Anda di halaman 1dari 9

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/331772800

Pengembangan Teknopreneurship untuk Mata Pelajaran Produk Kreatif dan


Kewirausahaan dalam Implementasi Kurikulum SMK Revisi 2016

Conference Paper · March 2019

CITATIONS READS

0 923

1 author:

Sarwa Sarwa
Universitas Negeri Medan, Medan
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

All content following this page was uploaded by Sarwa Sarwa on 15 March 2019.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


Seminar Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Indonesia (APTEKINDO) 2018

Pengembangan Teknopreneurship untuk Mata Pelajaran


Produk Kreatif dan Kewirausahaan dalam Implementasi
Kurikulum SMK Revisi 2016

Sarwa1,a)
1)
Fakultas Teknik, Universitas Negeri Medan
b)
ewo.sarwa@yahoo.co.id

Abstrak. Kurikukulum Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) sejak tahun 2006 sampai 2016 melampaui 3 kali
pemutakhiran, dari Kurikulum KTSP ke Kurikulum 2013 dan Kurikulum 2013 revisi 2016 menentukan
pendidikan kewirausahaan (PKWU) beturut-turut dituangkan mata pelajaran Kewirausahaan (KWU, 2006),
Prakarya dan Kewirausahaan (P-KWU, 2013), dan Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PK-KWU, 2017). Tulisan
ini menyajikan analisis karakteristik PKWU terdahulu dan sekarang, dan merekomendasikan pengembangan
materi pembelajaran, metode pembelajaran, dan kebutuhan profil Guru. Karakteristik kurikulum PKWU 2006
adalah pada penguasaan kompetensi teori kewirausahaan dan pengelolaan usaha yang tidak selaras dengan
kompetensi produktif SMK, Kurikulum 2013 lebih menekankan pada keterampilan memproduksi yang tidak
sesuai dengan keahlian kejuruan siswa, sedangkan pada Kurikulum 2013 revisi 2016 memfokuskan pada
perancangan produk sesuai keahlian kejuruan siswa. Pengembangan materi ajar PK-KWU yang dibutuhkan untuk
implementasi sekarang meliputi: perancangan produk, rekayasa industri dan kewirausahaan. Strategi pembelajaran
yang direkomendasikan adalah model Pembelajaran Kewirausahan berbasis Pengalaman (PKbP), dan profil Guru
ideal adalah ilmu bisnis dan manajemen yang mempunyai minat dan atau pengalaman dalam praktik berwirausaha.

PENDAHULUAN

Pendidikan vokasional tingkat menengah di SMK mempunyai misi untuk menyiapkan calon tenaga kerja,
membekali untuk studi lanjut dan membentukjiwa wirausahawan. Sejalan perkembangan dinamika dunia kerja,
SMK dituntut untuk selalu memutakhirkan kurikulum. Upaya pemutakhiran kurikulum SMK secara periodik
telah dilakukan pada tahun 2006 dengan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kurikulum 2013, dan
Kurikulum 2013 Revisi 2016.Pemutakhiran kurikulum bertujuan untuk menyelaraskan kebutuhan dunia kerja
dan perkembangan teknologi. Pemutakhiran kurikulum SMK terbaru (2016) telah menetapkan Spektrum
sebagai upaya penataan struktur Bidang Keahlian (BK), Program Keahlian (PK) dan Kompetensi Keahlian
(KK). Berdasarkan Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 4678/D/KEP/MK/2016 tentang Spektrum Keahlian
Pendidikan Menengah Kejuruan (PMK) telah dilakukan penataaan KK dan penetapan Mata Pelajaran (mapel).
Sebagai pedoman pengembangan materi telah ditetapkan rumusan Kompetinsi Inti (KI) sdan Kompetensi dasar
(KD) yang dituangkan dalam Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 330/D.25/KEP/KR/2017.
Implementasi Kurikulum 2013 revisi 2016 telah dilaksanakan sejak tahun ajaran 2017/2018 atau 2 semester
berjalan, sehingga siswa kelas X (sepuluh) di SMK sudah menerima mapel dan materi sesuai dengan rumusan
KI dan KD yang baru. Secara definitif struktur Kurikulum 2013 revisi 2016 pada siswa kelas X baru menerima
mapel Muatan Nasional (kelompok A), Muatan Kewilayahan (kelompok B), Dasar BK (kelompok C1), dan
Dasar PK (kelompok C2). Untuk KK (kelompok C3) akan diajarkan mulai kelas XI (sebelas). Berdasarkan
ketentuan distribusi mapel berdasarkan jenjang dan semester, maka mapel PK-KWU mulai diajarkan pada kelas
XI atau mulai semester ganjil tahun ajaran 2018/2019.
Menyambut atau menyiapkan impelementasi mapel PK-KWU pada kelas XI rumusan KI dan KD adalah
pedoman untuk mengembangkan silabus dan materi ajar. Rumusan KI dan KD disusun untuk
diimplementasikan pada kelas XI, XII, dan XIII (622 JP) sebanyak30 KD untuk SMK 4 tahun, sedang untuk
SMK 3 tahun disiapkan untuk kelas XI, XII (350 JP) sebanyak 20 KD. Berdasarkan perbedaan beban belajar
maka materi ajar secara keseluruhan antara SMK 4 tahun dengan SMK 3 tahun adalah berbeda. Perbedaan ini
secara definitif dapat ditelaah dari rumusan KI-KD, sehingga secara struktur pengembangan buku ajar
diperlukan 6 modul untuk SMK 4 tahun dan 4 modul SMK 3 tahun dengan desain 1 modul untuk satu semester.
Guru merupakan kunci utama keberhasilan pembelaran. Penguasaan kurikulum yang secara nyata
dipresentasikan dalam bentuk materi, pembelajaran dalam bentuk penyampaian (delivery) dan media yang
digunakan, dan instrumen evaluasi sebagai pengukur tingkat pencapaian kompetensi. Perubahan kurikulum dari

