirkan karakter-
karakter pada teks Alkitab ini dalam kehidupan sehari-hari. Perempuan janda yang miskin
dan jemaat mula-mula menyumbang banyak hal tentang menjadi berkat bagi sesama.
C. Uraian Materi
Pengertian kita tentang konsep berkat pada umumnya adalah sangat dangkal bahkan
cenderung hanya menganggapnya sebagai materi. Orang Kristen ketika berpikir untuk
meminta berkat kepada Tuhan, maka berkat yang diharapkan adalah curahan materi yang
berkelimpahan. Saat kita berdoa Tuhan berkatilah hidup kami maka yang diharapkan adalah
adanya materi yang banyak berupa uang. Jika setelah berdoa dan kemudian ada uang yang
banyak pada rekening, maka saat itulah kita merasa mendapat berkat.
Demikian pula dengan pekerjaan, orang merasa mendapat berkat apabila pekerjaan itu
menghasilkan uang yang banyak. Kadang-kadang gereja pun menganggap berkat dengan
cara demikian, misalnya ketika gereja bisa memperluas gedung dan membeli tanah karena
banyaknya uang yang ada pada kas. Cara berpikir itulah yang disebut dangkal dalam
memahami makna berkat.
Manusia pada umumnya, termasuk orang Kristen juga terkadang tidak menyadari
bahwa setiap detik dalam kehidupan manusia adalah berkat. Manusia diciptakan Tuhan
dan diberi tempat dalam dunia ini pada saat Dia sudah menyelesaikan penciptaan alam
semesta, dan pada hari keenam ia menciptakan manusia. Manusia adalah ciptaan yang
paling terakhir, hal ini supaya ciptaan ini bisa melangsungkan kehidupan dengan kondisi
alam yang mendukung mereka dapat bertahan hidup. Jadi ketika manusia dapat hidup di
dunia, dia hidup berdasarkan berkat-berkat dari Tuhan.
D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama siswa mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Ajaklah peserta didik membaca kisah
hidup Bai Fang Li, seorang tukang becak yang bekerja demi menolong anak-anak miskin agar
dapat bersekolah. Ia mendedikasikan hidupnya demi orang lain. Ia menjadikan dirinya saluran
berkat bagi orang lain dengan tenaga yang ia miliki untuk bekerja sebagai tukang becak. Dari
cerita tersebut tanyakanlah apa yang mendorong Bai Fang Li melakukan kebaikan sampai
akhir hidupnya? Lalu tanyakanlah apa arti menjadi berkat dalam pemahaman peserta didik.
Kegiatan 1 – Mendalami Cerita Alkitab
Pada bagian ini, ajaklah peserta didik membaca teks Alkitab yang telah ditentukan. Dua
teks yang dipakai akan menolong peserta didik mendalami makna menjadi berkat bagi
sesamanya. Teks pertama dari Injil Lukas bercerita tentang seorang janda yang memberikan
persembahan yang nilainya lebih besar daripada nilai persembahan yang diberikan oleh orang
E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis dengan menjawab pertanyaan
yang ada pada bagian pengantar, pemahaman makna, dan penghayatan lagu. Peserta didik
juga dapat diuji kemampuannya mengembangkan aspek afektifnya dengan menuliskan
pengalaman dan komitmennya untuk menjadi saluran berkat bagi sesama dan lingkungan.
Penilaian tidak dilakukan dalam bagian yang khusus namun berlangsung sepanjang proses
belajar.
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.
Kompetensi Inti:
KI 1 :
Menerima, menjalankan, dan menghargai ajaran agama yang dianutnya.
KI 2 :
Menunjukkan perilaku jujur, disiplin, tanggung jawab, santun, peduli, dan
percaya diri dalam berinteraksi dengan keluarga, teman, guru, dan
tetangganya serta cinta tanah air.
KI 3 :
Memahami pengetahuan faktual dan konseptual dengan cara mengamati,
menanya dan mencoba berdasarkan rasa ingin tahu tentang dirinya,
makhluk ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan benda-benda yang
dijumpainya di rumah, di sekolah dan tempat bermain.
