Anda di halaman 1dari 31

LAPORAN TUGAS BESAR IRIGASI

Diajukan untuk memenuhi syarat kelulusan mata kuliah Irigasi

Dosen :
Winda Harsanti, ST., MT

Disusun Oleh :
ANGGA ARFI PRATAMA 1331310084
SURYAH FIRMANSYAH 1331310036

PROGRAM STUDI D3 TEKNIK SIPIL


POLITEKNIK NEGERI MALANG
2016

1
2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kebutuhan akan air dalam kehidupan merupakan kebutuhan utama dan termasuk
dalam kebutuhan pokok dan rutin. Tidak hanya bagi manusia, bagi hewan dan juga
tumbuhan pun demikian. Indonesia sudah lama sekali dikenal sebagai negara agraris,
yaitu negara yang hijau dengan banyak pulau dan perairan. Karena itu di Indonesia
banyak ditanami tumbuh - tumbuhan yang bermedia yang mengandung air seperti
persawahan.
Sistem irigasi sebagai salah satu sistem yang sering digunakan diIndonesia dan
efektif untuk daerah tropis dan berkontur / berelevasi tidak teratur. Jaringan irigasi
merupakan saluran dan bangunan yang merupakan satu kesatuan dan diperlukan untuk
pengaturan air irigasi yang mencakup penyediaan, pengambilan, dan pembagian air
irigasi.
Pada jaringan irigasi itu sendiri, terdapat banyak bangunan – bangunan irigasi yang
memiliki fungsi dan tujuan masing – masing. Selain itu, dalam jaringan irigasi juga
ditentukan nama – nama atau kode – kode bangunan irigasi tersebut, untuk itu, pada
praktikum pengenalan jaringan irigasi ini, mahasiswa dapat belajar dan mengenal
bangunan – bangunan, macam – macam saluran dan cara meentukan tata nama suatu
jaringan atau bangunan irigasi.
Karena luas area persawahan yang diairi tidak sedikit luasnya, maka harus dibuat
petak-petak dan setiap petak tersebut masing-masing dibuatkan saluran untuk mengairi
tanaman dipetak persawahan tersebut. Pembagian petak-petak tersebut didasarkan pada
elevasi / ketinggian lokasi dan penempatan salurannya juga demikian, tergantung dari
bentuk kontur lokasinya.

1.2 Maksud dan Tujuan


Dalam tujuan irigasi dibahas tujuan irigasi secara langsung dan secara tidak langsung.
a. Tujuan irigasi secara langsung
Tujuan irigasi secara langsung adalah membasahi tanah, agar dicapai
suatu kondisi tanah yang baik untuk pertmbuhan tanaman dalam hubungannya
dengan prosentase kandungan air dan udara diantara butir-butir tanah.

1
Pemberian air dapat juga mempunyai tujuan sebagai pengangkut bahan-bahan
pupuk untuk perbaikan tanah.
b. Tujuan irigasi secara tidak langsung
Tujuan irigasi secara tidak langsung adalah pemberian air yang dapat
menunjang usaha pertanian melalui berbagai cara antara lain :
1. Mengatur suhu tanah, misalnya pada suatu daerah suhu tanah terlalu
tinggi dan tidak sesuai untuk pertumbuhan tanaman maka suhu tanah
dapat disesuaikan dengan cara mengalirkan air yang bertujuan
merendahkan suhu tanah.
2. Membersihkan tanah, dilakukan pada tanah yang tidak subur akibat
adanya unsur-unsur racun dalam tanah. Salah satu usaha misalnya
penggenangan air di sawah untuk melarutkan unsur-unsur berbahaya
tersebut kemudian air genangan dialirkan ketempat pembuangan.
3. Memberantas hama, sebagai contoh dengan penggenangan maka Jiang
tikus bisa direndam dan tikus keluar, lebih mudah dibunuh.
4. Mempertinggi permukaan air tanah, misalnya dengan perembesan
melalui dinding-dinding saluran, permukaan air tanah dapat
dipertinggi dan memungkinkan tanaman untuk mengambil air melalui
akar-akar meskipun permukaan tanah tidak dibasahi.
5. Membersihkan buangan air kota (penggelontoran), misalnya dengan
prinsip pengenceran karena tanpa pengenceran tersebut air kotor dari
kota akan berpengaruh sangat jelek bagi pertumbuhan tanaman.

1.3 Fungsi Irigasi


Irigasi memiliki beberapa kegunaan/fungsi, yaitu :
• Memasok kebutuhan air tanaman
• Menjamin ketersediaan air apabila terjadi betatan
• Menurunkan suhu tanah
• Mengurangi kerusakan akibat frost
• Melunakkan lapis keras pada saat
• Pengolahan tanah

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pengertian Irigasi


Irigasi merupakan upaya yang dilakukan manusia untuk mengairi lahan
pertanian. Dalam dunia modern, saat ini sudah banyak model irigasi yang dapat
dilakukan manusia. Pada zaman dahulu, jika persediaan air melimpah karena tempat yang
dekat dengan sungai atau sumber mata air, maka irigasi dilakukan dengan mengalirkan
air tersebut ke lahan pertanian. Namun demikian, irigasi juga biasa dilakukan dengan
membawa air dengan menggunakan wadah kemudian menuangkan pada tanaman satu per
satu. Untuk irigasi dengan model seperti ini di Indonesia biasa disebut menyiram.
Sebagaimana telah diungkapkan, dalam dunia modern ini sudah banyak cara yang dapat
dilakukan untuk melakukan irigasi dan ini sudah berlangsung sejak Mesir Kuno.

2.2. Sejarah Irigasi di Indonesia


2.2.1 Irigasi Mesir Kuno dan Tradisional Nusantara
Sejak Mesir Kuno telah dikenal dengan memanfaatkan Sungai Nil. Di
Indonesia, irigasi tradisional telah juga berlangsung sejak nenek moyang kita.
Hal ini dapat dilihat juga cara bercocok tanam pada masa kerajaan-kerajaan yang
ada di Indonesia. Dengan membendung kali secara bergantian untuk dialirkan ke
sawah. Cara lain adalah mencari sumber air pegunungan dan dialirkan dengan
bambu yang bersambung. Ada juga dengan membawa dengan ember yang
terbuat dari daun pinang atau menimba dari kali yang dilemparkan ke sawah
dengan ember daun pinang.
2.2.2 Sistem Irigasi Zaman Hindia Belanda
Sistem irigasi adalah salah satu upaya Belanda dalam melaksanakan
Tanam Paksa (Cultuur stelsel) pada tahun 1830. Pemerintah Hindia
Belanda dalam tanam paksa tersebut mengupayakan agar semua lahan yang
dicetak untuk persawahan maupun perkebunan harus menghasilkan panen yang
optimal dalam mengeksplotasi tanah jajahannya. Sistem irigasi yang dulu telah
mengenal saluran primer, sekunder, ataupun tersier. Tetapi sumber air belum
memakai sistem waduk serbaguna seperti TVA di Amerika Serikat. Air dalam
irigasi lama disalurkan dari sumber kali yang disusun dalam sistem irigasi

