Abstrak
Anak usia dini sedang dalam masa usia emas (golden age) yang memiliki potensi yang cukup
besar untuk dikembangkan. Sikap, tindakan, perilaku, berbahasa, seseorang akan dipengaruhi
oleh kepribadiannya. Kepribadian anak usia dini perlu dibangun dari sejak awal, karena
kepribadian akan berkembang secara bertahap. Salah satu yang membangun kepribadian anak
usia dini, yaitu dengan membelajarkan anak tentang etika. Pendidikan etika berarti
membelajarkan anak tentang norma-norma yang berlaku dalam kehidupan manusia, seperti
norma agama, norma susila, norma sopan santun, dan norma hukum, atau norma-norma
lainnya yang terkait dengan hidup bermasyarakat. Berbicara etika dan kepribadian merupakan
suatu bagian yang tidak terlepas atau berpengaruh kepada sikap dan perilaku manusia itu
sendiri. Penerapan etika yang tepat tidak muncul dengan sendirinya, tetapi akan dipengaruhi
bagaimana bimbingan, pembinaan, pendidikan, arahan atau stimulan yang diberikan oleh
orang-orang yang ada di sekitarnya baik orang tua, guru, dan orang lain yang ada di sekitarnya.
Hasil dari pendidikan etika ini sebagai salah satu yang akan mempengaruhi kepribadian
seseorang, dengan demikian antara etika dan kepribadian memiliki hubungan yang erat, karena
implementasi akan dipengaruhi kepribadian.
Abstract
Early childhood was during the golden age (golden age) who has a huge potential to be
developed. Attitudes, actions, behavior, language, someone will be influenced by his
personality. Early childhood personality needs to be built from the beginning, because the
personality will develop gradually. One that builds the personality of early childhood, with
lesson children about ethics. Lesson ethics education means children of norms applicable in
human life, such as religious norms, moral norms, norms of courtesy, and legal norms, or
other norms related to social life. Speaking of ethics and personality is a part that can not be
separated or affect the attitudes and behavior of the man himself. Application of proper
etiquette does not appear by itself, but will be influenced by how the guidance, coaching,
education, referrals or stimulant given by the people around him better parents, teachers, and
others in the vicinity. Results of this ethics education as one that affects a person's personality,
thus between ethics and personality have a close relationship, because implementation would
be influenced by personality.
___________________
*)
Dosen STKIP Siliwangi Bandung di Prodi PG PAUD.
1
2
anak usia dini, anak-anak, remaja, dewasa, Anak usia dini yang sedang dalam
sampai dengan orang tua. Perjalanan hidup masa keemasan (golden age) yang hanya
manusia termasuk anak usia dini tidak terjadi satu kali dalam periode kehidupan
masyarakat yang lebih luas. Dalam kepribadian yang sehat, kepribadian yang
bersosialisasi penerapan etika tidak dapat berada. Salah satu yang akan
usia dini dapat diterima oleh lingkungannya dengan pendidikan etika sejak anak usia
laku dalam masyarakat ini etika perlu etika pada anak usia dini, karena anak
merupakan dua hal yang akan Membangun masa depan anak usia dini
perilaku seseorang. Perilaku seseorang akan membentuk kepribadian, antara lain melalui
dipengaruhi kepribadiannya, dan etika yang pendidikan etika, seperti penanaman nilai-
perilakunya. Penerapan etika yang tepat membedakan baik dan buruk dalam
usia dini oleh orang tua, guru, atau orang 1. Pengertian Etika
dewasa lainnya, bahkan teman sebayanya. Berbicara etika tidak terlepas dari
Kebiasaan baik buruk pada seseorang, kesopanan dan kesusilaan. Etika terkait erat
perilaku, sikap, tindakan, berbahasa akan dengan tingkah laku manusia yang diatur
berkaitan dengan apakah seseorang beretika dengan norma-norma, yaitu ada norma
agama, norma susila, norma sopan santun,
dilakukan oleh manusia itu sendiri. Dalam aliran etika hedonisme, c. aliran etika
kehidupan manusia banyak norma yang utilitarisme, d. aliran etika idealisme, e.
harus diperhatikan, dan ada norma-norma aliran etika vitalisme, f. aliran etika
khusus, yang hanya berlaku dalam bidang teologis.
