Oleh:
04084821820063
Pembimbing:
dr. H. Ibrahim, Sp.M, (K)
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. MS
Umur : 41 tahun
Jenis kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Bangsa : Indonesia
Pekerjaan : Pedagang
Alamat : Jln. Duku Ilir Timur I, Palembang
Tanggal Pemeriksaan : 20 Maret 2019
3. Pemeriksaan Fisik
a. Status Generalis
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos mentis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Nadi : 80 kali/menit regular, isi dan tegangan cukup
Frekuensi napas : 20 kali/menit
Suhu : 36,6o C
b. Status Oftalmologikus
KBM Ortoforia
GBM
4. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Slit lamp
5. Diagnosis banding
Pterigium Nasalis Grade II OS
Pinguekula
Pseudopterigium
6. Diagnosis Kerja
Pterigium Nasalis Grade II OS
7. Tatalaksana
- Informed consent
- KIE
- Menjelaskan kepada pasien untuk menghindari paparan sinar matahari,
debu, atau iritan berlebihan, dengan menggunakan kacamata pelindung,
terutama pada mata yang sehat (OD) dan mata kiri pada saat telah
dilakukan eksisi untuk mencegah rekurensi.
- Farmakologi
o Artificial tears (Cendo Lyteers (Kalium Chloride 0.8 g/ml +
Sodium Chloride 4.4 mg/mL)) 6x1 tetes per hari
- Non Farmakologi
o Pro eksisi pterygium OS
8. Prognosis
Quo ad vitam : bonam
Quo ad functionam : bonam
Quo ad sanationam : dubia ad bonam
9. Lampiran
Gambar 1 dan 2. Mata Kanan dan Kiri Penderita
Keluhan mata merah, nyeri, perih dan berair-air dapat terjadi karena iritasi
pada permukaan mata akibat terpapar oleh benda asing dari lingkungan seperti
asap, debu, atau angin kencang. Pada anamnesis diketahui bahwa pasien sering
terpapar debu dan sinar matahari karena pekerjaan pasien sebagai seorang
pedagang. Hal ini sesuai dengan salah satu faktor resiko dari pterigium. Beberapa
faktor resiko pterigium antara lain adalah paparan ultraviolet, mikro trauma kronis
pada mata, infeksi mikroba atau virus. Perasaan yang mengganjal bisa diakibatkan
adanya peradangan di palpebra, adneksa, ataupun segmen anterior. Pada pasien
tidak ditemukan adanya edema pada palpebra dan adneksa. Tidak ditemukan
adanya sekret yang berlebih. Pada pasien ditemukan adanya penebalan
konjungtiva bulbi hingga kornea dimana hal ini dapat mengakibatkan ada rasa
ganjalan pada mata saat berkedip.
DAFTAR PUSTAKA
1. American Academy of Ophtahlmology. 2016. Pterygium. Jilid 8. Hal. 252,
293. San Fransisco; American Academy of Opthalmology
2. Ilyas, HS. 2015. Penuntun Ilmu Penyakit Mata, Edisi V. Hal. 116. Jakarta;
Balai Penerbit FKUI
3. Aminlari, Singh, dan Liang. 2018. Management of Pterygium.
https://www.aao.org/eyenet/article/management-of-pterygium-2, diakses pada
5 April 2018
4. Youngson, RM. 1972. Recurrence of Pterygium after Excision. Volume 56. p.
120-124. http://bjo.bmj.com/content/bjophthalmol/56/2/120.full.pdf, diakses
pada 5 April 2018
5. Caldwell, Hirst, dan Woodward. 2015. Pterygium.
http://eyewiki.aao.org/Pterygium, diakses apda 6 April 2018.
6. Fischer et al. 2017. Pterygium. https://emedicine.
medscape.com/article/ 1192527-overview#a2 , diakses pada 5 April
2018