Anda di halaman 1dari 19

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER

PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM KH MUHAMMAD TOHIR


Jl. Atar Sedangkek Pekon Way Suluh Kec.Krui Selatan Kab.Pesisir Barat.
TAHUN 2019
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah segala puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah swt, atas rahmat dan
inayahNya sehingga penyusunan Panduan Transfer Pasien dapat terselesaikan.
Undang-Undang RI No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 29 menyebutkan
bahwa Rumah Sakit berkewajiban untuk memenuhi hak pasien dan mengedepankan kepuasan
pasien. Oleh sebab itu disusunlah Panduan Transfer/Rujukan Pasien yang bertujuan untuk
mengatur sistem transfer pelayanan kesehatan di Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad
Thohir.
Proses transfer merupakan salah satu hal penting yang pasti terjadi pada pasien di
Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir. Transfer adalah proses perpindahan
pasien dari satu tempat pelayanan ke tempat pelayanan yang lain dengan tetap berorientasi
pada mutu dan keselamatan pasien. Proses transfer dapat dilakukan kapanpun dan dimanapun
pasien berada dan mendapatkan pelayanan. Agar pelayanan transfer atau perpindahan pasien
ini dapat berjalan dengan baik dan tercapai sesuai kebutuhan pasien, maka diperlukan
pemahaman persepsi tentang visi, misi dan tujuan Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad
Thohir dalam dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien dalam bentuk panduan
pelayanan transfer pasien.
Panduan ini disusun bersama antara bidang Pelayanan Medik dengan beberapa instalasi
terkait dan perwakilan Pokja ARK (Akses ke Rumah Sakit & Kontinuitas Pelayanan) yang
merupakan bagian dari Tim Akreditasi Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir.
Akhir kata semoga panduan ini dapat bermanfaat bagi seluruh tenaga medis dalam
memberikan pelayanan yang aman dan bermutu menuju kepuasan pasien. Kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan untuk perbaikan sehingga akan menambah
kesempurnaan penyusunan panduan dimasa mendatang.

Krui, 2019

Penyusun

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN


i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar .......................................................................................................... i
Daftar Isi ................................................................................................................... iii
BAB I Pendahuluan ............................................................................................. 1
A. Definisi ................................................................................................ 1
B. Menentukan Perlunya Transfer ........................................................... 1
C. Faktor Yang Berhubungan Dengan Transfer ...................................... 1
D. Cara Transfer ...................................................................................... 2
E. Cara Transportasi ............................................................................... 2
BAB II Ruang Lingkup .......................................................................................... 3
A. Kriteria Transfer Pasien ..................................................................... 3
B. Jenis Transfer Pasien ......................................................................... 3
C. Keputusan Melakukan Transfer ......................................................... 4
BAB III Tata Laksana ........................................................................................... 6
A. Prosedur Transfer ............................................................................... 6
B. Pengaturan Transfer ........................................................................... 6
C. Pengobatan Sebelum Transfer ............................................................ 7
D. Pengelolaan Selama Transfer ............................................................ 8
E. Stabilisasi Sebelum Transfer .............................................................. 8
F. Pendampingan Pasien Selama Transfer ............................................ 9
G. Kompetensi Pendamping Pasien Dan Peralatan Yang Harus
Dibawa
Selama Transfer ................................................................................. 9
H. Pemantauan, Obat-Obatan, Dan Peralatan Selama Transfer
Pasien Kritis ........................................................................................ 10
I. Dokumentasi Dan Penyerahan Pasien Transfer Antar Rumah
Sakit .................................................................................................... 11
J. Dokumentasi Dan Penyerahan Pasien Transfer Antar Rumah Sakit
............................................................................................................. 12
K. Komunikasi Dalam Transfer Pasien Antar Rumah Sakit.................... 12
L. Audit Dan Jaminan Mutu .................................................................... 13
BAB IV Dokumentasi ............................................................................................. 14