atau situasi tertentu seperti peraturan tata a. Aliran Etika Naturalisme
tertib di kampus, di sekolah, di tempat Menurut aliran ini menganggap
kerja, yang berarti norma-norma itu berlaku bahwa kebahagiaan manusia didapatkan
hanya pada tempat yang dimaksud. Norma dari fitrah (natuur) kejadian manusia.
umum ada tiga macam yaitu norma sopan Perbuatan yang baik (susila) yaitu
santun, norma-norma hukum, dan norma perbuatan yang sesuai dengan fitrah
moral. manusia, baik lahir maupun batin secara
Apabila ditelaah dari beberapa yang seimbang, untuk menuju tujuan dengan
dikemukakan para pakar, maka etika dapat mempergunakan kesanggupan akal
diartikan sebagai suatu usaha untuk setinggi-tingginya.
mempertimbangkan secara bertanggung b. Aliran Etika Hedonisme
jawab dalam menentukan tindakan, sikap Aliran etika hedonisme berpendapat
yang akan berakibat baik atau buruk bagi sesuatu perbuatan yang baik (susila)
diri sendiri dan orang lain atau masyarakat menimbulkan kenikmatan, kelezatan. Oleh
pada umumnya. Dapat pula dikatakan karena kelezatan merupakan tujuan, maka
bahwa etika sebagai usaha manusia dengan semua jalan atau hal seperti akal,
mempergunakan akal budi dan daya pikir pengetahuan, dan kebijaksanaan ke arah itu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dianggap atau merupakan hal yang utama
apabila seseorang mau menjadi orang yang (berharga). Sesuatu yang lezat (nikmat) ada
baik. Untuk seseorang melaksanakan etika yang baik, buruk, mulia, atau hina, tetapi
maka ia harus memperhatikan norma-norma semua yang lezat (nikmat) itu baik
yang berlaku, baik norma sopan santun, sepanjang pada batas kewajaran.
norma-norma hukum, dan norma moral c. Aliran Etika Utilitarisme
serta norma-norma agama. Aliran etika utilitarisme yaitu aliran
2. Aliran Etika yang menilai baik buruk perbuatan manusia
Menurut H.Hasbullah Bakry (Astim itu tergantung dari kecil besarnya manfaat
Riyanto, 2010 : 713-725), ada enam aliran bagi manusi itu sendiri. Tokoh terpenting
etika yaitu a. aliran etika naturalisme, b. John Stuart Mill (1806-1873) menamakan
kebaikan yang tertinggi (summum bonum) ”kemauan” baik itu dibantu oleh ”mata
ialah manfaat (utility). Selanjutnya beliau Tuhan” yang dirasakan mengintip terus
mengatakan bahwa yang dinamakan sehingga mempengaruhi jiwa manusia
manfaat ialah suatu kebahagiaan untuk untuk tidak menurutkan yang jahat dan agar
jumlah manusia yang sebesar-besarnya. berani terus berbuat baik. Dalam Al Qur’an
”Utility is happiness for the greatest number (Al Taubah : 105) ada ayat berbunyi :
of sentient being”. Jadi, pedoman dari tiap- ”Bekerjalah kamu, nanti Allah
tiap kita berkehendaklah sedemikian rupa memperlihatkan bukti pekerjaanmu”.
