Jurnal
Jurnal
Pembimbing:
Dr. Roro Rukmi Windi Perdani, M. Kes, Sp. A
Oleh:
Summary
Studi berbasis rumah sakit- retrospektif ini dilakukan untuk mengevaluasi berbagai
faktor risiko yang terkait dengan dengue shock syndrome (DSS) pada pasien (≤18 tahun)
demam berdarah dengue (DBD). Rekam medis dari 483 pasien dengan DBD (Uji
serologi IgM positif) dianalisis dengan mengacu pada syok untuk berbagai parameters
klinis dan biokimia. Dari 483 anak, 405 dikategorikan dalam kelompok DBD ( grade 1 ,
282 anak; grade , 123 anak) dan 78 anak pada kelompok DSS ( grade 3, 59 anak; grade
IV, 19 anak). Menggunakan regresi logistik univariat dan multivariat dan p-value <0,05
efsi pleura, leukopenia <4000 𝑚𝑚3 dan usia > 5 tahun diketahui sebagai faktor risiko
Pendauluan
Dengue, yang disebabkan oleh virus ss RNA (flavivirus), merupakan penyakit yang
paling cepat menularkan virus melalui gigitan nyamuk di dunia. Penyakit ini merupakan
penyebab utama morbiditas dan mortalitasdi Asia Tenggara, termasuk India. Delhi
mencatat wabah demam berdarah (DBD)terjadi selama tahun 1967, 1970, 1982, 1988,
1991, 1992,1996, 2001–2003, 2006, 2008 dan 2009 dan masih ada kerentanan tinggi
untuk terjadinya wabah di masa depan karena luasnyapotensi nyamuk Aedes aegypti
2
Tingkat keparahan penyakit ini berkisar daripenyakit demam akut pada Demam Dengue
(DD) atau Demam Berdarah Dengue (DBD) / Dengue Syok Syndrom (DSS),yang
berhubungan dengan variabel kebocoran plasma. Jikadeteksi dini dan manajemen DSS
tertunda maka morbiditas dan mortalitas akibat syok akan tinggi. Karena itu, dibutuhkan
Penelitian ini dilakukan untuk mengevaluasiberbagai parameter klinis dan biokimia yang
Metode
Setelah mendapatkan persetujuan dari Komite Etik Rumah Sakit, selanjutnya dilakukan
peninjauan dari catatan medis semua pasien ≤18 tahun yang dirawat di rumah sakit pada
tahun 2008 dan 2009 dengan IgM positif ( oleh MAC Elisa, Pure) untuk demam
berdarah, dan hanya pasien yang didiagnosis dengan DBD / DSS yang dimasukkan
dalam penelitian ini. Pasien dengan penyakit hematologis yang mendasari atau dengan
infeksi lainnya dikeluarkan dari penelitian ini. Catatan medis 483 pasien DBD ini
dianalisis dalam referensi untuk berbagai parameter klinis dan biokimia (Tabel 1 ddan 2)
saat masuk dan di isi pada laporan yang dirancang sebelumnya. Definisi kasus yang
digunakan untuk mendefinisikann DBD dan tingkat keparahan dan manajemen sesuai
Analisis statistik
Chi-square atau Fisher’s exact test, sedangkan data kontinu yang dinyatakan sebagai
mean SD, atau median akan dianalisis menggunakan uji t-test atau Mann–Whitney U
test. Faktor risiko dari DSS bisa ditentukan dari hasil uji univariat dan multivariat.
Hasil akan disajaikan dalam bentuk odds ratio (OR) yang disesuaikan dengan
3
interval kepercayaan 95%. Perangkat lunak statistik untuk analisa data yang
Hasil
Sebagian besar kasus terjadi pada bulan-bulan pasca-musim hujan September dan
Oktober (Gambar 1). Populasi nya sebagian besar milik Delhi 380 (80%) dan wilayah
ibu kota negara 62 (13%) dari negara (Gambar 2). Dari 483 anak-anak, 405 (84%)
dikategorikan dalam kelompok DBD (grade I, 282 anak-anak; grade II, 123 anak-anak)
dan 78 anak (16%)berada di kelompok DSS (grade III, 59 anak-anak; grade IV, 19 anak).
Usia rata-rata pasien adalah 11,60 4,6 tahun (12,29 3,9 tahun dalam kelompok DSS dan
11,47 4,7 tahun dalam kelompok DBD). Lima puluh tiga pasien (11%) adalah Usia < 5
tahun dan 430 pasien (89%) > 5 tahun. Rasio perempuan terhadap laki-laki adalah 1: 2.1
(Tabel 1).
