Anda di halaman 1dari 6

Nama : Fathurisqi F.

Rum

Nim : 105331105817

Tantangan Pendidikan Dalam Revolusi Industri 4.0

Industri 4.0 yang merupakan lanjutan dari industri 3.0 yang menambahkan instrumen
konektivitas untuk memperoleh dan mengolah data, otomatis perangkat jaringan, internet untuk
segala (IoT), big data analytics, komputasi awan dan keamanan cyber merupakan elemen utama
dalam industri 4.0.

Perangkat konektivitas tersebut dihubungkan pada perangkat fisik industri. Tujuannya


adalah untuk menerima dan mengirim data sesuai perintah yang ditentukan, baik secara manual
maupun otomatis berdasar kecerdasan buatan. Perangkat IoT pada Industri 4.0 dikenal dengan
IIoT (Industrial Internet of Things), yang sebelumnya sangat berguna untuk monitoring secara
internal. Dalam konsep industri 4.0, perangkat IoT tersebut dapat terhubung ke jaringan WAN
melalui lingkungan cloud. Sampai di lingkungan cloud, data dapat diproses dan di sebar ke pihak
lain. Disini memerlukan otomatisasi dan orkestrasi pada lingkungan hybrid cloud, dengan tujuan
untuk memudahkan pengembang dan pihak operasional untuk terus meningkatkan performa dan
layanan.

Di mana saja manusia membaca saat ini, sulit untuk menghindar dari informasi atau
tulisan tentang teknologi informasi (information technology atau TI) dan internet. Hal ini tidak
saja terjadi di negara asalnya yaitu Amerika, tetapi juga di Indonesia. Surat kabar dan majalah
dipenuhi dengan cerita sukses dan gagal dari individu atau perusahaan yang merangkul TI dan
internet. Internet telah mengisi ruang publik sehari-hari, sejak seseorang bangun tidur hingga
tidur kembali, diwarnai aktifitas yang terhubung dengan internet, seperti aktifitas pengecekan
komentar atau postingan di media sosial. Internet tidak lagi menjadi urusan pertahanan semata
sebagaimana lahirnya teknologi ini pertama kali di Amerika, namun sudah merambah ke
pelbagai sektor kehidupan.
Begitu pentingnya teknologi informasi dan internet dalam pelbagai bidang kehidupan
termasuk dunia pendidikan, secara khusus Marquardt membahas pentingnya teknologi ini dalam
learning organization (baca: lembaga pendidikan), Marquardt menyebut terdapat 3 (tiga)
subsistem teknologi, yaitu: information technology, technology-based learning, dan electronic
performance support system (EPSS). Information Technology (teknologi informasi) diartikan
sebagai teknologi berbasis komputer yang digunakan untuk pengumpulan, pengkodean,
pemrosesan, penyimpanan, transfer, dan penggunaan data di antara mesin, orang, dan organisasi.
Sedangkan technology-based learning (pembelajaran berbasis teknologi) menunjuk kepada
video, audi, dan pelatihan multimedia berbasis komputer untuk pengiriman dan tukar informasi,
pengetahuan, dan keterampilan. Sedangkan electronic performance support system (Sistem
dukungan kinerja elektronik) diartikan sebagai penggunaan database (teks, visual, atau audio)
dan basis pengetahuan untuk memperoleh, menyimpan dan mendistribusikan informasi melalui
organisasi.

Tuntutan Revolusi Industri 4.0

Perkembangan Revolusi Industri 4.0 telah membawa perubahan drastis mulai dari hulu
siklus ekonomi yaitu proses produksi yang mengkolaborasikan tiga aspek di dalamnya, yakni
manusia sebagai faktor tenaga kerja, teknologi/mesin, dan big data. Dalam banyak diskusi
publik, kunci dari era industri generasi keempat ini, bukan lagi bertumpu pada ukuran besarnya
perusahaan atau organisasi, tetapi kemampuan beradaptasi terhadap perubahan yang bergitu
cepat, agar mampu bertahan dalam iklim kompetitif dan dinamis.

Berbagai analisa menyatakan bahwa keunggulan kompetitif (competitive adventage)


sebuah bangsa di era Revolusi Industri 4.0 ini, sesungguhnya mewujud pada kemampuan
mengintegrasikan beragam sumber daya yang dimiliki agar memiliki konektivitas pada
penguasaan teknologi, komunikasi, dan big data untuk menghasilkan ‘smart product’ dan ‘smart
services’, serta tidak sekadar pada produktivitas kerja yang berskala besar semata. Sebuah
pernyataan menarik yang bisa kita renungkan dari Menteri Ketenagakerjaan (Menaker) yang
dirilis media tentang kesiapan bangsa ini, menghadapi perubahan besar pada pola industri dan
ekonomi global melalui Revolusi Industri 4.0 ini, bahwa bayang-bayang industries shock sedang
menghantui kesiapan bangsa ini terhadap perubahan perilaku ekonomi diakibatkan disrupsi
teknologi yang tengah berjalan secara global. Beberapa hari lalu, Menaker kembali menegaskan
kepada media, bahwa perkembangan teknologi dan digitalisasi akan membuat sekitar 56 persen
pekerja di dunia akan kehilangan pekerjaan dalam 10 sampai 20 tahun ke depan akibat dominasi
teknologi informasi terhadap sumber daya manusia sebagai tenaga kerja.

Ada tiga hal yang harus dicermati dalam menghadapi industri 4.0

a. Masyarakat

Masyarakat merupakan elemen penting dalam perubahan. Masyarakat, khususnya di kota besar,
termasuk yang palng menikmati perubahan ini. Masyarakat kotalah pengguna jasa terbesar
layanan transportasi online berbasis aplikasi, masyarakat kota pulalah pengakses terbesar
informasi yang bertebaran di pelbagai media berbasis internet maupun media sosial. Masyarakat
kota sebagai pengguna jasa internet terbesar dibandingkan masyarakat pedesaan (Lihat infografis
APJII). Tanpa masyarakat, teknologi menjadi tidak berarti. Hal inilah menjadi tantangan
sekaligus peluang bagi lembaga pendidikan Islam. Masyarakat dapat menjadi “market” baru
sebagai warga belajar yang tidak dibatasi usia, ruang dan waktu.

b. Strategi

Pihak pengelola lembaga pendidikan Islam sudah saatnya untuk membuka diri terhadap
teknologi ini. Ada beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh pengelola, di antaranya:

1. Menyiapkan sumber-sumber talenta dari pelbagai perguruan tinggi untuk menunjang


pengembangan teknologi informasi atau internet dalam proses pembelajaran, baik sebagai
penyedia konten pembelajaran maupun sebagai tata kelola kelembagaannya.
2. Memperbesar “market” atau pasar yang kurang terlayani dan terjangkau melalui
pengembangan e-learning maupun pengelolaan media sosial yang ramah, inspiratif lagi
mencerdaskan.
3. Menawarkan alat prediksi untuk membantu meningkatkan proses dan mengurangi risiko,
khususnya dalam penunjang keputusan, sebagaimana yang dikemukakan Marquardt
terkait subsistem teknologi electronic performance support system
4. Membangun jejaring dengan pemerintah, penyedia jasa internet maupun kalangan swasta
lainnya.
c. Teknologi

Revolusi industri 4.0 menjamin teknologi digital dan fisik yang terintegrasi. Pendekatan
ini dapat meningkatkan operasi organisasi, produktivitas, pertumbuhan, dan inovasi.
Selama ini, para pengelola lembaga pendidikan seolah-olah sudah memanfaatkan
teknologi ini, sayangnya justru mereka menggunakan teknologi digital ini untuk
melakukan hal yang sama yang selalu mereka lakukan sebelumnya, hanya untuk perkara
lebih cepat dan lebih baik. Padahal, banyak peneliti menemukan bahwa organisasi
industri 4.0 yang benar menggunakannya untuk membuat model bisnis baru. Sudah
sepatutnya, lembaga pendidikan Islam yang memperluas penggunaan teknologi Industri
4.0 untuk menyertakan pemasok, pelanggan, pekerja, mitra, dan pihak lain dalam
ekosistem, agar dapat menemukan manfaat yang lebih transformatif.

Tantangan Dunia Pendidikan

Tidak jauh berbeda dengan dunia industri yang tengah dihadapkan pada tantangan era
generasi keempat (4.0), bidang pendidikan juga terdampak oleh perkembangan teknologi
informasi yang masif. Hal ini bisa kita lihat dari meningkatnya tuntutan akan peningkatan
kualitas proses belajar mengajar dan hasilnya ketimbang hanya berpijak pada kebijakan yang
kaku dan tidak adaptif, yang hanya sekadar bertumpu pada masalah klasik yaitu upaya
pemerataan dan pemenuhan akses dan sarana prasarana pendidikan saja.

Upaya bidang pendidikan untuk beradaptasi terhadap revolusi industri 4.0 membawa
perubahan pola kebijakan yang berorientasi pada kualitas pembelajaran ini sejalan dengan
tuntutan tentang bagaimana sebaiknya pendidikan kita mampu menjadi media penyiapan sumber
daya manusia yang siap menghadapi tantangan Revolusi Industri 4.0 tersebut.

Berikut beberapa tantangan yang ada dalam industri 4.0:

1. Keamanan

Aspek yang paling menantang dari industri 4.0 adalah risiko keamanan TI terhadap sistem
industri, termasuk lembaga pendidikan. Integrasi online ini akan memberi ruang untuk
pelanggaran keamanan, kebocoran data dan bahkan pencurian dunia maya termasuk situs-situs
negatif juga harus dipertimbangkan. Oleh sebab itu, penelitian dalam keamanan sangat penting

2. Penyedia konten negatif

Aspek yang tidak kalah menantang dari industri 4.0 adalah tersedianya layanan konten
negatif sepeti pornografi maupun informasi-informasi yang mengandung hoax, radikalisme, anti
kebhinnekaan dan sebagainya. Tentu dibutuhkan kecerdasan, kreatifitas dan kearifan dalam
menghadapinya.

3. Permodalan

Salah satu prinsip penting dalam transformasi seperti itu adalah membutuhkan investasi besar
dalam teknologi baru. Risikonya juga harus dihitung dan ditanggapi dengan serius.

4. Pendidik dan Tenaga Kependidikan

Meskipun masih terlalu dini untuk berspekulasi tentang kondisi tenaga pendidik dan
kependidikan dengan adopsi Industri 4.0 secara global, adalah aman untuk mengatakan bahwa
para guru dan karyawan akan perlu untuk mendapatkan keterampilan yang berbeda atau yang
semuanya baru.

5. Privasi

Ini bukan hanya kekhawatiran masyarakat sebagai warga belajar, tetapi juga para guru
maupun pengelola lembaga. Dalam industri yang saling terkait, pengelola perlu mengumpulkan
dan menganalisis data. Bagi masyarakat, ini mungkin tampak seperti ancaman terhadap
privasinya. Lembaga pendidikan kecil maupun besar yang belum membagikan datanya di masa
lalu harus bekerja dengan cara mereka menuju lingkungan yang lebih transparan. Menjembatani
kesenjangan antara “konsumen” dan “produsen” akan menjadi tantangan besar bagi kedua belah
pihak.

Ada berbagai alasan yang dikemukakan dalam banyak diksusi di ruang publik, mengapa
pendidikan kita harus merespons pesatnya perubahan masyarakat di era Revolusi Industri 4.0,
sementara perkembangan pendidikan belum bisa mengikuti secara optimal kecepatan akibat
revolusi industri tersebut. Salah satu upaya yang perlu dilakukan untuk menghadapi revolusi
industri 4.0 ini adalah melalui peningkatan kualitas guru agar mampu mengajarkan materi
dengan pendekatan penerapan penggunaan TI dalam proses belajar mengajar.

Guru harus bisa memanfaatkan TI untuk meningkatkan kualitas proses belajar mengajar pada
setiap satuan pendidikan. Upaya ini dilakukan agar dapat mempersiapkan sumber daya manusia
yang unggul dengan kompetensi global, karena meskipun teknologi informasi berkembang
demikian cepat dan sumber-sumber belajar begitu mudah diperoleh, peran guru sebagai pendidik
tidak tergantikan oleh kemajuan teknologi tersebut. Tenaga pendidik di era revolusi industri
harus meningkatkan pemahaman dalam mengekspresikan diri di bidang literasi media,
memahami informasi yang akan dibagikan kepada para peserta didik serta menemukan analisis
untuk menyelesaikan permasalahan akademisi literasi digital. Harapannya, semua pihak harus
meningkatkan kolaborasi dalam orientasi pendidikan mendatang serta mengubah kinerja sistem
pendidikan yang dapat mengembangkan kualitas pola pikir pelajar dan penguatan digitalisasi
pendidikan yang berbasis aplikasi.

Akhirnya, penjelasan di atas cukuplah memberikan ilustrasi betapa revolusi industri 4.0 telah
menyusup ke dalam seluruh sendi kehidupan berbangsa, sehingga memunculkan banyak
‘pekerjaan rumah’ salah satunya di ranah pendidikan kita, agar mampu menghasilkan sumber
daya manusia yang mampu beradapatasi terhadap perkembangan teknologi informasi.

Berkaitan dengan penjelasan di atas, kita berharap sudah selayaknya upaya untuk beradaptasi
dengan revolusi industri 4.0 itu dipersiapkan dengan matang. Pemerintah bersama dengan
seluruh stakeholder seharusnya memikirkan kembali secara serius mengenai berbagai hal terkait
dengan penguatan sistem pendidikan dalam menghadapi gempuran Revolusi Industri 4.0. Karena
perubahan merupakan sebuah keniscayaan, maka dengam adanya tantangan pendidikan di era
revolusi industri 4.0 ini, sudah selayaknya dipersiapkan dengan matang. Seperti kata pepatah,
“berubah atau mati”.

Anda mungkin juga menyukai