Anda di halaman 1dari 3

Analisis Pendapat Nurcholis Majid Tentang

Hukum Waris Mewarisi Antara Muslim Dan Non Muslim

Undergraduate Theses from JTPTIAIN / 2006-06-30 14:20:09


Oleh : AÂ’isyatul Khalimah (2199126), Fakultas Syariah IAIN Walisongo Semarang
Dibuat : 2005-09-05, dengan 6 file

Keyword : Nurcholis Majid, Hukum Waris, Muslim, Non Muslim


Url : http://

Dalam hukum waris Islam ada ketentuan halangan untuk menerima warisan. Halangan untuk
menerima warisan atau disebut dengan mawaniÂ’ al-irs adalah hal-hal yang menyebabkan
gugurnya hak ahli waris untuk menerima warisan dari harta peninggalan al-muwarris. Hal-hal
yang dapat menghalangi tersebut yang disepakati para ulama ada tiga, yaitu 1). Pembunuhan (al-
qatl), 2). Berlainan agama (ikhtilaf al-din), 3). Perbudakan (al-‘abd), dan yang tidak disepakati
ulama adalah 4). Berlainan negara. Dalam hubungannya dengan waris mewarisi antara muslim
dengan non muslim (waris beda agama) telah ditentukan bahwa berlainan agama yang menjadi
penghalang mewarisi adalah apabila antara ahli waris dan al-muwarris, salah satunya beragama
Islam, yang lain bukan Islam. Yang menjadi perumusan masalah yakni bagaimana pendapat
Nurcholis Majid tentang hukum waris mewarisi muslim dan non muslim, dan bagaimana Metode
istinbath hukum Nurcholish Madjid?. Penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library
research). Sedangkan metode penelitian ini berbentuk library research. Sebagai analisis data,
peneliti menggunakan analisis data kualitatif. Sebagai pendekatannya, digunakan metode
komparasi yaitu dengan membandingkan dua pendapat atau lebih untuk dicari persamaan dan
perbedaan.
Hasil dari pembahasan: Menurut Nurcholish Madjid, dkk bahwa dibolehkan waris mewarisi
antara orang beda agama. Menurutnya, nash yang digunakan para ulama fiqih merupakan nash
yang tidak menunjuk langsung pada pengharaman waris beda agama, melainkan hadis yang
bersifat umum. Karenanya, ayat tersebut tidak bisa secara serta-merta bisa dijadikan landasan
untuk melarang waris beda agama. Dalam. banyak ayat, Tuhan justru mengakomodasi agama-
agama langit (Kristen, Yahudi dan Shabi'ah) dan mereka yang beramal shaleh. Mereka pun akan
mendapatkan surga di hari kiamat nanti. Sebagian besar ulama melarang atau mengharamkan
waris beda agama terutama berdasarkan ayat dan hadis. Namun dalam menetapkan kebolehan,
pemeluk beda agama dibedakan dalam menetapkan istinbath hukum al-Qur'an dan hadits.
Dengan kata lain, masih terdapat perbedaan pendapat mengenai hukum seorang Muslim
mewarisi non-Muslim. Para ulama terbelah dalam dua pendapat. Pertama, mereka yang mutlak
menolak waris beda agama, baik seorang Muslim mewarisi seorang kafir atau sebaliknya,
berdasarkan kedua dalil di atas. Mazhab Syafi'i termasuk kelompok ini. Kedua, mereka yang
membolehkan hukum seorang Muslim mewarisi seorang kafir dan mengharamkan kebalikannya.
Ini berdasarkan analogi (qiyas) diperbolehkannya pernikahan seorang Muslim dengan wanita
non-Muslim (Ahli Kitab), sebagaimana disinyalir dalam surat al-Ma'idah ayat 5. Yang termasuk
dalam kelompok kedua antara lain: Mu'adz ibn Jabal, Mu'awiyah, Sa'id ibn al-Musayyab dan
Masruq

Deskripsi Alternatif :

Dalam hukum waris Islam ada ketentuan halangan untuk menerima warisan. Halangan untuk
menerima warisan atau disebut dengan mawaniÂ’ al-irs adalah hal-hal yang menyebabkan
gugurnya hak ahli waris untuk menerima warisan dari harta peninggalan al-muwarris. Hal-hal
yang dapat menghalangi tersebut yang disepakati para ulama ada tiga, yaitu 1). Pembunuhan
(al-qatl), 2). Berlainan agama (ikhtilaf al-din), 3). Perbudakan (al-‘abd), dan yang tidak
disepakati ulama adalah 4). Berlainan negara. Dalam hubungannya dengan waris mewarisi
antara muslim dengan non muslim (waris beda agama) telah ditentukan bahwa berlainan agama
yang menjadi penghalang mewarisi adalah apabila antara ahli waris dan al-muwarris, salah
satunya beragama Islam, yang lain bukan Islam. Yang menjadi perumusan masalah yakni
bagaimana pendapat Nurcholis Majid tentang hukum waris mewarisi muslim dan non muslim,
dan bagaimana Metode istinbath hukum Nurcholish Madjid?. Penelitian ini adalah penelitian
kepustakaan (library research). Sedangkan metode penelitian ini berbentuk library research.
Sebagai analisis data, peneliti menggunakan analisis data kualitatif. Sebagai pendekatannya,
digunakan metode komparasi yaitu dengan membandingkan dua pendapat atau lebih untuk
dicari persamaan dan perbedaan.
Hasil dari pembahasan: Menurut Nurcholish Madjid, dkk bahwa dibolehkan waris mewarisi
antara orang beda agama. Menurutnya, nash yang digunakan para ulama fiqih merupakan nash
yang tidak menunjuk langsung pada pengharaman waris beda agama, melainkan hadis yang
bersifat umum. Karenanya, ayat tersebut tidak bisa secara serta-merta bisa dijadikan landasan
untuk melarang waris beda agama. Dalam. banyak ayat, Tuhan justru mengakomodasi agama-
agama langit (Kristen, Yahudi dan Shabi'ah) dan mereka yang beramal shaleh. Mereka pun
akan mendapatkan surga di hari kiamat nanti. Sebagian besar ulama melarang atau
mengharamkan waris beda agama terutama berdasarkan ayat dan hadis. Namun dalam
menetapkan kebolehan, pemeluk beda agama dibedakan dalam menetapkan istinbath hukum al-
Qur'an dan hadits. Dengan kata lain, masih terdapat perbedaan pendapat mengenai hukum
seorang Muslim mewarisi non-Muslim. Para ulama terbelah dalam dua pendapat. Pertama,
mereka yang mutlak menolak waris beda agama, baik seorang Muslim mewarisi seorang kafir
atau sebaliknya, berdasarkan kedua dalil di atas. Mazhab Syafi'i termasuk kelompok ini. Kedua,
mereka yang membolehkan hukum seorang Muslim mewarisi seorang kafir dan mengharamkan
kebalikannya. Ini berdasarkan analogi (qiyas) diperbolehkannya pernikahan seorang Muslim
dengan wanita non-Muslim (Ahli Kitab), sebagaimana disinyalir dalam surat al-Ma'idah ayat 5.
Yang termasuk dalam kelompok kedua antara lain: Mu'adz ibn Jabal, Mu'awiyah, Sa'id ibn al-
Musayyab dan Masruq

Anda mungkin juga menyukai