sehingga sebanyak mungkin merasakan e. Aliran Etika Vitalisme
kebahagiaan : Tujuan aliran etika ini Dalam aliran ini menilai baik buruk
untuk mencapai kesenangan hidup manusia memakai ukuran ada tidaknya
sebanyak mungkin, baik kualitas maupun daya hidup yang maksimum mengendalikan
kuantitas. perbuatan itu. Aliran ini menganggap
d. Aliran Etika Idealisme bahwa orang yang kuat yang dapat
Aliran etika idealisme berpendapat memaksakan dan melangsungkan
bahwa perbuatan manusia harus tidak kehendaknya yang berkuasa dan sanggup
terkait pada sebab-musabab lahir, tetapi menjadikan dirinya selalu ditaati oleh
setiap perbuatan manusia harus didasarkan orang-orang yang lemah. Isi ajarannya yaitu
pada prinsip kerohanian yang lebih tinggi. menyokong perbuatan-perbuatan instinktif
Seseorang berbuat baik bukan karena yang ada dalam diri manusia, misalnya
didorong oleh orang lain atau karena ingin instink mempertahankan diri dan instink
mendapat pujian, tetapi berbuat baik karena ingin berkuasa. Friedrich Nietzsche (1844-
memang ada kemauan dan sebagai rasa 1900) menonjolkan eksistensi (perwujudan)
kewajiban yang harus dilakukannya. manusia baru sebagai manusia besar,
Immanuel Kant yang penting adalah manusia pahlawan yang berkemauan keras
kemauan, tetapi apakah itu dapat diterima menempuh hidup baru sebagai dewa
begitu saja ? Menurut H.Hasbullah Bakry Dionysius yang menghancurkan yang lama
Ini perlu dikoreksi, karena hanya berdasar dan menciptakan sesuatu yang baru
kemauan atau kewajiban saja, itu dapat berkemampuan menghindari kemunduran.
berbahaya, seperti munculnya instink- f. Aliran Etika Teologis
instink berkuasa, egosentris, amarah, dan Aliran etika teologis berpendapat
yang lainnya. Dalam Islam perjuangan ukuran baik buruk dalam perbuatan
kepribadian pemalu, supel, plin plan, kepribadian yaitu ”… the complex of all
itu sebenarnya perbuatan, sikap, perilaku emotional, and mental — that characterize
yang dapat dilihat dan dirasakan orang lain. a unique individual; their different reaction
Para ahli telah mendefinisikan kepribadian, reflected their very different personalities”.
Allport (Iyus Yosep, Hand Out Perkuliahan dapat disimpulkan bahwa kepribadian
Psikologi, [t.t.], hlm. 1) Kepribadian adalah adalah sebagai organisasi yang dinamis
suatu organisasi yang dinamis dari sistem yang memiliki suatu ciri-ciri yang menonjol
psiko-fisik individu yang menentukan atau ciri khas yang unik pada diri seseorang
tingkah laku dan pemikiran individu secara individu yang menjadi atribut dirinya yang
Maksud dinamis pada pengertian tersebut fisik akan mengarahkan lingkah laku
adalah perilaku mungkin saja berubah-ubah manusia yang ditampilkan pada lingkungan
pengalaman-pengalaman, reward,
punishment, pendidikan dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan Gordon W.
Allport dapat dilihat bahwa kepribadian
anak usia dini di manapun (play group, akhlak atau etika ini akan mempengaruhi
kelompok belajar anak usia dini, Satuan kepribadian anak/ seseorang.
Pendidikan Sejenis, Taman Kanak-Kanak) Pendidikan etika pada anak usia dini
akan mempengaruhi pula kepribadian anak dapat dilakukan dengan beberapa jenis
atau seseorang. Pembangunan kepribadian pembelajaran yang dilaksanakna pada anak
pada kegiatan pendidikan formal dan usia dini dapat memilih beberapa teori
pendidikan nonformal serta kegiatan belajar. Teori belajar behaviorisme yang
masyarakat lainnya dapat diarahkan untuk menurut Conny R. Semiawan (2002)
menanamkan kepedulian sosial, jiwa memandang bahwa manusia belajar
patriotik, kejujuran, dan kerukunan dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga
berkehidupan dalam masyarakat untuk belajar menurut etori ini merupakan
menyiapkan generasi muda yang berpribadi perubahan perilaku yang terjadi melalui
sebagai generasi penerus yang beriman, proses stimulus dan respon. Dikemukakan
bertaqwa, semangat maju menuju pula bahwa belajar membangun (to
masyarakat yang bermoral, berbangsa, dan construct) ini termasuk teori belajar
berbudaya. konstruktivisme. Belajar juga harus
Pendidikan etika merupakan bagian berpusat pada anak, sehingga pendidik
dari pendidikan karakter atau dalam agama harus menyesuaikan dengan kebutuhan
pendidikan akhlak. Dapat diartikan anak, maka anak akan dibiarkan terlibat
pendidikan etika identik dengan pendidikan secara aktif baik fisik maupun mentalnya,
akhlak, karena etika akan berkaitan dengan misalnya dengan memilih metode bermain
baik buruk, norma-norma atau nilai-nilai peran yang temanya terkait dengan etika.