N8-10-1
Seminar Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Indonesia (APTEKINDO) 2018

perspektif Guru merupakan beban yang menuntut Guru untuk membaca dan memahami semua perangkat
pembelajaran di tingkat pemangku kebijakan dan seterusnya Guru harus menyiapkan perangkat ajar untuk
kepentingan siswa. Memaknai hakikat PKWUbukan sekedar mapel, tapi lebih sebagai kebutuhan dan bekal bagi
peserta didik menjadi sangat penting, sehingga perangkat rumusan KI-KD hanya sebagai tuntunan dalam
menurunkan materi ajar. Merujuk pada Winarno (2016, h. 124-125) dalam implementasi mapel PKWU pada
Kurikulum 2013 adalah kesulitan Guru dalam : 1) memahami dan menurunkan KI dan KD menjadi indikator
dan materi ajar, 2) keterbatasan pengalaman praktis berwirausaha, 3) penguasaan materi kerajinan dan
mempraktekannya.
PKWUdi SMK yang utama adalah bukan tentang teori kewirausahaan atau teori manajemen bisnis, tapi lebih
tentang membangun minat dan keberanian berwirausaha (intensi kewirausahaan). Membangun intensi
kewirausahaan bagi siswa SMK adalah membangun kreatifitas terkait dengan produk atau jasa yang sesuai
kompetensi keahlian, sehingga pengembangan produk atau jasa adalah fokus materi ajar pendidikan
kewirausahaan. Sejalan denganWinarno (2015, h. 240) bahwa permasalahan utama pembelajaran
kewirausahaan di SMK adalah tentang mind-set guru yang hanya sebagai “guru teori” mengindikasikan bahwa
tantangan besar dalam implementasi Kurikulum 2013 Revisi 2016 pada mapel PK-KWU. Profil Guru
kewirausahaan selama ini adalah sebagian besar berlatar belakang Pendidikan Ekonomi, dengan mayor
akademik tentang ilmu ekonomi dan manajemen bisnis.

