Anda di halaman 1dari 42

ASFIKSIA NEONATURUM

Priyani Haryanti, S. Kep., NS., M. Kep


BBL dengan komplikasi
• Asfiksia neonatorum  yang akan dibahas
• Perlukaan kelahiran : kulit, eritema, petekie,
ekimosis,
• kaput suksedaneum,
• sefalhematoma,
• perdarahan intrakranial,
• patah tulang
Tujuan
• Pengertian
• Etiologi
• Patofisiologi
• Manifestasi Klinis
• Penatalaksanaan Keperawatan
Pengertian
• Asfiksia neonatorum adalah suatu keadaan
bayi baru lahir yang gagal bernapas secara
spontan dan teratur segera setelah lahir
sehingga bayi tidak dapat memasukkan
oksigen dan tidak dapat mengeluarkan zat
asam arang dari tubuhnya (Dewi, 2011).
• Asfiksia lahir ditandai dengan hipoksemia
(Penurunan PaO2) , Hiperkabnea
(Peningkatan Pa CO2) dan asidosis
(penurunan PH)
Etiologi
• Faktor Ibu: amnionitis, anemia, Diabetes,
Hipertensi yang diinduksi oleh kehamilan,
obat dan infeksi
• Faktor uterus : persalinan lama dan
presentasi abnormal
• Faktor plasenta meliputi: plasenta previa,
solusio plasenta dan insufisiensi plasenta
lanjut
• Faktor umbilikal meliputi prolapsus tali
pusat dan lilitan tali pusat
• Faktor janin, meliputi disproporsi cepalo
pelvik, kelainan kongenetal dan kesulitan
persalinan
Patofisiologi asfiksia Neonaturum
Faktor Ibu: amnionitis, Faktor uterus : persalinan Faktor plasenta
anemia, Diabetes, Hipertensi lama dan presentasi meliputi: plasenta
yang diinduksi oleh abnormal previa, solusio plasenta
kehamilan, obat dan infeksi dan insufisiensi plasenta

trauma kepala 
Faktor umbilikal Faktor janin, meliputi
sirkulasi darah ke janin
meliputi prolapsus tali disproporsi cepalo pelvik,
mengalami
pusat dan lilitan tali kelainan kongenetal dan
pusat kesulitan persalinan

Janin kekurangan O2 dan kadar CO2


meningkat

apnoe primer pola nafas tidak


efektif

Penurunan DJ
dan peningkatan
usaha nafas

apnoe sekunder

bradikardi dan kematian


penurunan TD

asidosis gangguan asidosis sirkulasi darah ke otak


respiratorik metabolik metabolik mengalami gangguan
Perkembangan paru
Usia Kehamilan Perkembangan
• 24 hari Bakal paru-paru terbentuk
• 26-28 hari Kedua bronkus membesar
• 6 minggu Segmen bronkus terbentuk
• 12 minggu Lobus terdiferensiasi
• 24 minggu Alveolus terbentuk
• 28 minggu Surfaktan terbentuk
• 34-36 minggu Struktur paru matang
Hasil Pengkajian
• Respon buruk pada usaha resusitasi
• Hipoksia
• Hiperkabnea
• Asidosis metabolik dan respiratorik
• Usaha bernafas minimal dan tidak ada
• Kejang
• Perubahan fungsi jantung
• Kegagalan sistem multi organ
APGAR SCORE

• Hanya untuk penilaian

• Tidak untuk memulai resusitasi

• Untuk menentukan prognosis

• Dibedakan, ringan, sedang, berat

• 5 variabel secara komperehensif observasi


1, 5, 10 menit
Penilaian apgar score
Tanda Nilai : 0 Nilai : 1 Nilai : 2

Appreance Pucat/biru seluruh Tubuh biru, Seluruh tubuh


(warna kulit) tubuh ekstremitas biru kemerahan

Pulse Tidak ada <100 >100


(denyut jantung)

Grimace Tidak ada Ekstremitas Gerakan aktif


(tonus otot) sedikit fleksi

Activity Tidak ada Sedikit gerak Langsung


(aktivitas) menangis

Respiration Tidak ada Lemah/tidak Menangis


(pernapasan) teratur
Klasifikasi asfiksia berdasarkan nilai APGAR :

a. Asfiksia berat dengan nilai APGAR 0-3.