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 1


BAB I PENDAHULUAN
Pelayanan kesehatan kegawatdaruratan sehari-hari adalah hak setiap orang
dan merupakan kewajiban yang harus di miliki oleh semua orang. Pemerintah
dan segenap masyarakat bertanggungjawab dalam memelihara dan meningkatkan
kualitas pelayanan kesehatan. Untuk menunjang sistem yang baik di perlukan
sumber daya manusia yang terampil dan terlatih dalam menangani penderita
dengan gawat darurat.
Transfer pasien dapat dilakukan apabila kondisi pasien layak untuk di transfer.
Prinsip dalam melakukan transfer pasien adalah memastikan keselamatan dan
keamanan pasien saat menjalani transfer. Pelaksanaan transfer pasien dapat dilakukan
intra rumah sakit atau antar rumah sakit.
Transfer pasien dimulai dengan melakukan koordinasi dan komunikasi pra
transportasi pasien, menentukan Sumber Daya Manusia yang akan mendampingi pasien,
menyiapkan peralatan yang disertakan saat transfer dan monitoring pasien selama
transfer. Transfer pasien hanya boleh dilakukan oleh staf medis dan staf keperawatan
yang kompeten serta petugas profesional lainnya yang sudah terlatih.

A. DEFINISI TRANSFER P ASIEN


Transfer pasien adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang
perawatan/ruang tindakan lain di dalam rumah sakit (internal) atau antar rumah sakit
(eksternal) baik sementara maupun menetap.

B. MENENTUKAN PERLUNYA TRANSFER


Yang mutlak harus di ketahui adalah kemampuan dokter yang bertugas serta
kemampuan rumah sakit tersebut. Dengan pengetahuan ini dapat di kenal secara dini
pasien mana yang perlu di lakukan rujukan. Bila sudah di ambil keputusan untuk
transfer, jangan menunda dengan melakukan tindakan diagnostik yang tidak perlu.

C. FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN TRANSFER


Faktor-faktor yang dijadikan pegangan untuk transfer penderita antara lain adalah
kriteria fisiologis, pola perlukaan, biomekanika trauma dan beberapa masalah khusus.
Apabila keputusan untuk transfer sudah diambil, jangan menunda transfer dengan
melakukan pemeriksaan agar lengkap. Hanya pemeriksaan fungsi hemodinamik yang
dapat dilakukan, pemeriksaan lain hanya akan menunda transfer. Ada keadaan
dimana penderita tidak dapat di lakukan transfer karena masalah hemodinamik yang
belum stabil.

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 2


D. CARA TRANSFER
Dokter yang mengirim bertanggung jawab untuk memulai rujukan, pemilihan cara
transfer serta tingkat perawatan sepanjang perjalanan. Dokter yang merujuk harus b e r k o
m u n i k a s i dahulu dengan dokter penerima transfer, mengetahui cara transportasi yang
dipilih dan mengatur pelayanan pasien selama transportasi.
Dokter yang menstransfer bertanggung jawab bahwa pasien dalam keadaan stabil
saat berangkat. Proses merujuknya sendiri mungkin sudah dimulai saat resusitasi masih
berlangsung. Peralatan untuk rujukan harus disiapkan karena akan memperlancar
proses rujukan.
Dokter penerima rujukan harus meyakini bahwa rumah sakitnyya mampu menerima
pasien dan memang bersedia menerima. Bila dokter penerima rujukan menyatakan
menolak rujukan, maka tetap harus membantu mencari alternatif rujukan.
Kualitas pelayanan selama transportasi juga sangat penting. Hanya dengan
komunikasi yang baik antara dokter yang merujuk dengan dokter penerima
rujukan, cara-cara transportasi dan cara pelayanan selama transportasi dapat
dilakukan dengan aman.

E. CARA TRANSPORTASI
Transportasi intra hospital adalah kegiatan pendukung untuk pelayanan gawat
darurat yang perlu mendapat perhatian untuk memberikan pelayanan antar unit
pelayanan (IGD) di perlukan prosedur, peralatan dan SDM yang memiliki pengetahuan
cukup. Perjalanan antar rumah sakit dapat berbahaya kecuali apabila terhadap pasien
telah di lakukan stabilisasi, tenaga yang mendampingi cukup terlatih dan telah di
perhitungkan kemungkinan terjadi selama transportasi.

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 3


BAB II RUANG
LINGKUP

1. KRITERIA TRANSFER PASIEN


Kondisi pasien yang menjalani prosedur transfer berbeda-beda tergantung dari keadaan
umum pasien itu sendiri sesuai kriteria berikut :
1. Pasien dengan kondisi level 0
Pasien dengan hemodinamik stabil yang hanya membutuhkan ruang perawatan biasa
.
2. Pasien dengan kondisi level 1
Pasien dengan hemodinamik stabil namun berisiko mengalami perburukan,pasien
yang baru dipindahkan dari HCU ,pasien yang akan di rawat di ruang perawatan biasa
dengan pengawasan dari tim perawatan khusus.
3. Pasien dengan kondisi level 2
Pasien dengan hemodinamik tidak stabil dan memerlukan observasi ketat atau
intervensi khusus misalnya pada pasien yang mengalami kegagalan satu sistem
organ,pasien perwatan post operasi.
4. Pasien dengan kondisi level3
Pasien dengan hemodinamik yang tidak stabil yang mengalami multi organ dan
memerlukan bantan hidup jangka panjang di tambah dengan kebutuhan akan alat
bantu nafas.

2. JENIS TRANSFER PASIEN


a. Transfer internal
I. Transfer pasien antar rawatinap
Adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang perawatan/ruang
tindakan lain didalam rumah sakit .
II. Transfer pasien rawat inap ke unitkhusus
Adalah perpindahan pasien dari ruang rawat inap biasa ke unit khusus (kamar
bedah, HCU, kamar bersalin) dikarenakan kebutuhan pelayanaan perawatan
khusus sesuai kebutuhan pasien.
Transfer pasien didalam rumah sakit terdiri dari
1. Transfer pasien dari IGD ke unit rawat inap, HCU, Radiologi
2. Transfer pasien dari rawat inap ke HCU, Radiologi,
3. Transfer pasien dari HCU ke rawat inap, Radiologi,
4. Transfer pasien dari poliklinik ke IGD
5. Transfer pasien antar unit rawat inap

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 4


b. Transfer eksternal.
1. Transfer pasien sementara ke luar rumah sakit
Adalah pelayanan rujukan sementara dikarenakan kebutuhan pasien untuk
perawatan sementara atau pemeriksaan penunjang yang karena satu hal tidak
dapat memenuhi pelayanaan tersebut.
2. Transfer pasien menetap ke luar rumah sakit
Adalah pelayanan rujukan menetap yang dibutuhkan pasien untuk rujukan
perawatan karena fasilitas Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir
tidak ada, ruangan penuh, dan bisa karena permintaan keluarga.
3. Penjemputan pasien

3. KEPUTUSAN MELAKUKAN TRANSFER


1. Lakukan pendekatan yang sistematis dalam proses transfer pasien.
2. Awali dengan pengambilan keputusan untuk melakukan transfer, kemudian lakukan
stabilisasi pre-transfer dan manajemen transfer.
3. Hal ini mencakup tahapan : evaluasi, komunikasi, dokumentasi/pencatatan,
pemantauan, penatalaksanaan, penyerahan pasien antar ruangan dalam rumah sakit
maupun ke rumah sakit rujukan/penerima, dan kembali ke Rumah Sakit Umum Daerah
KH. Muhammad Thohir.
4. Tahapan yang penting dalam menerapkan proses transfer yang aman : edukasi dan
persiapan.
5. Pengambilan keputusan untuk melakukan transfer harus dipertimbangkan dengan
matang karena transfer berpotensi mengekspos pasien dan personel rumah sakit akan
risiko bahaya tambahan, serta menambah kecemasan keluarga dan kerabat pasien.
6. Pertimbangkan risiko dan keuntungan dilakukannya transfer. Jika risikonya lebih besar,
sebaiknya jangan melakukan transfer.
7. Dalam transfer pasien, diperlukan personel yang terlatih dan kompeten, peralatan dan
kendaraan khusus.
8. Pengambil keputusan harus melibatkan DPJP dan dokter ruangan.
9. Dokumentasi pengambilan dan biodata detailnya, tanggal dan waktu diambilnya
keputusan, serta alasan yang mendasari.
10. keputusan harus mencantumkan nama dokter yang mengambil keputusan (berikut
gelar dan biodata detailnya), tanggal dan waktu diambilnya keputusan, serta alasan
yang mendasari.
11. Terdapat 2 alasan untuk melakukan transfer pasien keluar Rumah Sakit Umum Daerah
KH. Muhammad Thohir , yaitu:
a. Transfer untuk penanganan dan perawatan spesifik lebih lanjut
▪ Merupakan situasi emergency dimana sangat diperlukan transfer yang
efisien untuk tatalaksana pasien lebih lanjut, yang tidak dapat disediakan
Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir.
▪ Pasien harus stabil dan teresusitasi dengan baik sebelum dilakukan transfer
▪ Pasien ditransfer masuk dalam kategori emergency.

