Anda di halaman 1dari 26

Diskusi 1

Contains unread posts


Dalia Sukmawati 109 posted Jun 27, 2019 8:59 AM
Subscribe
Dalam Bioteknologi dikenal plasmid yang dapat berperan dalam bidang
bioteknologi. Apakah yang saudara ketahui tentang plasmid. Jika kita akan
mengetahui apakah gen pada bakteri telah disisipi oleh gen lain yang mampu
menghasilkan salah satu horman tertentu, apakah yang dapat kalian lakukan,
untuk membuktikan hal tersebut !

PLASMID

Vektor merupakan molekul DNA yang membawa suatu DNA asing kedalam sel
inang, dengan harapan sifat yang ada pada DNA asing tersebut dapat terekspresi dalam
sel inang. Salah satu vektor yang bisa digunakan untuk membawa molekul DNA asing
masuk dalam sel inang adalah plasmid. Plasmid digunakan untuk melakukan rekayasa
pada berbagai organisme yang tidak bisa diperoleh secara alami. Rekayasa ini dilakukan
pada tingkat genetik sehingga disebut sebagai rekayasa genetika.

Plasmid adalah molekul DNA sirkuler (lingkaran tertutup) yang berantai ganda
dan dapat bereplikasi sendiri di luar kromosom dan tidak mengandung gen-gen
esensial. Plasmid terdapat secara alami maupun sudah mengalami modifikasi yang
disesuaikan dengan keperluan manipulasi genetik. Plasmid terdapat pada organisme
prokariot maupun eukariot. Plasmid inilah yang berfungsi sebagai pembawa sifat
rekombinan pada organisme yang akan direkayasa. Plasmid memilki ciri-ciri antara lain :
 Berbentuk lingkaran tertutup dan untaiannya ganda (double stranded)
 Dapat melakukan replikasi sendiri di luar kromosom inti
 Terdapat di luar kromosom
 Secara genetik dapat ditransfer secara stabil

Agar dapat digunakan sebagai vektor, plasmid harus memiliki syarat-syarat diantaranya
sebagai berikut :
 Ukurannya relatif kecil dibanding dengan pori dinding sel inangnya
 Mempunyai sekurang-kurangnya 2 gen marker yang dapat menandai masuk
tidaknya plasmid ke dalam sel inang
 Mempunyai tempat pengenalan restriksi sekurang-kurangnya di dalam salah satu
marker yang dapat digunakan sebagai tempat penyisipan fragmen DNA asing
 Memiliki titik awal replikasi sehingga dapat melakukan replikasi dalam sel inang

Menurut tujuan penggunaannya, plasmid dibedakan menjadi 2 yaitu :


 Plasmid untuk kloning prokariot, sebagai contoh adalah plasmid pUC 19 dan pBR
322
 Plasmid yang digunakan untuk kloning eukariot yang digunakan adalah plasmid Ti

Pada proses penyisipan gen diperlukan tiga faktor utama yaitu:

a. Vektor merupakan pembawa gen asing yang akan disisipkan, biasanya berupa
plasmid, yaitu lingkaran kecil AND yang terdapat pada bakteri. Plasmid diambil
dari bakteri dan disisipi dengan gen asing.
b. Bakteri berperan dalam memperbanyak plasmid. Plasmid di dalam tubuh bakteri
akan mengalami replikasi atau memperbanyak diri, makin banyak plasmid yang
direplikasi makin banyak pula gen asing yang dicopy sehingga terjadi kloning
gen.
c. Enzim berperan untuk memotong dan menyambung plasmid. Enzim ini disebut
enzim endonuklease retriksi, enzim endonuklease retriksi yaitu enzim
endonuklease yang dapat memotong ADN pada posisi dengan urutan basa
nitrogen tertentu.

Gen pada bakteri telah disisipi oleh gen lain yang mampu menghasilkan salah
satu horman tertentu yaitu pada proses Pembuatan Insulin

Produksi insulin dapat dilakukan dengan cara mentransplantasikan gen-gen


pengendali hormon tersebut ke plasmid bakteri. Keberhasilan memindahkan gen
insulin manusia ke dalam bakteri sudah dapat diperoleh, yaitu melalui bakteri-bakteri
yang tumbuh dengan metode fermentasi. Teknik plasmid bertujuan untuk membuat
hormone dan antibodi.Misal untuk membuat hormon insulin dengan teknik
plasmid.Gen /DNA digunting dengan Enzim Endonuklease Restriksi Gen /DNA
disambung dengan Enzim Ligase. Proses pembuatan insulin yang penting untung
pengendalian gula darah pada penderita diabetes, yaitu:
1. Tahap pertama dalam membuat bakteria yang bisa menghasilkan insulin adalah
dengan mengisolasi plasmid pada bakteri tersebut yang akan direkayasa. Plasmid
adalah materi genetik berupa DNA yang terdapat pada bakteria namun tidak
tergantung pada kromosom karena tidak berada di dalam kromosom.
2. Kemudian plasmid tersebut dipotong dengan menggunakan enzim di tempat
tertentu sebagai calon tempat gen baru yang nantinya dapat membuat insulin.
3. Gen yang dapat mengatur sekresi (pembuatan) insulin diambil dari kromosom
yang berasal dari sel manusia.
4. Gen yang telah dipotong dari kromosom sel manusia itu kemudian ‘direkatkan’ di
plasmid tadi tepatnya di tempat bolong yang tersedia setelah dipotong tadi.
5. Plasmid yang sudah disisipi gen manusia itu kemudian dimasukkan kembali ke
dalam bakteria.
6. Bakteria yang telah mengandung gen manusia itu selanjutnya berkembang biak
dan menghasilkan insulin yang dibutuhkan. Dengan begitu diharapkan insulin
dapat diproduksi dalam jumlah yang tidak terbatas di pabrik-pabrik.

Insulin bervariasi dari satu organisme ke organisme lainnya, namun hal ini
tidak membedakan aktivitasnya.Pada mulanya sumber insulin untuk penggunaan
klinis pada manusia diperoleh dari pankreas sapi atau babi.Insulin yang diperoleh
dari sumber- sumber tersebut efektif bagi manusia karena indentik dengan insulin
manusia. Insulin pada manusia, babi, dan sapi mempunyai perbedaan dalam susunan
asam aminonya, tapi aktivitasnya tetap sama.