3
terpadu, untuk memenuhi pengairan persawahan, di mana para petani diharuskan
membayar uang iuran sewa pemakaian air untuk sawahnya.
2.2.3 Waduk Jatiluhur 1995 di Jawa Barat dan Pengalaman TVA 1993 di Amerika
Serikat
Tennessee Valley Authority (TVA)yang diprakasai oleh Presiden
AS Franklin D. Roosevelt pada tahun 1933 merupakan salah satu Waduk Serba
Guna yang pertama dibangun di dunia. Resesi ekonomi (inflasi) tahun 1930
melanda seluruh dunia, sehingga TVA adalah salah satu model dalam
membangun kembali ekonomi Amerika Serikat. Isu TVA adalah
mengenai: produksi tenaga listrik, navigasi, pengendalian banjir, pencegahan
malaria, reboisasi, dan kontrol erosi, sehingga di kemudian hari, proyek TVA
menjadi salah satu model dalam menangani hal yang mirip. Oleh sebab itu,
proyek waduk Jatiluhur merupakan tiruan yang hampir mirip dengan TVA di AS
tersebut. Waduk Jatiluhur terletak di kecamatan Jatiluhur, kabupaten Purwakarta
(±9 km dari pusat kota Purwakarta). Bendungan itu dinamakan oleh pemerintah
waduk Ir. H. Juanda, dengan panorama danau yang luasnya 8.300 ha. Bendungan
ini mulai dibangun sejak tahun 1957 oleh kontraktor asal Perancis, dengan
potensi air yang tersedia sebesar 12,9 miliar m3/tahun dan merupakan waduk
serbaguna pertama di Indonesia.

2.3. Jenis – Jenis Irigasi


2.3.1 Irigasi Permukaan
Irigasi Permukaan merupakan sistem irigasi yang menyadap air langsung
di sungai melalui bangunan bendung maupun melalui bangunan pengambilan
bebas (free intake) kemudian air irigasi dialirkan secara gravitasi melalui saluran
sampai ke lahan pertanian. Di sini dikenal saluran primer, sekunder, dan tersier.
Pengaturan air ini dilakukan dengan pintu air. Prosesnya adalah gravitasi, tanah
yang tinggi akan mendapat air lebih dulu.
2.3.2 Irigasi Lokal
Sistem ini air distribusikan dengan cara pipanisasi. Di sini juga berlaku
gravitasi, di mana lahan yang tinggi mendapat air lebih dahulu. Namun air yang
disebar hanya terbatas sekali atau secara lokal.
2.3.3 Irigasi dengan Penyemprotan

4
Penyemprotan biasanya dipakai penyemprot air atau sprinkle. Air yang
disemprot akan seperti kabut, sehingga tanaman mendapat air dari atas, daun
akan basah lebih dahulu, kemudian menetes ke akar.
2.3.4 Irigasi Tradisional dengan Ember
Di sini diperlukan tenaga kerja secara perorangan yang banyak sekali. Di
samping itu juga pemborosan tenaga kerja yang harus menenteng ember.
2.3.5 Irigasi dengan Pompa Air
Air diambil dari sumur dalam dan dinaikkan melalui pompa air,
kemudian dialirkan dengan berbagai cara, misalnya dengan pipa atau saluran.
Pada musim kemarau irigasi ini dapat terus mengairi sawah.
2.3.6 Irigasi dengan Terasisasi
Di Afrika yang kering dipakai sustem ini, terasisasi dipakai untuk
distribusi air.

2.4. Pengalaman Penerapan Jenis Irigasi Khusus


2.4.1 Irigasi Pasang-Surut di Sumatera, Kalimantan, dan Papua
Dengan memanfaatkan pasang-surut air di wilayah Sumatera, Kalimantan, dan
Papua dikenal apa yang dinamakan Irigasi Pasang-Surat (Tidal Irrigation). Teknologi
yang diterapkan di sini adalah pemanfaatan lahan pertanian di dataran rendah dan daerah
rawa-rawa, di mana air diperoleh dari sungai pasang-surut di mana pada waktu pasang air
dimanfaatkan. Di sini dalam dua minggu diperoleh 4 sampai 5 waktu pada air pasang.
Teknologi ini telah dikenal sejak Abad XIX. Pada waktu itu, pendatang di Pulau
Sumatera memanfaatkan rawa sebagai kebun kelapa. Di Indonesia terdapat 5,6 juta Ha
dari 34 Ha yang ada cocok untuk dikembangkan. Hal ini bisa dihubungkan dengan
pengalaman Jepang di Wilayah Sungai Chikugo untuk wilayah Kyushu, di mana di sana
dikenal dengan sistem irigasi Ao-Shunsui yang mirip.
2.4.2 Irigasi Tanah Kering atau Irigasi Tetes
Di lahan kering, air sangat langka dan pemanfaatannya harus efisien. Jumlah air
irigasi yang diberikan ditetapkan berdasarkan kebutuhan tanaman, kemampuan tanah
memegang air, serta sarana irigasi yang tersedia.Ada beberapa sistem irigasi untuk tanah
kering, yaitu:
1. Irigasi tetes (drip irrigation).
2. Irigasi curah (sprinkler irrigation).
3. Irigasi saluran terbuka (open ditch irrigation).

