Anda di halaman 1dari 34

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan di bidang kesehatan bertujuan untuk meningkatkan derajat

kesehatan masyarakat agar tingkat kesehatan masyarakat menjadi lebih baik.

Pembangunan di bidang kesehatan gigi merupakan bagian integral pembangunan

kesehatan nasional. Dalam melaksanakan pembangunan kesehatan, pembangunan

di bidang kesehatan gigi tidak boleh ditinggalkan, demikian juga sebaliknya bila

ingin melaksanakan pembangunan di bidang kesehatan gigi, tidak boleh dilupakan

kerangka yang lebih luas, yaitu pembangunan di bidang kesehatan umumnya

(Suwelo,1992).

Dalam Riskesdas Nasional tahun 2013 menyebutkan bahwa prevalensi

penduduk yang bermasalah dengan gigi dan mulut adalah 25,9 %, sedangkan

prevalensi penduduk yang menerima perawatan adalah sebanyak 31,1 %

sementara 68,9% tidak dilakukan perawatan. Dari jumlah angka tersebut

berdasarkan kelompok umur 1-4 tahun yang bermasalah dengan gigi dan mulut

adalah sebanyak 10,4% dan yang mendapat perawatan dari tenaga medis gigi

sebanyak 25,8%. Kelompok umur 5-9 tahun yang bermasalah dengan gigi dan

mulut adalah sebanyak 28,9% dan yang mendapat perawatan dari tenaga medis

gigi adalah 36,1%.(Kemenkes, 2014).

Berdasarkan data profil Dinas Kesehatan Propinsi Sumatera Barat tahun

2015 menunjukan bahwa terdapat perbandingan angka perawatan gigi yang karies

1
antara tindakan penambalan dengan pencabutan adalah sebanyak 0,28%

(Kemenkes, 2016).

Penyakit karies gigi dapat terjadi apabila ketahanan faktor penjamu yaitu

gigi yang rapuh karena kurangnya masukan nutrisi, adanya mikroorganisme,

adanya sukrosa dan adanya faktor waktu. Apabila salah satu faktor tersebut tidak

ada maka penyakit karies gigi tidak akan terjadi. Menurut Kidd dan Bechal, karies

merupakan suatu penyakit jaringan keras gigi yaitu email, dentin dan cementum

yang disebabkan aktifitas suatu jasad renik dalam karbohidrat yang diragikan.

Indeks yang dipakai untuk menentukan karies klinis gigi sulung adalah indeks

decay extraktie filling (def-t), d = decayed yang berarti gigi susu dengan karies

yang masih bisa di tambal, e = extractie yang berarti gigi sulung yang telah atau

akan dicabut karena karies dan f= filling adalah gigi sulung yang telah ditambal

karena karies dengan kondisi sehat. Indeks karies adalah angka yang

menunjukkan jumlah gigi dengan karies pada seseorang atau sekelompok orang.

Indeks ini diusulkan pertama kali oleh WHO sejak tahun 1977, kemudian WHO

juga menentukan kriteria def-t rata-rata tentang tinggi rendahnya suatu daerah atau

negara (Herijulianti, dkk 2002).

Faktor resiko tingginya angka def-t gigi sulung mempunyai kondisi dan

peranan tertentu. Keparahan dan penyebaran proses kerusakan gigi sulung lebih

cepat bila dibandingkan dengan gigi tetap. Lebih murah dan cepatnya proses

kerusakan disebabkan oleh kondisi tertentu anak, misalnya struktur dan morfologi

gigi sulung yang berbeda dengan gigi tetap. Anak masih sangat bergantung pada

orang dewasa dalam pemeliharaan kesehatan gigi, anak-anak lebih senang dan

2
lebih sering mendapat kesempatan makan makanan dan minuman kariogenik

(Suwelo, 1992).

Peran aktif orang tua dibutuhkan dalam perawatan gigi anak, biasanya

anak tidak peduli dengan kondisi giginya, hal ini tugas orang tua untuk

membimbing anak tentang perlunya menjaga kebersihan gigi, seperti

membiasakan menyikat gigi sesudah makan dan sebelum tidur dengan cara

mengajak anak untuk menggosok gigi bersama-sama dengan memberikan

pengertian sedikit demi sedikit lambat laun akan menanamkan rasa disiplin dan

kebiasaan pada anak untuk merawat giginya sendiri. Orang tua sebagai orang

yang paling dekat dengan anak haruslah merawat gigi anak sedini mungkin agar

gigi anak sehat, bersih dan teratur (Suwelo, 1992).

Ibu memegang peranan penting dalam keluarga, sebagai seorang istri dan

ibu dari anak-anaknya. Hal yang perlu dicermati yang teramat penting, yaitu

peranan ibu. Figur pertama yang dikenal anak begitu ia lahir adalah ibunya, maka

dari itu perilaku dan kebiasaan ibu dapat dicontoh oleh sang anak. Pengetahuan

ibu tentang kesehatan gigi sangat menentukan status kesehatan gigi anaknya,

namun tahu saja tidak cukup dan perlu di ikuti dengan peduli dan bertindak.

Holt RD’dkk., tahun 1995, melakukan penelitian tentang efek pendidikan

kesehatan gigi yang diberikan ibu kepada anaknya yang berusia 5 tahun di

London. Hasil penelitian tersebut mengungkapkan bahwa 69% dari anak-anak

yang ibunya memberikan oral health education di rumah memperlihatkan bebas

karies, dan angka gingivitis (radang gusi) yang lebih rendah dari anak-anak yang

tidak dididik tentang kesehatan gigi dan mulut oleh ibunya.

3
Penelitian terdahulu oleh Vivi Julita tahun tentang Gambaran Bimbingan

Ibu Terhadap Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak Prasekolah di Nagari Sawah

Tangah Wilayah Kerja Puskesmas Pariangan Kabupaten Tanah Datar Tahun 2005

menghasilkan Bimbingan Ibu Baik sebanyak 38 orang dari 76 responden dan

Bimbingan Ibu Cukup sebanyak 38 orang dari 76 Responden serta Bimbingan Ibu

Kurang sebanyak 0 dari 76 responden. Bimbingan Ibu yang cukup terhadap

pemeliharaan kesehatan gigi anak prasekolah dengan status kesehatan gigi anak

prasekolah yang jelek sebanyak 26 orang, bimbingan ibu yang baik dengan status

kesehatan gigi yang baik sebanyak 21 orang, bimbingan ibu yang baik dengan

status kesehatan gigi anak prasekolah yang jelek 17 orang, dan status kesehatan

gigi anak prasekolah yang baik dengan bimbingan ibu yang cukup sebanyak 12

orang.