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 5


b. Transfer antar rumah sakit untuk alasan non medis ( karena ruangan penuh,
fasilitas yang diperlukan pasien tidak tersedia atau karena permintaan pasien
atau keluarga)
▪ Terdapat beberapa kondisi dimana permintaan atau kebutuhan akan
tempat tidur ruang rawat inap melebihi suplai sehingga diputuskan tindakan
untuk mentransfer pasien ke unit atau rumah sakit lain.
▪ Kondisi pasien yang membutuhan fasilitas tertentu tetapi di Rumah Sakit
KH.Muhammad Thohir tidak tersedia
▪ Pasien atau keluarga yang ingin dirujuk ke rumah sakit yang dekat
dengan tempat tinggalnya atau yang memiliki keluarga di rumah sakit yang
dituju.

BAB III
PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 6
TATA LAKSANA

A. PROSEDUR TRANSFER
1. SPO transfer antar ruangan
Adalah memindahkan pasien dari satu ruangan keruang perawatan/ruang tindakan lain
didalam Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir.
2. SPO transfer antar rumah sakit (rujukan menetap)
Adalah memindahkan pasien dari Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad
Thohir ke rumah sakit lain untuk pindah perawatan karena tidak tersedianya fasilitas
pelayanan yang dibutuhkan pasien
3. SPO transfer ke rumah sakit lain untuk tindakan medis atau pemeriksaan
penunjang(rujukan sementara)
Adalah memindahkan sementara pasien dari Rumah Sakit Umum Daerah KH.
Muhammad Thohir ke rumah sakit lain untuk dilakukan tindakan medis/pemeriksaan
penunjang karena tidak tersedianya fasilitas pelayanan yang dibutuhkan pasien di
Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir.

B. PENGATURAN TRANSFER
1. Saat keputusan transfer telah diambil, Dokter Instalasi Gawat Darurat (IGD)/Dokter
ruangan/ Perawat akan menghubungi unit/rumah sakit yang dituju.
2. Dokter Instalasi Gawat Darurat (IGD)/Dokter ruangan/ Perawat melakukan negosiasi
dengan unit yang dituju. Jika unit tersebut setuju untuk menerima pasien rujukan,harus
memastikan tersedianya peralatan medis yang memadai di rumah sakit yang dituju.
3. Keputusan final untuk melakukan transfer ke luar Rumah Sakit Umum Daerah
KH. Muhammad Thohir dipegang oleh dokter senior/ DPJP/konsultan rumah
sakit yang dituju.
4. Beritahukan kepada pasien (jika kondisinya memungkinkan) dan keluarga mengenai
perlunya dilakukan transfer antar rumah sakit, dan mintalah persetujuan tindakan
transfer. Persetujuan diberikan setelah pasien dan/atau keluarganya diberikan
penjelasan meliputi :
 Diagnosis dan terapi dan /atau tindakan medis yang diperlukan
 Alasan dan tujuan dilakukan rujukan
 Risiko yang dapat timbul apabila rujukan tidak dilakukan

5. Proses pengaturan transfer ini harus dicatat dalam status rekam medis pasien yang
meliputi : nama, jabatan, dan detail kontak personel yang membuat kesepakatan baik
di rumah sakit yang merujuk dan rumah sakit penerima; tanggal dan waktu
dilakukannya komunikasi antar-rumah sakit; serta saran-saran/ hasil negosiasi kedua
belah pihak.

6. Personel transfer harus mengikuti pelatihan transfer; memiliki kompetensi yang


sesuai; berpengalaman; mempunyai peralatan yang memadai; dapat bekerjasama
dengan jasa pelayanan ambulans, protokol dan panduan rumah sakit, serta pihak-pihak

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 7


lainnya yang terkait; dan juga memastikan proses transfer berlangsung dengan aman
dan lancar tanpa mengganggu pekerjaan lain di rumah sakit yang merujuk.
7. Pusat layanan ambulans harus diberitahu sesegera mungkin jika keputusan untuk
melakukan transfer telah dibuat, bahkan bila waktu pastinya belum diputuskan. Hal ini
memungkinkan layanan ambulans untuk merencanakan pengerahan petugas dengan
lebih efisien.

C. PENGOBATAN SEBELUM TRANSFER


Pasien harus dilakukan resusitasi dalam usaha membuat pasien dalam keadaan se-
stabil mungkin seperti di bawah ini
1. Airway
a. Pasang airway atau intubasi bila perlu
b. Suction di mana perlu
c. Pasang NGT untuk mencegah aspirasi
2. Breathing
a. Tentukan laju pernaafasan (respirasi rate), berikan oksigen
b. Ventilasi mekanik bila di perlukan
c. Pasang pipa toraks (chest tube) dimana perlu.
3. Circulation
a. Kontrol perdarahan luar
b. Pasang 2 jalur infus, mulai pemberian kristaloid
c. Perbaikan kehilangan darah dengan kristaloid atau darah dan di teruskan
pemberian selama transfer
d. Pasang kateter uretra untuk monitor keluaran urin
e. Monitor kecepatan dan irama jantung
4. Susunan syaraf pusat
a. Bila pasien tidak sadar, bantuan pernafasan
b. Berikan manitol atau diuretika dimana di perlukan
c. Immobilisasi kepala, leher, thorak, dan atau vertebra lumbalis
5. Pemeriksaan diagnostik
Bila terindikasi jangan sampai menunda rujukan
a. Foto rogten servical, thorax, pelvis, ekstrimitas
b. Pemeriksaan lanjutan seperti CT scan dan agiografi biasanya tidak ada indikasi
c. Pemeriksaan HB, HT, Golongan darah dan crossmatch, analisis gas darah, tes
kehamilan semua wanita usia subur.
d. Penentuan denyut jantung dan saturasi hemoglobin (EKG & Pulse oximetry)

6. Luka
Tindakan di bawah ini tidak boleh memperlambat rujukan.
a. Setelah kontrol perdarahan, beRumah Sakitihkan dan perban luka

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 8


b. Berikan profilaksis tetanus

c. Antibiotika jika di perlukan


7. Fraktur : Bidai dan traksi

D. PENGELOLAAN SELAMA TRANSFER


Petugas pendamping harus yang terlatih, tergantung keadaan pasien dan masalah yang
mungkin akan timbul.
Monitoring tanda vital dan pulse oximetry
Bantuan kardio respirasi dimana diperlukan
Pemberian darah bila di perlukan
Pemberian obat sesuai instruksi dokter selama prosedur tetap
Menjaga komunikasi dengan dokter selama transfer
Melakukan dokumentasi selama transportasi

