Anda di halaman 1dari 35

PROJEK AKHIR ARSITEKTUR 76

Periode LXXVI, Semester Gasal, Tahun 2019/2020

PROPOSAL

PUSAT PENANGKARAN DAN


PENGEMBANGBIAKAN BURUNG BERBASIS
WISATA REKREASI DI SEMARANG
Diajukan untuk memenuhi sebagian persyaratan
Memperoleh gelar Sarjana Arsitektur

Disusun oleh:
Muhammad Kharis Khalimi
13.11.0165

Dosen Pembimbing:
Dr. Ir. A. Roedyanto Soesilo, MSA.

NIDN : 0020065402

PROGRAM STUDI ARSITEKTUR


FAKULTAS ARSITEKTUR DAN DESAIN
UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA
Juli 2019
HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL

PROJEK AKHIR ARSITEKTUR

Periode LXXVI Semester Ganjil, Tahun Akademik 2019/2020

Program Studi Arsitektur, Fakultas Arsitektur dan Desain

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang

Judul : Pusat Penangkaran dan Pengembangbiakan

Burung Berbasis Wisata Rekreasi di Semarang

Nama Lengkap : Muhammad Kharis Khalimi


N.I.M : 13.11.0165

Pembimbing : Dr. Ir. A. Roedyanto Soesilo, MSA.

Semarang, 2019

Mengetahui dan Mengesahkan

Pembimbing,

Dr. Ir. A. Roedyanto Soesilo, MSA.


NIDN : 0020065402

i
PRAKATA

Puji syukur kepada Allah SWT yang telah memberikan berkat,

rahmat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal

berjudul Pusat Penangkaran dan Pengembangbiakan Burung Berbasis

Wisata Rekreasi di Semarang. Proyek judul ini dilakukan di Kota Semarang,

Jawa Tengah. Pengajuan proposal dengan judul tesebut, disusun dalam

rangka untuk memenuhi tahap awal menyelesaikan Projek Akhir Arsitektur

guna memenuhi persyaratan untuk memperolah gelar Sarjana Arsitektur di

Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

Dalam penyusunan Proposal Projek Akhir Arsitektur periode 76

mendapat banyak bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak terkait,

dengan kerendahan hati penulis mengucapkan termakasih kepada :

1. Dr. Ir. A. Roedyanto Soesilo selaku dosen pembimbing yang banyak

memberi saran, kritik, dan masukan dari awal hingga akhir proposal ini

selesai dibuat.

2. MD. Nestri Kiswari, ST., MSc. selaku dosen koordinator Proyek Akhir

Arsitektur 76.

3. Dosen-dosen pembimbing Projek Akhir Arsitektur 76 yang memberi

kesempatan dan menyetujui judul untuk dilanjutkan ke tahap proposal.

4. Orangtua dan keluarga penulis yang selalu mendukung dan

mendoakan penulis untuk keberhasilan dalam menyelesaikan Projek

Akhir Arsitektur ini.

ii
5. Teman-teman dan sahabat yang turut membantu memberi masukan,

kritik dan saran saat penulis merasa kesulitan dalam pembuatan

proposal ini.

Berharap dengan disusunnya Proposal ini dapat memberikan

gambaran dan maksud mengenai gagasan Projek Akhir Arsitektur periode

76 yang berjudul “Pusat Penangkaran dan Pengembangbiakan Burung

Berbasis Wisata Rekreasi di Semarang” serta mengharapkan kritik dan

saran yang bersifat membangun dan mengarahkan. Akhir kata penulis

mengucapkan terimakasih.

Semarang, 2019

Penulis

Muhammad Kharis Khalimi

iii
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... i


PRAKATA ................................................................................................... ii
DAFTAR ISI ............................................................................................... iv
DAFTAR GAMBAR .................................................................................... vi
DAFTAR TABEL ....................................................................................... vii
DAFTAR BAGAN ..................................................................................... viii
BAB I.......................................................................................................... 1
PENDAHULUAN ........................................................................................ 1
1.1. Latar Bekakang ................................................................................. 1
1.2. Isu...................................................................................................... 2
1.3. Pernyataan Masalah Desain ............................................................. 2
1.4. Kajian Pustaka................................................................................... 2
a. Posisi .............................................................................................. 2
b. Originalitas ..................................................................................... 3
1.5. Tujuan dan Manfaat........................................................................... 4
a. Tujuan ............................................................................................. 4
b. Manfaat ........................................................................................... 5
1.6. Sistematika Pembahasan .................................................................. 5
BAB II ......................................................................................................... 7
KAJIAN EMPIRIK DAN KAJIAN TEORITIK ............................................... 7
2.1 Kajian Empirik.................................................................................... 7
a. Gambaran Proyek sejenis ............................................................. 7
b. Gambaran Proyek Pusat Penangkaran dan Pengembangbiakan
Burung yang Berbasis Wisata Rekreasi di Semarang..................... 10
c. Kondisi Tapak............................................................................... 12
d. Kondisi Lingkungan Buatan........................................................ 13
e. Kondisi Lingkungan Alam ........................................................... 13
f. Kondisi Lingkungan Masyarakat ................................................ 15
2.2 Kajian Teoritik .................................................................................. 15
a. Tinjauan Fungsi Proyek secara Teoritik .................................... 15

iv
b. Tinjauan Teoritik .......................................................................... 16
BAB III ...................................................................................................... 22
PENDEKATAN DAN STRATEGI DESAIN ............................................... 22
3. 1 Pendekatan Desain ........................................................................... 22
3.2 Strategi Desain ................................................................................ 22
3.3 Kerangka Alur Pikir ............................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 25

v
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Megananda, pendiri MBOF Bogor......................................... 7

