Dwi Prananto
January 13, 2015
1 Kalkulus Diferensial
Kalkulus diferensial berhubungan dengan laju perubahan fungsi ∆f terhadap pe-
rubahan waktu ∆t. Laju perubahan didefinisikan sebagai rasio dari perubahan
fungsi ∆f terhadap perubahan waktu ∆t. Sepanjang interval ∆t, fungsi berubah
dari f (t) menjadi f (t + ∆t), sehingga
∆f = f (t + ∆t) − f (t). (2)
Untuk dapat mendefinisikan laju perubahan pada satu waktu t secara lebih
akurat, kita harus menyusutkan ∆t pada Gambar 1 sampai nol. Tentu saja jika
kita menyusutkan ∆t hingga nol maka ∆f juga akan menjadi nol. Akan tetapi, jika
kita membagi ∆f dengan ∆t maka rasio/perbandingan tersebut akancenderung
menuju sebuah limit. Limit tersebut adalah turunan/derivatif dari fungsi f (t)
terhadap waktu t.
df ∆f f (t + ∆t) − f (t)
= lim = lim . (3)
dt ∆t→0 ∆t ∆t→0 ∆t
Sebagai contoh kita hitung turunan dari fungsi f (t) = t2 . Kita gunakan per-
samaan (3) untuk menghitungnya, dimulai dari :
f (t + ∆t) = (t + ∆t)2 = t2 + 2t∆t + ∆t2
1
Gambar 1: Grafik fungsi yang berubah terhadap waktu, ∆f menunjukkan pe-
rubahan dalam fungsi sedangkan ∆t menunjukkan perubahan dalam waktu
f (t + ∆t) − f (t)
lim = lim 2t + ∆t
∆t→0 ∆t ∆t→0
= 2t.
f (t + ∆t) = (t + ∆t)n
= tn + ntn−1 ∆t + ...
2
Pengurangannya dengan f (t) akan menghasilkan
∆f = f (t + ∆t) − f (t)
n(n − 1)
= tn + ntn−1 ∆t + tn − 2∆t2 + ... − tn
2
n(n − 1)
= ntn−1 ∆t + tn−2 ∆t2 + ...
2
Kemudian membaginya dengan ∆t akan menghasilkan
∆f n(n − 1) n−2
= ntn−1 + t ∆t + ...
∆t 2
Dengan ∆t → 0 maka semua bagian yang mengandung ∆t akan menyusut menjadi
nol dan menghasilkan sebuah limit
d(tn )
= ntn−1 , (5)
dt
yang merupakan rumusan umum praktis untuk menyelesaikan turunan fungsi per-
pangkatan. n di sini tidak terbatas pada bilangan bulat, tetapi juga untuk bilangan
real apapun atau bahkan bilangan kompleks.
Beberapa aturan dalam turunan antara lain:
1. Turunan dari sebuah konstanta (konstanta adalah angka apapun, baik bi-
langan bulat maupun bilangan real) adalah sama dengan nol. Hal ini benar
menurut pengertian turunan, yaitu bahwa turunan adalah laju perubahan,
dan sebuah konstanta tidak akan berubah:
dc
=0
dt
2. Turunan dari sebuah konstanta dikalikan dengan sebuah fungsi adalah kon-
stanta tersebut dikalukan turunan dari fungsi:
(cf ) df
=c
dt dt
3. Penjumlahan dari dua fungsi f (t) dan g(t) adalah juga berupa fungsi dan
turunannya diberikan oleh:
d(f + g) d(f ) d(g)
= + .
dt dt dt
Aturan ini disebut dengan aturan penambahan atau sum rule.
4. Hasil kali dari dua fungsi adalah juga berupa fungsi dan turunannya adalah:
d(f g) d(g) d(f )
= f (t) + g(t) .
dt dt dt
Aturan ini disebut aturan hasil kali.
