Anda di halaman 1dari 20

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kesiapan
1. Pengertian Kesiapan

Menurut Jamies Drever (dalam Slameto 2010) readiness adalah

preparedness to respond or react. Kesiapan adalah keseluruhan kondisi

seseorang yang membuatnya siap untuk memberi respon atau jawaban

didalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Kesiapan itu timbul dari

dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan,

karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.

Menurut Slameto (2010), kesiapan adalah keseluruhan kondisi

seseorang yang membuatnya siap untuk memberikan respon atau

jawaban dalam cara tertentu terhadap suatu situasi. Penyesuaian

kondisi pada suatu saat akan berpengaruh atau kecenderungan untuk

memberi respon.

Menurut Yusnawati (2007), kesiapan merupakan suatu kondisi

dimana seseorang telah mencapai pada tahapan tertentu atau

dikonotasikan dengan kematangan fisik, psikologis, spiritual dan skill.

2. Macam-macam Kesiapan

Berikut macam-macam kesiapan dalam Kuswahyuni (2009) :

12
13

a. Kesiapan fisik

Kesiapan fisik yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kondisi

fisik peserta didik yang berhubungan dengan indera pendengaran,

indera penglihatan dan kemampuan berbicara.

Allah berfirman dalam Al - Qur’an surah Al-Isra/17 : 36


َٰٓ
ُ‫ص َر َو ۡٱلفُ َؤادَ ُك ُّل أ ُ ْو َلئِكَ َكانَ َع ۡنه‬
َ ‫سمۡ َع َو ۡٱل َب‬
َّ ‫س لَكَ ِبِۦه ِع ۡل ٌۚم ِإ َّن ٱل‬ ُ ‫َو ََل ت َۡق‬
َ ‫ف َما لَ ۡي‬
٣٦ ‫وَل‬ ‫َم ۡسُٔٔ ا‬

Terjemahnya:
“Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak
mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya
pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan
diminta pertanggungan jawabannya”.
Surah al-Isra’ ayat 36 dalam tafsir al-Misbah menjelaskan

bahma sebagai manusia hendaknya mencegah sekian banyak

keburukan seperti tuduhan, sangka buruk, kebohongan, dan

kesaksian palsu dan memberikan tuntunan untuk menggunakan

pendengaran, penglihatan dan hati sebaga alat untuk memperoleh

pengetahuan.

Dengan demikian, hendaknya pengetahuan senantiasa

melibatkan alat pendengaran, penglihatan, dan hati sebagai upaya

memperoleh beragam ilmu pengetahuan dalam beragam hikmah


dan perspektif kehidupan yang terjadi. Pelibatan tiga komponen

dalam ayat ini menandakan orang - orang berakal mensyukuri

karunia Allah dengan memanfaatkan karunia tersebut sebagaimana

fungsinya.
14

b. Kondisi mental

Kondisi mental adalah keadaan siswa yang berhubungan dengan

kemampuan seseorang dalam mengemukakan pendapat, rasa

percaya diri terhadap kemampuan yang dimiliki.

c. Kondisi emosional

Kesiapan kondisi emosional adalah kemampuan siswa untuk

mengatur emosinya yang mencakup hasrat kesungguhan siswa

dalam mempelajari mata diklat Bekerjasama dengan Kolega dan

Pelanggan dan kondisi emosional apabila terkait dengan konflik

atau ketidaksesuaian antara kenyataan dan harapan.

3. Prinsip-prinsip Kesiapan

Slameto juga mengungkapkan tentang prinsip-prinsip kesiapan atau

readiness yaitu :

a. Semua aspek perkembangan berinteraksi (saling pengaruh

mempengaruhi).

b. Kematangan jasmani dan rohani adalah perlu untuk memperoleh

manfaat dari pengalaman.

c. Pengalaman-pengalaman mempunyai pengaruh yang positif

terhadap kesiapan.

d. Kesiapan dasar untuk kegiatan tertentu terbentuk dalam periode

tertentu selama masa pembentukan dalam masa perkembangan.


