Anda di halaman 1dari 8

Search

Show option

Tentang Kami

Hubungi Kami

Koran Jakarta | January 28 2019 Karir

Berlangganan

Partners

Search

Show option

Nasional

Polkam

Mondial

Ekonomi

Properti

Telko

Otomotif

Olahraga

Kolom

Rona

Megapolitan

Kupas

Edisi Weekend


 Nasional
 Polkam
 Mondial
 Ekonomi
 Properti
 Telko
 Otomotif
 Olahraga
 Kolom
 Rona
 Megapolitan
 Kupas
 Edisi Weekend

>
>
 Tentang Kami
 Hubungi Kami
Kolom Gagasan
No Comments
Sabtu 19/1/2019 | 05:00
GAGASAN

Nasionalisme Hadapi Globalisasi

Foto : KORAN JAKARTA/ONES


A A A Pengaturan Font

Bangsa perlu melakukan refleksi dan revitalisasi semangat nasionalisme. Ini penting demi
kebangkitan baru menuju bangsa yang lebih beradab dan mandiri. Sebab, Indonesia tengah
menghadapi tantangan global yang bisa mengancam nasionalisme. Arus perubahan besar telah
terjadi dan bergerak begitu cepat di seantero dunia.

Perubahan tidak sekadar perubahan yang bergerak secara alamiah, namun by designed. Ada
ideologi dominan yang menggerakkan perubahan besar tersebut, yakni kapitalisme. Perubahan
besar digambarkan secara detail oleh Karl Polanyi (2003) sebagai transformasi yang
dikendalikan kapitalisme. Ideologi ini yang coba disemburkan ke berbagai pelosok dunia untuk
bisa diterapkan jadi ideologi tunggal dalam praktik pembangunan.

Orang hidup dalam dunia transformasi yang mempengaruhi hampir setiap aspek perilaku baik
atau buruk. Orang didorong masuk ke dalam lingkaran dan tatanan global yang tidak mudah
dipahami, tetapi dampaknya dapat dirasakan semua. Ini yang disebut oleh A Giddens sebagai
globalisasi (Giddens, 2001: 1).

Kehidupan tak dapat melepaskan diri dari masalah global. Batas-batas teritorial sebuah negara
dipahami bukan hanya geografis yang memisahkan sebuah negara dengan negara lain, melainkan
batas-batas budaya, yang memisahkan sebuah komunitas budaya satu dengan lainnya. Contoh,
dalam sistem ekonomi, globalisasi menuntut pengintegrasian sistem budaya nasional ke dalam
budaya global yang liberalistik.

Dalam pandangan kaum modernisme, globalisasi dan modernisasi akan melahirkan


homogenisasi kultural. Paham Tesis homogenisasi budaya menyatakan, globalisasi, kapitalisme,
dan konsumerisme cepat atau lambat akan mendorong hilangnya keanekaragaman budaya.

Pandangan ini menekankan kekhawatiran meningkatnya “kesamaan” budaya massa dan


berasumsi mulai hilangnya otonomi budaya-budaya lokal karena semua direduksi dan
terintegrasi ke dalam sistem budaya global. Penetrasi budaya global yang dominan
direpresentasikan budaya barat dan Amerika yang semakin kuat seiring bergulirnya globalisasi.

Di sana ada standarisasi yang dibalut ideologi liberalisme dan kapitalisme. Homogenisasi
kultural memiliki kecenderungan sangat kuat akan mendorong hilangnya keragaman budaya. Dia
juga menghapuskan otonomi dan identitas budaya lokal. Nilai, norma, dan lembaga sosial
kultural masyarakat pelanpelan akan mengalami proses erosi terstruktur, sistematis dan masif.

Kemudian semua berujung pada pelenyapan struktur budaya lokal. Perlu diingat, globalisasi,
kapitalisme, dan konsumerisme bukanlah agenda atau proyek dunia yang tanpa kepentingan.
Globalisasi, kapitalisme, dan konsumerisme adalah proyek global. Dia dirancang dan dijalankan
secara matang, terstruktur, serta sistematis oleh negara-negara industri maju.

Tujuannya, untuk menata sistem kehidupan global ini menjadi seragam sesuai dengan nilai,
ideology, dan kepentingan mereka. Rancangan global tersebut akan berdampak hilangnya
berbagai kearifan lokal dan keragaman budaya lokal. Sedang efek dominonya akan berdampak
pada nasionalisme bangsa.

Budaya lokal “dipaksa” tunduk pada kemauan dan kepentingan global atau negara-negara
industri maju. Ini mengingatkan pernyataan Anthony Gidden (2001:XVI), globalisasi telah
merombak cara hidup manusia besar-besaran. Ia bermula dari barat. Kemudian, dia membawa
jejak kuat kekuasaan politik dan ekonomi Amerika.

Dia mempunyai konsekuensi yang sangat tidak seimbang. Globalisasi juga melahirkan pola
hubungan yang tidak seimbang dan sarat dominasi negara maju atas negara berkembang.
Homogenisasi budaya yang dirancang dan disemburkan melalui globalisasi, kapitalisme, dan
konsumerisme semakin merombak tata laku budaya masyarakat.

Identitas sosio kultural masyarakat semakin tergerus seiring dengan kuat dan gencarnya penetrasi
budaya global. Contoh yang paling sederhana dalam masalah perilaku dan budaya makan.
Masyarakat sudah gandrung dengan pola makan instan ala barat.
Budaya serba-instan juga merembet pada aspek kehidupan lain. Gaya hidup, norma, nilai, adat
dan kebiasaan berubah. Bahkan keyakinan, pola kehidupan keluarga, cara produksi, dan
konsumsi masyarakat pribumi rusak karena homogenisasi kultur barat (Sztompka, 2004:108).

