Anda di halaman 1dari 56

HUBUNGAN DOKTER - PASIEN

Dr. Musofa Rusli, SpPD


Dep/ SMF Ilmu Penyakit Dalam
FK UNAIR – RSUD dr. Soetomo Surabaya
2019
Curriculum Vitae
• Nama: dr. Musofa Rusli, SpPD
• Tempat/ Tgl Lahir: Kediri, 29 Mei 1972
• Pendidikan:
• S1 – Pendidikan Dokter FK UNAIR (lulus 1997)
• Spesialis 1 - Ilmu Penyakit Dalam (lulus 2011)
• Posisi:
• Dosen Ilmu Penyakit Dalam FK UNAIR (Divisi Tropik-Infeksi)
• Kepala Instalasi PIPI RSUD Dr. Soetomo (2017-sekarang)
• Ketua Unit Sistem Informasi (UPeDDI) FK UNAIR (2016 – sekarang)
• Koordinator Surveilans Komite PPRA RSUD Dr. Soetomo
• Anggota Komite Farmasi & Terapi RSUD Dr. Soetomo
• Anggota Tim HIV/ AIDS RSUD Dr. Soetomo - FK UNAIR
• IPCD Komite/ Tim PPI RSUD Dr. Soetomo
• Sekretaris IDI Cabang Surabaya (2017-sekarang)
HUBUNGAN DOKTER - PASIEN

Prinsip utama bioetika/ medical ethics


(prima facie):
o Autonomy
o Beneficience
o Non maleficience
o Justice
PRINSIP HUBUNGAN
o Prinsip Autonomy, yaitu prinsip moral yang
menghormati hak-hak pasien, terutama hak otonomi
pasien (the rights to self determination) --
melahirkan inform consent

o Prinsip Beneficience, yaitu prinsip moral yang


mengutamakan tindakan yang ditujukan ke kebaikan
pasien.

o Prinsip Non-Maleficience, yaitu prinsip moral yang


melarang tindakan memperburuk keadaan pasien,
“primum non nocere” atau “above all do no harm”.

o Prinsip Justice, yaitu prinsip moral yang


mementingkan fairness dan keadilan dalam bersikap
maupun dalam mendistribusikan sumber daya
(distributive justice)
PRINSIP LANJUTAN

o Veracity (berbicara benar, jujur dan


terbuka)
o Fidelity (loyalitas dan promise keeping)
o Privacy (menghormati hak privasi pasien)
o Confidentially (menjaga kerahasiaan
pasien)
Perjalanan Sifat Hubungan

► Paternalistik  kebapakan, dengan prinsip


moral utama adalah: beneficence
► Kontraktual (1972-1975)
► Virtue  Informed consent (1972)

Konsekuensi suatu hubungan  Hak &


Kewajiban
Basics of patient-doctor relationship

o Trust
o Compassion
o Open and honest communication
o Respect
Esensi

o Hubungan yang unik


o Berlangsung hubungan biomedis
aktif – pasif  tidak setara
o Di sisi lain ada tuntutan hubungan
setara berdasar kepercayaan.
Pola dasar hubungan dokter pasien

o Mutual Participation
o Guidance – Cooperation
o Activity – passivity
Mutual Participation
o Berdasarkan
pemikiran: setiap
manusia memiliki
harkat & martabat
yang sama
o the doctor and patient
share responsibility
for making decisions
and planning
o Pada pasien medical check up, penyakit kronis
o Pasien secara sadar aktif dan berperan dalam
pengobatan terhadap dirinya
o Tidak dapat diterapkan pada pasien berpendidikan &
sosial rendah, pada anak, gangguan mental
Guidance – Cooperation

o Membimbing
kerjasama seperti
orang tua & remaja
o The doctor is
supportive and non-
authoritarian
o Pasien tetap sadar dan memiliki perasaan serta
kemauan sendiri
o Dokter tidak semata-mata menjalankan kekuasaan
o Kerjasama pasien diwujudkan dg turuti nasehat/
anjuran dokter
o Model paling umum saat ini
Activity – Passivity

o Pola hubungan
klasik seperti orang
tua-anak
o Differential in power
is necessary

o Dokter seolah dapat sepenuhnya melaksanakan


ilmunya tanpa campur tangan pasien
o Motivasi altruistik (untuk kepentingan umum)
o Berlaku pada pasien yang keselamatan jiwanya
terancam, tidak sadar, gangguan mental berat
4 Models of ethical relationship

• Paternalistic model
• Informative model
• Interpretative model
• Deliberative model
Paternalistic model
• The doctor should make all the decisions
1. Principle for a patient. (beneficience)

2. Assumptions • People are not always rational/ mature.


• Experts know better about the needs of
patients.
• Qualified doctors have good will.

