Anda di halaman 1dari 26

BAB II

KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teoritis
2.1.1 Pengertian Belajar
Defenisi belajar banyak dikemukakan oleh para ahli psikologi pendidikan
yang masing-masing ahli memberi batasan yang berebeda tentang belajar, atau
juga terdapat keragaman dalam cara menjelaskan dan mendefenisikan makna
belajar. Belajar hakikatnya adalah adanya perubahan tingkah laku karena adanya
suatu pengalaman. Perubahan tingkah laku tersebut dapat berupa perubahan
ketrampilan,kebiasaan,sikap,pengetahuan,pemahaman dan apresiasi. Pengalaman
dalam proses belajar ialah bentuk interaksi antara individu dengan lingkungan
(Trianto,2009)
Belajar merupakan proses untuk membuat perubahan dalam diri dengan
cara berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam aspek
kognitif, afektid dan psikomotorik. Proses belajar cukup dilakukan dengan cara
mengkaitkan antara stimulus dan respon (Purwanto,2008)
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa belajar adalah perubahan tingkah
laku pada seseorang yang berkaitan dengan penambahan ilmu pengetahuan
sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat untuk dapat
memecahkan masalah yang menimbulkan rasa keingintahuan.(Arikunto 2013)
2.1.2 Aktivitas Belajar
Pada prinsipnya belajar adalah berbuat, tidak ada belajar tanpa ada
aktivitas. Aktivitas merupakan prinsip atau asas di dalam interaksi belajar
mengajar adalah keterlibatan siswa dalam bentuk sikap, pikiran, perhatian dalam
kegiatan belajar guna menunjang keberhasilan proses belajar mengajar dan
memperoleh manfaat dari kegiatan tersebut. Aktivitas belajar merupakan hal yang
sangat penting bagi siswa, karena memberikan kesempatan siswa untuk
bersentuhan dengan objek yang sedang dipelajari seluas mungkin, karena dengan
demikian proses konstruksi pengetahuan yang terjadi akan lebih baik (Hamalik,
2013).

7
8

Pengelompokkan jenis-jenis aktivitas belajar menurut Paul B. Diedrich dalam


(Sardiman, 2011) sebagai berikut :
a. Visual activities. Misalnya : membaca, memperhatikan gambar
demonstrasi, percobaan dan pekerjaan orang lain.
b. Oral activities. Misalnya : menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi dan
interupsi.
c. Listening activities. Misalnya : mendengarkan, uraian percakapan,
memberi pendapat, diskusi, music dan pidato.
d. Writing activities. Misalnya : menulis cerita, karangan, laporan, angket
dan menyalin.
e. Drawing avtivities. Misalnya : menggambar, membuat grafik, peta dan
diagram.
f. Motor activities. Misalnya : melakukan percobaan, membuat konstruksi,
model mereparasi, bermain, berkebun dan beternak.
g. Mental activities. Misalnya : menganggap, mengingat, memecahkan soal,
menganalisis, melihat hubungan dan mengambil keputusan.
h. Emotional activities. Misalnya : menaruh minat, merasa bosan, gembira,
bersemangat, bergairah, berani, tenang dan gugup.

2.2 Model Pembelajaran


2.2.1 Pengertian model pembelajaran
Model pembelajaran adalah suatu rencana atau pola yang dapat digunakan
untuk membentuk kurikulum (rencana pembelajaran jangka panjang ) , merancang
bahan-bahan pembelajaran , dan membimbing pembelajaran di kelas atau yang
lain ’’. Dalam kegiatan belajar mengajar , model yang diperlukan oleh guru dan
penggunaannya bervariasi sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai setelah
pengajaran selesai. Seorang guru tidak akan dapat melaksanakan tugasnya bila dia
tidak dapat menguasai satu pun model pembelajaran yang dikemukakan oleh para
ahli psikologi dan pendidikan
9

Pemilihan dan penggunaan model mengajar yang bervariasi tidak


selamanya menguntungkan jika guru mengabaikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya penggunaanya ada lima macam faktor yang mempengaruhi
penggunaan model yaitu :
1. Tujuan dengan berbagai jenis fungsinya .
2. Anak didik dengan berbagai tingkat kematangannya
3. Situasi kegiatan belajar mengajar
4. Fasilitas dengan berbagai kualitas dan kuantitasnya
5. Pribadi guru serta kemampuan profesionalnya yang berbeda-beda
Penggunaan model yang digunakan harus benar-benar dikuasi oleh guru.
Ketidakmampuan seorang guru dalam penggunaan suatu model pada saat
mengadaan interaksi pengajaran akan berakibat banyak kehanggalan bahkan
ditertawai siswa. Oleh karena itu , perlu dipertimbangkan secara cermat oleh guru
dalam menggunakan model agar pembelajaran yang diharapkan selesai .

