Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang Masalah

Pengajaran Bahasa Indonesia mempunyai ruang lingkup dan tujuan yang

menumbuhkan kemampuan mengungkapkan pikiran dan perasaan dengan

menggunakan bahasa yang baik dan benar. Pada hakekatnya pembelajaran Bahasa

Indonesia diarahkan untuk mempertajam kepekaan perasaan siswa. Guru dituntut

mampu memotivasi siswa agar mereka dapat meningkatkan minat baca terhadap

karya sastra, karena dengan mempelajari sastra siswa diharapkan dapat menarik

berbagai manfaat dari kehidupannya. Maka dari itu seorang guru harus dapat

mengarahkan siswa memiliki karya sastra yang sesuai dengan minat dan

kematangan jiwa mereka. Berbagai upaya dapat dilakukan salah satunya dengan

memberikan tugas untuk membuat karya sastra yaitu menulis puisi.

Keterampilan menulis puisi perlu ditanamkan pada siswa di Sekolah

Menengah Pertama, sehingga mereka mempunyai kemampuan untuk

mengapresiasikan puisi dengan baik. Mengapresiasikan sebuah puisi bukan hanya

ditujukan untuk penghayatan dan pemahaman puisi, melainkan mempertajam

kepekaan perasaan, penalaran, serta kepekaan anak terhadap masalah

kemanusiaan. Dalam pembelajaran menulis puisi di Sekolah Menengah Pertama

masih ditemukan berbagai kendala dan hambatan, hal ini yang berkaitan dengan

ketepatan penggunaan model atau media dalam pembelajaran sastra dalam

menulis puisi. Demikian pula dengan permasalahan yang timbul dalam proses

pembelajaran menulis puisi di kelas VII-B Sekolah Menengah Pertama Negeri 2

1
Satu Atap Huruna, selama ini kurang menunjukan kemampuan yang

sesungguhnya dimiliki siswa. Penulis menemukan beberapa permasalahan yang

timbul dari guru maupun murid. Hal ini diperoleh melalui pengalaman penulis

saat melakukan kegiatan Penelitian di Sekolah Menengah Pertama Negeri 2 Satu

Atap Huruna.

Dalam pembelajaran menulis puisi ini guru hanya membacakan salah satu

puisi dalam buku paket, menjelaskan cara tentang menulis puisi, dan menyuruh

siswa untuk menuliskan puisi tersebut lalu guru menugaskan siswa untuk

membuat sebuah puisi serta membacakannya di depan kelas. Sedangkan siswa

tidak diberi rangsangan atau motivasi yang mampu membangkitkan imajinasi

siswa dalam memperoleh kata-kata yang tepat. Pastinya pembelajaran tersebut

sangat kurang menggembirakan bagi siswa, di sini terkesan tidak adanya aktivitas

dan kreatifitas siswa dalam menulis puisi. Ketika penulis memberikan tugas pada

siswa untuk menulis puisi dengan kata-kata atau bahasanya sendiri, siswa terlihat

kesulitan dalam menyusun kata-kata dengan bahasanya sendiri, hal itu disebabkan

karena selama pembelajaran Bahasa Indonesia sebelumnya mereka tidak pernah

memperhatikan bahasa yang sesuai dan tepat dalam menuliskan puisi.

Melihat dari kondisi tersebut, akhirnya penulis mempunyai ide untuk

memperbaiki pembelajaran tersebut dengan menggunakan Teknik Permainan

Bahasa dalam pembelajaran menulis puisi di kelas VII-B, karena bermain bagi

anak-anak tak ubahnya seperti berkerja bagi orang dewasa. Bermain merupakan

kegiatan yang menimbulkan kenikmatan yang akan menjadi rangsangan bagi

perilaku lainnya. Waktu untuk anak – anak bermain tidak jauh berbeda dengan

2
waktu untuk bekerja orang dewasa. Usia siswa SMP merupakan usia yang paling

kreatif dalam hidup manusia. Anak-anak merupakan makhluk yang unik sehingga

dalam pembelajaran mereka tidak harus merasa terpenjara.

2. Identifikasi Masalah

Bidang kajian yang dibahas dalam penelitian ini adalah mengenai media

pembelajaran, dengan fokus yang berkaitan pada Penggunaan Teknik Permainan

Bahasa Untuk Meningkatkan Kemampuan Menulis Puisi Siswa di Kelas VII-B

Sekolah Menengah Pertama. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini

adalah media pembelajaran yang dapat membangkitkan semangat siswa dalam

belajar membuat puisi kurang diterapkan sehingga siswa kurang aktif, tidak

kreatif dan kurang termotivasi.

3. Batasan Masalah

Sesuai dengan identifikasi masalah yang telah diuraikan di atas, maka

batasan masalah dalam penelitian ini adalah meningkatkan kemampuan atau hasil

belajar siswa dalam menulis puisi.