Insulin merupakan suatu hormon yang secara alami dihasilkan oleh pulau
pulau langerhans pankreas. Insulin memungkinkan sel-sel tubuh mengabsorbsi
glukosa dari darah untuk digunakan sebagai sumber energi, diubah menjadi molekul
lain yang diperlukan, atau untuk disimpan. Insulin bekerja mengatur kadar glukosa
dalam darah dengan cara mempermudah masuknya glukosa ke dalam semua
jaringan tubuh. Jika jumlah insulin yang diproduksi tidak memadai, kadar glukosa
dalam darah akan meningkat dan sebagai akibatnya glukosa akan di ekskresi dalam
urine. Defisiensi insulin dalam manusia menyebabkan penyakit genetik diabetes
mellitus jenis I atau disebut IDDM (Insulin Dependent Diabetes Mellitus). Bila tidak
diobati penyakit ini akan membahayakan kehamilan, bahkan dapat menyebabkan
kematian. Adanya insulin yang dapat membantu mengatur kadar glukosa
darah.Insulin dapat dibedakan atas dasar:
1. Waktu kerja insulin (onset), yaitu waktu mulai timbulnya efek insulin sejak
disuntikan.
2. Puncak kerja insulin, yaitu waktu tercapainya puncak kerja insulin.
3. Lama kerja insulin (durasi), yaitu waktu dari timbulnya efek insulin sampai
hilangnya efek insulin.
Terdapat 4 buah insulin eksogen yang diproduksi dan dikategorikan berdasarkan
puncak dan jangka waktu efeknya, yaitu:

 Insulin Eksogen kerja cepat.


Bentuknya berupa larutan jernih, mempunyai onset cepat dan durasi pendek,
yang termasuk di sini adalah insulin regular (Crystal Zinc Insulin atauCZI ). Saat ini
dikenal 2 macam insulin CZI, yaitu dalam bentuk asam dan netral. Preparat yang
ada antara lain: Actrapid, Velosulin, Semilente. Insulin jenis ini diberikan 30 menit
sebelum makan, mencapai puncak setelah 1-3 macam dan efeknya dapat
bertahan samapai 8 jam.
 Insulin Eksogen kerja sedang.
Bentuknya terlihat keruh karena berbentuk hablur-hablur kecil, dibuat dengan
menambahkan bahan yang dapat memperlama kerja obat dengan cara
memperlambat penyerapan insulin kedalam darah. Contoh yang dipakai saat ini
antara lain: Netral Protamine Hegedorn ( NPH ),MonotardÒ, InsulatardÒ. Jenis ini
awal kerjanya adalah 1.5-2.5 jam.Puncaknya tercapai dalam 4-15 jam dan efeknya
dapat bertahan sampai dengan 24 jam.
 Insulin Eksogen campur antara kerja cepat & kerja sedang (Insulin premix)
Insulin yang mengandung insulin kerja cepat dan insulin kerja sedang. Insulin ini
mempunyai onset cepat dan durasi sedang (24jam), misalnya: Mixtard 30 / 40.
 Insulin Eksogen kerja panjang (lebih dari 24 jam)
Campuran dari insulin dan protamine, diabsorsi dengan lambat dari tempat
penyuntikan sehingga efek yang dirasakan cukup lam, yaitu sekitar 24-36 jam.
Misalnya: Protamine Zinc Insulin ( PZI ), Ultratard.
Pemberian injeksi insulin secara teratur dalam meningkatkan kadar insulin
dalam darah penderita dapat meminimumkan komplikasi. Pengobatan ini hanya
mungkin dilaksanakan bila insulin tersedia dalam jumlah besar dengan kemurnian
dan mutu yang baik. Pemberian insulin kepada penderita diabetes hanya bisa
dilakukan dengan cara suntikan.Setelah disuntikan, insulin akan diserap kedalam
aliran darah dan dibawa ke seluruh tubuh. Disini insulin akan bekerja menormalkan
kadar gula darah (blood glucose) dan merubah glucose menjadi energi. Perlu
diperhatikan daerah mana saja yang dapat dijadikan tempat menyuntikkan
insulin.Penyuntikkan insulin pada satu daerah yang sama dapat mengurangi variasi
penyerapan. Penyuntikkan insulin selalu di daerah yang sama dapat merangsang
terjadinya perlemakan dan menyebabkan gangguan penyerapan insulin. Daerah
suntikkan sebaiknya berjarak 1inchi (+ 2,5cm) dari daerah sebelumnya. Dalam satu
daerah selama satu minggu perlu dilakukan rotasi, lalu pindah ke daerah yang lain.
 Dosis. Semakin tinggi dosisnya maka semakin cepat aksinya.
 Tempat injeksi. Pada umumnya insulin diberikan dengan injeksi menembus
kulit.Pada pemberian intravena aksinya cepat, pada transdermal atau secara
subkutan maka pada otot terjadi degradasi insulin 20-25%.Makanya harus
diperhitungkan untuk mendapatkan dosis yang tepat.Kebanyakan insulin
diinjeksikan pada perut (intrperional). Jarum untuk injeksi insulin kecil sekali dan
pendek (0,5-1 cm). Dapat juga menggunakan implant pad dada yang dapat
mensuplai insulin sedikit demi sedkit.
 Aktivitas fisik. Semakin banyak aktivitas fisik yang kita lakukan maka kita perlu
energi (dari glukosa) yang semakin besar sehingga tidak perlu aksi insulin yang
ekstra untuk mengubah glukosa menjadi glikogen (insulin yang diperlukan
semakin sedikit)
Diskusi 2

Dalia Sukmawati 109 posted Jun 27, 2019 9:00 AM

Subscribe

Proses teknologi DNA rekombinan melibatkan penggunaan enzim restriksi

untuk memotong gen yang diinginkan. Apakah semua enzim restriksi dapat

digunakan untuk memotong suatu gen? Bagaimana anda menentukan jenis

enzim yang tepat untuk memotong gen tertentu?