5
4. Irigasi bawah permukaan (subsurface irrigation).
Untuk penggunaan air yang efisien, irigasi tetes merupakan salah satu alternatif.
Misal sistem irigasi tetes adalah pada tanaman cabai.Ketersediaan sumber air irigasi
sangat penting. Salah satu upaya mencari potensi sumber air irigasi adalah dengan
melakukan deteksi air bawah permukaan (groundwater) melalui pemetaan karakteristik
air bawah tanah. Cara ini dapat memberikan informasi mengenai sebaran, volume dan
kedalaman sumber air untuk mengembangkan irigasi suplemen.Deteksi air bawah
permukaan dapat dilakukan dengan menggunakan Terameter.
2.4.3 Pengalaman Sistem Irigasi Pertanian di Niigata Jepang
Sistem irigasi pertanian milik Mr. Nobutoshi Ikezu di Niigata Prefecture. Di sini
terlihat adanya manajemen persediaan air yang cukup pada pengelolaan pertaniannya.
Sekitar 3 km dari tempat tersebut tedapat sungai besar yang debit airnya cukup dan tidak
berlebih. Air sungai dinaikan ke tempat penampungan air menggunakan pompa
berkekuatan besar. Air dari tempat penampungan dialirkan menggunakan pipa-pipa air
bawah tanah berdiameter 30 cm ke pertanian di sekitarnya. Pada setiap pemilik sawah
terdapat tempat pembukaan air irigasi tersebut. Pembagian air ini bergilir berselang
sehari, yang berarti sehari keluar, sehari tutup. Penggunaannya sesuai dengan kebutuhan
sawah setempat yang dapat diatur menggunakan tuas yang dapat dibuka tutup secara
manual. Dari pintu pengeluaran air tersebut dialirkan ke sawahnya melalui pipa yang
berada di bawah permukaan sawahnya. Kalau di tanah air kita pada umumnya air
dialirkan melalui permukaan sawah. Sedangkan untuk mengatur ketinggian air dilakukan
dengan cara menaikan dan menurunkan penutup pintu pembuangan air secara manual.
Pembuangan air dari sawah masuk saluran irigasi yang terbuat dari beton sehingga air
dengan mudah kembali ke sungai kecil, tanpa merembes terbuang ke bawah tanah.
Pencegahan perembesan air dilakukan dengan sangat efisien.
2.4.4 Pengalaman Irigasi Perkebunan Kelapa Sawit
Ketersediaan air merupakan salah satu faktor pembatas utama bagi produksi
kelapa sawit. Kekeringan menyebabkan penurunan laju fotosintesis dan distribusi
asimilat terganggu, berdampak negatif pada pertumbuhan tanaman baik fase vegetatif
maupun fase generatif. Pada fase vegetatif kekeringan pada tanaman kelapa sawit
ditandai oleh kondisi daun tombak tidak membuka dan terhambatnya pertumbuhan
pelepah. Pada keadaan yang lebih parah kekurangan air menyebabkan kerusakan jaringan
tanaman yang dicerminkan oleh daun pucuk dan pelepah yang mudah patah. Pada fase
generatif kekeringan menyebabkan terjadinya penurunan produksi tanaman akibat

6
terhambatnya pembentukan bunga, meningkatnya jumlah bunga jantan, pembuahan
terganggu, gugur buah muda, bentuk buah kecil dan rendemen minyak buah rendah.
Manajemen irigasi perkebunan kelapa sawit, yaitu: membuat bak pembagi, pembangunan
alat pengukur debit manual di jalur sungai, membuat jaringan irigasi di lapang untuk
meningkatkan daerah layanan irigasi suplementer bagi tanaman kelapa sawit seluas
kurang lebih 1 ha, percobaan lapang untuk mengkaji pengaruh irigasi suplementer
(volume dan waktu pemberian) terhadap pertumbuhan vegetatif kelapa sawit dan dampak
peningkatan aliran dasar (base flow) terhadap performa kelapa sawit pada musim
kemarau, identifikasi lokasi pengembangan dan membuat untuk 4 buah Dam Parit
dan upscalling pengembangan dam parit di daerah aliran sungai.

7
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Petak Tersier


Petak tersier terdiri dari kumpulan petak sawah (100 ha, 150 ha) yang dilengkapi
dengan saluran tersier, serta saluran kuarter. Dalam operasi dan pemeliharaannya, petak
tersier ini sudah menjadi tanggung jawab dari petani pemakai air.
3.2 Standar Tata Nama Bangunan pada Jaringan Irigasi
Daerah irigasi dapat diberi nama sesuai dengan nama daerah setempat, nama
sungai yang disadap atau nama waduk. Saluran irigasi primer diberi nama sesuai dengan
daerah irigasi yang dilayani, contoh saluran primer DI Selo diberi nama BS2 (Bangunan
Selo) dan angka menunjukkan no. menurut bangunan. Saluran sekunder sering diberi
nama sesuai dengan nama desa/nagari yang terletak di petak sekunder. Saluran antara dua
bangunan dinamakan Ruas disingkat R, contoh RS1 (Ruas ke-1 dari sekunder Saruaso), S
menunjukkan nama saluran sekunder. Contoh nama bangunan pada saluran BS2
(Bangunan, Sekunder Saruaso, No. 22).
Pada petak tersier kode sesuai dengan nama bangunan sadap tersier pada saluran
sekunder. Contoh S2K artinya petak tersier menyadap dari saluran sekunder Selo
bangunan nomor 2 dan sebelah kanan saluran. Untuk box tersier diberi kode T1, T2, dan
angka disesuaikan dengan banyaknya box tersier. Petak kuarter diberi kode K, sedang
untuk petak rotasi diberi kode A, B, … C dan seterusnya sesuai dengan jumlah rotasi.
Pemberian nama perlu memperhatikan kemungkinan adanya tambahan bangunan-
bangunan dikemudian hari, sehingga dengan adanya bangunan-bangunan baru tersebut
sistem pemberian nama yang telah dilaksanakan tidak perlu dirubah. Salah satu contoh
sistem pemberian nama adalah sebagai berikut :
a) Saluran primer diberi nama menurut nama sungai tempat mengambil air, tetapi
dapat juga diberi nama dengan cara lain misalnya menurut nama daerah yang
dilayani. Misal suatu saluran primer mengambil air dari sungai Dengkeng dan
melayani daerah Soka, saluran dapat diberi nama saluran Dengkeng, tetapi bias
juga diberi nama saluran Soka.
b) Saluran sekunder diberi nama menurut nama desayang dekat dengan permulaan
saluran. Misal saluran sekunder Tugu, berarti saluran sekunder tersebut
permulaannya dekat desa Tugu.

8
c) Suatu saluran dibagi menjadi bagian-bagian atau sering disebut ruas-ruas. Misal
suatu ruas mempunyai nama RS2, berarti ruas itu terletak antara BS1 dan BS2.
d) Bangunan pembagi diberi nama seperti pemberian nama pada suatu ruas, tetapi
huruf R yang berarti “ruas” diganti huruf B yang berarti “bangunan”, dan dalam
hal ini “bangunan pembagi”. Misal BS1 berarti bangunan pembagi pada akhir
ruas RS1.
e) Nama bangunan-bangunan antara bangunan pembagi diberi nama sesuai nama
bangunan pembagi disebelah hilirnya, kemidian ditambah huruf kecil berturut-
turut dari hulu kearah hilir. Misalnya BS1a, BS1b, BS1c, BS1d dan seterusnya.
f) Saluran tersier diberi nama menurut bangunan bagi dimana saluran tersier
tersebut menerima air, dan huruf B yang berarti “bangunan” dihilangkan dan
diberi tambahan indikasi yang memperjelas posisi saluran. Misalnya unutk
menunjukkan arah kanan diberi indikasi ka, tengah dengan ta, kiri dengan ki.
Sebagai contoh adalah saluran tersier s2ka, ini berartio saluran tersier yang
menerima air dari BS2 dan arah aliran pada saluran tersier itu kesebelah sisi
kanan saluran besar pada BS2.
g) Nama suatu unit tersier misal
Artinya adalah :
1) Unit tersier ini dilayani saluran tersier slki.
2) Luas unit tersier adalah 90 ha.
3) Kebutuhan air saat rendaman penuh = 120 liter/detik.

