Anda di halaman 1dari 2

Kegunaan[sunting 

| sunting sumber]
Kayu pertukangan[sunting | sunting sumber]

Kayu puspa

Puspa terutama dihargai karena kayunya yang bermutu baik sebagai bahan ramuan
rumah. Kayu ini lebih cocok dipakai sebagai balok dan tiang-tiang rumah dan jembatan
daripada dibuat menjadi papan, karena papan kayu puspa cenderung bengkok atau
melenting.[3] Kayu puspa sebaiknya digunakan di bawah atap, misalnya sebagai tiang
dan balok penyangga, kusen-kusen pintu atau jendela, panil kayu, lantai rumah,
perkakas dan perabotan rumah, peralatan pertanian, ramuan perahu (di bagian dalam
dan terlindung), kotak dan peti pengemas. Kayu puspa juga baik untuk membuat kayu
lapis, papan serat, dan –setelah diawetkan– untuk bantalan rel kereta api.[4]
Sifat-sifat kayu[sunting | sunting sumber]

Tumbuh di padang ilalang

Kayu terasnya berwarna coklat kemerahan atau coklat kelabu; gubalnya berwarna lebih


muda dan tidak mempunyai batas yang jelas dengan kayu teras. Teksturnya halus dan
permukaan kayunya licin, dengan arah serat lurus atau berpadu. Kayu ini termasuk
agak keras; dengan berat jenis yang berkisar antara 0,45 (subsp. noronhae) hingga
0,92 (subsp. oblata), kayu puspa termasuk ke dalam kelas kuat II.[5]
Secara umum, puspa digolongkan ke dalam kelas awet III. Ia cukup tahan terhadap
serangan rayap kayu kering (kelas II), tetapi kurang tahan terhadap jamur pelapuk kayu
(kelas III-IV). Namun, kayu ini termasuk mudah diawetkan.[5]
Kayu puspa juga mudah dikerjakan. Dapat dibubut, diserut, dibor, diamplas, dan
dipelitur dengan hasil baik. Dapat dibuat menjadi venir tanpa perlakuan pendahuluan,
tetapi venirnya bergelombang setelah kering. Pengeringan kayu puspa memang
diketahui sulit; lambat mengering dan mudah mengalami perubahan bentuk seperti
pencekungan dan pemilinan serta pecah pada mata kayu. Kembang susut kayu ini
termasuk besar dan mudah retak. Penyusutan kayu hingga kering tanur pada arah
radial sebesar 4,7–4,8%, sedangkan pada arah tangensial berkisar antara 8,6–10,6%.[5]

Anda mungkin juga menyukai