3
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Kajian Teori

1) Teknik Permainan Bahasa

a. Pengertian Teknik

Teknik dapat diartikan sebagai cara yang dilakukan seseorang dalam

mengimplementasikan sesuatu secara spesifik, seperti teknik

pembelajaran. Teknik Pembelajaran dapat diartikan sebagai cara yang

dilakukan seseorang dalam mengimplementasikan suatu metode secara

spesifik. Misalkan, penggunaan metode ceramah pada kelas dengan

jumlah siswa yang relatif banyak membutuhkan teknik tersendiri.

b. Hakikat Permainan

Permainan merupakan alat bagi anak untuk menjelajahi dunia, dari apa

yang tidak dikenali sampai apa yang diketahui, dan dari yang tidak

dapat diperbuat sampai mampu melakukan. “Bermain merupakan

kegiatan yang sangat penting bagi anak seperti halnya kebutuhan

terhadap makanan bergizi dan kesehatan untuk pertumbuhannya”

(Padmonodewo: 2002). Cohen (1993) juga menganggap bahwa

“Bermain merupakan pengalaman belajar”. Bermain bagi anak

memiliki nilai dan ciri yang penting dalam kemajuan perkembangan

kehidupan sehari-hari.

Berkaitan dengan permainan Pellegrini dan Saracho, (1996:3)

permainan memiliki sifat sebagai berikut:

4
1. Permainan dimotivasi secara personal, karena memberin rasa kepuasan.

2. pemain lebih asyik dengan aktivitas permainan (sifatnya spontan)

ketimbang pada tujuannya.

3. Aktivitas permainan dapat bersifat non literal.

4. Permainan bersifat bebas dari aturan-aturan yang dipaksakan dari luar, dan

aturan-aturan yang ada dapat dimotivasi oleh para pemainnya.

5. Permainan memerlukan keterlibatan aktif dari pihak pemainnya.

Menurut Framberg (dalam Berky, 1995)“Permainan merupakan

aktivitas yang bersifat simbolik, yang menghadirkan kembali realitas dalam

bentuk pengandaian misalnya bagaimana jika, atau apakah jika yang penuh

makna”. Dalam hal ini permainan dapat menghubungkan pengalaman –

pengalaman menyenangkan atau mengasyikkan, bahkan ketika siswa terlibat

dalam permainan secara serius dan menegangkan sifat sukarela dan motivasi

datang dari dalam diri siswa sendiri secara spontan.

c. Hakikat Bahasa

Hakikat bahasa menurut Alwasilah (1993: 82-89) dijelaskan

dalam uraian berikut:

1. Bahasa itu sistematik

Sistematik artinya beraturan atau berpola. Bahasa memiliki sistem

bunyi dan sistem makna yang beraturan. Dalam hal bunyi, tidak

sembarangan bunyi bisa dipakai sebagai suatu simbol dari suatu

rujukan (referent) dalam berbahasa. Bunyi mesti diatur sedemikian

5
rupa sehingga terucapkan. Kata panggilaln tidak mungkin muncul

secara alamiah, karena tidak ada vokal di dalamnya. Kalimat Pagi

ini Faris pergi ke kampus, bisa dimengarti karena polanya

sitematis, tetapi kalau diubah menjadi Pagi pergi ini kampus ke

Faris tidak bisa dimengarti karena melanggar sistem.

2. Bahasa itu manasuka (Arbitrer)

Manasuka atau arbiter adalah acak , bisa muncul tanpa alasan.

Kata-kata (sebagai simbol) dalam bahasa bisa muncul tanpa

hubungan logis dengan yang disimbolkannya.

3. Bahasa itu vokal

Vokal dalam hal ini berarti bunyi. Bahasa mewujud dalam bentuk

bunyi. Kemajuan teknologi dan perkembangan kecerdasan manusia

memang telah melahirkan bahasa dalam wujud tulis, tetapi sistem

tulis tidak bisa menggantikan ciri bunyi dalam bahasa. Sistem

penulisan hanyalah alat untuk menggambarkan arti di atas kertas,

atau media keras lain. Lebih jauh lagi, tulisan berfungsi sebagai

pelestari ujaran. Lebih jauh lagi dari itu, tulisan menjadi pelestari

kebudayaan manusia. Kebudayaan manusia purba dan manusia

terdahulu lainnya bisa kita prediksi karena mereka meninggalkan

sesuatu untuk dipelajari. Sesuatu itu antara lain berbentuk tulisan.

Realitas yang menunjukkan bahwa bahasa itu vokal mengakibatkan

telaah tentang bahasa (linguistik) memiliki cabang kajian telaah

bunyi yang disebut dengan istilah fonetik dan fonologi.

6
4. Bahasa itu simbol

Simbol adalah lambang sesuatu, bahasa juga adalah lambang

sesuatu. Titik-titik air yang jatuh dari langit diberi simbol dengan

bahasa dengan bunyi tertentu. Bunyi tersebut jika ditulis adalah

hujan. Hujan adalah simbol linguistik yang bisa disebut kata untuk

melambangkan titiktitik air yang jatuh dari langit itu. Simbol bisa

berupa bunyi, tetapi bisa berupa goresan tinta berupa gambar di

atas kertas. Gambar adalah bentuk lain dari simbol. Potensi yang

begitu tinggi yang dimiliki bahasa untuk menyimbolkan sesuatu

menjadikannya alat yang sangat berharga bagi kehidupan manusia.

Tidak terbayangkan bagaimana jadinya jika manusia tidak

memiliki bahasa, betapa sulit mengingat dan menkomunikasikan

sesuatu kepada orang lain.

5. Bahasa itu mengacu pada dirinya

Sesuatu disebut bahasa jika ia mampu dipakai untuk menganalisis

bahasa itu sendiri. Binatang mempunyai bunyi-bunyi sendiri ketika

bersama dengan sesamanya, tetapi bunyi-bunyi yang meraka

gunakan tidak bisa digunakan untuk membelajari bunyi mereka

sendiri. Berbeda dengan halnya bunyi-bunyi yang digunakan oleh

manusia ketika berkomunikasi. Bunyi-bunyi yang digunakan

manusia bisa digunakan untuk menganalisis bunyi itu sendiri.

