Anda di halaman 1dari 17

1

A. SKENARIO

Nyeri Buang Air Kecil

Seorang wanita, usia 45 tahun, sudah menikah, pekerjaan sebagai teller


bank, datang ke IGD dengan keluhan disuria sejak 3 hari yang lalu, pasien merasa
nyeri dan air seni menetes di akhir BAK, air seni bewarna kuning, dan tidak ada
darah. Pasien juga mengalami polakisuria.

Dari pemeriksaan fisik didapatkan tanda vital dalam batas normal, tidak
ada nyeri ketok sudut kostovertebra. Dokter menyarankan untuk melakukan
pemeriksaan urinalisis, banyak minum, dan jangan menahan untuk berkemih.

B. KLARIFIKASI MASALAH
1. Disuria : BAK terasa sakit karena adanya inflamasi pada uretra.
2. Polakisuria : Persaan kurang puas saat mengeluarkan urine kurang lebih
500 ml, lebih sering.
3. Pemeriksaan urinalisis : Pemeriksaan menggunakan sample urine untuk
mengetahui adanya kelainan (fisik, kimiawi, mikroskopik).

C. RUMUSAN DAFTAR MASALAH


1. Makros-mikros traktus urinarius?
2. Proses pembentukan urine?
3. Penyebab terjadinya nyeri pada kasus ini?
4. Proses miksi?
5. Peran hormon dalam pembentukan urine?
6. Bagaimana fungsi pengaturan keseimbangan asam-basa oleh ginjal?

D. ANALISIS MASALAH
1. Makroskopis ; ginjal, ureter, vesika urinaria, uretra.
o Ginjal : kiri lebih tinggi dari ginjal kanan, ginjal kiri berhubungan
dengan lien, gaster, jejunum, pankreas. Sedangkan ginjal kanan
berhubungan dengan hepar, jejunum, duodenum pars desendens.
2

Pendarahan : Aorta abdominal mencabangkan a.renalis,


a.segmentalis, a.interlobaris, a.arkuata, a.interlobularis,
aa.glomerolus aferent, v.stelata, v.intrlobularis, v.arkuata,
v.segmentalis, v.renalis, v. Cava inferior.

Persyarafan : plexus renalis, serabut aferent, medulla spinalis,


n.thorakal X-XII.

 Mikroskopis ;
Kortek : badan malpigi dibagi dua yaitu glomerolus dan kapsula
bowman. Di kapsula bowman terdapat lapisan parietal dan lapisan
viseral, diantara ke dua lapisan tersebut ada ruang kapsula.
Glomerolus : Polus vaskurel aa.aferent.
Polus urinaria TKP (kumpulan arteri yang terdiri
dari epitel gepeng yang berpori (berfenestrata)).
Medulla : TKP Epitel kuboid berlapis dan mikrovilli, lumennya
berkelok-kelok tidak rata.
Ansa henle Epitel selapis kuboid rendah tanpa silia
TKD Epitel kuboid selapis dengan mikrovilli, lumennya rata dan
terlihat jelas.
2. Filtrasi : penyaringan glomerolus = protein.
3. Bila nyeri pada traktus urinarius banyak berbagai macam kemungkinan
yaitu bisa sumbatan batu dan bisa juga infeksi.
3

E. SISTEMATIKA MASALAH

Makro-mikros Penyebab terjadinya Peran hormon

TRAKTUS

URINARIUS

Proses pembentukan urine Proses miksi Keseimbangan asam basa

F. SASARAN BELAJAR
1. Makros-mikros traktus urinarius
2. Proses pembentukan urine
3. Proses miksi
4. Peran hormon dalam pembentukan urine
5. Keseimbangan asam basa

G. PENJELASAN
1. Mikroskopis Traktus Urinarius
a. Ginjal
Terbungkus dalam kapsul atau simpai jaringan lemak dan
simpai jaringan ikat kolagen. Organ ini terdiri dari korteks dan
medula.Yang khas bagian korteks mempunyai korpus malpighi,
sedangkan bagian medula hanya terdiri dari saluran saja
4

NEPHRON

- Merupakan suatu kesatuan fungsi dan struktur dari ginjal

- Tersusun dari bagian-bagian yg mempunyai bentuk dan struktur


yg berbeda disebut korpuskulum renalis malphigi yg terdiri dari
glomerulus dan kapsula bowman.

- Glomerulus merupakan kekompakan kapiler-kapiler yang


dibungkus dinding tipis yg disebut kapsula bowman .