KI 4 :
Menyajikan pengetahuan faktual dan konseptual dalam bahasa yang jelas,
sistematis, logis dan kritis, dalam karya yang estetis, dalam gerakan yang
mencerminkan anak sehat, dan dalam tindakan yang mencerminkan perilaku
anak beriman dan berakhlak mulia.
Kompetensi Dasar:
1.4 Menerima cara hidup manusia baru sebagai perilaku orang yang sudah bertobat.
2.4 Menunjukkan sikap bertanggung jawab sebagai tanggapan manusia berdosa yang
telah bertobat.
3.4 Menceritakan contoh cara hidup manusia baru yang sudah bertobat.
4.4 Mempraktikkan cara hidup manusia baru dengan menjadi teladan bagi sesama.
Indikator:
Sejak dini manusia perlu diajarkan untuk bertanggung jawab atas pemeliharaan lingkungan
dengan menyayanginya, merawatnya, dan mengelolanya secara bertanggung jawab. Selama ini
telah terjadi kerusakan lingkungan. Kerusakan lingkungan yang disebabkan kegiatan manusia
jauh lebih besar dibandingkan dengan kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh proses
alam. Kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan manusia berlangsung secara
terus-menerus dan makin lama makin besar pula kerusakan yang ditimbulkannya. Kerusakan
lingkungan yang disebabkan kegiatan manusia terjadi dalam berbagai bentuk seperti
pencemaran, pengerukan, penebangan hutan untuk berbagai keperluan, dan sebagainya.
Manusia diciptakan Allah untuk turut serta memelihara lingkungan, bukan merusaknya.
Menjadi gambar Allah adalah menjadi wakil Allah di dunia ini. Ini bukan semata-mata
keistimewaan melainkan juga tanggung jawab. Semakin besar hak diberikan, semakin berat
pula kewajibannya. Menjadi gambar Allah bukan hanya memiliki sejumlah potensi Ilahi,
tetapi bagaimana mewujudkan potensi itu bagi kemuliaan Allah.
Apa maksud Allah menciptakan manusia menurut gambar-Nya? Supaya manusia bisa
mengelola dunia dan segala isinya ini untuk kemuliaan Allah. Kata-kata yang digunakan
untuk menyatakan tugas manusia itu, "berkuasa", "taklukkanlah" adalah kata-kata yang
lazim digunakan dalam konteks kekuasaan seorang raja. Beberapa penafsir keberatan
karena menurut mereka penafsiran seperti inilah yang menyebabkan manusia merajalela
mengeksploitasi alam ini dengan segala kerakusannya dengan dalih atas nama Tuhan.
Berapa banyak kerusakan alam dan lingkungan yang menyebabkan menurunnya kualitas
hidup disebabkan ulah manusia?
Perlu disadari bahwa pemberian tugas dari Allah atas manusia di sini sama sekali
tidak membuka peluang untuk mengeksploitasi alam ini. Manusia masa kinilah yang
salah memahami teks ini sehingga menganggap diri memiliki hak untuk mengeksploitasi
alam sesukanya bahkan seringkali tanpa ada usaha melakukan perbaikan atau merestorasi
kembali.
Manusia diatur bukan untuk menjadi raja dunia melainkan mewakili Raja, Sang Pemilik
dunia yang adalah Allah itu sendiri. Tindakan manusia merusak alam milik Allah adalah
tidak berkenan bahkan berdosa di hadapan-Nya. Kerusakan alam yang diakibatkan oleh
manusia berarti pula berkurangnya kenyamanan hidup manusia. Artinya konsekuensi
penyalahgunaan kekuasaan Ilahi akan dirasakan paling berat oleh manusia sendiri.
Dosalah yang menyebabkan gambar Allah dalam diri manusia tidak berfungsi dengan
benar. Manusia hidup bukan untuk kemuliaan Allah melainkan untuk kepentingan diri
sendiri yang bersifat merusak dan menghancurkan. Hanya satu jalan untuk memperbaiki
semua ini, yaitu dengan mengizinkan Allah memperbarui gambar-Nya di dalam diri kita
oleh karya penyelamatan Yesus.