Dalam istilah linguistik, kondisi seperti itu disebut dengan

metalaguage, yaitu bahasa bisa dipakai untuk membicarakan

7
bahasa itu sendiri. Linguistik menggunakan bahasa untuk menelaah

bahasa secara ilmiah.

6. Bahasa Itu Manusiawi

Bahasa itu manusiawi dalam arti bahwa bahwa itu adalah kekayaan

yang hanya dimiliki umat manusia. Manusialah yang berbahasa

sedangkan hewan dan tumbuhan tidak. Para ahli biologi telah

membuktikan bahwa berdasarkan sejarah evolusi, sistem

komunikasi binatang berbeda dengan sistem komunikasi manusia,

sistem komunikasi binatang tidak mengenal ciri bahaya manusia

sebagai sistem bunyi dan makna. Perbedaan itu kemudian menjadi

pembenaran menamai manusia sebagai homo loquens atau binatang

yang mempunyai kemampuan berbahasa. Karena sistem bunyi

yang digunakan dalam bahasa manusia itu berpola maka manusia

pun disebut homo grammaticus, atau hewan yang bertata bahasa.

7. Bahasa itu komunikasi

Fungsi terpenting dan paling terasa dari bahasa adalah bahasa

sebagai alat komunikasi dan interakasi. Bahasa berfungsi sebagai

alat memperaret antar manusia dalam komunitasnya, dari

komunitas kecil seperti keluarga, sampai komunitas besar seperti

negara. Tanpa bahasa tidak mungkin terjadi interaksi harmonis

antar manusia, tidak terbayangkan bagaimana bentuk kegiatan

sosial antar manusia tanpa bahasa. Komunikasi mencakup makna

mengungkapkan dan menerima pesan, caranya bisa dengan

8
berbicara, mendengar, menulis, atau membaca. Komunikasi itu bisa

beralangsung dua arah, bisa pula searah. Komunikasi tidak hanya

berlangsung antar manusia yang hidup pada satu jaman,

komunikasi itu bisa dilakukan antar manusia yang hidup pada

jaman yang berbeda, tentu saja meskipun hanya satu arah. Nabi

Muhammad SAW telah meninggal pada masa silam, tetapi ajaran-

ajarannya telah berhasil dikomunikasikan kepada umat manusia

pada masa sekarang. Melalui buku, para pemikir sekarang bisa

mengkomunikasikan pikirannya kepada para penerusnya yang akan

lahir di masa datang. Itulah bukti bahwa bahasa menjadi jembatan

komunikasi antar manusia.

2) Pengertian Teknik Permainan Bahasa

Teknik permainan bahasa termasuk dalam kategori media yang terdiri

atas paduan suara dan gerak. Sesuai dengan klasifikasi tersebut, permainan

bahasa merupakan kelompok media pembelajaran bahasa. Teknik ini

merupakan media yang hampir-hampir tidak memerlukan hardware, akan

tetapi memerlukan aktivitas yang harus dilakukan oleh siswa.

Untuk memperoleh pengalaman dan keterampilan dalam bidang

kebahasaan, dapat ditempuh melalui berbagai permainan. Permainan-

permaian yang berfungsi untuk melatih keterampilan dalam bidang

kebahasaan itulah yang dinamakan permainan bahasa. Dalam kehidupan

9
sehari-hari, permainan semacam itu sudah sering dilakukan. Akan tetapi pada

umumnya hanya merupakan kegiatan pengisi waktu luang saja.

Tujuan permainan bahasa menurut Soeparno (1980: 60) yaitu untuk

memperoleh kegembiraan dan memperoleh keterampilan tertentu dalam

bidang kebahasaan. Apabila ada jenis permainan namun tidak ada

keterampilan kebahasaan yang dilatihkan, maka permainan tersebut bukanlah

permainan bahasa.

Permainan bahasa adalah suatu bentuk permainan yang sengaja

dilakukan dengan melibatkan unsur bahasa. Unsur bahasa dapat mencakup

ranah yang mana saja. Permainan bahasa juga meliputi keterampilan

berbahasa yang dapat difokuskan ke bidang tertentu. Teknik yang dapat

membuat kelas menjadi aktif adalah teknik impactyang menggunakan benda,

partisipasi aktif siswa, kursi, dan gerakan.

Berikut ini beberapa permainan bahasa yang dapat dimanfaatkan

untuk pembelajaran bahasa:

1. Permainan Bahasa MENYIMAK

Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan

menyimak anak. Beberapa bentuknya antara lain: Dengar-Ucap;

Dengar-Tiru; Dengar-Gaya; Pesan Berantai; Dengar Cerita.

2. Permainan Bahasa BERBICARA

10
Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan

berbicara anak untuk mengucapkan kata dan menyusun kalimat secara

lebih tepat. Contohnya: Aku minta, Aku Tanya, Cerita berpasangan,

Tebak aku, Main Peran/Sosiodrama.

3. Permainan Bahasa MEMBACA

Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan

membaca anak. Contohnya: Tebak Huruf; Pancing Huruf; Aku Tahu.