b. Asfiksia ringan sedang dengan nilai APGAR 4-
6.
c. Bayi normal atau sedikit asfiksia dengan nilai
APGAR 7-9.
d. Bayi normal dengan nilai APGAR 10
Persiapan resusitasi
• Set penghisap lendir
• Balon dan sungkup
• Set intubasi
• Obat-obatan
Penilaian
Penilaian dilakukan setelah 30 detik untuk menentukan perlu tidaknya resusitasi
lanjutan. Tanda vital yang perlu dinilai adalah sebagai berikut:

•Pernapasan
Resusitasi berhasil bila terlihat gerakan dada yang adekuat, frekuensi dan
dalamnya pernapasan bertambah setelah rangsang taktil. Pernapasan yang
megap-megap adalah pernapasan yang tidak efektif dan memerlukan intervensi
lanjutan

•Frekuensi jantung
Frekuensi jantung harus diatas 100x/menit. Penghitungan bunyi jantung dilakukan
dengan stetoskop selama 1 menit, sehingga akan dapat diketahui frekuensi
jantung permenit

•Warna kulit
Bayi seharusnya tampak kemerahan pada bibir dan seluruh tubuh. Setelah
frekuensi jantung normal dan ventilasi baik, tidak boleh ada sianosis sentral yang
menandakan hipoksemia. Warna kulit bayi yang berubah dari biru menjadi
kemerahan adalah petanda yang paling cepat akan adanya pernapasan dan
sirkulasi yang adekuat. Sianosis akral tanpa sianosis sentral belum tentu
menandakan kadar oksigen rendah sehingga tidak perlu diberikan terapi oksigen.
Hanya sianosis sentral yang memerlukan intervensi
Dampak Asfiksia
• OTAK: ensefalopati hipoksik iskemik
• GINJAL: gagal ginjal akut
• PARU: respirasi distress
• JANTUNG: gagal jantung
PENCEGAHAN
Pencegahan yang komprehensif dimulai dari masa
kehamilan, persalinan dan beberapa saat setelah
persalinan.
Pencegahan berupa :
• Melakukan pemeriksaan antenatal rutin minimal 4
kali kunjungan
• Ibu tidak boleh mengkonsumsi sembarangan obat.
Tetapi harus dikonsultasikan ke dokter atau bidan.
• Melakukan rujukan ke fasilitas pelayanan
kesehatan yang lebih lengkap pada kehamilan
yang diduga berisiko bayinya lahir dengan asfiksia
neonatorum.
• Melakukan pemantauan yang baik terhadap
kesejahteraan janin dan deteksi dini terhadap
tanda-tanda asfiksia fetal selama persalinan
dengan kardiotokografi.
Lanjut..
• Meningkatkan ketrampilan tenaga obstetri dalam
penanganan asfiksia neonatorum di masing-
masing tingkat pelayanan kesehatan
• Melakukan Perawatan Neonatal Esensial yang
terdiri dari :
Persalinan yang bersih dan aman
Stabilisasi suhu
Inisiasi pernapasan spontan
Pencegahan infeksi serta pemberian
imunisasi
KONSEP KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Data Subjektif
1. Biodata:
a)Biodata bayi
b)Biodata Orang Tua
2) Anamnesis
• Riwayat Kehamilan
• Pemeriksaan Kehamilan
• Riwayat Penyulit Kehamilan
• Kebiasaan Ibu Waktu Hamil
• Riwayat Persalinan Sekarang
b.Data subjektif
• Pemeriksaan Khusus
• Pemeriksaan Umum
• Resusitasi
• Pemeriksaan Fisik Secara Sistematis
-Penilaian Skor Apgar
-Pemeriksaan cairan amnion
-Pemeriksaan plasenta
-Pemeriksaan tali pusat
-Pengukuran antropometri
-Pemeriksaan mata
-Pemeriksaan telinga
-Pemeriksaan hidung dan mulut
-Pemeriksaan leher
-Pemeriksaan dada dan punggung
-Pemeriksaan abdomen
-Pemeriksaan tulang belakang dan ekstremitas
-Pemeriksaan genitalia
-Pemeriksaan anus dan rektum
-Pemeriksaan kulit
-Pola Aktivitas sehari-hari (bayi)
-Data Imunisasi
Data fokus
PENGKAJIAN
Pernafasan yang cepat
Pernafasan cuping hidung
Sianosis
Nadi cepat
Reflek lemah
Warna kulit biru atau pucat
Penilaian apgar skor menunjukkan adanya asfiksia,
seperti asfiksia ringan (7-10), sedang (4-6), dan berat
(0-3)
Diagnosa Keperawatan
1.Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d produksi mukus
banyak.
2.Pola nafas tidak efektif b.d hipoventilasi/ hiperventilasi
3.GG pertukaran gas b.d ketidakseimbangan perfusi
ventilasi.
4.Risiko cedera b.d anomali kongenital tidak terdeteksi
atau tidak teratasi pemajanan pada agen-agen
infeksius.
5.Risiko ketidakseimbangan suhu tubuh b.d kurangnya
suplai O2 dalam darah.
6.Proses keluarga terhenti b.d pergantian dalam status
kesehatan anggota keluarga.
Intervensi Keperawatan
Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d
produksi mukus banyak.
• Monitor status oksigen pasien, status
hemodi-namik segera sebelum, selama
dan sesudah suction.
• Tentukan kebutuhan oral/ suction tracheal.
• Auskultasi suara nafas sebelum dan
sesudah suction .
Pola nafas tidak efektif b.d
hipoventilasi/ hiperventilasi.