Manusia, sang homo sapiens (artinya: manusia yang berpikir), telah disebut juga sebagai
homo faber (manusia yang membuat/bekerja), juga homo ludens (manusia yang bermain).
C. Uraian Materi
Manusia hidup di dalam lingkungan alam. Bahkan kebutuhan hidup manusia berasal
dari alam. Itu artinya, alam adalah tempat dan juga sumber kehidupan manusia. Akan tetapi,
seringkali manusia justru lupa atau tidak mau tahu tentang mengapa dan bagaimana merawat
lingkungan hidup agar dapat hidup harmonis di dalamnya. Manusia lebih sering menjadi
egois terhadap alam dan mengelola alam secara tidak bertanggung jawab. Parahnya lagi, ada
manusia atau orang Kristen yang justru memperlakukan alam seperti barang yang dapat
diapakan saja. Padahal, Allah menciptakan alam ini untuk menjadi tempat hidup manusia.
Sepantasnya manusia merawat alam atau lingkungan ini agar tetap dapat hidup nyaman di
dalamnya, baik pada masa sakarang maupun masa depan, di mana generasi berikut akan
tinggal dan merawat alam ciptaan Tuhan.
Kerusakan alam dapat disebabkan oleh 2 macam sumber, yakni peristiwa alami alam
yang tak dapat dicegah manusia seperti gempa bumi dan gunung meletus. Sumber kedua
adalah aktivitas manusia yang tidak bertanggung jawab. Berikut ini adalah contoh rusaknya
lingkungan yang disebabkan oleh manusia :
• Sampah. Selain menyebabkan rusaknya alam, sampah juga membawa
akibat berantai bagi manusia dan hewan, seperti: bau busuk, menimbulkan
penyakit serta mempercepat penyebaran kuman, virus, dan bakteri penyakit,
tersumbatnya gorong-gorong aliran air sehingga mengakibatkan banjir serta
mencemari air dan merusak kenyaman kehidupan.
• Hujan asam. Terjadi karena air yang menguap ke atas yang mengandung
polusi seperti asap, debu, dan korosi (karat). Apabila hujan tersebut mengenai
besi, maka akan mengalami karatan dan bila mengenai manusia maka akan
menimbulkan penyakit kulit serta pernapasan dan bila terkena tumbuhan
maka akan mengecilkan tumbuhan dan menurunkan produktivitas tumbuhan
tersebut.
Oleh karena itu, kita harus mempunyai kesadaran tinggi untuk merawat, karena kita
dengan alam memiliki relasi yang saling membutuhkan. Jika kita membiarkan kerusakan-
kerusakan terus terjadi maka tentu kita sendiri yang akan merasakan akibatnya. Sudah
banyak bencana terjadi karena kerusakan alam. Sudah ratusan bahkan ribuan nyawa yang
hilang akibat bencana yang terjadi, karena bencana sendiri berawal dari kerusakan alam. Dan
kerusakan alam itu disebabkan oleh manusia.
Alam adalah ciptaan Tuhan, kita wajib menjaga serta merawatnya, karena jika bukan
kita maka siapa lagi yang akan merawat serta menjaga kelestariannya. Manusia adalah
rekan sekerja Allah dalam merawat bumi, alam ciptaan dan segala isi di dalamnya. Alam
sangat banyak memberikan keuntungan untuk kita, mulai dari udara segar, tumbuhan, dan
kebutuhan manusia lainnya.
Banyak pemerintah di berbagai negara mencanangkan program penghijauan kembali
bumi sebagai wujud pertanggungjawaban merawat bumi. Kita pun bisa memulai dengan hal-
hal kecil, yaitu tidak membuang sampah sembarangan, menanam pepohonan, mengurangi
pemakaian alat-alat yang menggunakan CFO, tidak melakukan perburuan liar, melakukan
penghematan kertas, dan menggunakan kertas daur ulang, dan mengurangi penggunaan
plastik.
