Anda di halaman 1dari 14

REVITALISASI PENDIDIKAN PROFESI GURU (PPG)

SEBAGAI UPAYA MENINGKTAKAN KUALITAS DAN


PROFESIONALISME GURU
Oleh : Dr. Martitah, M.Hum
Iwan Hardi Saputro, S.Pd., M.Si

Abstrak
Pendidikan Profesi Guru (PPG) merupakan program pendidikan yang
diberikan untuk para sarjana pendidikan atau diploma 4 agar menjadi guru yang
sesuai dengan kebutuhan pendidikan. Melalui PPG, calon guru diberikan pelatihan
dan pembinaan, sehingga diharapkan mereka dapat menjadi guru yang profesional.
Pernyataan ini sebagaimana tertuang dalam Peraturan Menteri pendidikan dan
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun 2013 Tentang Program Pendidikan
Profesi Guru Prajabatan, dimana kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik,
kompetensi sosial, kompetensi kepribadian, dan kompetensi profesional yang
diperoleh melalui pendidikan profesi. Oleh karena itu, pemerintah melalui PPG
berupaya memberikan pembinaan terhadap guru agar tercipta guru yang berkualitas
dan profesional.
Pembinaan terhadap guru melalui program PPG pada dasarnya sudah diatur
dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen serta Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 tentang
Sertifikasi Guru. Sertifikasi pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan
profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program
pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Adanya peraturan pemerintah
tersebut membawa konsekuensi terhadap peningkatan mutu pendidikan khususnya
terkait dengan mutu dan kualitas guru yang sesuai dengan standar kelayakan dalam
melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran.
Berawal dari hal tersebut, dalam upaya mewujudkan guru yang profesional
terdapat beberapa poin yang perlu diperhatikan sebagai bentuk dari revitalisasi PPG
itu sendiri. Beberapa point tersebut antara lain: (1) konsistensi kepada standarisasi
profesi guru sebagaimana yang diamanatkan dalam peraturan perundang-undangan
dengan segala konsekuensinya; (2) sumber Daya Manusia (SDM) di LPTK itu sendiri,
(3) sarana dan prasarana belum memadai. Oleh karena itu, artikel ini berusaha
memberikan penjelasan tentang perlunya revitalisasi Program Pendidikan Profesi
Guru guna meningkatkan kualitas guru, sehingga dapat menghasilkan guru yang
professional dikemudian hari.
Kata Kunci: Revitalisasi, PPG, Kualitas Guru, Profesionalisme Guru

1
REVITALIZATION OF PROFESSIONAL EDUCATION TEACHERS (PPG)
ENHANCING EFFORTS AS QUALITY AND TEACHER PROFESSIONALISM
By: Dr. Martitah, M.Hum

Abstract
Professional Teacher Education (PPG) is an educational program that is
given to the graduate education or diploma 4 in order to become a teacher in
accordance with the needs of education. Through PPG, prospective teachers are
given training and coaching, so hopefully they can become professional teachers.
This statement as stated in the Regulation of the Minister of Education and Culture of
the Republic of Indonesia Number 87 Year 2013 About the Professional Teacher
Education Program Pre-service, which includes teachers' pedagogical competence,
social competence, personal competence, and professional competence acquired
through professional education. Therefore, the government through PPG seeks to
provide guidance to teachers in order to create qualified teachers and professionals.
Guidance for teachers through the program PPG basically already regulated
in the Law of the Republic of Indonesia Number 14 of 2005 on Teachers and
Lecturers and the Indonesian Government Regulation No. 74 of 2008 on Teacher
Certification. Educators for teacher certification obtained through professional
education programs organized by colleges that have a procurement program
accredited educational staff. The government regulation is a consequence of the
improvement of the quality of education, especially with regard to quality and the
quality of teachers in accordance with ethical standards in performing the duties of a
learning agent.
Starting from this, in efforts to achieve a professional teacher, there are
several points that need to be considered as a form of revitalization PPG itself. Some
of these points, among others: (1) the consistency to standardize the teaching
profession as mandated by the legislation with all its consequences; (2) Human
Resources (HR) in LPTK itself, (3) adequate facilities and infrastructure. Therefore,
this article seeks to provide an explanation of the need for revitalization of
Professional Teacher Education Program to improve the quality of teachers, so as to
produce a professional teacher in the future.
Keywords: Revitalization, PPG, Teacher Quality, Professionalism Guru

