Anda di halaman 1dari 11

LKS Berbasis Discovery Learning Materi Larutan

Penyangga untuk Meningkatkan KPS


Ditinjau dari Sikap Ilmiah

Risko Apriandi*, Ila Rosilawati, Tasviri Efkar


FKIP Universitas Lampung, Jl. Prof. Dr. Soemantri Brojonegoro No.1
* email: riskoapriandi1@gmail.com, Telp: +6285380538123

Received: May 28, 2018 Accepted: June 21th, 2018 Online Published: July 7th, 2018

Abstract: Student worksheets based discovery learning on buffer solution materials to improve the
science process skills in terms of scientific attitudes. This experiment was aimed to describe
effectiveness of student’s worksheets based on scientific approach on the acid base topic to improve
the science process skills viewed from scientific attitude. The samples obtained by purposive sampling.
Data analysis used two ways ANOVA analysis and t-test. The results of research on the material of
buffer solution showed: there was no interaction between learning with student worksheets and
scientific attitudes toward the SPS; learning using student worksheets based discovery learning was
effective to improving SPS; student’s SPS with high scientific attitudes by using student worksheets
based discovery learning is higher than conventional student worksheets; student’s SPS with high
scientific attitudes by using student worksheets based discovery learning is higher than conventional
student worksheets; students SPS with high scientific attitudes was higher than students with low
scientific attitudes by using student worksheets based discovery learning.

Keywords : buffer solution, SPS, student worksheets, discovery learning, scientific attitude,

Abstrak: LKS berbasis discovery learning materi larutan penyangga untuk meningkatkan
keterampilan proses sains ditinjau dari sikap ilmiah. Penelitian ini untuk mendeskripsikan
efektivitas LKS berbasis discovery learning materi larutan penyangga untuk meningkatkan KPS
ditinjau dari sikap ilmiah. Sampel diambil dengan teknik pusposive sampling. Analisis data
menggunakan ANOVA dua jalur dan uji t. Hasil penelitian pada materi larutan penyangga
menunjukkan: tidak terdapat interaksi antara pembelajaran menggunakan LKS dengan sikap ilmiah
terhadap KPS; pembelajaran menggunakan LKS berbasis discovery learning efektif dalam
meningkatkan KPS siswa; KPS siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi dengan menggunakan LKS
berbasis discovery learning lebih tinggi daripada LKS konvensional; KPS siswa yang memiliki sikap
ilmiah rendah dengan menggunakan LKS berbasis discovery learning lebih tinggi daripada LKS
konvensional; KPS siswa yang memiliki sikap ilmiah tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki
sikap ilmiah rendah dengan menggunakan LKS berbasis discovery learning.