Dalam jaringan korteks ginjal terdapat :

1. Glomerulus ginjal (korpus malpighi)

2. Tubulus Kontortus Proksimal

3. Tubulus Kontortus Distal

4. Arteri dan Vena Interlobular

5. Kolumna renalis Bertini

Dalam jaringan medula ginjal terdapat :

1. Ansa Henle segmen tebal naik (pars asenden)


5

2. Ansa Henle segmen tipis

3. Ansa Henle segmen tebal turun (pars desenden)

4. Duktus koligens

Medula ginjal

o Hanya terdiri dari saluran-saluran yg kurang lebih berjalan lurus.


o Jaringan medula ada juga yg menjorok msk kedalam daerah
korteks, di dlm korteks ginjal jaringan medula itu membentuk
berkas-berkas yg disebut prosesus Ferreini.
o Didalam berkas itu terdapat sekelompok saluran yg gambarannya
berbeda dari saluran yg ada di jaringan korteks.
o Jika berkas itu terpotong melintang biasanya tampak sejumlah
saluran yg lumennya lebih kecil dan dindingnya lebih tipis
o Jaringan medula yg terdapat di dlm piramid gambarannya sama
dgn yg terdapat pada prosesus Ferreini.
o Namun demikian makin dekat ke papila renis, saluran-saluran yg
ada di dlmnya tampak bergaris tengah lebih besar yg dindingnya
dilapisi epitel kubis tinggi selapis sampai torak dan disebut duktus
papilaris Bellini.
6

o Saluran yg terakhir ini bermuara ke dlm kaliks minor.

b. Kaliks
o Mempunyai lapisan mukosa dengan epitel transisional dengan 2-3
lapis sel.
o Lapisan otot terdiri dari 2 lapis

1. Dalam: berakhir melekat pada papila

2. Luar : sirkulasi yg melapisi kaliks mencapai papila dan disini


membentuk cincin (sphincter) mengelilingi papilla.

o Kaliks berkontraksi secara periodik dan kontraksi spincter


mendorong urin didalam duktus Bellini keluar ke kaliks.
o Masing-masing piramida penyusun medula bagian
apeks/papillanya mengarah ke pelvis renis untuk mengalirkan
urin ke ureter.
o Pelvis renalis yg berbentuk corong merupakan pelebaran ujung
proksimal ureter .
o Pelvis memberikan cabang-cabang ke arah papila dimana cabang-
cabang pertama yg merupakan cabang primer disebut kaliks
7

major, cabang-cabang pertama akan bercabang lagi sebagai


cabang sekunder yg disebut kaliks minor.
o Disebut kaliks karena cabang-cabang berbentuk seperti the cup of
flower (kaliks adalah kuncup sekuntum bunga.

c. Ureter

Mukosanya dilapisi epitel transisional dengan jaringan ikat


longgar yang membentuk lamina propria. Tunika muskularisnya
terdiri dari 3 lapisan jaringan otot polos:

o Lapis otot longitudinal (dlm)


o Lapis otot sirkular (tengah)
o Lapis otot longitudinal (luar)
o Tunika adventisianya merupakan jaringan ikat longgar

Dinding terdiri 3 lapisan :

1. Membrana mukosa

2. Tunika muskularis

3. Tunika adventisia

-Membran mukosa berepitel transisional terdiri 4-5 lapis sel kecuali di


pelvis lapisan sel lebih tipis
8

-Dengan adanya epitel transisional dan lipatan-lipatan lumen ureter


dapat diperlebar tanpa merusak membran mukosa

-Tunika muskularis 2/3 bagian atas terdiri dari 2 lapisan yaitu sebelah
dalam longitudinal dan sebelah luar sirkular

-1/3 bagian bawah terdiri dari 3 lapisan yaitu lonitudinal,sirkular dan


longitudinal

-Pada muara ureter di vesika urinaria otot masuk dinding vesika


urinaria dan bersama lipatan mukosa vesika urinaria membentuk
valvula ( katub) untuk mencegah urin mengalir kembali ke ureter bila
vesika urinaria kontraksi sewaktu terisi penuh urin, pada muara ini
lapisan otot sirkular menghilang dan lapisan longitudinal akan melekat
pada membran mukosa vesika urinaria

-Pengaliran urin di ureter karena gaya berat urin sedimen dan gerakan
peristaltik

-Kontraksi lapisan otot longitudinal yang masuk dinding vesika


urinaria akan membantu membuka pintu ureter ke vesika urinaria
sehingga urin dapat mengalir masuk vesika urinaria