Gambar 2. 2 Kandang terbuka MBOF, Bogor ........................................... 8

Gambar 2. 3 Pemandangan di Taman Burung Bali ................................... 9

Gambar 2. 4 Foto bersama burung-burung di Taman Burung Bali .......... 10

Gambar 2. 5 Kerangka pikir perancangan Zona Penangkaran Burung ... 12

Gambar 2.6 Peta Citra Lokasi Tapak………………………………………..13

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 1. 4. 1 Kajian Pustaka ...................................................................... 3

Tabel 2. 2. b Tinjauan teori berdasarkan Permasalahan Desain .............16


Tabel 3. 1 Pendekatan Desain..................................................................22

Tabel 3. 2 Strategi Desain ..................................................................... .32

vii
DAFTAR BAGAN

Bagan 3. 3. 1 Kerangka Alur Pikir Perancangan ...................................... 24

viii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Bekakang

Menurut IUCN tahun 2016, ada sekitar 21.286 jenis burung di dunia

terancam kepunahan dan sebanyak 1.206 jenis yang terancam punah

tersebut ada di Indonesia. Dari data tersebut tercatat sebanyak 131 jenis

burung Indonesia mengalami ancaman kepunahan. Dengan tingginya

angka tersebut menobatkan Indonesia sebagai nomor satu di dunia dalam

hal jumlah jenis burung yang terancam kepunahan (Roxy, 2015).

Berbagai ancaman serius seperti perburuan liar, perdagangan liar,

penebangan hutan, serta kerusakan lingkungan lainnya menjadi perhatian

penting bagi pemerintah. Dengan adanya berbagai ancaman tersebut

pemerintah perlu untuk menyiapkan suatu tempat bagi jenis-jenis burung

yang terancam punah. Tempat yang dapat menggantikan tempat hidup

bagi jenis burung tersebut. Tempat yang terus diawasi sehingga jauh dari

pemburu liar yang mengincar jenis-jenis burung tertentu. Ditambah dengan

adanya PERMEN LHK nomer 20 tahun 2018 yang mengatur tentang satwa

yang dilindungi di Indonesia.

Kota Semarang salah satu dengan antusias masyarakat penghobi

burung yang sangat besar. Dengan memiliki julukan Kota seribu gantangan

yaitu banyaknya arena perlombaan dan event tahunan berskala nasional

yang diadakan di Kota Semarang dilansir dari mekinus.com. Selain itu

adanya wacana Kota Semarang akan dibangun tempat konservasi dan

pemeliharaan burung khususnya di Hutan Tinjomoyo yang disampaikan

Kepala Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Mardiana Safitri dilansir dari

tribunjateng.com.

1
Untuk dapat merealisasikan wacana tersebut, perlu dirancang sebuah

bangunan yang menjadi wadah untuk pemerintah guna sebagai

penangkaran dan pengembangbiakan berbagai jenis burung yang telah

diatur pada peraturan pemerintah lingkungan hidup. Selain itu bangunan

ini juga digunakan sebagai sarana wisata rekreasi yang mengedukasi

masyarakat akan pentingnya menjaga dan melestarikan ekosistem alam.

Dampak yang diharapkan dari bangunan ini untuk penangkaran dan

pengembangbiakan burung-burung yang dilindungi serta dapat

meningkatkan sector pariwisata di Kota Semarang baik wisatawan

mancanegara maupun wisatawan domestic.

1.2. Isu

Isu yang akan di kembangkan pada projek ini adalah konservasi

burung, rekreatif, edukatif bagi pengunjung.

1.3. Pernyataan Masalah Desain

- Bagaimana merancang tata ruang dan bentuk penangkaran burung yang

mempengaruhi keamanan dan kenyamanan pengunjung?

- Bagaimana merancang konsep penangkaran burung yang berbasis wisata

rekreasi yang mengedukasi?

1.4. Kajian Pustaka

a. Posisi

Pada landasan teori dan program dengan judul Pusat Penangkaran dan

Pengembangbiakan Burung Berbasis Wisata Rekreasi di Semarang

memiliki permasalahan pada fungsi bangunan sebagai penangkaran dan

pengembangbiakan burung yang dapat menjadi satu dengan wisata

rekreasi yang mengedukasi bagi pengunjung.

2
Pada landasan teori dan program dengan judul Taman Burung dengan

Pendekatan Arsitektur Postmodern Metafora dan Taman Burung Surakarta

memiliki permasalahan pada fasilitas yang dibutuhkan, prinsip

perancangan Arsitektur Postmodern Metafora, dan konsep perancangan

Taman Burung.