2.2.2 Model Problem Based Learning (PBL )


Problem Based Learning adalah pembelajaran yang menggunakan
masalah nyata yang tidak terstruktural dan bersifat terbuka sebagai konteks bagi
peserta didik untuk mengembangkan ketrampilan menyelesaikan masalah dan
berpikir kritis serta sekaligus membangun pengetahuan baru (Rusman,2011).
Belajar berdasarkan masalah adalah suatu proses pembelajaran yang
diawali dari masalah-masalah yang ditemukan dalam suatu lingkungan pekerjaan.
Dengan pendekatan tersebut peserta didik tidak hanya diberikan konsep-konsep
yang abstrak yang diterima dalam lingkungan nyata yang ada di sekitarnya. PBL
merupakan model pembelajaran yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengintegrasikan pengetahuan baru (Muhson,2011)
Berbeda dengan pembelajaran konvensional yang menjadikan masalah
nyata sebagai pemicu bagi proses belajar peserta didik sebelum mereka
mengetahui konsep formal. Peserta didik secara kritis mengidentifikasikan
informasi dan strategi yang relevan serta melakukan penyelidikan untuk
mengetahui masalah tersebut. Dengan menyelesaikan masalah tersebut peserta
10

didik memperoleh atau membangun pengetahuan tertentu dan sekaligus


membangun kemampuan berpikir kritis dan ketrampilan menyelesaikan
masalah(Fathurrohman,2015).
Problem Based Learning memberikan kesempatan pada siswa untuk
bereksplorasi mengumpulkan dan menganalisis data secara lengkap untuk
memecahkan masalah yang dihadapi. Tujuan yang ingin dicapai oleh PBL adalah
kemampuan siswa untuk berpikir kritis, analistis, sistematis, dan logis untuk
menemukan alternatif pemecahan masalah melalui eksplorasi data secara empiris
dalam rangka menumbuhkan sikap ilmiah. PBL juga memfokuskan pertanyaan
agar membuat siswa berpikir secara riil. PBL tidak hanya proses pemecahan
masalah, tetapi juga sebuah pedagogik yang berdasarkan konstruktivisme dengan
masalah-masalah nyata yang didesain belajar dengan lingkungan sekitarnya
(Barrow, 2004)

Gambar 2.1 Hasil Belajar PBL


(Arends, 2012)
2.2.3 Ciri-Ciri Khusus Problem Based Learning
Problem Based Learning melibatkan presentasi situasi –situasi autentik
dan bermakna yang berfungsi sebagai landasan bagi investigasi oleh peserta didik
. Fitur-fitur problem based learning menurut Arend sebagai berikut :
1. Permasalahan autentik. Problem Based Learning mengorganisasi masalah
yang nyata yang penting secara sosial dan bermakna bagi peserta didik .
Peserta didik mengahadapi berbagai situasi kehidupan nyata yang tidak
dapat diberi jawaban-jawaban sederhana
11

2. Fokus interdisipliner. Pemecahan masalah menggunakan pendekatan


interdisipliner. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik belajar berpikir
struktural dan belajar menggunakan berbagai perspektif keilmuan
3. Investigasi autentik. Peserta didik diharuskan melakukan investigasi
autentik yaitu berusaha menemukan solusi rill. Peserta didik diharuskan
menganalisasi dan menetapkan masalahnya, mengembangkan hipotesi dan
membuat prediksi, mengumpulkan dan menganalisi informasi, melakukan
eksperimen, membuat inferensi dan menarik kesimpulan. Metode yang
digunakan bergantung kepada sifat masalah penelitian
4. Produk. Problem Based Learning menurut peserta didik menginstruksi
produk sebagai hasil investigasi. Produk bisa berupa paper yang
dideskripsikan dan didemonstrasikan kepada orang lain .
5. Kolaborasi . kolaborasi peserta didik dalam problem based learning
mendorong penyelidikan dan dialog bersama untuk mengembangkan
ketrampilan berpikir dan ketrampilan sosial (Trianto ,2011)

2.2.4 Manfaat Problem Based Learning


PBL tidak dirancang untuk membantu guru menyampaikan informasi
dengan jumlah besar kepada siswa. PBL dirancang untuk membantu siswa
mengembangkan ketrampilan berpikir, ketrampilan menyelesaikan masalah dan
ketrampilan intelektualnya, mempelajari peran orang dewasa dengan
mengalaminya dengan berbagai situasi yang disimulasikan dan menjadi pelajar
yang otonom. PBL seperti pendekatan pengajaran interaktif lain yang berpusat
pada siswa , adapaun manfaat PBL sebagai berikut :
a. Kemampuan berpikir dan mengatasi masalah. Berpikir adalah
kemampuan untuk menganalisis , mengkritik , mencapai kesimpulan
berdasarkan inferensi yang baik . ketrampilan dan proses berpikir tingkat
tinggi dapat diajarkan dan kebanyakan program kurikulum yang
dikembangkan untuk menyadarkan diri pada pendekatan-pendekatan
yang sama dengan PBL
12

b. Meniru peran orang dewasa, PBL bermaksud untuk membantu siswa


menampilkan di berbagai situasi kehidupan nyata dan mempelajari peran
orang dewasa yang penting
c. Menjadi pelajar yang mandiri, PBL berusaha membantu siswa untuk
menjadi pembelajaran yang independen dan self regulated . Artinya
dibimbing oleh guru –guru yang senantiasa memberi semangat dan
reward ketika mereka mengajukan pertanyaan dan mencari sendiri solusi
untuk berbagai masalah yang riil melaksanakan ,melaksanakan tugasnya
secara mandiri (Arends 2008)