4. Permainan Bahasa MENULIS

Tujuan permainan ini adalah pengembangan keterampilan

menulis, tetapi masih sangat terbatas. Misalnya: Tebak Huruf, Cetak

Huruf.

Ada beberapa faktor-faktor yang menentukan permainan bahasa

adalah sebagai berikut:

1. Situasi dan Kondisi

Sebenarnya dalam situasi apapun dan dalam kondisi apapun permainan

bahasa dapat saja dilakukan. Akan tetapi agar berdayaguna tinggi,

hendaknya pelaksanaan permainan bahasa tersebut selalu

memperhatikan faktor situasi dan kondisi.

2. Peraturan Permainan

11
Setiap permainan mempunyai aturan masing-masing. Peraturan

tersebut hendaknya jelas dan tegas serta mengatur langkah-langkah

permainan yang harus ditempuh maupun cara menilainya. Apabila

aturan kurang jelas dan tegas, maka tidak mustahil akan menimbulkan

kericuhan di dalam kelas. Setiap pemain harus memahami, menyetujui,

dan mentaati benar-benar peraturan itu. Guru sebagai pemimpin

permainan mempunyai kewajiban untuk menjelaskan peraturan-

peraturan yang harus ditaati sebelum permainan dilaksanakan.

3. Permainan

Terkait ketentuan dengan pemain, permainan dapat berjalan dengan

baik, jika para pemain, dalam hal ini siswa, mempunyai sportivitas

yang tinggi. Selain itu, keseriusan, kekuatan, dan keterlibatan aktif

pemain juga sangat dibutuhkan agar permainan dapat berjalan dengan

baik. 4) Peminpin Permainan atau Wasit

Pemimpin permainan atau wasit, dalam hal ini guru, harus

mempunyai wibawa, tegas, adil, serta dapat memutuskan permasalahan

dengan cepat, serta menguasai ketentuan permainan dengan baik. Selain

guru, wasit dalam sebuah permainan dapat juga dipilih dari perwakilan

siswa yang dianggap mampu.

Beberapa kelebihan dan kekurangan pada penggunaan teknik

permainan bahasa yaitu sebagai berikut:

1. Kelebihan teknik permainan bahasa

12
Adapun kelebihan dari permainan bahasa di antaranya adalah sebagai

berikut: (1) Permainan bahasa merupakan salah satu media

pembelajaran yang berkadar CBSA tinggi. (2) Dapat mengurangi

kebosanan siswa dalam proses pembelajaran di kelas. (3) Dengan

adanya kompetisi antarsiswa, dapat menumbuhkan semangat siswa

untuk lebih maju. (4) Permainan bahasa dapat membina hubungan

kelompok dan mengembangkan kompetensi sosial siswa. (5) Materi

yang dikomunikasikan akan mngesankan di hati siswa sehingga

pengalaman keterampilan yang dilatihkan sukar dilupakan.

2. Kekurangan teknik permainan bahasa

Ada juga kekurangan dalam pelaksanaan permainan bahasa,

diantaranya adalah sebagai berikut: (1) Jumlah siswa yang terlalu besar

menyebabkan kesukaran untuk melibatkan semua siswa dalam

permainan. (2) Pelaksanaan permainan bahasa biasanya diikuti gelak

tawa dan sorak sorai siswa, sehingga dapat menganggu pelaksanaan

pembelajaran di kelas yang lain. (3) Tidak semua materi dapat

dikomunikasikan melalui permainan bahasa. (4) Permainan bahasa

pada umumnya belum dianggap sebagai program pembelajaran bahasa,

melainkan hanya sebagai selingan saja.

1) Kemampuan Menulis Puisi

Kemampuan menulis merupakan sebuah frasa yang berasal dari

dua kata yakni kemampuan dan menulis. Kedua kata tersebut jelas

memiliki makna tersendiri tanpa ada kaitan sama sekali. Akan tetapi,

13
ketika kedua kata tersebut menjadi satu kesatuan maka menimbulkan

makna yang sedikit banyaknya menjadi saling berhubungan dan berkaitan.

1. Pengertian Kemampuan

Dalam KBBI (2005:707) kemampuan diartikan sebagai kesanggupan;

kecakapan. Hal ini berarti bahwa kemampuan seseorang dalam

mengerjakan sesuatu merupakan kecakapan orang tersebut dalam

mengerjakan hal tersebut.

2. Pengertian Menulis

Menulis merupakan salah satu kemampuan berbahasa. Dalam

pembagian kemampuan berbahasa, menulis selalu diletakkan paling

akhir setelah kemampuan menyimak, berbicara, dan membaca.

Meskipun selalu ditulis paling akhir, bukan berarti menulis merupakan

kemampuan yang tidak penting. Dalam menulis semua unsur

keterampilan berbahasa harus dikonsentrasikan secara penuh agar

mendapat hasil yang benar-benar baik. Tarigan (2008:3)

mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu keterampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak

langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Selain itu, ia juga

mengemukakan bahwa menulis merupakan suatu kegiatan yang

produktif dan ekspresif. Sementara itu, Lado dalam ahmadi (1990:28)

mengemukakan bahwa menulis adalah meletakan atau mengatur

simbol – simbol grafis yang menyatakan pemahaman suatu bahasa

14
sedemikian rupa sehingga orang lain dapat membaca simbol – simbol

grafis itu sebagai bagian penyajian satuan – satuan ekspresi bahasa.

Tarigan (2008:3) menyimpulkan bahwa menulis merupakan suatu

keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi

secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan

orang lain.Dalam KBBI (2005:1219) secara singkat menulis berarti (1)

membuat huruf atau angka dan sebagainya dengan menggunakan pena,

pensil, kapur, dan sebagainya; (2) melahirkan pikiran atau perasaan

seperti mengarang dan membuat surat dengan tulisan; (3)

menggambar; (4) membatik.

Menulis yang merupakan suatu kegiatan ini jelas bukanlah sekedar

penguasaan materi atau teori tentang menulis itu sendiri. Akan tetapi,

menulis merupakan sebuah keterampilan dan kemampuan dalam

mengimplementasikan ide kedalam sebuah tulisan.

Henry Guntur Tarigan (1986: 15) menyatakan bahwa “menulis

dapat diartikan sebagai kegiatan menuangkan ide/gagasan dengan

menggunakan bahasa tulis sebagai media penyampai”. Menurut Djago

Tarigan dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5) “menulis

berarti mengekpresikan secara tertulis gagasan, ide, pendapat, atau pikiran

dan perasaan”. Lado dalam Elina Syarif, Zulkarnaini, Sumarno (2009: 5)

juga mengungkapkan pendapatnya mengenai menulis yaitu: “meletakkan

simbol grafis yang mewakili bahasa yang dimengerti orang lain”. Menulis

dapat dianggap sebagai suatu proses maupun suatu hasil. Menulis

15
merupakan kegiatan yang dilakukan oleh seseorang untuk menghasilkan

sebuah tulisan. Menurut Heaton dalam St. Y. Slamet (2008: 141) “menulis

merupakan keterampilan yang sukar dan kompleks”. Menurut Gebhardt

dan Dawn Rodrigues (1989: 1) “writing is one of the most important

things you do in college”. Menulis merupakan salah satu hal paling

penting yang kamu lakukan di sekolah. Kemampuan menulis yang baik

memegang peranan yang penting dalam kesuksesan, baik itu menulis

laporan, proposal atau tugas di sekolah. Pengertian menulis diungkapkan

juga oleh Barli Bram (2002: 7) “in principle, to write means to try to

produce or reproduce writen message”. Barli Bram mengartikan menulis

sebagai suatu usaha untuk membuat atau mereka ulang tulisan yang sudah

ada. Menurut Eric Gould, Robert Di Yanni, dan William Smith (1989: 18)

menyebutkan “writing is a creative act, the act of writing is creative

because its requires to interpret or make sense of something: a experience,

a text, an event”. Menulis adalah perilaku kreatif, perilaku menulis kreatif

karena membutuhkan pemahaman atau merasakan sesuatu: sebuah

pengalaman, tulisan, peristiwa. M. Atar Semi (2007: 14) dalam bukunya

mengungkapkan pengertian menulis adalah “suatu proses kreatif

memindahkan gagasan ke dalam lambang-lambang tulisan”. Burhan

Nurgiantoro (1988: 273) menyatakan bahwa “menulis adalah aktivitas

aktif produktif, yaitu aktivitas menghasilkan bahasa”.

Menulis menurut McCrimmon dalam St. Y. Slamet (2008: 141)

“merupakan kegiatan menggali pikiran dan perasaan mengenai suatu

subjek, memilih hal-hal yang akan ditulis, menentukan cara

16
menuliskannya sehingga pembaca dapat memahaminya dengan mudah dan

jelas”. St. Y. Slamet (2008: 72) sendiri mengemukakan pendapatnya

tentang menulis yaitu “kegiatan yang memerlukan kemampuan yang

bersifat kompleks”.

17
BAB III

METODE PENELITIAN

1. Karakteristik Subjek Penelitian

a. Jenis Penelitian

Jenis penelitian adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Penelitian ini

dilaksanankan untuk memecahkan suatu masalah yang ditimbulkan,

kemudian adanya upaya perbaikan yang dilakukan untuk suatu

peningkatan hasil belajar siswa.

Mcniff 1992, dalam Harun Rasyid dkk (2009: 7) dengan tegas mengatakan

bahwa penelitian tindakan kelas merupakan bentuk penelitian reflektif

yang dilakukan oleh guru sendiri yang hasilnya dapat dimanfaatkan

sebagai alat untuk pengembangan dan perbaikan pembelajaran.

Rustam dan Mundiarto 2004, dalam Harun Rasyid dkk (2009: 9)

mendefinisikan penelitian tindakan kelas adalah sebuah penelitian yang

dilakukan guru di kelasnya sendiri dengan jalan merancang,

melaksanakan, dan merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan

partisipasif dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru

sehingga hasil belajar siswa dapat meningkat.

Berdasarkan dua pernyataan diatas maka penelitian tindakan kelas

merupakan tindakan penelitian terhadap praktik pembelajaran yang

dilakukan dikelas dalam upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa

dalam menulis puisi, memperbaiki kinerja guru, dan memecahkan suatu

18
permasalahan yang ditemukan dikelas. Dengan penelitian tindadakan kelas

guru dapat merefleksikan hasilnya dan dapat dimanfaatkan untuk

memperbaiki pembelajaran. Penelitian tindakan kelas juga adanya

kolaborasi dalam pelaksanaannya baik antara guru dan sekolah, guru dan

dosen maupun mahasiswa dan guru, sehingga adanya partisipasi ini

diharapkan mampu memperbaiki permasalahan dalam pembelajaran.

b. Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII-B SMP Negeri 2

Satu Atap Huruna yang berjumlah 30 siswa.

c. Subjek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VII-B SMP Negeri

2 Satu Atap Huruna yang berjumlah 30 siswa.

d. Tempat dan Waktu Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti mengambil lokasi di SMP Negeri 2 Satu Atap

Huruna, Kecamatan Huruna, Kabupaten Nias Selatan. Kelas yang

digunakan adalah kelas VII-B dengan jumlah siswa sebanyak 30 Siswa,

dengan beberapa pertimbangan dan alasan, peneliti menentukan

penggunakan waktu penelitian selama pertengahan bulan Januari hingga

pertengahan bulan Februari pada semester II Tahun Ajaran 2018.