No Nama Penyusun Judul Karya Jenis Sumber Keterangan

Publikasi

1. - Muhammad Taman Burung Landasan Repository Pendekatan

Hafiz I. S. dengan Teori dan Universitas Riau  Arsitektur

- Ratna Amanati Pendekatan Program (2017) Postmodern

- Mira Dharma S. Arsitektur Metafora

Postmodern

Metafora

2. Yanto W. Taman Burung Landasan Repository

Surakarta Teori dan Universitas

sebagai pusat Program Muhammadiyah

penelitian, Surakarta

pengembangan (2011)

pendidikan,

dan Pariwisata

Tabel 1. 4. 1 Kajian Pustaka

Sumber : Analisis Pribadi 2019

b. Originalitas

Dari beberapa proyek yang berada diatas terdapat sebuah kesamaan

yaitu Penangkaran dan Pengembangbiakan Burung sebagai fasilitas

rekreasi yang mengedukasi bagi masyarakat. Pada proyek pertama yaitu

Taman Burung dengan Pendekatan Arsitektur Postmodern Metafora

3
mempunyai isu permasalahan bagaiamana menerapkan prinsip

perancangan Arsitektur Postmodern Metafora ke dalam perancangan

Taman Burung. Sedangkan pada proyek yang kedua yaitu Taman Burung

Surakarta sebagai Pusat Penelitian, Pengembangan, Pendidikan, dan

Pariwisata mempunyai isu bagaimana menggabungkan beberapa fungsi

bangunan yang dapat menjadi satu serta digunakan sebagai rekreasi.

Pada proyek pertama yaitu Pusat Penangkaran dan

Pengembangbiakan Burung Berbasis Wisata Rekreasi di Semarang,

mempunyai isu permasalahan pada penataan tata ruang dan bentuk yang

dapat menjadi satu dengan wisata edutainment dengan memperhatikan

kenyamanan dan keamanan bagi pengunjung.

Proyek Pusat Penangkaran dan Pengembangbiakan Burung Berbasis

Wisata Rekreasi di Semarang ini memiliki ke khasan dengan focus

penataan ruang dan bentuk bangunan yang digunakan sebagai pusat

penangkaran dan rekreasi dengan memperhatikan kenyamanan dan

keamanan bagi pengunjung. Serta dapat menciptakan sebuah konsep

bangunan sesuai dengan ciri dan karakteristik agar dapat meningkatkan

daya tarik wisatawan.

1.5. Tujuan dan Manfaat

a. Tujuan

Penangkaran dan Pengembangbiakan Burung sebagai tempat

konservasi burung yang dilindungi sekaligus mengembangbiakkan

berbagai jenis burung sebagai sarana rekreasi dan edukasi / tempat

belajar yang dapat menarik para pengunjung.

4
b. Manfaat

1. Manfaat Akademisi ( Bidang Arsitektur )

- Mengiplementasikan desain arsitektur dengan fungsi bangunan

yang dapat menarik para pengunjung.

- Pengaplikasian penataan ruang dan bentuk bangunan untuk

penangkaran yang dapat berintegrasi dengan wisata rekreasi yang

mengedukasi.

2. Manfaat Praktisi

- Memberikan sarana edukasi dan rekreasi bagi masyarakat.

- Memberikan wadah sebagai tempat meningkatkan

perkembangbiakan burung-burung yang langka

- Meningkatkan sektor pariwisata kota Semarang dan Indonesia

1.6. Sistematika Pembahasan

BAB I. PENDAHULUAN

Pendahuluan membahasa hal-hal mendasar seperti latar belakang, isu,

pernyataan masalah desain, kajian pustaka serta tujuan dan manfaat. Hal

terpenting yang menjadi pokok pembahasan yaitu pernyataan masalah

desain serta alasan-alasan yang menjadi latar belakang.

BAB II. KAJIAN EMPIRIK DAN KAJIAN TEORITIK

Pada bab ini berisi tentang Kajian Empirik yang mengemukakan fungsi dan

jenis proyek bangunan yang akan dirancang serta kondisi lokasi yang

menjadi wadah pada projek yang akan dirancang. Sedangkan Kajian Teori

adalah kajian terhadap teori yang mendukung terhadap pernyataan

masalah desain

BAB III. PENDEKATAN DESAIN DAN STRATEGI DESAIN

5
Pada bab ini berisikan Pendekatan desain yang membahas tema desain

yang di gunakan untuk merancang Penangkaran dan Pengembangbiakan

Burung yang Berbasis Wisata Rekreasi. Strategi desain adalah langkah

atau tahapan dalam proses desain, dan Kerangka alur pikir merupakan

ringkasan/inti dari latar belakang hingga pendekatan desain dalam

merencanakan dan merancang Penangkaran dan Pengembangbiakan

Burung yang Berbasis Wisata Rekreasi.