15

4. Aspek-aspek Kesiapan

Suatu kondisi dikatakan siap setidak-tidaknya mencakup beberapa

aspek, menurut Slameto (2010) ada tiga aspek yang mempengaruhi

kesiapan yaitu:

Purwanto (2006) juga mengemukakan tentang taksonomi Bloom

yang dikembangkan oleh Bloom yang terdiri atas tiga ranah, yaitu:

a. Ranah kognitif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan

ingatan, pengetahuan, dan kemampuan intelektual.

b. Ranah afektif mencakup hasil belajar yang berhubungan dengan

sikap, nilai-nilai perasaan dan minat.

c. Ranah psikomotorik mencakup hasil belajar yang berhubungan

dengan keterampilan fisik, gerak yang ditunjang oleh kemampuan

psikis.

Berdasarkan teori tersebut, memperlihatkan bahwa kesiapan hanya

dapat tercapai berkat adanya usaha belajar dan latihan.Seorang

mahasiswa dikatakan telah siap kerja jika mahasiswa tersebut telah

mempunyai kesiapan dalam kompetensi yang mencakup aspek

pengetahuan (kognitif), sikap (afektif), dan keterampilan

(psikomotorik).

Suyono menyatakan bahwa taksonomi Bloom memusatkan perhatian

terhadap pengetahuan, sikap, dan keterampilan.Pengertian kognitif

semakna dengan pengetahuan, mengetahui, berpikir atau intelek.Afektif

semakna dengan perasaan, emosi, dan prilaku, terkait dengan perilaku


16

menyikapi, bersikap atau merasa, dan merasakan.Sedangkan psikomotorik

semakna dengan aturan dan keterampilan fisik, terampil dan

melakukan.(Suyono, 2011).

B. Konsep Taksonomi Bloom

1. Pengertian Taksonomi Bloom

Taksonomi berasal dari bahasa Yunani taxis yang berarti

pengaturan dan nomos yang berarti ilmu pengetahuan. Taksonomi

merupakan suatu tipe sistem klasifikasi yang berdasarkan data penelitian

ilmiah mengenai hal-hal yang digolongkan-golongkan dalam sistematika

itu.

Konsep Taksonomi Bloom dikembangkan pada tahun 1956 oleh

Benjamin S. Bloom, seorang psikolog bidang pendidikan beserta dengan

kawan-kawannya. Taksonomi ini mengklasifikasikan sasaran atau tujuan

pendidikan menjadi tiga domain (ranah kawasan): kognitif, afektif, dan

psikomotor dan setiap ranah tersebut dibagi kembali ke dalam pembagian

yang lebih rinci berdasarkan hierarkinya.

2. Klasifikasi Taksonomi Bloom

a. Ranah Kognitif (cognitive domain)

Ranah kognitif merupakan segi kemampuan yang berkaitan


dengan aspek-aspek pengetahuan, penalaran, atau pikiran. Bloom
membagi ranah kognitif ke dalam enam tingkatan atau kategori, yaitu:
1) Pengetahuan (knowlegde)

Pengetahuan mencakup ingatan akan hal-hal yang pernah

dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Pengetahuan yang disimpan


17

dalam ingatan, digali pada saat dibutuhkan melalui bentuk ingatan

mengingat (recall) atau mengenal kembali (regnition).Kemampuan

untuk mengenali dan mengingat peristilahan, definisi, fakta-fakta,

gagasan, pola, urutan, prinsip, dan sebagainya. Pengetahuan begitu

penting sebagai pembeda sebagaimana Allah SWT berfirman dalam

Al - Qur’an surah Az-Zumar/39 : 9

‫اجدا ا َوقَا َٰٓ ِئ اما َي ۡحذَ ُر ۡٱۡل َٰٓ ِخ َرة َ َويَ ۡر ُجواْ َر ۡح َمةَ َر ِب ِۗۦه قُ ۡل ه َۡل‬
ِ ‫س‬َ ‫أ َ َّم ۡن ُه َو قَ ِنت َءانَا َٰٓ َء ٱلَّ ۡي ِل‬
٩ ‫ب‬ ِ َ‫ونَ ِإنَّ َما يَتَذَ َّك ُر أ ُ ْولُواْ ۡٱۡل َۡلب‬
ۗ ‫يَ ۡست َ ِوي ٱلَّذِينَ يَعۡ لَ ُمونَ َوٱلَّذِينَ ََل يَعۡ لَ ُم‬

Terjemahnya:
Katakanlah : "Adakah sama orang-orang yang mengetahui
dengan orang-orang yang tidak mengetahui ?"
Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima
pelajaran”.