3
5. Jika kita memiliki dua fungsi, dimana g(t) adalah sebuah fungsi dari t dan
f (g) adalah fungsi dari g, yang membuat f secara tidak langsung merupakan
fungsi dari t. Maka untuk menurunkan fungsi semacam ini pertama kita
harus turunkan terlebih dahulu fungsi g(t) untuk kemudian barulah menu-
runkan f (g):
df df dg
=
dt dg dt
Aturan ini disebut dengan aturan rantai. Hal yang penting dalam aturan
rantai adalah bahwa kita harus menemukan fungsi perantara g(t) untuk da-
pat menyederhanakan f (t) dan membuatnya menjadi f (g). Sebagai contoh,
kita ambil fungsi f (t) = ln t3 . Dalam fungsi ini t3 bisa menjadi sebuah
masalah. Kita ambil t3 di dalam logaritma sebagai fungsi perantara, g = t3 .
Sehingga sekarang kita memiliki f (g) = ln g. Turunan kedua fungsi adalah:
df 1
= , dan
dt g
dg
= 3t2 .
dt
Dengan menggunakan aturan rantai, kita dapatkan:
df df dg
=
dt dg dt
3t2
= .
g
Substitusi g = t3 menghasilkan turunan dari fungsi f (t) terhadap waktu t
df 3t2 3
= 3 =
dt t t
2 Kalkulus Integral
Jika kalkulus diferensial berhubungan dengan laju perubahan. kalkulus integral
berhubungan dengan jumlahan dari banyak bagian-bagian kecil. Masalah utama
dalam kalkulus integral adalah menghitung luasan dibawah kurva yang didefinisikan
oleh sebuah fungsi f (t).
Misalkan kita ingin menghitung luasan di bawah kurva fungsi f (t) dengan
batasan dari a sampai b. Maka sebagai pendekatan kita dapat pecah-pecah luasan
tersebut ke dalam bagian-bagian kecil berbentuk persegi panjang dengan masing-
masing memiliki ukuran lebar yang sama ∆t, seperti terlihat pada Gambar 2.
Lebar dari persegi panjang ini adalah ∆t dan tingginya merupakan nilai lokal dari
fungsi f (t). Luasan dari sebuah persegi panjang tersebut adalah:
δA = f (t)∆t.
Sekarang kita jumlahkan tiap-tiap persegi panjang ini sehingga mendekati lu-
asan di bawah kurva dari a ke b.
N
X
A= f (ti )∆t,
i
4
Gambar 2: Grafik fungsi yang berubah terhadap waktu, Luasan di bawah kurva
fungsi f (t) dibagi-bagi kedalam banyak sub-luasan lebih kecil berbentuk persegi
panjang
Hubungan antara integral dan turunan bersifat resiprokal, yang berarti bahwa
turunan dari integral adalah integrand itu sendiri
dF
= f (t).
dt
Hal ini dapat dibuktikan dengan menambahkan perubahan bagian kecil persegi
panjang pada T dari T sampai T + ∆t, sehinggga kita memiliki integral baru
Z T +∆t
F (T + ∆t) = f (t)dt.
a
5
Dengan penambahan sebuah persegi panjang Perbedaan F (T + ∆t) − F (T ) tak
lain hanyalah luasan dari persegi panjang tambahan itu sendiri
F (T + ∆t) − F (T ) = f (T )∆t.
6
Secara umum teorema dasar dari kalkulus dapat dituliskan sebagai
Z b
f (t)dt = F (t)|ba = F (b) − F (a). (7)
a
3
• t2 dt = t3 + c
R
n+1
• tn dt = tn+1 + c
R
R
• sin tdt = − cos t + c
R
• cos tdt = sin t + c
R
• et dt = et
• dtt = ln t + c
R
R R R
• [f (t) ± g(t)]dt = f (t)dt ± g(t)dt.
7
Sebagai contoh, kita hitung integral dari x cos x dari 0 sampai π/2
Z π/2
x cos xdx,
0
dengan menggunakan persamaan (10) ambil x sebagai v dan cos xdx sebagai du
v = x, dv = dx
du = cos xdx, u = sin x.
Referensi
[1] L. Susskind, G. Hrabovsky, The Theoretical Minimum, (Basic Book, New York,
2013)