Kata kunci : larutan penyangga, KPS, LKS, discovery learning, sikap ilmiah

PENDAHULUAN keseimbangan antara sikap atau perilaku,


keterampilan, dan pengetahuan (Tim
Pendidikan memiliki peranan yang Penyusun, 2013b). Kurikulum 2013
sangat penting dalam meningkatkan mengamanatkan proses pembelajaran tidak
kualitas sumber daya manusia. Pendidikan hanya untuk menguasai pengetahuan,
yang berkualitas sangat dibutuhkan dalam tetapi juga menguasai proses dengan
membangun peradaban bangsa. Dalam menanamkan sikap ilmiah dan dapat
Permendikbud No.65 Tahun 2013 tentang menerapkan pengetahuan dalam
standar proses pendidikan dasar dan kehidupan sehari-hari. Sikap ilmiah
menengah, menyatakan bahwa esensi diartikan sebagai kecenderungan,
dari kurikulum 2013 mengamanatkan kesiapan, kesediaan seseorang untuk
memberikan respon/ tanggapan/ tingkah percobaan untuk menentukan sifat
laku secara ilmu pengetahuan dan larutan penyangga (Tim Penyusun,
memenuhi syarat (hukum) ilmu 2014). Untuk mencapai kompetensi
pengetahuan yang telah diakui tersebut dapat menggunakan model
kebenarannya. Sikap ilmiah merupakan discovery learning.
pendekatan tertentu untuk memecahkan Dalam mengaplikasikan model
masalah, dalam hal ini adalah pemecahan discovery learning guru berperan sebagai
masalah yang diberikan oleh guru atau pembimbing dengan memberikan
lingkungan sekitar serta pembuatan kesempatan kepada siswa untuk belajar
keputusan dari kegiatan yang dilakukan secara aktif, sebagaimana pendapat guru
(Damanik, 2013). Siswa dapat menemukan harus dapat membimbing dan
dan mengembangkan fakta, konsep, dan mengarahkan kegiatan belajar siswa sesuai
prinsip ilmu pengetahuan menggunakan dengan tujuan (Sardiman, 2007). Pada
KPS ditunjang dengan sikap ilmiah yang discovery learning memiliki tahap-tahap
baik (Cartono, 2007). Menurut Purnama yang harus ditempuh, yaitu stimulation
(2008), sikap ilmiah yaitu jujur, terbuka, (pemberian rangsangan), problem
toleran, skeptis, optimis, pemberani, dan statement (identifikasi masalah), data
kreatif. Menurut Fakhrudin (2010), sikap collection (pengumpulan data), data
ilmiah adalah salah satu bentuk kecerdasan processing (pengolahan data), verification
yang dimiliki setiap individu dan (pembuktian), dan generalization
mempengaruhi hasil belajar yang diperoleh (pengambilan kesimpulan) (Hosnan,
siswa. Sikap ilmiah dapat dilatih dalam 2014). Untuk dapat menerapkan tahapan-
proses pembelajaran. tahapan discovery learning dengan baik
Dalam proses pembelajaran, maka dijabarkan dalam lembar kerja siswa
menggunakan model pembelajaran yang (LKS).
sesuai dengan karakteristik materi LKS merupakan petunjuk atau
pembelajaran. Model pembelajaran yang pedoman berisi langkah-langkah
diutamakan dalam implementasi kurikulum penyelesaian tugas yang dapat membantu
2013 adalah model pembelajaran Inkuiri siswa memperoleh pengalaman secara
(Inquiry Based Learning), model langsung sehingga siswa tidak hanya
pembelajaran Discovery (Discovery memperoleh pengetahuan yang
Learning), model pembelajaran berbasis disampaikan oleh guru saja (Ducha, 2012).
projek (Project Based Learning), dan LKS adalah sumber belajar penunjang
model pembelajaran berbasis permasalahan yang dapat mening-katkan pemahaman
(Problem Based Learning) (Tim Penyusun, siswa mengenai materi kimia yang harus
2014). Model pembelajaran tersebut mereka kuasai (Senam, 2008). Untuk
berusaha membelajarkan siswa untuk mencapai KD 3.13 dan KD 4.13 dapat
mengenal masalah, merumuskan masalah, menggunakan LKS berbasis discovery
mencari solusi atau menguji jawaban learning pada proses pembelajarannya.
sementara atas suatu masalah/pertanyaan Sesuai tahapan discovery learning, tahap
dengan melakukan penyelidikan, pada pertama yaitu tahap pemberian
akhirnya dapat me-narik kesimpulan dan rangsangan, siswa diberikan gambar buah-
menyajikannya secara lisan maupun buahan dan makanan yang dapat
tulisan. mempengaruhi pH dalam tubuh.
Salah satu kompetensi dasar (KD) Selanjutnya pada tahap identifikasi
kelas XI (sebelas) semester genap dalam masalah siswa akan membuat pertanyaan
kurikulum 2013 adalah KD 3.13 mengenai gambar yang telah diberikan,