2.2.5 Sintaks Model Problem Based Learning


Problem Based Learning terdiri dari 5 fase dan perilaku . Fase-Fase dan
perilaku tersebut merupakan tindakan berpola. Pola ini diciptakan agar hasil
pembelajaran dengan perkembangan problem based learning dapat diwujud kan
Tabel 2.1 Sintaks model problem based learning
FASE-FASE PERILAKU GURU
Fase 1 : memberikan Guru menyampaikan tujuan pemebelajaran,
orientasi tentang mendeskripsikan berbagai kebutuhan logisitik
permasalahannya kepada penting dan memotivasi peserta didik untuk
peserta didik terlibat dalam kegiatan mengatasi masalah
Fase 2 : Guru membantu peserta didik untuk
mengorganisasikan peserta mendefenisikan dan mengorganisasikan tugas-
didik untuk meneliti tugas belajar terkait dengan permasalahannya
Fase 3 : Membantu Guru membantu peserta didik untuk
investigasi mandiri dan mendapatkan informasi yang tepat
Kelompok ,melaksanakan eksperimen dan mencari
penjelasan dan solusi
Fase 4 :Mengembangkan Guru membantu peserta didik dalam
dan mempresentasikan merencanakan dan menyiapkan artefak-artefak
artefak dan exhibit yang tepat , seperti laporan ,rekaman video dan
13

model-model serta membantu mereka untuk


menyampaikannya kepada orang lain

Fase 5 : Menganalisis dan Guru membantu peserta didik untuk melakukan


mengevaluasi proses refleksi terhadap investigasinya dan proses-
mengatasi masalah proses yang mereka gunakan

2.2.6 Kelebihan dan kekurangan Model Problem Based Learning


Kelebihan model PBL
a. Model PBL berhubungan dengan kehidupan nyata sehingga pembelajaran
lebih bermakna
b. Model PBL mendorong siswa untuk belajar lebih secara aktif
c. Model PBL berfungsi sebagai pendekatan belajar secara interdisipliner
d. Model PBL memberikan kesempatan kepada siswa apa yang akan
dipelajari dan bagaimana mempelajarinya
e. Model PBL mendorong terciptanya pembelajaran kolaboratif
f. Model PBL diyakini mampu meningkatkan kualitas pendidikan
Kekurangan model PBL
a. Siswa yang terbiasa dengan informasi yang diperoleh dari guru sebagai
narasumber utama akan merasa kurang nyaman dengan cara belajar
sendiri
b. Jika siswa tidak memiliki rasa kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari
sulit untuk dipecahkan maka mereka akan enggan untuk mencobah
masalah tersebut
c. Tanpa adanya pemahaman siswa mengapa mereka berusaha untuk
memecahkan masalah yang sedang dipelajari maka mereka tidak akan
belajar apa yang ingin mereka pelajari (Masyuri 2017)
2.3 Pembelajaran Konvensional
Pembelajaran konvensional diartikan sebagai pembelajaran dalam konteks
klasikal yang sudah terbiasa dilakukan, sifatnya berpusat pada guru, sehingga
pelaksanaanya kurang memeperhatikan keseluruhan situasi belajar. Model
14

pembelajaran konvensional merupakan model pembelajaran yang sangat biasa


dipakai guru dalam pembelajaran, salah satunya adalah metode verbal,yakni
metode ceramah. Metode ceramah merupakan sutau cara mengajar yang
digunakan untuk menyampaikan keterangan atau informasi , atau uraian tentang
suatu pokok permasalahan serta masalah secara lisan. Oleh karena itu metode
ceramah yang menjadi dasar bagi penerapan sebagian besar model pembelajaran
lain sehingga disebut dengan model konvensional.
Menurut Djamarah Aswan (2006) adapun kelemahan pembelajaran dengan
model konvensional antara lain :
1. Mudah menjadi verbalisme (pengertian kata-kata)
2. Yang visual menjadi rugi
3. Bila selalu digunakan dan terlalu lama menjadi membosankan
4. Guru meyimpulkan bahwa siswa mengerti dan tertarik pada ceramahnya
5. Menyebabkan siswa nya menjadi pasif
Adapun kelebihan pembelajaran dengan model konvensional adalah sebagai
berikut :
1. Guru mudah menguasai kelas
2. Mudah mengorganisasikan tempat duduk / kelas
3. Dapat diikuti oleh jumlah siswa yang besar
4. Mudah mempersiapkan dan melaksanakannya
5. Guru mudah menerangkan pelajaran dengan baik
Dengan demikian pembelajaran konvensiona dinilai memiliki kelemagan
sebab kegiatan guru dianggap paling penting (teacher center ).
2.4 Kemampuan Berpikir Kritis
2.4.1 Pengertian berpikir kritis
Berpikir berarti meletakkan hubungan antar bagian pengetahuan yang
diperoleh manusia. Berpikir sebagai proses menentukan hubungan-hubungan
secara bermakna antara aspek-aspek dari suatu bagian pengetahuan. Berpikir
merupakan proses dinamis yang menempuh tiga langkah berpikir yaitu : (1)
pembetukan pengertian yaitu melalui proses mendeskripsikan ciri-ciri objek yang
sejenis mengklasifikasikan ciri-ciri yang sama mengabstrasikan dengan
15