Anak-anak mempunyai hubungan yang sangat dekat dengan orang tua

terutama ibunya, begitu juga dengan pemeliharaan kesehatan gigi anak-anak juga

sangat bergantung pada ibunya. Kedekatan ini dapat meramalkan bagaimana

status kesehatan gigi anaknya. Setiap orang tua harus mempunyai keterampilan

dan metode dalam menjaga kebersihan mulut untuk membersihkan seluruh

permukaan giginya. Untuk membersihkan permukaan gigi dapat dilakukan

dengan cara menggosok gigi yang baik dan benar. Penelitian yang dilakukan oleh

Sondang Pintauli tahun 2009 tentang Hubungan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan

Mulut terhadap Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD dan SMP di Medan

menyimpulkan hasil penelitiannya adanya hubungan yang signifikan antara

perilaku pemeliharaan kesehatan gigi dengan status DMF-T.

4
Faktor diet makanan sangat mempengaruhi kesehatan gigi dan mulut

seseorang. Anak prasekolah sangat senang dengan makanan cariogenic. Orang tua

harus pintar mengatur diet makanan anak prasekolah. Hal ini sesuai dengan

penelitian yang dilakukan oleh Makinen (2010) Sugar Alcohols, Caries Incidence,

and Remineralization of Caries Lesions yang kesimpulannya bahwa

kesimpulannya kebiasaan mengkonsumsi makanan mengandung gula,

mengkonsumsi alkohol dapat menimbulkan kejadian karies gigi. Kebiasaan

personal hygiene yang buruk mempercepat tumbuhnya mikroorganisme di gigi

dan mulut yang menyebabkan kerusakan pada email gigi.

Pemeriksaan gigi secara berkala yang dilakukan 1 kali dalam 6 bulan

sangat penting dilakukan bimbingan oleh orang tua karena dapat melihat

bagaimana keadaan seluruh gigi-geligi. Hal ini pernah diteliti oleh Sondang

Pintauli 2010 tentang Hubungan Pemeliharaan Kesehatan Gigi dan Mulut

terhadap Status Kesehatan Gigi dan Mulut Siswa SD dan SMP di Medan yaitu

presentase siswa SD yang melakukan pemeriksaan gigi secara rutin yaitu setiap 6

bulan sekali lebih banyak dari anak SMP. Hal ini disebabkan oleh keterlibatan

orang tua pada anak SD lebih dominan dari pada anak SMP yang dianggap sudah

lebih mandiri dalam melakukan pemeliharaan kesehatan gigi.

Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal

10 Januari 2016 di Nagari Sungai Patai Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah

Datar didapatkan jumlah data anak prasekolah sebanyak 69 orang dari 69 orang

ibu, dengan mewawancarai 8 orang ibu dan memeriksa 8 orang anak prasekolah

didapatkan hanya 3 orang anak prasekolah yang mempunyai kebersihan gigi dan

5
mulut yang baik, sisa nya sebanyak 5 orang mempunyai kebersihan gigi dan

mulut yang tidak baik dan 5 orang anak memiliki gigi berlobang.

Uraian diatas membuat peneliti tertarik untuk melihat “ Faktor-Faktor yang

berhubungan dengan Bimbingan Pemeliharaan Kesehatan Gigi Anak Terhadap

Angka def-t Anak Prasekolah di Nagari Sungai Patai Kecamatan Sungayang

Tahun 2017 , sebab bimbingan orang tua dalam memelihara kesehatan gigi dan

mulut anak sangat dibutuhkan karena kesehatan gigi dan mulut sangat menjadi

masalah bagi anak-anak.

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan diatas maka dapat di buat

perumusan masalah dari penelitian ini adalah bagaimana Faktor-faktor apakah

yang Berhubungan dengan Bimbingan Orang Tua dalam Pemeliharaan Kesehatan

Gigi berupa bimbingan dalam cara menyikat gigi yang baik dan benar, bimbingan

dalam memperhatikan diet makanan dan bimbingan dalam memeriksakan gigi

secara berkala terhadap angka def-t anak prasekolah di Nagari Sungai Patai,

Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar tahun 2017.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum.

Diketahuinya Faktor-Faktor yang berhubungan dengan bimbingan orang tua

dalam pemeliharaan kesehatan gigi berupa bimbingan dalam cara menggosok

gigi, bimbingan dalam memperhatikan diet makanan dan bimbingan dalam

memeriksakan gigi secara berkala terhadap angka def-t anak prasekolah di

Nagari Sungai Patai Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar tahun2017.

6
1.3.2 Tujuan Khusus.

1.3.2.1 Diketahuinya distribusi frekwensi angka kejadian def-t pada anak

prasekolah di Nagari Sungai Patai Kecamatan Sungayang Kabupaten

Tanah Datar tahun 2017.

1.3.2.2 Diketahinya distribusi frekwensi bimbingan dalam memperhatikan cara

menggosok gigi yang baik dan benar pada anak pasekolah di Nagari

Sungai Patai Kecamatan Sungayang KabupatenTanah Datar tahun 2017.

1.3.2.3 Diketahuinya distribusi frekwensi bimbingan ibu dalam memperhatikan

diet makanan pada anak prasekolah di Nagari Sungai Patai Kecamatan

Sungayang Kabupaten Tanah Datar tahun 2017.

1.3.2.4 Diketahuinya distribusi frekwensi bimbingan ibu dalam memeriksakan

gigi secara berkala pada anak prasekolah di Nagari Sungai Patai

Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar tahun 2017.

1.3.2.5 Diketahui hubungan bimbingan ibu dalam cara menggsok gigi yang baik

dan benar terhadap angka def-t anak prasekolah di Nagari Sungai Patai

Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar tahun 2017.

1.3.2.6 Diketahui hubungan bimbingan ibu dalam memperhatikan diet makanan

terhadap angka def-t anak prasekolah di Nagari Sungai Patai Kecamatan

Sungayang Kabupaten Tanah Datar tahun 2017.

1.3.2.7 Diketahui hubungan bimbingan ibu dalam memeriksakan gigi secara

berkala terhadap angka def-t anak prasekolah di Nagari Sungai Patai

Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar tahun 2017.

7
1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Bagi peneliti.

Dapat menambah ilmu pengetahuan, pengalaman dan kemampuan dalam

menganalisis suatu masalah melalui penelitian serta menerapkan ilmu

pengetahuan yang telah didapat.

1.4.2 Bagi Tempat Penelitian

Dapat sebagai bahan masukan bagi masyarakat setempat untuk dapat

memberikan bimbingan yang baik terhadap anak prasekolah sehingga dapat

menurunkan angka def-t pada anak prasekolah di Nagari Sungai Patai

Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar.