6
BAB II

KAJIAN EMPIRIK DAN KAJIAN TEORITIK

2.1 Kajian Empirik

a. Gambaran Proyek sejenis

Gambaran proyek sejenis yang telah ada di Indonesia yaitu

Mega Orchid Bird Farm (MBOF) dan Taman Burung Bali (Bali Bird

Park).

Gambar 2. 2 Megananda, pendiri MBOF Bogor

Sumber : www.omkicau.com

Mega Orchid Bird Farm (MBOF) adalah sebuah wadah

penangkaran dan pengembangbiakan berbagai jenis spesies unggas

dan burung langka yang ada di Indonesia maupun mancanegara.

MBOF berlokasi di kawasan Desa Cijujung, Kec. Sukaraja, Kab.

Bogor. Selain menampilkan kehidupan alami berbagai jenis burung,

bermacam-macam fasilitas dan kegiatan yang berfungsi untuk

mendidik dan penangkaran. MBOF ini berdiri pada tahun 1997 dan

7
memiliki luas sekitar 2 hektare dengan kandang-kandang kokoh

permanen beserta rumah tinggal terbangun dan terbagi beberapa blok.

Gambar 2. 2 Kandang terbuka MBOF, Bogor

Sumber : www.omkicau.com

Taman Burung Bali berlokasi di Jalan Serma Cok Ngurah

Gambir, Singapadu, Batubulan, Gianyar, Bali. Selain menampilkan

kehidupan alami berbagai jenis burung, bermacam-macam fasilitas

dan program spesial diselenggarakan dengan fungsi mendidik dan

penangkaran. Taman Burung Bali ini berdiri sejak Oktober 1995,

Taman burung ini memiliki luas sekitar 2 hektare dengan koleksi

sekitar 1000 satwa jenis unggas yang berasal dari 250 spesies dan

sejumlah besar adalah langka dan dilindungi, salah satunya adalah

Jalak Bali. Burung khas Papua yaitu Burung Cendrawasih, Burung

Elang and Burung Rajawali, burung koleksi dari Amerika Selatan

seperti Makaw dan Toucan, dan juga Burung Beo dan lainnya yang

berasal dari Afrika. Pemandangan di dalamnya ditata menyerupai

provinsi di Indonesia lengkap dengan hewan khas, tumbuhan, dan

rumah adat seperi rumah Toraja, ada juga ruang untuk daerah lain

seperti Sumatra, Borneo, Jawa, dan Amerika selatan. Terlihat pula dari

dalamnya lapangan hijau di mana burung-burung berlarian dan

8
beterbangan dan terdapat 2000 jenis tanaman tropis termasuk 50 jenis

tanaman palem dengan keramaian kupu-kupu juga melengkapi taman

burung ini.

Gambar 2. 3 Pemandangan di Taman Burung Bali

Sumber : www.jejakpiknik.com

Taman burung ini juga memiliki program tersendiri di setiap

harinya antara lain Bali Rainforest yang berisi petualangan

menyaksikan aneka burung dari Indonesia beterbangan, Basic instinct

yang menampilkan aksi burung pemangsa berburu mulai dari elang,

falkon, dan burung hantu. Ditambah lagi wahana Guyu-guyu Corner di

mana para pengunjung dengan bebas bersentuhan dengan para

burung kakak tua untuk berfoto-foto, Feed the Lory, Papua Rain Forest

Feeding, Meet the Birdstar di mana akan ditampilkan burung langka

sejenis beo hitam bernama Kakatua Raja dan burung Julang Emas,

Feed the Pelican, The Komodo Experience yaitu kumpulan reptil dari

Asia Tenggara seperti Komodo, ular piton, dan berbagai macam

spesies kadal, dan bioskop empat dimensi. Tidak hanya menikmati

keindahan dan bercengkrama dengan burung-burung, para

pengunjung juga dapat melihat pengembangbiakkan burung-burung,

saat para burung itu diberi makan, dan berfoto bersama dengan

burung-burung yang dilepas bebas.

9
Gambar 2. 4 Foto bersama burung-burung di Taman Burung Bali

Sumber : www.jejakpiknik.com

Fasilitas lainnya yang terdapat di Taman Burung Bali adalah

restoran, kafe, dan toko cenderamata yang berkaitan dengan burung.

Ada juga area inkubator di mana para seniman Bali menggambar telur-

telur burung di taman tersebut dengan corak tradisional. Di samping

itu, lokasi taman burung tersebut juga berdekatan dengan objek wisata

bali lainnya seperti pertunjukan tari barong di Batubulan, Pasar Seni

Sukawati dan Guwang, Kintamani, Ubud, dan Pantai Sanur.

b. Gambaran Proyek Pusat Penangkaran dan Pengembangbiakan

Burung yang Berbasis Wisata Rekreasi di Semarang

Perancangan Pusat Penangkaran dan Pengembangbiakan Burung

yang Berbasis Wisata Rekreasi Di Semarang ini bertujuan sebagai

wadah untuk konservasi burung-burung yang wajib di lindungi sesuai

peraturan pemerintah yang sudah ada, serta sebagai sarana rekreasi

dan edukasi bagi masyarakat akan pentingnya menjaga satwa yang

langka dilindungi. Pada perancangan Pusat Penangkaran dan

Pengembangbiakan Burung yang Berbasis Wisata Rekreasi ini akan

dibagi menjadi beberapa zona secara umum yaitu zona utama

(sangkar), zona ampliteater, zona tiketing, zona pengelola, zona

10
penelitian dan konservasi, zona servis, zona openspace, dan zona

parkir.