KAJIAN TEORI

Pendidikan Kewirausahaan dengan Kewirausahaan


Kewirausahaan dan pendidikan Kewirausahaan secara definisi mempunyai perbedaan pokok pada subtansi
materi kajian. Kewirausahaan (entrepreuneurship) adalah sebuah besaran sikap atau perilaku yang mendorong
sesorang untuk membangun usaha. Mengacu pada definisi kamus bisnis (businessdictionary) adalah terkait
dengan 4 (empat) kunci kemampuan yaitu : mengembangkan, mengelola, mengambil resiko, dan mencari
keuntungan. The capacity and willingness to develop, organize and manage a business venture along with any
of its risks in order to make a profit. The most obvious example of entrepreneurship is the starting of new
businesses. Definisi Pendidikan Kewirausahaan bila dikaitkan dengan dunia sekolah adalahdisiplin ilmu
didaktik sebagi realisasidari proses pendidikan yang mengajar kan peserta didik (siswa) tentang bagaimana
caramengatasirealitasekonomi yang kompleks (Aldrich and Martinez, 2001).
Wawer et.al(2010) “Entrepreneurship is a discipline of didactics and realization of the educational process
in order to teach course participants and students ways of coping with existence in a complex economic
reality”. Secara konsep entrepreneurshio adalah.It is a discipline ofdidactics and realization of the educational
process in order to teachcourse participants and students ways of coping with existence in acomplex economic
reality
Kewirausahaan sebagai aksi nyata yang mempunyai orientasi pada produk adalah inovasi melalui
pengelolaan sumber daya untuk meningkatkan produktivitas, penciptaan komoditas baru atau cara baru untuk
memproduksi mereka serta penciptaan pasar baru atau material baru, seperti didefinisikan oleh Ruskovara dkk,
bahwa : “entrepreneurship is innovation which means the reorganization of resources to enhance productivity,
the creation of new commodities or new ways of producing them as well as the creation of new markets and new
materials”. (Ruskovara et.al, 2011, p.3)
Definisi pendidikan kewirausahan menurut Ruskovara et.al. (2011, p.4) adalah upaya memperkenalkan
kewirausahaan sebagai pilihan karir, memberi dukungan bagaimana cara berwirausaha sebagai sajian (materi)
dan ciri utama dalam aktifitas belajar mengajar. Secara lengkap Ruskovara dkk. menyatakan :
“Entrepreneurship education introduces entrepreneurship as a career choice, it supports the entrepreneurial
way of seeing and doing things and it characterises a way of teaching and learning”
Salah satu yang menarik dari PKWUadalah terkait dengan bagaimana mengajak sesorang dapat tertarik
(intention) pada sesuatu dan bagaimana caramengajar ataumendidiknya, “entrepreneurship education it is
interesting to know what kind of person it is targeting at and which competencies it wants to teach or educate”
(Remmele, B., Schmette, M., & Seeber, G., 2010, p. 2).
Berdasarkan beberapa definisi tentang PKWU penulis memberikan pokok-pokok pengertian sebagai berikut:
1. PKWU adalah proses pembekalan kemampuan kewirausahaan dalam bentuk kapasitas : membaca peluang,
mengembangkan usaha baru, mengelola atau menjalankan usaha, dan mencari (orientasi) keuntungan.
2. PKWU adalahdisiplin pembelajaran (didaktik) yang membekali siswa untuk dapat menghadapi persaingan
dunia secara ekonomi.
3. PKWU adalah upaya memberi pilihan dan mendukung berwirausaha sebagai pilihan karir.

N8-10-2
Seminar Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Indonesia (APTEKINDO) 2018

4. PKWU bagi golongan muda (siswa) adalah tentang penanaman semangat (spirit) dan nilai untuk
mendorong semangat belajar.

Pendidikan Kewirausahaan dan Pendidikan Bisnis


Pendidikan Kewirausahaan (entrepreneurship education) secara konsep dapat disandingkan dengan
pendidikan bisnis (business education) (H. Lobler, 2006, p. 24). Lobler membandingakan seraca rinci tentang
karakter Pendidikan Bisnis dan Pendidikan Kewirausahaan dapat dilihat dari 1) materi, 2) pendekatan, 3) guru,
4) sumber belajar, 5) ketentuan guru, 6) ketentuan siwa, 7) lingkungan belajar.
TABEL 1.Perbedaan Pendidikan Bisnis dengan Pendidikan Kewirausahaan*)
Uraian Pendidikan Bisnis Pendidikan Kewirausahaan
Fokus Ilmu Pengetahuan Proses
Pengajaran Transfer ilmu Dukungan pembelajaran
Tujuan Ilmu bisnis secara luas Pembelajaran untuk hidup, otonomi, dan
kemampuan untuk mengelolaan secara mandiri
Ketentuan untuk Guru Penyebar ilmu (transmitter) Pendamping siswa (peserta didik)
Ketentuan untuk siswa Pendengar/peserta sebagai Aktif sebagai produser
konsumen yang pasif
Sumber Guru, buku Aneka sumber
Kebutuhan perolehan Guru dan kurikulum Permintaan dan kebutuhan siswa
informasi
Pengatur Kelas Guru Siswa
Interaksi yang terjadi Guru-siswa Siswa, Guru tidak terkecuali
Aktifitas Mendengar, membaca Berbicara, mendengarkan, dan melakukan
*)
Dimodifikasi dari H. Lobler (2006, p. 24)
Tabel 1 yang menunjukkan bandingkan karakteristik pendidikan bisnis dengan PKWU mengindikasikan
bahwa keduanya secara prinsip mempunyai kemiripan. Perbandingan dan kemiripan yang pokok adalah pada
keduanya tentang pengetahuan dunia usaha, tetapi yang membedakan adalah tentang ilmu (Bisnis) dan tentang
proses (Kewirausahaan). Implikasi dari kewirausahaan sebagai proses maka pembelajaran kewirausahaan harus
menekankan pada proses dalam bentuk aksi kelas secara praktik atau simulasi. Naia et al. (2015, p. 137)
mereview 60 tulisan dari 29 Jurnal pada tahun 2000-2011 mendapatkan kondisi tentang praktik beaik (best-
practice) PKWU: 1) pemebelajaran berdasar pengalaman lebih baik dari pada transfer pengetahuan; 2)
pengalaman yang bervariasi; 3) teknik portofolio sebagai praktik kewirausahaan; 4) pendekatan secara
interdisiplin; 5) melibatkan praktisi berpengalaman sebagi pelatih.

Beberapa Persoalan
Berdasarkan kondisi terkini tentang implementasi Kurikulum 2013 Revisi 2016 di SMK khususnya tentang
mapel PK-KWU, ketersediaan panduan KI-KD, dan latar belakang akademik dan pengalaman Guru,
bagaimanakah alternatif pengembangan materi yang secara spesifik selaras dengan Kompetensi Keahlian siswa.
Tulisan ini akan menyajikan tentang alternatif pengembangan materi ajar, model pembelajran dan profil Guru
yang ideal. Manfaat yang ingin diberikan dari tulisan ini bisa sebagai alternatif bagi pemangku kebijakan dan
para pengajar (Guru) KWU di SMK.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


PKWU di SMK dalam periode 10 tahun terakhir (2006-2016) seperti tertuang dalam mata pelajaran
mengalami perubahan dari Kewirausahaan (KWU, 2006), Prakarya dan Kewirausahaan (P-KWU, 2013) dan
Produk Kreatif dan Kewirausahaan(PK-KWU, 2016). Perubahan kurikulum dari periode satu ke periode
berikutnya secara karakteristik dikembangkan sesuai kebutuhan dan tantangan pada masanya. Perubahan
kurikulum secara praktis dituangkan dalam perubahan mata pelajaran, sebagai tuntutan iringannya adalah
perubahan materi ajar dan rancangan pembelajaran sampai kebutuhan pada standar (profil) Guru yang ideal.
Berikut ini penuli memberikan alternatif pengembangan materi ajar, rancangan model pembelajaran, dan profil
Guru ideal dalam implemenetasi mapel PK-KWU di SMK.

N8-10-3
Seminar Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Indonesia (APTEKINDO) 2018

Kurikulum KWU Dahulu dan Kebutuhan Sekarang


Mengacu pada Standar Kompetensi Lulusan (SKL) untuk satuan Pendidikan Dasar dan Menengah yang
tertuang Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 menetapkan rumusan SKL untuk mata pelajaran Kewirausahaan
SMK/MAK (Despdiknas, 2006) :
1) Mampu mengidentifikasi kegiatan dan peluang usaha dalam kehidupan sehari-hari, terutama yang terjadi di
lingkungan masyarakatnya.
2) Menerapkan sikap dan perilaku wirausaha dalam kehidupan sehari-hari di lingkungan masyarakatnya
3) Memahami sendi-sendi kepemimpinan dan mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari serta
menerapkan perilaku kerja prestatif dalam kehidupannya.
4) Mampu merencanakan sekaligus mengelola usaha kecil/mikro dalam bidangnya.
Secara materi pada kurikulum 2006 karakteristik PKWU adalah tentang kewirausahaan teoritis dan
pengelolaan usaha. Secara struktur mapael KWU dalam kelompok Adaftif.
Berdasarkan Permenkdibud Nomor 70 Tahun 2013 tentang Kerangka Dasar Dan Struktur Kurikulum SMK
Kurikulum 2013, mapelKWU diganti menjadi Prakarya dan Kewirausahaan (P-KWU). Selain penggantian mata
pelajaran PKWU penggunaan terminologi Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi Dasar (KD) sebagai kerangka
dasar pengembangan materi dari istilah awal Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD). Mapel P-
KWU dikelompokkan dalam mapel wajib (B) satu kelompok dengan Seni Budaya dan Olah Raga, artinya mapel
ini tidak terkait langsung dengan keahlian kejuruan. Secara ringkas Tabel 2 menyajikan karakteristik mata
pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan.

