Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. NAMA DAN LOKASI PROYEK


Gedung yang akan direncanakan adalah gedung perkantoran yang bernama
Menara Mado Delau yang berlokasi di Jl. Sirao, Gunungsitoli, Nias - Sumatera
Utara. Dengan jumlah 10 lantai dan tinggi per lantainya adalah 3,8 meter. Struktur
menggunakan struktur beton dimana lantai gedung berfungsi sebagai diafragma,
dengan ketebalan 12 cm untuk masing-masing lantai dari lantai 1 sampai dengan
lantai 10.
Nama proyek : ST. Verdana Tower
Lokasi : Jl. Sirao, Gunungsitoli, Nias - Sumatera Utara
Tinggi gedung : 39,2 meter
Tinggi lantai 1 : 5 meter
Tinggi lantai 2-8 : 3,8 meter
Proyek fisik : 10 lantai
Kontraktor : PT. GST

1.2. PERATURAN-PERATURAN YANG DIGUNAKAN


Peraturan yang dipergunakan dalam perencanaan gedung ini adalah :
 SNI 1727:2013, tentang ”Beban Minimum untuk Perencanaan Bangunan
Gedung dan Bangunan Lainnya”.
 SNI 2847:2013, tentang ”Persyaratan Beton Struktural untuk Bangunan
Gedung”.
 SNI 1726:2012, tentang ”Tata Cara Perencanaan Ketahanan Gempa untuk
Struktur Bangunan Gedung dan Non Gedung”.
 PPPURG

1.3. SPESIFIKASI BAHAN


Spesifikasi bahan untuk beton yang digunakan adalah sebagai berikut :
Mutu Beton (fc’) = 300 kg/cm2
Mutu baja (fy) = 4000 kg/cm2
Modulus elastisitas Beton (Ec) = 4700√ fc’ = 81406,39kg/cm2
Modulus elastisitas Baja (Ey) = 2.1 x 106 kg/cm2

Perencanaan Struktur Gedung


Institut Sains dan Teknologi Nasional 1
1.4. KONSEP DAN ASUMSI
Konsep dan asumsi yang dipakai dalam perencanaan adalah sebagai berikut :

1.4.1. Konsep dan Kapasitas Design


Dalam perencanaan, prinsip yang dipakai adalah balok lemah dan kolom
kuat dengan sendi-sendi pada setiap ujung balok. yang dimaksud disini adalah
keruntuhan yang pertama kali terjadi yaitu pada balok terdahulu kemudian kolom,
sehingga dalam perencanaan profil kolom momen kapasitas balok. Dapat juga
dikatakan bahwa konsep Balok Lemah Kolom Kuat ini dimaksudkan agar jika
terjadi beban gempa yang sangat besar maka struktur gedung akan tetap kokoh,
karena kolomnya kuat dan jika terjadi kerusakan atau kehancuran pada salah satu
lantai maka yang menderita kerusakan hanyalah lantai itu sendiri dan satu lantai
dibawahnya saja, karena baloknya lemah. Jika ternyata balok tersebut tidak
sanggup menahan gaya-gaya yang diatasnya dan ada kemungkinan runtuh maka
runtuhnya vertikal ke bawah, sehingga tidak menggangu gedung-gedung yang ada
disampingnya.
Design kapasitas dibatasi untuk tidak melebihi gempa kuat 4/F, sesuai
dengan persyaratan 1726 : 2012. Khusus mengenai kuat geser kapasitas balok,
kolom, serta momen kapasitas balok. Perhitungan ketahanan gempa berdasarkan
atas respon spectra zona wilayah gempa III dan dibangun di atas tanah sedang.
Dimana pola dari distribusi gaya gempa dinamis tersebut digunakan pada analisa
statis.

1.4.2. Lantai Sebagai Diafragma


Lantai gedung berfungsi sebagai diafragma artinya ini sanggup
meneruskan beban atau gaya yang diterimanya, dengan ketebalan 12 cm (SNI
2847:2013) untuk masing-masing gedung dari lantai 1 sampai 8 dan untuk atap
dengan tebal 10 cm.

Perencanaan Struktur Gedung


Institut Sains dan Teknologi Nasional 2
1.4.3. Load Factor dan Perhitungan Beban
Beban-beban yang diperhitungkan dalam perencanaan meliputi :
 Beban mati (DL)
Adalah beban-beban mati yang terjadi pada masing-masing komponen
lantai bangunan yang ditinjau.
 Beban hidup (LL)
Adalah beban-beban hidup yang terjadi pada masing-masing lantai yang
besarnya ditentukan oleh Peraturan Muatan Indonesia (PMI).
 Beban angin ( WL )
Adalah beban angin tang bekerja pada dinding bangunan yang besarnya
telah ditentukan oleh Peraturan Muatan Indonesia.
 Beban gempa (E)
Beban gempa yang diperkirakan akan terjadi dan bersarnya berdasarkan
atas analisa Respon Spectra Wilayah Gempa 6.
Perhitungan beban menggunakan teori kekuatan batas dengan load factor
sebagai berikut :
a. 1,4 DL + 1,4 SW
b. 1,2 DL + 1,2 SW + 1,6 LL
c. 1,2 DL + 1,2 SW + 0,5 LL ± 1 EQx ( gempa ditinjau pada arah X )
d. 1,2 DL + 1,2 SW + 0,5 LL ± 1 EQy ( gempa ditinjau pada arah Y )

1.5. BEBAN YANG DIPERHITUNGKAN


1.5.1. Beban mati (PPPURG Pasal 2.1.1)
Berat sendiri Bahan Bangunan Dan Komponen Gedung (tabel 1 PPPURG)
 Beton bertulang ............................................................... 2400 kg/m3
 Pasangan bata merah ....................................................... 1700 kg/m3
 Pasangan bata merah setengah batu................................. 250 kg/m2
 Adukan per cm tebal (tebal 5 mm) .................................. 21 kg/m2
 Plafon (tanpa penggantung) ............................................. 11 kg/m2
 Penggantung langit-langit ................................................ 7 kg/m2

Perencanaan Struktur Gedung


Institut Sains dan Teknologi Nasional 3
1.5.2. Beban hidup (PPPURG Pasal 2.1.2)
 Beban hidup pada lantai gedung perkantoran.................. 250 kg/m2
 Beban air hujan ........................................ ..................... .. 5 kg/m2
 Beban hidup pada tangga perkantoran .... ....................... 300 kg/m2

1.5.3. Beban angin (PPPURG Pasal 2.1.3.)


Beban angin dihitung dengan rumus :

𝑉2
Tekanan tiup (P) = (kg/𝑚2 )
16

Dimana V adalah kecepatan angin dalam m/det, dalam perencanaan gedung


ini diasumsikan nilai V = 79 km/jam = 21,94 m/det
Maka :

21,942
Tekanan tiup (P) = = 30 (kg/𝑚2 )
16

Jadi nilai tekanan tiup (P) tersebut memenuhi persyaratan batasa minimum
tekanan tiup (P) dalam (PPPURG pasal 2.1.3) yakni minimum 25 kg/𝑚2 .
Tekanan tiup ( P ) terhadap bangunan dipengaruhi oleh ketinggian bangunan
tersebut, karena semakin tinggi elevasinya dari muka tanah maka semakin
besar pula nilai P nya. Oleh karena itu nilai P tersebut harus dikalikan dengan
koefisien tekanan tiup ( Kz ), yang dinyatakan dalam rumus :

𝐾𝑧 = (𝑧/10)2/7  sesuai dengan ketentuan dalam ASCE dan Design


Manual Structural Engineering (NAVFAC DM-2)
Dimana :
z = elevasi bangunan dari muka tanah (m)

Perencanaan Struktur Gedung


Institut Sains dan Teknologi Nasional 4

Anda mungkin juga menyukai