19
2. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan oleh peneliti dalam melakukan penelitian

tindakan kelas ini adalah variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas

(X) : Teknik Permainan Bahasa. Variabel terikat (Y) : Kemampuan Menulis

Puisi.

3. Rencana Tindakan

Model Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang digunakan dalam

penelitian ini adalah menggunakan model Kemmis dan McTaggart. Menurut

Kemmis dan McTaggart dalam Suharsimi Arikunto (2006:84) “pelaksanaan

tindakan dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) meliputi empat alur

(langkah): (1) perencanaan tindakan; (2) pelaksanaan tindakan; (3) observasi;

dan (4) refleksi”.

20
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

1. Deskripsi Hasil Penelitian

a. Kondisi awal

Berdasarkan nilai evaluasi siswa kelas VII-B dari pelaksanaan tindakan

penelitian siklus I pertemuan pertama, pada mata pelajaran Bahasa

Indonesia dalam pokok bahasan menulis puisi diperoleh hasil nilai rata-

rata keselurahan siswa mencapai 66. Hal ini menunjukan bahwa hasil

yang telah diperoleh siswa sudah mencapai KKM yaitu 60. Namun, dari

keseluruhan siswa masih banyak yang belum mencapai kriteria

ketuntansan minimal yaitu 60. Terdapat 14 siswa yang belum mencapi

KKM, hal ini berarti hanya 54% dari 44 siswa kelas VII-B yang mencapai

ketuntasan, sedangkan pada indikator kinerja prosentase ketuntasan

minimal seluruh siswa mencapai 75%. Oleh karena itu peneliti

merencanakan Penelitian Tindakan Kelas dilaksanakan dalam II siklus.

b. Siklus I

Praktek pembelajaran pertama dilaksanakan dengan pokok bahasan

menulis puisi. Dalam siklus I ini dilakukan melalui dua kali pertemuan

dengan rinciannya sebagai berikut:

- Perencanaan Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan

praktek pembelajaran dalam siklus I ini adalah mempersiapkan RPP,

instrumen, alat dan bahan untuk penelitian agar tujuan pembelajaran dapat

tercapai secara optimal.

21
- Tindakan

1) Pertemuan pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 15 Januari 2018 melalui


beberapa kegiatan sebagai berikut :

a. Kegiatan awal

Pertemuan pertama ini berlangsung pada waktu pembelajaran jam

terakhir. Untuk mengwali kegiatan pembelajaran guru mengucapkan

salam, kemudian guru bertanya pada siswa tentang puisi. Setelah itu

guru menyampaikan meteri yang akan dipelajari pada pertemuan ini.

b. Kegiatan inti

Beberapa siswa diminta menyebutkan cara menulis puisi sesuai

pemahaman masing-masing, beberapa sisiwa menanggapi pendapat

temannya, setelah itu guru menjelaskan tentang cara menulis puisi

(menentukan ide pokok, memilih kata, dan menulis puisi atau

merangkai kata), kemudian guru membagi siswa dalam kelompok kecil

bersama teman semejanya. Guru menugaskan siswa menentukan ide

pokok berdasarkan pengalaman yang akan ditulis menjadi sebuah puisi

kemudian guru menugaskan siswa memilih kata-kata berdasarkan

kejadian pada pengalaman masingmasing. Guru mengarahkan setiap

kelompok pada teknik permainan bahasa (Mencocokan Kata) dalam

pemilihan kata-kata dan kata kiasan: Dalam 1 kelompok ada 2 siswa,

yaitu “A” dan “B”. Siswa A dan B menuliskan kata-kata yang terjadi

berdasarkan pengalaman masing-masing. Kata-kata yang telah ditulis

22
kemudian ditukarkan antara siswa A dan B. Berdasarkan kata-kata

yang dituliskan siswa A, siswa B menentukan dan menuliskan kata

kiasan yang sesuai pada lembar kata-kata siswa A, demikian

sebaliknya Kemudian lembar kata-kata tadi dikembalikan pada masing

– masing siswa. Siswa berdiskusi dalam kelompok mengenai

pencocokan kata kiasan yang tepat. Siswa merangkai kata – kata

menjadi sebuah puisi dangan pilihan kata kiasan yang tepat. Guru

mengawasi sambil memberikan bimbingan kepada siswa yang kurang

memahami.

c. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan. Kemudian guru mengadakan refleksi tentang

pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa mengerjakan soal tugas

evaluasi. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

2) Pertemuan kedua

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 22 Januari 2018 melalui beberapa

kegiatan sebagai berikut:

a. Kegiatan awal

Sebelum masuk pada materi, guru mengucapkan salam, kemudian guru

bertanya kepada siswa “apa yang perlu dilakukan sebelum kita menulis

puisi bebas?”. Setelah itu guru menyampaikan meteri yang akan

dipelajari pada pertemuan ini.