1. Menggunakan air dan listrik seperlunya. Dengan demikian, produksi polusi dari
pembangkit listrik tidak semakin mengotori udara.
2. Tidak membuang sampah di saluran air.
3. Menempatkan sampah pada tempatnya.
4. Mengurangi polusi udara.
5. Melakukan penghijauan dengan menanam pohon.
6. Menggunakan benda yang dapat didaur ulang. Misalnya tidak lagi memakai
kantong plastik ketika belanja ke pasar swalayan dengan membawa tas keranjang
sendiri.
7. Menempatkan barang pada tempatnya.
8. Berhemat dalam menggunakan bahan bakar kendaraan.
9. Membuat serapan air.
10. Menyimpan benda yang mengandung zat kimia pada tempat khusus.
11. Tidak menyimpan barang bekas.
12. Menjaga kelestarian hewan yang sudah hampir punah.
D. Kegiatan Pembelajaran
Pengantar
Guru bersama siswa mengawali semua proses belajar-mengajar dengan berdoa dan
bernyanyi, kemudian guru masuk ke dalam pengantar. Ada cerita pengantar yang dapat
dibahas bersama peserta didik. Dalam cerita diangkat kenyataan tentang kotornya pantai
dan laut akibat sampah yang dibuang secara sembarangan oleh manusia. Dengan cerita
itu guru dapat berdiskusi dengan peserta didik tentang fenomena kerusakan alam yang
semakin marak terjadi di muka bumi, yang diakibatkan oleh manusia. Tanyakanlah siapa
yang tanggung jawab atas kerusakan lingkungan dan bagaimana seharusnya manusia
bersikap terhadap lingkungannya.
E. Penilaian
Guru dapat melakukan uji kompetensi melalui tes tertulis yang ada pada bagian pengantar,
pemahaman makna, tugas 1 dan 2 (mengisi tabel) dan tugas 3 membuat puisi dan karangan.
Penilaian tidak dilakukan dalam bagian yang khusus namun berlangsung sepanjang proses
belajar.
F. Berdoa
Akhiri pertemuan dengan berdoa bersama. Guru dan peserta didik dapat menggunakan
doa yang sudah ada di buku. Guru dapat juga meminta salah seorang siswa untuk memimpin
doa dengan menggunakan kalimat sendiri.
Arichea, Daniel C. Dan Howard A. Hatton. 2004. Surat-surat kepada Tomotius dan kepada
Titus. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia dan Yayasan Karunia Bakti Budaya
Indonesia.
Barclay, William. 2004. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat-surat Galatia & Efesus.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
____________. 2005. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Injil Lukas. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
____________. 2006. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Surat 1 dan 2 Timotius, Titus,
Filemon. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
____________. 2007. Pemahaman Alkitab Setiap Hari: Kitab Kisah Para Rasul. Jakarta: BPK
Gunung Mulia, 2007.
Barth-Frommel, Marie-Claire & Pareira, B.A. (2013). Tafsiran Alkitab: Kitab Mazmur 73-150.
Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Barth-Frommel, Marie-Claire. (2011). Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 40-55. Jakarta:
BPK Gunung Mulia.
Baxter, J.Sidlow. (1997). Menggali Isi Alkitab: Kejadian sampai dengan Ester. Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF.
Baxter, J.Sidlow. (1993). Menggali Isi Alkitab: Ayub sampai dengan Maleakhi. Jakarta: Yayasan
Komunikasi Bina Kasih/OMF.
Boland, B.J. dan Naipospos, P.S. (2011). Tafsiran Alkitab: Injil Lukas. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Boland, B.J. 1996. Tafsiran Alkitab: Kitab Injil Lukas. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Browning, W.R.F. (2013). Kamus Alkitab: Panduan Dasar ke dalam Kitab-kitab, Tema,
Tempat, Tokoh, dan Istilah Alkitabiah. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Budiman, R. 1993. Surat-surat Pastoral: I,II Tomotius dan Titus. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
de Graaf, Anne de. (1997) Kitab Suci untuk Anak-anak. Diolah dari buku The Children’s Bible.