menyisihkan, memuang dan menganggap ciri-ciri yang hakiki;(2) pembetukan


pendapat, yaitu meletakkan hubungan antara duah buah pengertian atau lebih yang
hubungan itu dapat dirumuskan secara verbal berupa pendapat menolak, pendapat
menerima atau mengiakan dan pendapat asumtif yaitu mengungkapkan
kemungkinan-kemungkinan suatu sifat pada suatu hal dan (3) pembetukan
keputusan, yaitu penarikan kesimpulan yang berupa keputusan sebagai hasil
pekerjaan akal berupa pendapat baru yang dibentuk berdasarkan pendapat-
pendapat yang sudah ada (Surip.2017)
Berpikir kritis adalah interpretasi dan evaluasi yang terampil dan aktif
terhadap observasi dan komunikasi, informasi dan argumentasi. Pada umumnya
siswa yang berpikir kritis akan menggunakan prinsip prinsip dan dasar-dasar
pengertian dalam menjawab pertanyaan “bagaimana’’ dan “mengapa’’.
Menentukan sebab-akibat, menganalisis menarik kesimpulan-kesimpulan dan
bahkan juga menciptakan hukum-hukum (kaidah teoritis ) dan ramalan-ramalan.
Berpikir kritis siswa dituntut menggunakan strategi kognitif tertentu yang tepat
untuk menguji keandalan gagasan masalah dan mengatasi kesalahan atau
kekurangan
Pengajaran pemikiran kritis yang efektif bergantung pada penentuan
suasana ruang kelas yang mendorong penerimaan sudut pandang yang berlainan
dan diskusi bebas. Kemampuan berpikir kritis yang paling baik dipelajari melalui
pengaitan dengan topik yang tidak asing bagi siswa
Menurut Beyer 1998(dalam Fischer,1998) mengidentifikasi 10
kemampuan berpikir kritis yang dapat digunakan siswa dalam menilai keabsahan
pandangan atau argumen :
1. Membedakan antara fakta yang dapat dibuktikan dan klaim atas nilai
tertentu .
2. Membedakan informasi, pandangan atau alasan yang relevan dari yang
tidak relevan
3. Menentukan ketepatan fakta suatu pernyataan .
4. Menentukan kredibilitas sumber
5. Mengidentifikasi pandangan atau argumen yang ambigu .
16

6. Mengidentifikasi asumsi yang tidak dinyatakan


7. Mendeteksi prasanga
8. Mengidentifikasi kekeliruan logika
9. Menganali ketidakkonsistenan logika dalam urutan penalaran
10. Menentukan kekuatan argumen atau pandangan
Tabel 2.2 Indikator Berpikir Kritis

Ketrampilan Sub ketrampilan Penjelasan


berpikir kritis berpikir kritis
1. Memberikan Memfokuskan  Mengidentifikasi atau
penjelasan pertanyaan merumuskan pertanyaan
sederhana  Mengidentifikasi kriteria-kriteria
untuk mempertimbangkan
jawaban yang mungkin
Menganalisis argumen  Mengidentifikasi kesimpulan
 Mengidentifikasi alasan yang
dinyatakan
 Mengidentifikasi ketidakrelevan
dan kerelevan
 Mencari persamaan dan
perbedaan
 Merangkum
Bertanya dan  Mengapa
menjawab pertanyaan  Apa intinya , apa artinya
 Apa contohnya , apa yang bukan
contoh
 Bagaimana menerapkannya
dalam kasus tersebut
 Perbedaan apa yang
menyebabkannya
17

2.Membangun Mempertimbangkan  Kesepakatan antar sumber


ketrampilan kredibilitas suatu  Reputasi
dasar sumber  Menggunakan prosedur yang
ada
 Mengetahui resiko
 Kemampuan memberi alasan
3.Membuat Mendedukasi dan  Kelompok yang logis
interferensi mempertimbangkan  Kondisi yang logis
hasil edukasi  Imterpretasi pernyataan
Membuat dan  Latar belakang fakta
menentukan hasil  Konsekuensi
pertimbangan  Penerapan prinsip-prinsip
 Memikirkan alternatif
 Menyeimbangkan memutuskan
4.Membuat mengidentifikasi  Penalaran secara implisit
penjelasan asumsi-asumsi  Asumsi yang diperlukan
lebih lanjut rekontruksi argumen
5.mengatur Berinteraksi dengan  Mengidentifikasi masalah
strategi dan orang lain menentukan  Menyelesaikan kriteria untuk
taktik hasil tindakan membuat seleksi
 Merumuskan alternatif yang
memungkinkan

2.4 .1 Cara meningkatkan kemampuan berpikir kritis


Meningkatkan kemampuan berpikir kritis di dalam kelas dapat dilakukan
dengan menerapkan saran sebagai berikut :
1. Membaca dengan kritis
2. Meningkatkan daya analisis , dalam diskusi kelompok, mencari cara
penyelesaian /solusi yang baik untuk suatu permasalahan, kemudian
diskusikan akibat terburuk yang mungkin terjadi .
18