Teknik manipulasi DNA melibatkan beberapa enzim, diantaranya DNA


polimerase, ligase, enzim yang memodifikasi ujung akhir nukleotida dan nuklease.
Nuklease merupakan enzim yang memotong molekul DNA dengan memutuskan ikatan
fosfodiester antara nukleotida satu dengan nukleotida berikutnya. Jenis nuklease ada
dua yaitu eksonuklease dan endonuklease. Endonuklease merupakan nuklease yang
memotong bagian internal DNA tepat pada ikatan fosfodiester. Hasil pemotongan
molekul DNA oleh enzim restriksi endonuklease tepat pada urutan tertentu dan
menghasilkan sekuens yang double-stranded, dengan demikian sekuens yang akan
dipotong dapat diprediksi urutan basa nitrogennya.
Sekuen pengenalan atau sering disebut juga situs pengenalan merupakan
sekuen DNA yang menjadi tempat menempelnya enzim restriksi dan melakukan
pemotongan pada sekuen tersebut. Panjang sekuen pengenalan enzim restriksi
berbeda-beda, seperti enzim EcoRI, SacI, dan SstI mempunyai sekuen pengenalan
sepanjang 6 pasang basa, sedangkan NotI 8 pasang basa, dan Sau3AI hanya 4 pasang
basa. Kebanyakan dari enzim restriksi bersifat palindromik (palindromic) 3’ baik utas
atasyang berarti sekuen pengenalan sama jika dibaca dari 5’ maupun utas bawah.
Contohnya adalah HindIII dengan situs pengenalan 5’- AAGCTT-3’ (utas atas)/3’-
TTCGAA-5’ (utas bawah).
Ada tiga tipe enzim restriksi endonuklease yaitu tipe I, II dan III. Enzim restriksi
endonuklease tipe I dan III jarang digunakan, karena hasil pemotongannya tidak tepat
pada sekuens yang diinginkan, sedangkan enzim restriksi endonuklease tipe II dapat
memotong tepat atau dekat dengan sekuens yang diinginkan.

Gambar 1. Pemotongan molekul DNA dengan enzim restriksi endonuklease tipe I, II, dan III.

Enzim-enzim tipe I merupakan enzim yang kompleks, multisubunit, kombinasi


antara restriksi dan pemodifikasi yang memotong DNA pada area random yang jauh
dari sisi pengenalan. Enzim tipe I secara biokimia mungkin banyak berfungsi di dalam
sel, tetapi mereka kurang menguntungkan untuk digunakan dalam percobaan di
laboratorium. Enzim tipe II memotong DNA pada posisi tertentu yang dekat atau
berada di antara sekuen yang dikenalnya. Enzim tipe II menghasilkan fragmen-fragmen
tertentu dengan pola pita-pita yang spesifik pada gel agarosa. Enzim tipe inilah yang
dipakai untuk berbagai percobaan dalam analisis DNA dan kloning gen. Enzim tipe II
yang umum digunakan adalah HhaI, HindIII, EcoRI, dan NotI, dan enzim-enzim tersebut
tersedia secara komersil. Enzim tipe III juga merupakan kombinasi restriksi dan enzim
pemodifikasi. Enzim ini memotong DNA di luar sekuen yang dikenal dan memerlukan 2
sekuen yang sama pada orientasi yang berlawanan pada untai DNA yang sama untuk
dapat memotong. Enzim-enzim ini jarang menghasilkan potongan yang sempurna.
Enzim restriksi merupakan enzim yang tidak stabil. Oleh karena itu, sebaiknya
disimpan pada suhu -20C untuk sebagian besar enzim. Beberapa enzim perlu disimpan
pada -70C. Enzim ini harus tetap disimpan di dalam es ketika dikeluarkan dari freezer
dan harus selalu menjadi komponen yang ditambahkan terakhir pada campuran reaksi.
Selain stabilitas, harga enzim restriksi pun mahal. Campur reaksi dengan baik dengan
cara pemipetan atau menggoyang (tapping) tabung reaksi. Sentrifus dengan cepat
selama beberapa detik jika ada cairan yang menempel di dinding tabung.
Enzim restriksi yang mempunyai sekuen pengenalan yang pendek akan
menghasilkan banyak potongan DNA sedangkan jika mempunyai sekuen pengenalan
yang panjang, akan dihasilkan potongan DNA yang lebih sedikit. Baik enzim yang
mempunyai sekuen pemotongan pendek maupun panjang, mempunyai fungsi masing-
masing dalam rekayasa genetika.
Beberapa enzim sering yang digunakan dalam laboratorium dibagi menjadi tiga
berdasarkan perkiraan pemotongan :
1. 6-cutters
Enzim restriksi yang tergolong dalam 6-cutters memiliki situs pemotongan yang
spesifik pada 6 nukleotida. Ezim ini cocok digunakan untuk pekerjaan kloning sehari-
hari karena enzim ini lumayan sering memotong satu atau dua situs pada plasmid,
namun jarang memotong bagian penting seperti titik asal replikasi (origin of
replication) atau gen resisten ampisilin.
2. 8-cutters
Enzim restriksi ini mempunyai situs pengenalan sepanjang 8 nukleotida; cocok
digunakan untuk membentuk kromosommenjadi potongan-potongan yang spesifik
dalam ukuran yang besar. Sebagai contoh: PacI (enzim 8-cutters) memotong-motong
kromosom E. coli menjadi 20 bagian, sedangkan BamHI (enzim 6-cutters) memotong
sekitar 300 bagian. Jika langsung menggunakan enzim 6-cutters, maka fragmen yang
dihasilkan terlalu kecil dan banyak. Untuk itu digunakan enzim 8-cutters terlebih
dahulu, kemudian dilanjutkan dengan menggunakan enzim 6-cutters.
3. 4-cutters
Enzim restriksi ini cocok untuk percobaan yang menginginkan pemotongan
pada beberapa situs yang potensial. Contohnya: jika ingin mengumpulkan fragmen
DNA secara acak, dan pada potongan tersebut terdapat gen yang diinginkan; dapat
dilakukan digestsi parsial (partial digestion) menggunakan enzim 4-cutters. Pada
dasarnya, penamaan enzim restriksi diambil dari nama bakteri yang menghasilkan
enzim tersebut. Seperti contohnya enzim EcoRI yang memiliki pola:

Kependekan Kepanjangan Deskripsi


E Esherchia Genus
co coli Spesies
R RY13 strain
I Urutan penemuan Urutan enzim yang ditemukan pada
bakteri

Enzim restriksi yang biasa digunakan dalam laboratorium biologi molekuler


memotong molekul DNA pada situs pengenalan dan menghasilkan salah satu dari
ketiga jenis pola hasil pemotongan. Ketiga pola hasil pemotongan enzim restriksi
sebagai berikut:
 Ujung menggantung 5’
Enzim restriksi memotong secara asimetris pada situs pemotongan,
menghasilkan hasil pemotongan memanjang pada ujung 5’. Contoh enzim yang
menghasilkan ujung menggantung 5’ adalah BamHI.
 Ujung menggantung 3’
Enzim restriksi ini juga memotong secara asimetris pada situs pengenalan,
namun menghasilkan hasil pemotongan memanjang pada ujung 3’. Contoh enzim
yang menghasilkan pola seperti ini adalah KpnI.

