Anda di halaman 1dari 14

BAB V

BIOOKSIDATOR

5.1. Tujuan percobaan

- Untuk mengetahui pengaruh waktu pengambilan sampel air limbah terhadap %


Transmitan dan jumlah Total Solid (TS) dengan proses batch dan kontinyu dengan
perangkat biooksidator.
- Menentukan % Transmitan dengan Total Solid (TS) pada proses batch dan kontinyu
dengan perangkat biooksidator.
5.2. Tinjauan pustaka

Biooksidasi merupakan pengolahan zat-zat kimia dalam suatu limbah atau air
dengan memanfaatkan makhluk hidup (dalam lumpur aktif) untuk menguraikan zat-zat
kimia dalam limbah atau air tersebut dengan penambahan oksigen untuk mengaktifkan
makhluk hidup tersebut. Biooksidator adalah unit operasi pengolahan biologi suatu air
limbah secara biooksidasi dengan memanfaatkan bantuan dari sifat-sifat
mikroorganisme.Pengendalian pencemaran air terdiri atas berbagai upaya untuk
memanfaatkan daya alami (terutama gravitasi, prose salami dan proses biologi) dalam
mengolah dan membuang air limbah guna menjaga dan memeperbaiki tingkat kesehatan
masyarakat, mengawetkan sumber-sumber alami, dan untuk melestarikan kualitas
lingkungan (wordpress).
Jenis dan macam air limbah dikelompokan berdasarkan sumber penghasil atau
penyebab sumber penghasil atau penyebab air limbah yang secara umum terdiri dari:
1. Air limbah domestik
Air limbah yang berasal dari kegiatan penghunian, seperti rumah tinggal, hotel,
sekolahan, perkantoran, pertokoan, pasar dan fasilitas-fasilitas pelayanan umum.
2. Air limbah industri
Air limbah yang berasal dari kegiatan industry, seperti pabrik industry logam, tekstil,
kulit, pangan, industry kimia dan lainnya.
3. Air limbah limpasan dan rembesanair hujan
Air limbah yang melimpas di atas permukaan tanah dan meresap kedalam tanah
sebagai akibat terjadinya hujan (anonim,2009)
Pengolahan limbah dengan aerobic activated sludge (lumpur aktif) merupakan proses
biologis menggunakan mikroorganisme untuk mendegradasi bahan-bahan organik yang
terkandung dalam limbah cair. Proses lumpur aktif berlangsung dalam bak aerasi yang
dilengkapi bak sedimentasi untuk memisahkan endapan lumpur dari air limbah yang
telah terolah. Kualitas effluent tergantung pada karakter mikroorganisme pembentuk
lumpur aktif, antara lain sifat pengendapannya dan kondisi bak sedimentasi. Proses
lumpur aktif relatif sederhana, namun untuk limbah yang mengandung bahan-bahan
organik, N dan P dengan konsentrasi tinggi, cara pengolahan ini memiliki beberapa
kendala, antara lain berpotensi menghasilkan ‘bulking sludge’ akibat adanya
mikroorganisme berfilamen dan menghambat proses sedimentasinya. Demikian juga
efisiensi proses akan menurun bila beban organik limbah yang diolah terlalu fluktuatif
(anonim,2011).