3. Mengembangkan kemampuan observasi /mengamati dengan mengamati


seseorang bisa mendapat ilmu. Dengan mengamati ,seseorang dapat
menyelesaikan masalah yang dan dan dapat dengan memudahkan
seseorang erpikir kritis
4. Meningkatkan rasa ingin tahu, kemampuan bertanya dan refleksi,
pertanyaan yang bermutu tidak mempunyai jawaban khusus, artinya tidak
ada jawaban yang benar dan salah atau tidak hanya ada satu jawaban yang
benar
5. Metakognisi berarti memahami cara berpikir kritis itu sendiri
6. Mengamati model dalam berpikir kritis dengan tujuan membantuk kita
membayangkan, menjelaskan dan melaksanakan tingkah laku yang akan
kita lakukan dalam kehidupan kita sendiri merupakan salah satu cara yang
biasa dalam belajar
7. Diskusi, untuk mengembangkan kemampuan berpikir kritis, memberikan
pendapat dan mendengarkan pendapat orang lain adalah penting
(Rifatul 2015)
2.5 Virtual Lab
Media virtual merpukan animasi yang diciptakan dalam bentuk animasi
komputer. Stimulasi tentang lingkungan nyata yang dibuat oleh komputer dan
pengguna dapat berinteraksi dengan hasil yang menampakkan isi dari kenyataan
lingkungan disebut dengan Virtual Reality. Virtual Reality merpukan suatu format
interaksi manusia dengan komputer dimana suatu lingkungan nyata atau khayal
disimulasikan.
Media simulasi virtual dalam pembelajaran dapat digunakan untuk sarana
mempertajam penjelasan dari kegiatan demostrasi fenomena dengan
menggunakan alat peraga yang biasa digunakan dalam rill lab atau bahkan
dilakukan secara nyata didepan kelas,baik karena alasan alatnya sulit didapat
karena mahal dan langka. Media virtual lab yang digunakan adalah Crocodile
Physic
19

2.5.1 Crocodile Physics


Pelajaran fisika di sekolah masih terlihat seringkali mengalami kendala
,seperti penggunaan media yang kurang brevariasi dan tergolong konvensional.
Pelajaran di kelas secara tidak langsung dialami siswa dibutuhkan perantara atau
alat pengantar informasi dari sumber ke penerima. Informasi yang dimaksud
berupa materi pembelajaran serta perantara berupa media. Kontribusi media
sangat penting dalam proses pembelajaran , antara lain :1) penyampaian materi
pembelajaran lebih baik,2) pembelajaran lebih menarik,3) pembelajaran lebih
interaktif,4) mengefesiensi akumulasi waktu dalam pembelajaran ,5) sikap positif
siswa terhadap proses pembelajaran dan materi yang ditingkatkan dan 6) peran
guru menjadi lebih terbantu. Media pembelajaran yang dapat memberikan
pengalaman belajar lebih konkrit melalui penyajia audiovisual adalah media
pembelajaran dengan berbantuan komputer (Ali ,2018).
Penggunaan komputer dalam rangka modernisasi dunia pendidikan
sebagai salah satu penerapan teknologi masa kini yang banyak ditemui oleh siswa
dalam kehidupan sehari hari, keterbatasan media saat ini dapat diatasi dengan
bantuan teknologi komputer yang dapat menarik minat siswa dalam belajar . Salah
satu bentuk kemajuan teknologi dalam duniapendidikan yaitu dengan
pembelajaran menggunakan komputer. Media Crocodile physics adalah salah satu
perangkat lunak berbasis simulasi digunakan sebagai media dalam pembelajaran
dengan memberikan gambaran secara nyata kepada siswa
Manfaat dari penggunaan crocodile physic ini adalah
a. Menyediakan laboratorium virtual lab untuk mata pelajaran fisika sehingga
memudahkan siswa dalam memahami isi
b. Tidak salah dalam menggunakan bahan dan cara penyusunan alur rangkaian
pada kegiatan pada kegiatan praktikum terutama bidang elektronika
c. Meminimalisir kerusakan alat jika terjadi kesalahan rangkaian.
d. Program ini juga dilengkapi dengan tutorial yang akan memandu pengguna
untuk mempersiapkan model yang akan dikehendaki
e. Dalam setiap simulasi disediakan tombol untuk mengatur simulasi
20

Gambar 2.2 Tampilan utama crocodile physics

2.6 Materi Pembelajaran


Hukum Ohm
Hukum Ohm adalah materi yang membahas atau mempelajari tentang
muatan-muatan listrik yang bergerak, yang menyebabkan munculnya arus listrik.
a. Alat Ukur Listrik
Alat untuk mengukur arus yang mengalir melalui suatu komponen listrik
adalah amperemeter (diberi simbol A dalam rangkaian listrik).

Gambar 2.3 Simbol alat ukur listrik (Ampere Meter )


Arus listrik harus mengalir masuk ke kutub positif yang diberi tanda
positif (+) atau biasanya diberi tanda merah dan meninggalkan ampermeter
melalui kutub negatif (-) atau biasannya warna hitam. Amperemeter harus
dihubungkan seri dengan komponen listrik yang akan diukur. Jika dihubungkan
dengan polaritas terbalik, jarum penunjuk akan menyimpang dalam arah
kebalikan. Ini dapat menyebabkan jarum membentur sisi tanda nol dengan gaya
yang cukup besar, sehingga dapat merusak amperemeter. Umumnya ampermeter
yang digunakan adalah sebuah basicmeter. Basicmeter memiliki beberapa batas
ukur (range) dan dapat digunakan untuk mengukur arus dan tegangan DC.
b. Alat Ukut Tegangan
21

Alat untuk mengukur tegangan listrik adalah voltmeter (diberi simbol V


dalam rangkaian listrik).

Gambar 2.4 Simbol alat ukur tegangan (Voltmeter).