 Ujung tumpul
Enzim ini memotong secara simetris antara kedua utas DNA sehingga
menghasilkan ujung tumpul. Contoh enzim yang menghasilkan pola seperti ini adalah
SmaI.
Pola ujung menggantung, baik yang 3’ ataupun 5’, sering disebut juga dengan
ujung lengket (sticky ends) atau ujung kohesif (cohesive ends). Pola seperti ini lebih
mudah menempel (annealing) dengan pasangan DNA nya karena adanya ikatan basa
antara ujung-ujung yang menggantung. Hasil pemotongan enzim restriksi
endonuklease ada dua macam yaitu unjung blunt atau flush dan ujung sticky atau
cohesive. Ujung blunt atau flush menghasilkan fragmen yang double-stranded,
sedangkan ujung sticky atau cohesive menunjukkan enzim restriksi endonuklease pada
posisi yang berbeda dari dua untai DNA yang komplementer. Beberapa pemotong
ujung sticky menghasilkan ujung 5’ atau ujung 3’ yang menggantung. Fragmen DNA
yang dipotong dengan enzim restriksi endonuklease dapat ditentukan berapa besar
ukurannya dengan menggunakan teknik elektroforesis gel agarosa. Teknik ini
tergantung oleh konsentrasi agarosa dalam gel. Fragmen yang berukuran kurang dari
150 pasang basa dapat dipisahkan dengan cara elektroforesis yang konsentrasi
agarosanya 4% atau 5%.
Apabila ukuran dari sekuens DNA tidak diketahui maka fragmen yang
mengandung gen atau segmen DNA tersebut dapat diidentifikasi dengan Southern
hybridization. Adapun tahapannya yaitu:
 Mentransfer fragmen restriksi dari gel agarosa ke nitroselulosa atau membran
nilon.
 Menyediakan hybrization probe. Sekuens molekul DNA yang komplementer
dengan DNA target dilabeli. Pelabelan ini dapat menggunakan oligonukleotida
sintetik. Pelabelan kemudian dideteksi dengan menggunakan autoradiography.

Contoh enzim restriksi endonuklease tipe II adalah EcoRI. Enzim EcoRI diisolasi
dari E. coli dan memotong molekul DNA pada urutan heksanukleotida 5’-GAATTC-3’.
Selain EcoRI, enzim restriksi endonuklease. Stok enzim yang dibeli secara komersial
biasanya disimpan dalam campuran yang mengandung gliserol, untuk itu, pada
pemakaian enzim, sebaiknya digunakan larutan akhir sekitar 10x stok awal agar enzim
dapat bekerja dengan baik. Untuk menghentikan reaksi enzim, dapat dilakukan
penambahan stopper reagent yang mengandung SDS-EDTA.
Ada beberapa faktor kunci yang harus diperhatikan untuk melakukan
pemotongan dengan enzim restriksi (enzyme digestion). Di antaranya adalah: gunakan
jumlah DNA, enzim, dan buffer yang benar dalam volume reaksi total yang sesuai. Satu
unit enzim restriksi akan memotong 1 ug DNA secara sempurna dalam 50 ul reaksi
selama 1 jam. Rasio enzim : DNA : volume reaksi ini dapat digunakan sebagai pedoman
dalam menentukan reaksi. Meskipun demikian, sebagian besar peneliti mengikuti
pedoman umum reaksi digesti di mana 10 kali over-digesti direkomendasikan untuk
mengatasi variasi dalam sumber, jumlah, dan kemurnian DNA. DNA harus terbebas dari
kontaminan seperti fenol, kloroform, alkohol, EDTA, deterjen (SDS), atau garam yang
berlebih. Metilasi DNA dapat mengakibatkan penghambatan digesti dengan enzim
tertentu. DNA plasmid superkoil dan DNA yang terikat gel agarosa pada umumnya
memerlukan lebih dari 1 unit/ug untuk dapat terpotong sempurna.
Pada tahapan kloning gen, DNA asing akan dimasukkan ke dalam vektor kloning
(agen pembawa DNA), contohnya plasmid (DNA yang digunakan untuk transfer gen).
Kemudian, vektor kloning akan dimasukkan ke dalam bakteri sehingga DNA yang
diinginkan dapat diperbanyak seiring dengan perkembangbiakan bakteritersebut.
Apabila gen yang diinginkan telah diperbanyak dalam jumlah yang cukup maka akan
dilakukan transfer gen asing tersebut ke dalam sel tumbuhan yang berasal dari bagian
tertentu, salah satunya adalah bagian daun. Suatu fragmen DNA yang mengandung
gen target yang akan diklon pada molekul DNA sirkular (plasmid) yang disebut vektor
untuk menghasilkan suatu molekul DNA rekombinan.
Diskusi 3
Contains unread posts
Dalia Sukmawati 109 posted Jun 27, 2019 11:50 AM
Subscribe
Teknologi sel punca telah semakin jauh berkembang. Saat ini telah diperoleh
beberapa jenis sel punca. Menurut anda adakah jenis sel punca yang terbaik
dalam terapi penyakit? Uraikan pendapat anda

Sel induk terbukti dapat menangani penyakit atau kelainan yang sulit diobati.

Salah satu jenis kelainan yang dapat diatasi dengan penggunaan stem cell adalah

penyakit autoimun, misalnya lupus. Penderita lupus memiliki kelainan dalam sistem
kekebalan tubuh (imun) sehingga sel-sel yang berfungsi sebagai agen imun menyerang

bagian tubuh manusia itu sendiri karena menganggap protein di dalam tubuh adalah
protein asing yang berbahaya.