Zona Utama (sangkar) taman burung nantinya akan dijadikan

sebagai taman yang berisikan berbagai macam jenis burung yang

dibebas liarkan seperti di alamnya. Terbagi atas taman burung

herbivora atau pemakan biji-bijian dan taman burung karnivora atau

pemakan serangga.

Zona Ampliteater nantinya akan dijadikan sebagai pusat dari

penghubung zona – zona yang ada. Dan di zona ampliteater nantinya

akan digunakan sebagai tempat pertunjukan / show burung.

Zona pengelola di dalamnya terdapat gedung pengelola yang berisi

ruang direktur dan jajarannya. Pada gedung pengelola juga terdapat

ruang karyawan dan ruang penyimpanan untuk persediaan pakan

burung.

Zona Penelitian dan Konservasi di dalamnya terdapat gedung

peneliti dan konservasi terdapat ruang – ruang untuk pemeliharaan

bayi burung dan ruang perawatan burung.

Zona Open Space nantinya akan ada ruang terbuka hijau yang

digunakan sebagai taman bermain outdoor untuk anak – anak, sebagai

taman terbuka bagi pengunjung, sebagai tempat berlatih burung,

sebagai tempat perlombaan / kontes burung.

Dan ada juga Zona Servis dan Parkir, Zona Servis nantinya akan

ada beberapa bangunan penunjang di dalamnya seperti foodcourt, jual

souvenir, musholla, toilet dan fasilitas penunjang lainnya. Sedangkan

11
untuk zona parkir nantinya akan digunakan sebagi tempat parkir mulai

dari pengendara sepeda, sepeda motor, mobil, dan bus pariwisata.

Selain itu gedung tiketing yang berada di bagian depan kawasan

Taman Burung ini difungsikan sebagai enterance dan nantinya akan

berisi ruang informasi, tempat menjual tiket, dan tempat menjual

souvenir.

Gambar 2. 5 Kerangka pikir perancangan Zona Penangkaran Burung

Sumber: Analisa Pribadi, 2019

c. Kondisi Tapak

Lokasi yang dipilih sebagai lahan perencanaan dan perancangan

pembangunan Pusat Penangkaran dan Pengembangbiakan Burung

Berbasis Wisata Rekreasi di Semarang ini berada di Jl. Tinjomoyo, Kec.

Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah.

12
Gambar 2. 6 Peta Citra Lokasi Tapak

Sumber : maps.google.co.id

Tapak yang dipilih ini memiliki luasan sekitar 52.000 m². Batas tapak

pada sisi utara, selatan, barat, dan timur yaitu lahan kosong.

d. Kondisi Lingkungan Buatan

Lokasi tapak di Kecamatan Banyumanik ini adalah sebagian besar

Pemukiman, perdagangan, jasa, pendidikan seperti Universitas Katolik

Soegijapranata. Selain itu juga memiliki akses jalan yang cukup lebar dan

jaringan listrik.

e. Kondisi Lingkungan Alam

- Geografis

Kota Semarang adalah salah satu kota penting yang terletak di

pesisir utara Jawa. Kota Semarang memiliki ketinggian dari 2 meter

bawah permukaan laut hingga 340 meter diatas permukaan laut dengan

kemiringan lereng 0% - 45%. Kota Semarang merupakan kota yang

memiliki kondisi topografi yang unik berupa wilayah dataran rendah yang

13
sempit dan wilayah perbukitan yang memanjang dari sisi barat hingga sisi

timur Kota Semarang. Wilayah dataran rendah di Kota Semarang sangat

sempit.

Wilayah dataran rendah pada wilayah barat Kota Semarang hanya

memiliki lebar 4 kilometer dari garis pantai, sedangkan pada wilayah timur

Kota Semarang wilayah dataran rendah semakin melebar hingga 11

kilometer dari garis pantai. Wilayah dataran rendah ini merupakan

dataran banjir dari sungai - sungai besar yang mengalir di Kota

Semarang, seperti Kali Garang (Banjir Kanal Barat), Kali Pengkol, dan

Kali Bringin. Wilayah dataran rendah ini membentang di sisi utara Kota

Semarang dan hampir mencakup 40% total wilayah Kota Semarang.