9
BAB IV
PENGOLAHAN DATA DAN CONTOH PERHITUNGAN

4.1 Data Hujan Stasiun

Stasiun 12 2006 2007 2008 2009 2010

Jan 269 80 143 174 244


Feb 265 175 235 176 210
Mar 235 274 231 99 332
Apr 77 83 36 75 66
Mei 102 9 31 89 67
Juni 6 9 16 39 277
July 31 10 17 10 86
Agt 0 0 0 18 21
Sep 38 0 11 0 113
Okt 48 36 52 25 80
Nov 199 76 143 59 34
Des 292 108 232 57 167

4.2 Curah Hujan Efektif

JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER OKTOBER NOVEMBER DESEMBER
Periode 1 Periode 1 Periode 1 Periode 1 Periode 1 Periode 1 Periode 1 Periode 1 Periode 1 Periode 1 Periode 1 Periode 1
Ʃ 117 Ʃ 90 Ʃ 159 Ʃ 55 Ʃ 31 Ʃ 9 Ʃ 10 Ʃ 0 Ʃ 0 Ʃ 0 Ʃ 0 Ʃ 7
Re 7.8 Re 6 Re 10.6 Re 3.666667 Re 2.066667 Re 0.6 Re 0.666667 Re 0 Re 0 Re 0 Re 0 Re 0.466667
Periode 2 Periode 2 Periode 2 Periode 2 Periode 2 Periode 2 Periode 2 Periode 2 Periode 2 Periode 2 Periode 2 Periode 2
Ʃ 26 Ʃ 86 Ʃ 72 Ʃ 11 Ʃ 0 Ʃ 0 Ʃ 0 Ʃ 0 Ʃ 0 Ʃ 36 Ʃ 0 Ʃ 100
Re 1.625 Re 6.615385 Re 4.5 Re 0.733333 Re 0 Re 0 Re 0 Re 0 Re 0 Re 2.4 Re 0 Re 6.666667

Contoh Perhitungan :
Untuk Bulan Januari
Untuk nilai R80 diambil dari table no 2 : 83
1
𝑅𝑒 = 𝑅80 ∗ ∗ 0,7
15
1
𝑅𝑒 = 83 ∗ ∗ 0.7 = 3.873
15

10
11
4.3 Data Klimatologi
GARIS LINTANG 7057'
GARIS BUJUR 112037'

Tekanan
No Bulan Suhu Z h y U
uap
1 januari 22.82 0.4903 0.8255 971.97 450 2.45
2 februari 20.72 0.409 0.7348 877.97 450 2.17
3 maret 23.2 0.409 0.8145 971.23 450 2.41
4 april 22.88 0.6271 0.7319 938.74 450 2.62
5 mei 23.93 0.6006 0.6897 941.13 450 3.15
6 juni 23.01 0.5748 0.7035 940.9 450 5.36
7 juli 22.82 0.714 0.7587 974.94 450 3.18
8 agustus 22.35 0.6628 0.7594 976.29 450 3.22
9 september 30.53 0.6661 0.7197 944.55 450 3.38
10 oktober 23.75 0.6135 0.7519 974.48 450 3.25
11 november 22.95 0.6068 0.7539 973.97 450 3.16
12 desember 23.67 0.551 0.7842 975.03 450 3.3

12
4.4 Perhitungan Evaporasi

EVAPOTRANSPIRASI METODE PENMAN

Eto = Evapotranspirasi Harian (mm/hari)


B = Angka Perbandingan Perhitungan Evaporasi Dengan Metode Energi Budget = D / D+G
D = Kemiringan Kurva Tekanan Uap Air Jenuh Pada Suhu rata-rata (mb/ᴼC) => Tabel berdasarkan suhu rata-rata
G = Konstanta Psychometric (mb/ᴼC) = 0.00066 P
P = 1013 - 0.115 Y
Y = Elevasi Lokasi Studi (m)
HI = Faktor Radiasi Yang Datang (mm/hari) = (1-r) Ra (a1+a2 . Z)
r = Koefisien Refleksi => Tabel
Ra = Radiasi Gelombang Pendek Teoritis / Angka Angkot (mm/hari) => Tabel Ra berdasarkan posisi lintang dan bulan

Bulan Suhu (ᴼC) D (tabel) Y (m) P G B Ra Z Hi h ea ed Ho U Ea ET 0

oktober 24.0 1.799 0.742181 15.23 0.66 5.248245 15.67 0.75 29.85 22.48379 1.824348 132 0.248094 2.605114
november 22.9 1.630 0.722858 15.45 0.56 4.505157 15.04 0.79 27.95 22.06187 1.630342 0 1.177627 2.404453
desember 23.8 1.772 0.739277 15.46 0.22 1.779302 15.63 0.80 29.5 23.74274 1.068562 70.45161 0.640385 0.692397
januari 23.2 1.717 0.733154 15.51 0.37 3.020086 15.50 0.84 28.46 23.83295 1.276409 120 0.2258 1.338637
februari 20.8 1.512 0.707555 15.54 0.41 3.319449 15.01 0.78 24.59 19.21533 1.589444 164 -0.03569 1.213637
maret 23.4 1.735 0.735189 15.12 0.43 3.416902 15.54 0.81 28.81 23.28034 1.403331 121.7778 0.257461 1.548534
575 946.875 0.624938
april 22.7 1.673 0.728044 14.00 0.48 3.514418 15.40 0.81 27.62 22.47347 1.518337 88.32 0.456583 1.577405
mei 23.3 1.762 0.738184 12.74 0.80 5.305147 15.52 0.71 28.63 20.21647 2.239866 134.8364 0.253299 2.329061
juni 22.0 1.612 0.720628 12.00 0.76 4.763032 15.26 0.73 26.45 19.18507 2.237763 132 0.244683 1.888138
juli 21.7 1.587 0.717471 12.26 0.76 4.83275 15.20 0.71 25.99 18.35229 2.301774 134.8364 0.229942 1.880866
agustus 22.2 1.629 0.722735 13.27 0.78 5.391167 15.30 0.69 26.79 18.47646 2.346817 144 0.154299 2.243041
september 22.5 1.656 0.726017 14.51 0.90 6.809435 15.36 0.67 27.29 18.41165 2.584221 155.0769 0.040868 3.078775