Yogyakarta: Kanisius.
de Vries, Anne de. (2009) Cerita-cerita Alkitab Perjanjian Baru, pen. Ny. J. Siahaan-Nababan
dan A. Simanjuntak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
De Heer, J.J. (2013) Tafsiran Alkitab: Injil Matius Pasal 1-22. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Graaf, Anne de. 1997. Kitab Suci untuk Anak-anak. Diolah dari buku The Children’s Bible.
Yogyakarta: Kanisius.
Haidle, Helen. 2012. Ayo Temukan Janji-janji Allah Bagimu! Bersama Teman-temanmu dari
Berbagai Belahan Dunia. Judul Asli: Field Guide to Bible Promises. Penerjemah: Arry
Putro Kristyanto. Jakarta: Yayasan Komunikasi Bina Kasih. (edisi 1).
Hollingworth, Mary. (1995) Buku Internasional: cerita Cerita-cerita Alkitab untuk Anak-
anak, pen.: Connie Item Corputty. Bogor: Alice Saputra Communications.
Jahsmann, Allan Hart & Simon, Martin P.1986. Kita Bisa Selalu Senang: Sejenak Bersama
Tuhan: Kumpulan Renugan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Jahsmann, Allan Hart & Simon, Martin P. 1999. Tuhan di Pihak Kita: SejenakBersama Tuhan:
Kumpulan Renungan Anak. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Kramer, A.Th. 2012. Tafsiran Alkitab: Kitab Yunus. Jakarta: BPK Gunung Mulia.
Kriswanda, Inge. 2012. (penerjemah). Kisah Tokoh-tokoh Unik dalam Alkitab. Seri
Ensiklopedi Anak. Judul Asli: The Baker Book of Bible People for Kids. Penerbit: The
Living Stones Corporation Daryl J. Lucas & Terry Jean Day. (cetakan pertama).
LAI. 2008. Alkitab dalam Bahasa Indonesia Masa Kini. Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Pfitzner, V.C. 1999. Kekuatan dalam Kelemahan: Tafsiran atas Surat 2 Korintus. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Scheunemann, Rainer. 2006. Tafsiran Alkitab: Surat Paulus kepada Filemon. Jakarta: BPK
Gunung Mulia.
Schoolland, Marian M. 2011. Alkitab Bercerita kepada Anak-anak (Judul Asli: Marian’s
Big Book of Bible Stories). Penerjemah: Liberty P. Sihombing, M.A. Cetakan kedua: .
Penerbit: PT. Suara Harapan Bangsa.
Siswanto, Igrea. Januari 2088. Mengajar Sekolah Minggu dengan Kreasi Alat Permainan dan
Peraga. Jakarta: Metanoia. (cetakan kedua).
tanpa penulis. 2007. Buku Pintar 1: Sekolah Minggu. Malang: Gandum Mas. (cetakan kelima).
tanpa penulis,2008. Buku Pintar 2: Sekolah Minggu. Malang: Gandum Mas. (cetakan ketiga).
tanpa nama, (1991) Life Application Bible: New International Version. Wheaton, Illinois &
Grand Rapids, Michigan: Tyndale House Publishers & Zondervan Publishing House.
Vries, Anne de. 2009. Cerita-cerita Alkitab Perjanjian Baru. Judul Asli: Groot Vertelboek.
Diterjemahkan oleh: Ny. J. Siahaan-Nababan dan A. Simanjuntak. Jakarta: BPK
Gunung Mulia. (Cet. 1).
Vries, Anne de. 2010. Cerita-cerita Alkitab Perjanjian Lama. Judul Asli: Groot Vertelboek.
Diterjemahkan oleh: Ny. J. Siahaan-Nababan dan A. Simanjuntak. Jakarta: BPK
Gunung Mulia. (Cet. 2).
Widyapranawa, S.H. (2012). Tafsiran Alkitab: Kitab Yesaya Pasal 1-39. Jakarta: BPK Gunung
Mulia.
Pelajaran 1 Pelajaran 2
Pelajaran 5 Pelajaran 6