Gambar 5.1. Sistem lumpur aktif


Ada beberapa cara pengolahan air yaitu:
- Pengolahan Awal (Pretreatment)
Tahap pengolahan ini melibatkan proses fisik yang bertujuan untuk menghilangkan
padatan tersuspensi dan minyak dalam aliran air limbah. Beberapa proses pengolahan
yang berlangsung pada tahap ini ialah screen and grit removal, equalization and storage,
serta oil separation.
- Pengolahan Tahap Pertama (Primary Treatment)
Pada dasarnya, pengolahan tahap pertama ini masih memiliki tujuan yang sama
dengan pengolahan awal. Letak perbedaannya ialah pada proses yang berlangsung.
Proses yang terjadi pada pengolahan tahap pertama ialah menghilangkan partikel-artikel
padat organik dan organik melalui proses fisika, yakni neutralization, chemical addition
and coagulation, flotation, sedimentation, dan filtration . Sehingga partikel padat akan
mengendap (disebut sludge) sedangkan partikel lemak dan minyak akan berada di atas /
permukaan (disebut grease). Dengan adanya pengendapan ini , maka akan mengurangi
kebutuhan oksigen pada proses pengolahan biologis berikutnya dan pengendapan yang
terjadi adalah pengendapan secara garafitasi.
- Pengolahan Sekunder (Secondary Treatment)
Pada tahap ini air limbah menggunakan bahan-bahan kimia agar senyawa- senyawa
dalm pencemar dalam limbai diikat melalui reaksi kimia. Karena itu sistem operasinya
disebut juga dengan cara kimia yaitu methoda pengolahan dengan menghilangkan atau
mengubah senyawa pencemar dalam air limbah dengan menambahkan bahan kimia.
Zat-zat pencemar pada umumnya berada pada jenis padan suspensi Padatan terlarut
dalam kolidal. Padatan ini tidak mengalami pengendapan secara alami walaupun dalam
jangka waktu relative lama .Oleh karena itu diperlukan bahan kimia yang direaksikan
agar terjadi pengingkatan senyawa pencemar baik dalam bentukgumpalan atau
pengapungan.Menggunakan bahan kimia membutuhkan perkiraan dari sudut biaya
mengingat diantara bahan- bahan tersebut harganya cukup mahal. Dengan
menggunakan bahan kmia berarti akan timbul unsur bau dalam air buangan dan
diharapakan semakin mudah mengambilnya, atau bahan tersebut befungsi sebagai
katalisator. Proses ini mempunyai kelemahan yaitu bagai mana mengambil unsur baru
yang terjadi akibat reaksi terjadi. Pengendapan dengan kapur akan menimbulkan lumpur
yang harus direncanakan cara mengambil dan sarana pembuangannya. Pengolahan
limbah dengan tingkatan kedua atau menggunakan bahan kimia bertujuan
mengendapkan bahan, mematikan bakteri pathogen mengikat dengan cara oksidasi atau
reduksi menetralkan kosentrasi kelarutan asam dan desinfektasia (imal,2012).
Parameter yang digunakan untuk mengukur kadar bahan pencemarantara lain :
- Biochemical oxygen demand (BOD)
BOD merupakan parameter yang umum dipakai untuk menyatakan konsentrasi
komponen organic di dalam air limbah. BOD adalah jumlah oksigen terlarut yang
digunakan mikroorganisme di dalam proses oksidasi biokimia untuk menguraikan zat
organic di dalam air.
- Chemical oxygen demand (COD)
COD adalah jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi kimiawi
komponen organic di dalam air. Nilai COD akan lebih besar dari pada BOD karena
lebih banyak komponen organic yang dapat dioksidasi scara kimia dari pada biologi.
- Total suspended solids (TSS)
Didalam air limbah, TTS disebabkan oleh adanya pasir, silt, clay, dan zat organic.
Suspended solid ini bila masuk kebadan air penerima akan mengakibatkan kenaikan
kekeruhan dan jika mengendap akan mengganggu kehidupan akuatik. Penguraian padat
organic oleh mikroorganisme didasar badan air akan menurunkan konsentrasi oksigen
terlarut akan menghasilkan gas yang dapat meracuni biota air (kesling).
Proses Kontinyu adalah suatu metode proses produksi dimana proses berlangsung secara
terus-menerus tanpa terhenti. Proses produksi kontinyu biasanya dilakukan pada industri
dengan skala prosuksi yang besar. Bila dibandingkan dengan proses batch, proses kontinyu
bersifat lebih efisien karena waktu jeda yang terdapat pada proses batch dapat dihindari.
Kelemahan yang dimiliki proses produksi secara kontinyu adalah sifat alatnya yang tidak
dapat dimodifikasi. Pada umumnya, satu jalur produksi hanya dapat digunakan untuk
