Anda di halaman 1dari 24

BAB II

REAKTOR GANDA

2.1. Tujuan Percobaan


- Membuat neraca massa
- Menghitung konversi reaksi
2.2. Tinjauan Pustaka
Reaktor adalah suatu alat proses tempat di mana terjadinya suatu reaksi
berlangsung, baik itu reaksi kimia atau nuklir dan bukan secara fisika. Dengan
terjadinya reaksi inilah suatu bahan berubah ke bentuk bahan lainnya, perubahannya ada
yang terjadi secara spontan alias terjadi dengan sendirinya atau bisa juga butuh bantuan
energi seperti panas (contoh energi yang paling umum). Perubahan yang dimaksud
adalah perubahan kimia, jadi terjadi perubahan bahan bukan fase misalnya dari air
menjadi uap yang merupakan reaksi fisika. (https://id.wikipedia.org/wiki/Reaktor).
Dalam teknik kimia, Reaktor kimia adalah suatu bejana tempat berlangsungnya
reaksi kimia. Rancangan dari reaktor ini tergantung dari banyak variabel yang dapat
dipelajari di teknik kimia. Perancangan suatu reaktor kimia harus mengutamakan
efisiensi kinerja reaktor, sehingga didapatkan hasil produk dibandingkan masukan
(input) yang besar dengan biaya yang minimum, baik itu biaya modal maupun operasi.
Tentu saja faktor keselamatan pun tidak boleh dikesampingkan. Biaya operasi biasanya
termasuk besarnya energi yang akan diberikan atau diambil, harga bahan baku, upah
operator, dll. Perubahan energi dalam suatu reaktor kimia bisa karena adanya suatu
pemanasan atau pendinginan, penambahan atau pengurangan tekanan, gaya gesekan
(pengaduk dan cairan), dll (https://id.wikipedia.org/wiki/Reaktor_kimia).
Ada tiga tipe pendekatan utama yang digunakan dalam pengoperasian reaktor:
- Reaktor batch
Batch Reactor adalah tempat terjadinya suatu reaksi kimia tunggal, yaitu reaksi yang
berlangsung dengan hanya satu persamaan laju reaksi yang berpasangan dengan
persamaan kesetimbangan dan stoikiometri (http://www.che.ft-
untirta.ac.id/download-center/category/13-teknikreaktor?download=90%3Ateknik-
reaktor-2)

1
2

- RATB (Reaktor Alir Tangki Berpengaduk)


RATB dikenal juga sebagai RTIK (Reaktor Tangki Ideal Kontinu). Di RATB, satu
atau lebih reaktan masuk ke dalam suatu bejana berpengaduk dan bersamaan dengan
itu sejumlah yang sama (produk) dikeluarkan dari reaktor. Pengaduk dirancang
sehingga campuran teraduk dengan sempurna dan diharapkan reaksi berlangsung
secara optimal. Waktu tinggal dapat diketahui dengan membagi volum reaktor
dengan kecepatan volumetrik cairan yang masuk reaktor. Dengan perhitungan
kinetika kimia, konversi suatu reaktor dapat diketahui.
- RAP (Reaktor Alir Pipa)
RAP dikenal juga sebagai RAS (Reaktor aliran Sumbat). Dalam RAP, satu atau
lebih reaktan dipompa ke dalam suatu pipa. Biasanya reaksi yang menggunakan
RAP adalah reaksi fase gas. Reaksi kimia berlangsung sepanjang pipa sehingga
semakin panjang pipa konversi akan semakin tinggi. Namun tidak semudah ini
menaikkan konversi, dalam RAP konversi terjadi secara gradien, pada awalnya
kecepatan reaksi berlangsung secara cepat namun setelah panjang pipa tertentu
jumlah reaktan akan berkurang dan kecepatan reaksi berlangsung lebih lambat dan
akan makin lambat seiring panjangnya pipa. Artinya, untuk mencapai konversi
100% panjang pipa yang dibutuhkan adalah tak terhingga.
- Reaktor Semi Batch
Reaktor jenis berlangsung secara batch dan kontinyu secara bersamaan. Contoh
paling sederhana misalnya tangki fermentor, ragi dimasukkan sekali ke dalam tangki
(secara batch) namun CO2 yang dihasilkannya dikeluarkan secara kontinyu. Contoh
lainnya adalah klorinasi, suatu reaksi cair-gas, gas digelembungkan secara kontinyu
dari dasar tangki agar bereaksi dengan cairan di tangki yang diam (batch).
- Reaktor mixed flow
Satu atau lebih reaktan masuk ke dalam suatu bejana berpengaduk dan bersamaan
dengan itu sejumlah yang sama (produk) dikeluarkan dari reaktor. Pengaduk
dirancang sehingga campuran teraduk dengan sempurna dan diharapkan reaksi
berlangsung secara optimal. Waktu tinggal dapat diketahui dengan membagi volume
reaktor dengan kecepatan volumetrik cairan yang masuk reaktor. Dengan
perhitungan kinetika reaksi, konversi reaksi dapat diketahui
(https://id.wikipedia.org/wiki/Reaktor_kimia).
3