Perkuat

Globalisasi memang tak bisa dihindarkan. Namun demikian, sebagai bangsa yang memiliki nilai
dan idelologi Pancasila, kita mesti berpikir dan bertindak kritis. Salah satu yang penting dalam
merespons dampak globalisasi adalah membangun semangat kuat nasionalisme. Masyarakat
sedang menghadapi “perang asimetris” melalui teknologi informasi dan komunikasi.

Rakyat sangat membutuhkan semangat nasionalisme yang kuat, genuine, bukan kepura-puraan
yang sarat pencitraan. Membangun imunitas nasionalisme dengan cara menyuntikkan “virus
kekebalan” ke setiap tubuh pribadi-pribadi anak bangsa. Salah satunya, membudayaan sikap
mencintai Indonesia seutuhnya.

Contoh sederhana, “Cintailah produkproduk dalam negeri.” Pada saat yang sama, masyarakat
butuh masinis unggul. Bangsa ini membutuhkan pemimpin yang memiliki nasionalisme otentik
dan genuine.

Pemimpin harus lahir dari rahim rakyat dan mampu merasakan penderitaan ibu pertiwi.
Pemimpin harus mampu merasakan emosi dan perasaan rakyat Indonesia. Dia mesti memihak
rakyat. Pemimpin yang diperlukan mesti memiliki ketegasan dan keberanian untuk melawan
setiap upaya menghancurkan kedaulatan nasional. Indonesia tidak menginginkan seorang
pemimpin yang mengenakan topeng, karbitan yang penuh dengan pencitraan dan kepura-puraan.

Pemimpin tidak boleh mudah menggadaikan harga diri bangsa. Dia tidak mudah mesem-mesem
ketika ditawati dollar. Mantan Presiden Soekarno mengingatkan, Indonesia akan menjadi bangsa
besar dan maju, jika ditopang tiga pilar utama.

Yaitu berkemandirian dalam ekonomi, berkedaulatan dalam politik, dan berkepribadian dalam
kebudayaan. Pemimpin berjiwa nasionalisme otentik ini diharapkan dapat membangun kembali
nasionalisme baru Indonesia menuju negara maju, mandiri, dan berdaulat. Inilah pekerjaan
rumah yang harus dirampungkan bangsa.

Umar Sholahudin, Dosen Sosiologi Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Share on Facebook Tweet This Share on Google Plus Pin This Email This
Berita Sebelumnya

Pelaku Bentrok PKL Tak Tetap

Berita Selanjutnya

Pasien Peserta BPJS Kesehatan Dikenakan Biaya Kunjungan RS

No comments for this article. Be the first to comment to this article.

Submit a Comment

Name*
Mail*
Website

Message*
Captcha*

Post Comment

POLITIK
 Sosialisasi Diri ke Dapil, Tantangan...
 Partai Bulan Bintang Dukung Jokowi
 Dukungan Masyarakat Dayak
 Jangan Pesimistis pada Negara
 Presiden Ajak Muslimat NU Jaga...
 Selengkapnya >>

 Terbaru
 Populer


Kepala Daerah Jangan Takut Putuskan Kebijakan Asal...

Senin 28/1/2019 | 06:30

Ribuan Warga Masih Mengungsi

Senin 28/1/2019 | 06:00

Pemkab Terus Entaskan Warga Miskin di Garut

Senin 28/1/2019 | 06:00

Gencar Promosikan Pangalengan

Senin 28/1/2019 | 06:00

Pembawa 220 Kg Ganja Ditangkap

Senin 28/1/2019 | 06:00

Peringatan Dini

Senin 28/1/2019 | 06:00


Ini Perhitungan Pinjaman Uang Online yang Perlu...

Jumat 25/1/2019 | 00:01

Masyarakat Belum Melek PBK

Senin 21/8/2017 | 01:00

2019, SBMPTN Akan Dihapus

Senin 15/1/2018 | 05:07

Februari 2018, Dana PKH Tahap 1 Cair

Sabtu 26/8/2017 | 06:10

Dukung Asian Games

Jumat 6/7/2018 | 08:00

Asa Terakhir Wenger


Sabtu 27/5/2017 | 01:00

PERADA
 Telaah Kritis Kepemimpinan Sekolah...
 Menabung Kesehatan untuk Hari Tua
 Kiat Menjadi Pribadi Berkarisma dan...
 Bersama Melawan Hoaks guna Merawat...
 Upaya Guru ASEANAN Mendorong...
 Selengkapnya >>

CURHAT IBU ROSA


 Agar Gaji Tak Cepat Habis
 Kalimat yang Bisa Memotivasi Bawahan
 Tips Minta Naik Gaji
 Pertanyaan Usai Wawancara
 Membaca Hasil Wawancara
 Selengkapnya >>

CATATAN ARSWENDO
 BTP
 Debat-Debit-Debut
 Capres Segar: Nurhadi-Aldo
 The Magic of “Nobar”
 Akhir Tahun: Kecemasan
 Selengkapnya >>


 Nasional
 Polkam
 Mondial
 Ekonomi
 Properti
 Telko
 Otomotif
 Olahraga
 Kolom
 Rona
 Megapolitan
 Kupas
 Edisi Weekend

© Copyright 2016 Koran Jakarta

Anda mungkin juga menyukai