PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Secara harfiah kata evaluasi berasal dari bahasa inggris evaluation yang dalam bahasa
Indonesia berarti penilaian. Akar katanya adalah value yang berarti nilai.Dengan demikian
secara harfiah, evaluasi pendidikan dapat di artikan sebagai penilaian dalam (bidang)
pendidikan atau penilaian mengenai hal-hal yang berkaitan dengan kegiatan pendidikan.
Adapun dari segi istilah, evaluasi itu menunjuk kepada atau mengandung pengertian suatu
tindakan atau suatu proses untuk menentukan nilai dari sesuatu.Maka evaluasi pendidikan itu
dapat di artikan sebagai suatu tindakan atau kegiatan atau suatu proses menentukan nilai dari
segala sesuatu dalam dunia pendidikan (yaitu segala sesuatu yang berhubungan dengan yang
terjadi di lapangan pendidikan). Atau singkatnya evaluasi pendidikan adalah kegiatan atau
proses penentuan nilai pendidikan, sehingga dapat di ketahui mutu atau hasil-hasilnya.
Sebelum melanjutkan pembicaraan tentang evaluasi pendidikan secara lebih luas dan
mendalam, terlebih dahulu perlu di pahami bahwa dalam praktek sering kali terjadi kerancuan
atau tumpang tindih dalam penggunaan istilah evaluasi, penilaian dan pengukuran.Kenyataan
seperti itu memang dapat di pahami, mengigat bahwa di antara ketiga istilah tersebut saling
terkait sehingga sulit untuk di bedakan.
Dalam evaluasi terdapat beberapa teknik pengujian reliabilitas tes hasil belajar di antaranya
teknik pengujian reliabilitas tes hasil belajar bentuk obyektif yang akan kami bahas dalam
makalah ini.
B. RUMUSAN MASALAH
C. TUJUAN
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Reliabilitas
Kata reliabillitas dalam bahasa Indonesia di ambil dari reliability dalam bahasa inggris,
berasal dari kata, reliable yang artinya dapat di percaya. “reliabilitas” merupakan kata benda,
sedangkan “reliable” merupakan kata sifat atau keadaan.
Reliabilitas merupakan penerjemahan dari kata reliability yang mempunyai asal kata rely
dan ability. Pengukuran yang memiliki reliabilitas tinggi disebut sebagai pengukuran yang
reliabel (reliable).Walaupun reliabilitas mempunyai berbagai arti seperti kepercayaan,
keterandalan, keajegan, kestabilan dan konsistensi, namun ide pokok yang terkandung dalam
konsep reliabilitas adalah sejauh mana hasil pengukuran dapat dipercaya.
Dari beberapa pengertian di atas jadi reliabilitas tes marupakan suatu alat ukur yang
digunakan untuk mengetahui konsistensi pengukuran tes yang hasilnya menunjukan
keajegan.Seorang dikatakan dapat di percaya apabila orang tersebut berbicara ajeg, tidak
berubah-ubah pembicaraannya dari waktu ke waktu.Dalam sebuah tes pentingnya diamati
keajegan dan kepastian tes tersebut dilihat dari hasil tes yang didapat.
Dimana :
r11 = Koefisien reabilitas tes secara keseluruhan
r = Koefisien korelasi product moment antara separoh (1/2) tes (belahan)
dengan separoh (1/2) tes (belahan) dari tes tersebut.
1&2 = Bilangan Konstan
Untuk mengetahui besarnya rhh atau r dapat digunakan salah satu diantara rumus berikut :
Dalam penerapan formula Spearman-Brown tersebut iatas, Spearman-Brown
mempersembahkan dua buah model, yaitu :Model Gasal- Genap dan Model Kiri-Kanan
Pada model gasalgenap, skor-skor yang dimiliki oleh testee untuk butir item yang bernomor
gasal ( misalnya item nomor 1, 3, 5, 7, 9, 11 dan seterusnya ) dianggap sebagai separoh bagian
pertama dari tes, sedangkan skor-skor yang dimiliki testee untuk butir-butir item yang
bernomor genap ( misalnya item nomor 2, 4, 6, 8, 10, 12 dan seterusnya ) dianggap sebagai
separoh bagian kedua dari tes yang bersangkutan.
Pada model belahan kiri-kanan, jumlah butir-butir item yang ada dalam tes, dibelah
menjdai dua bagian yang sama besar. Misalnya jumlah butir soal tes adalah 60, maka butir soal
nomor 1 samapai dengan butir soal nomor 30 ditetapkan sebagai belahan kiri ( belahan I ),
sedangkan butir item nomor 31 sampai dengan butir soal nomor 60 ditetapkan sebagai belahan
kanan ( belahan II ).
1. Pendekatan Single Test-Single Trial dengan Mengunakan Formula Spearman-Brown Model
Gasal Genap
Langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam penentuan reliabilitas tes dengan pendekatan
single-test dimana digunakan formula Spearman-Brown Model Genap adalah sebagai berikut
:
Menjumlah skor-skor dari butir-butir item yang bernomor gasal yang dimiliki oleh masing-
masing, individu testee.
Menjumlahkan skor-skor dari butir-butir item yang bernomor genap yang dimiliki oleh masing-
masing individu testee.
Mencari ( menghitung ) koefisien korelasi “r” product moment ( rxy = rhh = r ). Dalam hal ini
jumlah skor-skor dari butir-butir item yang bernomor gasal kita anggap sebagai variable X,
sedangkang jumlah skor-skor dari butir-butir item yang bernomor genap kita anggap sebagai
variable Y, dengan menggunakan rumus :
Mencari ( menghitung ) koefisien reliabilitas tes ( r11 = rtt ) dengan menggunakan rumus :
Memberikan interprestasi terhadap r11
Contoh :
Tes hasil belajar bidang studi Ushul Fiqh yang diikuti oleh 25 orang siswa madrasah ‘ Aliyah’,
menyajikan 24 butir item bentuk item obyektif, dengan ketentuan bahwa untuk setiap jawaban
betul diberikan skor 1, sedangkan untuk setiap jawaban salah diberikan skor 0. Setalah tes
berakhir, diperoleh penyebarab skor hasil tes sebagai berikut :
Tabel 6.3 Penyebaran skor hasil tes bidang studi Ushul Fiqh yang diikuti oleh 25 orang siswa.
Langkah 1 : Menjumlahkan skor yang bernomor gasal
Tabel 6.4 Skor-skor yang dimiliki oleh butir-butir item tes hasil belajar bidang studi Ushul Fiqh, yang
bernmor gasal.
2. Pendekatan Single Test – Single Thrial dengan menggunakan Formula Spearman-Brown Model
Belahan Kiri dan Kanan.
Langkah-langkah yang perlu ditempuh da;am penentuan reliabilitas tes dengan
menngunakan pendekatan Single Test – Single Thrial di mana digunakan formula Sperman-
Brown model belahan kiri dan kanan adalah sebagai berikut :
Langkah 1: Menjumlahkan skor-skor dari butir-butir item yang terletak di separoh
bagian kiri tes, yang dimiliki oleh masing-masing individu siswa yaitu : butir-butir item dengan
nomor 1,2,3, 4,5, 6, 7, 8, 9, 10, 11 dan 12.
Langkah 2: Menjumlahkan skor-skor dari butir-butir item yang terletak di separoh
bagian kanan tes, yang dimiliki ooleh masing-masing individu siswa yaitu : butir-butir
item dengan nomor 13,14,15,16,17,18,19,20,21,22,23 dan 24.
Jadi, pada hakikatnya S12 adalah = mean dari jumlah kuadrat deviasi skor-skor item belahan
I, S22 adalah mean = dari jumlah kuadrat deviasi skor-skor item belahan II, dan St2 adalah =
mean dari jumlah kuadrat deviasi skor secara total.
1. Pendekatan Single Test - Single Trial dengan Menggunakan Formula Flanagan, dimana
Diterapkan Model Item Gasal dan Genap
Langkah 1 : Dengan mengangkat kembali data yang disajika pada kolom pada tabel 6.6. Kolom
1 sampai dengan 3, kita hitung terlebih dahulu : jumlah kuadrat dari deviasi skor-skor variabel
X ( = ), jumlah kuadrat dari deviasi skor-skor variabel Y ( = ), dan jumlah kuadrat dari deviasi
total skor-skor variabel X dan Variabel Y ( ).
Langkah 2 : Mencari ( menghitung ) varian skor-skor item bernomor gasal, dengan
menggunakan rumus :
S12 =
Telah di ketahui : dan N=25. Dengan demikian dapat kita ketahui besarnya S12 sebagai berikut
:
S12 =
Langkah 3 : Mencari ( menghitung ) varian skor-skor item bernomor genap, dengan
menggunakan rumus :
S22 =
Telah diketahui : = 132,00 dan N = 25. Dengan demikian dapat diketahui besarnya S22 sebagai
berikut :
S22 =
Langkah 4 : Mencari ( menghitung ) varian total, dengan menggunakan rumus :
Telah diketahui : = 444,96 dan N = 25. Dengan demikian dapat kita ketahui St2 sebagai berikut
:
S22 = =
Langkah 5 : Mencari koefisien reliabilitas tes (r11)
= 2 ( 1- 0,598166127 )
= 2 X 0,401833872
= 0,804 ( dibulatkan )
2. Pendekatan Single Tes – Single trial dengan Menggunakan Formula Flanagan, dimana
diterapkan Model Item Belahan Kiri – Kanan
Langkah 1. Dengan mengangkat kembali data yang di sajikan pada Tabel.6.9 kolom (1) sampai
dengan kolom (3), kita cari terlebih dahulu dan .
Tabel 6.10. oerhitungan-perhitungan untuk memperoleh r11 dengan menggunakan formula
belahan kiri kanan
=
Telah diketahui :
=6877-
a. Pendekatan Single Test – Single Trial dengan Menggunakan Kuder – Richardson, dimana
Diterapkan rumus KR20
Langkah-langkah yang perlu di tempuh adalah sebagai berikut :
Untuk mengetahui kita angkat kembali table 6.3, untuk mengetahui t , , pi , qi ,dan . Hasilnya di
periksa pada table 6.15.
Dari table hitungan telah berhasil kita peroleh berturut-turut n=24;
Rumus yang akan kita gunakan : (KR20) adalah :
R11 =
Karena belum kita ketahui , maka terlebih dahulu kita mencari atau menghitung yang di
peroleh dengan rumus :
St2 =
Tabel 6.14 perhitungan-perhitungan untuk memperoleh r11 dengan formula Kuder-richardson.
Apabila perhitungan-perhitungan diatas tadi kita ringkas menjadi table ringkasan analisis
varian maka keadaannya sebagai berikut :
Tabel 6.16. table ringkasan analisis varian
3. Pengujian reliabilitas tes hasil belajar bentuk obyektif dengan menngunakan pendekatanm
Alternate Form (Double tesrt-Double Trial).
Berbeda dengan pendekatan test-retest, maka dalam rangka mengetahui apakah hasil
tes hasil belajar telah memilki reliabilitas yang tinnggi ataukah belum, dipergunakan dua buah
tes yang diberikan kepada sekelompok subyek tanpa adanya tenggang waktu (= dilakukan
secara berbareng), dengan ketentuan bahwa kedua tes tersebut harus sejenis, dalam
artisekalipun butir-butir itemnya tidak sama, namun hendaknya butir-butir item itu mengukur
hal yang sama, baik dari segi isinya , proses mental yang diukur, derajat kesukaran maupun
jumlah butir itemnya.
Penentuan reliabilitas tes dengan menggunakan pendekatan alternate form ini sering dikenal
dengan istilah pendekatan bentuk pararel. Pendekatan jenis ketiga ini dipandang lebih baik
ketimbang dua jenis pendekatan yang telah dikemukakan terdahulu, dengan alasan bahwa :
a. Karena butir-butir item dibuat sejenis tetapi tidak sama, maka tes hasil belajar (yang akan diuji
reliabilitasnya itu) dapat terhindar dari kemungkinan timbulnya pengaruh yang datang dari
testee, yakni pengaruh berupa latihan atau menghafal.
b. Karena kedua tes itu dilaksanakan secara berbareng (pararel), maka dapat dihindarkan
timbulnya perbedaan-perbedaan situasi dan kondisi yang diperkirakan akan dapat
mempengaruhi penyelenggaraan tes, baik yang bersifat social maupun yang bersifat alami.
Hanya saja, untuk membuat tes bentuk pararel seperti dikemukakan diatas bukanlah pekerjaan
yang mudah. Hanya staf pengajar yang telah memiliki bekal pengalaman mengajar yang cukup
lama dan memiliki bekal kemampuan dalam merancang tes saljalah yang akan mampu
mewujudkannya.
4. Metode tes ulang (test- retest method)
Metode ini digunakan untuk menghindari penyusunan dua seri tes.Dalam menggunakan
metode ini pengetes hanya memiliki satu seri tes tetapi dicobakan dua kali.Oleh karena itu,
metode tes ulang disebut juga dengan “single-test-double-trial method.” Kemudian hasil dari
kedua kali tes tersebut dihitung korelasinya.
Untuk tes yang banyak mengungkap pengetahuan (ingatan) dan pemahaman, cara ini kurang
mengena karena tercoba (siswa) masih ingat akan butir-butir soalnya. Oleh karena itu,
tenggang waktu antara pemberian tes pertama dengan kedua menjadi permasalahan tersendiri.
Jika tenggang waktu yang terlalu sempit,siswa masih banyak ingat materi, dan jika tenggang
waktu yang terlalu lama,siswa barangkali sudah mempelajari sesuatu dan faktor-faktor atau
kondisi tes sudah akan berbeda. Faktor-faktor ini tentu akan berpengaruh pula terhadap
reliabilitas.
Pada umumnya hasil tes kedua cenderung lebih baik daripada hasil tes pertama, hal ini tidak
mengapa, yang penting adalah adanya kesejajaran hasil atau ketetapan hasil yang ditunjukkan
oleh koefisien korelasi yang tinggi.