Voltmeter harus dihubungkan paralel pada komponen listrik yang akan
diukur tegangannya. Untuk memasang voltmeter titik yang berpotensial lebih
tinggi harus dihubungkan dengan kutub positif dan yang rendah dengan kutub
negatif. Jika polaritasnya terbalik, jarum penunjuk akan menyimpang di kiri tanda
nol.
Untuk menghasilkan arus listrik pada rangkaian, dibutuhkan beda
potensial. Satu cara untuk menghasilkan beda potensial ialah dengan baterai.
Georg Simon Ohm (1787-1854) melakukan eksperimen seperti gambar di bawah
ini:

Gambar 2.5 Rangkaian percobaan hukum Ohm


Arus listrik akan mengalir jika sakalar ditutup, Beda potensial listrik yang
lebih besar atau tegangan yang lebih besar menyebabkan aliran arus listrik
menjadi lebih besar.Besarnya arus yang mengalir pada kawat penghantar tidak
hanya bergantung pada tegangan, tetapi juga pada hambatan yang dimiliki kawat
terhadap aliran elektron.Kuat arus listrik berbanding terbalik dengan hambatan.
Makin besar hambatan ini, Maka kuat arus semakin kecil:
22

Gambar 2.6 Grafik hubungan arus listrik (I) dengan hambatan (R)

Secara matematis hukum Ohm dapat dirumuskan dengan


V
I 2.1
R
Di mana R adalah hambatan kawat atau suatu alat lainnya, V adalah
potensial yang melintasi alat tersebut, dan I adalah arus yang mengalir padanya.
Hubungan ini sring dituliskan
V  IR 2.2
Persamaan diatas dikenal sebagai Hukum Ohm,bunyi hukum Ohm adalah
sebagai berikut :”Besar kuat arus yang mengalir pada suatu penghantar pada
suhu tetap berbanding lurus dengan tegangan ataupun beda potensial kedua
ujung penghantar dan berbanding terbalik dengan hambatan penghantar
tersebut.”
Kuat Arus Listrik
Kuat arus listrik ialah banyaknya muatan listrik yang mengalir tiap detik
melalui suatu penghantar. Simbol kuat arus adalah I,satuan kuat arus listrik adalah
Ampere yang diambil dari nama seorang ilmuwan Francis yaitu : Andrey Marie
Ampere (1775-1836) kuat arus listrik dapat dituliskan secara matematis dengan :
q
I 2.3
t
C
Satuan I   Ampere (A) . Satuan Lain untuk kuat arus misalnya miliampere
s
(mA) dan mikroampere A , dengan konversi 1mA=10-3 a dan 1A  106 A.
23

Arah arus listik bergerak dari terminal positi (+) ke terminal negatif (-) sedangkan
aliran elektron bergerak dari terminal negatfi (-) ke terminal positif (+) arah arus
listrik dianggap berlawan dengan gerakan elektron.

Gambar 2.7 Arus Listrik


Pada gambar diatas menunjukkan sumber tegangan listrik yang disambungkan
dengan penghantar. Pada kutub positif penghantar, muatan negatif akan ditarik
oleh muatan positif pada sumber tegangan melewati ruang ruang kosong (hole).
Hole digambarkan dengan bentuk bulat tanpa tanda negatif. Sedangkan pada
kutub negatif penghantar, muatan akan terisi elektron baru dari sumber tegangan
sehingga elektron pada penghantar juga terdorong untuk bergerak ke arah kutub
positf. Menurut aturan bahwa arus listrik mengalir dari positif ke negatif
sedangkan elektron mengalir dari negatif ke positif. Karena aturan tersebut
berpatokan bahwa elektron berpindah dari positif ke negatif meninggalkan hole
dan mengisi hole baru maka seolah-olah hole tersebut bergerak dari positif ke
negatif.
(Kaginan, 2007)
Hambatan Listrik
Hambatan atau resistor (R) adalah komponen yang berfungsi untuk
mengatur besarnya arus listrik yang mengalir melalui rangkaian. Besaran resistor
disebut dengan resistansi yang memiliki satuan ohm   . Ohm diambil dari
nama fisikawan Jerman yaitu Georg Simon Ohm yang menemukan hubungan
langsung antara beda potensial dengan arus listrik yang dihasilkan. Alat ukur yang
digunakan yaitu umtuk megukur resistansi adalah ohmmeter
24

Nilai hambatan sebanding dengan panjang kawat (I), dan berbanding


terbalik dengan luas penampang kawat (A). Secara matematis dirumuskan sebagai
berikut .
L
R 2.4
A
Keterangan ;
R  Hambatan kawat  

  Hambatan jenis kawat m


L  Panjang Kawat m 

A  luas Penampang m   2

Rangkaian Seri dan Paralel Penghantar Listrik


a. Rangkaian Seri Penghantar Listrik

Gambar 2.8 (a) Tiga buah lampu yang dirangkai seri ,

(b) Susunan hambatan seri


Pada Gambar 2.8, Gambar (b) merupakan diagram rangkaian hambatan
dari gambar (a). Susunan seri memiliki karakteristik sebagai berikut:

a) Tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti seri sama dengan jumlah


tegangan pada ujung-ujung tiap penghambat.
Vtotal  V1  V2  V3  ... 2.5

Dari Hukum Ohm bahwa Vtotal  ItotalxRtotal 2.6


25

Maka V1  I1xRI 2.7

V2  I 2 XR2 2.8

V3  I 3 XR3 2.9
Persamaan (2.6),(2.7)(2.8) dan (2.9) disubtitusikan ke dalam persamaan
(2.5) sehingga
I total xRtotal  I1 xR1  I 2 xR2  I 3 xR3 2.10
b) Kuat arus yang melalui tiap-tiap penghambat sama, yaitu sama dengan
kuat arus yang melalui hambatan pengganti serinya
I1  I 2  I 3  .....  I total 2.11