13
Metode penman

Rumus :
ETo = (B (Hi - Ho) + ((1 - B) Ea)
Contoh perhitungan di bulan januari
B = D +(D/G)
D = kemiringan kurva tekanan uap jenuh pada suhu rata-rata di januari 22.82
G = 0.0006*P

Tabel D : Kemiringan kurva tekanan uap jenuh pada suhu


tertentu (mb/oC)
T (oC) .0 .1 .2 .3 .4 .5 .6 .7 .8 .9
18 1.298 1.315 1.323 1.326 1.327 1.335 1.342 1.349 1.356 1.363
19 1.371 1.379 1.386 1.394 1.402 1.410 1.417 1.425 1.433 1.440
20 1.448 1.456 1.464 1.472 1.480 1.488 1.504 1.504 1.512 1.520
21 1.528 1.536 1.545 1.553 1.532 1.570 1.587 1.587 1.595 1.604
22 1.612 1.621 1.629 1.638 1.647 1.656 1.673 1.673 1.682 1.630
23 1.699 1.708 1.717 1.726 1.735 1.745 1.769 1.769 1.772 1.782
24 1.799 1.800 1.819 1.819 1.828 1.838 1.867 1.857 1.867 1.876
25 1.886 1.996 1.906 1.916 1.926 1.936 1.956 1.956 1.966 1.976
26 1.986 1.997 2.007 2.018 2.028 2.039 2.060 2.060 2.070 2.081
27 2.092 2.102 2.113 2.123 2.134 2.144 2.165 2.165 2.176 2.186
28 2.197 2.207 2.213 2.228 2.239 2.249 2.270 2.270 2.281 2.291
29 2.302 2.312 2.323 2.333 2.344 2.354 2.375 2.375 2.386 2.396
30 2.432 2.417 2.424 2.439 2.449 2.459 2.490 2.490 2.491 2.501

D = 1.63
P = 1013 – 0.115 Y
Y = elevasi lokasi studi
= 450
P = 1013 – 0.115*450
= 961.25
G = 0.0006 * 961.25
= 0.634
B = D/(D+G)
= 1.63 /(1.63+0.634)
= 0.72
Hi = fakror radiasi yang datang (mm/hari)
= (1 – r) Ra (a1 + a2 * Z)

14
r = tanaman hijau
= 0.2
Ra = radiasi gelombang pendek teoritis / angkat angkot (mm/hari) di bulan januari

Tabel Ra : Radiasi gelombang pendek teoritis / angka


angot pada bulan tertentu (mm/hari)

Ra = 15.49 (mm/hari)
Hi = (1 – 0.2) 15.49 (0.24 + 0.41 * 0.49)
= 5.46
Ho = sTa4 * (a3 –(a4 * ed1/2)) * (a5 + (a6 * Z))

sTa4 = radiasi gelombang panjang teoritis (mm/hari) di bulan januari

Tabel a : Konstanta Penman Standar Indonesia


a1 0.24 a6 0.55
a2 0.41 a7 0.20
a3 0.56 a8 lahan terbuka 0.5
lahan bertanaman 1.0
a4 0.08 a9 0.0063
a5 0.28

Tabel Ta4: Radiasi Gelombang Panjang berdasarkan suhu

15
sTa4 = 15.42

ed = tekanan uap jenuh yang terjadi sesungguhnya (mb)

= h * ea

ea = tekanan uap jenuh pada subhu rata-rata ybs (mb) bulan januari

Tabel ea : Tekanan uap jenuh pada suhu tertentu (mb)

r
Air terbuka 0.06
Tanaman hijau 0.2

Rumput-rumputan 0.08-0.09
Batu 0.12-0.15

ea = 27.78

ed = 0.826 * 27.78

= 22.93
Ho = 15.42 * (0.58 –(0.08 * 22.931/2)) * (0.28 + (0.55 * 0.49))
= 1.499
Ea = factor aerodinamik
= (a7) (ea – ed) (a8 – a9 * U)
= (0.2) (27.78 – 22.93) (1 – 0.0063 *2.45)
= 0.955
ETo = (B (Hi - Ho) + ((1 - B) Ea)
= (0.72 (5.46 – 1.499) + ((1 – 0.72) 0.955)
= 3.121
Jadi evaporasi di bulan januari sebesar 3.121

16
17
4.5 Pola tanam
NO URAIAN Besaran Satuan OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1
Pola Tanam PADI WLR WLR BUNCIS JAGUNG
PD

2 1.050 1.140 1.280 1.390 1.350 1.175 1.030 0.880 0.200 0.350 0.640 0.880 0.910 0.700 0.340 0.130 0.200 0.385 0.640 0.855 0.910 0.785
Koef Tanaman K 1.050 1.140 1.280 1.390 1.350 1.175 1.030 0.880 0.200 0.350 0.640 0.880 0.910 0.700 0.340 0.130 0.200 0.385 0.640 0.855 0.910 0.785
1.050 1.140 1.280 1.390 1.350 1.175 1.030 0.880 0.200 0.350 0.640 0.880 0.910 0.700 0.340 0.130 0.200 0.385 0.640 0.855 0.910 0.785

Langkah-langkah perhitungannya adalah sebagai berikut :


Baris 1 : Koefisien tanaman (C1) didasarkan pada ketentuan yang ada pada KP penunjang
Baris 2 : Koefisien tanaman (C2) didasarkan pada ketentuan yang ada pada KP penunjang
Baris 3 : Koefisien tanaman (C3) didasarkan pada ketentuan yang ada pada KP penunjang
Baris 4 : Koefisien rata-rata tanaman (C)
C=(C1+C2+ C3) / 3

18
19
4.6 Perhitungan Kebutuhan Air Irigasi

NO URAIAN Besaran Satuan OKTOBER NOVEMBER DESEMBER JANUARI FEBRUARI MARET APRIL MEI JUNI JULI AGUSTUS SEPTEMBER
I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II I II
1
Pola Tanam PADI WLR WLR BUNCIS JAGUNG
PD

