Anda di halaman 1dari 22

MANAEMEN ASUHAN KEBIDANAN

DISUSUN

O
L
E
H

KELOMPOK 3

1. ANANDA KARTIKA
2. DEVI WARYANI
3. SRI REZEKI ANANDA
4. TRI ADE WARDANI
5. TRIE WAHYUNI
6. MANISA FATWA
7. ULI KHAIRILIANTI
8. YURLIZA

DOSEN :
FINA KUSUMA WARDANI, SST, M.Kes

PROGRAM STUDI D4 KEBIDANAN


FAKULTAS FARMASI DAN KESEHATAN UMUM
INSTITUT KESEHATAN HELVETIA
MEDAN
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur saya ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan Berkat dan Karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan makalah ini
sedemikian rupa. Adapun makalah ini yang berjudul mengenai “MANAEMEN
ASUHAN KEBIDANAN”
Saya tidak lupa berterima kasih kepada Dosen pembimbing yang telah
memberikan ide-ide, dan masukkan sehingga makalah ini dapat kami rampungkan
dengan baik.
Adapun makalah ini jauh dari kesempurnaan. Maka dari itu, saya
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari berbagai pihak untuk
kesempurnaan makalah ini kedepan.
Akhir kata, agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Juni 2018

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................. i


DAFTAR ISI ................................................................................................ ii

BAB I PENDAHULUAN ....................................................................... 1


1.1. Latar Belakang .................................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah .............................................................. 2
1.3. Tujuan Penulisan ............................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................... 3


2.1. Manajemen Kebidanan ...................................................... 3
2.2. Pengertian Total Quality Management .............................. 6
2.3. Reward and Punishment .................................................... 13

BAB III PENUTUP .................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 19

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bidan sebagai seorang pemberi layanan kesehatan (health provider) harus
dapat melaksanakan pelayanan kebidanan dengan melaksanakan manajemen yang
baik. Dalam hal ini bidan berperan sebagai seorang manajer, yaitu mengelola atau
memanage segala sesuatu tentang kliennya sehingga tercapai tujuan yang di
harapkan. Dalam mempelajari manajemen kebidanan di perlukan pemahaman
mengenai dasar – dasar manajemen sehingga konsep dasar manajemen merupakan
bagian penting sebelum kita mempelajari lebih lanjut tentang manajemen
kebidanan.
Akar atau dasar manajemen kebidanan, adalah ilmu manajemen secara
umum. Dengan mempelajari teori manajemen, maka diharapkan bidan dapat
menjadi manajer ketika mendapat kedudukan sebagai seorang pimpinan, dan
sebaliknya dapat melakukan pekerjaan yang baik pula ketika bawahan dalam
suatu system organisasi kebidanan. Demikian pula dalam hal memberikan
pelayanan kesehatan pada kliennya, seorang bidan haruslah menjadi manager
yang baik dalam rangka pemecahan ,masalah dari klien tersebut. Untuk itu kita
perlu mengenal terlebih dahulu pemahaman mengenai ilmu manajemen secara
umum, teori – teori manajemen, fungsi – fungsi manajemen, dan bahkan
manajemen skill.
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis
sistematis. Oleh karena itu manajemen kebidanan merupakan alur pikir bagi
seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani kasus yang
menjadi tanggung jawabnya.
Pengembangan karir merupakan kondisi yang menunjukkan adanya
peningkatan jenjang jabatan dan jenjang pangkat bagi seseorang pada suatu
organisasi dalam jalur karir yang telah ditetapkan dalam organisasinya.
Pengembangan karir bidan meliputi karir fungsional dan karir struktural.

1
Pada saat ini pengembangan karir bidan secara fungsional telah disiapkan
dengan jabatan fungsional bagi bidan, serta melalui pendidikan berkelanjutan baik
secara formal maupun non formal yang hasil akhirnya akan meningkatkan
kemampuan profesional bidan dalam melaksanakan fungsinya. Fungsi bidan
nantinya dapat sebagai pelaksana, pendidik, peneliti, bidan coordinator.
Sedangkan karir bidan dalam jabatan struktural tergantung dimana bidanbertugas
apakah dirumah sakit,puskesmas,bidan didesa atau instansi swasta. Karir tersebut
dapat dicapai oleh bidan ditiap tatanan pelayanan kebidanan/kesehatan sesuai
dengan tingkat kemampuan, kesempatan, dan kebijakan yang ada. Bidan
merupakan salah satu profesi bidang kesehatanyang memiliki tugas yang berat
dan harus dipertanggung jawabkan. Membantu persalinan adalah salah satu tugas
berat bidan. Karena berhubungan dengan nyawa bayi dan ibunya.Selain itu bidan
juga harus bisa mewujudkan kesehatan keluarga danmasyarakat. Karena inilah
bidan memang sudah seharusnya mendapat penghargaan baik dari pemerintah
maupun masyarakat.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan asuhan manajemen kebidanan
2. Apa yang dimaksud dengan TQM
3. Apa yang dimaksud dengan punisment/sanksi dan reward/penghargaan