E. STABILISASI SEBELUM TRANSFER


1. Meskipun berpotensi memberikan risiko tambahan terhadap pasien, transfer yang
aman dapat dilakukan bahkan pada pasien yang sakit berat/ kritis (extremely ill).
2. Transfer sebaiknya tidak dilakukan bila kondisi pasien belum stabil (pasien
kalau kondisi sudah stabil)
3. Hipovolemia adalah kondisi yang sulit ditoleransi oleh pasien akibat adanya
akselerasi dan deselerasi selama transfer berlangsung, sehingga hipovolemia harus
sepenuhnya dikoreksi sebelum transfer.
4. Unit/rumah sakit yang dituju untuk transfer harus memastikan bahwa ada
prosedur/pengaturan transfer pasien yang memadai.
5. Perlu waktu hingga beberapa jam mulai dari setelah pengambilan keputusan dibuat
hingga pasien ditransfer ke unit/rumah sakit lain.
6. Hal yang penting untuk dilakukan sebelum transfer :
a. Amankan potensi jalan napas
Beberapa pasien mungkin membutuhkan intubasi atau trakeostomi dengan
pemantauan end-tidal carbondioxide yang adekuat.
b. Terdapat jalur/akses vena yang adekuat (minimal 2 kanula perifer atau sentral)
c. Pengukuran tekanan darah invasif yang kontinu/terus-menerus merupakan teknik
terbaik untuk memantau tekanan darah pasien selama proses transfer
berlangsung.
d. Jika terdapat pneumotoraks, selang drainase dada (Water-Sealed Drainage-
WSD) harus terpasang dan tidak boleh diklem.
e. Pasang kateter urin dan nasogastric tube (NGT), jika diperlukan
f. Pemberian terapi/ tatalaksana tidak boleh ditunda saat menunggu pelaksanaan
transfer

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 9


7. Unit/rumah sakit yang dituju dapat memberikan saran mengenai penanganan
segera/resusitasi yang perlu dilakukan terhadap pasien pada situasi-situasi khusus,
namun tanggung jawab tetap pada tim transfer.
8. Tim transfer harus familiar dengan peralatan yang ada dan secara
independen menilai kondisi pasien.
9. Seluruh peralatan dan obat-obatan harus dicek ulang oleh petugas transfer.

F. PENDAMPINGAN PASIEN SELAMA TRANSFER


1. Pasien dengan sakit berat/ kritis harus didampingi oleh minimal 2 orang tenaga medis.
2. Kebutuhan akan jumlah tenaga medis/petugas yang mendampingi pasien bergantung
pada kondisi/situasi klinis dari tiap kasus (tingkat/derajat beratnya
penyakit/kondisi pasien).
3. Sebelum melakukan transfer, petugas yang mendampingi harus paham dan mengerti
akan kondisi pasien dan aspek-aspek lainnya yang berkaitan dengan proses
transfer.
4. Semua petugas yang tergabung dalam tim transfer untuk pasien dengan
sakit berat/ kritis harus kompeten, terlatih, dan berpengalaman.
5. Keselamatan adalah parameter yang penting selama proses transfer.

G. KOMPETENSI PENDAMPING PASIEN DAN PERALATAN YANG HARUS


DIBAWA SELAMA TRANSFER
Kompetensi SDM untuk transfer Rumah Sakit Umum Daerah KH.
Muhammad Thohir
Petugas
keterampilan yang
Pasien pendamping Peralatan Utama
dibutuhkan
(minimal)
Level 0 Perawat pk 1, Kualifikasi Status rekam medis
sopir perawat pk 1 ,hasil pemeriksaan
ambulance Kualifikasi petugas penunjang,lembar
ambulance tansfer pasien Rumah
Bantuan hidup Sakit,kursi
dasar roda/tempat tidur

Level 1 Perawat pk 2, Kualifikasi Peralatan level 0


Petugas perawat pk 2 ditambah tabung
ambulance Kualifikasi petugas oksigen,standar
ambulance infus,suction,pulse
Bantuan hidup oksimetri
dasar Transfer eksternal
ditambah tas
emergensi

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 10


Level 2 Perawat pk 3, Kualifikasi Peralatan level 1
petugas perawat pk 3 ditambah monitor
ambulance Kualifikasi EKG dan
petugas Defibrillator
ambulance
Bantuan hidup
dasar
Petugas
pendamping keterampilan yang
Pasien (minimal) dibutuhkan Peralatan Utama

Level 3 - Dokter, Kualifikasi dokter Peralatan level 2


- perawat pk3, ACLS/ATLS ditambah alat bantu
- petugas Kualifikasi nafas
Ambulance perawat pk 3
Kualifikasi
petugas ambulance
Bantuan Hidup Dsar

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 11


H. PEMANTAUAN, OBAT-OBATAN, DAN PERALATAN SELAMA TRANSFER
PASIEN KRITIS
1. Pasien dengan kebutuhan perawatan kritis memerlukan pemantauan selama
proses transfer.
2. Peralatan pemantauan harus tersedia dan berfungsi dengan baik sebelum
transfer dilakukan. Standar minimal untuk transfer pasien antara lain :
a. Kehadiran dokter, perawat yang berkompeten memiliki sertifikat PPGD atau
ACLS, dan petugas ambulan yang memiliki serifikat BLS yang tergabung
dalam ambulance emergency.
b. Mempertahankan dan mengamankan jalan nafas
c. Terpasangnya jalur intravena
d. Saturasi oksigen
e. Petugas transfer yang terlibat harus memastikan ketersediaan obat-obatan
yang diperlukan.
3. Hindari penggunaan tiang dengan selang infus yang terlalu banyak agar
akses pasien tidak terhalang.
4. Penggunaan tabung oksigen harus aman dan terpasang dengan baik.
5. Petugas transfer harus familiar dengan seluruh peralatan yang ada di ambulance.
6. Seluruh peralatan harus kokoh, tahan lama dan ringan.
7. Peralatan listrik harus dapat berfungsi dengan menggunakan baterai (saat
tidak disambungkan dengan stop kontak atau listrik).
8. Monitor yang portable harus mempunyai layar yang jernih dan terang dan
dapat memperlihatkan elektrokardiogram (EKG).
9. Alarm dari alat harus terlihat jelas dan terdengar dengan cukup jelas.
10. Semua peralatan harus terstandarisasi sehingga terwujudnya suatu proses
transfer yang lancar dan tidak adanya penundaan dalam pemberian terapi atau
obat-obatan.

11.Catatlah status pasien, tanda-tanda vital, pengukuran pada monitor, tatalaksana


yang diberikan, dan informasi klinis lainnya yang terkait. Pencatatan ini harus
dilengkapi selama transfer pada lembar tranfer.

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 12


I. ALAT TRANSPORTASI UNTUK TRANSFER PASIEN ANTAR RUMAH SAKIT
1. Gunakan mobil ambulans Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir.
Mobil dilengkapi soket listrik, monitor, dan peralatan lainnya
2. Sebelum melakukan transfer, pastikan kebutuhan-kebutuhan untuk mentransfer
pasien terpenuhi (seperti suplai oksigen, baterai cadangan, dll).
3. Standar Peralatan di
Ambulans a. Suplai oksigen
b. Suction
c. Baterai cadangan
d. Tensimeter
4. Tim transfer/SDM pendampingdapat memberi saran mengenai kecepatan
ambulans yang diperlukan, dengan mempertimbangkan kondisi klinis pasien.
5. Keputusan untuk menggunakan sirene diserahkan kepada supir ambulans.
Tujuannya adalah untuk memfasilitasi transfer yang lancar dan segera dengan
akselerasi dan deselerasi yang minimal.
6. Petugas harus tetap duduk selama transfer dan menggunakan sabuk pengaman.
7. Jika terdapat kegawatdaruratan medis dan pasien membutuhkan intervensi segera,
berhentikan ambulans di tempat yang aman dan lakukan tindakan yang diperlukan.
8. Jika petugas diperlukan untuk turun dari kendaraan/ambulans, gunakanlah
pakaian yang jelas terlihat oleh pengguna jalan lainnya.

J. DOKUMENTASI DAN PENYERAHAN PASIEN TRANSFER ANTAR RUMAH SAKIT


1. Lakukan pencatatan yang jelas dan lengkap dalam semua tahapan transfer, dan harus
mencakup :
a. detail kondisi pasien
b. alasan melakukan transfer
c. nama konsultan yang merujuk dan menerima rujukan
d. status klinis pre-transfer
e. detail tanda vital, pemeriksaan fisik, dan terapi yang diberikan selama
transfer berlangsung
2. Pencatatan harus terstandarisasi antar-rumah sakit jejaring dan diterapkan untuk
transfer intra- dan antar-rumah sakit.

3. Rekam medis harus mengandung :

a. resume singkat mengenai kondisi klinis pasien sebelum, selama, dan setelah
transfer; termasuk kondisi medis yang terkait, dan terapi yang diberikan.
b. Data untuk proses audit. Tim transfer harus mempunyai salinan datanya.

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 13


4. Harus ada prosedur untuk menyelidiki masalah-masalah yang terjadi selama proses
transfer, termasuk penundaan transportasi.
5. Tim transfer harus memperoleh informasi yang jelas mengenai lokasi rumah sakit yang
dituju sebelum mentransfer pasien.
6. Saat tiba di rumah sakit tujuan, harus ada proses serah-terima pasien antara
tim transfer dengan pihak rumah sakit yang menerima (paramedis dan perawat)
yang akan bertanggungjawab terhadap perawatan pasien selanjutnya.
7. Proses serah-terima pasien harus mencakup pemberian informasi (baik secara verbal
maupun tertulis) mengenai riwayat penyakit pasien, tanda vital, hasil pemeriksaan
penunjang (laboratorium, radiologi), terapi, dan kondisi klinis selama transfer
berlangsung.
8. Hasil pemeriksaan laboratorium, radiologi, dan yang lainnya harus dideskripsikan dan
diserahkan kepada petugas rumah sakit tujuan.
9. Setelah menyerahkan pasien, tim transfer dibebas tugaskan dari kewajiban merawat
pasien.

K. KOMUNIKASI DALAM TRANSFER PASIEN ANTAR RUMAH SAKIT


1. Pasien (jika memungkinkan) dan keluarganya harus diberitahu mengenai alasan
transfer dan lokasi rumah sakit tujuan. Berikanlah nomor telepon rumah sakit tujuan
dan jelaskan cara untuk menuju ke rumah sakit tersebut.
2. Pastikan bahwa rumah sakit tujuan dapat dan setuju untuk menerima pasien sebelum
dilakukan transfer.
3. Kontak pertama harus dilakukan oleh konsultan/dokter penanggung jawab di kedua
rumah sakit, untuk mendiskusikan mengenai kebutuhan medis pasien.
4. Untuk kontak selanjutnya, tunjuklah satu orang lainnya (biasanya perawat senior).
Bertugas sebagai komunikator utama sampai transfer selesai dilakukan.
a. Jika selama transfer terjadi pergantian jaga perawat yang ditunjuk, berikan penjelasan
mengenai kondisi pasien yang ditransfer dan lakukan penyerahan tanggung jawab
kepada perawat yang menggantikan.
5. Komunikator utama harus menghubungi pelayanan ambulans, jika ingin
menggunakan jasanya dan harus menjadi kontak satu-satunya untuk diskusi
selanjutnya antara rumah sakit dengan layanan ambulans.
6. Harus memberikan informasi terbaru mengenai kebutuhan perawatan pasien kepada
rumah sakit tujuan.
7. Tim transfer harus berkomunikasi dengan rumah sakit asal dan tujuan mengenai
penanganan medis yang diperlukan dan memberikan update perkembangannya.

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 14


L. AUDIT DAN JAMINAN MUTU

1. Buatlah catatan yang jelas dan lengkap selama transfer.


2. Dokumentasi ini akan digunakan sebagai acuan data dasar dan sarana audit
3. Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir bertanggung jawab untuk menjaga
berlangsungnya proses pelaporan insidens yang terjadi dalam transfer dengan
menggunakan protokol standar Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir
4. Data audit akan ditinjau ulang secara teratur oleh Rumah Sakit Umum Daerah
KH. Muhammad Thohir

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 15


BAB IV

DOKUMENTASI

Untuk pendokumentasian pasien yang dirujuk di Rumah Sakit Umum Daerah KH.
Muhammad Thohir ke rumah sakit lain:
1. Dokumentasi pada form transfer internal
2. Dokumen pada form transfer eksternal
3. Dokumentasi pada resume medis
4. Dokumentasi permintaan pelayanan ambulans

PANDUAN PELAYANAN TRANSFER PASIEN 16

Anda mungkin juga menyukai