-Tunika adventisia terdiri dari jaringan ikat fibro elastis, sebelah


luarnya berhubungan dengan jaringan ikat longgar dari organ
disekitarnya
9

d. Vesika urinaria

-Mukosanya dilapisi epitel transisional dengan jaringan ikat longgar


yang membentuk lamina propria di bawahnya

-Tunika muskularisnya terdiri atas berkas-berkas serat otot polos yg


tersusun berlapis-lapis yg arahnya tampak tak membentuk aturan
tertentu, dalam sajian terlihat berkas serat otot yg terpotong dlm
berbagai arah. Di antara berkas-berkas ini terdapat jaringan ikat
longgar

-Tunika adventisianya terdiri atas jaringan ikat longgar yg sebagian


diliputi peritoneum dan disebut tunika serosa.

-Dinding vesika urinaria sama dengan dinding ureter, tetapi lebih tebal

-Membran mukosa terdiri dari epitel transisional terdiri dari 4-5 lapis
sel (dalam keadaan kosong), dalam keadaan penuh menjadi 2-3 lapis

-Tunika propria terdiri dari jaringan ikat kolagen dan beberapa secara
elastis, makin mendekati otot secara elastis makin banyak dan jaringan
ikatnya makin longgar, sehingga lapisan ini dianggap lapisan
submukosa

-Tunika Muskularis terdiri dari 3 lapis yang dalam preparat sukar


ditentukan batas lapisan-lapisannya, sedang tebal lapisan ini pada
beberapa tempat juga berbeda-beda

-Lapisan tengah merupakan lapisan paling tebal terdiri dari sel-sel otot
yang jalannya sirkuler

-Disekeliling pintu masuk uretra lapisan ini menebal membentuk


sphincter interna

-Tunika adventisia merupakan jaringan ikat padat fibro elastis,


sebagian ditutup peritoneum dan yg lain dikelilingi jaringan lemak
10

e. Uretra

-Fungsi pada laki-laki sebagai saluran urine dan saluran semen (cairan
isi sperma), sedangkan pada wanita hanya sebagai saluran urin saja

-Uretra wanita panjang 2-3cm,

Gambaran uretra laki-laki


11

Gambaran uretra perempuan

3. Proses Pembentukan Urine

Proses berkemih normal memerlukan koordinasi proses fisiologik


berurutan yang dibagi menjadi 2 fase, yaitu fase penyimpanan dan fase
pengosongan. Proses ini melibatkan mekanisme volunter dan involunter
karena secara anatomis sistem saluran kemih bagian bawah mendapatkan
innervasi dari serabut saraf aferen yang berasal dari vesica urinaria dan
uretra serta serabut saraf eferen berupa sistem parasimpatik, simpatik,
dan somatik. Spincter urethra external dan .otot dasar panggul berada di
bawah kontrol volunter yang diperantarai oleh N. pudendus, sedangkan
m. detrusor vesicae dan spinchter urethra interna berada dibawah control
sistem saraf otonom, yang mungkin dimodulasi oleh korteks otak.

Pada fase pengisian (penyimpanan), akan timbul sensasi berkemih


pertama kali yang biasanya timbul pada saat volume vesica urinaria terisi
antara 150-350 ml dari kapasitas normal sekitar 300-600 ml. Pada
keadaan ini, serabut aferen dari dinding vesica urinaria menerima impuls
12

regangan (stretch receptor) yang dibawa oleh N. pelvicus ke corda


spinalis S2-4 (Nucleus intermediolateralis cornu lateralis medulla
spinalis/NILCLMS S2-4) dan diteruskan sampai ke pusat saraf cortikal
dan subcortikal (ganglia basalis dan cerebellum) melalui tractus
spinothalamicus. Sinyal ini akan memberikan informasi kepada otak
tentang volume urin dalam vesica urinaria. Pusat subcortikal
menyebabkan m. detrusor vesica urinaria berelaksasi dan m. spinchter
uretra interna berkontraksi akibat peningkatan aktivitas saraf simpatis
yang berasal dari NILCLMS Th10-L2 yang dibawa oleh N. hipogastricus
sehingga dapat mengisi tanpa menyebabkan seseorang mengalami
desakan berkemih. Ketika pengisian vesica urinaria berlanjut, rasa
pengembangan vesica urinaria disadari, dan pusat cortical (pada lobus
frontalis) bekerja menghambat pengeluaran urin.

