Anda di halaman 1dari 3

Badan Pengawas Obat dan Makanan atau disingkatBadan POM adalah sebuah lembaga di

Indonesia yang bertugas mengawasi peredaran obat-obatan dan makanan di Indonesia. Fungsi
dan tugas badan ini menyerupai fungsi dan tugas Food and Drug Administration (FDA) di
Amerika Serikat dan European Medicines Agency di Uni Eropa.
NOMOR: HK.00.06.52.0100
Pengawasan pangan olahan organik
BAB 1. Ketentuan umum
1.Pangan adalah segala sesuatu yang berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah
maupun tidak diolah, yang diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi
manusia termasuk bahan tambahan pangan, bahan baku panga dan bahan lain yang dipergunakan
dalam proses penyiapan, pengolahan, dan/atau pembuatan makanan atau minuman.
2. Pangan olahan adalah makanan atau minuman hasil proses dengan cara atau metode tertentu,
dengan atau tanpa bahan tambahan.
3. Label pangan adalah setiap keterangan mengenai pangan yang berbentuk gambar, tulisan,
kombinasi keduanya, atau bentuk lain yang disertakan pada pangan, dimasukkan ke dalam,
ditempelkan pada, atau merupakan bagian kemasan pangan.
4. Organik adalah istilah pelabelan yang menyatakan bahwa suatu produk telah diproduksi
sesuai dengan standar produksi organic dan disertifikasi oleh otoritas atau lembaga sertifikasi
resmi.
5. Pangan segar organik adalah pangan yang diproduksi sesuai dengan cara-cara produksi
organik dan dibuktikan dengan sertifikat organik yang diterbitkan oleh lembaga sertifikasi yang
terverifikasi oleh otoritas kompeten.
6. Pangan olahan organik adalah makanan atau minuman yang berasal dari pangan segar
organik hasil proses dengan cara atau metode tertentu, dengan atau tanpa bahan tambahan yang
diizinkan.
7. Bahan Penolong adalah bahan yang digunakan untuk membantu pengolahan pangan.
8. Bahan Tambahan Pangan adalah bahan yang ditambahkan ke dalam pangan untuk
mempengaruhi sifat atau bentuk pangan.
9. Senyawa ikutan (carrier) adalah senyawa yang terbawa karena proses pembuatan atau
terdapat secara alami.
BAB II PERSYARATAN PANGAN OLAHAN ORGANIK
Pangan olahan organik wajib memenuhi persyaratan keamanan mutu dan gizi pangan serta
memenuhi ketentuan tentang pelabelan dan periklanan yang berlaku.
1. Pangan olahan organik harus mengandung bahan pangan organik sekurang-kurangnya
95% dari total berat atau volume, tidak termasuk air dan garam.
2. Bahan pangan non organik yang digunakan dalam pangan olahan organik sebanyak-
banyaknya 5 % dari total berat atau volume, tidak termasuk air dan garam.
Pangan segar organik yang digunakan dalam pangan olahan organik harus dibuktikan dengan
sertifikat organik yang diterbitkan oleh Lembaga Sertifikasi yang terakreditasi atau terverifikasi
oleh Otoritas Kompeten di Indonesia.
BAB III LABEL DAN IKLAN
BAB IV LARANGAN
BABV PENGAWASAN
BAB VI SANKSI
BAB VII KETENTUAN PENUTUP
PERATURAN KEPALA BADAN PENGAWAS OBAT DAN MAKANAN REPUBLIK
INDONESIA NOMOR HK.00.05.1.55.1621
PENGAWASAN PEMASUKAN BAHAN KEMASAN PANGAN
BAB I

KETENTUAN UMUM

Pasal 1

Dalam Perturan ini yang dimaksud dengan :

1. Bahan kemasan pangan adalah zat kimia yang digunakan sebagai bahan dasar dan
bahan tambahan kemasan pangan.
Kemasan pangan adalah bahan yang digunakan untuk mewadahi dan atau
membungkus pangan, baik yang bersentuhan langsung dengan pangan maupun tidak.
3. Pemasukan bahan kemasan pangan adalah importasi bahan kemasan pangan
melalui angkutan darat, laut dan udara ke dalam wilayah Indonesia.
4. Pemohon adalah importir dan produsen yang melakukan kegiatan memasukkan
bahan kemasan pangan ke dalam wilayah pabean Indonesia.
5. Importir adalah badan usaha yang berbentuk badan hukum yang melakukan
kegiatan memasukkan bahan kemasan pangan ke dalam wilayah pabean Indonesia yang
selanjutnya akan mendistribusikan dan atau menggunakan sendiri untuk kemasan pangan.
6. Produsen adalah setiap perseorangan atau badan usaha baik yang berbentuk badan
hukum maupun bukan bada n hukum yang melakukan kegiatan mengolah bahan mentah,
bahan baku, barang setengah jadi menjadi kemasan pangan.
7. Kepala Badan adalah Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik
Indonesia.
BAB II PERSYARATAN DAN TATA CARA
Importir dan produsen yang memasukkan bahan kemasan pangan ke wilayah Indonesia hams
mengajukan permohonan secara tertulis kepada Badan Pengawas Obat dan Makanan.
BAB III JENIS BAHAN KEMASAN PANGAN lampiran
BAB IV TARIF PEMASUKAN BAHAN KEMASAN PANGAN
BAB V PEMBINAAN
BAB VI PENGAWASAN
BAB VII LARANGAN
BAB VIII SANKSI a. Peringatan tertulis; b. Larangan memasukkan bahan kemasan pangan
sebagaimana dimaksudkan dalam pasal 3 untuk sementara waktu.
BAB IX KETENTUAN PERALIHAN
BAB X KETENTUAN PENUTUP
604 senyawa diantarayaTrilauril fosfit Tridesil alcohol Timah (IV) oksida
01/M-IND/PER/1/2010
PERMENPERIN
PENUNJUKAN LEMBAGA PENILAIAN KESESUAIAN DALAM RANGKA PEMBERLAKUAN
DAN PENGAWASAN STANDAR NASIONAL INDONESIA (SNI) AIR MINUM DALAM
KEMASAN (AMDK) SECARA WAJIB
5 pasal
Lembaga Sertifikasi Produk sebagaimana tercantum dalam Lampiran I Peraturan
Menteri ini untuk melaksanakan Sertifikasi Produk Air Minum Oalam Kemasan sesuai
SNI 01-3553-2006; dan
b. Laboratorium Penguji sebagaimana tercantum dalam Lampiran II Peraturan Menteri
ini untuk melaksanakan pengujian mutu Produk Air Minum Oalam Kemasan sesuai SNI
01-3553-2006.
12 lembaga
Lembaga Sertifikasi Prociuk JI. Kapten Rivai No. 92 Palembang – 30125 (LSPro) BIPA,
Baristand lndustri Telp. (0711) 412677
Palembang Fax. (0711)350080, 360213
Lembaga Sertifikasi Prociuk JI. Budi Utomo No. 41 Pontianak
(LSPro) Borneo, Baristand lndustri Telp. (0561) 884442, 881393
Pontianak Fax. (0561) 881533

Anda mungkin juga menyukai