memproduksi satu jenis produk.
Proses Partaian (batch) adalah proses produksi yang tidak berlangsung secaera kontinyu.
Proses batch biasanya dilakukan pada industri dengan skala produksi yang kecil atau
menengah. Bila dibandingkan dengan proses kontinyu, proses batch lebih tidak efisien.
Pada setiap akhir proses produksi secara batch, peralatan proses harus dihentikan,
dikonfigurasi ulang dan dilakukan pengecekan terhadap kualitas produk sebelum dilakukan
proses selanjutnya. Hal ini menyebabkan adanya waktu jeda antar proses roduksi. Namun
demikian, proses batch mempunyai beberapa keunggulan bila dibandingkan dengan proses
kontinyu. Proses produksi secara partaian cocok untuk industri yang memproduksi produk-
produk musiman atau produk yang tuntutan pasarnya sulit diprediksi. Karena bersifat
partaian (batch), maka satu jalur produksi dapat digunakan untuk memproduksi berbagai
jenis produk.Jika produk yang dihasilkan ternyata tidak sesuai dengan keinginan pasar,
maka produksi dapat dihentikan tanpa kerugian yang besar.
Spektrofotometer adalah suatu instrumen untuk mengukur transmitan atau absorbans,
suatu contoh sebagai fungsi panjang gelombang, pengukuran terhadap sederetan sampel
pada suatu panjang gelombang tunggal dapat pula dilakukan. Instrument semacam ini
dapat dikelompokkan secara manual atau merekam atau pengelompokan lain: berkas
tunggal dan berkas rangkap.Spektrofotometer berkas tunggal adalah suatu instrumen
dengan satu jalan optis.Sampel dan pelarut murni (atau blanko reagensia) diperiksa
secara terpisah untuk menegakkan P dan Po untuk pengukuran absorbans.Biasanya
dioperasikan secara manual.Sedangkan spektrofotometer berkas rangkap adalah suatu
instrumen dimana berkas dibelah untuk memungkinkan pembandingan sampel dan
pelarut (atau blanko reagensia) pada waktu yang bersamaan.Operasi itu biasanya sangat
automatik. Spektrofotometri adalah metode analisis berdasarkan pengukuran absorpsi
cahaya ultraviolet oleh senyawa yang mengalami transisi elektronik saat terkena sinar
dengan panjang gelombang 190-380 an (anonim,2011).
5.3. Variabel Percobaan
A. Variabel Tetap
- Jenis limbah : Air limbah (air sungai)
- Volume air limbah : 20 liter
- Massa Lumpur aktif : 20 g
B. Variabel berubah
- Kecepatan aerasi : rendah dan tinggi
- Waktu tinggal : 5, 10 dan 15 menit
- Proses : batch dan kontinyu
5.4. Alat dan Bahan
A. Alat yang digunakan: B. Bahan yang digunakan:
- Aerator - Air limbah (air sungai)
- Bak aerasi - Aquadest
- Oven - Lumpur aktif
- Timbangan digital
- Spektrofotometer
- Cawan porselen
- Tabung cuvet
- Pipet volume
- Karet penghisap
- Beakerglass
- Pompa air
- Stopwatch
5.5. Prosedur Percobaan
1. Proses kontinyu
- Mencampur lumpur aktif sebanyak 20 gram ke dalam air limbah
- Mengatur putaran aerator untuk kecepatan rendah dan tinggi
- Menghidupkan saklar aerator dan saklar pompa
- Mengatur bukaan valve, baik untuk aliran masuk maupun aliran keluar
sehingga waktu tinggal dari bak aerasi sesuai dengan yang diharapkan
- Memasukkan udara dari aerator dengan kecepatan konstan
- Selama proses berlangsung, pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan
- Menganalisa sampel dan mencatat semua hasilnya.
2. Proses Batch
- Mencampur lumpur aktif sebanyak 20 gram ke dalam air limbah
- Mengatur putaran aerator untuk kecepatan rendah dan tinggi
- Menghidupkan saklar aerator namun saklar pompa dalam keadaan mati
- Menutup bukaan valve
- Memasukkan udara dari aerator dengan kecepatan konstan
- Selama proses berlangsung, pengambilan sampel dilakukan sesuai dengan
waktu yang telah ditentukan
- Menganalisa sampel dan mencatat semua hasilnya.
3. Penentuan %T secara spektrofotometri
- Mengambil sejumlah sampel dan mengocok sampai rata betul
- Memasukkan ke dalam tabung cuvet spektrofotometri
- Membaca transmitan pada panjang gelombang 580 nm.
4. Penentuan Total Solid (TS)
- Menimbang berat cawan kosong
- Memipet masing-masing 1 mL sampel A dan sampel B ke dalam cawan
kosong kemudian mengeringkannya di dalam oven pada suhu 105 oC
- Setelah kering, menimbang berat cawan yang berisi solid kering
- Menghitung Total Solid (TS) dengan menggunakan rumus yang ada.

(berat cawan dan solid)  (berat cawan kosong)


TS =  1000
Volume air limbah
5.6. Gambar Percobaan

Gambar 5.2.Instrumen Biooksidator


1. Selang skala kalibrasi
2. Saklar pompa
3. Saklar aerator
4. Aerator
5. Selang penyuplai udara dari aerator
6. Selang sampel A
7. Selang sampel B
8. Meja penyangga
9. Bak aerasi
10. Pipa aliran sampel dari bak penampung menuju bak aerasi
11. Globe valve
12. Selang sampel dari bak aerasi menuju bak penampung
13. Pompa
14. Tangki penampung
5.7. Data pengamatan
Tabel5.1. Data pengamatan %T pada proses kontinyu

Kecepatan Waktu %T Rata-rata


Sampel
Aerasi (menit) I II III %T
A 60,5 54,4 57,4 57,4
5
B 62,3 60,8 61,1 61,3
A 62,9 58,4 60,5 60,6
Rendah 10
B 63,9 62,5 62,9 62,7
A 65,3 65,3 63,6 63,8
15
B 65,6 64,3 64,7 64,8
A 58,7 55,3 56,2 56,7
5
B 61,9 60,7 61,3 61,1
A 62,1 62,4 62,3 62,2
Tinggi 10
B 63,2 62,5 62,9 62,8
A 64,1 64,6 63,9 64,2
15
B 64,7 63,9 64,2 64,2
Tabel 5.2.Data pengamatan %T pada proses batch

Kecepatan Waktu %T Rata-rata


Sampel
Aerasi (menit) I II III %T
A 44 47,1 47,2 46,1
5
B 52,1 52 51,8 51,9
A 51,7 50,6 50,1 50,8
Rendah 10
B 60,8 61,5 63,2 61,8
A 63,8 63,6 63,4 63,6
15
B 69,7 70 69,4 69,7
A 63,4 63,2 63,9 63,5
5
B 65,9 66,6 66,3 66,2
A 67,1 66,8 67,4 67,1
Tinggi 10
B 68,2 69,3 69,2 68,9
A 70,2 69,8 69,6 69,8
15
B 71,4 71,1 70,8 71,1
Tabel 5.3.Data pengamatan total solid (TS) pada proses kontinyu
Berat Berat Berat
Kecepatan Waktu
Sampel Awal Akhir Sampel TS (mg/L)
Aerasi (menit)
(g) (g) (g)
A 5,32 5,30 0,02 20000
5
B 6,56 6,53 0,03 30000
A 13,56 13,50 0,06 60000
Rendah 10
B 4,48 4,43 0,05 50000
A 8,84 8,80 0,04 40000
15
B 6,82 6,79 0,03 30000
A 4,46 4,42 0,04 40000
5
B 9,92 9,87 0,05 50000
A 4,38 4,30 0,08 80000
Tinggi 10
B 9,00 8,93 0,07 70000
A 10,60 10,56 0,04 40000
15
B 6,24 6,20 0,04 40000
Tabel 5.4.Data pengamatan total solid (TS) pada proses batch
Berat Berat Berat
Kecepatan Waktu
Sampel Awal Akhir Sampel TS (mg/L)
Aerasi (menit)
(g) (g) (g)
A 7,28 7,19 0,09 90000
5
B 8,68 8,57 0,11 110000
A 5,26 5,16 0,10 100000
Rendah 10
B 4,24 4,18 0,06 60000
A 6,96 6,93 0,03 30000
15
B 7,70 7,65 0,05 50000
A 7,86 7,78 0,08 80000
5
B 8,68 8,59 0,09 90000
A 6,82 6,70 0,12 120000
Tinggi 10
B 8,54 8,44 0,10 100000
A 11,98 11,91 0,07 70000
15
B 26,64 26,59 0,05 50000
5.8. Grafik
65.00

63.00

61.00
%T

59.00 A Rendah

B Rendah
57.00
A Tinggi

B Tinggi
55.00
0.00 5.00 10.00 15.00
Waktu

Grafik 5.1. Hubungan antara waktu aerasi dengan %T untuk kecepatan aerasi
rendah dan tinggi pada proses kontinyu.

75

70

65

A-Rendah
60
B-Rendah
55 A-Tinggi
B-Tinggi
50

45

40
5 10 15

Grafik 5.2. Hubungan antara waktu aerasi dengan %T untuk kecepatan aerasi
rendah dan tinggi pada proses batch.
90000.00
80000.00
70000.00
60000.00
Ts

50000.00 A Rendah
40000.00 B Rendah
30000.00 A Tinggi
20000.00 B Tinggi
10000.00
0 5 10 15
Waktu

Grafik 5.3. Hubungan antara waktu pengambilan sampel dengan TS untuk


kecepatan aerasi rendah dan tinggi pada proses kontinyu.