Persamaan untuk reaktor mixed flow :


Input = output + hilang karena reaksi + akumulasi (0)

 FA0 1  X 0   FA 0
mol
Input A,
waktu
mol
Output A,  FA  FA 0 (1  X A )
waktu
mol
Kehilangan A karena reaksi,  (-rA )V
waktu
Jika disubstitusikan ke neraca massa :
FA 0  X A  (rA )  V
V X
 A
FA0  rA
Sehingga :
1 V VC A0 C A0 X A
τ   
s v0 FA0 - rA

Keterangan :
τ = Waktu tinggal (s)
V = Volume (L)
v0 = laju reaksi
CA = konsentrasi (mol/L)
FA = rate feed (mol/menit)
rA = rate reaksi (mol/m3.s)
XA = konversi
Di mana XA dan rA diukur pada kondisi aliran keluar reaktor, di mana kondisinya
sama dengan kondisi di dalam reactor (Levenspiel, 1999). Beberapa ubahan yang
memengaruhi rancangan reaktor :
1. Waktu tinggal
Waktu tinggal merupakan waktu yang diperlukan bahan baku untuk bereaksi di
dalam reaktor pada kondisi tertentu. Waktu tinggal berbanding terbalik dengan laju
reaksi, dimana semakin kecil waktu tinggal maka laju alir reaksi akan semakin
besar.
4

Hal ini sesuai dengan persamaan :


V C A o  C A 
τ 
v0  rA

2. Volume (V)
Volume berbanding terbalik dengan laju reaksi dimana semakin kecil volume maka
laju alir reaksi akan semakin besar. Hal ini sesuai dengan persamaan :
V (C A o  C A )
τ 
v0  rA
3. Suhu
Suhu dibagi menjadi dua yaitu:
- Endotermis: Semakin tinggi suhu maka konversi akan semakin besar dan
kecepatan reaksi juga semakin tinggi, sehingga sebaiknya reactor dioperasikan
pada suhu setinggi-tingginya dengan memperhatikan faktor keamanan, batas
material construction dan umur katalis.
- Eksotermis: Pada reaksi Irreversible maka sebaiknya reaktor dioperasikan pada
suhu setinggi-tingginya, sehingga kecepatan reaksi akan besar sihingga volume
reaktor akan kecil. Pada reaksi Reversibel sebaiknya suhu reaktor dioperasikan
pada suhu rendah supaya diperoleh konversi maksimum yang tinggi. Tetapi
suhu rendah akan mengakibatkan kecepatan reaksi menjadi kecil sehingga
volume reaktor akan menjadi besar. Maka diperlukan kondisi operasi yang
optimum.
4. Tekanan
Single reaction
- Penurunan jumlah mol
Bila selama reaksi terjadi penurunan jumlah mol maka Tekanan reaktor harus
besar. Sehingga reaksi akan bergeser kearah kanan
- Penambahan jumlah mol
Bila selama reaksi terjadi penambahan jumlah mol maka tekanan reaksi harus
kecil.
5