Wilayah dataran rendah ini dikenal sebagai kota bawah (Semarang

Ngisor), sekaligus sebagai pusat aktivitas perekonomian kota. Dengan

kondisi demikian, wilayah kota bawah seringkali dilanda banjir tahunan

dan puncaknya ketika musim penghujan. Sejumlah wilayah khususnya

Semarang Utara, banjir ini kadang juga disebabkan luapan air pasang laut

( banjir rob). Wilayah perbukitan di Kota Semarang ini membentang di sisi

selatan. Perbukitan ini merupakan bagian dari rangkaian formasi

pegunungan utara Jawa yang membentang dari Banten hingga Jawa

Timur. Wilayah perbukitan di Kota Semarang dikenal sebagai kota atas

(Semarang Dhuwur). Wilayah perbukitan ini juga merupakan kawasan

hulu dari sungai - sungai besar yang mengalir di Kota Semarang. Wilayah

kota atas juga bagian dari bentang kaki gunung api Ungaran, yang

terletak pada sisi selatan Kota Semarang.

Kelurahan Tinjomoyo merupakan salah satu kelurahan yang ada di

Kecamatan Banyumanik. Kecamatan Banyumanik terletak di daerah yang

sering disebut sebagai kota atas Semarang. Wilayah Kecamatan

14
Banyumanik berada di ketinggian rata-rata 300 meter di atas permukaan

laut dengan suhu udara rata-rata 20-22 derajat Celcius. Banyumanik

merupakan daerah ekonomi baru yang berkembang di kota Semarang.

Hal ini dikarenakan kawasan kota bawah yang sering terkena banjir akibat

luapan air laut (rob) dan udara kawasan ini yang relatif lebih sejuk.

f. Kondisi Lingkungan Masyarakat

Kondisi lingkungan tapak masyarakat dari aspek ekonomi cenderung

menengah kebawah. Sedangkan pada aspek sosial memiliki intensitas

yang cukup besar, karena bangunan di sekitar tapak merupakan bangunan

pendidikan, perdagangan dan jasa.

2.2 Kajian Teoritik

a. Tinjauan Fungsi Proyek secara Teoritik

1. Pengertian Penangkaran

Penangkaran diartikan sebagai suatu kegiatan untuk

mengembangbiakan jenis-jenis satwa liar dan tumbuhan alam, bertujuan

untuk memperbanyak populasinya dengan mempertahankan kemurnian

jenisnya, sehingga kelestarian dan keberadaannya di alam dapat

dipertahankan yang meliputi pula kegiatan mengumpulkan bibit atau

induk, pembiakan atau perkawinan atau penetasan telur, pembesaran

anak, serta “restocking” atau pemulihan populasinya di alam (Thohari

1987).

2. Komponen dibutuhkan pada penangkaran

Menurut Anonim (1985), dalam usaha pengembangan suatu

usaha penangkaran satwaliar diperlukan beberapa komponen, antara

lain:

15
 Tenaga ahli yang terdidik, baik dibidang teknik penangkaran atau

yang berhubungan dengan sifat biologi satwa yang ditangkarkan.

 Modal yang cukup kuat dan lancar.

 Pemasaran yang baik dan usaha Restocking.

 Pemantauan terhadap satwa liar yang ditangkarkan.

3. Pengertian Rekreasi Edukasi

Rekreasi adalah kegiatan yang menyehatkan pada aspek sosial,

fisik dan mental. (Jay B. Nash 2009). Edukasi atau disebut juga dengan

pendidikan merupakan segala upaya yang direncanakan untuk

mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat

sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku

pendidikan (Notoadmojo, 2003).

Dengan demikian rekreasi edukasi merupakan sebuah program

yang menggabungkan antara kegiatan wisata dengan kegiatan

pendidikan atau memberi informasi kepada pelaku.

b. Tinjauan Teoritik

- Bagaimana merancang tata ruang dan bentuk penangkaran

burung yang mempengaruhi keamanan dan kenyamanan

pengunjung?

- Bagaimana merancang konsep penangkaran burung yang

berbasis wisata edutainment?

Tabel 2. 2. b Tinjauan teori berdasarkan Permasalahan Desain


Sumber : Anallisis Pribadi, 2019

16
1. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam penangkaran

Menurut Anonim (1985), syarat yang harus di penuhi dalam

melakukan penangkaran, antara lain:

- Mencari tempat penangkaran yang cocok agar dapat dilakukan

pengelolaan dengan baik, ditinjau dari lokasi untuk pelepasan kealam

dan pemanfaatan bibit untuk kedepannya.

- Mengetahui dengan benar ketersediaan dialam dan status

populasinya.

- Kesiapan teknologi yang sudah dikuasai untuk penangkaran agar

usaha penangkaran yang dilakukan berhasil.

- Kesiapan perangkat kebijaksanaan dan sistem pengendalian

pengawasan.

- Factor-faktor social ekonomi masyarakat setempat yang akan terlibat

didalamnya.

2. Bentuk Bangunan

Wujud merupakan hasil konfigurasi tertentu dari permukaan-

permukaan dan sisi bentuk (Ching, 1979 : 50). Ciri-ciri pokok yang

menunjukan bentuk/ wujud dimana ciri-ciri tersebut pada kenyataanya

dipengaruhi oleh keadaan bagaimana cara kita memandangnya.

Bentuk dapat dikenali karena ia memiliki ciri-ciri visual, yaitu (Ching,

1979) :

- Wujud : adalah hasil konfigurasi tertentu dari permukaan-permukaan dan

sisisisi bentuk.