Dalam tafsir Al-misbah Kata ( ‫ ) يعلمون‬ya’lamuun sama

halnya dengan ilmu pengetahuan, maksudnya adalah pengetahuan

yang bermanfaat, yang menjadikan seseorang mengetahui hakikat

sesuatu lalu menyesuaikan diri dan amalnya dengan pengetahuan

itu. Kata ( ‫ ) يتذكرون‬yatadzakkaru berasal dari kata ( ‫ ) ذكر‬dzikr

yakni pelajaran/ peringatan.

2) Pemahaman (comprehension)

Ditingkat ini, seseorang memiliki kemampuan untuk

menangkap makna dan arti tentang hal yang dipelajari. Adanya

kemampuan dalam menguraikan isi pokok bacaan, mengubah data

yang disajikan dalam bentuk tertentu ke bentuk lain. Kemampuan

ini setingkat lebih tinggi daripada kemampuan pengetahuan.


18

3) Penerapan (application)

Kemampuan untuk menerapkan suatu kaidah atau metode

untuk menghadapi suatu kasus atau problem yang konkret atau

nyata dan baru.Kemampuan untuk menerapkan gagasan, prosedur,

metode, rumus, teori, dan sebagainya. Adanya kemampuan

dinyatakan dalam aplikasi suatu rumus pada persoalan yang

dihadapi atau aplikasi suatu metode kerja pemecah problem baru

misalnya menggunakan prinsip.

4) Analisis (analysis)

Ditingkat analisis, seseorang mampu memecahkan

informasi yang kompleks menjadi bagian-bagian kecil dan

mengaitkan informasi dengan informasi lain. Kemampuan untuk

merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur

keseluruhan atau organisasinya dapat dipahami dengan baik.

5) Sintesis (synthesis)

Kemampuan untuk membentuk suatu kesatuan atau pola

baru. Bagian-bagian dihubungkan satu sama lain. Kemampuan

mengenali data atau informasi yang harus didapat untuk

menghasilkan solusi yang dibutuhkan.Adanya kemampuan ini

dinyatakan dalam membuat suatu rencana penyusunan suatu

pelajaran.Misalnya kemampuan menyusun program kerja.

6) Evaluasi (evaluation)
19

Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap suatu

materi pembelajaran, argumen yang berkenaan dengan sesuatu

yang diketahui, dipahami, dilakukan, dianalisis, dan

dihasilkan.Kemampuan untuk membentuk sesuatu atau beberapa

hal bersama dengan pertanggung jawaban pendapat berdasarkan

kriteria tertentu misalnya kemampuan menilai hasil karangan.

b. Ranah Afektif (affective domain)

Ranah afektif merupakan kemampuan yang mengutamakan perasaan,

emosi, dan reaksi-reaksi yang berbeda dengan penalaran.Kawasan

afektif yaitu kawasan yang berkaitan dengan aspek-aspek emosional,

seperti perasaan, minat, sikap, kepatuhan terhadap moral dan

sebagainya. Ranah afektif terdiri dari lima ranah yang berhubungan

dengan respons emosional terhadap tugas. Pembagian ranah afektif

disusun oleh Bloom bersama dengan David Krathwol, antara lain:

1) Penerimaan (receiving)

Seseorang peka terhadap suatu perangsang dan kesediaan untuk

memperhatikan rangsangan itu, seperti penjelasan yang

diberikan oleh guru. Kesediaan untuk menyadari adanya suatu

fenomena di lingkungannya dalam pengajaran bentuknya

berupa mendapatkan perhatian, mempertahankannya dan

mengarahkannya. Misalnya juga kemampuan mengakui adanya

perbedaan-perbedaan.
20

2) Partisipasi (responding)

Tingkatan yang mencakup kerelaan dan kesediaan untuk

memperhatikan secara aktif dan berpartisipasi dalam suatu

kegiatan.Hal ini dinyatakan dalam memberikan suatu reaksi

terhadap rangsangan yang disajikan, meliputi persetujuan,

kesediaan, dan kepuasan dalam memberikan

tanggapan.Misalnya, mematuhi aturan dan berpartisipasi dalam

suatu kegiatan.