2 1.050 1.140
1.280 1.390 1.350 1.175 1.030 0.880 0.200 0.350 0.640 0.880 0.910 0.700 0.340 0.130 0.200 0.385 0.640 0.855 0.910 0.785
Koef Tanaman K 1.050
1.140 1.280 1.390 1.350 1.175 1.030 0.880 0.200 0.350 0.640 0.880 0.910 0.700 0.340 0.130 0.200 0.385 0.640 0.855 0.910 0.785
1.050 1.140 1.280 1.390 1.350 1.175 1.030 0.880 0.200 0.350 0.640 0.880 0.910 0.700 0.340 0.130 0.200 0.385 0.640 0.855 0.910 0.785
3 Rata2 Koef Tanaman 1.050 1.095 1.157 1.270 1.340 1.305 1.185 1.028 0.703 0.477 0.397 0.623 0.810 0.830 0.650 0.390 0.223 0.238 0.408 0.627 0.802 0.850 0.848 0.785
4 Evaporasi potensial Eto mm/hr 2.605114248 2.404453221 0.692397021 1.33863696 1.213636513 1.54853403 1.577405487 2.329060502 1.888137797 1.880866039 2.243040957 3.078775312
5 Kebutuhan Air Konsumtif Etc mm/hr 2.73537 2.8526 2.781151 3.053656 0.927812 0.903578 1.586285 1.376565 0.853591 0.5785 0.614252 0.965253 1.277698 1.309247 1.513889 0.908334 0.421684 0.450006 0.76802 1.178676 1.798171 1.906585 2.609262 2.416839
6 Rasio luas keb.air konsumif 0.25 0.75 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1.00 1 1 1 0.75 0.25
7 Keb air konsumtif dg rasio luas mm/hr 0.683842 2.13945 2.781151 3.053656 0.927812 0.903578 1.586285 1.376565 0.853591 0.5785 0.614252 0.965253 1.277698 1.309247 1.513889 0.908334 0.421684 0.450006 0.76802 1.178676 1.798171 1.906585 1.956947 0.60421
8 Penggantian air karena Eto & P M mm/hr 4.866 4.645 2.762 3.473 3.335 3.703 3.735 4.562 4.077 4.069 4.467 5.387
k' 0.584 0.557 0.331 0.417 0.400 0.444 0.448 0.547 0.489 0.488 0.536 0.646
Pd mm/hr 11.002 11.002 10.870 10.870 9.790 9.790 10.190 10.190 10.112 10.112 10.322 10.322 10.340 10.340 10.821 10.821 10.537 10.537 10.533 10.533 10.766 10.766 11.315 11.315
11 Rasio Luas Penyiapan Lahan 0.75 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.25 0.75
12 Keb air penyiapan lahan dg rasio luas Pd mm/hr 8.251 2.750 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 2.829 8.486
13 Perkolasi (Loam) P mm/hr 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2 2
14 Penggantian Lapisan Genangan WLR mm/hr 0 0.00 3.333 3.333 3.333 3.333 3.333 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
15 Rasio Luas Pengganti lap.Genangan 0 0.00 0.25 0.5 0.5 0.5 0.25 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
16 Pengganti lap.genangan dg rasio luas WLR mm/hr 0 0 0.83325 1.6665 1.6665 1.6665 0.83325 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
17 Keb. Air disawah mm/hr 12.987 7.603 5.614 6.720 4.594 4.570 4.420 3.377 2.854 2.579 2.614 2.965 3.278 3.309 3.514 2.908 2.422 2.450 2.768 3.179 3.798 3.907 7.438 12.903
18 Curah Hujan Efektif Re mm/hr 0 2.4 0 0 0.466667 6.666667 7.8 1.625 6 6.615385 10.6 4.50 3.666667 0.733333 2.066667 0 0.6 0 0.666667 0 0 0 0 0
19 Keb.bersih air disawah NFR mm/hr 12.987 5.203 5.614 6.720 4.128 0.000 0.000 1.752 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 2.576 1.447 2.908 1.822 2.450 2.101 3.179 3.798 3.907 7.438 12.903
l/dt/ha 1.503071 0.602198 0.649815 0.777796 0.477737 0 0 0.202727 0 0 0 0 0 0.298138 0.167503 0.336613 0.210843 0.283566 0.243212 0.367902 0.439603 0.452151 0.860876 1.493397
Keb.bersih air disawah maksimum l/dt/ha 1.503071276
20 Efisiensi Irigasi e % 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80% 80%
Keb air disaluran pengambilan l/dt/ha 1.878839 0.752747 0.812269 0.972245 0.597171 0 0 0.253409 0 0 0 0 0 0.372673 0.209378 0.420766 0.263554 0.354457 0.304015 0.459878 0.549504 0.565189 1.076095 1.866747
Keb air disaluran pengambilan max l/dt/ha 1.878839095

20
Perhitungan kebutuhan air irigasi untuk bulan juni periode I,

1 Menggambar PTT sesuai dengan jenis tanaman dan waktu mulai tanam
2 Menentukan koefisien tanaman padi sesuai dengan grafik periode umur tanaman
3 Rerata koefisien tanaman dihitung dengan rumus :
koefisien
Rerata =
jumlahkoefisien

Rerata Koefisien Tanaman I = (1.28+1.14+1.05)/3 = 1.16

4 Memasukkan harga evapotranspirasi potensial (Et0) dari Perhitungan Metode Penmann . Pada Bulan
juni besar harga Et0 = 3.384 mm/hari.
5 Menghitung penggunaan air konsumtif (Etc) dengan rumus
Etc = c x ETo

Etc = 1.16 x 3.384

= 3.91 mm/hari

6 Dari PTT didapat :


Rasio Luas Tanaman I =1

7 Perkolasi dapat diketahui berdasarkann jenis tanah, yaitu : Lempung dengan perkolasi sebesar 2
mm/hari
8 Penggantian air karena ET0 dan P (M) ; Nilai k
M = 1.1 ETo + P

= 1.1 (3.384) + 2

= 5.72

k = M.T/S

= 5.72 x 30 / 250

= 0.69

9 Kebutuhan Air Konsumtif dengan rasio luas


Kebutuhan Air Konsumtif dengan rasio = Rasio luas x Kebutuhan air konsumtif

Kebutuhan Air Konsumtif dengan rasio = 1 x 3.384

21
= 3.384 mm/hari

10 Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan didapat dari Tabel Kebutuhan Air untuk Penyiapan Lahan
dengan cara:
Pd = ( M.ek ) / ( ek – 1 )

= ( 5.72 x e0.72 ) / ( e0.72 – 1 )

= 13.82

maka banyaknya air yang dipersiapkan untuk pengolahan lahan = 13.82 mm/hari.