2
A. PENDAHULUAN
Terjadinya perubahan-perubahan yang sangat cepat dalam segala aspek
kehidupan menjadi salah satu tantangan di dunia pendidkan. Perubahan tersebut
berdampak terhadap tuntutan akan kualitas pendidikan secara umum, dan kualitas
pendidikan guru secara khusus untuk menghasilkan guru yang profesional. Guru
wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani
dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan
nasional. Tuntutan peraturan perundangan bahwa guru harus berkualifikasi S- 1/ D-
IV dan memiliki sertifikat pendidik yang diperoleh melalui program pendidikan
profesi guru. Oleh karena itu, pemerintah melalui berbagai program menciptakan
sebuah upaya untuk memberikan pembinaan terhadap guru agar tercipta guru-guru
yang profesional.
Pembinaan terhadap guru yang profesional telah dinaungi oleh Undang-
Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen serta
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 tentang Sertifikasi
Guru. Sertifikasi pendidik bagi guru diperoleh melalui program pendidikan profesi
yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan
tenaga kependidikan yang terakreditasi, baik yang diselenggarakan oleh pemerintah
maupun masyarakat, yang kemudian ditetapkan oleh pemerintah. Adanya peraturan
pemerintah tersebut membawa konsekuensi terhadap peningkatan mutu pendidikan
khususnya mutu/kualitas guru. Dengan meningkatkan mutu pendidikan dimaksudkan
dapat meningkatkan pembelajaran di sekolah sehingga lebih berkualitas sesuai standar
kelayakan dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran dan mewujudkan
tujuan pendidikan nasional serta meningkatkan profesionalisme.
Salah satu program yang dijalankan pemerintah dalam upaya mewujudkan
tujuan pendidikan tersebut adalah melalui program Pendidikan Profesi Guru atau yang
sering dikenal dengan PPG. Profesi guru dapat diartikan sebagai kemampuan yang
tidak dimiliki oleh warga masyarakat pada umumnya yang tidak pernah mengikuti
pendidikan keguruan. Ada beberapa peran yang dapat dilakukan guru sebagai tenaga
pendidik, antara lain: (a) sebagai pekerja profesional dengan fungsi mengajar,
membimbing dan melatih, (b) pekerja kemanusiaan dengan fungsi dapat
merealisasikan seluruh kemampuan kemanusiaan yang dimiliki, (c) sebagai petugas

3
kemaslakhatan dengan fungsi mengajar dan mendidik masyarakat untuk menjadi
warga negara yang baik.
Berdasarkan penjelasan tersebut, dapat disimpulkan bahwa PPG menjadi salah
satu langkah alternatif untuk menghasilkan guru yang profesional. Namun demikian,
pada saat ini dalam pelaksanaannya, program PPG mengalami berbagai
permasalahan. Permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan PPG salah satunya
minmnya Sumber Daya Manusia (SDM) di LPTK itu sendiri, seperti masih banyak
instruktur yang masih berkualifikasi non pendidikan. Selain itu, jika dilihat dari
sarana dan prasarana juga belum memadai. Kurangnya fasilitas, khususnya
ketersediaan referensi bahan ajar atau buku juga belum tersedia maksimal. Oleh
karena itu, artikel ini berusaha memberikan penjelasan tentang perlunya revitalisasi
Program Pendidikan Profesi Guru guna meningkatkan kualitas guru, sehingga dapat
menghasilkan guru yang professional dikemudian hari.

