Anda di halaman 1dari 9

Air Susu Ibu dan Menyusui

REKOMENDASI IDAI
No.: 002/Rek/PP IDAI/XI/2010

1. Dokter spesialis anak dan tenaga medis merekomendasikan ASI bagi


semua bayi yang tidak memiliki kontraindikasi medis serta memberikan
edukasi mengenai manfaat ASI dan menyusui.
o Kontraindikasi medis yang dimaksud mengacu pada Panduan
WHO 2009, termuat pada bagian selanjutnya dari rekomendasi ini.
Bila terdapat kontraindikasi, maka harus ditelaah lebih lanjut,
apakah kontraindikasi tersebut bersifat sementara atau permanen.
Bila kontraindikasi hanya bersifat sementara, maka ibu dianjurkan
memerah ASI untuk menjagai kesinambungan produksi ASI. Bila
menyusui langsung tidak memungkinkan, maka dianjurkan
memberikan ASI yang diperah.
o Keputusan untuk tidak menyusui atau menghentikan menyusui
sebelum waktunya didasarkan pada pertimbangan bahwa risiko
menyusui akan lebih membahayakan dibanding manfaat yang
akan didapatkan.
2. ASI eksklusif didefinisikan sebagai pemberian ASI tanpa suplementasi
makanan maupun minuman lain, baik berupa air putih, jus, ataupun susu
selain ASI. Pemberian vitamin, mineral, dan obat-obatan diperbolehkan
selama pemberian ASI eksklusif.
3. Seluruh kebijakan yang memfasilitasi pemberian ASI/menyusui harus
didukung. Edukasi orang tua sejak kehamilan merupakan komponen
penting penentu keberhasilan menyusui. Dukungan dan semangat dari
ayah dapat berperan besar dalam membantu ibu menjalani proses inisiasi
dan tahapan menyusui selanjutnya, terutama saat terjadi masalah.
4. Bayi sehat diletakkan pada dada ibunya agar tercipta kontak kulit ke kulit
segera setelah persalinan sampai bayi mendapat ASI pertamanya. Bayi
sehat dan siaga mampu melakukan perlekatan tanpa bantuan dalam waktu
satu jam pertama setelah melahirkan.
o Keringkan bayi, nilai skor Apgar, dan lakukan pemeriksaan fisis
awal saat bayi sedang kontak dengan ibunya.
o Prosedur penimbangan, pengukuran, memandikan, pengambilan
darah, pemberian suntikan vitamin K, dan profilaksis mata dapat
ditunda sampai bayi mendapat ASI pertamanya.
o Bayi yang terpengaruh oleh obat-obatan ibu mungkin
membutuhkan bantuan agar mampu melakukan perlekatan yang
efektif.
5. Suplemen (air, air gula, susu formula, dan cairan lain) tidak diberikan
pada bayi kecuali atas permintaan dokter sesuai dengan indikasi medis.
6. Empeng/dot dihindari pada bayi yang menyusui. Rekomendasi ini tidak
melarang penggunaan empeng untuk tujuan nonnutritive sucking, oral
training untuk bayi prematur, dan bayi yang membutuhkan perawatan
khusus.
7. Pada minggu-minggu pertama menyusui, bayi disusui sesering kemauan
bayi. Ibu menawarkan payudara apabila bayi menunjukkan tanda-tanda
lapar seperti terjaga terus, aktif, mouthing, atau rooting.
o Penempatan ibu dan bayi dalam satu ruangan (rooming-in)
sepanjang hari sangat membantu keberhasilan menyusui.
o Lamanya menyusui tergantung pada kehendak bayi. Payudara
diberikan bergantian kanan dan kiri pada awal menyusui, agar
kedua payudara mendapat stimulasi yang sama dan mendapat
pengeringan yang sama.
o Pada minggu-minggu pertama, bayi sebaiknya dibangunkan atau
dirangsang untuk menyusui maksimum setiap 3 jam.
8. Evaluasi keberhasilan menyusui selama dirawat dilakukan oleh tenaga
kesehatan sekurangnya dua kali sehari.
o Hal yang dinilai meliputi posisi menyusui, perlekatan, dan transfer
susu.
o Kemajuan dan hambatan dalam proses menyusui selama bayi
dirawat dicatat di rekam medis
o Edukasi ibu untuk mencatat waktu dan durasi setiap kali menyusui,
demikian juga dengan produksi urin dan tinja pada minggu-minggu
pertama.
o Setiap masalah yang ditemui segera dicarikan solusinya sebelum
ibu dan bayi meninggalkan rumah sakit.
9. Bayi yang telah pulang dari rumah sakit mendapat pemeriksaan tenaga
kesehatan pada usia 3-5 hari.
o Dilakukan penilaian bayi yang mencakup pemeriksaan fisis,
terutama untuk mendeteksi ikterus (kuning) dan status hidrasi, pola
berkemih dan defekasi, begitu pula masalah payudara (nyeri,
pembengkakan).
o Teknik menyusui juga harus dinilai, meliputi posisi, perlekatan,
dan transfer susu. Penurunan berat badan lebih dari 7% berat lahir
mengindikasikan kemungkinan masalah menyusui dan harus
dievaluasi lebih lanjut.
10.Bayi yang mendapat ASI diperiksa kesehatannya kembali pada usia 2-3
minggu agar dapat dipantau pertambahan berat badan dan memberikan
dukungan pada periode awal menyusui ini.
11.Pemberian ASI eksklusif selama 6 bulan pertama cukup untuk mencapai
tumbuh kembang optimal.
12.Makanan pendamping ASI kaya besi diberikan secara bertahap mulai usia
6 bulan. Bayi prematur, bayi dengan berat lahir rendah, dan bayi yang
memiliki kelainan hematologi tidak memiliki cadangan besi adekuat pada
saat lahir umumnya membutuhkan suplementasi besi sebelum usia 6
bulan, yang dapat diberikan bersama dengan ASI eksklusif.
13.Kebutuhan dan perilaku makan setiap bayi adalah unik.
o Pengenalan makanan pendamping sebelum usia 6 bulan tidak
meningkatkan asupan kalori maupun kecepatan pertumbuhan berat
badan.
o Selama 6 bulan pertama, bayi yang mendapat ASI tidak
membutuhkan air putih maupun jus buah, bahkan dalam cuaca
panas sekalipun. Pemberikan minuman atau makanan selain ASI
berisiko mengandung kontaminan atau alergen.
o Pemanjangan durasi menyusui bermanfaat untuk meningkatkan
kesehatan dan perkembangan bayi.
o Bayi yang telah disapih sebelum usia 12 bulan tidak menerima
susu sapi, tetapi harus mendapat formula bayi yang difortifikasi zat
besi.
14.Semua bayi yang mendapat ASI mendapat injeksi vitamin K1 1 mg
yang diberikan setelah mendapat ASI pertamanya dalam kurun waktu 6
jam setelah lahir. Bila tidak tersedia vitamin K1 injeksi, maka dapat
diberikan vitamin K1 oral namun diulang dalam kurun waktu 4 bulan.
15.Ibu dan bayi baru lahir berada dalam satu ruangan dan bayi berada dalam
jangkauan ibu selama 24 jam untuk memfasilitasi menyusui.
16.Bila ibu atau bayi dirawat di rumah sakit, diusahakan untuk menjaga
kesinambungan ASI, baik dengan menyusui langsung atau memberikan
ASI yang diperah.
17.Durasi pemberian ASI eksklusif yang dianjurkan adalah selama enam
bulan pertama kehidupan untuk mencapat tumbuh kembang optimal.
Setelah enam bulan, bayi mendapat makanan pendamping yang adekuat
sedangkan ASI dilanjutkan sampai usia 24 bulan.
18.Bayi risiko tinggi :
o Pemberian ASI direkomendasikan untuk bayi prematur dan bayi
risiko tinggi lain, baik secara langsung maupun pemberian ASI
perah. Dukungan dan edukasi untuk ibu mengenai menyusui dan
teknik memerah ASI diberikan sedini mungkin.
o Kontak kulit ke kulit dan menyusui langsung dimulai sedini
mungkin.
o Sebagian besar bayi dengan berat lahir sangat rendah terindikasi
mendapat ASI yang difortifikasi. Di negara maju terdapat bank
ASI. Air susu ibu yang berasal dari bank ASI telah memenuhi
persyaratan dan berasal dari donor yang telah diksrining. ASI segar
dari donor yang belum diskrining tidak dianjurkan karena risiko
transmisi kuman.
o Kewaspadaan diperhatikan untuk bayi dengan defisiensi glukosa-6-
fosfat dehidrogenase (G6PD) karena rentan terhadap hemolisis,
hiperbilirubinemia, dan kernikterus. Ibu yang menyusui bayi
dengan defisiensi atau tersangka defisiensi G6PD harus
menghindari obat yang dapat menginduksi hemolisis.
19.Keadaan bencana dan situasi darurat :
o Air Susu Ibu (ASI) dengan daya perlindungan yang dimilikinya
menjadi sangat penting pada keadaan bencana atau situasi darurat.
o Dalam situasi bencana, bayi yang tidak disusui mempunyai risiko
tinggi terkena penyakit, karena kurangnya air dan sanitasi,
terhentinya persediaan makanan, tempat tinggal yang tidak
memadai, serta tidak adanya fasilitas untuk memasak. Selain itu,
tidak adanya dukungan dan pengetahuan tentang bagaimana cara
pemberian makan pada bayi dan anak dalam keadaan darurat, ikut
berkontribusi meningkatkan risiko timbulnya penyakit.
o Pemberian susu formula pada keadaan bencana perlu
memperhatikan beberapa hal :
1. Pemberian susu formula dibawah pengawasan dan
pemantauan tenaga kesehatan terlatih.
2. Susu formula diberikan kepada bayi piatu dan bayi yang
ibunya tidak lagi dapat menyusui
3. Telah dilakukan penilaian terhadap status menyusui ibu dan
relaktasi tidak memungkinkan.
4. Ibu atau pengasuh bayi perlu diberi informasi memadai
tentang cara penyajian susu formula yang aman dan
pemberian makan bayi yang tepat.
5. Ada petunjuk yang jelas tentang cara penyajian susu formula
dalam bahasa yang dimengerti oleh masyarakat setempat
dengan masa kadaluwarsa minimal 1 tahun.
6. Susu kental manis dan susu cair tidak boleh diberikan
kepada bayi berumur kurang dari 12 bulan.
7. Menggunakan air dan alat yang bersih untuk menyiapkan
susu dan menyimpannya (bila sulit menyiapkan air bersih
karena terbatasnya bahan bakar, dapat menggunakan air
dalam kemasan).
8. Sediakan alat untuk menakar air dan susu bubuk
9. Promosi menyusui secara terus menerus untuk agar ibu yang
masih dapat menyusui tidak memberikan susu formula.
o Industri susu formula tidak diperbolehkan mempromosikan
produknya.
Referensi :
1. Lucas A, Prewett RB, Mitchell MD. Breastfeeding and plasma oxytocin
concentrations. Br Med J. 1980;281:834-5.
2. Beral V. Breast cancer and breastfeeding: collaborative reanalysis of
individual data from 47 epidemiological studies in 30 countries, including
50302 woman with breast cancer and 96973 woman without the disease.
Lancet. 2002;360:187-95.
3. Saadeh R, Benbouzid D. Breastfeeding and child spacing: importance of
information collection to public health policy. Bull World Health Organ.
1990;68:625-31.
4. Popkin BM, Adair L, Akin JS, Black R. Breastfeeding and diarrheal
morbidity. Pediatrics. 1990;86:874-82.
5. Howie PW, Forsyth JS, Ogston SA, Clark A, Florey CV. Protective effect
of breastfeeding against infection. BMJ. 1990;300:11-6.
6. Scariati PD, Grummer-Strawn LM, Fein SB. A longitudinal analysis of
infant morbidity and the extent of breastfeeding in the United States.
Pediatrics. 1997;99:e5.
7. Kramer MS, Chalmers B, Hodnett ED, Sevkovskaya Z, Dzikovich I,
Shapiro S, et al. Promotion of breastfeeding intervention trial (PROBIT).
JAMA. 2001;285:413-20.
8. Cesar JA, Victora CG, Barros FC, Santos IS, Flores JA. Impact of
breastfeeding on admission for pneumonia during postneonatal period in
Brazil: nested case-control. BMJ. 1999;318:1316-20.
9. Chantry CJ, Howard CR, Auinger P. Full breastfeeding duration and
associated decrease in respiratory tract infection in US children.
Pediatrics. 2006;117:425-32.
10.Aniansson G, Alm B, Andersson B, Hakansson A. A prospective
coherent study on breasfeeding and otitis media in Swedish infants.
Pediatr Inf Dis J. 1994;13:183-8.
11.Norris JM, Scott FN. A meta-analysis of infant diet and insulin-dependent
diabetes mellitus: do biases play a role? Epidemiology. 1996;7:87-92.
12.WHO collaborative study team on the role of breastfeeding in the
prevention of infant mortality. Effect of breastfeeding of infant and child
mortality due to infections disease in less developed countries: a pooled
analysis. Lancet. 2000;355:451-5.
13.Bahl R, Frost C, Kirkwood BR, Edmund K, Martinez J, Bhandari K.
Infant feeding patterns and risks of death and hospitalization in the first
half of infancy: multicentre cohort study. Bull World Health Organ.
2005;83:418-26.
14.Kull I, Wickman M, Lilja G, Nordvall SL, Pershagen G. Breastfeeding
and allergic diseases in infants - a prospective birth cohort study. Arch
Dis Child. 2002;87:478-81.\
15.Von Kries R, Koletzko B, Sauerwald T, von Mutius E, Barnert D,
Grunert V, et al. Breastfeeding and obesity: cross sectional study. BMJ.
1999;319:147-50.
16.Gillman MW, RIfas-Shiman SL, Camargo Jr CA. Risk of overweight
among adolescents who were breastfed as infants. JAMA.
2001;285:2461-7.
17.Kramer MS, Aboud F, Miranova F, Vanilovich I, Platt RW, Matush L, et
al. Breastfeeding and child cognitive development. New evidence from a
large randomized trial. Arch Gen Psychiatry. 2008;65:578-84.
18.Mortensen EL, Michaelsen KF, Sanders SA, Reinisch JM. The
association between duration of breastfeeding and adult intelligence.
JAMA. 2002;287:2365-71.\
19.World Health Organization, UNICEF, and Wellstart International. Baby-
friendly hospital initiative : revised, updated and expanded for integrated
care. Section 2. Strengthening and sustaining the baby-friendly hospital
initiative: a course for decisionmakers. WHO and UNICEF. 2009.
Geneva.
20.American Academy of Pediactrics, Section on Breastfeeding.
Breastfeeding and the use of human milk. Pediatrics. 2005;115:496-506.
21.World Health Organization. Acceptable medical reasons for use of
breastmilk substitutes. WHO. 2009. Geneva.

Anda mungkin juga menyukai