Menganalisis peran larutan penyangga seperti mengapa pH darah tidak berubah
dalam tubuh makhluk hidup dan KD 4.13 setelah memakan banyak makanan.
Merancang, melakukan, dan Setelah itu siswa diminta mengumpulkan
menyimpulkan serta menyajikan hasil data dengan melakukan percobaan larutan
penyangga dan mengolah data hasil KPS merupakan keseluruhan keterampilan
percobaan. Pada tahap pembuktian siswa ilmiah yang terarah (baik kognitif maupun
telah menemukan pengetahuannya sendiri psikomotor) yang dapat digunakan untuk
yaitu siswa dapat menggelompokkan menemukan suatu konsep atau prinsip atau
larutan yang termasuk penyangga dan teori, untuk mengembangkan konsep yang
bukan penyangga. Tahap selanjutnya yaitu telah ada sebelumnya. Rangkaian
siswa menyimpulkan pengertian larutan keterampilan proses menurut Rustaman
penyangga. (2005) yaitu mengamati,
Menurut Sriyono (2006), Lembar menggolongkan, menafsirkan,
Kerja Siswa adalah salah satu bentuk meramalkan, menerapkan, merencanakan
program yang berlandaskan atas tugas yang penelitian, dan mengkomunikasikan.
harus diselesaikan dan berfungsi sebagai Dalam artikel ini akan dideskripsikan
alat untuk mengalihkan pengetahuan dan efektivitas lembar kerja siswa berbasis
keterampilan sehingga mampu discovery learning pada materi larutan
mempercepat tumbuhnya minat siswa penyangga untuk meningkatkan
dalam mengikuti proses pembelajaran. keterampilan proses sains ditinjau dari
Menurut Rohaeti (2009), Lembar Kerja sikap ilmiah.
Siswa (LKS) merupakan salah satu sumber
belajar yang dapat dikembangkan oleh METODE
guru sebagai fasilitator dalam kegiatan Populasi dalam penelitian ini adalah
pembelajaran. LKS memungkinkan siswa seluruh siswa kelas XI IPA SMA swasta
untuk berpartisipasi dalam proses di Bandar Lampung Tahun Pelajaran
pembelajaran secara aktif dan 2016/2017 yang berjumlah 235 siswa dan
meningkatkan prestasi siswa. Penggunaan tersebar dalam enam kelas. Sampel dalam
LKS yang dikembangkan sesuai dengan penelitian ini adalah kelas XI IPA 2 dan
teori konstruktivis dimana siswa berperan kelas XI IPA 4 yang diambil
aktif lebih efektif daripada metode menggunakan teknik purposive sampling.
pengajaran tradisional lainnya. LKS yang Kelas XI IPA 2 sebagai kelas eksperimen
disusun dapat dirancang dan dikembangkan yang diterapkan pembelajaran
sesuai dengan kondisi dan situasi kegiatan menggunakan LKS berbasis discovery
pembelajaran yang dihadapi. Menurut learning, sedangkan XI IPA 4 sebagai
Trianto (2010), LKS merupakan panduan kelas kontrol yang diterapkan
siswa yang biasa digunakan dalam kegiatan pembelajaran menggunakan LKS
observasi, eksperimen, maupun konvensional .
demonstrasi untuk mempermudah proses Jenis penelitian ini menggunakan
penyelidikan atau memecahkan suatu desain faktorial 2x2. Desain ini
permasalahan. merupakan modifikasi dari posttest-only
LKS dengan menggunakan discovery control group atau pretest-posttest control
learning juga dapat melatih keterampilan group yang memperbolehkan
proses sains. Keterampilan proses sains penyelidikan variabel-variabel independen
(KPS) diartikan sebagai kemampuan atau tambahan (Fraenkel, 2012). Variabel
kecakapan untuk melaksanakan suatu bebas adalah LKS yang digunakan yaitu
tindakan dalam belajar sains sehingga LKS berbasis discovery learning pada
menghasilkan konsep, teori, prinsip, kelas eksperimen dan LKS konvensional
hukum maupun fakta atau bukti. Melatih pada kelas kontrol. Variabel kontrol
keterampilan proses pada siswa berarti adalah materi larutan penyangga. Variabel
memberi kesempatan kepada mereka untuk terikat adalah KPS siswa. Variabel
melakukan sesuatu bukan hanya moderat adalah sikap ilmiah siswa.
membicarakan sesuatu tentang sains Pada penelitian ini, perangkat
(Widayanto, 2009). Menurut Indrawati pembelajaran yang digunakan yaitu
dalam Nuh (2010) mengemukakan bahwa analisis KI - KD , Silabus, Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang Setelah itu menghitung rata-rata n-Gain
diadopsi dari Sukawati (2016). siswa sikap ilmiah rendah dirumuskan
Instrumen pada penelitian ini berupa sebagai berikut.
LKS berbasis discovery learning, LKS
konvensional, lembar observasi sikap n - Gain tiap kelas =
 n - Gain siswa sikap ilmiah rendah