Jika I total  I1  I 2  I 3  I ,maka persamaan (2.11) dapat dituliskan


menjadi
IxRt  IxR1  IxR2  IxR3 2.12
Kuat arus i pada ruas kiri dan ruas kanan dieliminasi, sehingga Persamaan
(2.12) menjadi :
Rt  R1  R2  R3 2.13
Jadi besarnya hambatan pengganti untuk rangkaian seri sama dengan
jumlah dari masing-masing hambatan pada rangkaian, sehingga:
Rt  R1  R2  R3 2.14
c) Susunan seri berujuan untuk memperbesar hambatan rangkaian
b. Rangkaian Paralel Penghantar Listrik
Rangkaian paralel juga disebut rangkaian berjajar. Pada rangkaian paralel
resistor, arus dari sumber terbagi menjadi cabang-cabang yang terpisah tampak
seperti pada Gambar 2.8.

Gambar 2.9 (a) tiga buah lampu dirangkai paralel (b) Susunan Hambatan Paralel
26

Pemasangan alat-alat listrik pada rumah dan gedung-gedung dipasang


secara paralel. Jika kita memutuskan hubungan dengan satu alat (misalnya R1
pada Gambar 2.8.b), maka arus yang mengalir pada komponen lain yaitu R2 dan
R3 tidak terputus. Tetapi pada rangkaian seri, jika salah satu komponen terputus
arusnya, maka arus ke komponen yang lain juga berhenti. Pada rangkaian paralel
(Gambar 2.8.b), arus total yang berasal dari sumber (baterai) terbagi menjadi tiga
cabang. Arus yang keluar dimisalkan I1, I2, dan I3 berturut-turut sebagai arus
yang melalui resistor R1, R2, dan R3. Oleh karena muatan kekal, arus yang masuk
ke dalam titik cabang harus sama dengan arus yang keluar dari titik cabang,
sehingga diperoleh:
I  I1  I 2  I 3 2.15
Susunan paralel memiliki karakteristik sebagai berikut:
a. Kuat arus yang melalui hambatan pengganti paralel sama dengan jumlah
kuat arus yang melalui tiap-tiap komponen
It  I1  I 2  I3  .... 2.16
Dari hukum ohm diketahui bahwa
Vt
It  2.17
Rt
V1
Maka I1  2.18
R1
V2
I2  2.19
R2
V3
I3  2.20
R3
Persamaan (2.17),(2.18),(2.19) dan (2.20) disubtitusikan ke dalam
persamaan (2.16) sehingga :
Vt V1 V2 V3
   2.21
Rt R1 R2 R3
b. Tegangan pada ujung-ujung tiap komponen sama, yaitu sama dengan
tegangan pada ujung-ujung hambatan pengganti paralelnya
27

V1  V2  V3  ...  Vt 2.22

Jika Vt  V1  V2  V3  V maka persamaan (2.21)dapat dituliskan menjadi

V V V V
   2.23
Rt R1 R2 R3
Jika tegangan V pada arus kiri dan ruas kanan dieliminasi, maka
Persamaan (2.23) menjadi :
1 1 1 1
   2.24
Rt R1 R2 R3
Jadi besarnya hambatan pengganti untuk rangkaian paralel yaitu:
1 1 1 1
   2.25
Rt R1 R2 R3
c. Susunan paralel bertujuan memperkecil hambatan rangkaian.

Gambar 2.10 Rangkaian lisitrik dengan hambatan dalam


Hukum Kirchoff
Hukum Kirchoff adalah hukum yang menyatakan fenomena arus dan
tegangan dalam rangkaian listrik. Hukum Kirchoff 1 berkaitan dengan aliran arus
ke titik rangkaian dan hukum kirchoff 2 berkaitan dengan perbedaan tegangan

Hukum Kirchoff I
Bunyi dari hukum Kirchoff 1 adalah “ pada setiap titik percabangan dalam
sirkuit listrik , jumlah dari arus yang masuk kedalam titik itu yang sama dengan
jumlah arus yang keluar dari titik tersebut ’’. Secara matermatis ditulis sebagai

I  I masuk  I keluar  0 2.26


Atau

I masuk  I keluar 2.27


28

Nilai arus yang keluar diberi tanda negarif, sedangkan nilai arus yang masuk
diberikan tanda positif. Gambar di bawah ini menunjukkan aplikasi Kirchoff I
pada analisis rangkaian listik

Gambar 2.11 Rangkaian Hukum Kirchoff 1


2.7 Penelitian Relevan
Ada beberapa penelitian yang telah dilakukan tentang pengaruh
pembelajaran berbasis masalah yang ditunjukkan pada tabel berikut
Tabel 2.3 Tabel penelitian terdahulu
No. Peneliti Judul Hasil
1 Astrika I. Kd. Pengaruh model Melalui analisis anova satu
Suma pembelajaran jalur didapat hasil :
.I.W.Suastra berbasis masalah 1) Terdapat perbedaan
(2013) terhadap sikap ilmiah sikap ilmiah dan
dan kemampuan kemampuan berpikir kritis
kritis antara siswa yang belajar
(ejournal Program menggunakan model
Pascasarjana pembelajaran berbasis
Universitas masalah dengan siswa
Pendidikan Ganesha dengan siswa yang belajar
Program IPA 2013 menggunakan model
vol 3 pembelajaran ekspositori
2) Terdapat perbedaan
sikap yang belajar
menggunakan belajar
29

menggunakan model
pembelajaran berbasis
masalah dengan siswa yang
belajar menggunakan
belajar ekspositori
2 Buris ,Scott dan Effect of Hasil menunjukkan bahwa
Bryan L.Gartoon instructional sampel (n=60) yang terdiri
,(2007) strategyon critical dari 77 kelas perlakuan
thinking And content problem based learning dan
knowledge :Using 63 siswa yang diawasai
Problem Based kelas perlakuan .Analisis
Learning in The Kovarins mengindikasikan
Secondary bahwa ada pengaruh
Classroom(Journals perlakuan dengan
Agricultural kemampuan berpikir kritis
Education,2007 , dan konten pengetahuan
Vol 48 (1):106-116)
3 Hendra Jaya Pengembangan 1. Laboratorium virtual
(2012) Laboratorium Virtual dapat mendukung
untuk kegiatan kegiatan praktikum di
praktikum dan laboratorium yang
memfasilitasi bersifat
kegiatan praktikum interaktif,dinamis,animat
dan memfasilitasi if dan berlingkungan
karakter di virtual sehinggatidak
SMK(Jurnal membosankan
Pendidikan vokasi 2. Siswa lebih
Vol 2,Nomor 1 dimasyarakatkan dengan
Februari 2012) penggunaan komputer
untuk belajar secara
30

interaktif

4. Ahmad ali Pengaruh Media Perhitungan minat belajar


,Laila,Ana(2018) Crocodile siswa disesuaikan
Physicsuntuk berdasarkan indikator yang
meningkatkan minat dapat dilihat pada tabel 2.
belajar Menurut Lestari (2015)
siswa(Journal of mengemukakan bahwa
Natural Science indikator minat belajar
Education Reseach, meliputi perasaan senang,
Vol. 1 No. 1 67) ketertarikan, penerimaan,
dan keterlibatan siswa.
Berdasarkan tabel 2
diketahui bahwa perolehan
persentase indikator
perasaan senang mengalami
peningkatan dari 80% saat
pretes menjadi 83% setelah
postes. Kenaikan
persentase dikarenakan
selama pembelajaran
menggunakan media
crocodile physics siswa
lebih tertarik.
5 Deti Peningkata Adanya peningkatan
Ahmatika(2015) kemampuan berpikir kemampuan berpikir kritis
kritis siswa dengan siswa dengan menggunakan
pendekatan model Inquiry /discovery
Inquiry/Discovery berdasarkan langkah
31

(Jurnal Eucilid , vol 3 langkah :


No 1, p394) a. Siswa dibagi menjadi
beberapa kelompok
b.guru memberi
kesempatan kepada tiap
kelompok untuk
mendiskusikan pertanyaan
c. guru memberikan lks
guna memahami
permasalahan
d. setiap kelompok diberi
kesempatan untuk
mempresentasikan
jawabannya
2.8 Kerangka Konseptual

Berpikir kritis adalah kegiatan berpikir yang tinggi meliputi kegiatan


menganalisis, mensintesis, mengenal permasalahan dan pemecahannya,
menyimpulkan dan mengevaluasi .Dalam ranah kognitif, Kemampuan berpikir
kritis meliputi analisis, sintesis dan evaluasi salah satu penyebab rendahnya
berpikir kritis siswa adalah penerapan model pembelajaran yang kurang tepat.
Pola pengajaran guru yang hanya menekankan pada kemampuan logika dan
bahasa dalam bentuk ceramah sangat membosankan siswa dan bersifat pasif
sehingga menjadikan fisika kurang bermakna bagi siswa
Untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis dapat dilakukan dengan
pembelajaran yang bersifat student-centered. Dalam pembelajaran ini, guru
memberikan kebebasan berpikir dan keleluasaan bertindak kepada siswa dalam
memahami pengetahuan serta memecahkan masalah. Guru memberikan
keleluasan seluas-luasnya kepada siswa untuk menemukan cara baru. Dalam
mengajarkan suatu materi tertentu harus dipilih model pembelajaran yang paling
sesuai dengan tujuan pembelajaran yang akan dicapai. Salah satu termasuk dalam
model pembelajaran yang berbasis masalah adalah model PBL
32

Kemampuan guru dalam menciptakan kondisi berbasis masalah harus


dimiliki agar siswa seluruhnya aktif dalam pembelajaran. Peranan guru dalam
pembelajaran PBL yaitu sebagai motivator, fasilator, penanya, administrator
,pengarah , dan teman diskusi
2.9 Hipotesis
Hipotesis merupakan jawaban sementara yang harus diuji kebenarannya
melalui penelitian. Adapun hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Ho: Tidak ada peningkatan kemammpuan berpikir kritis siswa dengan
menggunakan model problem based learning dengan berbantuan virtual lab
Ha: Ada peningkatan kemampuan berpikir kritis siswa dengan menggunakan
model problem based learning dengan berbantuan virtual lab.

Anda mungkin juga menyukai