3) Penilaian atau Penentuan Sikap (valuing)

Kemampuan untuk memberikan penilaian terhadap sesuatu dan

membawa diri sesuai dengan penilaian itu.Mulai dibentuk suatu

sikap, menerima, menolak atau mengabaikan. Misalnya

menerima pendapat orang lain.

4) Organisasi (organization)

Kemampuan untuk membentuk suatu sistem nilai sebagai

pedoman dan pegangan dalam kehidupan.Misalnya

menempakan pada suatu skala nilai dan dijadikan pedoman

dalam bertindak secara bertanggung jawab.

5) Pembentukan Pola Hidup (characterization by a value)

Kemampuan untuk menghayati nilai kehidupan, sehingga

menjadi milik pribadi (internalisasi) menjadi pegangan nyata

dan jelas dalam mengatur kehidupannya sendiri. Memiliki

sistem nilai yang mengendalikan tingkah lakunya sehingga


21

menjadi karakteristik gaya hidupnya. Kemampuan ini

dinyatakan dalam pengaturan hidup diberbagai bidang, seperti

mencurahkan waktu secukupnya pada tugas belajar atau

bekerja.Misalnya juga kemampuan mempertimbangkan da

menunjukkan tindakan yang berdisiplin.

c. Ranah Psikomotor (psychomotoric domain)

Ranah psikomotor kebanyakan dari kita menghubungkan

aktivitas motor dengan pendidikan fisik dan atletik, tetapi banyak

subjek lain seperti menulis dengan tangan dan pengolahan kata juga

membutuhkan gerakan. Kawasan psikomotor yaitu kawasan yang

berkaitan dengan aspek-aspek keterampilan jasmani. Rincian dalam

ranah ini tidak dibuat oleh Bloom, namun oleh ahli lain yang

berdasarkan ranah yang dibuat oleh Bloom, antara lain:

1) Persepsi (perception)

Kemampuan untuk menggunakan isyarat-isyarat sensoris

dalam memandu aktivitas motorik.Penggunaan alat indera

sebagai rangsangan untuk menyeleksi isyarat menuju

terjemahan misalnya pemilihan warna.

2) Kesiapan (set)

Kemampuan untuk menempatkan dirinya dalam memulai suatu

gerakan.Kesiapan fisik, mental dan emosional untuk

melakukan gerakan.

3) Gerakan terbimbing (guided response)


22

Kemampuan untuk melakukan suatu gerakan sesuai dengan

contoh yang diberikan.Tahap awal dalam mempelajari

keterampilan yang kompleks, termasuk didalamnya imitasi dan

gerakan coba-coba.Misalnya, membuat lingkaran diatas pola.

4) Gerakan yang terbiasa (mechanical response)

Kemampuan melakukan gerakan tanpa memperthatikan lagi

contoh yang diberikan karena sudah dilatih secukupnya.

Membiasakan gerakan-gerakan yang telah dipelajari sehingga

tampil dengan meyakinkan dan cakap.

5) Gerakan yang kompleks (complex response)

Kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang

terdiri dari banyak tahap dengan lancar, tepat dan

efisien.Gerakan motoris yang terampil didalamnya terdiri dari

pola-pola gerakan yang kompleks.

6) Penyesuaian pola gerakan (adjusment)

Kemampuan untuk mengadakan perubahan dan menyesuaikan

pola gerakan dengan persyaratan khusus yang berlaku.

Keterampilan yang sudah berkembang sehingga dapat

disesuaikan dalam berbagai situasi.

7) Kreativitas (creativity)

Kemampuan untuk melahirkan pola gerakan baru atas dasar

prakarsa atau inisiatif sendiri.

C. Program Pendidikan Profesi Ners


23

Menurut Faye (1960 dalam Asmadi, 2008) menjelaskan bahwa

keperawatan adalah layanan yang diberikan kepada individu, keluarga dan

masyarakat yang didasarkan pada ilmu dan kiat keperawatan yang

mencakup sikap, kemampuan intelektual dan keterampilan klinis perawat

yang ditunjukan untuk membantu masyarakat yang membutuhkan layanan

kesehatan, baik dalam keadaan sehat maupun sakit.