Jenis sel induk yang digunakan untuk mengatasi kelainan autoimun tersebuit
adalah hematopoietic stem cell yang dapat diperoleh dari zigot, embrio, janin, cairan tali

pusat bayi atau sumsum tulang belakang penderita lupus itu sendiri. Sel induk ini dapat
membentuk berbagai jenis komponen darah termasuk sel darah putih dan serum dalam

darah yang berfungsi sebagai agen pertahanan tubuh (imun). Hematopoietic stem cell
diinduksi dengan growth factor agar memperbanyak diri sehingga jumlahnya

mencukupi. Setelah itu, hematopoietic stem cell dimasukkan ke dalam tubuh penderita.
Sel yang diinjeksikan pada aliran darah ini diharapkan ikut bersirkulasi dan bermigrasi

bersama darah menuju sumsum tulang untuk berdiferensiasi menjadi sel imun dewasa
yang normal sehingga sistem imun tubuh kembali seperti semula. Cara ini juga dapat

digunakan untuk mengembalikan imunitas penderita AIDS yang sel imunnya dirusak
oleh HIV.
Para ahli saat ini sedang giat melakukan berbagai penelitian untuk menggunakan

stem cell dalam mengobati berbagai penyakit. Penggunaan stem cell untuk mengobati
penyakit dikenal sebagai Cell Based Therapy. Prinsip terapi yang dimaksud adalah

dengan melakukan transplantasi stem cell pada organ yang rusak. Tujuan dari
transplantasi stem cell ini adalah sebagai berikut.

1. Mendapatkan pertumbuhan dan perkembangan sel-sel baru yang sehat pada


jaringan atau organ tubuh pasien.

2. Menggantikan sel-sel spesifik yang rusak akibat penyakit atau cidera tertentu
dengan sel-sel baru yang ditranspalantasikan.

Sel induk embrio (Embryonic stem cell) sangat plastik dan mempunyai
kemampuan untuk dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel seperti neuron,

kardiomiosit, osteoblast, fibroblast, sel-sel darah dan sebagainya, sehingga dapat


dipakai untuk menggantikan jaringan yang rusak. Sel induk dewasa (adult stem cells)

juga dapat digunakan untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif, tetapi


kemampuan plastisitasnya sudah berkurang. Keuntungan dari penggunaan sel stem

dewasa yaitu tidak atau kurang menimbulkan masalah dan kontroversi etika.
1. Penggunaan sel punca embrionik untuk mengobati cidera pada medula spinalis

(spinal cord)
Cidera pada medula spinalis disertai demielinisasi menyebabkan hilangnya fungsi

neuron. Sel punca dapat mengembalikan fungsi yang hilang dengan cara melakukan
remielinisasi. Percobaan dengan sel punca embrionik tikus dapat menghasilkan

oligodendrosit yang kemudian dapat menyebabkan remielinisasi akson yang rusak.


2. Penggunaan sel punca pada penyakit stroke

Pada penyakit stroke dicoba untuk menggunakan sel punca mesenkim


(mesenchymal stem cell) dari sumsum tulang autolog. Penelitian ini didasarkan pada

hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya. Mesenchymal stem cells diperoleh
dari aspirasi sumsum tulang. Setelah disuntikkan perifer MSC akan melintas sawar
darah otak pada daerah otak yang rusak. Pemberian MSC intravenous akan

mengurangi terjadinya apoptosis dan menyebabkan proliferasi sel endogen setelah


terjadinya stroke.

3. Penggunaan sel punca dalam pengobatan diabetes


Pada diabetes, terjadi kekurangan insulin atau kurangnya kepekaan terhadap

insulin. Dalam hal ini transplantasi sel pulau Langerhans diharapkan dapat memenuhi
kebutuhan insulin. Pada awalnya, kira-kira 10 tahun yang lalu, hanya 8% transplantasi

sel pulau Langerhans yang berhasil. Hal ini terjadi karena reaksi penolakannya besar
sehingga diperlukan sejumlah besar steroid; padahal makin besar steroid yang

dibutuhkan, makin besar pula kebutuhan metabolik pada sel penghasil insulin.
Namun, baru-baru ini penelitian yang dilakukan oleh James Shapiro dkk. di Kanada,

berhasil membuat protokol transplantasi sel pulau Langerhans dalam jumlah banyak
dengan metode imunosupresi yang berbeda dengan yang sebelumnya. Pada

penelitian tersebut, 100% pasien yang diterapi transplantasi sel pulau Langerhans
pankreas tidak memerlukan injeksi insulin lagi dan gula darahnya tetap normal

setahun setelah transplantasi. Penelitian-penelitian yang sudah dilakukan untuk


diabetes ini mengambil sumber stem cell dari kadaver, fetus, dan dari embryonic

stem cell. Selanjutnya, masih dibutuhkan penelitian untuk menemukan cara


membuat kondisi yang optimal dalam produksi insulin, sehingga dapat

menggantikan injeksi insulin secara permanen.


4. Penggunaan sel punca untuk skin replacement

Dengan bertambahnya pengetahuan mengenai stem cell, maka peneliti telah


dapat membuat epidermis dari keratinosit yang diperoleh dari folikel rambut yang

dicabut. Hal ini memungkinkan transplantasi epidermis autolog, sehingga


menghindari masalah penolakan. Pemakaian skin replacement ini bermanfaat dalam

terapi ulkus vena ataupun luka bakar.


5. Penggunaan sel punca dalam penyakit Parkinson
Pada penyakit Parkinson, didapatkan kematian neuron-neuron nigra-striatal,

yang merupakan neuron dopaminergik. Dopamin merupakan neurotransmiter yang


berperan dalam gerakan tubuh yang halus. Dengan berkurangnya dopamin, maka

pada penyakit Parkinson terjadi gejala-gejala gangguan gerakan halus. Dalam hal ini
transplantasi neuron dopamin diharapkan dapat memperbaiki gejala penyakit

Parkinson. Tahun 2001, dilakukan penelitian dengan menggunakan jaringan


mesensefalik embrio manusia yang mengandung neuron-neuron dopamin. Jaringan

tersebut ditransplantasikan ke dalam otak penderita Parkinson berat dan dipantau


dengan alat PET (Positron Emission Tomography). Hasilnya setelah transplantasi

terdapat perbaikan dalam uji-uji standar untuk menilai penyakit Parkinson,


peningkatan fungsi neuron dopamin yang tampak pada pemeriksaan PET; perbaikan

bermakna ini tampak pada penderita yang lebih muda. Namun setelah 1 tahun, 15%
dari pasien yang ditransplantasi ini kambuh setelah dosis levodopa dikurangi atau

dihentikan.
6. Penggunaan sel punca dalam pengobatan HIV

Pada awalnya pengobatan HIV/AIDS ditemukan tidak sengaja dalam pengobatan


penyakit leukemia dengan sistem stem sel. Dimana HIV/AIDS menyerang sistem

kekebalan tubuh sehingga tubuh menjadi rentan terhadap gangguan virus atau
penyakit. Dengan sel punca maka sel-sel yang mengalami degradasi akan

tergantikan sehingga kekebalan tubuh pengidap akan berangsur pulih. Namun


setelah itu terjadi mutasi gen yang mengakibatkan sel darah menjadi resisten

terhadap virus HIV.


Mutasi tersebut terjadi pada reseptor yang dikenal sebagai CCR5, yang secara

normal ditemukan pada permukaan T cell – sel pada sistem kekebalan tubuh yang
diserang oleh virus HIV. Gen yang telah bermutasi tersebut dikenal sebagai CCR5

delta 32, dan ditemukan pada 1% - 3% populasi orang kulit putih di Eropa.
Virus HIV menggunakan CCR5 sebagai co-reseptor untuk merusak sistem

kekebalan tubuh. Sejak CCR5 bermutasi menjadi CCR5 delta 32, virus HIV tidak lagi
mampu menyerang sel sehingga terjadi kekebalan tubuh alami pada orang yang

mengalami mutasi gen.

Sel Punca memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dalam


penggunaanya

Dalam penggunaannya stem cell memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan antara
lain:

1. Penggunaan sel induk embrionik (embryonic stem cell) pada terapi sel.
 Kelebihan penggunaan sel induk embrionik antara lain:

a. Mudah didapatkan, biasanya dapat diperoleh dari klinik fertilitas.


b. Bersifat pluripotent artinya mempunyai kemampuan untuk berdifferensiasi

menjadi berbagai macam sel yang merupakan turunan ketiga lapis germinal
(ektoderm, mesoderm dan endoderm), tetapi tidak dapat membentuk

selubung embrio.
c. Immortal artinya dapat berumur panjang sehingga dapat memperbanyak diri

ratusan kali pada media kultur.


d. Reaksi penolakan tehadap imunitas rendah.

 Kekurangan penggunaan sel induk embrionik adalah:


1. Dapat bersifat karsinogenik artinya setiap kontaminasi dengan sel yang tidak

berdifferensiasi dapat menimbulkan kanker.


2. Selalu bersifat allogenik yaitu sel induk yang diambil berasal dari pendonor

yang cocok, umumnya keluarga atau orang lain yang cocok sehingga
berpotensi menimbulkan terjadinya rejeksi immunitas.

3. Secara kode etik masih kontroversial, di mana yang menjadi kontroversi


dalam penggunaan stem cell embrio yakni sumber sel tersebut (embrio).
Pengklonan embrio manusia untuk memperoleh stem cell menimbulkan

kontroversi karena pengklonan manusia tersebut ditentang oleh semua


agama, hal ini dikarenakan adanya anggapan bahwa embrio berstatus sama

dengan manusia menyebabkan hal tersebut tidak dapat diterima. Selain itu
status moral embrio, apakah embrio harus diperlakukan sebagai manusia atau

sebagai sesuatu yang berpotensi untuk menjadi manusia atau sebagai


jaringan hidup tubuh lainnya masih menjadi kontroversi.

2. Penggunaan sel induk dewasa (adult stem cell)


 Kelebihan penggunaan sel induk dewasa adalah:

a. Dapat diperoleh dari sel pasien sendiri sehingga dapat menghindari terjadinya
penolakan imun.

b. Sel induk dewasa sudah terspesialisasi sehingga induksi menjadi lebih


sederhana.

c. Penggunaan sel induk dewasa tidak terlalu menimbulkan problem etika.


 Kekurangan dari penggunaan sel induk dewasa antara lain:

a. Sel induk dewasa ditemukan dalam jumlah kecil di 12 tempat yang berbeda
dalam tubuh (otak, darah, kornea, retina, jantung, lemak, kulit, daerah gigi,

pembuluh darah pada sumsum tulang belakang, otot tengkorak, dan usus).
sehingga sulit mendapatkan sel induk dewasa dalam jumlah banyak.

b. Masa hidupnya tidak selama sel induk embrionik.


c. Bersifat multipotent, yaitu dapat berdiferensiasi menjadi lebih dari satu

macam sel sehingga differensiasi tidak seluas sel induk embrionik yang
bersifat pluripotent.

3. Penggunaan sel induk dari darah tali pusat.


 Kelebihan penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:

a. Mudah diperoleh, karena sudah tersedia di bank darah tali pusat.


b. Siap pakai, karena telah melalui proses prescreening, testing dan pembekuan.
c. Kontaminasi virus sangat minimal dibandingkan dengan sel induk yang

berasal dari sumsum tulang.


d. Cara pengambilannya mudah, tidak beresiko dan menyakiti donor.

 Kekurangan penggunaan sel induk dari darah tali pusat adalah:


a. Kemungkinan terkena penyakit genetik. Ada beberapa penyakit genetik yang

terdeteksi saat lahir sehingga diperlukan pengamatan setelah donor


meningkat menjadi dewasa.

b. Jumlah sel induk relatif terbatas sehingga ada ketidaksesuaian antara jumlah
sel induk yang diperlukan resipien dengan jumlah yang tersedia dari donor.

Diskusi 4
Contains unread posts
Dalia Sukmawati 109 posted Jun 27, 2019 9:00 AM
Subscribe
Aplikasi bioteknologi dapat berperan positif dan negative bagi perkembangan
kehidupan manusia, menurut saudara dapatkan menjelaskan peran tersebut
(minimal dalam 3 bidang kehidupan manusia dan lingkungan).

Dampak Positif

Dampak positif dengan adanya bioteknologi adalah sebagai berikut,

1. Bidang Pangan

Bioteknologi memainkan peranan penting dalam bidang pangan yaitu dengan


memproduksi makanan dengan bantuan mikroba (tempe,roti,keju,yoghurt,kecap,dll)
,vitamin, dan enzim.

2. Bidang Kesehatan
Bioteknologi juga dimanfaatkan untuk berbagai keperluan misalnya dalam pembuatan
antibodi monoklonal, pembuatan vaksin, terapi gen dan pembuatan antibiotik. Proses
penambahann DNA asing pada bakteri merupaka prospek untuk memproduksi hormon
atau obat-obatan di dunia kedokteran. contohnya pada produksi hormon insulin,
hormon pertumbuhan dan zat antivirus yang disebut interferon. Orang yang menderita
diabetes melitus membutuhkan suplai insulin dari luar tubuh. Dengan menggunakan
teknik DNA rekombinan, insulin dapat dipanen dari bakteri.

3. Bidang Lingkungan

Bioteknologi dapat digunakan untuk perbaikan lingkungan misalnya dalam hal


mengurangi pencemaran dengan adanya teknik pengolahan limbah dan dengan
memanipulasi mikroorganisme.