1.4.3 Bagi Institusi Kesehatan

Dapat menjadi data dan bahan masukan tentang kesehatan gigi dan mulut di

wilayah kerjanya.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

Batasan dari penelitian ini adalah mengenai faktor-faktor yang

berhubungan dengan bimbingan pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut terhadap

angka def-t anak prasekolah , bimbingan dalam cara menyikat gigi yang baik dan

benar, bimbingan dalam memperhatikan diet makanan dan bimbingan dalam

memeriksakan gigi secara berkala terhadap angka def-t anak prasekolah di Nagari

Sungai Patai Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar tahun 2017. Variabel

independen nya adalah bimbingan ibu dalam pemeliharaan kesehatan gigi anak

prasekolah berupa bimbingan ibu dalam hal cara menggosok gigi yang baik dan

8
benar, memperhatikan diet makanan dan memeriksakan gigi secara berkala.

Variabel dependennya adalah angka def-t anak prasekolah. Penelitian ini

dilakukan di Nagari Sungai Patai Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar

tahun 2017. Populasi penelitian ini adalah anak prasekolah yang ada di Nagari

Sungai Patai Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah Datar yang berjumlah 69

orang. Seluruh populasi dijadikan sampel yaitu Total Population karena populasi

tidak lebih dari 100 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan cara kuisioner

kepada orang tua dan pemeriksaan langsung terhadap anak prasekolah.

Pengolahan data dilakukan secara manual dan analisa data melalui analisis

univariat dan dalam bentuk tabel distribusi frekwensi dan analisis bivariat dengan

menggunakan uji statistik chi-square dengan kemaknaan p < 0,05.

9
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Bimbingan.

2.1.1.1 Pengertian bimbingan

Dalam mendefinisikan istilah bimbingan, para ahli bidang bimbingan

konseling memberikan pengertian yang berbeda-beda. Meskipun demikian,

pengertian yang mereka sajikan memiliki satu kesamaan arti bahwa bimbingan

adalah suatu proses pemberian bantuan. Menurut Abu Ahmadi (1991) bahwa

bimbingan adalah bantuan yang diberikan kepada individu secara

berkesinambungan agar dengan potensi yang dimiliki mampu mengembangkan

diri secara optimal.Hal senada juga dikemukakan oleh Prayitno dan Erman Amti

(2004) bimbingan adalah proses pemberian batuan dari seseorang yang ahli

kepada seseorang atau beberapa orang individu baik anak-anak, remaja maupun

orang dewasa (Mubiar Agustin, M.Pd).

Besar kecilnya pengaruh faktor resiko terhadap timbulnya karies gigi sulung

anak usia prasekolah dipengaruhi oleh pengetahuan, kesadaran dan kebiasaan serta

bimbingan orang tua dalam merawat kesehatan gigi (Suwelo, 1997).

2.1.1.2 Bimbingan orang tua dalam menggosok gigi yang baik.

Kebanyakan penyebab masalah kebersihan gigi dan mulut adalah plak.

Plak adalah suatu lapisan lengket yang merupakan kumpulan dari bakteri. Plak

merubah karbohidrat atau gula yang berasal dari makanan menjadi asam yang

10
cukup kuat untuk merusak gigi, walaupun plak mempunyai konsistensi yang

lunak dan mudah dibersihkan dengan penyikatan gigi yang baik, plak akan terus

terbentuk. Oleh karena itu rutinitas melakukan bimbingan anak terhadap

kebersihan gigi sangat penting (Ramadhan,2010). Perawatan gigi yang baik akan

dapat mencegah penyakit gigi dan mulut, antara lain dengan membersihkan gigi

dan mulut dari sisa-sisa makanan yang biasa tertinggal di antara gigi atau pada

fisur gigi. Pencegahan terhadap kerusakan atau kelainan gigi harus di mulai sejak

dini (Tarigan, 1995).

Melakukan bimbingan dalam menggosok gigi setiap hari saat anak dalam

keadaan tidak rewel dan tidak mengantuk dengan teliti namun tidak terlalu lama

supaya anak tidak menjadi bosan. Pada usia 3 tahun keatas, anak bisa mulai

diajarkan berkumur-kumur tapi tetap dengan air matang. Setiap anak mempunyai

satu buah sikat gigi dan pilihlah sikat gigi yang khusus untuk anak-anak. Jangan

memilih sikat gigi untuk dewasa. Umumnya sikat gigi anak bentuknya kecil

dengan tangkai sikat yang mudah dipegang. Pilihlah bulu sikat yang halus dan

lembut, namun cukup kuat. Bulu sikat yang keras dapat mengakibatkan gusi

mengalami abrasi (Suryawati, 2010).

Pasta gigi yang digunakan anak-anak untuk menggosok gigi ada dalam

bermacam-macam warna dan rasa dengan bentuk gel bening maupun pasta. Anak

bisa diajak membeli pasta gigi dengan rasa yang dipilihnya sendiri dan setelah

habis satu tube bisa digantikan dengan rasa lain untuk mencegah anak merasa

bosan (Maulani, 2005). Pasta gigi yang mengandung fluor baru boleh diberikan

kepada anak-anak setelah mereka bisa berkumur-kumur dan membuang air

11
kumurnya dan apabila anak sudah berusia 3–4 tahun berikan pasta gigi dengan

ukuran sebesar kacang tanah atau sekitar 0,5 cm dengan cara agak ditekan ke

sela–sela bulu sikat gigi, namun dalam proses menyikat gigi anak anak harus tetap

dalam bimbingan orang tua (Suryawati, 2010).

Menurut (Ramadhan, 2010) hal-hal yang harus diperhatikan dalam

menggosok gigi adalah:

a. Waktu menggosok gigi minimal 2 kali dalam sehari, yaitu pagi hari setelah

sarapan dan malam hari sebelum tidur. Hal ini disebabkan karena dalam

waktu 4 jam bakteri mulai bercampur dengan makanan dan membentuk plak

gigi. Menyikat gigi setelah makan bertujuan untuk menghambat proses

tersebut. Lebih baik lagi menambah waktu menyikat gigi setelah makan siang

atau minimal berkumur dengan air putih sehabis makan.

b. Menggosok gigi dengan lembut. Menyikat gigi terlalu keras dapat

menyebabkan kerusakan gigi dan gusi. Menggosok gigi tidak diperlukan

tekanan yang kuat karena plak memiliki konsistensi yang lunak, dengan

tekanan yang ringan plak akan terbuang.

c. Durasi menggosok gigi jangan terlalu cepat karena tidak akan efektif

membersihkan gigi dari plak. Menggosok gigi yang tepat dibutuhkan waktu

minimal 2 menit.

d. Rutin mengganti sikat gigi minimal 3 bulan sekali, karena setelah 3 bulan

sikat gigi akan mengurangi kemampuannya untuk membersihkan gigi dengan

baik. Apabila kerusakan sikat gigi terjadi sebelum 3 bulan merupakan tanda

bahwa saat menggosok gigi tekanannya terlalu kuat.

12
e. Menjaga kebersihan sikat gigi. Kebersihan sikat gigi merupakan hal yang

paling utama karena sikat gigi adalah salah satu sumber menempelnya kuman

penyakit.

f. Menggunakan pasta gigi yang mengandung fluoride. Penggunaan pasta gigi

tidak perlu berlebihan karena yang terpenting dalam menggosok gigi adalah

teknik menggosok gigi.

g. Cara menggosok gigi yang baik dan benar harus diperhatikan, langkah-

langkah menggosok gigi yang baik dan benar itu adalah: 1) Ambil sikat gigi

dan pasta gigi, peganglah sikat gigi dengan cara yang nyaman dan oleskan

pasta gigi kira-kira sebesar biji jagung. 2) Bersihkan permukaan gigi bagian

luar yang menghadap ke bibir dan pipi dengan cara menjalankan sikat gigi

pelan-pelan dan naik turun. Mulai pada rahang atas kemudian dilanjutkan

dengan rahang bawah. 3) Bersihkan seluruh permukaan kunyah gigi

(geraham) pada lengkung gigi sebelah kanan dan kiri dengan gerakan maju

mundur dan sedikit memutar sebanyak 10-20 kali. Lakukan pada rahang atas

terlebih dahulu dilanjutkan dengan rahang bawah. Bulu sikat gigi diletakkan

tegak lurus menghadap permukaan kunyah gigi. 4) Bersihkan permukaan

dalam gigi yang menghadap ke lidah dan langit-langit. Lengkung gigi bagian

depan dapat dilakukan dengan caramemegang sikat gigi secara vertikal

menghadap ke depan menggunakan ujung sikat dengan gerakan menarik dari

gusi ke arah mahkota gigi. Dilakukan pada rahang atas dan dilanjutkan

dengan rahang bawah. 5) Sikat juga bagian lidah untuk membersihkan

permukaan lidah dari bakteri dan membuat nafasmenjadi segar. Berkumur

13
sebagai langkah terakhir untuk menghilangkan bakteri-bakteri sisa dari proses

menggosok gigi.

Bimbingan seperti ini terus dilakukan agar dapat menurunkan angka def;t anak

prasekolah.

2.1.1.3 Bimbingan orang tua dalam memperhatikan diet makanan.

Memperhatikan diet makanan anak diantaranya adalah mengurangi

makanan serba manis, makanan yang mengandung zat seperti roti, kentang, nasi

dan sebagainya akan dipecah menjadi maltosa melalui proses yang berlangsung

relatif lama, dan baru kemudian akan diubah oleh bakteri–bakteri pada plak,

ditinjau dari kesehatan gigi resiko kerusakan jaringan mulut telah sangat

berkurang. Ludah juga mengandung karbohidrat tetapi kandungannya demikian

rendah, sehingga metabolisme bakterinya juga rendah. Resiko kerusakan jaringan

mulut yang berkaitan dengan karbohidrat akan sangat berkurang bila secara

teratur permukaan gigi dibersihkan dari plak dan bakteri.

Banyak makan-makanan mengandung karbohidrat makin cepat terjadi

proses demineralisasi dari jaringan keras gigi. Disini dapat disimpulkan bahwa

dari frekwensi konsumsi makanan yang mengandung gula harus sangat dikurangi,

di tinjau dari kesehatan gigi maka yang diartikan dengan mengurangi frekwensi

makan adalah suatu reduksi dari makan-makanan kecil yang dimakan diantara

jam-jam makan (Tarigan, 1990).

Permen dan coklat merupakan contoh makanan penyebab kerusakan gigi.

Kedua jenis makanan tersebut bersifat manis dan lengket. Contoh lainnya seperti

roti yang diberi slai. Kandungan gula dalam makanan tersebut sangat tinggi,

14
dengan demikian bakteri akan mengubah sisa–sisa makanan yang mengandung

gula tersebut menjadi asam. Akhirnya terjadilah kerusakan gigi. Semakin lama

sisa-sisa makanan itu menempel pada gigi, semakin mudah juga gigi mengalami

karies. Dalam hal ini menjadi tanggung jawab ibu dalam memberikan bimbingan

kepada anak untuk dapat mengurangi makanan serba manis tersebut.

Memperhatikan diet makanan anak selanjutnya adalah menghindari

makanan yang terlalu asam, makanan yang bersifat asam dapat merusak gigi,

contohnya cuka, kuah empek-empek, buah-buahan yang terlalu asam. Hindarilah

makanan yang terlalu asam karena makanan tersebut dapat merusak email dan

bagian dalam gigi tanpa bisa diperbaiki lagi.

Hindari makanan keras, terlalu panas, dan terlalu dingin, gigi juga dapat

rusak karena makanan yang keras, terlalu panas, atau terlalu dingin. Selain lapisan

email, saraf gigi juga dapat rusak karena makanan tersebut. Makanan yang panas

identik dengan minuman dingin. Gigi yang rusak ditandai rasa ngilu ketika

menyantap makanan yang terlalu manis, panas, atau dingin atau makanan yang

keras.

Untuk menjaga kesehatan gigi dianjurkan makan-makanan yang

mengandung serat seperti buah-buahan, sayur-sayuran. Beberapa contoh makanan

yang dapat mempengaruhi pertumbuhan gigi diantaranya: 1) ikan dan susu

mengandung kalsium; 2) teh, daging sapi dan sayuran hijau mengandung fluor; 3)

wortel dan pepaya mengandung vitamin A; 4) mangga dan jeruk mengandung

vitamin C; 5) kecambah kacang hijau mengandung vitamin E (Susanto, 2007).

15
2.1.1.3.Bimbingan orang tua dalam memeriksakan kesehatan gigi anak secara

berkala

Saat ini masih banyak orang yang begitu takut memeriksakan giginya.

Sudah merupakan budaya kita malu untuk membuka mulut dihadapan orang lain.

Untuk menghindarkan hal tersebut maka sejak kecil anak-anak harus diajari

bermain-main dengan giginya, sehingga anak terbiasa untuk membuka mulutnya

dan juga harus diterangkan kepada anak bahwa pada waktu pemeriksaan akan

dipergunakan cermin kecil untuk memperjelas bentuk gigi, jangan sekali-kali

menakuti anak untuk pergi memeriksakan giginya (Tarigan, 1995).

Umur 6 tahun, gigi tetap pertama akan tumbuh dibelakang gigi susu. Gigi

ini harus dirawat sebaik mungkin, karena selain gigi ini tidak ada gantinya juga

penting untuk merangsang pertumbuhan rahang. Sedikitnya 6 bulan sekali anak

harus diperiksakan gigi dan mulutnya sehingga gigi-geligi yang mulai rusak dapat

segera diketahui dan ditambal. Kalau kesehatan gigi dan mulut anak tidak

diperiksa ibu tidak dapat secara pasti mengetahui bagaimana keadaan gigi

anaknya, kadangkala ada lobang kecil atau pit dan fissure yang dalam kalau tidak

segera ditambal akan menyebabkan kerusakan gigi anak akan bertambah sehingga

angka def-t meningkat (Tarigan, 1995).

Kunjungan ke dokter dilakukan minimal 6 bulan sekali. Dalam kunjungan ini

dokter akan memeriksa secara keseluruhan keadaan gigi. Pada saat pemeriksaan ini

dokter juga dapat membersihkan karang gigi yang setiap saat terbentuk dan akan

menumpuk di permukaan gigi bahkan sampai masuk ke saku gusi. Kunjungan ke dokter

gigi pertama kali merupakan pengalaman yang mengesankan. Ibu bisa menanamkan

16
tujuan kita untuk memeriksakan gigi sehingga anak bisa mengerti mengapa kita harus

selalu memeriksakan gigi (Susanto, 2007).

2.1.2. Anak Prasekolah.

2.1.2.1. Pengertian anak prasekolah

Menurut Bieechler dan Snowman tahun 1993 dikutip dari Soemiarti

Patmonodewo (2008) mengemukakan bahwa yang dimaksud dengan anak usia

prasekolah adalah mereka yang berusia 3-6 tahun. Mereka biasanya mengikuti

program prasekolah . Sedangkan di Indonesia umumnya mereka mengikuti

Program Tempat Penitipan Anak dan Kelompok Bermain atau Play Group,

sedangkan anak usia 4-6 tahun biasanya mereka mengikuti program program

Taman Kanak-Kanak

Perkembangan yang terjadi pada anak prasekolah di usi 3-6 tahun adalah

umumnya mumlah gigi yang tumbuh adalahsudah lengkap berjumlah 20 buah.

Gigi susu akan tanggal pada masa akhir prasekolah. Gigi permanen akan tumbuh

setelah anak berusi 6 tahun. . Maksud dari penelitian ini anak prasekolah adalah

anak yang berumur 3-6 tahun. Otot dan sistim tulang akan terus berkembang

sejalan dengan usia mereka. Kepala dan otak mereka sudah mencapai ukuran

orang dewasa pada saat anak mencapai usia prasekolah. Jaringan syaraf mereka

juga berkembang sesuai pertumbuhan otak dan mereka akan mampu

mengembangkan berbagai gerakan dan mengendalikannya dengan lebih baik

(Soemiarti Patmonodewo, 2008).

Soemiarti Patmonodewo (2008) juga menjelaskan bahwa anak prasekolah

mempunyai perkembangan kognitif yang sangat tinggi. Kecerdasan dapat

17
dihimpun dari interaksi anak dengan lingkungannya, sehingga pada masa ini lah

paling tepat orang tua sebagai orang yang paling dekat dengan anak memberikan

arahan, bimbingan tentang hal-hal yang baik termasuk bimbingan tentang cara

menggosok gigi yang baik dan benar, bimbingan dalam hal memperhatikan diet

makanan dan bimbingan terhadap pemeriksaan gigi secara berkala.

2.1.3 Kesehatan gigi

2.1.3.1 Pengertian kesehatan gigi

Kesehatan menurut UU.No.36 tahun 2009 adalah keadaan sehat baik

secara fisik, mental spiritual maupun sosial yang memungkinkan orang untuk

hidup produktif secara sosial dan ekonomis, sedangkan kesehatan gigi adalah

keadaan gigi yang bebas dari rasa sakit, gangguan atau kecacatan pada gigi

sehingga gigi tidak

dapat berfungsi sebagaimana mestinya (Depkes.RI.1993).

2.1.3.2 Kesehatan gigi anak

Merawat gigi anak ternyata mudah-mudah susah. Pengetahuan tentang

pertumbuhan gigi bagi orang tua pun tidak kalah penting. Kerapian dan keindahan

gigi seseorang tidak bisa lepas dari faktor genetik. Selain itu faktor kebiasaan juga

sering menjadikan tumbuhnya gigi tidak bagus, misalnya anak masih minum susu

botol sampai besar, atau hobi menghisap jempol (Tarigan, 1995).

Dalam memberikan pendidikan kesehatan fisik pada anak sering orang tua

dan guru hanya membatasi pada kesehatan tubuh saja. Pendidikan kesehatan gigi

(Dental Health Education) sering menjadi pembicaraan yang kurang mendapat

perhatian baik di rumah maupun sekolah. Beberapa alasan mengapa sering orang

18
tua kurang memperhatikan kebersihan dan kesehatan gigi anak. Alasan yang

paling banyak ditemukan adalah masih banyak orang tua yang beranggapan

bahwa gigi pada anak adalah gigi susu, jadi tidak usah dirawat karena juga akan

berganti dengan gigi tetap (Suwelo, 1992).

Pada masa gigi susu itu anak harus mulai diajarkan untuk menjaga

kebersihan dan kesehatan giginya, karena alasan berikut: 1) Pada masa gigi susu,

sedang terjadi pembentukan gigi tetap didalam tulang. Sehingga jika ada

kerusakan gigi susu yang parah dapat mengganggu proses pembentukan gigi

tetapnya. Hal ini dapat mengakibatkan gigi tetapnya tumbuh dengan tidak normal;

2) Mulut adalah pintu utama masuknya makanan ke dalam perut. Mulut adalah

lokasi pertama yang dilalui makanan dalam proses pencernaan. Jika terjadi

gangguan pada mulut maka akan mengganggu kelancaran proses pencernaan; 3)

Infeksi yang terjadi pada gigi dan mulut dapat mempengaruhi kesehatan organ di

dalam tubuh seperti jantung, paru-paru, ginjal. Karena infeksi dalam mulut dapat

menyebar ke dalam organ-organ tersebut yang disebut dengan fokal infeksi; 4)

Infeksi gigi dan mulut yang diderita anak akan membuat anak menjadi malas

beraktivitas dan akan mengganggu proses belajar mereka.

Melihat alasan-alasan tersebut, maka saat ini beberapa sekolah tertentu

memberikan pendidikan kesehatan gigi bagi siswa mereka, bahkan ada sekolah

yang menjadikan pendidikan kesehatan gigi bersama dengan pendidikan

kesehatan umum sebagai bagian dari kurikulum sekolah, bagi para orang tua di

rumah pendidikan kesehatan gigi sudah harus dimulai sejak gigi pertama ada

19
dalam mulut anak, caranya yaitu dengan selalu membersihkan gigi anak setiap

selesai minum susu atau selesai makan (Tarigan, 1990).