yang berlaku dalam masyarakat. Garrett Dalam kegiatan pembelajaran harus
dalam Hamdani Hamid dan Beni Ahmad bersifat holistik dan integratif, yang berarti
Soebari (2013 : 44) mengemukakan ”… kegiatan belajar yang dilakukan anak tidak
ilmu akhlak adalah ilmu yang mengkaji terpisah menjadi bagian-bagian, tetapi
tingkah laku manusia, baik dan buruknya terpadu seperti pembelajaran dengan model
menurut ukuran norma-norma yang sentra-sentra. Untuk membiasakan
disepakati, misalnya norma agama, norma berkomunikasi dengan cara-cara yang
sosial dan budaya, serta norma hukum”. sopan, beretika, melaksanakan aturan-
Jadi, pendidikan etika dapat diartikan aturan yang disepakati. Pembelajaran bagi
pendidikan akhlak. Hasil dari pendidikan anak usia dini ini pun harus fleksibel,
bersifat dinamis, tidak terstruktur dan mengatur diri sendiri dan menghargai orang
disesuaikan dengan kondisi dan cara belajar lain.
anak. Pendidik/guru maupun orang tua
mengarahkan dan membimbing anak, Daftar Referensi
sehingga anak aktif belajar sambil bermain Abin Syamsuddin Makmun, 2003.
sesuai minatnya, dengan diarahkan Psikologi Pendidikan. Bandung : PT.
Rosda Karya Remaja.
mempraktikan kebiasaan-kebiasaan yang
Astim Riyanto, 2010. Filsafat Hukum.
terkait etika. Di samping itu sebagai Bandung : Yapemdo.
pendidik harus menghargai perbedaan Conny R.Semiawan, 2002. Belajar dan
individual, sehingga pendidik perlu Pembelajaran Dalam Taraf Usia
Dini. Jakarta : Ikrar Mandiri Abadi.
merancang dan menyediakan alternatif
Franz Magnis-Suseno, 1991. Etika Dasar
kegiatan belajar sesuai dengan minat dan Masalah-masalah Pokok Filsafat
kemampuannya, walaupun sedang Moral. Cetakan Ketiga (Cetakan
Pertama 1989). Yogyakarta : Yayasan
membelajarkan, menamamkan etika Kanisius.
misalnya yang terkait dengan sopan santun. Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani,
2013. Pendidikan Karakter Perspektif
Metode pembelajaran yang dapat
Islam. Bandung : CV. Pustaka Setia.
dipilih untuk menanamkan etika pada anak
Hasbullah Bakry, H., 1971. Sistematik
usia dini bisa berbagai macam seperti Filsafat. Cetakan Ketiga (Cetakan
Pertama 1961). Jakarta : Widjaya.
metode bermain dapat menanamkan antara
Iyus Yosep, [t.t.]. Hand Out Perkuliahan
lain bagaimana aturan-aturan harus Psikologi. Bandung : Yayasan
diperhatikan, metode bercakap-cakap antara Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Akademi Keperawatan PPNI Jawa
lain untuk membiasakan menghormati Barat.
orang lain ketika orang berbicara, memberi Isjoni, H., 2010. Model Pembelajaran Anak
kesempatan pada orang lain untuk Usia Dini. Bandung : Alfabeta.
berbicara, bercakap, juga belajar berbahasa Kohlberg, Lawrence, 1995. Tahap-tahap
Perkembangan Moral. Yogyakarta :
yang sopan. Metode bercerita dapat Kanisius.
memperkenalkan atau mengkomunikasikan Pemerintah Republik Indonesia, 2010.
sopan santun dalam bersosialisasi, Kebijakan Nasional Pembangunan
Karakter Bangsa Tahun 2010-2025.
menanamkan nilai-nilai budaya, Jakarta.
menanamkan nilai-nilai keagamaan, Rismawati, 2008. Kepribadian Dan Etika
berbahasa dan lain-lain. Metode proyek Profesi. Yogyakarta : Graha Ilmu.
dapat mempunyai makna bagi anak dapat Subekti, R. dan R. Tjitrosoedibio, 1989.
Kamus Hukum. Cetakan Kesepuluh