B. PEMBAHASAN
1. Pendidikan Profesi Guru
Guru memiliki beberapa peranan penting dalam mewujudkan tujuan
pendidikan nasional sebagaimana yang termuat dalam UU No 20 tahun 2003 tentang
Sistem Pendidikan Nasional (SISDIKNAS). Peran guru selain menjadi pengajar dan
pendidik dalam proses kegiatan belajar mengajar juga dituntut memilik peran lain
yang dapat bermanfaat bagi kemajuan peserta didik. Peran tersebut meliputi peran
sebagai mediator, yaitu memiliki kreatifitas dalam memilih dan menggunakan media
pembelajaran yang tepat, maupun sebagai motivator yang lebih memberikan dorongan
semangat terhadap belajar siswa, sehingga siswa bergairah untuk belajar atas
dorongan diri sendiri, dan mereka menjadi sadar bahwa belajar adalah demi
kepentingan masa depan dirinya. Dalam upaya mewujudkan peran tersebut, guru
perlu memiliki kompetensi khusus, sehingga guru dapat menjalankan peranannya
secara profesional. Dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan nasional, setiap
calon guru perlu dibekali kemampuan mendidik secara profesoinal, sehingga dapat
menjadi guru yang profesional di masa yang akan datang. Salah satu program yang
dijalankan pemerintah dalam upaya mewujudkan tujuan pendidikan tersebut adalah
melalui program Pendidikan Profesi Guru atau yang sering dikenal dengan PPG.
Untuk menyiapkan guru yang professional, salah satu kebijakan pemerintah adalah
melalui Pendidikan Profesi Guru (PPG).

4
Pendidikan Profesi Guru (PPG) adalah pendidikan tinggi setelah program
pendidikan sarjana yang mempersiapkan peserta didik untuk memiliki pekerjaan
dengan persyaratan keahlian khusus dalam menjadi guru. Pendidikan profesi guru
harus ditempuh selama 1-2 tahun setelah seorang calon lulus dari program sarjana
kependidikan maupun non sarjana kependidikan. PPG (Program Pendidikan Profesi
Guru) merupakan program pengganti akta IV yang tidak berlaku muali tahun 2005.
Lulusan pendidikan profesi akan mendapatkan gelar. Menurut Mohammad
Nuh (Menteri Pendidikan dan Kebudayaan), pendidikan profesi akan melegitimasi
profesi guru. Pendidikan profesi juga akan menambah gelar Gr di belakang nama guru
tersebut. karena menurut undang-undang, guru adalah profesi, sama seperti dokter.
Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) diharapkan kompetensi dan
profesionalisme guru benar-benar lebih terjamin dengan menjalani masa pendidikan
selama 2 semester atau 1 tahun. PPG (Program Pendidikan Profesi Guru) berlaku bagi
yang ingin menjadi guru baik sarjana dari fakultas pendidikan, maupun non
pendidikan. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) akhirnya
melegalkan sarjana non kependidikan untuk menjadi guru profesional. Ke depan
sarjana lulusan di luar FKIP (fakultas keguruan dan ilmu pendidikan) itu bersaing
dengan sarjana yang empat tahun mengenyam kuliah kependidikan. Kebijakan
membuka akses bagi sarjana non kependidikan untuk menjadi guru ini tertuang dalam
Permendikbud 87/2013 tentang Pendidikan Profesi Guru Prajabatan (PPG). Sarjana
dari fakultas non FKIP itu bebas mengajar mulai dari jenjang TK, SD, SMP, hingga
SMA/sederajat.
Sarjana non kependidikan juga diwajibkan mengikuti saringan masuk PPG
selayaknya sarjana kependidikan. Meskipun aksesnya dibuka setara dengan lulusan
FKIP, sarjana non kependidikan wajib mengikuti dan lulus program matrikulasi dulu
sebelum menjalani PPG. Sedangkan untuk sarjana FKIP yang linier atau sesuai
dengan matapelajaran yang bakal diampu, tidak perlu mengikuti program matrikulasi
itu. Khusus untuk sarjana yang bakal mengajar di jenjang SMP dan SMA/sederajat,
tidak ada perlakukan berbeda bagi lulusan kependidikan maupun non kependidikan
ketika mengikuti PPG. Mereka diwajibkan untuk mengikuti PPG dengan bobot atau
beban belajar sebanyak 36 hingga 40 SKS. Menurut Sulistiyo sebagai Ketua Umum
Pengurus Besar Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), Kemendikbud harus bisa
menanggung resiko jika membuka akses luas kepada sarjana non kependidikan untuk

5
menjadi guru profesional. Guru adalah profesi khusus, sehingga pendidikannya juga
khusus dalam waktu yang cukup.