Pada saat vesica urinary terisi penuh dan timbul keinginan untuk
berkemih, dimulailah fase pengosongan, timbul stimulasi sistem
parasimpatik yang berasal dari NILCLMS S2-4 dan di bawa oleh N.
eregentes, menyebabkan kontraksi otot m. detrusor vesicae. Selain itu
terjadi inhibisi sistem simpatis yang menyebabkan relaksasi spinchter
urethra interna. Miksi kemudian terjadi jika terdapat relaksasi spinchter
urethra externa akibat penurunan aktivitas serabut saraf somatik yg
dibawa oleh N. pudendus dan tekanan intra vesical melebihih tekanan
intraurethra.

4. Peran Hormon Dalam Pembentukan Urin

Hormon yang Terkait Pada Pembentukan Urine

1. Aldesteron :

- Meningkatkan reabsorpsi Natrium dan meningkatkan sekresi


kalium.Aldesteron yang disekresikan oleh sel-sel zonna glomerulosa
pada korteks adrenal, adalah suatu regulator penting bagi reabsorpsi
natrium dan sekresi kalium oleh tubulus ginjal.
13

- Tempat kerja utama aldesteron adalah pada sel-sel punsipalis


ditubulus koligentes kontikalis.

- Metabolisme aldesteron meningkatkan reabsorpsi Na sementara pada


saat yang sama meningkatkan sekresi K adalah dengan merangsang
pompa natrium-kalium ATPase pada sisi basolateral dari membran
tubulus koligentes kortikalis.

- Aldesteron juga meningkatkan permeabilitas Na pada sisi lamina


membran.

2. Angiotensin II
- Meningkatkan reabsorpsi Na dan air.
- Hormon yang paling kuat untuk penahanan Na paling kuat dalam
tubuh.
- Membantu mengembalikan tekanan darah dan Volume ekstra sel
menjadi normal dengan meningkatkan reabsorpsi Na dan air.
- Dan tubulus ginjal,melalui tiga efek utama :
 Angiotensia II merangsang sekresi aldosteron yang kemudian
meningkatkan reabsorpsi Na.
 Angiotensin II mengkontriksikan arteriol eferen, mempunyai dua
efek.
 Angiotensin II secara langsung merangsang reabsorpsi Na ditubulus
proksimal, ansa henle, tubulus distal, dan tubulus koligens.
14

Hormon Tempat Kerja Efek


Aldesteron Tubulus koligens dan ↑ NaCL,reabsorpsi
duktus koligentes H2O,↑sekresi K+
Angiotensin II Tubulus ↑NaCL, reabsorpsi
proksimal,segmen H2O, ↑sekresi H+
tebal asenden ansa
henle/tubulus distal,
tubulus koligens.
Antidiuretik Tubulus distal/tubulus ↑Reabsorpsi H2O
koligens dan ductus
koligentes.
Peptida Natriuretik Tubulus distal/tubulus ↓Reabsorpsi NaCl
Atrium koligentes dan ductus
koligentes.
Paratiroid Tubulus proksimal, ↓Reabsorpsi PO4
segmen tebal asenden ↑Reabsorpsi Caµ
dan ansa
henle/Tubulus distal

5. Fungsi Pengaturan Keseimbangan Asam-Basa Ginjal

Ginjal mengatur keseimbangan asam-basa dengan


mengekskresikan urin yang asam atau basa. Pengeluaran urin asam akan
mengurangi jumlah asam dalam cairan ekstrasel, sedangkan pengeluaran
urin basa berarti menghilangkan basa dari cairan ekstrasel.
Keseluruhan mekanisme ekskresi urin asam atau basa oleh ginjal
adalah sebagai berikut: Sejumlah besar HCO3- difiltrasi secara terus
menerus ke dalam tubulus, dan bila HCO3- ini diekskresikan ke dalam
urin, keadaan ini menghilangkan basa dari darah. Sejumlah besar H+ juga
disekresikan ke dalam lumen tubulus oleh sel epitel tubulus, sehingga
menghilangkan asam dari darah. Bila lebih banyak H+ yang disekresikan
15