ilmiah serta soal pretes dan postes untuk  siswa sikap ilmiah rendah

mengukur KPS siswa. Uji validitas isi Analisis data pretes siswa kelas
soal dilakukan dengan cara judgement. kontrol dan eksperimen menggunakan uji
Pengelompokan sikap ilmiah siswa kesamaan dua rata-rata, selanjutnya
dilakukan dengan menggunakan teknik dilakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas
statistik deskriptif yang memberikan dan uji homogenitas. Uji normalitas data
penggambaran data distribusi frekuensi. pada penelitian ini menggunakan uji chi
Berikut pengelompokan siswa berdasarkan kuadrat dengan kriteria terima H0 (data
sikap ilmiah ditunjukkan di Tabel 1. berdistribusi normal) jika χ2hitung
2
Tabel 1. Pengelompokan siswa χ tabel. Uji homogenitas menggunakan uji F
berdasaran sikap ilmiah dengan kriteria terima H0 (data memiliki
No Kelas Rentang Keterangan varians yang homogen) jika Fhitung ≤ Ftabel.
Penelitian Nilai Pengujian hipotesis pada penelitian ini
Eksperimen 36,51-64,28 Sikap ilmiah menggunakan uji parametrik. Rumusan
1 rendah
Sikap ilmiah hipotesis untuk hipotesis 1 dan 2 adalah
65,28-93,05
tinggi sebagai berikut:
Kontrol 34,92-66,66 Sikap ilmiah
2 rendah Hipotesis 1, H0: tidak terdapat
67,66-99,41 Sikap ilmiah
tinggi interaksi antara penggunaan LKS dengan
sikap ilmiah terhadap KPS pada materi
Teknik analisis data dilakukan yaitu
larutan penyangga. H1: Terdapat interaksi
mengubah skor pretes dan postes menjadi
antara penggunaan LKS dengan sikap
nilai pretes dan postes dengan rumus:
ilmiah terhadap KPS pada materi larutan
Jumlah skor jawaban yang diperoleh penyangga.
Nilai siswa  x 100 Hipotesis 2, H0: rata-rata n-Gain KPS
Jumlah skor maksimal
siswa dengan penggunaan LKS berbasis
Kemudian menghitung n-gain setiap discovery learning lebih rendah atau sama
siswa berdasarkan rumusan Hake, dengan dengan LKS konvensional pada materi
rumus sebagai berikut: larutan penyangga. H1: rata-rata n-Gain
KPS siswa dengan pembelajaran
nilai postes - nilai pretes menggunakan LKS berbasis discovery
n - Gain < g > 
nilai maksimum - nilai pretes learning lebih tinggi daripada LKS
konvensional pada materi larutan
Kemudian menghitung rata-rata n- penyangga.
gain tiap kelas sampel yang dirumuskan Hipotesis 3, H0: rata-rata n-gain KPS
sebagai berikut: siswa sikap ilmiah tinggi dengan
penggunaan LKS berbasis discovery
jumlah n - Gain learning lebih rendah atau sama dengan
Rata - rata n - Gain tiap kelas = LKS konvensional pada materi larutan
Jumlah siswa
penyangga. H1: Rata-rata n-Gain KPS
Selanjutnya menghitung rata-rata siswa sikap ilmiah tinggi dengan
n-Gain siswa sikap ilmiah tinggi penggunaan LKS berbasis discovery
dirumuskan sebagai berikut: learning lebih tinggi daripada LKS
n - Gain < g > 
 n - Gain siswa sikap ilmiah tinggi konvensional pada materi larutan
 siswa sikap ilmiah tinggi penyangga.
Hipotesis 4, H0: rata-rata n-Gain KPS Untuk mengetahui kemampuan awal
siswa sikap ilmiah rendah dengan siswa secara statistik, maka dilakukan uji
penggunaan LKS berbasis discovery kesamaan dua rata-rata. Namun
learning lebih rendah atau sama dengan sebelumnya, terdapat uji prasyarat yaitu
LKS konvensional pada materi larutan uji normalitas dan uji homogenitas
penyangga. H1: rata-rata n-Gain KPS siswa terhadap nilai pretes kelas kontrol maupun
sikap ilmiah rendah dengan penggunaan eksperimen. Berikut ini merupakan data
LKS berbasis discovery learning lebih normalitas nilai pretes KPS.
tinggi daripada LKS konvensional pada
materi larutan penyangga. Tabel 2. Data normalitas nilai pretes KPS
Hipotesis 5, H0: rata-rata n-gain KPS Kelas Keterangan
siswa sikap ilmiah tinggi lebih rendah atau Kontrol 3,30 7,81 Terima H0
sama dengan siswa sikap ilmiah rendah Eksperimen 6,70 7,81 Terima H0
dengan penggunaan LKS berbasis discovery Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa
learning pada materi larutan penyangga. H1 nilai pada kelas kontrol maupun
: rata-rata n-gain KPS siswa sikap ilmiah kelas eksperimen lebih kecil daripada nilai
tinggi lebih tinggi daripada siswa sikap . Berdasarkan kriteria uji dapat
ilmiah rendah LKS dengan penggunaan disimpulkan terima H0, artinya kedua
LKS berbasis discovery learning pada sampel penelitian berasal dari populasi
materi larutan penyangga. Pengujian yang berdistribusi normal.
hipotesis yang dilakukan yaitu uji ANOVA Uji prasyarat yang kedua adalah uji
dua jalur untuk hipotesis 1 dan 2, serta uji homogenitas terhadap nilai pretes kelas
perbedaan dua rata-rata untuk hipotesis 3, kontrol dan eksperimen. Uji ini bertujuan
4, dan 5. untuk mengetahui apakah sampel
penelitian memiliki varians yang homogen
HASIL DAN PEMBAHASAN atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan,
Berdasarkan penelitian yang telah didapatkan nilai Fhitung seperti yang
dilakukan terhadap dua kelas yang menjadi disajikan pada Tabel 3.
sampel penelitian, yaitu kelas XI IPA2 dan
XI IPA4 SMA Al-Azhar 3 Bandar Tabel 3. Data homogenitas nilai pretes
Lampung, diperoleh data penelitian berupa KPS
nilai pretes dan postes KPS dan data sikap Kelas Fhitung Ftabel Keterangan
ilmiah siswa selama penelitian Kontrol
1,98 1,98 Terima H0
berlangsung. Eksperimen

Uji Kesamaan Dua Rata-rata Setelah selesai proses pembelajaran


Rata-rata nilai pretes KPS siswa pada kelas dilakukan lagi postes berupa soal tertulis
kontrol dan kelas eksperimen disajikan untuk mengukur KPS siswa pada kelas
pada Gambar 1. kontrol dan eksperimen. Berikut
merupakan nilai rata-rata hasil postes KPS
siswa untuk kelas kontrol dan eksperimen
pada Gambar 2.
Pada Gambar 2 dapat dilihat bahwa
rata-rata nilai postes KPS pada kelas
kontrol dan kelas eksperimen yang
menunjukkan bahwa rata-rata nilai postes
pada kelas eksperimen lebih besar
Gambar 1. Rata-rata nilai pretes KPS siswa dibandingkan rata-rata nilai postes kelas
di kelas eksperimen dan kelas kontrol. Dapat dilihat bahwa nilai postes
kontrol pada kelas kontrol dan kelas eksperimen
terdapat peningkatan dan nilai postes pada Pada Gambar 3 dapat dilihat bahwa rata-
kelas eksperimen lebih besar dari kelas rata n-gain KPS siswa pada
kontrol. kelaseksperimen lebih tinggi daripada
rata-rata n-gain KPS pada kelas kontrol.
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh menunjukkan
perbedaan n-gain yang signifikan atau
tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis.
Sebelumnya dilakukan uji normalitas dan
uji homogenitas terhadap n-gain sebagai
uji prasyarat.
Berdasarkan hasil perhitungan uji
normalitas n-gain, nilai pada kelas
kontrol dan eksperimen yang disajikan
pada Tabel 4.

Tabel 4. Data normalitas n-gain KPS


Kelas Keterangan

Kontrol 3,03 7,81 Terima H0


Gambar 2. Rata-rata nilai pretes dan postes
KPS siswa di kelas eksperimen Eksperimen 7,30 7,81 Terima H0
dan kelas control Pada Tabel 4 dapat dilihat bahwa
nilai pada kelas kontrol maupun
Pengujian hipotesis 1 dan 2
kelas eksperimen lebih kecil daripada nilai
Setelah dilakukan uji kesamaan dua
. Berdasarkan kriteria uji dapat
rata-rata nilai pretes kelas kontrol dan kelas
disimpulkan terima H0, artinya kedua
eksperimen, langkah selanjutnya adalah
sampel penelitian berasal dari populasi
menghitung n-gain kelas kontrol dan
yang berdistribusi normal.
eksperimen. N-gain dapat diperoleh
Data hasil perhitungan uji
berdasarkan nilai pretes dan postes. Hasil
homogenitas n-gain pada kelas kontrol
perhitungan rata-rata n-gain KPS pada
dan eksperimen didapatkan nilai Fhitung
kelas kontrol dan kelas eksperimen
seperti yang disajikan pada Tabel 5.
disajikan pada Gambar 3.
Tabel 5. Data homogenitas n-gain KPS
Kelas Fhitung Ftabel Keterangan
Kontrol
1,14 1,98 Terima H0
Eksperimen

Pada Tabel 5 terlihat bahwa Fhitung


lebih kecil daripada Ftabel dengan taraf
nyata 0,05. Berdasarkan kriteria uji
disimpulkan bahwa terima H0, artinya
kelas kontrol dan kelas eksperimen
memiliki varians yang homogen.
Gambar 3. Rata-rata n-gain KPS pada Berdasarkan hasil perhitungan uji
kelas kontrol dan kelas normalitas dan homogenitas, uji statistik
eksperimen yang digunakan untuk uji hipotesis 1 dan 2
adalah uji ANOVA dua jalur. Data hasil Pengujian hipotesis 3
uji ANOVA dua jalur untuk hipotesis 1 dan Hasil perhitungan rata-rata n-gain
2 disajikan pada Tabel 6. KPS siswa yang memiliki sikap ilmiah
tinggi pada kelas kontrol dan kelas
Tabel 6. Output perhitungan ANOVA dua eksperimen disajikan pada Gambar 5.
Jalur
Source Sig. Sig Kriteria Uji
hitung Kriteria
LKS 0,000 0,05 Terima H1
LKS*Sikap 0,543 0,05 Terima H0
Ilmiah

Pada Tabel 6 terlihat bahwa hasil


perhitungan ANOVA pada signifikan
LKS*sikap ilmiah yaitu 0,543 dan
signifikan ini lebih besar dibandingkan
signifikan α = 0,05. Berdasarkan kriteria
uji untuk hipotesis 1 disimpulkan bahwa Gambar 5. Rata-rata n-gain siswa dengan
terima H0, artinya tidak terdapat interaksi sikap ilmiah tinggi pada kelas
antara pembelajaran menggunakan LKS kontrol dan kelas eksperimen
dengan sikap ilmiah siswa terhadap KPS
pada materi larutan penyangga. Pada Gambar 5 dapat dilihat bahwa
Berikut merupakan grafik interaksi rata-rata n-gain KPS pada kelas
LKS dengan sikap ilmiah siswa eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata
n-gain KPS pada kelas kontrol.
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah
data yang diperoleh menunjukkan
perbedaan n-gain yang signifikan atau
tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis
dengan menggunakan uji perbedaan dua
rata-rata. Sebelum dilakukan uji
perbedaan dua rata-rata, maka dilakukan
uji normalitas dan uji homogenitas
terhadap n-gain sebagai uji prasyarat.
Tabel 7. Data normalitas n-gain siswa
yang memiliki sikap ilmiah
tinggi
Kelas Keterangan