5. Konsentrasi
- Reaksi Irreversible tunggal
Pada reaksi tunggal tidak dapat balik maka memperbesar konsentrasi salah satu
reaktan akan memperbesar konversi. Maka dipilih salah satu reaktan dibuat
berlebih dan yang lain sebagai limiting reaktan sehingga reaksi mendekati
sempurna.
- Reaksi reversible tunggal
Konversi maksimum yang dapat dicapai pada reaksi dapat balik sangat
dipengaruhi oleh kesetimbangan reaksi, atau konversi setimbang (Bintoro).
6. Koefisien perpindahan panas
Saat reaksi berlangsung sangat cepat maka panas yang dilepas di dalam pellet tidak
dapat dikeluarkan dengan cukup cepat untuk menjaga agar pellet tetap tertutup dari
temperatur liquid, sehingga terjadi efek nonisothermal. Koefisien pindah panas
digunakan dalam perhitungan pindah panas konveksi atau perubahan fase antara
cair dan padat. Koefisien pindah panas banyak dimanfaatkan dalam ilmu
termodinamika dan mekanika serta teknik kimia.
Q
h
A.T
Dimana:

ΔQ = panas yang masuk atau panas yang keluar, W

h = koefisien pindah panas, W/(m2K)

A = luas permukaan pindah panas, m2

ΔT = perbedaan temperatur antara permukaan padat dengan luas permukaan


kontak dengan fluida, K
(https://id.wikipedia.org/wiki/koefisien_pindah_panas).
Untuk mendukung agar reaktor dapat berfungsi maksimal dan aman terkendali, maka
diperlukan sistem pengendalian proses yang menggunakan beberapa alat tambahan.
Beberapa contoh dari aksesoris tersebut umumnya adalah :
- Level Controller (LC), suatu alat yang menjaga agar volum (isi) reaktor tetap terjaga,
tidak kehabisan reaktan ataupun kelebihan yang dapat menyebabkan kenaikan
tekanan. Cara kerja dari alat ini adalah dengan terus mendeteksi ketinggian
6

permukaan bahan dalam reaktor, jika kurang dari toleransi yang diberikan (set point)
maka kran keluaran (output) akan mengecil sampai ketinggian mencapai tinggi yang
telah di set. Sebaliknya jika melebihi kran keluaran akan dibuka lebih lebar untuk
mengurangi bahan dalam reaktor.
- Pressure Controller (PC), Suatu alat yang bertugas untuk menjaga agar tekanan
dalam reaktor masih berada pada kisaran yang ditetapkan. Biasanya diterapkan pada
reaktor yang memakai reaktan berfase gas. Cara kerjanya mirip dengan LC yaitu
dengan membuka dan menutup kran.
- Temperature Controller (TC), suatu alat yang bertugas agar suhu di dalam reaktor
masih berada dalam kisaran suhu operasinya. TC juga bekerja dengan membuka dan
menutup kran, namun kran yang diintervensi adalah kran utilitas. Misalnya CSTR
berpemanas, jika suhu drop maka kran koil uap panas (steam) akan diperbesar
sehingga steam yang masuk akan lebih banyak yang akhirnya suplai panas pun
bertambah dan akhirnya suhu reaktor akan bertambah dan suhu reaktor pun dapat
kembali ke suhu yang normal. Sebaliknya jika suhu reaktor bertambah.
- Temperature Indicator
Temperature indicator atau penunjuk suhu merupakan aksesoris instrument penting
untuk keperluan proteksi dari peningkatan suhu yang terlalu tinggi. Penunjuk suhu
akan memberikan sinyal alarm jika terjadi peningkatan temperature di atas setting
kalkulasi desain.
- Level Indicator
Level indicator adalah instrumen untuk menunjukkan tingkat volume liquida baik
ketika liquida mengalami pemuaian atau pun penurunan volume karena kebocoran.
(https://stefanuswindarhariadi.wordpress.com/2011/04/)
Neraca Massa adalah cabang keilmuan yang mempelajari kesetimbangan massa
dalam sebuah sistem. Dalam neraca massa, sistem adalah sesuatu yang diamati atau
dikaji. Neraca massa adalah konsekuensi logis dari Hukum Kekekalan Massa yang
menyebutkan bahwa di alam ini jumlah total massa adalah kekal; tidak dapat
dimusnahkan ataupun diciptakan. Contoh dari pemanfaatan neraca massa adalah untuk
merancang reaktor kimia, menganalisa berbagai alternatif proses produksi bahan kimia,
dan untuk memodelkan pendispersian polusi. Massa yang masuk ke dalam suatu sistem
harus keluar meninggalkan sistem tersebut atau terakumulasi di dalam sistem.
7