4. Bidang Pertanian

Adanya perbaikan sifat tanaman dapat dilakukan dengan teknik modifikasi


genetik dengan bioteknologi melalui rekayasa genetika untuk memperoleh varietas
unggul, produksi tinggi, tahan hama, patogen, dan herbisida. Perkembangan Biologi
Molekuler memberikan sumbangan yang besar terhadap kemajuan ilmu pemuliaan ilmu
tanaman (plant breeding). Suatu hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa perbaikan
genetis melalu pemuliaan tanaman konvemsional telah memberikan kontribusi yng
sangat besar dalam penyediaan pangan dunia.

Dalam bidang pertanian telah dapat dibentuk tanaman dengan memanfaatkan


mikroorganisme dalam fiksasi nitogen yang dapat membuat pupuknya sendiri sehingga
dapat menguntungkan pada petani. Demikian pula terciptanya tanaman yang tahan
terhadap tanah gersang. Mikroba yang di rekayasa secara genetik dapat meningkatkan
hasil panen pertanian, demikian juga dalam cara lain, seperti meningkatkan kapasitas
mengikat nitrogen dari bacteri Rhizobium. Keturunan bacteri yang telah disempurnakan
atau diperbaiki dapat meningkatkan hasil panen kacang kedelai sampai 50%. Rekayasa
genetik lain sedang mencoba mengembangkan turunan dari bacteri Azotobacter yang
melekat pada akar tumbuh bukan tumbuhan kacang-kacangan (seperti jagung) dan
mengembangbiakan, membebaskan tumbuhan jagung dari ketergantungan pada
kebutuhan pupuk amonia (pupuk buatan).

Hama tanaman merupakan salah satu kendala besar dalam budidaya tanaman
pertanian. Untuk mengatasinya, selama ini digunakan pestisida. Namun ternyata
pestisida banyak menimbulkan berbagai dampak negatif, antara lain matinya organigme
nontarget, keracunan bagi hewan dan manusia, serta pencemaran lingkungan. Oleh
karena itu, perlu dicari terobosan untuk mengatasi masalah, tersebut dengan cara yang
lebih aman. Kita mengetahui bahwa mikroorganisme yang terdapat di alam sangat
banyak, dan setiap jenis mikroorganisme tersebut memiliki sifat yang berbeda-beda.
Dari sekian banyak jenis mikroorganisme, ada suatu kelompok yang bersifat patogenik
(dapat menyebabkan penyakit) pada hama tertentu, namun tidak menimbulkan penyakit
bagi makhluk hidup lain. Contoh mikroorganisme tersebut adalah bakteri Bacillus
thuringiensis. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Bacillus thuringiensis mampu
menghasilkan suatu protein yang bersifat toksik bagi serangga, terutama seranggga dari
ordo Lepidoptera. Protein ini bersifat mudah larut dan aktif menjadi menjadi toksik,
terutama setelah masuk ke dalam saluran pencemaan serangga. Bacillus thuringiensis
mudah dikembangbiakkan, dan dapat dimafaatkan sebagai biopestisida pembasmi
hama tanaman. Pemakaian biopestisida ini diharapkan dapat mengurangi dampak
negatif yang timbul dari pemakaian pestisida kimia.

Dengan berkembangnya bioteknologi, sekarang dapat diperoleh cara yang lebih efektif
lagi untuk membasmi hama. Pada saat ini sudah dikembangkan tanaman transgenik
yang resisten terhadap hama. Tanaman transgenik diperoleh dengan cara rekayasa
genetika. Gen yang mengkode pembentukan protein toksin yang dimiliki oleh B.
thuringiensis dapat diperbanyak dan disisipkan ke dalam sel beberapa tanaman
budidaya. Dengan cara ini, diharapkan tanaman tersebut mampu menghasilkan protein
yang bersifat toksis terhadap serangga sehingga pestisida tidak diperlukan lagi.

5.Bidang Peternakan

Peningkatan produksi ternak ,meningkatkan efisiensi dan kualitas pakan seperti


manipulasi mikroba rumen, menghasilkan embrio yang banyak dalam satu kali siklus
reproduksi, menciptakan jenis ternak unggul, dan dapat memproduksi asam amino
tetentu. Hewan ternak diberi perlakuan dengan produk-produk yang dihasilkan dari
metode DNA rekombinan. Produk ini mencakup vaksin-vaksin baru atau yang didesain
ulang, antibodi dan hormon-hormon pertumbuhan. Misalnya, beberapa sapi perah
disuntik dengan hormon pertumbuhan sapi (BGH, bovine growth hormone) yang dibuat
oleh E.coli untuk menaikkan produksi susu (vaksin ini dapat meningkatkan hingga 10%).
BGH juga meningkatkan perolehan bobot dalam daging ternak. Sejauh ini telah lulus
dari semua uji keamanan dan BGH sekarang digunakan secara meluas dalam kelompok
pabrik susu.

Adapun hewan transgenik, organisme yang mengandung gen dari spesies


lain,termasuk ternak penghasil daging dan susu, serta beberapa spesies ikan yang yang
dipelihara secara komersial, dihasilkan dengan menyuntikkan DNA asing ke dalam
nukleus sel telur atau embrio muda.

6.Bidang Hukum

Dengan teknologi DNA, menawarkan aplikasi bagi kepentingan forensik. Pada


kriminalitas dengan kekerasan, darah atau jaringan lain dalam jumlah kecil dapat
tertinggal di tempat kejadian perkara. Jika ada perkosaan, air mani dalam jumlah kecil
dapat ditemukan dalam tubuh korban. Melalui pengujian sidik jari DNA (DNA
finngerprint), dapat diidentifikasi pelaku dengan derajat kepastian yang tinggi karena
urutan DNA setiap orang itu unik (kecuali untuk kembar identik). Sampel darah atau
jaringan lain yang dibutuhkan dalam tes DNA sangat sedikit (kira-kira 1000 sel).

DNA fingerprint merupakan satu langkah lebih maju dalam proses


pengungkapan kejahatan di Indonesia. Keakuaratan hasil yang hampir mencapai 100%
menjadikan metode DNA fingerprint selangkah lebih maju dibandingkan dengan proses
biometri yang telah lama digunakan kepolisian untuk identifik.