Menurut Suliman (2011) ada empat elemen utama (mayor

elements) yang menjadi perhatian yaitu:

1. Keperawatan adalah ilmu dan kiat (applied science).

2. Keperawatan adalah profesi yang berorientasi pada pelayanan (helping

health illness problem).

3. Keperawatan mempunyai empat tingkat klien: individu, keluarga,

kelompok dan komunitas.

4. Pelayanan keperawatan mencakup seluruh rentang pelayanan

kesehatan.

Hasil Lokakarya Nasional dalam bidang keperawatan tahun 1983

telah menghasilkan kesepakatan nasional secara konseptual yang

mengakui keperawatan di Indonesia sebagai profesi, mencakup pengertian,

pelayanan keperawatan sebagai profesional dan pendidikan keperawatan

sebagai pendidikan profesi (professional education). Sesuai dengan

hakikatnya sebgai pendidikan profesi, maka kurikulum pendidikan yang

kokoh, mencakup: penguasaan IPTEK keperawatan, menyelesaikan


24

masalah secara ilmiah, sikap, tingkah laku, dan kemampuan profesional,

belajar mandiri serta belajar dimasyarakat.

Program pendidikan ners menghasilkan Sarjana keperawatan dan

profesional (Ners = First Professional Degree) dengan sikap, tingkah laku,

dan kemampuan profesional, serta akuntabel untuk melaksanakan

asuhan/praktik keperawatan dasar secara mandiri. Program pendidikan

Ners memiliki landasan keilmuan yang kokoh dan landasan keprofesian

yang mantap sesuai dengan sifatnya sebagai pendidikan profesi (Nursalam,

2008).

Program pendidikan tahap profesi di Indonesia dikenal dengan

pengajaran klinik dan lapangan, yang bertujuan untuk memberikan

kesempatan kepada peserta didik untuk menerapkan ilmu yang dipelajari

di kelas (pada tahap akademik) ke praktik klinik. Ini merupakan suatu

proses transformasi mahasiswa menjadi seorang perawat profesional yang

memberi kesempatan mahasiswa untuk beradaptasi dengan perannya

sebagai perawat profesional dalam melaksanakan praktik keperawatan

profesional disituasi nyata pada pelayanan kesehatan klinik atau komunitas

dengan melaksanakan asuhan keperawatan dengan benar, menerapkan

pendekatan proses keperawatan, menampilkan sikap profesional dan

menerapkan keterampilan profesional (Nursalam, 2008).

Pembelajaran klinik merupakan wadah untuk mahasiswa dalam

mengaplikasikan asuhan keperawatan terhadap klien, sesuai dengan ilmu

yang diperoleh dikelas dan memodifikasi kondisi situasional dilapangan


25

dan mennganalisa kritis sehingga mendapatkan perpaduan yang sempurna

dalam memberikan asuhan keperawatan pada klien di rumah sakit sesuai

sumber daya sarana dan prasarana.

Tujuan dari pembelajaran profesi adalah mahasiswa mendapatkan

pengalaman yang nyata dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap

klien sehat dan sakit sesuai tujuan, mengaplikasikan bentuk asuhan

keperawatan dengan critical thinking yang sesuai dengan sumber daya,

sarana dan prasarana yang ada dilahan praktek sesuai dengan tujuan mata

ajar, dan mnegaplikasikan tampilan sosok dan sikap perawat profesional.

Kurikulum tahap Program Profesi (Ners) disusun berdasarkan

Kurikulum Nasional dengan surat keputusan Direktorat Jendral

Pendidikan Tinggi Nomor: 129/U/1999 tanggal 11 Juni tahun 1999

tentang Kurikulum Inti Pendidikan Ners di Indonesia (KIPNI)

(Nurhidayah, 2011).

Jumlah SKS yang harus ditempuh setiap institusi penyelenggara

pendidikan keperawatan akhirnya juga bertambah sehingga totalnya 34

SKS yaitu 6 SKS Keperawatan Medikal Bedah, 3 SKS Keperawatan

Maternitas, 3 SKS Keperawatan Anak dan 3 SKS Keperawatan Jiwa yang

ditempatkan di semester pertama. Sedangkan pada semester dua meliputi 3

SKS Manajemen Keperawatan, 3 SKS Keperawatan Gerotik, 3 SKS

Keperawatan Gawat Darurat, 3 SKS Keperawatan Keluarga dan 3 SKS

Keperawatan Komunitas dan Praktik Belajar Lapangan Komprehensif

(PBLK) sebanyak 4 SKS sehingga totalnya 34 SKS (Erniyati, 2010).


26

Mahasiswa tetap dinas meskipun libur nasional dan melakukan praktek 7-

8 jam setiap hari, serta pengaturan shif putaran dinas diatur oleh Clinical

Instructur atau pihak yang berwenang sesuai aturan yang berlaku di lahan

praktek (Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Selatan, 2012).

D. Definisi Minat

Minat merupakan salah satu aspek psikis yang dapat mendorong

manusia mencapai tujuan. Seseorang yang memiliki minat terhadap suatu

objek, cenderung memberikan perhatian atau merasa senang yang lebih

besar kepada objek tersebut. Namun, apabila objek tersebut tidak

menimbulkan rasa senang, maka orang itu tidak akan memiliki minat atas

objek tersebut. Oleh karena itu, tinggi rendahnya perhatian atau rasa

senang seseorang terhadap objek dipengaruhi oleh tinggi rendahnya minat

seseorang tersebut (Slameto, 2013).

Menurut Walgito (2010) Suatu keadaan dimana seseorang

mempunyai perhatian terhadap sesuatu dan disertai dengan keinginan

untuk mengetahui dan mempelajari maupun membutuhkan lebih lanjut.

Minat merupakan kesadaran seseorang terhadap suatu objek,

seseorang, suatu soal atau situasi tertentu yang mengandung sangkut paut

dengan dirinya atau dipandang sebagai suatu yang sadar (Witherington,

2003). Hal-hal yang ada di luar diri seseorang, meskipun tidak menjadi

satu, tetapi dapat berhubungan satu dengan yang lain karena adanya

kepentingan atau kebutuhan yang bersifat mengikat.


27

Minat adalah sumber motivasi yang mendorong seseorang untuk

melakukan apa yang ingin dilakukan ketika bebas memilih. Ketika

seseorang menilai bahwa sesuatu akan bermanfaat, maka akan menjadi

berminat, kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika

kepuasan menurun maka minatnya juga akan menurun. Sehingga minat

tidak bersifat permanen, tetapi minat bersifat sementara.

Minat bukanlah merupakan sesuatu yang dimiliki oleh seseorang

begitu saja, melainkan merupakan sesuatu yang dapat dikembangkan

(Singer, 1987: 93). Minat yang telah ada dalam diri seseorang bukanlah

ada dengan sendirinya, namun ada karena adanya pengalaman dan usaha

untuk mengembangkannya

(Hilgard, 1979:36) memberi rumusan pengertian tentang minat

sebagai berikut: “Interest is persisting tendency to pay attention to and

enjoy some activity or content” yang berarti minat adalah kecenderungan

yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan.

Kegiatan yang diminati seseorang, diperhatikan terus-menerus yang

disertai dengan rasa senang dan diperoleh suatu kepuasan.

Minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subjek untuk

merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang

berkecimpung dalam bidang itu . Adanya suatu ketertarikan yang sifatnya

tetap didalam diri subjek atau seseorangyang sedang mengalaminya atas

suatu bidang atau hal tertentu dan adanya rasa senang terhadap bidang atau

hal tersebut, sehingga seseorang mendalaminya.


28

Minat merupakan dorongan untuk melakukan sesuatu sesuai

dengan keinginan yang nantinya dapat mendatangkan kepuasan, yang

mana kepuasan itu akan mempengaruhi kadar minat seseorang. Dengan

adanya minat, mampu memperkuat ingatan seseorang terhadap apa yang

telah dipelajarinya, sehingga dapat dijadikan sebagai fondasi seseorang

dalam proses pembelajaran dikemudian hari.

Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan

dorongan bagi perbuatan tersebut. Dalam diri manusia terdapat dorongan-

dorongan (motif-motif) yang mendorong manusia untuk berinteraksi

dengan dunia luar, motif menggunakan dan menyelidiki dunia luar

(manipulate and exploring motives). Dari manipulasi dan eksplorasi yang

dilakukan terhadap dunia luar itu, lama-kelamaan timbullah minat

terhadap sesuatu tersebut. Apa yang menarik seseorang mendorongnya

untuk berbuat lebih giat dan lebih baik. (Purwanto, 2007:56).

Minat dapat timbul karena daya tarik dari luar dan juga dating dari

hati sanubari. Minat yang besar terhadap sesuatu merupakan modal yang

besar artinya untuk mencapai atau memperoleh benda atau tujuan yang

diminati itu. Minat belajar yang besar cenderung menghasilkan prestasi

yang tinggi, sebaliknya minat belajar yang kurang akan menghasilkan

prestasi yang rendah (Dalyono, 2009: 56-57). Dalam usaha untuk

mencapai sesuatu diperlukan minat, besar kecilnya minat sangat

berpengaruh terhadap hasil yang diperoleh.


29

Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan diri

sendiri dengan sesuatu diluar diri. Semakin kuat atau dekat hubungan

tersebut, semakin besar minatnya (Djaali, 2006:123). Adanya hubungan

seseorang dengan sesuatu di luar dirinya, dapat menimbulkan rasa

ketertarikan, sehingga tercipta adanya penerimaan. Dekat maupun tidak

hubungan tersebut akan mempengaruhi besar kecilnya minat yang ada.

Minat merupakan suatu dorongan yang kuat dalam diri seseorang

terhadap sesuatu. Minat adalah rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada

suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 2010).

Keinginan seseorang akan sesuatu menimbulkan kegairahan terhadap

ssesuatu tersebut. minat dapat timbul dengan sendirinya, yang ditengarai

dengan adanya rasa suka terhadap sesuatu. Muhibbin Syah, M,Ed

Secarasederhana,minat (interest)berartikecenderungandankegairahan yang

tinggiatau keinginan yang besar terhadapsesuatu (Muhibbin, 2008:

152).

Dari beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa minat

adalah suatu proses kejiwaan yang bersifat abstrak yang dinyatakan oleh

seluruh keadaan aktivitas, ada objek yang dianggap bernilai sehingga

diketahui dan dinginkan. Sehingga proses jiwa menimbulkan

kecenderungan perasaan terhadap sesuatu, gairah atau keinginan terhadap

sesuatu. Bisa dikatakan pula bahwa minat menimbulkan keinginan yang

kuat terhadap sesuatu. Keinginan ini disebabkan adanya rasa dorongan

untuk meraihnya, sesuatu itu bisa berupa benda, kegiatan, dan sebagainya
30

baik itu yang membahagiakan ataupun menakutkan Atau merupakan

kecenderungan seseorang yang berasal dari luar maupun dalam sanubari

yang mendorongnya untuk merasa tertarik terhadap suatu hal

sehingga mengarahkan perbuatannya kepada suatu hal tersebut dan

menimbulkan perasaan senang.

Firman Allah SWT tentang minat terdapat dalam surah An-

Najm/53 : 39

‫َّلإ ِنَ َٰسنِْْلِل َس َّْيل َنأَو‬


ِ َّ ‫ىعَس اَم‬
َ َٰ

Terjemahnya:
“ Dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain
apa yang telah diusahakannya,”

Dari Firman Allah SWT diatas,apat disimpulkan bahwa ketika hati

kita sudah mempunyai niat atau kemauan untuk belajar dengan ikhlas dan

sungguh - sungguh, maka keberhasilan yang akan kita dapat dalam usaha

mempelajari sesuatu, barang siapa yang tekun dan bersungguh akan

berhasil dalam usahanya.

E. Kerangka Konsep Penelitian

Independen Dependen

Minat Kesiapan Mahasiswa


mahasiswa

Faktor Personal

-Kondisi ekonomi
31

Keterangan :

= Variabel Dependen
= Variabel Independen
= Variabel Perancu

Bagan 2.1 Kerangka Konsep

Anda mungkin juga menyukai