4
5
Hasil studi menyatakan bahwa sebagian besar pasien mengalami demam. Demam
ditemukan pada 479 (99,2%) pasien, 76 di antaranya (97,4%) milik kelompok DSS dan
403 (99,5%) untuk kelompok DBD yang dapat dilihat dalam tabel 1. Median durasi
demam adalah 5 (0, 20) pada DSS dan 5 (0, 30) pada kelompok DBD. Median hitung
jumlah trombosit adalah 50.000 (5, 400) dalam kelompok studi, yang terdiri dari 60.000
(5, 180) dalam kelompok DSS dan 49.000 (7, 40) dalam kelompok DBD. Mean dari nilai
hematokrit dalam DSS dan Kelompok DBD masing-masing 39,8 ± 8,1 dan 39 ± 8,7.
Median jumlah WBC dalam DSS 6000 adalah (1600, 26 000) dan 6400 (200, 45 700)
pada kelompok DBD dan masing-masing. Median dari kadar SGOT dan SGPT adalah
219 (20, 5880) dan 105,5 (10, 1346) di kelompok DSS dan 200,5 (20, 6045) dan 109,5
(16, 2689) dalam kelompok DBD. Median tingkat Alkali fosfatase adalah 239 (32, 559)
pada kelompok DSS dan 225 (75, 953) dalam kelompok DBD. Rata-rata dari kadar
natrium dan kadar kalium adalah 136,57 ± 5,7 dan 4,41± 0,8 in kelompok DSS dan
6
Perdarahan spontan hadir di 215 pasien (44,5%) yang terdiri dari 43 pasien (55,1%) dari
kelompok DSS dan 158 pasien (39,0%) dari kelompok DBD. Perdarahan spontan dalam
bentuk melena diamati pada 88 pasien (18,2%), epistaksis pada 58 pasien (12,0%),
hematemesis pada 45 pasien (9,3%), gusi berdarah pada 18 pasien (3,7%) dan hematuria
pada 6 pasien (1,2 %). Ruam terdapat pada 8 pasien (14,3%) di kelompok DSS dan 57
pasien (21,8%) dalam kelompok DBD. Efusi pleura U/ L dan B/L terlihat pada 12 pasien
(15,4%) dan 9 pasien (11,5%) pada kelompok DSS dan 35 pasien (8,6%) dan 32 pasien
(7,9%) pada kelompok DBD. Asites terdapat pada 22 pasien (28,2%) di kelompok DSS
dan 74 pasien (18,3%) pada kelompok DBD. Hepatomegali ditemukan pada 34 pasien
(43,6%) dan 127 pasien (31,4%) pada kelompok DSS dan DBD. Mortalitas terjadi
berkisar 6,4% (n -5) pada kelompok DSS dan 0% pada kelompok DBD. Data tersebut
7
Berbagai parameter klinis dan biokimia dianalisis menggunakan regresi logistik univariat
dan multivariat antara kedua kelompok (Tabel 2). Diamati bahwa pasien berusia> 5
tahun lebih cenderung syok daripada anak-anak < 5 tahun (OR 3,5, 95% CI 1,06-11,59,
(OR 1.9, 95% CI 1.06–3.27, p-value=0.031), asites (OR 1.8, 95% CI 1.01–3.06, p-
8
value=0.046) dan leukopenia ( WBC <4000) (OR 0,4, 95% CI 0,19-0,97, p-value=0,042)
saat masuk ditemukan memiliki hubungan yang signifikan dengan DSS. Namun tidak
terdapat hubungan yang signifikan di antara kelompok pada variabel jenis kelamin, ada
atau tidak adanya demam, durasi demam, jumlah trombosit <20 000, hematokrit> 40,
SGOT> 150 IU dan SGPT> 150 IU dan tingkat alkali fosfat> 130 IU, seperti serta ruam,
Diskusi
Dengue memiliki manifestasi klinis yang bervariasi mulai dari penyakit demam akut
yang tak terdiferensiasi menjadi parah menjadi DBD berat atau DSS, sering juga disertai
dengan manifestasi klinis tak terduga. Pada kasus DBD untuk manifestasi dan hasil
dan kelainan koagulasi. Penelitian ini adalah studi terbesar dengan mengacu jumlah
pasien anak yang terlibat di india untuk memprediksi berbagai faktor risiko yang terkait
Dalam dua dekade terakhir, telah terjadi pergeseran progresif dalam kelompok usia yang
terlibat. Usia rata-rata anak-anak dengan DSS dan DBD masing-masing adalahh 12 dan
11 tahun masing-masing dalam penelitian ini. Kami menemukan bahwa anak-anak >5
tahun berada pada risiko lebih tinggi untuk terjadinya DSS seperti yang dilaporkan oleh
Wichman et al dan Pham et al. namun Hammond et al dan shah et al telah menunjukkan
9
Trombositopenia bukanlah penanda yang spesifik, untuk tingkat keparahan penyakit
pada fase demam akut penyakit demam berdarah dan bukan merupakan prediktor untuk
terjadinya shock. Hubungan yang signifikans dari jumlah trombosit <10.000,<50.000 dan
75.000mm3 dengan terjadinya DSS yang dilaporkan oleh chacko et al. Hammond et al
dan Pham et al, masing-masing. Akan tetapi kami tidak dapat menemukan asosiasi yang
Kelainan hematologi paling awal adalah penurunan progresif dalam jumlah total WBC
pada pasien dengue. Leukopenia dengan WBC <5000mm3 dapat memprediksi terjadinya
dikaitkan dengan DSS dalam penelitian ini seperti dilansir chacko et al.