3. Sources • Hippocratic Oath; Plato.

4. Problems • Are the needs of patients objective? How


can we be sure that doctors have good
will?

5. Objection and • John Stuart Mill’s liberal principle


modification (autonomy)
Informative model
1. Principle • The doctor should provide all the relevant
information for the patient to make a
decision, and provide the selected
intervention on this basis. (autonomy)

2. Assumptions • A fact/value division of labor yields the


best medical result.
• What is good for a patient depends on
what his/her personal values.
• Consumerism.

• What if the patient is unconscious,


3. Problems incompetent, and making choices totally
unacceptable by our ethical standards?
The interpretative model
1. Principle • The doctor should help the patient to
articulate his/ her values through
interpretation, and provide intervention which
is truly wanted.

2. Assumptions • Patients have unconscious and inconsistent


desires.
• Their conscious decisions may not reflect
their deepest values.

• Sigmund Freud; hermeneutics.


3. Sources

• All that a doctor can do is to help the patient


4. Limitation see his/her own desires/values more clearly,
but not to criticize them.
The deliberative model
1. Principle • The doctor should help the patient to deliberate well
through dialogue and discussion, and so develop
values which are objective and truly worthy.

• The objectivity of values.


2. Assumptions
• The patient’s good life consists not in the
satisfaction of desires, but maturity and rationality.

• Aristotelian ethics
3. Source
• Is the model different from the paternalistic model?
4. Problems What is the difference between dialogue and
persuasion?
FATHER FIGURE

FRIEND

EXPERT

ADVISOR
Professional boundaries
Physician-patient relationship “is not equal”

• no matter how egalitarian you are


• patients seek your help as an expert
• you may be described as almost
superhuman
• you are generally seen as an authority
figure
• like teachers or lawyers
• usually present in a distressed or fearful
state
• intensity of emotional experience usually more powerful
Professional boundaries
Professional organizations/ Hippocratic oath
state sex with patients to be unethical

• Risk of exploitation since meaningful


consent impossible
• Less clear about former patients
• AMA estimates 5-10% of MDs have had
romantic contact with patients
• usually starts with nonsexual boundary violations
Patient - Doctor Communication

• Ask about expectations, feelings and


concerns
• Show concern for comfort and modesty
• Give an opportunity to express feelings
and concerns
• Encourage patients to ask questions
Key Points

• Doctor-patient relationship requires


• effective communication
• empathy

• There are different styles for relating to patients


• all must maintain fiduciary/ trust relationship
• must think carefully about the ethics of relating
• difficult patients require special treatment
• regardless of style, doctors do not treat patients by
themselves
• Must work in partnership with patients
• patients themselves will primarily implement treatment
Conflicting Values

•Paternalism:
• The doctor should act in a way that protects
or advances the patient’s best interests, even
if it is against the patient’s will.
•Patient autonomy:
• The doctor should help the patient to make
real choice, and provide intervention under
the constraints of: informed consent and
confidentiality.
Hak Pasien Dalam Pengobatan

The rights to health care


The rights to self determination
Hak Pasien Dalam Pengobatan

o Merupakan hak asasi, The Right of Self


Determination (pilihan)
o Karena kondisinya, pasien berada pada
posisi yang lebih lemah
o Hubungan yang terjadi biasanya lebih
bersifat paternalistik (kebapakan)
o Perlu payung undang-undang untuk
melindungi pasien
o Dulu tidak perlu
World Medical Association: Declaration of Lisbon on
the Rights of the Patient (1991)

o Hak memilih dokter secara bebas


o Hak dirawat oleh dokter yang bebas dalam
membuat keputusan klinis dan etis
o Hak untuk menerima atau menolak
pengobatan setelah menerima informasi yang
adekuat
o Hak untuk dihormati kerahasiaan dirinya
o Hak untuk mati secara bermartabat
o Hak untuk menerima atau menolak dukungan
spiritual atau moral
Menurut konsep WHO terdapat tambahan hak
pasien yang berupa:

o Mendapatkan pelayanan medis tanpa


mengalami diskriminasi
o Menerima atau menolak untuk dilibatkan
dalam penelitian, dan jika bersedia ia berhak
memperoleh informasi yang jelas tentang
penelitian tersebut
o Mendapat penjelasan tentang tagihan biaya
yang harus dia bayar
Kode Etik Kedokteran Indonesia

Etik jabatan Kedokteran ( Medical Ethics):


Sikap dokter terhadap teman sejawat, asisten,
masyarakat dan pemerintah
Etik Asuhan Kedokteran (Ethics of Medical Care):
Sikap dan tindakan dokter terhadap penderita
yang menjadi tanggung jawabnya.

KODEKI  dikeluarkan sebagai lampiran dari SK


MENKES no 434 (Menkes/X/1953) disusun
dengan mempertimbangkan International Code of
Medical Ethics dengan landasan Idiil Pancasila
dan Struktural UUD 1945
KODEKI terbaru: 2012
KODEKI 2012

Hal-hal yang diatur:


o Hubungan dokter Pasien
o Hubungan dokter
dengan teman sejawat
o Kewajiban dokter
terhadap diri sendiri
KODEKI Pasal 10 :
Penghormatan hak-hak pasien dan sejawat
Seorang dokter wajib senantiasa menghormati hak-hak- pasien, teman sejawatnya,
dan tenaga kesehatan lainnya, serta wajib menjaga kepercayaan pasien
(1) Seorang dokter wajib memberikan akses kepada pasien dan mengobatinya tanpa
prasangka terhadap ras, agama, suku, kedudukan sosial, kondisi kecacatan tubuh dan
status kemampuan membayarnya
(2) Seorang dokter dalam mengobati pasien wajib senantiasa menghormati, melindungi
dan/atau memenuhi hak-hak pasien sebagai bagian dari hak asasi manusia dalam bidang
kesehatan.
(3) Seorang dokter wajib berperilaku berwibawa, tutur kata sopan, perilaku santun,
menghormati hak-hak pasien, sejawat maupun tenaga kesehatan lainnya.
(4) Seorang dokter wajib memberikan informasi yang jelas dan memadai serta
menghormati pendapat atau tanggapan pasien atas penjelasan dokter.
(5) Seorang dokter seharusnya tidak menyembunyikan informasi yang dibutuhkan pasien,
kecuali dokter berpendapat hal tersebut untuk kepentingan pasien, dalam hal ini dokter
dapat menyampaikan informasi ini kepada pihak keluarga atau wali pasien.
(6) Seorang dokter dilarang merokok dan minum minuman keras di depan pasiennya.
Prinsip Pelanggaran Disiplin
Profesional Dokter
1) Melaksanakan Praktik Kedokteran dengan
tidak kompeten;
2) Tugas dan tanggung jawab profesional
pada pasien tidak dilaksanakan dengan
baik;
3) Berperilaku tercela yang merusak
martabat dan kehormatan profesi
kedokteran/ kedokteran gigi.
Pelanggaran Disiplin Profesional Dokter
(28 Bentuk)
b. tidak merujuk pasien kepada Dokter atau Dokter Gigi lain yang memiliki
kompetensi yang sesuai;
e. menjalankan Praktik Kedokteran dalam kondisi tingkat kesehatan fisik
ataupun mental sedemikian rupa sehingga tidak kompeten dan dapat
membahayakan pasien;
f. tidak melakukan tindakan/asuhan medis yang memadai pada situasi tertentu yang
dapat membahayakan pasien;
g. melakukan pemeriksaan atau pengobatan berlebihan yang tidak sesuai
dengan kebutuhan pasien;
h. tidak memberikan penjelasan yang jujur, etis, dan memadai (adequate
information) kepada pasien atau keluarganya dalam melakukan Praktik
Kedokteran;
i. melakukan tindakan/asuhan medis tanpa memperoleh persetujuan dari pasien
atau keluarga dekat, wali, atau pengampunya;
I. melakukan perbuatan yang dapat mengakhiri kehidupan pasien atas
permintaan sendiri atau keluarganya;
p. menolak atau menghentikan tindakan/ asuhan medis atau tindakan
pengobatan terhadap pasien tanpa alasan yang layak dan sah sesuai dengan
ketentuan etika profesi atau peraturan perundang-undangan yang berlaku;
u. melakukan pelecehan seksual, tindakan intimidasi, atau tindakan kekerasan
terhadap pasien dalam penyelenggaraan Praktik Kedokteran;
Undang-Undang Kesehatan

o Hak atas informasi


o Hak atas second opinion
o Hak untuk memberikan persetujuan
atau menolak suatu tindakan medis
o Hak untuk kerahasiaan
o Hak untuk memperoleh pelayanan
kesehatan
o Hak untuk memperoleh ganti rugi
Kewajiban Pasien dalam Pelayanan Medis

o Memberikan informasi yang lengkap dan


jujur tentang masalah kesehatannya
o Mematuhi nasehat dan petunjuk dokter
o Mematuhi ketentuan yang berlaku di
sarana pelayanan kesehatan
o Memberikan imbalan jasa atas
pelayanan yang diterima

Pasal 53 UU Nomor 29 Tahun 2004


tentang Praktik Kedokteran
Hubungan karena kontrak (transaksi
terapeutik)
o Hubungan paternalistik vs hubungan seimbang/
partner
o Dokter dan pasien masing-masing mempunyai
kebebasan dan mempunyai kedudukan yang
setara
o Kedua pihak mengadakan perikatan/ perjanjian
o kedua pihak harus melaksanakan peranan atau
fungsinya
o Peranan tersebut bisa berupa hak dan kewajiban.
o Dalam kontrak terapeutik, hubungan dimulai
dengan tanya jawab (anamnesis)
Kesetaraan dalam hubungan dokter-pasien
o Dokter maupun pasien memiliki hak yang sama
untuk mengutarakan maksud dan harapannya

o Hubungan dokter-pasien bukanlah merupakan


hubungan atasan-bawahan; bukan obyek
pekerjaan

o Dokter diharapkan memberikan peluang


kepada pasien untuk mengutarakan dan
menerima informasi dengan jelas dan bebas
sehingga terbinalah komunikasi yang efektif
dan efisien

o Perlu dilakukan juga penyuluhan atau edukasi


Tindakan medik tidak bertentangan dengan
hukum bila memenuhi syarat :

o Mempunyai indikasi medis, untuk


mencapai suatu tujuan yang konkret
o Dilakukan menurut aturan-aturan
yang berlaku di dalam ilmu
kedokteran.
o Secara umum harus sudah mendapat
persetujuan dulu dari pasien  tertulis
ataupun tidak tertulis
Dalam ilmu hukum dikenal
dua jenis perjanjian, yaitu:

o Resulta at verbintenis, yang berdasarkan


hasil kerja
o Inspanning verbintenis, yang berdasarkan
usaha yang maksimal.
Hubungan Karena Undang-Undang
(Zaakwarneming)

o Apabila pasien dalam keadaan tidak


sadar
o Dokter dapat bertindak atau
melakukan upaya medis tanpa seizin
pasien
o Menurut ketentuan pasal 1354 KUH
perdata disebut zaakwarneming
Variasi Objek Perjanjian Medis

o Medical Check up
o Imunisasi
o Keluarga Berencana
o Usaha penyembuhan penyakit
o Memperpanjang hidup
o Rehabilitasi
PROFESI KEDOKTERAN

Pada dasarnya suatu PROFESI memiliki


3 syarat utama:
o Diperoleh melalui pelatihan yang ekstensif
(luas)
o Memiliki komponen intelektual yang
bermakna dalam melakukan tugasnya
o Memberikan pelayanan yang penting kepada
masyarakat
3 Syarat Umum Keprofesian

o Sertifikasi (harus selalu tervalidasi) melalui


”proficiency check”
o Organisasi Profesi
o Otonomi dalam bekerja  berdampak
”eksklusif  perlu self regulation  untuk
menjaga tanggung jawab moral dan
tanggung jawab profesi kepada masyarakat
 etika profesi dan standard profesi
Contoh Profesi

► Profesi Konsultan (Consultan profession)


 hubungan individual antara profesional
dengan client  transaksi fee for service:
Dokter, psikolog, pengacara
► Profesi Scholar (Scholarly profession) 
client jumlah banyak pada satu waktu,
bekerja berdasar gaji/ honor:
guru, tenaga kesehatan di RS, dll

kedua nya memiliki Tanggung Jawab khas


 Tanggung Jawab Profesi
Ciri profesionalisme Dokter

o Kejujuran
o Integritas
o Kepedulian terhadap pasien (duty of care)
o Menghormati pasien
o Belas kasih (compassion) kepada pasien
o Sopan santun kepada pasien
o Pengabdian yang berkelanjutan untuk
mempertahankan kompetensi pengetahuan
dan keterampilan teknis medis
Profesionalisme Dokter
o Janji publik, dapat dipercaya sebagai
penolong pasien
o Mengandung kontrak sosial :
o Pegang teguh komitmen thd kepentingan
terbaik pasien
o Jujur
o Hormati hak-hak pasien dalam menjalankan
praktiknya sebagai upaya altruistik (tanpa
pamrih)
o Memperhatikan keseimbangan antara
harapan kesembuhan pasien dengan
upaya maksimal yang dilakukan dokter
o Pupuk upaya kerjasama antara pasien-
dokter menuju kesembuhan pasien.
PRAKTEK KEDOKTERAN

o Hanya boleh dilakukan oleh kelompok professional


kedokteran tertentu yang memiliki kompetensi yang
memenuhi standard tertentu

o Ada kewenangan yang disyahkan oleh suatu


organisasi yang memiliki kewenangan untuk
mengeluarkan ijin

o Ada kontrak antara masyarakat profesi dengan


masyarakat umum, dimana masyarakat profesi diberi
hak untuk self regulating ( otonomi profesi) dengan
kewajiban adanya jaminan kompetensi mengikuti
standard tertentu
PRAKTEK KEDOKTERAN
Diatur dalam Undang- Undang Praktek Kedokteran: UU
No 29/2004

o Awal : Mengatur tentang persyaratan dokter untuk


dapat berpraktek kedokteran

o Selanjutnya  Mengatur tentang Konsil Kedokteran,


Standard Pendidikan Profesi Kedokteran, Pendidikan
dan Pelatihan, dan proses registrasi tenaga dokter

o Lebih lanjut  Mengatur tentang penyelenggaraan


praktek kedokteran  perijinan (SIP, STR, tempat
praktek), pertindik, rekam medis, rahasia kedokteran,
pengendalian mutu dan biaya, hak dan kewajiban
dokter pasien
Undang- Undang Praktek Kedokteran
(UU No 29/2004)

o Bagian berikut nya Mengatur tentang :


Disiplin profesi, MKDKI: menerima
pengaduan, memeriksa dan memutuskan
kasus pelanggaran disiplin kedokteran

o Terakhir: ancaman pidana administrasi bagi


yang berpraktek tanpa STR dan SIP; pidana
bagi yang berperilaku seolah dokter, praktek
tanpa rekam medis, tidak memasang papan
nama; pidana bagi yang mempekerjakan
dokter yang tanpa STR dan SIP
Tindak Pidana Medik

• Menipu Pasien (Pasal 378 KUHP)


• Tindak Pelanggaran Kesopanan (Pasal 290,
294, 285, 286 KUHP)
• Sengaja membiarkan pasien tidak tertolong
(Pasal 322 KUHP)
• Pengguguran kandungan tanpa indikasi
medik (Pasal 299, 348, 349 KUHP)
Tindak Pidana Medik

• Membocorkan rahasia Medik (pasal 322


KUHP)
• Lalai sehingga menyebabkan Kematian atau
Luka-luka (Pasal 359, 360,361 KUHP)
• Memberikan atau menjual obat Palsu (Pasal
386 KUHP)
• Membuat Surat Keterangan Palsu (Pasal
263, 267 KUHP)
• Melakukan eutanasia (Pasal 344 KUHP)
TINDAK SENGKETA MEDIK

►Sengketa Pidana Medik


►Sengketa Perdata Medik

Dokter  Subyek hukum


KODEKI MKEK

Disiplin (Perkonsil) MKDKI


Tindakan Administratif
profesi
Pidana Polisi/
Pengadilan
Tindakan Perdata
Non Profesi

Anda mungkin juga menyukai