1.3. Tujuan Penulisan


1. Menjelaskan tentang asuhan manajemen kebidanan
2. Menjelaskan TQM (Total Quality Manajemen)
3. Menjelaskan punisment/sanksi dan reward/penghargaan

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Manajemen Kebidanan


Berdasarkan uraian di atas mengenai konsep manajemen secara umum
kami akan membahas bagaimana manajemen kebidanan manajemen kebidanan
kaitannya dengan peran dan fungsi seorang bidan di dalam prakteknya secara
professional, dituntut tanggungjawab manajerial yang bermutu. Untuk itu metode
ilmiah akan dapat dilakukan bila telah memahami betul teknik – teknik
manajemen yang adekuat. Artinya di dalam prakteknya yang penuh
tanggungjawab itu dilakukan menggunakan teori-teori dan prinsip manajemen ,
yang telah diakui secara nasional maupun internasional. Dengan perkataan lain,
bidan praktek telah menggunakan manajemen kebidanan yang adekuat dalam
memberikan asuhan kebidanan pada kliennya.
1. Pengertian Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan adalah suatu metode proses berfikir logis sistematis
dalam member asuhan kebidanan, agar menguntungkan kedua belah pihak baik
klien maupun pemberi asuhan. Oleh karena itu, manajemen kebidanan merupakan
alur fikir bagi seorang bidan dalam memberikan arah/kerangka dalam menangani
kasus yang menjadi tanggung jawabnya.
Manajemen kebidanan merupakan proses pemecahan masalah yang
digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan
berdasarkan teori ilmiah, temuan-temuan, keterampilan suatu keputusan yang
berfokus pada klien.
Sesuai dengan perkembangan pelayanan kebidanan, maka bidan
diharapkan lebih kritis dalam melaksanakan proses manajemen kebidanan untuk
mengambil keputusan. Menurut Helen Varney, ia mengembangkan proses
manajemen kebidanan ini dari 5 langkah menjadi 7 langkah yaitu mulai dari
pengumpulan data sampai dengan evaluasi.
Bidan mempunyai fungsi yang sangat penting dalam asuhan yang mandiri,
kolaborasi, dan melakukan rujukanyang tepat. Oleh karena itu, bidan dituntut

3
untuk mampu mendeteksi dini tanda dan gejala komplikasi kehamilan,
memberikan pertolongan kegawatdaruratan kebidanan dan perinatal dan merujuk
kasus. Praktek kebidanan telah mengalami perluasan peran dan fungsi dari focus
terhadap ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir serta anak balita bergeser
kepada upaya mengantisipasi tuntutan kebutuhan masyarakat yang dinamis yaitu
menuju kepada pelayanan kesehatan reproduksi sejak konsepsi, persalinan,
pelayanan ginekologis, kontrasepsi, asuhan pre dan post menopause, sehingga hal
ini merupakan suatu tantangan bagi bidan.
Asuhan yang diberiakan oleh bidan harus dicatat secara benar, singkat,
jelas, logis dan sistematis sesuai dengan metode pendokumentasian. Dokumentasi
sangat penting artinya baik bagi pemberi asuhan maupun penerima pelayanan
asuhan kebidanan, dan dapat digunakan sebagai data otentik bahwa asuhan telah
dilaksanakan.
Bidan sebagai tenaga kesehatan yang professional memberikan asuhan
kepada klien memiliki kewajiban memberikan asuhan untuk menyelamatkan ibu
dan anak dari gangguan kesehatan. Asuhan yang dimaksud adalah asuhan
kebidanan. Secara definitive, asuhan kebidanan dapat diartikan sebagai bantuan
yang diberikan oleh bidan kepada individu ibu atau anak. Asuhan kebidanan
merupakan bagian dari pelayanan kesehatan yang diarahkan untuk mewujudakan
kesehatan kelaurga dalam rangka tercapainya keluarga kecil bahagia sejahtera.
Untuk melaksanakan asuhan tersebut digunakan metode dan pendekatan
yang disebut manajemen kebidanan. Metode dan pendekatan digunakan untuk
mendalami permasalahan yang dialami oleh klien, dan kemudian merumuskan
permasalahan tersebut serta akhirnya mengambil langkah pemecahannya.
Manajemen kebidanan membantu proses berfikir bidan dalam
melaksanakan asuhan dan pelayanan kebidanan.
Dalam melaksanakan tugasnya pada pelayanan kebidanan, seorang bidan
melakukan pendekatan dengan metode pemecahan masalah yang dikenal dengan
manajemen kebidanan.

4
Manajemen kebidanan untuk mengaplikasikan pendekatan itu, adalah :
1. Identifikasi dan analisis masalah yang mencakup pengumpulan data subjektif
dan objektif dan analisis dari data yang dikumpul/dicatat.
2. Perumusan (diagnosis) masalah utama, masalah yang mungkin akan timbul
(potensial) serta penentuan perlunya konsultasi, kolaborasi, dan rujuakan.
3. Penyusunan rencana tindakan berdasarkan hasil perumusan.
4. Pelaksanaan tindakan kebidanan sesuai dengan kewenangannya.
5. Evaluasi hasil tindakan. Hasil evaluasi ini digunakan untuk menentukan
tingkat keberhasilan tindakan kebidanan yang telah dilakukan dan sebagai
bahan tindak lanjut.
Semua tahapan dari manajemen kebidanan ini didokumentasi sebagai
bahan tanggung jawab dan tanggung gugat dan juga untuk keperluan lain seperti
referensi serta penelitian.
2. Prinsip Managemen Kebidanan
Proses manajemen kebidanan sebenarnya sudah dilakukan sejak orang
mulai menolong kelahiran bayi. Pada zaman dahulu kala perempuan-perempuan
yang sudah berpengalaman melahirkan dipercaya untuk memberikan pelayanan
kepada ibu-ibu hamil dan melahirkan. Mereka diharapkan mampu memberikan
pertolongan kepada ibuyang hamil dan melahirkan. Tentu pertolongan yang
diberikan pada masa tersebut hanya berdasarkan pengalaman mereka sendiri,
namun walau tanpa referensi mereka mampu juga memberikan pelayanan untuk
menyelamatkan ibu dan bayi.
Sasaran Managemen Kebidanan
Manajemen kebidanan tidak hanya diimplementasikan pada asuhan
kebidanan pada individu akan tetapi dapat juga diterapkan di dalam pelaksanaan
pelayaanan kebidanan yang ditujukan kepada keluarga dan
masyarakat.manajemen kebidanan mendorong para bidan menggunakan cara
yang teratur dan rasional sehingga mempermudah pelaksanaan yang tepat dalam
mencagahkan masalah klien dan kemudian akhirnya tujuan mewujudkan kondisi
ibu dan anak yang sehat dapat tercapai.

5
Seperti yang telah dikemukakan di atas bahwa permasalahan kesehatan
ibu dan anak yang ditangani oleh bidan mutlak menggunakan metode dan
pendekatan manajemen kebidanan. Sesuai dengan lingkup dan tanggungjawab
bidang maka sasaran manajemen kebidanan ditunjukan kepada baik individu ibu
dan anak, keluarga maupun kelompok masyarakat.
Individu sebagai sasaran didalam asuhan kebidanan disebut klien.yang
dimaksud klien di sini ialah setiap individu yang dilayani oleh bidan baik itu sehat
maupun sakit.klien yang sakit disebut pasien.upaya menyehatkan dan
meningkatkan status kesehatan keluarga akan lebih efektip bila dlakukan melalui
ibu baik didalam keluarga maupun didalam kelompok masyarakat. didalam
pelaksanaan manajemen kebidanan,bidan memandang keluarga dan kelompok
masyarakat sebagai kumpulan individi-individuyang berada di dalam suatu ikatan
sosial dimana ibu memegang peran sentral.
Manajemen kebidanan dapat digunakan oleh bidan di dalam setiap
melaksanakan kegiatan pemeliharaan dan peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, penyembuhan, pemulihan kesehatan ibu dan anak dalam lingkup dan
tanggungjawab.

2.2. Pengertian Total Quality Management


Total quality management (TQM) adalah suatu cara pendekatan dalam
upaya meningkatkan efektifitas, efisiensi dan responsive instansi pelayanan
kesehatan dengan melibatkan seluruh staf/karyawan dalam segala proses aktifitas
meningkatkan mutu dalam rangka memenuhi kebutuhan/tuntutan konsumen
pengguna jasa instansi pelayanan kesehatan-instansi pelayanan kesehatan tersebut.
Ini merupakan suatu tingkat tertinggi dalam upaya instansi pelayanan kesehatan
tersebut untuk mencapai tingkat dunia. Secara jelas akan dijelaskan mengenai
TQM lebih lanjut.
Definisi TQM ada bermacam-macam. TQM diartikan sebagai perpaduan
semua fungsi dari perusahaan kedalam falsafah holistik yang dibangun
berdasarkan konsep kualitas, teamwork, produktivitas, dan pengertian serta
kepuasan pelanggan (Ishikawa dalam Pawitra, 1993). Defenisi lainnya

6
menyatakan bahwa TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat
kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan
melibatkan seluruh anggota organisasi (Santosa, 1992).
Menurut Ariani (1999;25) Manajemen Mutu Terpadu (Total Quality
Management) merupakan suatu penerapan metode kuantitatif dan sumber daya
manusia untuk memperbaiki dalam penyediaan bahan baku maupun pelayanan
bagi organisasi, semua proses dalam organisasi pada tingkatan tertentu di mana
kebutuhan pelanggan terpenuhi sekarang dan dimasa datang.
Menurut Tjiptono & Diana (2004) TQM merupakan suatu pendekatan
dalam menjalankan usaha yang mencoba untuk memaksimumkan daya saing
organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan
lingkungannya. Sementara itu menurut Pulungan (2001), TQM adalah salah satu
pola manajemen organisasi yang berisi seperangkat prosedur yang dapat
digunakan oleh setiap orang dalam upaya memperbaiki kinerja secara terus
menerus.
Total Quality Management (TQM) atau disebut pula Pengelolaan Mutu
Total merupakan sebuah konsep yang meliputi usaha meningkatkan mutu secara
terus menerus pada semua tingkatan manajemen dan seluruh struktur yang
terdapat dalam organisasi (Harianto, 2005).
Hanafiah dkk (1994) mendefinisikan Pengelolaan Mutu Total adalah suatu
pendekatan yang sistematis, praktis dan strategis dalam menyelenggarakan suatu
organisasi, yang mengutamakan kepentingan pelanggan. Pendekatan ini bertujuan
untuk meningkatkan dan mengendalikan mutu. Sedang yang dimaksud dengan
Pengelolaan Mutu Total pendidikan tinggi adalah cara mengelola lembaga
pendidikan berdasarkan filosofi bahwa meningkatkan mutu harus diadakan dan
dilakukan oleh semua unsur lembaga sejak dini secara terpadu, berkesinambungan
sehingga pendidikan sebagai jasa yang berupa proses pembudayaan sesuai dengan
dan bahkan melebihi kebutuhan para pelanggan baik masa kini maupun yang akan
datang.
Dasar pemikiran perlunya TQM sangatlah sederhana, yakni bahwa cara
terbaik agar dapat bersaing dan unggul dalam persaingan global adalah dengan

7
menghasilkan kualitas yang terbaik. Untuk menghasilkan kualitas yang terbaik
diperlukan upaya perbaikan berkesinambungan terhadap kemampuan manusia,
proses, dan lingkungan. Cara terbaik agar dapat memperbaiki kemampuan
komponen-komponen secara berkesinambungan adalah dengan menerapkan
TQM.

Prinsif-Prinsif Total Quality Management


Pada era informasi, setiap organisasi harus menghadapi corporate
olympics yang semakin kompleks karena untuk kelangsungan hidup dan
perkembangannya, organisasi harus memiliki keunggulan daya saing. Dalam
persaingan semakin tajam dan sangat kompetitif diantara pengelola jasa
pendidikan, mutu adalah agenda utama. Peningkatan mutu merupakan tuntutan
dari paradigma baru manajemen organisasi. Untuk meraih predikat sehat yang
bermutu dan berkualitas tinggi harus menjadi tugas setiap lembaga penyelenggara
kesehatan termasuk Rumah Sakit Umum. Upaya peningkatannya terus menerus
dilakukan, salah satunya dilakukan dengan pengelolaan sistem layanan rumah
sakit secara menyeluruh dan berorientasi pada mutu dan cepat tindakan.
Pendekatan ini dikenal dengan Total Quality Management (TQM) atau
Manajemen Mutu Terpadu pada rumah sakit yang menuntut keunggulan
pelayanan kesehatan seperti kecepatan, daya tanggap, kelincahan, penanganan,
tindakan dan kompetensi dokter dan suster.
TQM sebagai suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem
manajemen kualitas kelas dunia, untuk itu diperlukan perubahan besar dalam
budaya dan sistem nilai suatu organisasi. Menurut Hensler dan Brunel dalam
Christoper, 1993), ada empat prinsip utama dalam TQM. Keempat prinsip
tersebut adalah:
1. Kepuasan Pelangan
Dalam TQM, konsep mengenai pelanggan dan kualitas diperluas. Kualitas
tidak lagi hanya bermakna kesesuaian dengan spesifikasi-spesifikasi tertentu,
tetapi kualitas tersebut ditentukan oleh pelanggan. Pelanggan itu sendiri
meliputi pelanggan internal dan eksternal. Kebutuhan pelanggan diusahakan

8
untuk dipuaskan dalam segala aspek, termasuk didalamnya harga, keamanan
dan ketepatan waktu. Oleh karena itu segala aktivitas pelayanan kesehatan
harus dikoordinasikan untuk memuaskan pelanggan.
2. Respek Terhadap Setiap Orang
Dalam rumah sakit yang kualitasnya kelas dunia, setiap dokter dan suster
dipandang sebagai individu yang memiliki talenta dan kreativitas tersendiri
yang cepat dan tanggap. Dengan demikian tenaga kesehatan merupakan
sumber daya organisasi yang paling bernilai. Oleh karena itu setiap orang
dalam organisasi diperlakukan dengan baik dan diberi kesempatan untuk
terlibat dan berpartisipasi dalam tim pengambil keputusan.
3. Manajemen Berdasarkan Fakta
Pelayanan kesehatan kelas dunia berorientasi pada fakta. Maksudnya bahwa
setiap keputusan selalu didasarkan pada data, bukan sekedar pada perasaan
(feeling). Ada dua konsep pokok berkaitan hal ini. Pertama, prioritisasi
(prioritization) yakni suatu konsep bahwa perbaikan tidak dapat dilakukan
pada semua aspek pada saat yang bersamaan, mengingat keterbatasan sumber
daya yang ada. Oleh karena itu dengan menggunakan data maka manajemen
dan tim dalam perusahaan dapat memfokuskan usahanya pada situasi tertentu
yang vital.
Konsep kedua, variasi (variation) atau variabilitas kinerja manusia. Data
statistik dapat memberikan gambaran mengenai variabilitas yang merupakan
bagian yang wajar dari setiap sistem organisasi. Dengan demikian manajemen
dapat memprediksi hasil dari setiap keputusan dan tindakan yang dilakukan.

Perbaikan Berkesinambungan
Agar dapat sukses, setiap perusahaan perlu melakukan proses secara
sistematis dalam melaksanakan perbaikan berkesinambungan. Konsep yang
berlaku disini adalah siklus PDCA (plan-do-chek-act), yang terdiri dari langkah-
langkah perencanaan, pelaksanaan rencana, pemeriksaan hasil pelaksanaan
rencana, dan tindakan korektif terhadap hasil yang diperoleh. Sementara itu

9
Russel dan Taylor (dalam Fitriani, 2008; 23) mengemukakan prinsip TQM antara
lain:
1. Customer-oriented (fokus pada konsumen)
2. Leadership (kepemimpinan)
3. Strategy planning (perencanaan strategi)
4. Employee responsibility (keterlibatan semua orang)
5. Constinuous improvement (perbaikan terus menerus)
6. Cooperation (kerjasama)
7. Statistical methods (penggunaan metode-metode statistik)
8. Training and education (pendidikan dan latihan)
Komponen dalam TQM memiliki sepuluh unsur utama (Goetsch dan
Davis, 1994) yang masing-masing dijelaskan sebagai berikut:
1. Fokus pada pelanggan
Dalam TQM, baik pelanggan internal maupun pelanggan eksternal merupakan
driver. Pelanggan eksternal menentukan kualitas produk atau jasa yang
disampaikan kepada mereka, sedangkan pelanggan internal berperan besar
dalam menentukan kualitas manusia, proses, dan lingkungan yang
berhubungan dengan produk atau jasa.
2. Obsesi terhadap Kualitas
Dalam organisasi yang menerapkan TQM, penentu akhir kualitas pelanggan
internal dan eksternal. Dengan kualitas yang ditetapkan tersebut, organisasi
harus terobsesi untuk memenuhi atau melebihi apa yang ditentukan tersebut.
Hal ini berarti bahwa semua sivitas akademik pada setiap level berusaha
melaksanakan setiap aspek pekerjaannya berdasarkan perspektif ”bagaimana
kita dapat melakukannya dengan lebih baik?” Bila suatu organisasi terobsesi
dengan kualitas, maka berlaku prinsip good enough is never good enough.
3. Pendekatan Ilmiah
Pendekatan ilmiah sangat diperlukan dalam penerapan TQM, terutama untuk
mendesain pekerjaan dan dalam proses pengambilan keputusan dan
pemecahan masalah yang berkaitan dengan pekerjaan yang didesain tersebut.

10
Dengan demikian data diperlukan dan dipergunakan dalam menyusun patok
duga (benchmark), memantau prestasi, dan melaksanakan perbaikan.
4. Komitmen Jangka Panjang
TQM merupakan suatu paradigma baru dalam melaksanakan bisnis. Untuk itu
dibutuhkan budaya rumah sakit yang baru pula. Oleh karena itu komitmen
jangka panjang sangat penting guna mengadakan budaya agar penerapan TQM
dapat berjalan dengan sukses.
5. Kerja Sama Tim (Teamwork)
Dalam organisasi yang dikelola secara tradisional seringkali diciptakan
persaingan antar departemen yang ada dalam organisasi tersebut agar daya
saingnya terdongkrak. Akan tetapi persaingan internal tersebut cenderung
hanya menggunakan dan menghabiskan energi yang seharusnya dipusatkan
pada upaya perbaikan kualitas yang pada gilirannya untuk meningkatkan daya
saing eksternal. Sementara itu dalam organisasi perusahaan yang menerapkan
TQM, kerja sama tim, kemitraan dan hubungan dijalin dan dibina baik antar
sivitas akademik maupun dengan lembaga-lembaga pemerintah, dan
masyarakat sekitarnya.
6. Perbaikan Sistem Secara Berkesinambungan
Setiap produk dan/ atau jasa dihasilkan dengan memanfaatkan proses-proses
tertentu di dalam suatu sistem/ lingkungan. Oleh karena itu sistem yang ada
perlu diperbaiki secara terus menerus agar kualitas yang dihasilkannya dapat
meningkat.
7. Pendidikan dan Pelatihan
Dewasa ini masih terdapat perusahaan yang menutup mata terhadap
pentingnya pendidikan dan latihan. Mereka beranggapan bahwa perusahan
bukanlah sekolah, yang diperlukan adalah tenaga terampil yang siap pakai.
Jadi perusahan-perusahan seperti itu hanya akan memberikan pelatihan
sekadarnya kepada para karyawannya. Kondisi seperti itu menyebabkan
perusahan yang bersangkutan tidak berkembang dan sulit bersaing dengan
perusahaan lainnya, apalagi dalam era persaingan global. Sedangkan dalam
organisasi yang menerapkan TQM, pendidikan dan pelatihan merupakan

11
faktor yang fundamental. Setiap orang diharapkan dan didorong untuk terus
belajar. Dalam hal ini berlaku prinsip bahwa belajar merupakan proses yang
tidak ada akhirnya dan tidak mengenal batas usia. Dengan belajar setiap orang
dalam perusahaan dapat meningkatkan keterampilan teknis dan keahlian
profesionalnya.
8. Kebebasan yang Terkendali
Dalam TQM keterlibatan dan pemberdayaan sivitas akademik dalam
pengambilan keputusan dan pemecahan masalah merupakan unsur yang
sangat penting. Hal ini dikarenakan unsur tersebut dapat meningkatkan ’rasa
memiliki’ dan tanggung jawab sivitas akademik terhadap keputusan yang telah
dibuat. Selain itu unsur ini juga dapat memperkaya wawasan dan pandangan
dalam suatu keputusan yang diambil, karena pihak yang terlibat lebih banyak.
Meskipun demikian, kebebasan yang timbul karena keterlibatan dan
pemberdayaan tersebut merupakan hasil dari pengendalian yang terencana dan
terlaksana dengan baik. Pengendalian itu sendiri dilakukan terhadap metode-
metode pelaksanaan setiap proses tertentu. Dalam hal ini sivitas akademik
yang melakukan standardisasi proses dan mereka pula yang berusaha mencari
cara untuk meyakinkan setiap orang agar bersedia mengikuti prosedur standar
tersebut.
9. Kesatuan Tujuan
Supaya TQM dapat diterapkan dengan baik maka perusahaan harus memiliki
kesatuan tujuan. Dengan demikian setiap usaha dapat diarahkan pada tujuan
yang sama. Akan tetapi kesatuan tujuan ini tidak berarti bahwa harus selalu
ada persetujuan/kesepakatan antara pihak manajemen dan sivitas akademik
mengenai upah dan kondisi kerja.
10. Adanya Keterlibatan dan Pemberdayaan Karyawan
Keterlibatan dan pemberdayaan sivitas akademik merupakan hal yang penting
dalam penerapan TQM. Usaha untuk melibatkan karyawan membawa 2
manfaat utama. Pertama, hal ini akan meningkatkan kemungkinan
dihasilkannya keputusan yang baik, rencana yang lebih baik, atau perbaikan
yang lebih efektif karena juga mencakup pandangan dan pemikiran dari pihak-

12
pihak yang langsung berhubungan dengan situasi kerja. Kedua, keterlibatan
karyawan juga meningkatkan "rasa memiliki" dan tanggung jawab atas
keputusan dengan melibatkan orang-orang yang harus melaksanakannya.

2.3. Reward and Punishment


Reward dan Punishment merupakan salah satu cara memotivasi individu
atau orang yang dipimpin dalam sebuah orgranisasi atau individu. Salah satu sisi
dari bentuk reward dan punishment adalah kompensasi bagi karyawan untuk
menerimanya dan merupakan kewajiban bagi organisasi atau individu atas kerja
yang telah dilakukan. Dengan demikian dengan suatu kebijakan tertentu kebijakan
reward dan punishment akan dapat menjadi pendorong usaha bagi individu untuk
mencapai prestasinya yang terbaik sesuai dengan tujuan yang diharapkan. Reward
dan punishment menjadi bagian penting untuk perlu dipahami agar dapat
memberikan hasil yang semakin meningkat bagi usaha organisasi.
Reward program yang dijalankan membutuhkan kebijakan kompensasi
yang sesuai. Terdapat tiga bentuk reward yang dapat diberikan kepada individu
dalam sebuah organisasi, yang disebut sebagai The Reward Triangle; yaitu:
a. Direct financial Reward, seperti peningkatan gaji, bonus, komisi, contest,
insentif dan lainnya.
b. Career Advancement, seperti teritory yang luas, pelanggan ukuran besar,
promosi jabatan dan lainnya.
c. Recognition, sertifikat penghargaan perncapaian prestasi, recognition dinners,
bingkisan, tropi, berita di media organisasi dan keanggotaan pada kelompok
khusus.
Ketiganya dapat diilustrasikan sebagai bangun segitiga yang utuh dan kuat
seperti berikut:
1. Maksud dan Tujuan Reward
Terdapat beberapa maksud dari pemberian reward di dalam sebuah
organisasi yaitu:Penghubung kepentingan organisasi dalam individu. Kepentingan
indiidu seringkali tidak seiring dengan kepentingan individu, maka dengan
pemberian reward yang baik maka kesenjangan tersebut dapat diatasi.

13
a. Pilihan organisasi, dengan system rewards yang baik akan memberikan
keleluasaan bagi organisasi untuk memilih calon alternatif individu yang
diinginkan sesuai dengan bidangnya atau kompetensi.
b. Mempengaruhi kepuasan, didalam perilaku organisasi dikatakan bahwa
kompensasi/reward dapat meningkatkan kepuasan karyawan terhadap
pekerjaannya yang juga sekaligus memacu motivasi individu kerja.
c. Umpan balik, standar reward tertentu akan menunjukkan kinerja yang harus
diberikan kepada individu di dalam organisasi dari pekerjaan yang dilakukan.
d. Pemberdayaan, dengan rewards yang cukup baik akan dapat meningkatkan
harga diri dan kepercayaan diri dari tenga di dalam organisasi dalam
berhadapan dengan lingkungannya.
2. Bentuk dan Metode Reward
Beberapa teori dapat membantu menajamen di dalam mendesain
perencanaan reward yang sesuai dengan kebutuhan organisasi. Namun dlam
membangun sebuah program rewards bukannlah bersifat keilmuan tetapi
diperlukan seni dari seorang manajer dalam upaya mencapai tujuan dan target
yang diharapkan.
Beberapa bentuk metode reward yang biasa digunakan dalam manajemen
adalah :
a. Salary
b. Commission
c. Incentive payment
d. Salest Contest
e. Personal benefit.
Masing-masing dapat ditetapkan sesuai dengan kebutuhan di dalam
organisasi.
3. Definisi Punishment
Punishment dapat diartikan sebagai hukuman. Hukuman mengacu pada
perilaku bila segera diikuti oleh presentasi atau oleh pencabutan atau penghentian
rangsangan yang menurunkan tingkat perilaku di masa depan. Dua definisi

14
berbeda hukuman yang luas, dikemukakan oleh Azrin dan Holz (1966), hukuman
didefinisikan sebagai prosedur di mana
a. Tanggapan tertentu mempunyai konsekuensi,
b. Tanggapan mereka penurunan frekuensi, dan
c. Penurunan frekuensi terjadi karena respons-konsekuensi hubungan, dan bukan
untuk alasan lain.
Hukuman terjadi apabila konsekuensi yang tidak menyenangkan menyertai
dan memperlemah perilaku tertentu. Meskipun hukuman mungkin diperlukan
untuk meniadakan perilaku tertentu yang tidak diinginkan. Teori respons yang
tentang hukuman, dikemukakan Skinner (1953) menggambarkan tiga efek utama
hukuman yang mungkin secara tidak langsung, mengakibatkan berkurangnya
probabilitas dari perilaku yang dihukum sebagai berikut:
a. Sebuah stimulus permusuhan dapat memperoleh respon yang tidak sesuai
dengan tanggapan orang yang diberi hukuman.
b. Perilaku menjadi sumber dikondisikan terhadap rangsangan yang
membangkitkan perilaku yang tidak kompatibel.
c. Perilaku yang mengurangi rangsangan permusuhan terkondisi yang timbul
dari perilaku itu sendiri atau dari keadaan bersamaan, akan diperkuat.
(misalnya, setelah hukuman, subjek mungkin tidak hanya berhenti terlibat
dalam perilaku dihukum, tetapi mungkin juga menunjukkan perlawanan yang
ditandai jika diminta secara manual).

4. Dasar Pemikiran dalam Punishment


Bagaimanakah Dasar Pemikiran untuk menggunakan punishment: Ada
dua alasan utama untuk menggunakan pengaturan diterapkan hukuman:
a. Prosedur Efektivitas: Hukuman dapat menghasilkan cepat menyelesaikan
sebuah persoalah organisasi dan atau pencegahan perilaku yang tidak sesuai
dengan norma organisasi.
b. Penggunaan punishment, ketika kondisi membahayakan organisasi atau
perilaku yang mungkin merugikan organisasi/diri terjadi.

15
Berdasarkan dasar pemikiran ada beberapa dasar untuk menggunakan
hukuman sebagai berikut:
a. Menentukan bentuk dan intensitas hukuman yang paling sesuai dan bentuk
paling efektif bisa digunakan.
b. Prosentase hukuman; Hukum segera dan akan lebih baik lagi: menghukum
segera setelah perilaku negatif dimulai dengan pertimbangan penilaian
tertentu.
c. Konsisten, Berikan punishment setiap kemunculan dari perilaku negative dan
peringatan harus diminimalkan
d. Gunakan kombinasi prosedur, hukuman tidak boleh digunakan dalam kondisi
seseorang sedang dalam masa isolasi dan gunakan hukuman dengan penguatan
organisasi.
e. Rekam Effects dari punishment. Buat Grafik dan periksa data untuk
mengevaluasi dampak dari punishment.
5. Dampak Punishment
Aspek yang tidak diharapkan dari punishment dapat menimbulkan
Penguatan negatif dari Punisher (Pemberi Punishment) antara lain:
a. Menimbulkan rasa permusuhan yang luas - cenderung memperkuat negatif
orang yang memberikan hukuman.
b. Emosional atau Perilaku Agresif, parah hukuman dapat menghasilkan perilaku
agresif.
c. Penghindaran masalah bisa; Individu dapat menghindari menghukum
lingkungan dan individu dapat melarikan diri menghukum lingkungan dengan
cara keluar, pelarian obat-obatan, atau alcohol, serta perilaku negative