daripada HCO3- yang difiltrasi, akan terjadi kehilangan asam dari cairan
ekstra sel. Sebaliknya, bila lebih banyak HCO3- yang difiltrasi daripada
H+ yang disekresikan, akan terjadi kehilangan basa.
Setiap hari tubuh menghasilkan sekitar 80 mili ekuivalen asam
non-volatil, terutama dari metabolisme protein. Asam-asam ini disebut
non-volatil karena asam tersebut bukan H2CO3 dan, oleh karena itu, tidak
dapat diekskresikan oleh paru. Mekanisme primer untuk mengeluarkan
asam ini dari tubuh adalah melalui ekskresi ginjal. Ginjal juga harus
mencegah kehilangan bikarbonat dalam urin, suatu tugas yang secara
kuantitatif lebih penting daripada ekskresi asam non-volatil. Setiap hari
ginjal memfiltrasi sekitar 4320 miliekuivalen bikarbonat (180 L/hari x 24
mEq/L), dan dalam kondisi normal, hampir semuanya direabsorpsi dari
tubulus, sehingga mempertahankan sistem dapar utama cairan ekstrasel.
Reabsorpsi bikarbonat dan ekskresi H+ dicapai melalui proses sekresi H+
oleh tubulus. Karena HCO3- harus bereaksi dengan satu H+ yang
disekresikan untuk membentuk H2CO3 sebelum dapat direabsorpsi, 4320
miliekuivalen H+ harus disekresikan setiap hari hanya untuk
mereabsorpsi bikarbonat yang difiltrasi. Kemudian penambahan 80
miliekuivalen H+ harus disekresikan untuk menghilangkan asam non-
volatil yang diproduksi oleh tubuh setiap hari, sehingga total 4400
miliekuivalen H+ disekresikan ke dalam cairan tubulus setiap harinya.
Bila terdapat pengurangan konsentrasi H+ cairan ekstrasel
(alkalosis), ginjal gagal mereabsorpsi semua bikarbonat yang difiltrasi,
sehingga meningkatkan ekskresi bikarbonat. Karena HCO3- normalnya
mendapar hidrogen dalam cairan ekstrasel, kehilangan bikarbonat ini
sama dengan penambahan satu H+ ke dalam cairan ekstrasel. Oleh karena
itu, pada alkalosis, pengeluaran HCO3- akan meningkatkan konsentrasi
H+ cairan ekstrasel kembali menuju normal.
Pada asidosis, ginjal tidak mengekskresikan bikarbonat ke dalam
urin tetapi mereabsorpsi semua bikarbonat yang difiltrasi dan
menghasilkan bikarbonat baru, yang ditambahkan kembali ke cairan
ekstrasel. Hal ini mengurangi konsentrasi H+ cairan ekstrasel kembali
16

menuju normal. Jadi, ginjal mengatur konsentrasi H+ cairan ekstrasel


melalui tiga mekanisme dasar: (1) sekresi ion-H+, (2) reabsorpsi HCO3-
yang difiltrasi, dan (3) produksi HCO3- baru.

6. Pembentukan Batu Pada Traktus Urinarius


Batu ginjal (urolitiasis) adalah terbentuknya batu (kalkulus)
dimana saja pada system penyalur urine, umumnya batu terbentuk di
ginjal. Urolitiasis lebih sering terjadi/menimbulkan gejala pada laki-laki,
sekitar 75% batu ginjal terdiri dari kalsium aksalat dan terkadang ada yang
bercampur dengan kalsium fosfat, 15% lainnya magnesium ammonium
fosfat, sedangkan 10% batu asam urat atau urine 2,5% matriks organic
makroprotein dari berat keseluruhan batu.
Pada sekitar 80% kasus, temapt yang sering membentuk batu
adalah pelvis dan kaliks ginjal serta kandung kemih. Penyakit yang
berkaitan dengan percepatan pergantian sel seperti leukemia,
menyebabkan tingginya kadar asam urat dalma urine dan memungkinkan
terjadi batu asam urat. Pasien dengan asam urat memperlihatkan
kecenderungan mengeluarkan urine terus menerus dan memudahkan
terbentuknya batu.
Batu mungkin timbul tanpa gejala atau kerusakan ginjal yang
bermakna. Hal ini terjadi pada batu besar yang tersangkut di pelvis ginjal.
Berbeda dengan batu yang lebih kecil dapat masuk ke dalam ureter yang di
tandai dengan nyeri pinggan sampai ke arah lipat paha.
17

DAFTAR PUSTAKA

1. Campbell, N.A; Reece, J.B; dan Mitchell, L.G. 2004. Biologi Edisi Kelima
Jilid III. Jakarta: Erlangga.
2. Eroschenko, V.P. 2003. Atlas Histologi di Fiore dengan Korelasi
Fungsional Edisi 9. Jakarta : EGC.
3. Guyton, A.C dan hall, J.E. 2008. Buku Ajar Fisiologi kedokteran Edisi 11.
Jakarta: EGC.
4. Murray, R.K; Granner, D.K; Mayes, P.A; dan Rodwell, V.W. 2009.
Biokimia Harper Edisi 27. Jakarta: EGC.
5. Moore, Keith L. 2003. Anatomi Klinik Dasar. Hipokrates : Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai