M
dalam suatu larutan [3]. Besarnya potensial elektroda ini
inuman merupakan salah satu bahan makanan yang tergantung pada kepekatan ion–ion tertentu dalam larutan, atau
sangat mudah untuk ditemui yang dijual dalam bergantung pada bagaimana sejumlah analit terdistribusi atau
berbagai macam bentuk serta dikemas secara menyebar melintasi antarmuka dan berhubungan dengan
praktis dan menarik, seperti dalam kaleng, plastik atau kertas aktivitas analit yang mengalami reaksi dalam sel [4]. Pada
karton. Manfaat dari pengemasan ini agar minuman dapat larutan encer, maka aktivitas zat dianggap sama dengan
disajikan dalam bentuk yang lebih praktis dan kondisi nutrisi konsentrasi zat dalam larutan sehingga besarnya potensial
dapat tetap terjaga. Namun kualitasnya dapat berubah saat dapat dituliskan dalam persamaan:
kemasan minuman terbuka dan didiamkan dalam beberapa
RT
saat dalam kondisi suhu ruangan. Kondisi ini dapat memicu E=E °− ln Q
minuman menjadi cepat basi dikarenakan adanya aktivitas nF
mikroorganisme di dalam minuman yang berpengaruh dalam (1)
proses pembusukan. Perubahan rasa, bau dan bentuk minuman
menjadi parameter manusia dalam menentukan kualitas Hubungan antara potensial suatu elektroda dengan selektivitas
minuman apakah masih baik untuk diminum atau bahkan ion dalam larutan dinyatakan dalam Persamaan Nernst [4]:
sudah tidak layak dan justru akan membahayakan kesehatan.
Beberapa kasus ditemukan bahwa masalah keracunan banyak nF
disebabkan dari minuman yang basi. Hal ini dikarenakan
pH=E−E °
RT 2,303
kandungan bakteri jahat yang tumbuh dalam minuman basi (2)
yang berbahaya bagi kesehatan [1]. Parameter pembusukan
sebenarnya mempunyai banyak indikasi, namun pada dimana E adalah potensial terukur, E° adalah potensial
penelitian ini hanya menggunakan 3 parameter, yakni electrode standar, R adalah tetapan gas, T adalah suhu
(Kelvin), F adalah tetapan faraday, dan n adalah jumlah
2
elektron yang ditransfer. Nilai pH merupakan cerminan derajat cahaya, ditunjukkan pada Gambar 4. Proses pemantulan akan
keasaman yang diukur dari jumlah ion hidrogen menggunakan mengubah besaran konduktivitas dari detektor cahaya.
rumus pH = -log (H+). Semakin banyak ion OH- dalam cairan, Berdasarkan banyaknya cahaya yang di terima, semakin besar
semakin rendah ion H+ dan semakin tinggi nilai pH yang intensitas cahaya yang terima maka akan semakin besar pula
bersifat basa, dan sebaliknya [5]. nilai konduktivitasnya [7].
Gambar
1. Diagram skematis potensiometrik [4].
Tabel 2.
Kandungan TDS dalam air menurut WHO.
Kandungan TDS (mg/l) Penilaian
< 300 Baik Sekali
300-600 Baik
600-900 Bisa diminum
900-1200 Buruk
Gambar 7. Tampilan Arduino Mega 2560 [12]. >1200 Berbahaya
TDS Value
TDS=
250
(5)
NTU Value
NTU = –7
200
(6)
Penskalaan nilai dilakukan agar pembacaan pada saat proses
learning Jaringan Saraf Tiruan dapat lebih mudah untuk
melakukan perhitungan dan mempermudah dalam melihat
hubungan perubahan grafik beberapa kondisi sampel. Sampel
Gambar 9. Perbandingan antara kekeruhan dan tegangan. minuman susu kedelai, susu UHT dan “Bear Brand” dalam
kondisi segar berlangsung selama 0-13 jam, kondisi kurang
segar berlangsung pada 13-17 jam dan kondisi basi
berlangsung >17 jam setelah kemasan terbuka.
8
Segar Kura ng Segar Bas i
7
6
5
Penskalaan
4
Gambar 10. Pengujian sensor optik.
3
Tabel 4. 2
Pengujian kekeruhan air.
1
Gelas Sampel Nilai Volt
0
1 (Air mineral) -1003.7 4.45 1 2 3
2 (Air mineral + 1 sendok MSG) 497 4.06 1 = pH ; 2 = TDS ; 3 = NTU
3 (Air mineral + 2 sendok MSG) 2463 3.27
Gambar 11. Pengujian sampel susu kedelai.
Sesuai dengan karakteristik Sensor SEN0189 pada Gambar 9,
pengukuran turbiditas dapat dinyatakan: 8
7 Segar Kura ng Segar Bas i
2
y=−1120 x + 5742,3 x−4352,9 6
(3)
5
Penskalaan
4
3
2
1
0
1 2 3
1 = pH ; 2 = TDS ; 3 = NTU
Tabel 5. Contoh hasil identifikasi oleh Jaringan Saraf Tiruan.
Gambar 14. Pengujian sampel susu “Bear Brand”.
pH TDS NTU Target Output Kondisi
0.15 0.8 1.1 0.000 0.000 Segar
8 0.31 0.49 1.1 0.000 0.805 Kurang Segar
Segar Kurang Sega r Bas i
7 0.35 0.414 1.085 0.000 0.991 Kurang Segar
6 0.75 0.386 1.085 0.999 0.999 Basi
5 0.7 0.394 1.065 0.997 0.999 Basi
Penskalaan
4
3
2 IV. KESIMPULAN
1 Pada penelitian ini telah dirancang dan dibuat sebuah sistem
0 yang dapat mengenali kualitas minuman yang meliputi segar,
1 2 3 kurang segar, dan basi. Parameter yang digunakan dalam
1 = pH ; 2 = TDS ; 3 = NTU penelitian ini adalah derajat keasaman (pH) dengan
menggunakan sensor potensiometrik, Total Dissolved Solids
(TDS) dengan menggunakan sensor konduktivitas listrik, dan
Gambar 15. Pengujian sampel air kelapa
kekeruhan atau Nephelometric Turbidity Unit (NTU) dengan
menggunakan sensor optik. Data tersebut diambil
Sedangkan air jeruk dan air kelapa, proses pembusukan terjadi
menggunakan mikrokontroler Arduino mega 2560 dan
lebih cepat yaitu kondisi segar 0-6 jam, kondisi kurang segar
ditampilkan pada LCD. Metode Jaringan Saraf Tiruan
berlangsung 6-8 jam dan kondisi basi berlangsung >8 jam.
digunakan untuk mengenali kualitas sampel minuman yang
Hasil pengujian sampel minuman ditunjukkan pada Gambar
meliputi air susu, air jeruk, dan air kelapa. Hasil pengujian
11-15. Hal ini terlihat bahwa kadar dari pH, TDS, dan NTU
menunjukkan bahwa sistem ini dapat menentukan kualitas
mengalami perubahan saat sampel mengalami perubahan
minuman dengan tingkat akurasi sebesar 73.34%.
kualitas.
6
DAFTAR PUSTAKA
[1]. [BSN] Badan Standarisasi Nasional, Standar Nasional Indonesia (SNI)
013950-1998, “Susu UHT”, (1998).
[2]. Muhammad Syaif Ramadhan, Muhammad Rivai, “Sistem Kontrol
Tingkat Kekeruhan Pada Aquarium Menggunakan Arduino Uno”,
Jurnal Teknik ITS, Vol. 7, No. 1, (2018), pp. A87-91.
[3]. Wahab, Abd. W. dan La Nafie, N., “Metode Pemisahan dan Pengukuran
2 (Elektrometri dan Spektrometri)”, Universitas Hasanuddin, (2014).
[4]. Putu Raisha Vishkariana Dewi, “Keseimbangan Cairan dan Elektrolit”,
Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana, (2017).
[5]. Muhammad Rivai, Rudy Dikairono, Adi Tomi, “Sistem Monitoring PH
dan Suhu Air dengan Transmisi Data Nirkabel”, JAVA Journal of
Electrical and Electronics Engineering, Vol. 8, No.2, (2010), pp. 38-43
[6]. Muhammad Rivai, Suwito, Peter Chondro, Shanq-Jang Ruan, “Design
and Implementation of A Submerged Capacitive Sensor in PID
Controller to Regulate the Concentration of Non-Denatured Ethyl
Alcohol”, International Seminar on Intelligent Technology and Its
Application, (2015), pp. 45-50
[7]. Muhammad Syaif Ramadhan, Muhammad Rivai, “Sistem Kontrol
Tingkat Kekeruhan Pada Aquarium Menggunakan Arduino Uno”,
Jurnal Teknik ITS, Vol. 7, No. 1, (2018), pp. A87-91
[8]. Skoog D.A, “Principle of Instrumental Analysis”, CBS Collage
Publishing, USA, (2007).
[9]. Jong Jek Siang, “Jaringan Syaraf Tiruan dan Pemogramannya
Menggunakan Matlab”, ANDI Yogyakarta, (2005).
[10]. Muhammad Rivai, Achmad Arifin, Eva Inaiyah Agustin, “Mixed
Vapour Identification Using Partition Column-QCMs and Artificial
Neural Network”, International Conference on Information,
Communication Technology and System, (2016), pp. 172-177
[11]. Muhammad Rivai, Tasripan, “Fuel Qualification Using Quartz
Sensors”, ARPN Journal of Engineering and Applied Sciences, Vol. 10,
No. 16, (2015), pp. 6737-6743
[12]. https://kelasrobot.com/apa-itu-arduino-arduino-adalah/ diakses pada
tanggal 9 mei 2019
[13]. “Guidelines for Drinking Water Quality”, Vol.2, Belgium World Health
Organization, (1998)
[14]. Saleh E, “Dasar Pengolahan Susu dan Hasil ikutan Ternak”, Program
Studi Produksi Ternak Fakultas pertanian Universitas Sumatra Utara.
[15]. Nomor 492/Menkes/Per/IV 2010, “Peraturan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia, Tentang Kualitas Air minum”, (2010).