Adanya kehilangan volume plasma akibat kebocoran kapiler pada pasien DBD. Pasien
dengan asistes (p = 0,046) dan efusi pleura (p = 0,031) saat masuk, menunjukkan
kebocoran kapiler yang ditemukan sebagai prediktor signfikan dari shock dalam
penelitian ini. Seperti yang dilaporkan oleh Chacko et al. tingkat kebocoran plasma
bervariasi antara pasien DBD dari peningkatan hematokrit di atas batas normal sering
mengusulkan nilai hematokrit batas dari 36,3% sebagai diagnostik DBD pada anak-anak
di India. Namun kadar Hematokrit >40 tidak ditemukan hubungan yang signifikans
dengan syok (p= 0,199) dalam penelitian ini jika dibandingkan dengan pasien DBD
tanpa Syok.
10
Manifestasi hemoragik ringan seperti Ptechie dan perdarahan membran mukosa yang
biasa terlihat pada DBD. Perdarahan hebat/perdarahan internal yang terdiri dari melena,
hematemesis, hematuria dan /atau menorrhagia. Melena merupakan bentuk paling umum
dari perdarahan internal dalam penelitian kami dan juga dalam studi oleh shah et al.
Hematemesis dilaporkan sebagai manifestasi paling umum dalam studi Aggrawal et.al
dan Narayanan et.al, sedangkan epitkasis adalah yang paling umum dalam studi oleh
Faridi et.al. Penelitian Nicargua melaporkan bahwa frekuensi perdarahan internal yang
signifikan terkait dengan DSS dalam penelitian kami (p=0,009), seperti yang dilaporkan
Ruam papular eritematosa atau makula dapat muncul dalam fase demam akut bersama
dengan gejala konstitusional lainnya. Ketika kehadiran ruam dianalisis dengan mengacu
shock pada pasien DBD tidak ditemukan hubungan yang signifikan (p=0,208).
Hepatomegali sering ditemukan pada pasien dengue, pada fase demam akut. Ditemukan
korelasi yang signifikan pada DSS dengan hepatomegali seperti yg ditemukan dalam
penelitian ini. Cedera liver akut merupakan komplikasi berat pada dengue, predisposisi
coagulation (DIC) dan ensefalopati. Walaupun terkadang ada kenaikan serum enzim hati
dengan infeksi dengue, tetapi untuk memprediksi risiko DSS pada pasien dengan DBD
tidak bisa dinyatakan dengan pasti karena banyak studi membantah dan dukungan yang
sama. Adanya peningkatan SGPT dan SGOT memprediksi hasil terburuk juga
bertentangan karena Parkash et.al. telah mengambil dengan hasil SGPT 300 sebagai hasil
terburuk pada pasien demam berdarah , sedangkan berdasarkan WHO terbaru hasil
11
SGPT/SGOT ≥1000 sebagai hasil terburuk pada pasien demam berdarah. Terdapat
korelasi yang signifikan dengan peningkatan enzim hati (AST/ALT > 150) untuk tiga
kali normal dalam salah satu dari dua kelompok, juga tidak ada hubungan yang
signifikan dari peningkatan kadar alkalin fosfatase (>130) dengan syok pada penelitian
ini.
Hubungan antara hiponatremia (<135 mEq 𝑙 −1)atau hipokalemia ( <3.5 mEq 𝑙 −1) tidak
kapiler (efusi pleura, asites), konsentrasi hematokrit dan bukti berdarah spontan untuk
mengklasifikasikan nilai dan tingkat keparahan DBD. Namun penelitian ini dan beberapa
trombositopenia, kadar hematokrit dan peningkatan enzim hati dengan syok pada pasien
DBD. Penelitian ini bisa menjadi alasan untuk meklasifikasi ulang demam berdarah oleh
WHO sebagai dengue dengan atau tanpa tanda-tanda peringatan dan demam berdarah
berat.
Kesimpulan
Bedasarkan hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa anak-anak usia >5 tahun
perdarahan pada pasien DBD memiliki faktor risiko tinggi terkena syok. Olehkarena itu
12
AnalisisJurnal
Critical Appraisal
1. Judul Penelitian
Controlled Trial. Judul pada penelitian terdiri dari 30 kata. Pada judul tidak
terdapat singkatan. Judul terlalu panjang sehingga kurang menarik, namun masih
Penulisan nama penulis tidak sesuai dengan peraturan jurnal karea menggunakan
c. Alamat Penelitian
2. Abstrak
a. Abstrak: Pada jurnal ini dicantumkan abstrak yang menjelaskan tujuan penelitian,
b. Jumlah kata , jenis huruf , ukuran sudah sesuai dengan kaidah penulisan. Pada
13
c. Pada jurnal ini tidak dicantumkan keywords. Dalam jurnal ini seharusnya
3. Pendahuluan
Pendahuluan pada penelitian ini sudah cukup baik karena sudah mencakup latar
belakang dilakukannya penelitian dan sudah dijelaskan tujuan dari penelitian ini.
4. Metode
a. Desain Penelitian
b. Pengumpulan Data
Data penelitian diambil dengan cara pengukuran secara langsung dan dicatatat
secara elektronik.
minggu yakni sekitar 32-40 minggu masa penelitian. Untuk status anemia diambil
sampel darah vena sebanyak 7ml lalu dimasukkan didalam tabung 7,5ml yg sudah
14
c. Populasi Dan Sampel
prevalensi stunting.
Pada 5 district di Laos Pusat, penelitian dimulai pada September 2015 sampai
April 2017.
• bipedal edema
• pasien anak hiv (+) atau anak dengan ibu HIV (+)
15
d. Analisis Data
Perangkat lunak statistik untuk analisa data yang digunakan adalah STATA
dan SAS version 9.4 . Perangkat lunak yang digunakan juga sudah sesuai untuk
menganalisis data.
e. Persetujuan Etik
Nasional Etik Penelitian Kesehatan, Kementrian Kesehatan, Laos dan tim review
dari universitas kalifornia. Penelitian ini sudah tergistrasi sebagai Lao Zing
5. Hasil
a. Pada penyajian tabel, letak judul tabel sesuai denga yang seharusnya.
b. Judul terletak sesuai, dibagian atas tengah table dan catatan kaki dituliskan di
bawah tabel.
c. Pada tiap table dicantumkan semua hasil analisis berupa p value pada setiap
variabel.
d. Penjabaran hasil dalam setiap tabel dijelaskan secara terperinci pada hasil
penelitian.
6. Diskusi
16
d. Mencantumkan kekurangan penelitian dan saran untuk penelitian selanjutnya
7. Kesimpulan
Kesimpulan pada jurnal tersebut berisi rangkuman singkat atas hasil penelitian dan
8. DaftarPustaka
A. Analisis VIA
1. Validity
Penelitian ini valid karena terdapat abstrak dan dijelaskan desain penelitian
yang digunakan.
2. Importance
suplementasi zink, zat besi dan mikronutrisi untuk pencegahan diare, anemia
3. Applicability
17
B. PICO
1. Problem
Defisiensi zink, zat besi, dan mikronutrien yang dapat menyebabkan diare, anemia
2. Intervention
formulasi bubuk mikronutrien yang terdiri dari zat besi 12,5 mg menjadi 6 mg dan
mikronutrien baru
3. Comparison
Pada penelitian ini mikronutrien diberikan dalam betuk bubuk sedangkan zink dan
besi diberikan dalam bentuk tablet. Perbandingan ini memiliki kelemahan yang
penelitian.
4. Outcome
Suplementasi zink 7-10 mg tidak memberikan efek pada pertumbuhan fisik, bubuk
mikronutrien meningkatkan status zat besi dan mengurangi anemia pada anak dega
anemia.
18