Anda di halaman 1dari 8

2.

1 Definisi Operasi

Operasi merupakan tindakan pembedahan pada suatu bagian tubuh


(Smeltzer and Bare, 2002). Pembedahan atau operasi adalah semua tindak
pengobatan yang menggunakan cara invasif dengan membuka atau
menampilkan bagian tubuh yang akan di tangani. Pembukaan bagian tubuh
ini umumnya dilakukan dengan membuat sayatan. Tindakan pembedahan
merupakan salah satu bentuk terapi medis dan merupakan pengalaman
menegangkan bagi sebagian pasien yang dapat mendatangkan stres karena
terdapat ancaman terhadap tubuh, integritas, dan nyawa seseorang.
(Long,1998)
Perioperasi merupakan tahapan dalam proses pembedahan yang dimulai
dari prabedah (pre-operasi), bedah (intra-operasi) dan pasca bedah (post-
operasi).Preoperatif adalah fase dimulai ketika keputusan untuk menjalani
operasi atau pembedahan dibuat dan berakhir ketika pasien dipindahkan
ke meja operasi ( Smeltzer and Bare, 2002 ).

2.3 Operasi Sectio Caesarea

Istilah sectio caesarea berasal dari bahasa latin caedere yang berarti
memotong atau menyayat. Dalam ilmu obstetrik, istilah tersebut mengacu pada
tindakan pembedahan yang bertujuan melahirkan bayi dengan membuka dinding
perut dan rahim ibu (Todman, 2007; Lia et.al, 2010). Persalinan dengan operasi
sectio caesarea ditujukan untuk indikasi medis tertentu, yang terbagi atas indikasi
untuk ibu dan indikasi untuk bayi. Persalinan sectio caesaria atau bedah caesar
harus dipahami sebagai alternatif persalinan ketika dilakukan persalinan secara
normal tidak bisa lagi (Patricia, 2005; Irwan, 2009; Lang, 2011). Meskipun 90%
persalinan termasuk kategori normal atau tanpa komplikasi persalinan, namun
apabila terjadi komplikasi maka penanganan selalu berpegang teguh pada prioritas
keselamatan ibu dan bayi. Operasi sectio caesarea ini merupakan pilihan
persalinan yang terakhir setelah dipertimbangkan cara-cara persalinan pervaginam
(Akhmad, 2008; Asamoah et.al., 2011).
2.4 Faktor-Faktor Terjadinya Sectio Caesarea
1. CPD ( Chepalo Pelvik Disproportion )
Chepalo Pelvik Disproportion (CPD) adalah ukuran lingkar panggul ibu
tidak sesuai dengan ukuran lingkar kepala janin yang dapat menyebabkan
ibu tidak dapat melahirkan secara alami. Tulang - tulang panggul
merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul
yang merupakan jalan yang harus dilalui oleh janin ketika akan lahir
secara alami. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau panggul
patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses persalinan alami
sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan patologis tersebut
menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi asimetris dan ukuran -
ukuran bidang panggul menjadi abnormal.
2. PEB (Pre - Eklamsi Berat)
Pre - eklamsi dan eklamsi merupakan kesatuan penyakit yang langsung
disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah
perdarahan dan infeksi, pre - eklamsi dan eklamsi merupakan penyebab
kematian maternal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.
Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan
mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.
3. KPD (Ketuban Pecah Dini)
Ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat tanda
persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartu. Sebagian besar
ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu, sedangkan di
bawah 36 minggu.
4. Bayi Kembar
Tidak selamanya bayi kembar dilahirkan secara caesar. Hal ini karena
kelahiran kembar memiliki resiko terjadi komplikasi yang lebih tinggi
daripada kelahiran satu bayi. Selain itu, bayi kembar pun dapat mengalami
sungsang atau salah letak lintang sehingga sulit untuk dilahirkan secara
normal.
5. Faktor Hambatan Jalan Lahir
Adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya jalan lahir yang tidak
memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor dan kelainan bawaan
pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit bernafas.
6. Kelainan Letak Janin
a. Letak kepala tengadah
Bagian terbawah adalah puncak kepala, pada pemeriksaan dalam
teraba UUB yang paling rendah. Etiologinya kelainan panggul,
kepala bentuknya bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar
panggul.
b. Presentasi muka
Letak kepala tengadah (defleksi), sehingga bagian kepala yang
terletak paling rendah ialah muka. Hal ini jarang terjadi, kira - kira
0,27 - 0,5 %.
c. Presentasi dahi
Posisi kepala antara fleksi dan defleksi, dahi berada pada posisi
terendah dan tetap paling depan. Pada penempatan dagu, biasanya
dengan sendirinya akan berubah menjadi letak muka atau letak
belakang kepala.
d. Letak Sungsang
Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak
memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di
bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang,
yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki, sempurna,
presentasi bokong kaki tidak sempurna dan presentasi kaki
(Saifuddin, 2002).

2.5 Jenis-Jenis Operasi Sectio Cesarea

1. Sectio cesaria transperitonealis profunda


Sectio caesar transperitonealis propunda dengan insisi di segmen bawah
uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau
memanjang.
Keunggulan pembedahan ini adalah :
a. Pendarahan luka insisi tidak seberapa banyak.
b. Bahaya peritonitis tidak besar.
c. Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri dikemudian
hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah uterus tidak seberapa
banyak mengalami kontraksi seperti korpus uteri sehingga luka dapat
sembuh lebih sempurna.
Kelemahan pembedahan ini adalah :
 Luka dapat menyebar ke kiri, kanan, bawah dan menyebabkan artei
uterine putus sehingga mengakibatkan perdarahan yang banyak.
 Keluhan kandung kemih pada post operasi.
2. Sectio caesar klasik atau section cesaria korporal
Pada cectio cacaria klasik ini di buat kepada korpus uteri, pembedahan
ini yang agak mudah dilakukan, hanya dilakukan apabila ada halangan
untuk melakukan section cacaria transperitonealis profunda. Insisi
memanjang pada segmen atas uterus.
Kelebihan :
Mengeluarkan janin lebih cepat
a. Tidak mengakibatkan komplikasi pada kandung kemih
b. Sayatan dapat diperpanjang proksimal ataupun distal
Kekurangan :

 Infeksi mudah menyebar secara intra abdominal karena tidak ada


reperitarialis yang baik.
 Untuk persalinan berikutnya lebih sering terjadi rupture uteri
spontan.
2 Sectio caesar ekstra peritoneal
Section cacaria eksrta peritoneal dahulu di lakukan untuk mengurangi
bahaya injeksi perporal akan tetapi dengan kemajuan pengobatan terhadap
injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi di lakukan. Rongga
peritoneum tidak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uterin berat.

3 Section cesaria Hysteroctomi


Setelah sectio cesaria, dilakukan hysteroktomy dengan indikasi :
a. Atonia uteri
b. Plasenta accrete
c. Myoma uteri
d. Infeksi intra uteri berat (Geri, 2009).

2.6 Persiapan sebelum Operasi caesare


1. Pemberian pendidikan kesehatan
Pendidikan kesehatan yg diperluhkan mencakup penjelasan
mengenai berbagai informasi tsb, informasi tsb diantaranya tentang jenis
pemeriksaan yang dilakukan sblm bedah, alat-alat khusus yang
diperluhkan ,pengiriman ke kamar bedah ,ruang pemulihan ,dan
kemungkinan pengobatan. Pendidikan kesehatan yg diperluhkan
mencakup penjelasan mengenai berbagai informasi tsb, informasi tsb
diantaranya tentang jenis pemeriksaan yang dilakukan sblm bedah ,alat –
alat khusus yang diperluhkan ,pengiriman ke kamar bedah,ruang
pemulihan ,dan kemungkinan pengobatan.
1. Persiapan diet
Pasien yang akan dibedah memerlukan pesiapan khusus dlm hal
pengaturan diet, sehari sblm bedah , pasien boleh menerima makanan
biasa .namun, 8 jam sblm bedah tsb dilakukan , pasien tidak diperbolehkan
makan . Sedangkan cairan tdk dipergunakan 4 jam sblm operasi, sebab
makanan dan cairan dlm lambung dapat menyebabkan terjadi aspirasi.
2. Persiapan kulit.
persiapan ini dilakukan dg cara membebaskan daerah yang akan
dibedah dari mikroorganisme dg menyiram kulit dg sabun heksaklorofin
(hexachorophene ) atau sejenisnya yg sesuai dg jenis pembedahan . Bila
pda kulit terdapat pda rambut, maka harus dicukur.
3. Latihan bernafas dan latihan batuk.
latihan ini dilakukan untuk meningkatkan kemampuan
pengembangan paru –paru. Sedangkan batuk dapat menjadi kontraindikasi
pada bedah intrakranial ,mata ,telinga , hidung dan tenggorokan krn dpt
meningkatkan tekanan, merusak jaringan, dan melepaskan jahitan.
Penafasan yang dianjurkan adalah penafasan diagfarma.
2.1 Persiapan pasien
1. Persiapan Fisik
a. Status kesehatan fisik secara umum
b. Status Nutrisi
c. Keseimbangan cairan dan elektrolit
d. Kebersihan lambung dan kolon
e. Pencukuran daerah operasi
f. Personal Hygine
g. Pengosongan kandung kemih
2. Persiapan Penunjang
a. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks,
b. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksaan darah
c. Biopsi
d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD).
3. Pemeriksaan Status Anestesi
Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiusan ditujukan
untuk keselamatanselama pembedahan. Sebelum dilakukan anestesi demi
kepentingan pembedahan,pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik
yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri
pasien.
4. Informed Consent
Berisi persetujuan operasi dan persetujuan anestesi yang
ditandatangani oleh pasien dan didiskusikan oleh keluarga. Hal ini sangat
penting terkait dengan aspek hukum, tanggung jawab dan tanggung gugat.
Baiak paisen maupun. Baik pasien maupun keluarga harus menyadari
bahwa tindakan medis, atau operasi sekecil apapun mempunyai resiko.
5. Pencegahan cedera
Untuk mengatasi risikote rjadinya cedera, tindakan yang
perlu dilakukan sebelum pelaksanaan bedah adalah:
1. Cek identitas
2. Lepaskan perhiasan pada pasien yang dapat mengganggu, misalnya :
cincin, gelang , dan lain – lain
3. Bersih cat kuku untuk memudahkan pernilaian sirkulasi
4. Lepaskan protesis
5. Alat bantu pendengaran dapat digunakan jika pasien tidak dapat
mendengar
6. Anjuran pasien untuk mengosongkan kandungan kemih
7. Gunakan kaos kaki antiemboli bila pasien berisikon terjadi
2.2 Rencana Tindakan pembedahan

1. Penggunaan baju seragam bedah.


Penggunaan seragam bedah didesain secara khusus dengan harapan
dapat mencegah kontaminasi dari luar. Hal itu dilakukan dengan
berprinsip bahwa semua baju dari luar hrus diganti dengan baju bedah
yang steril; atau baju harus dimasukan ke dalam celana atau harus menuti
pinggang untuk mengurangi menyebarnya bakteri; serta gunakan tutup
kepala, masker, sarung tangan, dan celemek steril.
2. Mencuci tangan sebelum pembedahan.
3. Menerima pasien didaerah bedah.
Sebelum memasuki wilayah bedah, pasien harus melakukan
pemeriksaan ulang diruang penerimaan untuk mengecek kembali nama,
bedah apa yang akan dilakukan, nomor status registrasi pasien, berbagai
hasil laboratorium dan X-ray, persiapan darah setelah dilakukan
pemeriksaan silang dan golongan darah, alat protesis, dan lain-lain.
4. Pengiriman dan pengaturan posisi dikamar bedah.
Posisi yang dianjurkan pada umumnya adalah terlentang,
terlungkup, trendelenburg, litotomi, lateral, atau disesuaikan dengan jenis
opersai yang akan dilakukan.
5. Pembersihan dan persiapan kulit.
Pelaksanaan tindakan ini bertjuan untuk membuat daerah yang
akan dibedah bebas dari kotoran dan lemak kulit, serta untuk mengurangi
adanya mikroba. Bahan yang digunakan dalam pembersihan kulit ini
harus memiliki spectrum khasiat; memiliki kecepatan khasiat; memiliki
potnsi yang baik dan tidak menurun bila terdapat kadar alhokol, sabun
detergen atau bahan organik lainnya.
6. Penutupan daerah steril.
Penutupan daerah steril dilakukan dengan menggunakan duk steril
agar tetap sterilnya daerah seputar bedah dan mencegah perpindahnya
mikroorganisme antara daerah steril dan tidak.
7. Pelaksanaan anastesia.
Anatesia dapat dilakukan dengan berbagai macam, antara lain
anastesia umum, inhalasi atau intravena, anastesi regional, dn anastesia
lokal.
8. Pelaksaan pembedahan.
Setelah dilakukan anastesia, tim bedah akan melaksanakan
pembedahan sesuai dengan ketentuan pembedahan.

Anda mungkin juga menyukai