Dampak Negatif

1.Dampak terhadap kesehatan

Produk-produk hasil rekayasa genetika memiliki resiko potensial sebagai berikut:

 Gen sintetik dan produk gen baru yang berevolusi dapat menjadi racun dan atau
imunogenik untuk manusia dan hewan.
 Rekayasa genetik tidak terkontrol dan tidak pasti, genom bermutasi dan
bergabung, adanya kelainan bentuk generasi karena racun atau imunogenik,
yang disebabkan tidak stabilnya DNA rekayasa genetik.
 Virus di dalam sekumpulan genom yang menyebabkan penyakit mungkin
diaktifkan oleh rekayasa genetik.
 Penyebaran gen tahan antibiotik pada patogen oleh transfer gen horizontal,
membuat tidak menghilangkan infeksi.
 Meningkatkan transfer gen horizontal dan rekombinasi, jalur utama penyebab
penyakit.
 DNA rekayasa genetik dibentuk untuk menyerang genom dan kekuatan sebagai
promoter sintetik yang dapat mengakibatkan kanker dengan pengaktifan
oncogen (materi dasar sel-sel kanker).
 Tanaman rekayasa genetik tahan herbisida mengakumulasikan herbisida dan
meningkatkan residu herbisida sehingga meracuni manusia dan binatang seperti
pada tanaman.

2. Dampak terhadap lingkungan

Saat ini, umat manusia mampu memasukkan gen ke dalam organisme lain dan
membentuk "makhluk hidup baru" yang belum pernah ada. Pengklonan, transplantasi
inti, dan rekombinasi DNA dapat memunculkan sifat baru yang belum pernah ada
sebelumnya. Pelepasan organisme-organisme transgenik ke alam telah menimbulkan
dampak berupa pencemaran biologis di lingkungan kita. Setelah 30 tahun Organisme
Hasil Rekayasa Genetik (OHRG) atau Genetically Modified Organism (GMO), lebih dari
cukup kerusakan yang ditimbulkannya terdokumentasikan dalam laporan International
Specialty Products. Di antaranya:

 Tidak ada perluasan lahan, sebaliknya lahan kedelai rekayasa genetik menurun
sampai 20 persen dibandingkan dengan kedelai non-rekayasa genetik. Bahkan
kapas Bt di India gagal sampai 100 persen.
 Tidak ada pengurangan pengunaan pestisida, sebaliknya penggunaan pestisida
tanaman rekayasa genetik meningkat 50 juta pound dari 1996 sampai 2003 di
Amerika Serikat.
 Tanaman rekayasa genetik merusak hidupan liar, sebagaimana hasil evaluasi
pertanian Kerajaan Inggris.
 Bt tahan pestisida dan roundup tahan herbisida yang merupakan dua tanaman
rekayasa genetik terbesar praktis tidak bermanfaat.
 Area hutan yang luas hilang menjadi kedelai rekayasa genetik di Amerika Latin,
sekitar 15 hektar di Argentina sendiri, mungkin memperburuk kondisi karena
adanya permintaan untuk biofuel. Meluasnya kasus bunuh diri di daerah India,
meliputi 100.000 petani antara 1993-2003 dan selanjutnya 16.000 petani telah
meninggal dalam waktu setahun.
 Pangan dan pakan rekayasa genetik berkaitan dengan adanya kematian dan
penyakit di lapangan dan di dalam tes laboratorium.
 Herbisida roundup mematikan katak, meracuni plasenta manusia dan sel embrio.
Roundup digunakan lebih dari 80 persen semua tanaman rekayasa genetik yang
ditanam di seluruh dunia.
 Kontaminasi transgen tidak dapat dihindarkan. Ilmuwan menemukan
penyerbukan tanaman rekayasa genetik pada non-rekayasa genetik sejauh 21
kilometer.

3. Dampak terhadap etika moral

Penyisipan gen makhluk hidup lain yang tidak berkerabat dianggap telah
melanggar hukum alam dan kurang dapat diterima oleh masyarakat. Pemindahan gen
manusia ke dalam tubuh hewan dan sebaliknya sudah mendapatkan reaksi keras dari
berbagai kalangan. Permasalahan produk-produk transgenik tidak berlabel, membawa
konskuensi bagi kalangan agama tertentu. Terlebih lagi teknologi kloning yang akan
dilakukan pada manusia. Bioteknologi yang berkaitan dengan reproduksi manusia
sering membawa masalah baru, karena masyarakat belum menerimanya. berikut ini
beberapa contoh mengenai masalah ini:

 Seorang nenek melahirkan cucunya dari embrio cucu yang dibekukan dalam
tabung pembeku karena ibunya tidak mampu hamil karena penyakit tertentu.
Kemudian di masyarakat timbul sebuah pertanyaan "anak siapa bayi tersebut?"
 Pasangan suami istri menunda kehamilan. sperma suami dititipkan di bank
sperma. beberapa tahun setelah suami meninggal, sang janda ingin mengandung
anak dari almarhum suaminya. Dia mengambil sperma yang dititipkan di bank
sperma. bagaimanakah staus dari anak tersebut ?, bolehkah wanita tersebut
mengandung anak dari suami yang telah meninggal ?.
 Meminta sperma orang lain di bank sperma untuk difertilisasi di dalam rahim
wanita merupakan pelanggaran atau bukan ?

4. Dampak ekonomi

Terdapat suatu kecenderungan bahwa bioteknologi tidak terlepas dari muatan


ekonomi. Muatan ekonomi tersebut terlihat dari adanya hak paten bagi produk-produk
hasil rekayasa genetik, sehingga penguasaan bioteknologi hanya pada lembaga-
lembaga tertentu saja. Hal ini memaksa petani-petani kecil untuk membeli bibit kepada
perusahaan perusahaan yang memiliki hak paten. Produk Bioteknologi dapat merugikan
peternak-peternak tradisional seperti pada kasus penggunaan hormon pertubuhan sapi
hingga naik sebesar 20%. hormontersebut hanya mampu dibeli oleh perusahaan
peternakan yang bermodal besar. Hal tersebutmenimbulkan suatu kesenjangan
ekonomi. Menyikapi adanya dampak negatif bioteknologi, perlu adanya tindakan-
tindakan untuk menanggulangi meluasnya dampak tersebut yaitu sejak Stanley Cohen
melakukan rekombinasi DNA tahun 1972, telah dikeluarkan peraturan agar ada ijin atau
rekomendasi sebelum para pakar melakukan rekombinasi. Ini dilakukan agar
rekombinasi DNA yang dilakukan tidak digunakan untuk tujuan yang negatif.

Anda mungkin juga menyukai