Gambar 4. Interaksi LKS dan sikap ilmiah Kontrol 5,93 7,81 Terima H0
Kemudian untuk hasil perhitungan Eksperimen 5,22 7,81 Terima H0
ANOVA pada signifikan hitung yaitu Pada Tabel 7 dapat dilihat bahwa
0,000 dan signifikan ini lebih kecil nilai pada kelas kontrol dan
daripada signifikan tabel = 0,05. eksperi-men lebih kecil daripada nilai
Berdasarkan kriteria uji untuk hipotesis 2 . Berdasarkan kriteria uji dapat
disimpulkan bahwa tolak H0, artinya disimpulkan terima H1, artinya sampel
pembelajaran menggunakan LKS berbasis penelitian berasal dari populasi yang
discovery learning efektif dalam berdistribusi normal. Uji prasyarat yang
meningkatkan KPS siswa pada materi kedua adalah uji homogenitas terhadap
larutan penyangga. nilai pretes kelas kontrol dan eksperimen.
Uji ini bertujuan untuk mengetahui apakah eksperimen disajikan pada Gambar 6.
sampel penelitian memiliki varians yang
homogen atau tidak. Berdasarkan hasil
perhitungan, didapatkan nilai Fhitung seperti
yang disajikan pada Tabel 8.

Tabel 8. Data homogenitas n-gain siswa


yang memiliki sikap ilmiah
tinggi
Kelas Fhitung Ftabel Keterangan
Kontrol
1,2 2,25 Terima H0
Eksperimen Gambar 6. Rata-rata n-gain siswa dengan
sikap ilmiah rendah pada kelas
Pada Tabel 8 terlihat bahwa Fhitung kontrol dan kelas eksperimen
lebih kecil daripada Ftabel dengan taraf Pada Gambar 6 dapat dilihat bahwa
nyata 0,05. Berdasarkan kriteria uji rata-rata n-gain KPS pada kelas
disimpulkan bahwa terima H0, artinya kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata
kontrol dan kelas eksperimen memiliki n-gain KPS pada kelas kontrol.
varians yang homogen. Selanjutnya, untuk mengetahui apakah
Berdasarkan hasil uji yang diperoleh data yang diperoleh menunjukkan
diketahui bahwa sampel berasal dari perbedaan n-gain yang signifikan atau
populasi yang berdistribusi normal dan tidak, maka dilakukan pengujian hipotesis
kedua kelas penelitian memiliki varians dengan menggunakan uji perbedaan dua
yang homogen, maka pengujian hipotesis 3 rata. Sebelum dilakukan uji perbedaan dua
menggunakan uji t. Data hasil perhitungan rata-rata, maka dilakukan uji normalitas
pada uji perbedaan dua rata-rata disajikan dan uji homogenitas terhadap n-gain
pada Tabel 9. sebagai uji prasyarat.
Tabel 9. Data uji perbedaan dua rata-rata Tabel 10. Data normalitas n-gain siswa
nilai n-gain KPS siswa yang yang memiliki sikap ilmiah
memiliki sikap ilmiah tinggi rendah
Kelas thitung ttabel Keterangan Kelas Keterangan
Kontrol Kontrol 3,20 3,84 Terima H0
8 1,70 Terima H1 Eksperimen 0,18 3,84 Terima H0
Eksperimen
Pada Tabel 10 dapat dilihat bahwa
Pada Tabel 9 terlihat bahwa thitung nilai pada kelas kontrol maupun
lebih besar daripada ttabeldengan taraf nyata kelas eksperimen lebih kecil daripada nilai
0,05. Berdasarkan kriteria uji dapat . Berdasarkan kriteria uji dapat
disimpulkan bahwa terima H1, artinya rata- disimpulkan terima H0, artinya kedua
rata n-gain KPS siswa yang memiliki sikap sampel penelitian berasal dari populasi
ilmiah tinggi dengan menggunakan LKS yang berdistribusi normal.
berbasis discovery learning lebih tinggi Uji prasyarat yang kedua adalah uji
daripada LKS konvensional pada materi homogenitas terhadap n-gain kelas kontrol
larutan penyangga. dan eksperimen. Uji ini bertujuan untuk
mengetahui apakah sampel penelitian
Pengujian hipotesis 4 memiliki varians yang homogen atau
Hasil perhitungan rata-rata n-gain tidak. Berdasarkan hasil perhitungan,
KPS siswa yang memiliki sikap ilmiah didapatkan nilai Fhitung seperti disajikan
rendah pada kelas kontrol dan kelas pada pada Tabel 11.
Tabel 11. Data homogenitas n-gain siswa dilakukan pengujian hipotesis dengan
yang memiliki sikap ilmiah menggunakan uji perbedaan dua rata.
rendah
Kelas Fhitung Ftabel Keterangan
Kontrol
1,65 3,79 Terima H0
Eksperimen