• Pertahankan kepatenan jalan nafas


dengan melakukan pengisapan lender.
• Pantau status pernafasan dan oksigenasi
sesuai dengan kebutuhan.
• Auskultasi jalan nafas untuk mengetahui
adanya penurunan ventilasi.
• Kolaborasi dengan dokter untuk
pemeriksaan AGD dan pemakaian alan
bantu nafas
Kerusakan pertukaran gas b.d
ketidakseimba-ngan perfusi ventilasi.
• Kaji bunyi paru, frekuensi nafas,
kedalaman nafas dan produksi sputum.
• Pantau saturasi O2 dengan oksimetri
• Pantau hasil Analisa Gas Darah
• Posisikan kepala ekstensi
• Berikan oksigen sesuai kebutuhan
Risiko Infeksi

• Lakukan pengkajian fisik secara rutin terhadap bayi


baru lahir, perhatikan pembuluh darah tali pusat dan
adanya anomali.
• Jaga lingkungan bayi tetap bersih dan hangat
• Lakukan tindakan invasif dengan prinsip steril
• Ajarkan keluarga tentang tanda dan gejala infeksi dan
melaporkannya pada pemberi pelayanan kesehatan.
• Berikan agen imunisasi sesuai indikasi (imunoglobulin
hepatitis B dari vaksin hepatitis B bila serum ibu
mengandung antigen permukaan hepatitis B (Hbs Ag),
antigen inti hepatitis B (Hbs Ag) atau antigen E (Hbe
Ag).
PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan asfiksia neonatorum, yaitu:
• Resusitasi
Hangatkan bayi di bawah Posisikan kepala bayi sedikit
pemancar panas atau lampu ekstensi (gambar tengah posisi
yang benar)
Keringkan bayi sambil
merangsang taktil
kompresi dada dengan kompresi dada dengan
teknik 2 jari teknik ibu jari
Ventilasi Tekanan Positif (VTP)
• Medikamentosa
-Epinefrin
Indikasi:
*Denyut jantung bayi < 60 x/m setelah paling tidak 30 detik
dilakukan ventilasi adekuat dan pemijatan dada
*Asistolik
Dosis:
0,1-o,3 ml/kg BB dalam larutan 1:10.000 (0,01 mg-0,03 mg/kg
BB) cara : IV atau endotrakeal. Dapat diulang setiap 3-5 menit
bila perlu.
-Bikarbonat
Indikasi :
Asidosis metabolik, bayi-bayi baru lahir yang mendapatkan
resusitasi. Diberikan bila ventilasi dan sirkulasi sudah baik
Dosis : 1-2 mEq/kg BB atau 2 ml/kg BB (4,2 %)
atau 1 ml/kg BB (8,4 %)
Cara :
Diencerkan dengan aquades atau dekstrose
5% sama banyak diberikan secara IV dengan
kecepatan 2 menit.
-Nalokson
Indikasi :
Depresi pernafasan pada bayi baru lahir yang
ibunya menggunakan narkotik 4 jam sebelum
persalinan.
Dosis : 0,1 mg/kg BB (0,4 mg/ml atau 1 mg/ml)
Cara : IV, endotrakeal, atau bila perfusi baik
diberikan IM atau SC.
Menurut Sarwono (2006) Tindakan-tindakan yang
dilakukan pada bayi dapat dibagi dalam 2
golongan, yaitu:

• Tindakan umum
Tindakan ini dikerjakan pada setiap bayi tanpa
memandang nilai Apgar. Bayi diletakkan dengan
kepala lebih rendah dan penghisapan saluran
pernapasan bagian atas segera dilakukan. Bila
bayi belum memperlihatkan usaha bernapas,
rangsangan terhadapnya harus segera dikerjakan.
Hal ini dapat berupa rangsangan nyeri dengan
cara memukul kedua telapak kaki, menekan
tendon Achilles, atau pada bay-bayi tertentu diberi
suntikan vitamin K.
• Tindakan Khusus
Tindakan ini dikerjakan setelah tindakam
umum diselenggarakan tanpa hasil.
Prosedur yang dilakukan disesuaikan
dengan beratnya asfiksia yang timbul
pada bayi, yang dinyatakan oleh tinggi-
rendahnya nilai Apgar.
Asfiksia berat (nilai Apgar 0-3)
Asfiksia ringan-sedang (nilai Apgar 4-6)
KOMPLIKASI
Komplikasi yang muncul pada asfiksia neonatus antara lain :
• Edema otak & Perdarahan otak
Pada penderita asfiksia dengan gangguan fungsi jantung yang telah
berlarut sehingga terjadi renjatan neonatus, sehingga aliran darah ke otak
pun akan menurun, keadaaan ini akan menyebabkan hipoksia dan iskemik
otak yang berakibat terjadinya edema otak, hal ini juga dapat menimbulkan
perdarahan otak.
• Anuria atau oliguria
• Disfungsi ventrikel jantung dapat pula terjadi pada penderita asfiksia,
keadaan ini dikenal istilah disfungsi miokardium pada saat terjadinya, yang
disertai dengan perubahan sirkulasi. Pada keadaan ini curah jantung akan
lebih banyak mengalir ke organ seperti mesentrium dan ginjal. Hal inilah
yang menyebabkan terjadinya hipoksemia pada pembuluh darah
mesentrium dan ginjal yang menyebabkan pengeluaran urine sedikit.
• Kejang
Pada bayi yang mengalami asfiksia akan mengalami gangguan pertukaran
gas dan transport O2 sehingga penderita kekurangan persediaan O2 dan
kesulitan pengeluaran CO2 hal ini dapat menyebabkan kejang pada anak
tersebut karena perfusi jaringan tak efektif.
PROGNOSIS
Menurut Nelson (2000), prognosis asfiksia neonatorum
adalah :
Hasil akhir asfiksia bergantung pada apakah
komplikasi metabolik dan kardiopulmonalnya (hipoksia,
hipoglikemia, syok) dapat diobati, pada umur kehamilan
(hasil akhir paling jelek jika bayi preterm), dan pada
tingkat keparahan ensefalopati hipoksik-iskemik.
Ensefalopati berat (stadium 3), ditandai dengan koma
flasid, apnea, refleks okulosefalik tidak ada, kejang
refrakter, dan pengurangan penipisan korteks yang
nyata pada CT scan, dihubungkan dengan prognosis
yang jelek. Skor Apgar rendah pada menit ke – 20, tidak
ada respirasi spontan pada usia 20 menit, dan
menetapnya tanda–tanda kelainan neurologis pada usia
2 minggu juga meramalkan kematian atau adanya defisit
kognitif dan motorik berat.
Terimakasih
• Selamat belajar dengan senang hati..
Tuhan memberkati

Anda mungkin juga menyukai