- Dimensi : dimensi suatu bentuk adalah panjang, lebar dan tinggi.

Dimensidimensi ini menentukan proporsinya. Adapun skalanya ditentukan

17
oleh perbandingan ukuran relatifnya terhadap bentuk-bentuk lain

disekelilingnya.

- Warna : adalah corak, intensitas dan nada pada permukaan suatu bentuk.

Warna adalah atribut yang paling mencolok yang membedakan suatu

bentuk terhadap lingkungannya. Warna juga mempengaruhi bobot visual

suatu bentuk.

- Tekstur : adalah karakter permukaan suatu bentuk. Tekstur mempengaruhi

perasaan kita pada waktu menyentuh, juga pada saat kualitas pemantulan

cahaya menimpa permukaan bentuk tersebut.

- Posisi : adalah letak relatif suatu bentuk terhadap suatu lingkungan atau

medan visual.

- Orientasi : adalah posisi relatif suatu bentuk terhadap bidang dasar, arah

mata angin atau terhadap pandangan seseorang yang melihatnya.

- Inersia Visual : adalah derajad konsentrasi dan stabilitas suatu bentuk.

Inersia suatu bentuk tergantung pada geometri dan orientasi relatifnya

terhadap bidang dasar dan garis pandangan kita.

3. Sirkulasi

Sirkulasi adalah elemen yang sangat kuat dalam membentuk

struktur lingkungan. Tiga prinsip utama dalam pengaturan teknik sirkulasi

a. Jalan harus menjadi elemen ruang terbuka yang memiliki dampak

visual yang positif.

b. Jalan harus dapat memberikan orientasi kepada pengemudi dan

membuat lingkungan menjadi jelas terbaca.

c. Sektor publik harus terpadu dan saling bekerjasama untuk

mencapai tujuan bersama.

18
Ada 5 pola sirkulasi :

a. Linier

Pola linier adalah jalan yg lurus yg dapat menjadi unsur pembentuk

utama deretan ruang. Tipe ruang ini biasanya menempatkan

fungsi-fungsi yang ada dalam satu tata atur yang menyerupai

sebuah garis lurus yang meneruskan fungsi dari ruang satu ke

ruang yang lain sehingga terjadi interaksi tatap muka langsung

antar keduanya.

b. Radial

Tipe Ruang radial merupakan perkembangan dari tipe ruang

pertama hanya saja pada tipe ini punggung saling berhadapan

sehingga muka mengarah keluar dan tidak ada akses masuk untuk

kedalam. Pada jenis tipe radial harus menentukan satu fungsi

ruang yang akan dijadikan pusat perhatian penghuni, dan ruang-

ruang yang memiliki fungsi lain akan selalu mengarah atau

memusatkan pada ruang yang dijadikan pusat. Bisa disebut juga

pusat/center dari ruangam tersebut dimana langkah sesorang akan

otomatis mengarah pada ruangan itu.

c. Spiral

Pola spiral adalah suatu jalan menerus yang bersasal dari titik

pusat, berputar mengelilinginya dan bertambah jauh darinya.

d. Network

Pola ini terdiri dari beberapa jalan yang menghubungkan titik-titik

terpadu dalam ruang.

e. Campuran

Pola ini dalah kombinasi dari sirkulasi pada suatu bangunan,

misalnya karenya terbentuk orientasi yang membingungkan.

19
4. Arsitektur Hybrid

Konsep Hybrid merupakan salah satu metode perancangan dalam

sebuah karya Arsitektur yang muncul di era Post Modern. Secara

etimologis Hibrid merupakan penggabungan beberapa aspek yang

berbeda (binary oposisi), tentunya dalam bidang Arsitektural. Menurut

Jencks, hybrid merupakan suatu metode untuk menciptakan sesuatu

dengan pola-pola lama (sejarah), namun dengan bahan dan teknik yang

baru. (Jencks, C. :1997). Ada beberapa tahapan dari metode Hybrid ini

adalah sebagai berikut:

 Elektik atau Quotation

Artinya menelusuri dan memilih pembendaharaan bentuk dan

elemen arsitektur dari masa lalu yang dianggap potensial untuk

diangkat kembali. Asumsi dasarnya adalah telah mapannya kode dan

makna yang diterima dan dipahami oleh masyarakat

 Manipulasi dan Reduksi

Elemen-elemen elektik atau hasil dari quotation tersebut selanjutnya

dimanipulasi atau dimodifikasi dengan caracara yang dapat

menggeser, mengubah, dan atau memutar balikan makna yang telah

ada. Beberapa teknik manipulasi ini meliputi:

- Reduksi dan siplikasi

- Repetisi

- Distorsi bentuk

- Disorientasi

- Disproporsi

- Dislokasi

20
 Penggabungan Penggabungan dan penyatuan beberapa elemen

yang telah dimanipulasi atau dimodifikasi ke dalam desain yang telah

ditetapkan order-nya.

Dengan begitu Arsitektur Hybrid merupakan suatu konsep

bangunan dalam mempersatukan ruang, bentuk, teknik, dan fungsi

menggunakan metode penggabungan dua gen yang saling bertentangan

serta didominasi oleh suatu kutub.

21
BAB III

PENDEKATAN DAN STRATEGI DESAIN

3. 1 Pendekatan Desain

Aspek Keterangan

Perancangan tata ruang yang disesuaikan dengan fungsi proyek


Tata Ruang dan
yaitu Penangkaran dan Pengembangbiakan Burung yang dapat
Bentuk Massa
menarik wisatawan dengan penyelesaian masalah desain yang
Bangunan
ada.
Perancangan sirkulasi ruang dalam dan ruang luar pada Pusat
Sirkulasi Ruang Penangkaran yang dapat mempengaruhi kenyamanan dan
keamanan wisatawan pada saat beraktifitas.
Perancangan konsep bangunan yang menggabungkan 2 fungsi
Arsitektur Hibrid
bangunan yang bebeda agar dapat menjadi satu kesatuan

Tabel 3. 1 Pendekatan Desain

Sumber : Analisis Pribadi, 2019

3.2 Strategi Desain

Masalah Desain Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

Analisa fasilitas apa


saja yang Menerapkan tema
Tata Ruang dan Analisa kegiatan dibutuhkan untuk dan penekanan
Bentuk Masa yang dilakukan memenuhi kegiatan desain sesuai fungsi
oleh pengguna yang pengguna dan pelaku pada
Bangunan
sesuai dengan bangunan
fungsi bangunan

Merancang konsep
Analisa fungsi
Analisa bentuk yang bangunan dengan
Arsitektur Hibrid dominan dan
sesuai berdasarkan fungsi yang berbeda
pengguna
fungsi dan pengguna agar dapat menjadi
dominan
satu kesatuan

22
Menerapkan
Analisa fungsi Analisa fungsi
sirkulasi tata ruang
Sirkulasi Ruang dominan dan kegiatan dominan
luar dan dalam
pengguna dan pengguna
sesuai fungsi dan
dominan dominan
pelaku

Tabel 3. 2 Strategi Desain

Sumber : Analisis Pribadi, 2019

Permasalahan Desain Tahap 1 Tahap 2 Tahap 3

Bagaimana merancang tata ruang dan

bentuk penangkaran burung yang

mempengaruhi keamanan dan

kenyamanan pengunjung?

Bagaimana merancang konsep

penangkaran burung yang berbasis

wisata rekreasi yang mengedukasi?

23
3.3 Kerangka Alur Pikir

Bagan 3. 3. 1 Kerangka Alur Pikir Perancangan

Sumber : Analisis Pribadi, 2019

24
DAFTAR PUSTAKA

Ardan Nuril Muhammad dan Mahendra Sukma Angger. Jurnal. 2017. Metode
Hybrid dalam Perancangan Terminal Kampung Melayu Jatinegara,
Jakarta Timur, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Suarabaya

D. K. Ching, Francis. Arsitektur Bentuk Ruang dan Tatanan. 1979. Jakarta.


Penerbit Erlangga

Dewi Marsitha. Laporan praktikum. 2015. Pengelolaan Penangkaran Burung


Mega Orchid Bird Farm (MBOF), Cileur, Bogor

Hafiz Muhammad I. S; Amanati Ratna; Dharma Mira S. Jurnal. 2017. Taman


Burung Dengan Pendekatan Arsitektur Postmodern Metafora,
Universitas Riau, Pekanbaru

Jencks, C. 1997. Theory And Manifestoes. Academy Edition. New York.

Nash, Jay B. (2013). Pengertian Rekreasi dan Jenis rekreasi.

Notoatmodjo S. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Rineka cipta : Jakarta

Roxy. 2015. Jenis-jenis Burung Langka Indonesia Terancam Punah

Surasetja Irawan Drs. MT, 2017. Bahan Ajar Pengantar Arsitektur

Thohari M. 1987. Gejala inbreeding dalam penangkaran satwaliar.Media


Konservasi 1(4): 1-10.

Yanto Wiji. Tugas AKhir. 2010. Taman Burung Surakarta sebagai pusat
penelitian, pengembangan, pendidikan, dan pariwisata, Universitas
Muhammadiyah, Surakarta

Diakses dari: http://mediaronggolawe.com/ jenis-jenis-burung-langka-


indonesiaterancam-punah.html

Diakses dari: http://marsithadewi.blogspot.com/2015/09/pengelolaan-


penangkaran-burung-di-mega.html

25
Diakses dari:
https://www.suaramerdeka.com/smcetak/baca/76770/pengelolaan-objek-
wisata-belum-optimal

Diakses dari: https://jateng.tribunnews.com/2017/05/14/asyik-hutan-


wisata-tinjomoyo-semarang-akan-dikembangkan-jadi-taman-burung-
dan-hayati

Diakses dari: http://mekinus.com/index.php/2018/05/13/kombes-


barometernya-kicaumania-kota-semarang/

Diakses dari: https://omkicau.com/2013/06/06/mbof-bogor-breeding-


burung-lokal-dan-impor/

26

Anda mungkin juga menyukai