Pada Tabel 11 terlihat bahwa Fhitung


lebih kecil daripada Ftabel dengan taraf
nyata 0,05. Berdasarkan kriteria uji
disimpulkan bahwa terima H0, artinya kelas
kontrol dan kelas eksperimen memiliki
varians yang homogen.
Berdasarkan hasil perhitungan uji Gambar 7. Rata-rata n-gain siswa dengan
normalitas dan homogenitas, uji statistik sikap ilmiah tinggi dan rendah
yang digunakan untuk uji perbedaan dua pada kelas eksperimen
rata-rata adalah uji-t. Data hasil Sebelum dilakukan uji perbedaan
perhitungan thitung pada uji perbedaan dua dua rata-rata, maka dilakukan uji
rata-rata disajikan pada Tabel 12. normalitas dan uji homogenitas terhadap
n-gain sebagai uji prasyarat.
Tabel 12. Data uji perbedaan dua rata-rata Tabel 13. Data normalitas n-gain siswa
nilai n-gain KPS yang memiliki dengan sikap ilmiah tinggi dan
sikap ilmiah rendah rendah
Kelas thitung ttabel Keterangan Sikap
Keterangan
Kontrol Ilmiah
10,3 1,77 Terima H1 Rendah 0,24 3,84 Terima H0
Eksperimen
Tinggi 5,22 7,81 Tolak H0
Pada Tabel 12 terlihat bahwa thitung Pada Tabel 13 dapat dilihat bahwa
lebih besar daripada ttabel dengan taraf nilai pada kelas kontrol dan kelas
nyata 0,05. Berdasarkan kriteria uji dapat eksperimen lebih kecil daripada nilai
disimpulkan bahwa terima H1, artinya rata- . Berdasarkan kriteria uji dapat
rata n-gain KPS siswa yang memiliki sikap disimpulkan terima H0, artinya sampel
ilmiah rendah dengan menggunakan LKS penelitian berasal dari populasi yang
berbasis discovery learning lebih tinggi berdistribusi normal.
daripada LKS konvensional pada materi Uji prasyarat yang kedua adalah uji
larutan penyangga. homogenitas terhadap nilai pretes kelas
Pengujian hipotesis 5 kontrol dan eksperimen. Uji ini bertujuan
Hasil perhitungan rata-rata n-gain untuk mengetahui apakah sampel
KPS sikap ilmiah tinggi dan siswa yang penelitian memiliki varians yang homogen
memiliki sikap ilmiah rendah pada kelas atau tidak. Berdasarkan hasil perhitungan,
eksperimen disajikan pada Gambar 7. didapatkan nilai Fhitung seperti yang
Pada Gambar 7 dapat dilihat bahwa disajikan pada Tabel 14.
rata-rata n-gain KPS siswa yang memiliki Tabel 14. Data homogenitas n-gain siswa
sikap ilmiah tinggi lebih tinggi daripada dengan sikap ilmiah tinggi dan
rata-rata n-gain KPS siswa yang memiliki rendah
Sikap
sikap ilmiah rendah pada kelas eksperimen. Ilmiah
Fhitung Ftabel Keterangan
Selanjutnya, untuk mengetahui apakah data
Rendah
yang diperoleh menunjukkan perbedaan 1,63 2,62 Terima H0
n-gain yang signifikan atau tidak, maka Tinggi
Pada Tabel 14 terlihat bahwa Fhitung menunjukkan bahwa pembelajaran meng-
lebih kecil daripada Ftabel dengan taraf gunakan LKS berbasis discovery learning
nyata 0,05. Berdasarkan kriteria uji dapat juga memunculkan sikap ilmiah siswa
disimpulkan bahwa terima H0, artinya ketika belajar.
kelas kontrol dan kelas eksperimen
memiliki varians yang homogen.
Berdasarkan hasil perhitungan uji
normalitas dan homogenitas, uji statistik
yang digunakan untuk uji t. Data hasil
perhitungan pada uji perbedaan dua rata-
rata disajikan pada Tabel 15.

Tabel 15. Data uji perbedaan dua rata-rata


nilai n-gain KPS
Kelas thitung ttabel Keterangan
Kontrol
3 1,71 Terima H1
Eksperimen Keterangan:
Pada Tabel 15 terlihat bahwa thitung 1. Manunjukkan antusiasme
lebih besar daripada ttabel dengan taraf 2. Banyak bertanya
nyata 0,05. Berdasarkan kriteria uji dapat 3. Mengemukakan pendapat
disimpulkan bahwa terima H1, artinya rata- 4. Displin
5. Ulet
rata n-gain KPS siswa yang memiliki sikap 6. Bekerjasama
ilmiah tinggi lebih tinggi daripada siswa 7. Bertanggung Jawab
sikap ilmiah rendah LKS dengan Gambar 9. Rata-rata nilai sikap siswa
penggunaan LKS berbasis discovery setiap aspek
learning pada materi larutan penyangga.
Pada Gambar 9 terlihat bahwa rata-
rata nilai sikap siswa setiap aspek pada
Data sikap ilmiah siswa
kelas eksperimen dan kelas kontrol.
Nilai rata-rata sikap ilmiah
Umumnya, pada kelas eksperimen lebih
mencangkup aspek antusiasme, bertanya,
tinggi dari kelas kontrol.
mengemukakan pendapat, disiplin, ulet,
bekerjasama, dan bertanggungjawab. rata-
rata nilai sikap ilmiah siswa seluruh SIMPULAN
pertemuan disajikan pada Gambar 8. Berdasarkan hasil penelitian dan
80.00 70.48 71.90 pembahasan dapat diambil simpulan
rata-rata n-gain sikap

bahwa: Tidak terdapat interaksi antara


ilmiah rendah

60.00 pembelajaran menggunakan LKS dan


40.00 sikap ilmiah terhadap keterampilan proses
sains pada materi larutan penyangga;
20.00 pembelajaran menggunakan LKS berbasis
discovery learning efektif dalam
0.00
meningkatkan KPS siswa pada materi
kontrol eksperimen
Kelas Penelitian larutan penyangga; KPS siswa yang
memiliki sikap ilmiah tinggi dengan
Gambar 8. Rata-rata nilai sikap siswa
menggunakan LKS berbasis discovery
seluruh pertemuan
learning lebih tinggi daripada LKS
konvensional pada materi larutan
Pada Gambar 8 terlihat bahwa rata- penyangga; KPS siswa yang memiliki
rata nilai sikap siswa kelas eksperimen sikap ilmiah rendah dengan menggunakan
lebih tinggi daripada kelas kontrol. Hal ini LKS berbasis discovery learning lebih
tinggi daripada LKS konvensional pada materi larutan penyangga; KPS siswa yang
memiliki sikap ilmiah tinggi lebih tinggi daripada siswa yang memiliki sikap ilmiah
rendah dengan menggunakan LKS berbasis discovery learning.

DAFTAR RUJUKAN Purnama, H. 2008. Ilmu Alamiah Dasar.


Cartono. 2007. Profil Keterampilan Proses Jakarta: Rineka Cipta.
Sains Mahasiswa Program Pen- Rohaeti, E., Widjajanti, E., dan
didikan Jarak Jauh SI PGSD Padmaningrum, R.T. 2009.
Universitas Sriwijaya. Seminar Pengembangan Lembar Kerja Siswa
Proseeding of The International (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia
Seminar of Science Education, 27 untuk SMP. Artikel penelitian
Oktober 2007. Bandung. Jurusan FMIPA UNY.
Damanik, D.P dan N. Bukit. 2013. Analisis Rustaman. 2005. Pengembangan Konsep.
Kemampuan Berpikir Kritis dan Bandung: Remaja Rosdakarya
Sikap Ilmiah Pada Pembelajaran Sardiman, A.M. 2007, Interaksi dan
Fisika Menggunakan Model Motivasi Belajar Mengajar:
Pembelajaran Inquiry Training dan Bandung, Rajawali Pers.
Direct Instruction. Medan: Senam, A. R., Permanasari, L., dan
Universitas Negeri Medan. Suharto. 2008. Efektivitas Pem-
Ducha, N., M. Ibrahim, & R. K. belajaran Kimia Untuk Siswa SMA
Masittusyifa. 2012. Pengembangan Kelas XI dengan Menggunakan LKS
LKS Berorientasi Keterampilan
Berbasis Life Skill. Jurnal Pen-
Proses Pada Pokok Bahasan Sistem
Pernapasan manusia. Jurnal didikan Pengembangan Kurikulum
pendidikan Biologi. 1(1): 7-10. dan Teknologi Pembelajaran, 9(3),
Fakhruddin, Elva, dan Syahril. (2010). 280-290.
Sikap Ilmiah Siswa Dalam Sriyono. 2006. Teknik Belajar Mengajar
Pembelajaran Fisika Dengan dalam CBSA. Jakarta: Rineka
Penggunaan Media Komputer Cipata.
Melalui Model Kooperatif Tipe Sukawati, Dhaifina Trias. 2016. Efek-
STAD Pada Siswa Kelas X3 SMA tivitas Model Discovery Learning
Negeri 1 Bangkinang Barat. Jurnal Pada Materi Larutan Penyangga
Geliga Sains 4 (1), 18-22 Dalam Meningkatkan Keterampilan
Fraenkel, J. R., N. E. Wallen, & H. H. Hyun. Menggelompokkan dan Mengkomu-
2012. How to Design and Evaluate nikasikan. Skripsi. Bandar Lampung:
Research in Education (Eigth Edition). Universitas Lampung.
New York: McGraw-Hill. Tim Penyusun, 2013b. Standar
Hake, R. R. 2000. Analyzing Kompetensi Lulusan (SKL),
Change/Gain Scores. Woodland Kompetensi Inti (KI), Kompetensi
Hills: Dept. Of Physics, Indiana Dasar (KD). Jakarta: Kemdikbud.
University. Trianto. 2010. Model Pembelajaran
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Terpadu, Konsep, Strategi dan
Kontekstual dalam Pembelajaran Implementasinya dalam Kurikulum
Abad 21. Bogor: Ghalia Indonesia. Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP).
Nuh, Usep. 2010. Fisika Online: Jakarta: Bumi Aksara.
Keterampilan Proses Sains. Artikel Widayanto. 2009. Pengembangan
Pendidikan. Diakses pada tanggal 24 Keterampilan Proses dan Pemaham-
Desember 2016 dari http://fisikasma an Siswa Kelas X Melalui Kit Optik.
online.blogspot.com/keterampilan- Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia.
proses-sains.html. Universitas Negeri Semarang.

Anda mungkin juga menyukai