Membersihkan gigi anak tidak harus selalu menggunakan sikat gigi,

namun bisa dilakukan dengan menggunakan kain kassa lembut yang dibasahi

dengan air hangat, sepertinya hanya sebuah perlakuan yang biasa saja, tapi

sesungguhnya hal itu memberikan sebuah pengalaman baru yang luar biasa pada

anak. Ketika ibu membersihkan gigi dengan kain lembut yang dibasahi air hangat,

anak merasa bahwa kegiatan membersihkan gigi adalah kegiatan yang

menyenangkan dan itu akan terekam dalam memori anak. Dampaknya, ketika

anak akan diperkenalkan dengan sikat gigi pada usia 1 tahun tidak akan ada lagi

keluhan anak tidak mau menyikat gigi karena takut melihat sikat gigi yang akan

di masukan ke dalam mulut mereka.

Anak berusia 3-6 tahun jumlah gigi dalam mulut sudah lengkap 20 buah.

Anak mulai diajarkan menyikat gigi sendiri dan orang tua tetap mengawasi. Saat

mereka sudah bisa berkumur, boleh ditambah dengan pasta gigi. Ajaklah anak

untuk biasa mengkonsumsi sayur atau buah dan kontrol makanan manis yang

mereka konsumsi. Jangan dihentikan total anak memakan makanan yang manis

karena itu makanan kesukaan mereka, tapi orang tua perlu mengontrol banyaknya

atau macam dari makanan manis yang mereka makan.

Usia 3-6 tahun merupakan usia yang tepat bagi anak untuk belajar

mengenal dokter gigi. Ajaklah anak ke klinik gigi untuk memeriksa gigi mereka

walaupun belum ada keluhan, karena bisa saja sudah terjadi lubang kecil pada gigi

anak yang tidak dirasakan mereka namun sudah harus dilakukan penanganannya.

20
Gigi anak yang sehat akan membuat aktifitas dan kegiatan bermain anak tidak

terganggu sehingga anak akan melewati hari-harinya tanpa harus merasakan sakit

gigi atau keluhan pada giginya (Soemiarti Patmonodewo, 2008).

2.1.4 Karies Gigi

2.1.4.1 Pengertian karies gigi.

Karies gigi adalah penyakit jaringan gigi yang ditandai dengan kerusakan

jaringan, dimulai dari permukaan gigi (pits, fissure dan daerah interproximal)

meluas kearah pulpa ( BRAUER ). Gigi dengan fissure yang dalam

mengakibatkan sisa-sisa makanan mudah melekat dan bertahan, sehingga

produksi asam oleh bakteri akan berlangsung dengan cepat dan menimbulkan

karies gigi (Tarigan, 1995).

Bila gigi telah berlubang dibiarkan saja dan tidak dilakukan perawatan

maka akan meluas makin dalam. Gigi yang berlubang tidak bisa menjadi utuh lagi

seperti jaringan lain yang lunak seperti kulit, jaringan di bawah kulit, gusi, bibir

kalau terluka akan sembuh sendirinya. Gigi tidak demikian. Email tidak ada

kapiler– kapiler darahnya yang bisa mengirim zat-zat pembangunan email. Sekali

berlubang akan tetap berlubang bahkan akan semakin dalam (Machfoedz, 2005).

2.1.4.2. Etiologi karies gigi

Beberapa jenis karbohidrat makanan misalnya sukrosa dan glukosa dapat

diragikan

oleh bakteri tertentu dan membentuk asam sehingga pH plak akan menurun

sampai dibawah 5 dalam tempo 1–3 menit. Penurunan pH yang berulang-ulang

dalam waktu tertentu akan mengakibatkan demineralisasi permukaan gigi yang

21
rentan dan proses karies pun dimulai. Paduan keempat faktor penyebab tersebut

kadang-kadang digambarkan sebagai 4 lingkaran, yaitu host & gigi,

mikroorganisme, substrat dan waktu. Karies hanya bisa terjadi kalau keempat

faktor tersebut ada (Kidd & Bechal, 2002).

Menurut Susanto, 2007 karies gigi disebabkan oleh makanan yang

tergolong karbohidrat misalnya jagung, nasi, ubi dan roti mudah menempel

dipermukaan gigi jika di makan. Sisa-sisa makanan yang menempel pada

permukaan gigi akan diubah menjadi asam oleh kuman-kuman dalam rongga

mulut. Asam tersebut mampu melunakan email dan bagian-bagian dalam gigi

sehingga mudah larut oleh air. Keadaan ini menyebabkan gigi berlubang. Gigi

yang sudah berlubang akan meluas semakin dalam jika dibiarkan saja.

Sejak keyes (1961) yang di kutip oleh Volker dan Russel (1973), Newbrun

(1978), Snawder et al (1980) dan Konig dan Hoogendoorn (1982) mengemukakan

teori tentang 3 faktor utama penyebab karies, yaitu gigi dan saliva,

mikroorganisme serta substrat atau makanan, selanjutnya umum disepakati bahwa

ke 3 faktor utama tersebut harus ada dan berinteraksi dalam prses terjadinya

karies. Newbrun (1977) menambahkan teori 3 faktor ini dengan faktor waktu

sehingga menjadi 4 faktor penyebab karies gigi (Suwelo, 1992).

2.1.5 Angka def-t (def-teeth)

Indeks karies gigi adalah angka yang menunjukkan klinis penyakit karies

gigi. Indeks karies gigi yang biasa di pakai adalah indeks def-t untuk gigi susu

(Herijullianti’dkk., 2002). Pengertian indeks def-t adalah keadaan gigi geligi (gigi

22
susu) seseorang yang pernah mengalami kerusakan, hilang dan perbaikan yang

disebabkan oleh penyakit karies (gigi berlobang).

Untuk pengukuran dengan indeks def-t adalah d = decayed yaitu gigi susu

dengan karies yang masih dapat di tambal, e = extractie adalah gigi susu yang

telah atau harus di cabut karena karies dan f = filling adalah gigi sulung yang telah

di tambal karena karies dengan kondisi sehat. Angka def-t yang diperoleh dari

hasil survey dapat digunakan untuk; 1) mengetahui keadaan kesehatan gigi

masyarakat; 2) mengetahui jumlah karies menurut umur; 3) mengetahui pen

ingkatan jumlah karies dalam waktu tertentu; 4) mengetahui hubungan karies

dengan data yang lain; 5) membuat rencana program dalam menentukan jumlah

tenaga, alat, bahan dan waktu yang diperlukan untuk pelaksanaan program; 6)

melaksanakan program evaluasi (Herijullianti,dkk 2002).

Cara pengukurannya adalah semua gigi diperiksa. Tiap gigi hanya

mungkin dimasukkan dalam satu kategori saja yaitu kategori d, e atau f. Penentuan

skor dari status karies gigi susu ( def-t ) yaitu untuk kondisi sehat A; gigi

berlubang/karies B; tumpatan dengan karies C; tumpatan tanpa karies D; gigi

dicabut karena karies E; sealen/varnish F; albument/mahkota khusus G; cara

menghitung def-t yaitu komponen d (decay) meliputi gigi kode B dan C,

komponen e (ekstraksi) meliputi gigi kode E, dan komponen f (filling)

meliputi gigi kode G (Depkes RI, 1995).