11 Dari PTT didapat Rasio Luas PL = 0


12 PL dengan Rasio Luas = PL x Rasio Luas PL
= 13.82 x 0

= 0 mm/hr

13 Penggantian Lapisan Air ( WLR ) = 60 hari, di mulai pada hari ke 30


WLR = Biasanya dipakai

= 3,333 mm/hr

14 Dari PTT didapat Rasio Luas WLR (juni Periode I) = 1/4 = 0.25
15 WLR dengan Rasio Luas (November Periode I) = WLR x Rasio Luas WLR
= 3.333 x 0.25

= 0.83 mm/hr

16 Kebutuhan Air Sawah = Air Konsumtif dengan Rasio luas + PL dengan Rasio Luas +Perkolasi+
Rasio Luas dengan WLR
Kebutuhan Air Sawah = 3.91 + 0 + 2 + 083

= 6.75 mm/hr

17 Curah Hujan Efektif didapat dari rumus PU :


Re Pada Bulan juni periode 1 = 0.51

18 Kebutuhan Air Bersih di Sawah (NFR)


10000
Keb. Air bersih = (Keb. Air Sawah total - CH efektif total) x
24  60  60

22
10000
=(6.76 – 0.51) x
24  60  60

= 0.72 /dt/ha

19 Efisiensi Saluran Irigasi


Data yang diketahui :

Ef. Sal. Irigasi = 80%

keb.airbersih
20 Kebutuhan Air Irigasi di Intake =
efisiensii rigasi
0.72
=
0 .8

= 0.902 lt/dt/Ha

Perhitungan kebutuhan air irigasi pada bulan berikutnya dapat dihitung dengan contoh perhitungan
tersebut. Lebih detail, kebutuhan air irigasi dengan metode KP PU tumpuk dapat diketahui pada tabel
berikut.

23
4.7 Analisa Debit dan Dimensi Saluran Irigasi
Luas Petak Tersier 117.8694941 ha
NFR 1.503071276
Qpetak tersier = NFR x A 177.1662509 lt/dt = 0.177166 m^3/dt

Qpetak kuarter = Qt/8 22.14578136 lt/dt = 0.022146 m^3/dt

Jenis saluran

Pipa saluran tersier = Permukaan beton kst = 80 Tinggi jagaan saluran tersier= 0.2 m
Pipa saluran kuarter = Tanah asli kst = 35 Tinggi jagaan saluran kuarter= 0.2 m

Debit Saluran Debit dari saluran sebelumnya Debit Total B Yn P A kst R V Nilai Q kontrol kecepatan B Saluran T Saluran
Nama Saluran M N S S Rencana kontrol debit
M^3/dt M^3/dt M^3/dt Meter Meter (m) (m2) (beton) (A / P) Meter/dt Meter^3 MIN MAX m m
A-B 0.02214578 0.022146 1 0.8 2.78885 1.12 80 0.4016 0.00032 0.000320663 0.779786253 0.8733606 OKE OKE OKE 1 1
B-C 0.02214578 0.022145781 0.044292 1 0.8 2.78885 1.12 80 0.4016 0.00035 0.000354235 0.81959048 0.9179413 OKE OKE OKE 1 1
C-D 0.02214578 0.044291563 0.066437 1 0.8 2.78885 1.12 80 0.4016 0.00034 0.000338717 0.801438405 0.897611 OKE OKE OKE 1 1
0.5 1
A-F 0.02214578 0.022146 1 0.8 2.78885 1.12 80 0.4016 0.00004 0.000300000 0.754244358 0.8447537 OKE OKE OKE 1 1
F-G 0.02214578 0.022145781 0.044292 1 0.8 2.78885 1.12 80 0.4016 0.00028 0.000278832 0.727148405 0.8144062 OKE OKE OKE 1 1
G-H 0.02214578 0.044291563 0.066437 1 0.8 2.78885 1.12 80 0.4016 0.00030 0.000303841 0.759057989 0.8501449 OKE OKE OKE 1 1
H-I 0.02214578 0.066437344 0.088583 1 0.8 2.78885 1.12 80 0.4016 0.00029 0.000290553 0.742274051 0.8313469 OKE OKE OKE 1 1

v  1 / nd  R 2 / 3  S 1 / 2
A
R
P
Q  v A
Menghitung kecepatan dan dimensi membutuhkan data lebar dan tinggi saluran yang mana lebar
dan tinggi saluran dilakukan dengan cara coba-coa sampai mendapaikan hasil yang memenuhi
sarat
Menhitung di saluran BT1-A1
Dicoba : b = 3 m , h = 1.7 m , M = 1
A = 0.5 h (b x (b + 2M.h)
= 0.5 x 1.7 (3 + 2 x 3 x 1.7)
= 32.56
P = b + 2 (h (1 + M2)1/2)
= 3 + 2(1.7 (1 + 32)1/2)
= 11.8
R = A/P
= 32.35/11.8
= 2.76
V = 1/nd . R2/3 . S1/2
= 1/0.03 x 2.762/3 x 0.0071/2
= 0.006 < 2 …..oke
Q=AxV
= 32.35 x 0.006

24
= 0.052 > debit yg dibutuhkan 0.016……………oke!!!
4.8 Analisa Debit dan Dimensi Saluran Irigasi Saluran Pembuang
Curah hujan andalan ( metode log person) kala ulang 5 tahun
m tahun debit p% log Q (lohg q- log q rata-rata)2 (lohg q- log q rata-rata)3
1 2006 9.733333 16.66667 0.988262 0.003273264 0.000187271
2 2007 9.133333 33.33333 0.960629 0.922808668 0.886477052
3 2008 7.833333 50 0.893947 0.799140537 0.714388972
4 2009 5.866667 66.66667 0.768391 0.590425364 0.45367778
5 2010 11.06667 83.33333 1.044017 1.089971139 1.137948212
jumlah 4.655246 3.405618972 3.192679287
rata rata 0.931049

standart deviasi
0.851405

cs
2.15544

g
0.5594
log x
2.136802
R(n)r = x
137.0257 mm/hari
n 3
I-ET 0 KARENA TIDAK Ada
Ds 50 mm
dn
87.02571 mm 3.357473 l/dt/ha
Qd = 1,62 Dm A0,92

Jadi dari metode ni untuk kala ulang 5 tahun debit dalam 1 petak tersier sebesar = 0.00203 l/dt

