Anda di halaman 1dari 6

Transistor Sebagai Penguat

Posted: Juni 13, 2011 in Transistor


0

7 Votes

Transistor Sebagai Penguat

Transistor adalah suatu monokristal semikonduktor dimana terjadi dua pertemuan P-N, dari
sini dapat dibuat dua rangkaian yaitu P-N-P dan N-P-N. Dalam keadaan kerja normal,
transistor harus diberi polaritas sebagai berikut :
1. Pertemuan Emitter-Basis diberi polaritas dari arah maju.
2. Pertemuan Basis-kolektor diberi polaritas dalam arah mundur.

Transistor adalah suatu komponen yang dapat memperbesar level sinyal keluaran sampai
beberapa kali sinyal masukan. Sinyal masukan disini dapat berupa sinyal AC ataupun DC.
Prinsip dasar transistor sebagai penguat adalah arus kecil pada basis mengontrol arus yang
lebih besar dari kolektor melewati transistor. Transistor berfungsi sebagai penguat ketika arus
basis berubah. Perubahan kecil arus basis mengontrol perubahan besar pada arus yang
mengalir dari kolektor ke emitter. Pada saat ini transistor berfungsi sebagai penguat. Dan
dalam pemakiannya transistor juga bisa berfungsi sebagai saklar dengan memanfaatkan
daerah penjenuhan (saturasi) dan daerah penyumbatan (cut-off). Pada daerah penjenuhan
nilai resistansi penyambungan kolektor emitter secara ideal sama dengan nol atau
kolektor terhubung langsung (short). Ini menyebabkan tegangan kolektor emitter Vce = 0
pada keadaan ideal. Dan pada daerah cut off, nilai resistansi persambungan kolektor emitter
secara ideal sama dengan tak terhingga atau terminal kolektor dan emitter terbuka yang
menyebabkan tegangan Vce sama dengan tegangan sumber Vcc.

Salah satu fungsi utama transistor adalah sebagai penguat sinyal. Dalam hal ini transistor
bisa dikonfigurasikan sebagai penguat tegangan, penguat arus maupun sebagai penguat daya.

Berdasarkan sistem pertanahan transistor (grounding) penguat transistor dibagi menjadi tiga
jenis, yaitu :

1. Penguat Common Base (grounded-base)

Penguat Common Base adalah penguat yang kaki basis transistor di groundkan, lalu input di
masukkan ke emitor dan output diambil pada kaki kolektor. Penguat Common Base
mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.
Penguat Common Base

Penguat Common base mempunyai karakter sebagai berikut :

 Adanya isolasi yang tinggi dari output ke input sehingga meminimalkan efek umpan
balik.
 Mempunyai impedansi input yang relatif tinggi sehingga cocok untuk penguat sinyal
kecil (pre amplifier).
 Sering dipakai pada penguat frekuensi tinggi pada jalur VHF dan UHF.
 Bisa juga dipakai sebagai buffer atau penyangga.

2. Penguat Common Emitor

Penguat Common Emitor adalah penguat yang kaki emitor transistor di groundkan, lalu
input di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki kolektor. Penguat Common Emitor
juga mempunyai karakter sebagai penguat tegangan.

Penguat Common Emitor

Penguat Common Emitor mempunyai karakteristik sebagai berikut :

 Sinyal outputnya berbalik fasa 180 derajat terhadap sinyal input.


 Sangat mungkin terjadi osilasi karena adanya umpan balik positif, sehingga sering
dipasang umpan balik negatif untuk mencegahnya.
 Sering dipakai pada penguat frekuensi rendah (terutama pada sinyal audio).
 Mempunyai stabilitas penguatan yang rendah karena bergantung pada kestabilan suhu
dan bias transistor.

3. Penguat Common Collector

Penguat Common Collector adalah penguat yang kaki kolektor transistor di groundkan, lalu
input di masukkan ke basis dan output diambil pada kaki emitor. Penguat Common Collector
juga mempunyai karakter sebagai penguat arus .

Penguat Common Collector

Penguat Common Collector mempunyai karakteristik sebagai berikut :

 Sinyal outputnya sefasa dengan sinyal input (jadi tidak membalik fasa seperti
Common Emitor)
 Mempunyai penguatan tegangan sama dengan 1.
 Mempunyai penguatan arus samadengan HFE transistor.
 Cocok dipakai untuk penguat penyangga (buffer) karena mempunyai impedansi input
tinggi dan mempunyai impedansi output yang rendah.

Berdasarkan titik kerjanya penguat transistor ada tiga jenis, yaitu:

1. Penguat Kelas A

Penguat kelas A adalah penguat yang titik kerja efektifnya setengah dari tagangan VCC
penguat. Untuk bekerja penguat kelas A memerlukan bias awal yang menyebabkan penguat
dalam kondisi siap untuk menerima sinyal. Karena hal ini maka penguat kelas A menjadi
penguat dengan efisiensi terendah namun dengan tingkat distorsi (cacat sinyal) terkecil.
Penguat Kelas A

Sistem bias penguat kelas A yang populer adalah sistem bias pembagi tegangan dan sistem
bias umpan balik kolektor. Melalui perhitungan tegangan bias yang tepat maka kita akan
mendapatkan titik kerja transistor tepat pada setengah dari tegangan VCC penguat. Penguat
kelas A cocok dipakai pada penguat awal (pre amplifier) karena mempunyai distorsi yang
kecil.

2. Penguat Kelas B

Penguat kelas B adalah penguat yang bekerja berdasarkan tegangan bias dari sinyal input
yang masuk. Titik kerja penguat kelas B berada dititik cut-off transistor. Dalam kondisi tidak
ada sinyal input maka penguat kelas B berada dalam kondisi OFF dan baru bekerja jika ada
sinyal input dengan level diatas 0.6Volt (batas tegangan bias transistor).

Penguat Kelas B

Penguat kelas B mempunyai efisiensi yang tinggi karena baru bekerja jika ada sinyal input.
Namun karena ada batasan tegangan 0.6 Volt maka penguat kelas B tidak bekerja jika level
sinyal input dibawah 0.6Volt. Hal ini menyebabkan distorsi (cacat sinyal) yang disebut
distorsi cross over, yaitu cacat pada persimpangan sinyal sinus bagian atas dan bagian bawah.
Penguat Kelas B Push-Pull

Penguat kelas B cocok dipakai pada penguat akhir sinyal audio karena bekerja pada level
tegangan yang relatif tinggi (diatas 1 Volt). Dalam aplikasinya, penguat kelas B
menggunakan sistem konfigusi push-pull yang dibangun oleh dua transistor.

3. Penguat kelas AB

Penguat kelas AB merupakan penggabungan dari penguat kelas A dan penguat kelas B.
Penguat kelas AB diperoleh dengan sedikit menggeser titik kerja transistor sehingga distorsi
cross over dapat diminimalkan. Titik kerja transistor tidak lagi di garis cut-off namun berada
sedikit diatasnya.

Penguat Kelas B

Penguat kelas AB merupakan kompromi antar efisiensi dan fidelitas penguat. Dalam
aplikasinya penguat kelas AB banyak menjadi pilihan sebagai penguat audio.

4. Penguat kelas C
Penguat kelas C mirip dengan penguat kelas B, yaitu titik kerjanya berada di daerah cut-off
transistor. Bedanya adalah penguat kelas C hanya perlu satu transistor untuk bekerja normal
tidak seperti kelas B yang harus menggunakan dua transistor (sistem push-pull). Hal ini
karena penguat kelas C khusus dipakai untuk menguatkan sinyal pada satu sisi atau bahkan
hanya puncak-puncak sinyal saja.

Penguat Kelas C

enguat kelas C tidak memerlukan fidelitas, yang dibutuhkan adalah frekuensi kerja sinyal
sehingga tidak memperhatikan bentuk sinyal. Penguat kelas C dipakai pada penguat frekuensi
tinggi. Pada penguat kelas C sering ditambahkan sebuah rangkaian resonator LC untuk
membantu kerja penguat. Penguat kelas C mempunyai efisiensi yang tinggi sampai 100 %
namun dengan fidelitas yang rendah.

Anda mungkin juga menyukai