Sebagai indikator tingkat kesehatan gigi dan mulut untuk anak prasekolah

di gunakan indeks def-t. Menurut target WHO tahun 2010 tentang kesehatan gigi

dan mulut untuk anak berusia di bawah 5 tahun tanpa karies sebanyak 90%,

23
berarti sebanyak 18 buah gigi sehat dan hanya 10% atau sedikitnya pada 2 buah

gigi yang mengalami kerusakan termasuk kriteria baik, tetapi jika gigi yang

mengalami kerusakan lebih dari 2 buah gigi maka termasuk pada kriteria jelek

(Herijulianti, dkk 2002)

2.1.6 Angka def-t anak prasekolah

Karies gigi adalah proses patologis yang terjadi karena adanya interaksi faktor-

faktor di dalam mulut (faktor dalam) yang berhubungan langsung dengan proses

terjadinya karies antara lain struktur gigi, morfologi gigi, susunan gigi geligi di rahang,

derajat keasaman saliva, kebersihan mulut, jumlah dan frekwensi makan-makanan

kariogenik. Faktor tersebut berkaitan dengan faktor peranan tertentu.

Penanganan masalah kesehatan gigi anak usia prasekolah bergantung pada

bimbingan orang tuanya, yaitu bimbingan tentang kebersihan gigi, diet makanan,

memeriksakan kesehatan gigi, menghentikan kebiasaan buruk. Kondisi lingkungan dan

perlakuan yang berbeda akan mempengaruhi keadaan kesehatan gigi dan mulut serta

perubahan urutan besar peranan faktor resiko terjadinya karies anak usia prasekolah.

Kesehatan gigi anak usia prasekolah dapat dilihat dari angka def-t anak prasekolah

tersebut. Tinggi rendahnya angka def-t anak prasekolah ini bergantung pada orang tua

atau pengasuhnya yang berbeda ilmu pengetahuannya tentang masalah kesehatan gigi

(Suwelo, 1992).

24
2.2 Kerangka Teori

Faktor Pendorong
(Presdiposing Factors)

- Kepercayaan
- Keyakinan
- Nilai-nilai
- Tradisi, dsb

Faktor Pemungkin
(Enabling Factors)
Angka def-t Anak
- Sarana dan prasarana Prasekolah
seperti: Rumah Sakit,
Puskesmas, Posyandu, dll

Factor Penguat
(Reinforcing Factors)

- Orang-orang yang
menjadi penguat seperti:
orang tua

Gambar 2.1 Kerangka Teori Penelitian


Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bimbingan Pemeliharaan
Kesehatan Gigi Terhadap Angda def-t Anak Prasekolah
Menurut Lawrence W.Green

25
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis dan Desain Penelitian

Jenis Penelitian yang akan dilakukan adalah Survei Analitik dengan desain

penelitian Cross Sectional yaitu melakukan observasi dan pengukuran variabel

independen dan dependen secara bersamaan atau sekali saja untuk

mengidentifikasi faktor faktor yang berhubungan dengan bimbingan tentang

kesehatan gigi pada anak prasekolah di Nagari Sungai Patai Kecamatan

Sungayang Kabupaten Tanah Datar (Arikunto, 2010),

3.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini akan dilakukan di Nagari Sungai Patai, Kecamatan

Sungayang, Kabupaten Tanah Datar. Waktu Penelitian dilakukan pada bulan

Februari tahun 2017.

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1 Populasi

Populasi merupakan suatu objek yang akan di teliti dan memenuhi

karakteristik yang ditentukan (Riyanto, 2011). Populasi penelitian ini adalah

seluruh ibu yang mempunyai anak prasekolah di Nagari Sungai Patai, Kecamatan

Sungayang, Kabupaten Tanah Datar berjumlah 69 orang dan anak prasekolah dari

masing-masing ibu sebanyak 69 orang.

26
3.3.2 Sampel

Sampel adalah sebagian dari objek yang diteliti dan dianggap mewakili atau

representatif populasi.Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh populasi

dijadikan sebagai sampel penelitian (Total Population) karena jumlah populasi

kurang dari 100 orang .

Adapun kriteria sampel adalah sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum dari subjek penelitian yang

layak untuk dilakukan penelitian dan dijadikan responden.

Kriteria inklusi dari penelitian ini adalah:

1) Bersedia menjadi responden.

2) Merupakan anak prasekolah dan ibu yang mempunyai anak

prasekolah di Nagari Sungai Patai Kecamatan Sungayang

Kabupaten Tanah Datar.

3) Hadir pada saat penelitian.

4) Bisa membaca.

b. Kriteria Ekslusi

Kriteria ekslusi merupakan subjek penelitian yang tidak dapat mewakili

sampel karena tidak memenuhi syarat sebagai sampel .

Kriteria Ekslusi dari penelitian ini adalah:

27
1) Ibu yang mempunyai anak prasekolah yang tinggal tidak menetap

di Nagari Sungai Patai Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah

Datar.

3.4 Etika Penelitian

Masalah etika yang harus diperhatikan dalam melakukan penelitian adalah

sebagai berikut:

1. Lembar Persetujuan (Informed Concernt)

Peneliti memberikan lembar persetujuan kepada responden dan

menjelaskan tujuan dilakukannya penelitian ini serta menjelaskan

keuntungan dan kerugian yang diperoleh responden. Jika responden mau

dan setuju maka responden akan menandatangani lembar persetujuan,

tetapi jika responden tidak bersedi maka peneliti tidak boleh memaksa

responden untuk menandatangani lembar persetujuan tersebut.

2. Tanpa Nama (Anonimity)

Penelitimemberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan

cara tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada alat

ukur dan hanya menjelaskan inisial dan kode responden pada lembar

pengumpulan data atauhasil penelitian.

3. Kerahasiaan (Confidentiality)

Peneliti memberikan jaminan kerahasiaan dari hasil penelitian baik

informasi ataupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah

terkumpul dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data

tertentu yang dilaporkan pada hasil riset.

28
3.4 Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

1. Jenis Data

a. Data Primer

Data primer dalam penelitian ini didapat melalui responden yaitu orang

yang dijadikan objek penelitian sebagai sarana mendapatkan informasi

ataupun data. Instrumen yang digunakan untuk anak prasekolah adalah

format pemeriksaan, kaca mulut, sonde, pincet, excavator, dan

instrumen yang dunakan untuk ibu adalah kuisioner.

b. Data Sekunder

Data sekunder merupakan data pencatatan dan pelaporan yang

diperoleh dari UPT Puskesmas Sungayang dan Puskesmas Pembantu

Sungai Patai yang meliputi data-data jumlah anak prasekolah, alamat

tempat tinggal anak prasekolah.

2. Teknik Pengumpulan Data

Peneliti terlebih dahulu membuat surat izin dan mengajukan ke

Kantor Wali Nagari Sungai Patai Kecamatan Sungayang Kabupaten Tanah

Datar. Setelah mendapatkan persetujuan, peneliti menjelaskan kepada

responden maksud dan tujuan dari penelitian ini. Kemudian peneliti

memberikan lembar persetujuan kepada responden untuk disetujui dan di

tandatangani dan jika disetujui maka penelti melakukan pemeriksaan

kepada anak prasekolah dan memberikan kuisioner kepada ibu dari anak

prasekolah. Dalam mengisi kuisioner responden didampingi oleh peneliti.

Dalam pelaksanaan penelitian ini penulis dibantu oleh Bidan di Puskesmas

29
Pembantu Sungai Patai. Pada waktu pelaksanaan posyandu kuisioner

dibagikan oleh Bidan Pustu tersebut kepada ibu-ibu pengunjung posyandu

yang mempunyai anak prasekolah dan penulis melakukan pemeriksaan

gigi langsung kepada anak prasekolah. Sasaran yang belum diperiksa

dikunjungi ke rumah-rumah dan ke PAUD di jorong setempat.

3.5 Teknik Pengolahan Data

3.5.1 Pengecekan data (Cheeking)

Data yang masuk perlu diperiksa kembali, apakah semua kuisioner sudah

diisi dengan benar dan semua pertanyaan sudah di jawab dan apakah ada

kekeliruan dalam pengisian pengisian format pemeriksaan.

3.5.2 Pengkodean data (Coding)

Pada tahap ini peneliti memberikan kode pada setiap data dan informasi

yang sudah dukumpulkan untuk mempermudah pengumpulan data.

3.5.3 Memproses Data (Processing)

Pada tahap ini semua kuisioner dan format pemeriksaan def-t yang lengkap

dan benar diolah secara manual serta di sajikan dalam bentuk tabel distribusi

frekwensi.

3.5.4 Pembersihan data (Cleaning)

Dilakukan pengecekan data terhadap data yang sudah di olah sehingga di

dapat gambaran bimbingan ibu terhadap kesehatan gigi anak prasekolah di

Nagari Sungai Patai Kecamatan Sungayang, Kabupaten Tanah Datar.

30
3.5.5 Penatbulasian Data (Tabulating)

Setelah data dimasukkan dan diolah oleh komputer kemudian peneliti

memasukkan data kedalam tabel-tabel sesuai dengan kriteria yang digunakan pada

penelitian yaitu tabel distribusi frekwensi, tabel hubungan antar variabel.

3.6 Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan menggunakan komputer, adapun analisa

data yang digunakan adalah :

1. Analisa Univariat

Analisis yang dilakukan untuk menjelaskan menjelaskan atau

mendeskripsikan karakteristik setiap variabel penelitian. Analisa

univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari masing-

masing variabel penelitian.

2. Analisa Bivariat

Analisis bivariat dilakukan untuk melihat hubungan antara

variabel independen dengan variabel dependen dengan menggunakan

derajat kemaknaan chi-square test, dikarenakan uji chi-square test

digunakan untuk menilai faktor dari frekuensi hasil observasi dengan

frekuensi yang diharapkan dari sampel, dan untuk mengetahui

keeratan hubungan antar variabel (Susila dan Susanto, 2015). Uji

chi-square test ini menggunakan derajat kemaknaan p , 0,05. Jika p <

0,05 maka H0 ditolak dan Ha diterima (ada hubungan), jika p ≥ 0,05

maka H0 diterima dan Ha ditolak (tidak ada hubungan).

31
3.7 Kerangka Konsep

Kerangka konsepmerupakan model konseptual yang berkaitan

dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan

secara logis beberapa faktor yang dianggap penting (Hidayat, 2009).

Pada penelitian ini yang menjadi variabel independen yaitu status

bimbingan ibu dalam hal cara menggosok gigi yang baik dan benar,

bimbingan ibu dalam hal memperhatikan diet makanan, bimbingan ibu

dalam hal memeriksakan gigi secara berkala, sedangkan variabel dependen

nya adalah angka def-t anak prasekolah.

Adapun kerangka konsep penelitian ini adalah:

Variabel Independen Variabel

Dependen

Bimbingan ibu dalam


hal cara menggosok
gigi yang baik dan
benar.

Bimbingan ibu dalam


hal memperhatikan diet Angka def-t anak
makanan prasekolah

Bimbingan ibu dalam


hal memeriksakan gigi
secara berkala

Gambar 3.1
Kerangka Konsep Penelitian
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bimbingan Dalam
Pemeliharaan Kesehatan Gigi Terhadap Angka def-t Anak Prasekolah

32
3.8 Hipotesa Penelitian

1) . Ada hubungan antara bimbingan cara menggosok gigi yang baik dengan

angka def-t anak prasekolah

2) Ada hubungan antara bimbingan memperhatikan diet makanan dengan

angka def-t anak prasekolah

3) Anda hubungan antara bimbingan memeriksakan gigi secara berkala

dengan angka def-t anak prasekolah

33
3.9 Defenisi Operasional

N Defenisi Alat Cara Skala


Variabel Hasil Ukur
o Operasional Ukur Ukur Ukur
1. Angka def-t Angka yang Format Pemerik 1) Def-t ≤ 2 Ordinal
anak menunjukan pemeri saan berarti
prasekolah jumlah gigi yang ksaan objektif. kriteria
berlubang (d), gigi, baik.
ditambal (f), dan sonde, 2) Def-t > 2
yang harus di kaca berarti
cabut karena mulut, kriteria
karies (e). excava jelek.
tor dan
pinset.

2 Bimbingan Cara ibu untuk Kuisio Respon 1) Baik: 36-45 Ordinal


ibu terhadap membimbing ner den 2) Cukup 26-
cara anak prasekolah mengisi 35
menggosok dalam hal kuisioner 3) Kurang 15-
gigi yang menggosok gigi 25
baik dan yang baik dan
benar. benar.
3 Bimbingan Cara ibu untuk Kuisio Respond 1) Baik: 36-45 Ordinal
ibu terhadap membimbing ner en 2) Cukup 26-
memperhatik anak memilih mengisi 35
an diet makanan yang kuisioner 3) Kurang 15-
makanan baik untuk 25
kesehatan gigi
4 Bimbingan Cara ibu untuk Kuision Respon 1) Baik: 36-45 Ordinal
ibu terhadap membimbing er den 2) Cukup 26-
memeriksa anak prasekolah mengisi 35
kan gigi dalam hal kuisioner 3) Kurang 15-
secara memeriksa 25
berkala kan gigi
minimal 1 kali 6
bulan.

Tabel 3.1
Defenisi Operasional
Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Bimbingan Dalam
Pemeliharaan Kesehatan Gigi Terhadap Angka def-t Anak Prasekolah

34

Anda mungkin juga menyukai