16
BAB III
KESIMPULAN

TQM merupakan filosofi mutu yang mengalami evolusi seiring dengan


adanya perubahan kehidupan manusia, merupakan sintesis dari konsep mutu
sebelumnya dari inspeksi, Quality control, dan quality assurance.Dalam budaya
kita dikenal dengan istilah ”legowo” yakni pimpinan menerima masukan dari
bawah, karena pada TQM merupakan kombinasi antara top down dan bottom
up.Pengkotak-kotakan antar departemen dan sikap tidak peduli dengan lingkungan
serta ketidak cakapan pimpinan dalam memberikan arahan menjadi hambatan
terlaksannya TQM di lapangan.
Pelaksanaan TQM sejak awal sudah dmulai dengan benar dan dikelola
dengan baik pada setiap tahapanya.Strategi yang telah dirumuskan harus
dikomunikasikan dengan baik dan benar, agar semua individu yang terlibat tahu
apa yang ingin dicapai, bagaimana mencapainya, difasilitasi dengan baik dan
diukur secara objektif.
Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari dengan menganut filosofi TQM
dan melaksanakan dengan baik. Bagi pelanggan sudah dapat dipastikan bahwa
harapan dan kepuasan akan terpenuhi. Bagi provider akan mengalami surplus
karena manajemen yang baik sejak awal hingga akhir, meningkatkan
produktivitas SDM dan menjadikan mereka ahli dibidangnya serta menghargai
mereka dan menciptakan citra institusi yang baik.
Reward dan punishment merupakan dua bentuk metode dalam memotivasi
seseorang untuk melakukan kebaikan dan meningkatkan prestasinya. Reward
artinya ganjaran, hadiah, penghargaan atau imbalan. Dalam konsep manajemen,
reward merupakan salah satu alat untuk peningkatan motivasi para individu.
Metode ini bisa meng-asosiasi-kan perbuatan dan kelakuan seseorang dengan
perasaan bahagia, senang, dan biasanya akan membuat mereka melakukan suatu
perbuatan yang baik secara berulang-ulang. Selain motivasi, reward juga
bertujuan agar seseorang menjadi giat lagi usahanya untuk memperbaiki atau
meningkatkan prestasi yang telah dapat dicapainya. Sementara punishment

17
diartikan sebagai hukuman atau sanksi. Jika reward merupakan bentuk
reinforcement yang positif; maka punishment sebagai bentuk reinforcement yang
negatif, tetapi kalau diberikan secara tepat dan bijak bisa menjadi alat motivasi.
Tujuan dari metode ini adalah menimbulkan rasa tidak senang pada
seseorang supaya mereka jangan membuat sesuatu yang jahat. Jadi, hukuman
yang dilakukan mesti bersifat pedagogies, yaitu untuk memperbaiki dan mendidik
ke arah yang lebih baik. Pada dasarnya keduanya sama-sama dibutuhkan dalam
memotivasi seseorang, termasuk dalam memotivasi para individu dalam
meningkatkan kinerjanya. Keduanya merupakan reaksi dari seorang pimpinan
terhadap kinerja dan produktivitas yang telah ditunjukkan oleh bawahannya;
Prinsip dan implikasinya selalu menerapkan strong leadership atas dasar reward
and punishment (stick and carrot). Hukuman untuk perbuatan jahat dan ganjaran
untuk perbuatan baik. Melihat dari fungsinya itu, seolah keduanya berlawanan,
tetapi pada hakekatnya sama-sama bertujuan agar seseorang menjadi lebih baik,
termasuk dalam memotivasi para pegawai dalam bekerja.

18
DAFTAR PUSTAKA

1. Asrinah,dkk. 2010. Konsep kebidanan. Graha Ilmu : Yogyakarta. Hal. 109


2. Estiwidani, dkk. 2009. Konsep Kebidanan. Fitramaya : Yogyakarta. Hal. 117
3. Tadjuddin norma. Konsep Kebidanan. Poltekkes Kemenkes Makassar :
Makassar. Hal 70
4. Anon. Total Quality Management (TQM) from Quality to Excellence,
Departmen of Trade and Industri.www.dti.gov.uk/quality/tqm Dikutip 14
Februari 2013
5. Davis, & Newstrom., 1985., Perilaku dalam Organisasi., Edisi ke tujuh, Jilid
1, Penerbit Erlangga, Jakarta
6. Asih, Daru, SE, MSi., 2008., Manajemen Penjualan, Pusat Pengembangan
Bahan Ajar, Universitas Mercubuana

19

Anda mungkin juga menyukai