TABEL 2. Karakteristik Mata Pelajaran Prakarya dan Kewirausahaan (Kur. 2013)


Uraian Ketentuan Uraian
Nama Prakarya dan Kewirausahaan Untuk SMA, MA, SMK, MAK
Kelompok Mapel Wajib (B) Wajib
Beban belajar 2 jam per minggu Diberikan di kelas X, XI dn XII
KI : bebas dari mata pelajaran Rumusan KI sama untuk semua mata pelajaran
Pokok Materi 4 pilihan (strand) : Kerajinan, Setiap guru diberikan peluang untuk memilih 2
Rekayasa, Budidaya, dan materi dan mengembangkan sesuai dengan
Pengolahan. kebutuhan
Pendekatan Saintifik
Metode Discovery Learning; Project base diutamakan
learning. Inquiary,
Evalusai Tes dan non-tes (portofolio);
authentic assesment
Keterangan: Diintisarikan dari buku “Materi Pelatihan Guru Implementasi Kurikulum 2013” untuk Mata Pelajaran Prakarya Dan
Kewirausahaan SM/SMK, Kemendikbud 2014 KI : Kompetensi inti; KD : Kompetensi dasar

Sesuai dengan perkembangan terakhir Kurikulum 2013 Revisi 2016 yang khusus diberlakukan untuk SMK,
seperti dituangkan dalam keputusan Direktur Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Nomor :
130/D/KEP/KR/2017,PKWU SMK diganti dengan nama Produk Kreatif dan Kewirausahaan (PK-KWU). Mapel
PK-KWU dikelompokkan dalam mapel Kompetensi Keahlian (C3). Secara spesifik PKWU pada kurikulum
2013 revisi 2016 mengacu pada rumusan KI dan KD menitik beratkan pada 3 materipokok : 1) Desain Produk;
2) Rekayasa Industri; dan 3) Kewirausahaan; seperti digambarkan dalam Gambar 1.

GAMBAR 1. Karakter Materi Ajar PK-KWU

N8-10-4
Seminar Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Indonesia (APTEKINDO) 2018

Secara ringkas perkembangan karakteristik PKWU dalam 10 terakhir disajikan pada Tabel 3.
TABEL 3.Karakteristik PKWU di SMK (2006-2016)
Krakteristik
Uraian
Kurikulum 2006 Kurikulum 2013 Kurikulum 2013 Revisi 2016
Nama Mapel Kewirausahaan Prakarya dan Produk Kreatif dan Kewirausahaan
Kewirausahaan
Penerapan SMK SMA dan SMK SMK (C3 : Komp. Keahlian)
Standar  sikap kewirausahaan,  perencanaan produk;  perancangan produk, proses
kompetensi menerapkan jiwa pembuatan produk, produksi, kewirausahaan
kepemimpinan, merencanakan komersialisasi produk
usaha keci/mikro, mengelola
usaha kecil/mikro
Pokok kewirausahaan teoritis dan membuat produk : kerajinan, desain produk; rekayasa industri;
Materi pengelolaan usaha budidaya, rekayasa, kewirausahaan
pengolahan
Pembelajaran tidak didefinisikan pendekatan : saintifik; teaching factory
metode : proyek, discovery,
discovery, inquiry

Berdasarkan analisis kebutuhan karekteristik KI-KD mapel PK-KWU pada kurikulum 2013 revisi 2006, tiga
pokok materipengembangan produk, rekayasa industri dan kewirausahaan adalah menjadi landasan
pengembangan silabus dan bahan ajar. Penetapan PK-KWU yang termasuk dalah kelompok mapel C3 secara
materi memberikan konsekwensi pada penurunan materi yang sangat spesifik dan dengan keahlian kejuruan
peserta didik. Mengacu pada Spektrum SMK tahun 2016, maka diperlukan pengembangan materi ajar
sebanyak141 paket sesuai dengan banyaknya KK di SMK. Berdasarkan banyaknya materi ajar, untuk
mengefektifkan pengembangan materi ajar bisa dikembangakan kerangka materi dalam satuan BK. Salah satu
contoh pengembangan materi PKWU untuk SMK bidang Teknologi dan Rekayasa yang paling cocok adalah
teknopreneur, tetapi dibutuhkan perumusan materi yang lebih spesifik mengacu pada satuan PK.
Pengembangan materi teknopreneur mengacu pada definisi secara sederhana Teknopreneur adalah
entrepreneur berbasis teknologi. Terminologi Teknopreneur adalah diturunkan dari pengertian Teknologi dan
Entrepreneur dimana dalam terminologi bahasa Inggris dengan berbagai istilah atau sebutan : technology
entrepreneurship, technical entrepreneurship. Technological entrepreneurship is the innovative application of
scientific and technical knowledge by one or several persons who start and operate a business and assume
financial risks to achieve their vision and goals (Thérin, F. 2007, hlm. 120). Menurut Hadi Warsito (2013)
materi teknopreneur bidang konstruksi bisa dikembangkanmenjadi 3 bagian: 1) penanaman nilai-nilai
kewirausahaan; 2) pengembangan produk; dan 3) pengelolaan usaha.Berdasar definisi dan karakter siswa SMK
Teknik Konstruksi dan Properti secara konten alternatif pengembangan materi PK-KWU untuk bisa
dikembangkan tentang teknologi bahan atau elemen yang dibutuhkan sektor konstruksi perumahan.