25
Menghitung dimensi saluran pembuang

m/ N = 1/ 2

saluran Luas Petak Qd Q komulatif saluran Qd (lt/dt) q(m3/dt) b (m) yn a(m2) slup asli s rencana p r k V cek v V cek v q kontrol cek Q tinggi jagaan b salurantinggi saluran
f-g 14.960 65.5320311 65.532 f-g 65.5320 0.0655 1 0.6 0.78 0.0003 0.005 2.34164 0.3331 30 0.2407183 tidak ok 1.01935 ok 0.79509 ok 0.4 1 1
g-h 14.998 65.687757 131.220 g-h 131.2198 0.1312 1 0.6 0.78 0.0003 0.005 2.34164 0.3331 30 0.2512818 tidak ok 1.01935 ok 0.79509 ok 0.4 1 1
h-i 14.790 64.846337 196.066 h-i 196.0661 0.1961 1 0.6 0.78 0.0003 0.005 2.34164 0.3331 30 0.2457255 tidak ok 1.01935 ok 0.79509 ok 0.4 1 1
i-j 13.874 61.1450604 257.211 i-j 257.2112 0.2572 1 0.6 0.78 0.0003 0.005 2.34164 0.3331 30 0.2424248 tidak ok 1.01935 ok 0.79509 ok 0.4 1 1
k-l 14.968 65.5670141 322.778 k-l 322.7782 0.3228 1 0.6 0.78 0.0002 0.005 2.34164 0.3331 30 0.2206341 tidak ok 1.01935 ok 0.79509 ok 0.4 1 1
l-m 14.323 62.96128 385.739 l-m 385.7395 0.3857 1 0.6 0.78 0.0003 0.005 2.34164 0.3331 30 0.2305095 tidak ok 1.01935 ok 0.79509 ok 0.4 1 1
m-n 14.978 65.6078271 451.347 m-n 451.3473 0.4513 1 0.6 0.78 0.0002 0.005 2.34164 0.3331 25 0.1879917 tidak ok 0.84946 ok 0.66258 ok 0.4 1 1
n-o 14.978 65.6078271 516.955 n-0 516.9551 0.5170 1 0.6 0.78 0.0002 0.005 2.34164 0.3331 25 0.1849676 tidak ok 0.84946 ok 0.66258 ok 0.4 1 1
o-j 14.978 516.955 n-0 516.9551 0.5170 1 0.6 0.78 0.0001 0.005 2.34164 0.3331 25 0.1207351 tidak ok 0.84946 ok 0.66258 ok 0.4 1 1
j-e 14.323 774.166 n-0 774.1663 0.7742 1 1.1 1.705 0.0001 0.005 3.45967 0.49282 25 0.1483653 tidak ok 1.10294 ok 1.88051 ok 0.4 1 1.5

Menghitung demensi dan kecepatan disaluran di saluaran BT1-A1

v  1 / nd  R 2 / 3  S 1 / 2
A
R
P
Q  v A
Menghitung kecepatan dan dimensi membutuhkan data lebar dan tinggi saluran yang mana lebar
dan tinggi saluran dilakukan dengan cara coba-coa sampai mendapaikan hasil yang memenuhi
sarat
Menhitung di saluran BT1-A1
Dicoba : b = 0.7 m , Yn = 0.9 m (persegi)
A = b x Yn
= 0.7 x 0.9
= 0.63
P = b + 2 Yn
= 0.7 + 2(0.9)
= 2.5
R = A/P
= 0.63/2.5

26
= 0.25
V = 1/nd . R2/3 . S1/2
= 1/0.022 x 0.252/3 x 0.000751/2
= 0.00057
Q=AxV
= 0.63 x 0.00057
= 0.00036 > debit yg dibutuhkan 0.000018……………oke!!!

4.9 Rotasi
PERHITUNGAN ROTASI
NFR = 1.503071
Q tersedian 45% q luas total = 117.8695 ha
Dibagi jadi 3 periode dalam 14 hari (336 jam)

Periode 1 A dan B diairi ; C ditutup Periode 2 B dan C diairi ; C ditutup Periode 3 A dan C diairi ; B ditutup
Lama pemberian air = (Aa+Ab)/A x 336/2 Lama pemberian air = (Ab+Ac)/A x 336/2 Lama pemberian air = (Ac+Aa)/A x 336/2
= (43.662 + 29.928)/117.8695 x 336/2 = (29.928 + 44.280)/117.8695 x 336/2 = ( 44.280+ 43.662)/117.8695 x 336/2
= 104.8913 Jam 4.370469009 hari = 105.7683 Jam 4.407010941 hari = 125.3437 Jam 5.222653 hari

kapasitas saluran A kapasitas saluran B kapasitas saluran C


Qa = Aa/(Aa + Ab) x (NFRxAX65%) Qb = Ab/(Ab + Ac) x (NFRxAX65%) Qc = Ac/(Ac + Aa) x (NFRxAX65%)
Qa = 43.662/(43.662+29.9298)*(1.503*117.870*0.65) Qb = 29.928/(29.928+44.280)*(1.503*117.87*0.65) Qc = 44.280/(44.280+43.662)*(1.503*117.87*0.65)
Qa = 68.32509 l/detik/ha Qb = 46.44323 l/detik/ha Qc = 57.98337 l/detik/ha

Qb = Ab/(Aa + Ab) x (NFRxAX65%) Qc = Ac/(Ac + Ab) x (NFRxAX65%) Qa = Aa/(Aa + Ac) x (NFRxAX65%)


Qb = 29.928/(43.662+29.928)*(1.503*117.870*0.65) Qc = 44.280/(44.280+29.928)*(1.503*117.870*0.65) Qa = 43.662/(43.662+44.280)*(1.503*117.870*0.65)
Qb = 46.83298 l/detik/ha Qc = 68.71483 l/detik/ha Qa = 57.17469 l/detik/ha

Pemberian air dalam seminggu


SKEMA JADWAL PEMBERIAN AIR
No Hari Rotasi air PQ.KN 1 = 13.87429 Aa = 43.66204
1 senin PQ.KN 2 = 14.9784 Ab = 29.92785
2 selasa Petak A PQ.KN 3 = 14.9784 Ac = 44.2796
3 rabu Petak B PQ.KN 4 = 14.32281
LUAS
4 kamis PQ.KN 5 = 14.96827
5 jumat PQ.KN 6 = 14.95959
6 sabtu PQ.KN 7 = 14.99823
7 minggu Petak B PQ.KN 8 = 14.78952
8 senin Petak C
9 selasa 117.8695
10 rabu 14.73369
11 kamis
12 jumat Petak C
13 sabtu Petak A
14 minggu
dst dst…

27
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan
Dari pengumpulan serta pengolahan data yang dilakukan untuk merencanakan daerah
irigasi Gadungan, dapat diperoleh beberapa hal sebagai berikut.
1. Sistem irigasi yang direncanakan untuk daerah irigasi Gadungan dan sekitarnya
adalah sistem irigasi gravitasi
2. Jaringan irigasi yang digunakan adalah jaringan irigasi teknis
3. Luas daerah irigasi yang dialiri adalah 103.95 Ha
4. Petak sawah yang direncanakan adalah sebanyak 9 petak dengan luas masing-
masing petak 11.5 Ha
5. Perencanaan saluran meliputi 9 saluran tersier. Kebutuhan air setiap hektar sebelum
disesuaikan dengan efisiensi tiap saluran direncanakan sebesar 1.405 l/det/ha

5.1 Saran
Dalam pengerjaan tugas ini, penulis dapat menyarankan beberapa hal sebagai berikut.
1. Untuk memperoleh perencanaan dan perhitungan yang lebih akurat, maka perlu
diperhitungkan kebutuhan air yang lebih teliti.
2. Data-data yang digunakan sebaiknya data-data yang aktual dan lengkap, sehingga
penyimpangan dapat diperkecil.

28
29

Anda mungkin juga menyukai