NPM : 130221160501
3. Pengkajian luka
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam menilai luka:4
1. Status nutrisi pasien: BMI (body mass index), kadar albumin
2. Status vaskuler: Hb, TcO2
3. Status imunitas: terapi kortikosteroid atau obat-obatan imunosupresan yang lain
4. Penyakit yang mendasari: diabetes atau kelainan vaskulerisasi lainnya
5. Kondisi luka:
a) Warna dasar luka
Dasar pengkajian berdasarkan warna: slough (yellow), necrotic tissue (black),
infected tissue (green), granulating tissue (red), epithelialising (pink).
b) Lokasi, ukuran, dan kedalaman luka
c) Eksudat dan bau
d) Tanda-tanda infeksi
e) Keadaan kulit sekitar luka: warna dan kelembapan
f) Hasil pemeriksaan laboratorium yang mendukung : leukositosis dan kultur
bakteri
Berdasarkan kondisi warna luka, metode yang sering dikenal adalah RYB/Red
Yellow, Black (Merah – Kuning – Hitam).
a. Luka dasar merah
Tujuan perawatan luka dengan warna dasar merah adalah mempertahankan
lingkungan luka dalam keadaan lembap, mencegah trauma/perdarahan serta
mencegah eksudat.
Gambar 1. Luka dengan warna dasar merah tua atau terang dan selalu tampak
lembap merupakan luka bersih dengan banyak vaskulerisasi
Gambar 3. Luka dengan warna dasar hitam adalah jaringan nekrosis, merupakan
jaringan avaskuler
B. Hydrocolloids
Balutan ini mengandung partikel hydroactive (hydrophillic) yang terikat dalam
polymer hydrophobic. Partikel hydrophillic dapat mengabsorbsi kelebihan
kelembaban pada luka dan mengonversikannya ke dalam bentuk gel sehingga
kestabilan kelembaban luka akan terjaga. Balutan ini akan mempertahankan luka
dalam suasana lembab, melindungi luka dari trauma dan mengindarkan luka dari
resiko infeksi. , mampu menyerap eksudat tetapi minimal, dapat sebagai dressing
primer atau sekunder, support autolysis untuk mengangkat jaringan nekrotik atau
slough. Terbuat dari pektin, gelatin, carboxymethylcellulose, dan elastomers. Indikasi
untuk luka berwarna kemerahan dengan epitelisasi, eksudat minimal. Kontraindikasi:
luka terinfeksi atau luka grade III-IV. Hydrocolloid tidak lengket pada luka sehingga
balutan dapat diganti tanpa menyebabkan trauma atau rasa sakit saat penggantian
balutan.
.
(a)
(b)
Gambar 6. Calcium Alginate dressing. (a) mekanisme kerja alginate pada
luka, (b) bentuk sediaan alginate dressing
D. Foam Dressing
Mengandung Polyurethane foam, tersedia dalam kemasan lembaran atau ‘cavity
filling’. Foam memiliki kapasitas tinggi untuk mengabsorbsi eksudat yang banyak
dan mampu menyerap kelebihan kelembaban sehingga mengurangi resiko maserasi.
Foam dressing tidak menimbulkan nyeti dan trauma pada jaringan luka saat
penggantian perban dilakukan. Foam dressing dapar digunakan sebagai dressing
primer atau sekunder.
E. Hidrogel
F. Silver Dressing
Dapat digunakan sebagai dressing primer atau sekunder, dapat bersifat sebagai
antimikroba dan memiliki sifat absorben, karena pada preparat biasanya juga terdapat
Ca alginate. Silver dressing diindikasikan untuk luka infeksi dengan eksudat.
1. Luka Nekrotik
Bertujuan untuk melunakan dan mengangkat jaringan nekrotik (eschar).
Berikan lingkungan yg kondusif u/autolysis
Kaji kedalaman luka dan jumlah eksudat
Dressing yang digunakan : Hydrogels, hydrocolloid dressing
7. Luka Granulasi
Bertujuan untuk meningkatkan proses granulasi, melindungi jaringan yang
baru, jaga kelembaban luka
Prinsip Moist wound surface – non-adherent dressing
Dressing : Hydrocolloids, collagen dressing, hidrofiber
8. Luka epitelisasi
Bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang kondusif untuk “re-
surfacing”
1. Theoret CL. Clinical techniques in equine practice. 3rd ed. 2004. Chapter 2,
bed: Update 2006, clinical practice, wound care. Canada; 2006: 4(1).
3. Fernandez R, Griffi ths R, Ussia C. The eff ectiveness of solutions, techniques and
4. Kartika RW. Perawatan Luka Kronis dengan Modern Dressing. Jakarta: CDK-230
/ Vol. 42 (7). 2015
5. Geoff Susman. Modern wound dressing. Monash university. CdG magazine. Vol
17 (4). 2015