23
b. Kegiatan inti

Beberapa siswa diminta menjelaskan apa yang dimaksud dengan

gagasan pokok dan siswa yang lain menanggapi pendapat temannya.

Guru menjelaskan tentang cara menulis puisi (menentukan ide pokok,

memilih kata, dan menulis puisi atau merangkai kata). Guru meminta

siswa membentuk kelompok kecil dengan teman semejanya kemudian

guru menugaskan siswa memikirkan suatu gagasan pokok yang akan

dijadikan dasar dalam menulis puisi dan setiap siswa merenungkan dan

mencatat hasil renungan tersebut berdasarkan gagasan pokok. Guru

menugaskan siswa memilih kata-kata berdasarkan gagasan pokok

setelah guru mengarahkan setiap kelompok pada teknik permainan

bahasa (Menulis Kata) dalam pemilihan kata-kata dan kata kiasan:

Siswa menulis kata-kata berdasarkan gagasan pokok. Untuk

memperoleh keindahan kata-kata tersebut, siswa juga menuliskan kata

kiasan yang sesuai dengan kata-kata yang telah ditulis berdasarkan

dengan gagasan pokok. Siswa mendiskusikan pemilihan kata kiasan

yang tepat dalam kelompok. Guru mengawasi sambil memberikan

bimbingan kepada siswa yang kurang memahami.

c. Kegiatan akhir

Guru bersama siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran

yang telah dilakukan. Kemudian guru mengadakan refleksi tentang

pembelajaran yang telah dilakukan. Siswa mengerjakan soal tugas

evaluasi. Guru menutup pembelajaran dengan salam.

24
3) Observasi

a. Pertemuan pertama

Pembelajaran sudah berjalan dengan lancar, tetapi masih ada sedikit

hambatan yaitu sebagai berikut:

- Siswa terlihat sedikit kebingungan dalam menerima materi

pembelajaran dan tidak bertanya pada guru tentang apa yang kurang

mereka pahami.

- Ada beberapa siswa yang masih ribut ketika guru sedang

menyampaikan materi pembelajaran sehingga mengganggu teman

yang lain.

- Siswa kurang memperhatikan penjelasan guru.

- Masih ada siswa yang tidak terlihat aktif dalam kelompok.

b. Pertemuan kedua

- Siswa mengikuti pelajaran dengan sungguh-sungguh.

- Siswa aktif dalam diskusi kelompok.

c. Refleksi

Berdasarkan hasil pelaksanaan pembelajaran pada siklus I,

diketahui bahwa selama guru mengajar pada pertemuan pertama siswa

belum mampu memahami konsep pembelajaran secara maksimal, akan

tetapi ada beberapa siswa yang tingkat kemampuannya sudah cukup baik.

berdasarkan prosentase ketuntasan seluruh siswa dikelas, terdapat 68%

siswa yang telah mencapai ketuntasan belajar dan 32% siswa yang masih

tergolong belum tuntas. Hal tersebut dikarenakan interaksi guru dengan

siswa belum optimal dalam proses pembelajaran di kelas, masih terdapat

25
beberapa anak yang saat mengikuti pelajaran tidak mendengarkan

penjelasan dan arahan dari guru serta masih kurang memahami konsep

pembelajaran. Pada pertemuan kedua telah terjadi peningkatan

kemampuan siswa dalam mencermati pelajaran. Terbukti siswa mampu

membuat puisi bebas dengan kata – kata mereka sendiri yang ditunjukan

oleh prosentase ketuntasan nilai seluruh siswa telah mencapai 86% dan

hanya 10% siswa yang belum tuntas. Berarti pada siklus I pertemuan

kedua telah terjadi peningkatan kemampuan siswa dalam belajar menulis

puisi.

Berdasarkan analisis hasil tugas evaluasi pada siklus I terdapat

86% dari keseluruhan siswa yang tuntas dan 10% siswa belum tuntas

dalam proses belajar menulis puisi. Hal ini telah menunjukan bahwa telah

terjadi peningkatan. Namun demikian masih belum semua siswa bisa

mencapai KKM (60), Sehingga perlu diadakan perbaikan pembelajaran.

Maka peneliti akan memperbaikinya agar hasil belajar siswa yang dicapai

secara optimal dapat berhasil pada siklus II.

Perbaikan yang perlu dilakukan pada siklus berikutnya untuk

memperbaiki pembelajaran pada siklus sebelumnya, antara lain dengan

cara :

1. Dalam menyampaikan materi menggunaan media teknik permainan bahasa

sama pada saat pelakasanaan pembelajaran pada siklus I, tujuannya untuk

membuktikan bahwa media pembelajaran yang digunakan peneliti mampu

26
meningkatkan kemampuan menulis siswa. Namun cara penggunaannya

dalam menyampaikan pembelajaran yang akan berbeda dari siklus I dan

setiap pertemuan.

2. Lebih mengutamakan interaksi siswa dengan guru dalam pembelajaran, ini

dilakukan untuk melatih keberanian siswa dalam menyampaikan

pertanyaan atau menyampaikan pendapatnya.