140000

120000

100000

80000
Ts

A Rendah
60000
B Rendah
40000
A Tinggi
20000 B Tinggi
0
0 5 10 15
Waktu

Grafik 5.4. Hubungan antara waktu pengambilan sampel dengan TS untuk


kecepatan aerasi rendah dan tinggi pada proses batch.
5.9. Pembahasan
- Hubungan antara waktu aerasi dengan % transmitan.
Secara teori semakin lama waktu aerasi maka % T ( transmitan ) semakin besar,
karena semakin banyak oksigen yang masuk dan semakin lama bakteri
menguraikan senyawa organik maka air sungai akan semakin jernih.Pada proses
kontinyu berdasarkan grafik 5.1 menunjukkan hubungan antara waktu
pengambilan sampel dengan %T untuk sampel A dan B kecepatan aerasi
rendah serta untuk sampel A dan B kecepatan aerasi tinggi, sesuai dengan teori
yaitu semakin lama waktu aerasi maka % T (transmitan) semakin besar.
Pada proses batch berdasarkan grafik 5.2 menunjukkan hubungan antara waktu
pengambilan sampel dengan % T untuk sampel A dan B kecepatan aerasi rendah
serta untuk sampel A dan B kecepatan aerasi tinggi, sesuai dengan teori yaitu
semakin lama waktu aerasi maka % T (transmitan) semakin besar.Hubungan
antara waktu pengambilan sampel (t) dengan % T ( transmitan ) adalah pada
proses batch lebih baik dari pada proses kontinyu, karena pada proses kontinyu
bekerja dengan air limbah yang mengalir terus menerus sehingga mengakibatkan
terjadinya kekeruhan pada sampel air sungai.
- Hubungan antara waktu pengambilan sampel dengan total solid (TS)
Secara teori hubungan waktu aerasi dengan total solid adalah berbanding
terbalik dimana semakin lama waktu aerasi maka semakin banyak bakteri atau
mikroorganisme mendapatkan udara (oksigen) untuk menguraikan bahan
organik yang ada di dalam sampel air sungai sehingga air sungai menjadi
semakin jernih.

Pada proses kontinyu berdasarkan grafik 5.3 dan 5.4 menunjukkan hubungan
antara waktu pengambilan sampel dengan TSuntuk sampel A dan B kecepatan
aerasi rendah serta untuk sampel A dan B kecepatan aerasi tinggi pada sampel
ini tidak ada yang sesuai dengan teori. Hal ini disebabkan karena bakteri tidak
dapat menguraikan bahan organik secara sempurna dikarenakan nutrisi yang
terdapat dalam lumpur aktif itu sendiri terlalu sedikit sehingga
perkembangbiakan bakteri tidak bisa cepat dan bahan organik yang terdapat
dalam air limbah tidak dapat terurai secara sempurna.
5.10. Kesimpulan
- Pengaruh waktu aerasi dengan %T.
Semakin lama waktu aerasi, maka tingkat kejernihan (%T) akan semakin tinggi
pula.
a. Pada proses Kontinyu
Aerasi pada kecepatan rendah : %T= 57,4– 64,6
Aerasi pada kecepatan tinggi : %T= 56,7 – 64,2
b. Pada proses Batch :
Aerasi pada kecepatan rendah : %T = 46,1 – 69,7
Aerasi pada kecepatan tinggi : %T = 63,5 – 71,1
- Pengaruh waktu pengambilan sampel (t) dengan Total Solid (TS). Semakin lama
waktu aerasi, maka Total Solid (TS) akan semakin rendah.
DAFTAR PUSTAKA

(___https://bkis.wordpress.com/
(___http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/554/jbptitbpp- 27674-5-2009ta-4.pdf
(___http://journal.unair.ac.id/download-fullpapers-KESLING-2-1-10.pdf
(___http://ikk357.weblog.esaunggul.ac.id/wpcontent/uploads/sites/313/2012/11/Limbah
Cair-Industri1.pdf
(___http://digilib.itb.ac.id/files/disk1/554/jbptitbpp-gdl-VAIO-27674-5-20011ta-4.pdf

Anda mungkin juga menyukai