Konsekuensi logis hukum kekekalan massa ini memberikan persamaan dasar neraca
massa :
[massa masuk] = [massa keluar] + [akumulasi massa]
dengan [massa masuk] merupakan massa yang masuk ke dalam sistem, [massa keluar]
merupakan massa yang keluar dari sistem, dan [akumulasi massa] merupakan akumulasi
massa dalam sistem. Akumulasi massa dapat bernilai negatif atau positif. Pada
umumnya, neraca massa dibangun dengan memperhitungkan total massa yang melalui
suatu sistem. Pada perhitungan teknik kimia, neraca massa juga dibangun dengan
memperhitungkan total massa komponen-komponen senyawa kimia yang melalui
sistem (contoh: air) atau total massa suatu elemen (contoh: karbon). Bila dalam sistem
yang dilalui terjadi reaksi kimia, maka ke dalam persamaan neraca massa ditambahkan
variabel [produksi] sehingga persamaan neraca massa menjadi:
[massa masuk] + [produksi] = [massa keluar] + [akumulasi massa]
Variabel [produksi] pada persamaan neraca massa termodifikasi merupakan laju reaksi
kimia. Laju reaksi kimia dapat berupa laju reaksi pembentukan ataupun laju reaksi
pengurangan. Oleh karena itu, variabel [produksi] dapat bernilai positif atau negative
(https://id.wikipedia.org/wiki/Neraca_massa).
2.3. Variabel Percobaan
A. Variabel tetap
- Volume NaOH = 1500 mL
- Volume H2SO4 = 800 mL
- Perbandingan volume masukan H2SO4 = 50 : 50
B. Variabel berubah
- Konsentrasi H2SO4 = 0,4 N dan 0,5 N
- Waktu tinggal = 5; 10; 15 menit
- Bukaan globe valve = 45o dan 60 o
8

2.4. Alat dan Bahan


A. Alat – alat yang digunakan: B. Bahan - bahan yang digunakan:
- Batang pengaduk - Aquadest (H2O)
- Beakerglass - Asam oksalat (H2C2O4. 2H2O)
- Buret - Asam sulfat (H2SO4)
- Busur - Indikator phenolphtalein (C20H14O4)
- Corong kaca - natriumhidroksida (NaOH)
- Erlenmeyer
- Gelas arloji
- Gelas ukur
- Karet penghisap
- Neraca analitik
- Pipet tetes
- Pipet volume
- Seperangkat reaktor
- Stopwatch
- Termometer

2.5. Prosedur Percobaan


A. Kalibrasi laju alir volumetrik air pendingin
- Mengisi tangki air penampung dengan air pendingin
- Membuka globe valve air pendingin pada reaktor I dan reaktor II dengan
bukaan valve bukaan valve 50o dan menghitung waktu untuk 250 mL air yang
keluar.
B. Persiapan bahan
- Membuat larutan asamoksalat 0,2 N sebanyak 250 mL
- Membuat larutan NaOH 0,2 N sebanyak 1500 mL
- Menstandardisasi larutan NaOH dengan menggunakan larutan asam oksalat.
- Membuat larutan asamsulfat 0,4 N dan 0,5 N sebanyak 800 mL.
C. Percobaan
- Mengatur bukaan valve pada 45° pada kelarutan tangki NaOH, H2SO4, reactor
1 dan 2
9

- Memasukkan larutan NaOH sebanyak 1500 mL ke dalam tangki NaOH dan


biarkan mengalir secara kontinyu kedalam reaktor 1
- Menyalakan motor pengaduk pada reaktor 1
- Memasukkan larutan asam sulfat sebanyak 400 mL ke dalam tangki
penampung dan mengalirkan larutan secara kontinyu dan menyalakan
stopwatch
- Setiap 0, 5, 10, dan 15 menit, mencatat temperatur pada reaktor, temperatur
pada air pendingin masuk dan keluar, dan mengambil hasil reaksi pada
keluaran reaktor 1 lalu melakukan titrasi dengan 10 mL asam oksalat sebanyak
3 kali
- Mengambil hasil reaksi keluaran reaktor 2 setelah 15 menit reaksi dan
melakukan titrasi dengan 10 mL asam oksalat
- Mengulangi langkah-langkah tersebut sesuai dengan run yang diminta.
10