3. Pembahasan Hasil Penelitian

Prosentase ketuntasan pada pertemuan pertama adalah 54% dan

pertemuan kedua meningkat menjadi 86%. Hasil tersebut juga telah

menunjukan bahwa pembelajaran pada siklus I sudah mencapai porsentase

ketuntasan minimal (75%) dan telah terjadi peningkatan kemampuan atau

hasil belajar siswa dalam menulis puisi, dengan rata – rata nilai prosentase

ketuntasan siswa pada pertemuan pertama dan kedua mencapai 77%.

c. Siklus II

Praktek pembelajaran dilaksanakan masih dengan pokok bahasan menulis

puisi, karena tujuan dalam penelitian ini adalah meningkatkan

kemampuan menulis puisi. Dalam siklus II ini dilakukan melalui dua kali

pertemuan dengan rinciannya sebagai berikut:

1. Perencanaan

2. Persiapan yang dilakukan peneliti untuk melaksanakan praktek

pembelajaran dalam siklus II ini adalah mempersiapkan alternatif

pemecahan masalah yang sudah ditentukan berdasarakan identifikasi

masalah yang timbul pada siklus I, RPP, instrumen, alat dan bahan

27
untuk penelitian agar efektifitas pembelajaran dapat meningkat

dibanding pada siklus I.

3. Tindakan

1) Pertemuan Pertama

Tindakan ini dilaksanakan pada tanggal 05 Februari 2018 melalui

beberapa kegiatan sebagai berikut:

- Kegiatan awal

Untuk mengawali proses pembelajaran ini guru mengucapkan

salam pada siswa, kemudian guru bertanya kepada siswa:

”apakah kalian masih ingat tentang materi yang kita pelajari

pada pertemuan sebelumnya?”.

- Kegiatan inti

Beberapa siswa diminta menyebutkan apa pentingnya

menulis, kemudian beberapa sisiwa menanggapi pendapat

temannya. Guru menjelaskan tentang cara menulis puisi

(menentukan ide pokok, memilih kata, dan menulis puisi atau

merangkai kata), kemudian guru memberikan kesempatan

untuk setiap siswa yang ingin bertanya mengenai materi yang

disampaikan. Guru meminta siswa membentuk kelompok

kecil dengan teman semejanya, kemudian guru meminta

siswa untuk memperhatikan gambar pemandangan laut yang

akan siswa jadikan sebagai ide pokok dalam membuat puisi

setelah itu guru mengarahkan setiap kelompok pada teknik

permainan bahasa (Mencocokan Kata) dalam pemilihan kata-

28
kata dan kata kiasan: Dalam satu kelompok, siswa masing-

masing membuat tulisan yang menceritakan kejadian pada

gambar. Guru memberikan pilihan-pilihan kata kiasan yang

akan siswa rangkai menjadi sebuah puisi. Contoh; Daun

kelapa melambai-lambai, Ombak yang berguling-guling,

Hembusan angin laut sangat menyegarkan jiwa, dan lain-lain

sebagainya. Guru menugaskan siswa untuk mencocokan kata-

kata yang telah ditulis berdasakan kejadian pada gambar

dengan kata kiasan yang telah diberikan guru dan

mendiskusikannya dalam kelompok, selanjutnya guru

menugaskan siswa merangkai kata-kata yang telah dicocokan

menjadi sebuah puisi. Guru mengawasi sambil memberikan

bimbingan kepada siswa yang kurang memahami.

29
BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

1. Simpulan

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, dapat

disimpulkan bahwa teknik permainan bahasa dapat meningkatkan

kemampuan menulis puisi siswa kelas VII-B SMP Negeri 2 Satu Atap

Huruna. Hal tersebut dapat dilihat berdasarkan data perolehan dari hasil

belajar siswa, yaitu dari siklus I dan siklus II yang ditunjukan oleh pencapaian

rata-rata nilai dari nilai rata-rata kelas, yaitu 71.19 pada siklus I meningkat

menjadi 84.75 pada siklus II. Sedangkan siswa yang sudah tuntas sebanyak

20 siswa, dan yang tidak mencapai ketuntasan ada 10 siswa dengan rata – rata

prosentase ketuntasan 77%.

2. Saran

Berdasarkan kesimpulan bahwa Penggunaan media teknik permainan

bahasa dapat meningkatkan kemampuan atau hasil belajar siswa dalam

menulis puisi, maka peneliti memberikan saran sebagai berikut:

a. Dalam kegiatan kegiatan belajar mengajar sebaiknya digunakan media

pembelajaran teknik permainan bahasa

b. Setiap kegiatan belajar mengajar sebaiknya guru tidak hanya menoton

menggunakan metdode yang selama ini kita gunakan, misalnya guru

menggunakan metode pendekatan kepada siswa, juga penugasan.

30
DAFTAR PUSTAKA

Hudson, William. H. (1965). An Introduction to The Study of Literature.

James W Pennebaker, Ph.D.Opening Up: The Healing Power of Expressing


Emotions. Texas.

Kemmis. S. dan Mc. Taggart, R. 1990. The Action Research Reader. Third
Edition. Victoria: Deakin University Press.

Kamus Besar Bahasa Indonesia. (1990). Depdikbud: Balai Pustaka.

Mcniff 1992,(dalam Harun Rasyid dkk 2009: 7)

Rustam dan Mundiarto 2004,(dalam Harun Rasyid dkk 2009: 9)

Soeparno. 1980. Media Pengajaran Bahasa. Yogyakarta: Proyek


Peningkatan/Pengembangan Perguruan Tinggi IKIP Yogyakarta.

31

Anda mungkin juga menyukai