Kebutuhan Guru KWU Ideal


Bila menelusuri latar belakang akademik Guru PKWU di SMA dan SMK secara umum mempunyai
kompetensi ilmu Pendidikan Ekonomi dan Bisnis. Menjadi Guru mapel KWU di SMK menjadi dari waktu ke
waktu dituntut untuk selalu mengikuti dinamika kurikulum oleh akibat perubahan nama dan standar kompetensi.
Implementasi Kurikulum 2006 Guru KWU secara umum sangat dekat pengalaman akademik dengan tuntutan
materi yang harus diajarkan, tetapi saat kurikulum 2013 diterapkan PKWU yang bermuatan prakarya, Guru
KWU mengalami kesulitan besar dalam menyampaikan materi ajar, terkecuali bagi Guru yang mempunyai
minat dan pengalaman dalam praktik berwirausaha. Secara konsep mengacu pada Lobler (2006), bahwa
kewirausahaan bukan tentang ilmu bisnis, tapi lebih kepada tentang proses pembentukan kemandiririan atau
otonomi, dan untuk menghadapi tantangan hidup secara ekonomi (Aldrich and Martinez, 2001). Mengacu pada
Lobler dan Aldrich-Martinez, secara akademik Guru dengan latar belakang belum sepenuhnya bisa memerankan
tuntutan tersebut, karena minat dan pengalaman praktis Guru berwirausaha sangat diperlukan bila hanya bisa
mengedukasi tanpa mampu menginspirasi dan memotivasi.
Mengacu pada mapel PK-KWU dan standar kompetensi yang dituangkan dalam rumusan KI-KD, Guru KWU
sesuai Kurikulum 2013 Revisi 2016 dituntut mempunyai kompetensi dalam pengembangan produk, rekayasa
produksi, dan kewirausahaan. Bila pengalaman implementasi Kurikulum 2013 dengan muatan kewirausahaan
dan prakarya (keterampilan), maka satu kompetensi baru lagi tentang tentang proses produksi maka semakin
besar kesulitan Guru KWU jika pengalaman akademik ilmu bisnis dan manajemen tidak didukung dengan
pengamalan produksi atau berwirausaha.

N8-10-5
Seminar Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Indonesia (APTEKINDO) 2018

Secara praktik Guru KWU biasa mengajar dalam satu rumpun BK dan berdasar jumlah kelas dan tututan
beban mengajar Guru, setiap Guru bisa mengajar dalam satu KK atau lebih. Melihat kondisi ini secara umum
Guru KWU dimungkinkan bisa mengajar mapel PK-KWU pada 2 atau 3 kejuruan yang berbeda. Oleh akibat
tuntutan penguasaan Guru menguasai berbagai keahlian, maka untuk dapat menguasai tentang produk yang
harus dikembangkan paling tidak dalam level mengenal, memahami dan menerapkan (mengembangkan).
Mengingat ketersediaan Guru yang berlatar belakang ilmu bisnis dan manajemen, bagaimanakah setiap Guru
KWU mengenal, memahami dan membuat produk yang beraneka sesuai dengan kebutuhan peserta didik? Salah
satu produk kreatif sebagai contoh alternatif materi teknopreneur untuk program Teknologi Konstruksi dan
Properti adalah pengembangan : 1) elemen struktur bangunan; 2) elemen non-struktur bangunan; 3) eskteritor
bangunan; dan 4) ineterior bangunan.

Model Pembelajaran PKbP


Mengacu pada tujuan utama pembelajaran PKWU pada penanaman ketertarikan (intensi) kewirausahaan
melalui pembekalan pengetahuan, keterampilan dan sikap berwirausaha. Kemampuan atau keterampilan dalam
membuat atau memproduksi adalah bukan yang utama, sensisitifitas (kepekaan) dalam membaca peluang usaha
sebagai indikator ketertarikan untuk berwirausaha adalah yang utama. Dalam usia transisi remaja menuju
dewasa siswa SMA/MA/SMK, pengalaman belajar kewirausahaan paling tidak bisa memberi bekal atau jalan
sebagai alternatif wirausaha sebagai pilihan nanti. Dampak pembelajaran PKWU yang langsung bisa
ditanamkan kepada siswa adalah tentang kemanfaatan ilmu/keterampilan dan kesadaran tentang makna dan nilai
uang.
PKWU dengan orientasi pada pembentukan karakter secara operasional membutuhkan pendekatan belajar
khusus yang tidak bersifat instruksional. Beberapa kunci penting yang harus dipedomani dalam pembelajaran
PKWU adalah : berpusat pada siswa (SCL : student centre learning), fun activity, siswa sebagai actor, Guru
sebagai director (stradara) yang bisa mengispirasi dan memotivasi. Bagaimana laternatif eksekusinya? Beberapa
alternatif pendekatan belajar yang bisa dilakukan adalah : kunjungan industri, mendatangkan Guru Tamu,
entrepreneur camp (kemah wirausaha), entrepreneur trip (perjalanan wirausaha), kontes wirausaha.
Sarwa (2105) telah mengembang metode Pembelajaran KWU berbasis Pengalaman (PKbP). Tahapan
pembelajaran mengacu prinsip ELC (experiential learning cycle) yang adaptasi David Kolb (1994). Metode
PKbP secara operasional dapat dilakukan dalam 5 langkah pembelajaran yaitu : 1) orientasi peluang usaha, 2)
eksplorasi & pengamatan reflektif, 3) pengalaman inspiratif, 4) konseptualisasi abstrak, dan 5) eksperimentasi
simulatif, sperti ditunjukkan pad Gmabar 2. Metode secara praktik dalam dilakukan dengan bermacam teknik
secara berhap mulai dari : 1) pengamatan lapangan; 2) kunjungan industri; 3) guru tamu; 4) pengembangan
produk/usaha; dan 5) presentasi produk.

a) Metode PKbP b) Alternatif eksekusi PKbP


GAMBAR 2. Siklus Model Pembelajaran PKbP

Secara ringkas tahapan model pembelajaran PKbP disajikan dalam Tabel 4.

TABEL 4. Tahapan Pelaksanaan Pembelajaran Model PKbP


Materi Pokok (subject Teknik (aksi)
Tahap Pembelajaran Luaran Pembelajaran
matter) Pembelajaran
Orientasi peluang usaha menggali informasi tentang Ceramah, presentasi Kertas kerja: daftar bidang/ jenis
praktik wirausaha video usaha
Eksplorasi & Praktik usaha riil Kunjungan lapangan Profil usaha : jenis produk, volume
pengamatan reflektif industri produksi, teknolgi dan peralatan,
keuangan, pemasaran dll.
Penggalian pengalaman Inspirasi berwirausaha Mendatangkan Guru Inspirasi : merintis, menjalankan,
inspiratif Tamu dan mengelola usaha
Konseptualisasi abstrak Rancangan usaha Ceramah, diskusi Rencana Bisnis : format BMC
kelompok
Eksperimen simulatif “Menjaring investor” Presentasi kelompok Kelayakan usaha

N8-10-6
Seminar Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Indonesia (APTEKINDO) 2018

KESIMPULAN

Implementasi mapel PK-KWU di SMK sesuai dengan kebutuhan Kurikulum 2013 revisi 2016
1) Pengembangan materi ajar meliputi : perancangan produk, rekayasa industri dan kewirausahaan.
2) Model pembelajaran direkomendasikan Pembelajaran Kewirausahan berbasis Pengalaman (PKbP).
3) Profil Guru yang dibutuhkan adalah berlatar belakang ilmu bisnis dan manajemen, mempunyai minat dan
atau pengalaman dalam praktik berwirausaha.
4) Rumusan spesifikasi pengembangan materi ajar PK-KWU sesuai Kurikulum 2013 Revisi 2016,secara
ringkas disajikan pada Tabel 4.