2.6. Gambar Peralatan

Gambar 2.6. Instrumen Reaktor


Keterangan gambar :
14. Reaktor II
1. Tangki air pendingin
15. Valve keluaran air pendingin reaktor
2. Tangki H2SO4
II
3. Tangki NaOH
16. Pompa
4. Valve tangki feed NaOH
17. Valve pengeluaran tangki overflow
5. Valve tangki feed H2SO4
18. Tangki overflow
6. Reaktor I
19. Valve pengeluaran produk
7. Valve keluaran air pendingin reaktor I
20. Stop kontak
8. Pengaduk reaktor I
9. Tombol recycle air pendingin
10. Tombol dynamo penggerak
11. Valve koil pendingin
12. Pengaduk reaktor II
13. Valve keluaran reaktor I
11

2.7. Data Pengamatan


Tabel 2.7.1. Data kalibrasi laju alir volumetrik air pendingin
Bukaan Valve Volume (mL) Waktu (s) Laju Alir (mL/s)
19.81
45o 250 24.04 11.4173
21.84
10.32
60o 250 8.68 26.2421
9.58

Tabel 2.7.2. Data Standardisasi NaOH dengan Asam Oksalat 0.2 N


No. Volume Asam Oksalat (mL) Volume Titrasi (mL)
1. 10 10.8
2. 10 10.6
3. 10 10.5
Rata-rata 10.6333

Tabel 2.7.3. Data hasil pengamatan suhu reaktor bukaan valve 45o
Konsentrasi Suhu Air Masuk Suhu Air Keluar
Waktu (menit)
H2SO4 (N) (oC) (oC)
0 27 30
5 27 29
0.4
10 27 29.5
15 27 29.5
0 27 28
5 27 28
0.5
10 27 29
15 27 29.5
12

Tabel 2.7.4. Data hasil pengamatan standardisasi NaOH awal dan produk bukaan
valve 45o
Standardisasi Produk (ml)
Konsentrasi
Reaktor I Reaktor II
H2SO4
0 5 10 15 15
11 24 39 42 58
0.4
10 22 35 44 60
14 30 49 53 70
0.5
13 28 44 55 76

Tabel 2.7.5. Data hasil pengamatan suhu reaktor bukaan valve 60o
Konsentrasi Suhu Air Masuk Suhu Air Keluar
Waktu (menit)
H2SO4 (N) (oC) (oC)
0 27 29
5 27 29
0.4
10 27 29
15 27 29
0 27 29.5
5 28 30
0.5
10 28 30
15 28 30.5

Tabel 2.7.6. Data hasil pengamatan standardisasi NaOH awal dan produk bukaan
valve 60o
Standardisasi Produk (ml)
Konsentrasi
Reaktor I Reaktor II
H2SO4
0 5 10 15 15
18 35 55 59 79
0.4
16 32 50 62 86
22 43 68 74 92
0.5
20 40 62 76 115
2.8. Data Perhitungan
Tabel 2.8.1. Hasil perhitungan konsentrasi NaOH untuk bukaan valve 45o
Standardisasi Produk (ml)
Konsentrasi Reaktor I Reaktor II
H2SO4 0 5 10 15 15
V (ml) N V (ml) N V (ml) N V (ml) N V (ml) N
11 0.1818 24 0.0758 39 0.0466 42 0.0433 58 0.0313
0.4
10 0.2 22 0.0826 35 0.0571 44 0.0455 60 0.0333
Rata-rata 10.5 0.1909 23 0.0792 37 0.0591 43 0.0444 59 0.0323
14 0.1429 30 0.0606 49 0.0519 53 0.0270 70 0.0204
0.5
13 0.1538 28 0.0649 44 0.0350 55 0.0280 76 0.0202
Rata-rata 13.5 0.1484 29 0.0628 46.5 0.0321 54 0.0275 73 0.0203

13
14
Tabel 2.8.2. Hasil perhitungan konsentrasi NaOH untuk bukaan valve 60o
Standardisasi Produk (ml)
Konsentrasi Reaktor I Reaktor II
H2SO4 0 5 10 15 15
V (ml) N V (ml) N V (ml) N V (ml) N V (ml) N
18 0.1111 35 0.0519 55 0.0202 59 0.0188 79 0.0141
0.4
16 0.1250 32 0.0568 50 0.0250 62 0.0202 86 0.0145
Rata-rata 17 0.1181 33.5 0.0544 52.5 0.0226 60.5 0.0195 82.5 0.0143
22 0.0909 43 0.0423 68 0.0134 74 0.0123 92 0.0099
0.5
20 0.1000 40 0.0455 62 0.0161 76 0.0132 115 0.0087
Rata-rata 21 0.0955 41.5 0.0439 65 0.0147 75 0.0127 103.5 0.0093
15

Tabel 2.8.3. Hasil perhitungan neraca massa reaktor I dengan konsentrasi H2SO4
0,4 N untuk bukaan valve 45° dengan waktu 5-15 menit
Untuk waktu (t) = 5 menit
Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 15.6800 10.7813
NaOH 11.2854 7.2865
Na2SO4 - 7.0980
H2O 2273.6718 2275.4713
Total 2300.6372 2300.6372

Untuk waktu (t) = 10 menit


Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 15.6800 7.7024
NaOH 11.2854 4.7731
Na2SO4 - 11.5593
H2O 2273.6718 2276.6024
Total 2300.6372 2300.6372

Untuk waktu (t) = 15 menit


Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 15.6800 6.8561
NaOH 11.2854 4.0823
Na2SO4 - 12.7856
H2O 2273.6718 2276.9133
Total 2300.6372 2300.6372
16

Tabel 2.8.4. Hasil perhitungan neraca massa reaktor I dengan konsentrasi H2SO4
0,5 N untuk bukaan valve 45° dengan waktu 5-15 menit
Untuk waktu (t) = 5 menit
Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 19.6000 12.8496
NaOH 11.2854 5.7749
Na2SO4 - 9.7812
H2O 2271.5476 2274.0273
Total 2302.4330 2302.4330

Untuk waktu (t) = 10 menit


Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 19.6000 9.3885
NaOH 11.2854 2.9495
Na2SO4 - 14.7962
H2O 2271.5476 2275.2987
Total 2302.4330 2302.4330

Untuk waktu (t) = 15 menit


Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 19.6000 8.8705
NaOH 11.2854 2.5266
Na2SO4 - 15.5469
H2O 2271.5476 2275.4890
Total 2302.4330 2302.4330
17

Tabel 2.8.5. Hasil perhitungan neraca massa reaktor I dengan konsentrasi H2SO4
0,4 N untuk bukaan valve 60° dengan waktu 5-15 menit
Untuk waktu (t) = 5 menit
Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 15.6800 7.9843
NaOH 11.2854 5.0032
Na2SO4 - 11.1508
H2O 2273.6718 2276.4988
Total 2300.6372 2300.6372

Untuk waktu (t) = 10 menit


Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 15.6800 4.4025
NaOH 11.2854 2.0793
Na2SO4 - 16.3408
H2O 2273.6718 2277.8146
Total 2300.6372 2300.6372

Untuk waktu (t) = 15 menit


Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 15.6800 4.0527
NaOH 11.2854 1.7937
Na2SO4 - 16.8478
H2O 2273.6718 2277.9431
Total 2300.6372 2300.6372
18

Tabel 2.8.6. Hasil perhitungan neraca massa reaktor I dengan konsentrasi H2SO4
0,5 N untuk bukaan valve 60° dengan waktu 5-15 menit
Untuk waktu (t) = 5 menit
Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 19.6000 10.7194
NaOH 11.2854 4.0359
Na2SO4 - 12.8678
H2O 2271.5476 2274.8098
Total 2302.4330 2302.4330

Untuk waktu (t) = 10 menit


Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 19.6000 7.4376
NaOH 11.2854 1.3569
Na2SO4 - 17.6231
H2O 2271.5476 2276.0154
Total 2302.4330 2302.4330

Untuk waktu (t) = 15 menit


Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 19.6000 7.2091
NaOH 11.2854 1.1704
Na2SO4 - 17.9542
H2O 2271.5476 2276.0993
Total 2302.4330 2302.4330
19

Tabel 2.8.7. Hasil perhitungan neraca massa reaktor II dengan konsentrasi H2SO4
0,4 N untuk bukaan valve 45°
Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 22.5361 22.4479
NaOH 4.0823 4.0102
Na2SO4 12.7856 12.9134
H2O 3066.0962 3066.1286
Total 3105.5002 3105.5002

Tabel 2.8.8. Hasil perhitungan neraca massa reaktor II dengan konsentrasi H2SO4
0,5 N untuk bukaan valve 45°
Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 28.4704 28.4628
NaOH 2.5266 2.5204
Na2SO4 15.5469 15.5579
H2O 3062.5478 3062.5506
Total 3109.0917 3109.0917

Tabel 2.8.9. Hasil perhitungan neraca massa reaktor II dengan konsentrasi H2SO4
0,4 N untuk bukaan valve 60°
Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 22.5361 22.5109
NaOH 1.7937 1.7732
Na2SO4 16.8478 16.8842
H2O 3067.1261 3067.1353
Total 3108.3036 3108.3036
20
Tabel 2.8.10. Hasil perhitungan neraca massa reaktor II dengan konsentrasi H2SO4 0,5 N untuk bukaan valve 60°
Massa Masuk Massa Keluar
Komponen
(gram) (gram)
H2SO4 28.4704 28.4476
NaOH 1.1704 1.1518
Na2SO4 17.9542 17.9872
H2O 3063.1581 3063.1664
Total 3110.7530 3110.7530

Tabel 2.8.11. Hasil perhitungan konversi reaksi untuk bukaan valve 45°
H2SO4
H2SO4
Konsentrasi Waktu mula-mula CA2 XA2 CA1 XA1 CA4 XA4 CA3 XA3
bereaksi
H2SO4 (N) (menit) /CA0 (mol) (%) (mol) (%) (mol) (%) (mol) (%)
(mol)
(mol)
5 0,16 0,0500 0,1100 31,2414 0,185 22,116

10 0,16 0,0814 0,0786 50,8775 0,1757 22,1224


0,4
15 0,16 0,0900 0,0700 56,2747 0,1775 22,1202

15 - 0,0009 0,2291 - - - 0,2291 0,3914 0,2329 2,5214

5 0,16 0,0689 0,1311 34,4407 0,178 22,1367


10 0,16 0,1042 0,0958 52,0994 0,1782 22,1259
0,5 15 0,16 0,1095 0,0905 54,7425 0,1756 22,1211
15 - 0,0001 0,2904 - - - 0,2904 0,0268 0,2311 2,5212

Tabel 2.8.12. Hasil perhitungan konversi reaksi untuk bukaan valve 60°

H2SO4 mula- H2SO4


Konsentrasi Waktu CA2 XA2 CA1 XA1 CA4 XA4 CA3 XA3
mula /CA0 bereaksi
H2SO4 (N) (menit) (mol) (%) (mol) (%) (mol) (%) (mol) (%)
(mol) (mol)

5 0,16 0,0785 0,0815 49,0794 1,4132 10,5063

10 0,16 0,1151 0,0449 71,9228 0.1854 10,5079


0,4
15 0,16 0,1186 0,0414 74,1539 0,1772 10,5065

15 - 0,0003 0,2297 - - - 0,2297 0,1116 0,2337 3,2401

5 0,16 0,0906 0,1094 45,3092 0,183 10,5062

10 0,16 0,1241 0,0759 62,0532 0,1762 10,5061


0,5
15 0,16 0,1264 0,0736 63,2190 0,1784 10,5076

15 - 0,0002 0,2903 - - - 0,2903 0,0800 0,2326 2,5212


3.

21
22

2.9. Grafik
Grafik 2.9.1. Grafik hubungan antara konversi dan waktu pengambilan sampel
untuk konsentrasi H2SO4 0,4 N dan 0,5 N pada bukaan valve 45°
60

50

40
Konversi (%)

30
0,4 N
20
0,5 N
10

0
0 5 10 15 20
Waktu
(menit)

Grafik 2.9.2. Grafik hubungan antara konversi dan waktu pengambilan sampel
untuk konsentrasi H2SO4 0,4 N dan 0,5 N pada bukaan valve 60°

80
70
60
50
Konversi (%)

40
30 0,4 N
0,5 N
20
10
0
0 5 10 15 20
Waktu
(menit)
23

2.10. Pembahasan
- Pada hasil percobaan yang telah dilakukan, dapat dilihat pada hasil perhitungan
neraca massa pada tabel 2.8.3. sampai 2.8.10. Hasil yang diperoleh dalam
percobaan sesuai dengan teori yaitu jumlah input dan output pada neraca massa
akan selalu dalam keadaan setimbang,. Dengan hasil perhitungan sebagai berikut:
Untuk bukaan valve 45°
- Pada konsentrasi H2SO4 0,4 N untuk waktu reaksi mulai dari 5-15 menit
diperoleh massa input sama dengan massa output yaitu 2300.6372 gram pada
reaktor I, dan 3105.5002 gram pada reaktor II.
- Pada konsentrasi H2SO4 0,5 N untuk waktu reaksi mulai dari 5-15 menit
diperoleh massa input sama dengan massa output yaitu 2302.4330 gram pada
reaktor I, dan 3109.0917 gram pada reaktor II .
Untuk bukaan valve 60°
- Pada konsentrasi H2SO4 0,4 N untuk waktu reaksi mulai dari 5-15 menit
diperoleh massa input sama dengan massa output yaitu 2300.6372 gram pada
reaktor I, dan 3108.3036 gram pada reaktor II.
- Pada konsentrasi H2SO4 0,5 N untuk waktu reaksi mulai dari 5-15 menit
diperoleh massa input sama dengan massa output yaitu 2302.4330 gram pada
reaktor I, dan 3110.7530 garm pada reaktor II.
- Pada reaksi tunggal tidak dapat balik maka memperbesar konsentrasi salah satu
reaktan akan memperbesar konversi. Hasil perhitungan dari percobaan yang telah
dilakukan adalah sebagai berikut:
Pada bukaan valve 45°
- Untuk konsentrasi H2SO4 0,4 N pada reaktor I diperoleh:
- waktu 5 menit konversi sebesar 31,2414%
- waktu 10 menit konversi sebesar 50,8775%
- waktu 15 menit konversi sebesar 56,2747%
sedangkan pada reaktor II didapatkan konversi reaksi sebesar 0,3914%
- Untuk konsentrasi H2SO4 0,5 N pada reaktor I diperoleh:
- waktu 5 menit konversi sebesar 34,4407%
- waktu 10 menit konversi sebesar 52,0994%
- waktu 15 menit konversi sebesar 54,7425%
24

sedangkan pada reaktor II didapatkan konversi reaksi sebesar 0,0268%


Pada bukaan valve 60°
- Untuk konsentrasi H2SO4 0,4 N pada reaktor I diperoleh:
- waktu 5 menit konversi sebesar 49,0794%
- waktu 10 menit konversi sebesar 71,9228%
- waktu 15 menit konversi sebesar 74,1539%
sedangkan pada reaktor II didapatkan konversi reaksi sebesar 0,1116%
- Untuk konsentrasi H2SO4 0,5 N pada reaktor I diperoleh:
- waktu 5 menit konversi sebesar 45,3092%
- waktu 10 menit konversi sebesar 62,0532%
- waktu 15 menit konversi sebesar 63,2190%
sedangkan pada reaktor II didapatkan konversi reaksi sebesar 0,0800%
- Pada grafik 2.9.1. didapatkan hasil yang sesuai teori, yaitu makin besar
konsentrasi reaktan maka makin besar pula hasil konversi reaksinya.
- Pada grafik 2.9.2. didapatkan hasil konversi untuk konsentrasi H2SO4 0,5 N lebih
kecil dibandingkan dengan nilai konversi untuk konsentrasi H2SO4 0,4 N. Hal ini
dapat disebabkan ketidaktepatan dalam standardisasi produk yang keluar, dan juga
masih adanya sisa bahan dari reaksi sebelumnya yang tertinggal di dalam reaktor,
ataupun pipa.
2.11. Kesimpulan
- Massa yang masuk dalam reaktor sama dengan massa yang keluar dari dalam
reaktor.
- Semakin besar konsentrasi reaktan yang bereaksi, maka konversi yang dihasilkan
juga semakin besar.

Anda mungkin juga menyukai