2. Konsistensi Standar Prefesional Guru


Standar adalah kriteria yang telah dikembangkan dan ditetapkan berdasarkan
sumber, prosedur, dan manajeman yang efektif. Maksud dari kriteria adalah sesuatu
yang menggambarkan ukuran keadaan yang dikehendaki. Sebagaimana diatur dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 16 tahun 2007 membahas tentang
standar kualifikasi dan kompetensi guru dimana disebutkan bahwa setiap guru wajib
memenuhi standar kualitas akademik dan kompetensi guru yang berlaku secara
nasional, juga bahwa guru-guru yang belum memenuhi kualifikasi akademik diploma
empat (D-IV) atau sarjana akan diatur dengan peraturan menteri tersendiri. Berikut
dibawah ini adalah salinan dari lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
nomor 16 Tahun 2007 yang diterbitkan pada 4 Mei 2007 tentang kualifikasi akademik
dan kompetensi guru.
Pernyataan di atas menunjukkan bahwa untuk mendukung terwujudnya
program Pendidikan Profesi Guru (PPG) sesuai dengan pedomannya, maka LPTK
yang ditunjuk harus konsisten terhadap pelaksanaan 4 Standar Kompetensi Guru,
yang meliputi:
a. Kompetensi Pedagogik
Kompetensi pedagogik meliputi pemahaman guru terhadap peserta didik,
perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan
pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang
dimilikinya. Secara rinci setiap subkompetensi dijabarkan menjadi indikator esensial
sebagai berikut.
1) Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, spiritual, sosial,
kultural, emosional, dan intelektual.
2) Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik.
3) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran yang diampu.
4) Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan
penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik.
6) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan
berbagai potensi yang dimiliki
6
7) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik
8) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar
9) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran
10) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran.
b. Kompetensi Kepribadian
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal yang
mencerminkan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, menjadi
teladan bagi peserta didik, dan berakhlak mulia. Secara rinci subkompetensi tersebut
dapat dijabarkan sebagai berikut:
1) Bertindak sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional
Indonesia
2) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan teladan bagi
peserta didik dan masyarakat
3) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan
berwibawa.
4) Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, rasa bangga menjadi guru,
dan rasa percaya diri
5) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru
c. Kompetensi Sosial
Kompetensi sosial merupakan kemampuan guru untuk berkomunikasi dan
bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan,
orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi ini memiliki
subkompetensi dengan indikator esensial sebagai berikut:
1) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena
pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga,
dan status sosial ekonomi.
2) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik,
tenaga kependidikan, orang tua, dan masyarakat
3) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang
memiliki keragaman sosial budaya.
4) Berkomunikasi dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan
tulisan atau bentuk lain.
d. Kompetensi Profesional

7
Kompetensi profesional merupakan penguasaan materi pembelajaran secara
luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di
sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap
stuktur dan metodologi keilmuannya. Setiap subkompetensi tersebut memiliki
indikator esensial sebagai berikut.
1) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung
mata pelajaran yang diampu.
2) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang
pengembangan yang diampu.
3) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.
4) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan
tindakan reflektif.
5) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan
mengembangkan diri.
Secara lebih jelas masing-masing indikator tersebut dijelaskan dalam tabel
berikut.

Tabel 1. Indikator Standar Kompetensi Guru

Aspek SKG Indikator

A. Kompetensi Kepribadian
1. Taat pada ajaran - Menjalankan ajaran agama (beribadah)
agama dan norma - Menjauhi larangan agama
hukum - Ketaatan pada norma hukum dan peraturan
2. Jujur - Tidak berbohong
- Dapat dipercaya
3. Bertanggung jawab - Bertindak selaras dengan yang diucapkan
- Muai dengan menempati janji
- Berkorban untuk orang lain
- Keaktifan mengikuti kegiatan
4. Sopan santun - Tidak suka menyakiti orang lain
- Menghormati orang lain
- Menghargai orang lain
- Bertutur kata dengan baik

8
5. Mandiri - Tidak tergantung pada orang lain
- Tidak mudah terpengruh orang lain
- Mempunnyai prinsip
6. Kreatif - Mempunyai inisiatif
- Menghasilkan karya unik
- Mempunyai ide
7. Disiplin - Bertindak sesuai norma dan ketentuan
8. Cinta Tanah Air - Menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila, UUD 45,
NKRI, Bhineka Tunggal Ika
- Menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan
benar
- Mencintai dan menggunakan produk buatan dalam
negeri
9. Tangguh/Handal - Pantang menyerah
- Berani menghadapi tantangan
- Sabar ketika menghadapi musibah
10. Adil - Tidak memihak
- Tidak sewenang-wenang
- Bertindak proporsional
- Tidak diskriminatif
B. Kompetensi Sosial

1. Mampu - Berbagi pekerjaan


Bekerjasama - Berbagi ide (bisa memberi dan menerima ide)
- Bisa menerima kebenaran orang lain
- Berpartisipasi aktif
2. Memiliki Jiwa - Dapat mengatur orang lain
Kepemimpinan - Dapat diatur orang lain
- Loyal baik sebagai pemimpin atau sebagai anggota
- Memiliki inisiatif
3. Bersikap Inklusif - Menghargai perbedaan
dan Toleran - Empati
- Tidak bertindak diskriminatif
- Bertindak objektif

9
4. Peduli - Responsif/cepat tanggap
- Suka menolong
- Menjaga kelestarian lingkungan
3. Revitalisasi Pendidikan Profesi Guru (PPG)
Pendidikan Profesi Guru (PPG) merupakan salah satu strategi yang sangat
tepat untuk menghasilkan guru yang berkualitas dan profesional. Perlunya PPG
adalah bagian dari solusi untuk mengatasi permasalahan pendidikan di Indonesia,
khususnya terkait dengan permasalahan yang dihadapi guru. Pada saat ini, terdapat
berbagai permasalahan yang sangat urgen, khususnya terkait dengan kondisi sumber
daya manusia (SDM) dan ketersediaan sarana dan prasarana. Hal ini sebagaimana
pernyataan Aswandi (2015) bahwa kehadiran lebih dari 400 LPTK pada saat ini
dianggap belum mampu menyelesaikan permasalahan guru di Indonesia. Beberapa
permasalahan kompleks tersebut antara lain; (1) kekurangan guru, terutama guru pada
daerah-daerah khusus; (2) distribusi tidak proporsional; (3) ketidakcocokan
(mismatched) antara latar belakang pendidikan dan tugas yang diampu; (4) kualifikasi
akademik dan kompetensi guru sebagian berada di bawah standar; (5) disparitas
kualitas atau kompetensi; (6) kesejahteraan guru belum merata; (7) tata kelola dan
sistem insentif yang tidak adil dan tidak disesuaikan dengan prestasi kerja; dan (8)
kinerja dan prestasi guru rendah karena insentif tidak efektif meningkatkan kinerja
guru (http://fkip.untan.ac.id/p-revitalisasi-pendidikan-guru.html).
Selain permasalahan di atas, isu untuk merevitalisasi Pendidikan Profesi Guru
juga telah disampaikan dalam
Dalam konteks ini, revitalisasi Pendidikan Profesi Guru juga diarahkan agar
calon guru mengetahui dan melaksanakan tugas dan tanggunggjawabnya sebagai
pendidik. Tugas dan tanggungjawab tersebut meliputi:
1) Educator (pendidik)
Tugas pertama guru adalah mendidik murid-murid sesuai dengan materi
pelajaran yang diberikan kepadanya. Sebagai seorang educator, ilmu adalah syarat
utama. Membaca, menulis, berdiskusi, mengikuti informasi, dan responsive terhadap
masalah kekinian yang sanagt menunjang peningkatan kualitas ilmu guru.Ini berarti
bahwa guru harus belajar terus-menerus. Dengan cara demikian ia akan memperkaya
dirinya dengan berbagai ilmu pengetahuan sebagai bekal dalam melaksanakan
tugasnya sebagai pengajar.

10
2) Leader
Guru juga seorang pemimpin kelas, oleh karena itu, setiap guru harus mampu
menguasai, mengendalikan, dan mengarahkan kelas menuju tercapainya tujuan
pembelajaran yang berkualitas. Sebagai seorang pemimpin, guru harus terbuka,
demokratis, egaliter, dan menghindari cara-cara kekerasan.
3) Fasilitator
Sebagai fasilisator, guru bertugas memfasilitasi murid untuk menemukan dan
mengembangkan bakatnya secara pesat.
4) Motivator
Sebagai seorang motivator, seorang guru harus mampu membangkitkan
semangat dan mengubur kelemahan anak didik bagaimanapun latar belakang hidup
keluarganya, bagaimanapun kelam masalalunya dan bagaimanapun berat
tantangannya.
a. Administrator
Sebagai seorang guru, tugas administrasi sudah melekat dalam dirinya, dari
mulai melamar menjadi guru, kemudian diterima dengan bukti surat keputusan
dengan yayasan, surat instruksi kepala sekolah dan lain- lain.
5) Evaluator
Sebaik apapun kualitas pembelajaran, pasti ada kelemahan yang perlu
dibenahi dan disempurnakan. Disinilah pentingnya evaluasi seorang guru. Dalam
evaluasi ini, guru bisa memakai banyak cara, dengan merenungkan sendiri proses
pembelajaran yang diterapkan, meneliti kelemahan dan kelebihan, atau dengan cara
yang lebih obyektif, meminta pendapat orang lain, misalnya kepala sekolah, guru
yang lain, dan murid- muridnya.
- Tugas-tugas profesional dari seorang guru yaitu meneruskan atau transmisi ilmu
pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai lain yang sejenis yang belum diketahui
anak dan seharusnya diketahui oleh anak.
- Tugas manusiawi adalah tugas-tugas membantu anak didik agar dapat memenuhi
tugas-tugas utama dan manusia kelak dengan sebaik-baiknya. Tugas-tugas
manusiawi itu adalah transformasi diri, identifikasi diri sendiri dan pengertian
tentang diri sendiri.
- Tugas kemasyarakatan merupakan konsekuensi guru sebagai warga negara yang
baik, turut mengemban dan melaksanakan apa-apa yang telah digariskan oleh
bangsa dan negara lewat UUD.1945.dan.GBHN.
11
Tafsir (2005) membagi tugas-tugas yang dilaksanakan oleh guru antara lain
adalah:
a. Wajib mengemukakan pembawaan yang ada pada anak dengan berbagai cara
seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket dan sebagainya.
b. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan
menekankan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.
c. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara
d. memperkenalkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara
memperkenalkan berbagai keahlian, keterampilan, agar anak didik memilikinya
dengan cepat.
e. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak
didik berjalan dengan baik.
f. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik melalui kesulitan
dalam mengembangkan potensinya
Tanggung jawab para guru dan unsur pendidikan lainnya bukan hanya
sekedar dalam hal mengajar atau memajukan dunia pendidikan di sekolah
ditempatnya bertugas, tetapi juga bertangggung jawab untuk mengajak masyarakat di
sekitarnya masing-masing untuk ikut berpartisipasi dalam memajukan pendidikan di
wilayahnya. Maju mundurnya pendidikan di daerah tergantung kinerja para dewan
guru, pengawas sekolah dan komite sekolah, karenanya diharapkan semuanya biasa
menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya yang disertai keikhlasan hati dalam
mengemban amanah yang diberikan.
Guru yang professional akan tercermin dalam pelaksanaan pengabdian tugas-
tugas yang ditandai dengan keahlian baik dalam materi maupun metode. Selain itu
juga ditunjukkan melalui tanggung jawabnya dalam melaksanakan seluruh
pengabdiannya. Guru yang professional hendaknya mampu memikul dalam
melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua,
masyarakat, bangsa, negara dan agamanya. Guru professional mempunyai tanggung
jawab pribadi, sosial, intelektual, moral dan spiritual. Tanggung jawab pribadi yang
mandiri Yang mampu memahami dirinya, mengelola dirinya, menngendalikan dirinya
dan menghargai serta mengembangkan dirinya. Tanggung jawab social diwujudkan
melalui kompetensi guru dari lingkungan social serta memiliki kemampuan interaktif
yang efektif. Tangggung jawab intelektual diwujudkan melalui penguasaan berbagai
perangkat pengetahuan dan keterampilan yang diperlukan untuk penunjang tugasnya.
12
Tanggung jawab spiritual dan moral diwujudkan melalui penampilan guru sebagai
makhluk beragama yang perilakunya senantiasa tidak menyimpang dari norma agama
dan moral.
Dari pernyataan tersebut, seorang guru dapat dikatakan profesional setidaknya
harus memenuhi persyaratan sebagai manusia yang bertanggung jawab dalam bidang
pendidikan, tetapi di pihak lain juga mengemban sejumlah tanggung jawab
mawariskan nilai-nilai dan norma-norma kepada generasi muda sehingga terjadi
proses konservasi nilai, bahkan melalui proses pendidikan diusahakan terciptanya
nilai-nilai baru. Dalam konteks ini pendidikan berfungsi mencipta, memodifikasi, dan
menkrontuksi nilai-nilai (Hamalik 2002: 39).

C. PENUTUP
Pendidikan Profesi Guru (PPG) tidak hanya bermanfaat untuk guru saja
melainkan juga untuk sekolah dan masyarakat. PPG bermanfaat untuk guru salah
satunya guru memperoleh pengalaman tentang cara berfikir dan bekerja secara
interdisipliner sehingga dapat memahami tentang keterkaitan ilmu dalam mengatasi
permasalahan pendidikan yang ada di sekolah. Guru juga dapat menambah
pengalaman dan penghayatan guru tentang proses pendidikan dan pembelajaran di
sekolah. Selain itu guru juga dapat mempertajam daya nalar dalam penelaahan
perumusan dan pemecahan masalah pendidikan yang ada di sekolah. Serta manfaat
lain dari PPG adalah memberikan kesempatan kepada guru untuk dapat berperan
sebagai motivator, dinamisator, dan membentuk pemikiran sebagai problem solver
dalam pembelajaran.
Bagi sekolah manfaat dengan adanya program PPG adalah menemukan
penyegaran serta ide-ide baru dalam proses belajar baik sistem pengajarannya maupun
tugas-tugas kependidikan lainnya sehingga diharapkan model pembelajaran akan
menjadi lebih baik. Selain itu, dengan adanya calon guru praktikan dapat memberikan
warna baru walaupun dalam waktu yang relatif singkat. Sehingga memungkinkan
siswa mendapat masukan ataupun motivasi terutama yang berkaitan dengan
pendidikan tinggi yang akan mereka tempuh/jalani pada masa-masa berikutnya.
Kemudian manfaat PPG bagi masyarakat adalah tersedianya calon-calon pendidik
yang memiliki kualitas yang baik akan menumbuhkan motivasi masyarakat untuk
semakin mantap dan percaya bahwa dunia pendidikan mampu membeirkan pelayanan

13
yang cukup memuaskan. Hal ini akan mendorong masyarakat untuk lebih turut aktif
menggalakkan program wajib belajar yang dicanangkan oleh pemerintah.
Permasalahan sumber daya manusia sangat urgen untuk dibicarakan. Hal ini
karena melalui peningkatan sumber daya manusia berkualitas, yaitu sumber daya
manusia yang mampu bersanding bahkan bersaing dengan negara maju, diperlukan
guru dan tenaga kependidikan profesional yang merupakan penentu utama
keberhasilan pendidikan. Guru dan tenaga kependidikan tersebut perlu dibina,
dikembangkan dan diberikan penghargaan yang layak sesuai dengan tuntutan visi,
misi dan tugas yang diembannya. Guru mempunyai peran yang sangat strategis dalam
upaya mewujudkan tujuan pembangunan nasional, khususnya di bidang pendidikan,
sehingga perlu dikembangkan sebagai tenaga profesi yang bermartabat dan
professional yaitu salah satunya melalui program PPG ini.

D. DAFTAR PUSTAKA

Hamalik, Oemar. 2002. Psikologi Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru Al


Gensindo.
Aswandi. 2015. Revitalisasi Pendidikan Guru. Dalam http://fkip.untan.ac.id/p-
revitalisasi-pendidikan-guru.html. Diunduh tanggal 5 September 2016
pukul 10.45
Nasanius, Y. 2008. Kemerosotan Pendidikan Kita: Guru dan Siswa Yang Berperan
Besar, Bukan Kurikulum. Suara Pembaharuan. Dalam
http://www.suarapembaruan.com (diunduh tanggal 1 September 2016
pukul 10.10 WIB).
Peraturan Menteri pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 87 Tahun
2013 Tentang Program Pendidikan Profesi Guru Prajabatan.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional nomor 16 Tahun 2007 2007 tentang
kualifikasi akademik dan kompetensi guru.
Peraturan Pemerintah Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 74 tahun 2008 tentang Sertifikasi
Guru.
Tafsir, Ahmad. 2005. Ilmu Pendidikan Dalam Perspektif Islam. Bandung: Remaja
Rosdakarya.
Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang Republik Indonesia Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.

14

Anda mungkin juga menyukai