TABEL 4. Spesifikasi Mapel PK-KWU


Komponen Uraian
Standar Kompetensi membekali pengetahuan, sikap dan keterampilan berwirausaha sesuai dengan
kompetensi keahlian siswa
Tujuan membangun minat dan ketertarikan (intensi) kewirausahaan sebagai pilihan karir
Pokok Materi desain produk; rekayasa industri; kewirausahaan
Standar Guru basis ilmu manajemen dan bisnis yang mempunyai minat dan atau pengalaman
wirausaha
Model Pembelajaran : Pembelajaran Kewirausahaan berbasis Pengalaman (PKbP)
Indikator Capaian Pembelajaran:
 Sikap mampu mempresentasikan sikap dan prinsip-prinsip kewirausahaan
 Pengetahuan mampu mempresentasikan konsep rancangan produk, tahapan produk, dan
rancangan usaha
 Keterampilan mampu membuat karya produk sederhana, tahapan produksi dan rancangan usaha

REFERENSI

1. Kemendikbud, Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 4678/D/Kep/MK/2016 tanggal 2 September Tentang


Spektrum Pendidikan Menengah Kejuruan, (2016)
2. Kemendikbud, Keputusan Dirjen Dikdasmen No. 330/D.25/KEP/KR/2017.tentang Kompetensi Inti dan
Kompetensi Dasar Mata Pelajaran, (2017)
3. Winarno, Agung. "Entrepreneurship Education in Vocational Schools: Characteristics of Teachers,
Schools and Risk Implementation of the Curriculum 2013 in Indonesia." Journal of Education and Practice
7.9 (2016): 122-127.
4. Winarno, A., "Adaptation Entrepreneurship Education Model Curriculum 2013 for SMK (Description
Preparation and Implementation Barriers in School)/Model Pendidikan Kewirausahaan Adaptasi
Kurikulum 2013 bagi SMK (Diskripsi Persiapan dan Hambatan Penerapan di Sekolah)." Jurnal
Pendidikan Bisnis dan Manajemen 1, no. 1 (2015): 1-10.
5. Winarno, A., Pendidikan Kewirausahaan SMK Dengan K-13: Persepektif Guru dan Sekolah, Seminar
Nasional Ekonomi Manajemen dan Akuntansi (SNEMA) Fakultas Ekonomi Universitas Negeri Padang,
ISBN: 978-602-17129-5-5, 2015.
6. Wawer, Monika, et al. "Business Simulation Games in Forming of Students’ Entrepreneurship." International
Journal of Euro-Mediterranean Studies 3.1 (2010): 49-71.
7. Ruskovaara, Elena, et al. "Entrepreneurship in Entrepreneurship Education-Practices in Finnish Basic and
Secondary Education Level." ICSB World Conference Proceedings. International Council for Small
business (ICSB), 2011.
8. Remmele, B., Schmette, M., & Seeber, G. Game-Based Entrepreneurship Education. (on-line) sumber :
https://www.akad.de/fileadmin/akad.de/assets/PDF/WHL_Verschiedenes/gamebased_entrepreneurship_edu
cation.pdf. Diunduh : 10 Maret 2014
9. Löbler, Helge. "Learning Entrepreneurship From a Constructivist Perspective." Technology Analysis &
Strategic Management 18.1 (2006): 19-38.
10. Naia, Ana, et al. "Entrepreneurship Education Literature In The 2000s." Journal of Entrepreneurship
Education 18.1 (2015): 111.
11. Depdiknas, PP 23 Tahun 2006 Tentang Standar Kompetensi Lulusan (Jakarta: BNSP, 2006)
12. Kemendikbud, Permendikbud 70 tahun 2013, Tentang Kurikulum SMA/SMK/MAK (2013)

N8-10-7
Seminar Nasional Asosiasi Pendidikan Teknologi dan Kejuruan Indonesia (APTEKINDO) 2018

13. Kemendikbud, Keputusan Dirjen Dikdasmen No.: 130/D/Kep/KR/2017,Tentang Struktur Kurikulum


Pendidikan MenengahKejuruan, (2017)
14. Thérin, François, ed. Handbook of Research on Techno-entrepreneurship. (Edward Elgar Publishing, 2007)
15. Hadi Warsito, Pengembangan Model Bahan Pembelajaran Teknopreneurship. (Thesis S-2 Universitas
Negeri Malang) (on-line). (2013). Hal 27-35
16. Sarwa, Khafi Puddin, and Mintoro Priyadi. "Model Pembelajaran Pendidikan Kewirausahaan di SMK
Melalui Pendekatan Experiential Learning Theory (ELT)." ProceedingFPTK 439 (2015).
17. Kolb, D. A., Experiential learning: Experience as the source of learning and development. Englewood
Cliffs, (NJ: Prentice Hall.,1984).
18. Kemendikbud,Permendikbud Nomor 60 Tahun 2014 Tentang KI-KD SMA/SMK/MAK(Kemendikbud, 2013,
Juli 2014).

N8-10-8

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai