Anda di halaman 1dari 12

Vol.1 | No.

1 | Oktober2015 Tunas Siliwangi Halaman 1 - 12

PENDIDIKAN ETIKA MEMBANGUN KEPRIBADIAN


ANAK USIA DINI

Oleh Arifah A.Riyanto*)

Abstrak

Anak usia dini sedang dalam masa usia emas (golden age) yang memiliki potensi yang cukup
besar untuk dikembangkan. Sikap, tindakan, perilaku, berbahasa, seseorang akan dipengaruhi
oleh kepribadiannya. Kepribadian anak usia dini perlu dibangun dari sejak awal, karena
kepribadian akan berkembang secara bertahap. Salah satu yang membangun kepribadian anak
usia dini, yaitu dengan membelajarkan anak tentang etika. Pendidikan etika berarti
membelajarkan anak tentang norma-norma yang berlaku dalam kehidupan manusia, seperti
norma agama, norma susila, norma sopan santun, dan norma hukum, atau norma-norma
lainnya yang terkait dengan hidup bermasyarakat. Berbicara etika dan kepribadian merupakan
suatu bagian yang tidak terlepas atau berpengaruh kepada sikap dan perilaku manusia itu
sendiri. Penerapan etika yang tepat tidak muncul dengan sendirinya, tetapi akan dipengaruhi
bagaimana bimbingan, pembinaan, pendidikan, arahan atau stimulan yang diberikan oleh
orang-orang yang ada di sekitarnya baik orang tua, guru, dan orang lain yang ada di sekitarnya.
Hasil dari pendidikan etika ini sebagai salah satu yang akan mempengaruhi kepribadian
seseorang, dengan demikian antara etika dan kepribadian memiliki hubungan yang erat, karena
implementasi akan dipengaruhi kepribadian.

Kata kunci : Pendidikan Etika, Kepribadian Anak Usia Dini.

Abstract
Early childhood was during the golden age (golden age) who has a huge potential to be
developed. Attitudes, actions, behavior, language, someone will be influenced by his
personality. Early childhood personality needs to be built from the beginning, because the
personality will develop gradually. One that builds the personality of early childhood, with
lesson children about ethics. Lesson ethics education means children of norms applicable in
human life, such as religious norms, moral norms, norms of courtesy, and legal norms, or
other norms related to social life. Speaking of ethics and personality is a part that can not be
separated or affect the attitudes and behavior of the man himself. Application of proper
etiquette does not appear by itself, but will be influenced by how the guidance, coaching,
education, referrals or stimulant given by the people around him better parents, teachers, and
others in the vicinity. Results of this ethics education as one that affects a person's personality,
thus between ethics and personality have a close relationship, because implementation would
be influenced by personality.

Keywords: Ethics Education, Early Childhood Personality.

___________________
*)
Dosen STKIP Siliwangi Bandung di Prodi PG PAUD.

1
2

A. Pendahuluan atau kurang memiliki etika, dan juga

Kehidupan manusia dimulai dari bayi, berkaitan dengan kepribadian seseorang.

anak usia dini, anak-anak, remaja, dewasa, Anak usia dini yang sedang dalam

sampai dengan orang tua. Perjalanan hidup masa keemasan (golden age) yang hanya

manusia termasuk anak usia dini tidak terjadi satu kali dalam periode kehidupan

terlepas dari kehidupan masyarakat, baik di manusia perlu dididik, dibimbing,

lingkungan keluarga, tetangga, sekolah, dan diarahkan, dimotivasi untuk memiliki

masyarakat yang lebih luas. Dalam kepribadian yang sehat, kepribadian yang

kehidupan bermasyarakat atau diharapkan di lingkungan di mana dia

bersosialisasi penerapan etika tidak dapat berada. Salah satu yang akan

dilepaskan agar seseorang termasuk anak mempengaruhi kepribadian seseorang, yaitu

usia dini dapat diterima oleh lingkungannya dengan pendidikan etika sejak anak usia

di mana dia berada. Bersikap, bertingkah dini. Penting melaksanakan pendidikan

laku dalam masyarakat ini etika perlu etika pada anak usia dini, karena anak

diterapkan, sedangkan seseorang itu tidak merupakan investasi dalam upaya

dapat dipisahkan dari kepribadiannya. penyiapan Sumber Daya Manusia (SDM)

Berbicara etika dan kepribadian yang berkualitas di masa depan.

merupakan dua hal yang akan Membangun masa depan anak usia dini

mempengaruhi sikap tindakan, atau merupakan bagian penting dalam

perilaku seseorang. Perilaku seseorang akan membentuk kepribadian, antara lain melalui

dipengaruhi kepribadiannya, dan etika yang pendidikan etika, seperti penanaman nilai-

menjadi miliknya akan mengawal nilai moral, nilai-nilai budaya, dapat

perilakunya. Penerapan etika yang tepat membedakan baik dan buruk dalam

atau tidak tepat dalam kehidupan seseorang kehidupan bersosialisasi, bermasyarakat.

tidak muncul dengan sendirinya, tetapi


perlu ditanamkan atau dapat tertanam sejak B. Pengertian dan Aliran Etika

usia dini oleh orang tua, guru, atau orang 1. Pengertian Etika
dewasa lainnya, bahkan teman sebayanya. Berbicara etika tidak terlepas dari
Kebiasaan baik buruk pada seseorang, kesopanan dan kesusilaan. Etika terkait erat
perilaku, sikap, tindakan, berbahasa akan dengan tingkah laku manusia yang diatur
berkaitan dengan apakah seseorang beretika dengan norma-norma, yaitu ada norma
agama, norma susila, norma sopan santun,

Tunas Siliwangi Vol.1, No.1, Oktober 2015: 1-12


3

dan norma hukum. Apabila menelusuri etika berdiri di atas patokan-patokan


etika, maka Aristoteles menggambarkan kebenaran awali. Juga etika berdiri atas
bahwa etika adalah turunan dari filsafat kebenaran-kebenaran, misalnya tentang
praktis, yang mana filsafat praktis adanya Tuhan, adanya kebebasan kehendak
mempunyai ranting : etika, ekonomi, dan manusia, dan adanya masa pembalasan.
politik. Kedudukan etika menurut R.Subekti Penilaian tentang baik buruk seseorang
dan R.Tjitrosodibio, Kamus Hukum (1989 : akan dilihat pada amal perbuatannya bukan
42) ranting suatu cabang dari ilmu filsafat pada niat hatinya yang tersembunyi yang
yang dinamakan ethica (Latin) atau ethiek, tidak dapat dilihat oleh orang lain. Jadi,
yaitu suatu ajaran tentang alas gerak latar belakang amal perbuatan itu bersifat
(motief) yang mengemudikan setiap tindak perseorangan dan tidak akan sekaligus
tanduk manusia termasuk anak usia dini dan diketahui umum, sehingga penilaian baik
apa yang seharusnya atau tujuannya. Ethica buruknya (ukuran etikanya) disandarkan
adalah ilmu normatif, ialah ilmu tentang pada amal perbuatannya. (1970 : 63-64).
apa yang hendaknya harus ada dan bukan Selanjutnya Frans Magnis Suseno SJ.
ilmu tentang apa yang nyatanya ada. (cetakan pertama 1989 : 19-20)
Diciptakan dan dipancangkannyalah norma- menjelaskan tentang etika yaitu ilmu yang
norma tentang tindak tanduk sebagai mencari orientasi, etika mau mengerti
pedoman hidup tiap-tiap manusia, yang mengapa kita harus mengikuti ajaran moral
perlu ditanamkan sejak anak usia dini. tertentu, atau bagaimana kita mengambil
H.Hasbullah Bakry, yang sikap yang bertanggung jawab berhadapan
menjelaskan istilah ”etika” berasal dari ajaran moral. Secara khusus beliau
bahasa Yunani ethos yang berarti adat menjelaskan apa yang dimaksud dengan
kebiasaan. Dalam istilah lain dinamakan kata ”moral” selalu mengacu kepada baik
moral yang berasal dari bahasa Latin buruk sebagai manusia. Bidang moral
mores. Kata jamak dari mos yang berarti adalah bidang yang terkait di dalam bidang
adat kebiasaan. Selanjutnya dikemukakan kehidupan manusia yang dilihat dari segi
bahwa etika yaitu ilmu yang menyelidiki kebaikannya sebagai manusia. Moral terkait
mana yang baik dan mana yang buruk dengan norma-norma yang berlaku dalam
dengan melihat pada amal perbuatan kehidupan manusia yang dilihat dari segi
manusia sejauh yang dapat diketahui akal baik buruk, betul-salah yang menjadi tolok
pikiran seperti juga ilmu-ilmu lain, maka ukur dalam tindakan dan sikap yang

Tunas Siliwangi Vol.1, No.1, Oktober 2015: 1-12


4

dilakukan oleh manusia itu sendiri. Dalam aliran etika hedonisme, c. aliran etika
kehidupan manusia banyak norma yang utilitarisme, d. aliran etika idealisme, e.
harus diperhatikan, dan ada norma-norma aliran etika vitalisme, f. aliran etika
khusus, yang hanya berlaku dalam bidang teologis.
atau situasi tertentu seperti peraturan tata a. Aliran Etika Naturalisme
tertib di kampus, di sekolah, di tempat Menurut aliran ini menganggap
kerja, yang berarti norma-norma itu berlaku bahwa kebahagiaan manusia didapatkan
hanya pada tempat yang dimaksud. Norma dari fitrah (natuur) kejadian manusia.
umum ada tiga macam yaitu norma sopan Perbuatan yang baik (susila) yaitu
santun, norma-norma hukum, dan norma perbuatan yang sesuai dengan fitrah
moral. manusia, baik lahir maupun batin secara
Apabila ditelaah dari beberapa yang seimbang, untuk menuju tujuan dengan
dikemukakan para pakar, maka etika dapat mempergunakan kesanggupan akal
diartikan sebagai suatu usaha untuk setinggi-tingginya.
mempertimbangkan secara bertanggung b. Aliran Etika Hedonisme
jawab dalam menentukan tindakan, sikap Aliran etika hedonisme berpendapat
yang akan berakibat baik atau buruk bagi sesuatu perbuatan yang baik (susila)
diri sendiri dan orang lain atau masyarakat menimbulkan kenikmatan, kelezatan. Oleh
pada umumnya. Dapat pula dikatakan karena kelezatan merupakan tujuan, maka
bahwa etika sebagai usaha manusia dengan semua jalan atau hal seperti akal,
mempergunakan akal budi dan daya pikir pengetahuan, dan kebijaksanaan ke arah itu
untuk memecahkan masalah yang dihadapi dianggap atau merupakan hal yang utama
apabila seseorang mau menjadi orang yang (berharga). Sesuatu yang lezat (nikmat) ada
baik. Untuk seseorang melaksanakan etika yang baik, buruk, mulia, atau hina, tetapi
maka ia harus memperhatikan norma-norma semua yang lezat (nikmat) itu baik
yang berlaku, baik norma sopan santun, sepanjang pada batas kewajaran.
norma-norma hukum, dan norma moral c. Aliran Etika Utilitarisme
serta norma-norma agama. Aliran etika utilitarisme yaitu aliran
2. Aliran Etika yang menilai baik buruk perbuatan manusia
Menurut H.Hasbullah Bakry (Astim itu tergantung dari kecil besarnya manfaat
Riyanto, 2010 : 713-725), ada enam aliran bagi manusi itu sendiri. Tokoh terpenting
etika yaitu a. aliran etika naturalisme, b. John Stuart Mill (1806-1873) menamakan

Tunas Siliwangi Vol.1, No.1, Oktober 2015: 1-12


5

kebaikan yang tertinggi (summum bonum) ”kemauan” baik itu dibantu oleh ”mata
ialah manfaat (utility). Selanjutnya beliau Tuhan” yang dirasakan mengintip terus
mengatakan bahwa yang dinamakan sehingga mempengaruhi jiwa manusia
manfaat ialah suatu kebahagiaan untuk untuk tidak menurutkan yang jahat dan agar
jumlah manusia yang sebesar-besarnya. berani terus berbuat baik. Dalam Al Qur’an
”Utility is happiness for the greatest number (Al Taubah : 105) ada ayat berbunyi :
of sentient being”. Jadi, pedoman dari tiap- ”Bekerjalah kamu, nanti Allah
tiap kita berkehendaklah sedemikian rupa memperlihatkan bukti pekerjaanmu”.
sehingga sebanyak mungkin merasakan e. Aliran Etika Vitalisme
kebahagiaan : Tujuan aliran etika ini Dalam aliran ini menilai baik buruk
untuk mencapai kesenangan hidup manusia memakai ukuran ada tidaknya
sebanyak mungkin, baik kualitas maupun daya hidup yang maksimum mengendalikan
kuantitas. perbuatan itu. Aliran ini menganggap
d. Aliran Etika Idealisme bahwa orang yang kuat yang dapat
Aliran etika idealisme berpendapat memaksakan dan melangsungkan
bahwa perbuatan manusia harus tidak kehendaknya yang berkuasa dan sanggup
terkait pada sebab-musabab lahir, tetapi menjadikan dirinya selalu ditaati oleh
setiap perbuatan manusia harus didasarkan orang-orang yang lemah. Isi ajarannya yaitu
pada prinsip kerohanian yang lebih tinggi. menyokong perbuatan-perbuatan instinktif
Seseorang berbuat baik bukan karena yang ada dalam diri manusia, misalnya
didorong oleh orang lain atau karena ingin instink mempertahankan diri dan instink
mendapat pujian, tetapi berbuat baik karena ingin berkuasa. Friedrich Nietzsche (1844-
memang ada kemauan dan sebagai rasa 1900) menonjolkan eksistensi (perwujudan)
kewajiban yang harus dilakukannya. manusia baru sebagai manusia besar,
Immanuel Kant yang penting adalah manusia pahlawan yang berkemauan keras
kemauan, tetapi apakah itu dapat diterima menempuh hidup baru sebagai dewa
begitu saja ? Menurut H.Hasbullah Bakry Dionysius yang menghancurkan yang lama
Ini perlu dikoreksi, karena hanya berdasar dan menciptakan sesuatu yang baru
kemauan atau kewajiban saja, itu dapat berkemampuan menghindari kemunduran.
berbahaya, seperti munculnya instink- f. Aliran Etika Teologis
instink berkuasa, egosentris, amarah, dan Aliran etika teologis berpendapat
yang lainnya. Dalam Islam perjuangan ukuran baik buruk dalam perbuatan

Tunas Siliwangi Vol.1, No.1, Oktober 2015: 1-12


6

manusia diukur dengan pertanyaan sebagai suatu organisasi (berbagai aspek


apakah perbuatan seseorang sudah sesuai psikis dan fisik) yang merupakan suatu
dengan perintah Tuhan atau tidak. Amal struktur dan sekaligus proses. Jadi,
perbuatan yang baik akan sesuai dengan kepribadian merupakan sesuatu yang dapat
perintah agama yang tertulis dalam Kitab berubah. Secara eksplisit Gordon W.
Suci. Perbuatan yang buruk akan Allport menyebutkan, kepribadian secara
bertentangan dengan perintah Tuhan atau teratur tumbuh dan mengalami perubahan
mengerjakan larangan Nya. (http://www.psikologizione.com/pengertian
-kepribadian-menurut-awam-dan-
C. Pengertian Kepribadian psikologi/06511225). Pengertian lain

Dalam kehidupan sehari-hari sering diambil dari kamus online

kita dengar seseorang itu memiliki (http://dict.die.net/ personalit) bahwa

kepribadian pemalu, supel, plin plan, kepribadian yaitu ”… the complex of all

pengecut, pemarah, dan sebagainya. Semua attributes — behavioral, temperamental,

itu sebenarnya perbuatan, sikap, perilaku emotional, and mental — that characterize

yang dapat dilihat dan dirasakan orang lain. a unique individual; their different reaction

Para ahli telah mendefinisikan kepribadian, reflected their very different personalities”.

salah satunya dikemukakan oleh Gordon W. Dari pengertian-pengertian di atas

Allport (Iyus Yosep, Hand Out Perkuliahan dapat disimpulkan bahwa kepribadian

Psikologi, [t.t.], hlm. 1) Kepribadian adalah adalah sebagai organisasi yang dinamis

suatu organisasi yang dinamis dari sistem yang memiliki suatu ciri-ciri yang menonjol

psiko-fisik individu yang menentukan atau ciri khas yang unik pada diri seseorang

tingkah laku dan pemikiran individu secara individu yang menjadi atribut dirinya yang

khas. Terjadinya Interaksi psiko-fisik berupa perilaku dalam menyesuaikan diri

mengarahkan tingkah laku manusia. dengan lingkungan. Jadi, interkasi psiko-

Maksud dinamis pada pengertian tersebut fisik akan mengarahkan lingkah laku

adalah perilaku mungkin saja berubah-ubah manusia yang ditampilkan pada lingkungan

melalui proses pembelajaran atau melalui di mana dia berada.

pengalaman-pengalaman, reward,
punishment, pendidikan dan sebagainya.
Berdasarkan penjelasan Gordon W.
Allport dapat dilihat bahwa kepribadian

Tunas Siliwangi Vol.1, No.1, Oktober 2015: 1-12


7

D. Ciri-ciri, Aspek-Aspek, dan Faktor bersifat organis), kurang memiliki


Penentu Kepribadian
kesadaran untuk mentaati ajaran agama,
1. Ciri-ciri Kepribadian pesimis dalam menghadapi kehidupan, dan
Berbicara ciri-ciri kepribadian bahwa kurang bergairah (bermuram durja) dalam
setiap individu memiliki cirri kepribadian menjalani kehidupan.
tersendiri. Tentang ciri kepribadian ini 2. Aspek-Aspek Kepribadian
dikemukakan Elizabeth (Syamsu Yusuf LN, Ada aspek-aspek kepribadian manusia
2003) mengemukakan ciri-ciri kepribadian yang dapat mengarah perilaku manusia ke
yang sehat dan tidak sehat. kondisi yang positif maupun negatif. Abin
Kepribadian yang sehat memiliki ciri Syamsudin Makmun (2003)
mampu menilai diri sendiri secara realisitik, mengemukakan aspek-aspek kepribadian
mampu menilai situasi secara realistik, sebagai berikut :
mampu menilai prestasi yang diperoleh Karakter; yaitu konsekuen tidaknya
secara realistik, menerima tanggung jawab, dalam mematuhi etika perilaku,
konsiten tidaknya dalam memegang
kemandirian, dapat mengontrol emosi, pendirian atau pendapat.
berorientasi tujuan, berorientasi keluar Temperamen; yaitu disposisi reaktif
seorang, atau cepat lambatnya mereaksi
(ekstrovert), penerimaan sosial, memiliki terhadap rangsangan-rangsangan yang
filsafat hidup, dan berbahagia. datang dari lingkungan.
Sikap; sambutan terhadap objek yang
Kepribadian yang tidak sehat yaitu : bersifat positif, negatif atau ambivalen
mudah marah (tersinggung), menunjukkan Stabilitas emosi; yaitu kadar
kestabilan reaksi emosional terhadap
kekhawatiran dan kecemasan, sering rangsangan dari lingkungan. Seperti
merasa tertekan (stress atau depresi), mudah tidaknya tersinggung, marah,
sedih, atau putus asa.
bersikap kejam atau senang mengganggu Responsibilitas (tanggung jawab),
orang lain yang usianya lebih muda atau kesiapan untuk menerima resiko dari
tindakan atau perbuatan yang
terhadap binatang, ketidakmampuan untuk dilakukan. Seperti mau menerima
menghindar dari perilaku menyimpang resiko secara wajar, cuci tangan, atau
melarikan diri dari resiko yang
meskipun sudah diperingati atau dihukum, dihadapi.
kebiasaan berbohong, hiperaktif, bersikap Sosiabilitas; yaitu disposisi pribadi
yang berkaitan dengan hubungan
memusuhi semua bentuk otoritas, senang interpersonal. Seperti : sifat pribadi
mengkritik/mencemooh orang lain, sulit yang terbuka atau tertutup dan
kemampuan berkomunikasi dengan
tidur, kurang memiliki rasa tanggung orang lain.
jawab, sering mengalami pusing kepala
(meskipun penyebabnya bukan faktor yang

Tunas Siliwangi Vol.1, No.1, Oktober 2015: 1-12


8

Menurut Melania H dalam Resnawati temperamen, komposisi otot dan reflex,


(2008 : 5) ada 10 aspek kepribadian yang tingkat energi, dan irama biologis. Faktor
dapat dijadikan standar untuk mengetahui genetis adalah karakteristik yang pada
dan mengembangkan kepribadian seseorang umumnya dianggap apa sepenuhnya atau
diantaranya 1. Sikap/sifat individu, 2. secara substansial dipengaruhi siapa orang
Pengetahuan, 3. Keterampilan, 4. tua dari individu tersebut, yaitu komposisi
Kecerdasan, 5. Kesehatan, 6. Penampilan, biologis, psikologis, dan psikologis
7. Sikap terhadap orang lain, 8. bawaannya.
Pengendalian diri/emosi, 9. Faktor lingkungan akan memberi
Nilai/keyakinan, 10. Peranan/kedudukan. pengaruh yang cukup besar terhadap
Dari 10 aspek kepribadian tersebut pembentukan kepribadian atau karakter
yang sangat terkait dengan pendidikan seseorang. Lingkungan di mana anak
etika, yaitu sikap terhadap orang lain, tumbuh, berkembang, dibesarkan, akan
pengendalian diri/emosi, dan berpengaruh terhadap kepribadian anak
nilai/keyakinan. Aspek-aspek kepribadian tersebut setelah dewasa, seperti norma-
yang terkait dengan moral, nilai-nilai norma yang berlaku kelompok sosial
budaya, nilai-nilai agama, sopan santun, tertentu (keluarga dan masyarakat). Semua
nilai-nilai hukum, baik buruk perlu kondisi itu akan berperan membentuk
diperkenalkan, ditanamkan pada anak usia kepribadian seseorang berupa norma, sikap,
dini. Tentang ciri-ciri dan aspek-aspek dan mulai yang diwariskan dari suatu
kepribadian yang meletak pada diri generasi ke generasi yang berikutnya.
seseorang tidak datang dengan sendirinya,
tetapi ada faktor-faktor penentu kepribadian E. Membangun Kepribadian Anak Usia
Dini Melalui Pendidikan Etika
tersebut.
3. Faktor Penentu Kepribadian Membangun kepribadian seseorang
Kepribadian yang telah menjadi ciri, itu harus dimulai sejak dini, yaitu ketika
sifat seseorang menjadi milik dirinya ini anak itu lahir, ketika anak usia dini bahkan
ditentukan oleh faktor-faktor tertentu, yaitu ada yang mengatakan mulai dari dalam
faktor-faktor keturunan dan faktor kandungan. Membangun kepribadian
lingkungan. Faktor keturunan merujuk seseorang harus dimulai dari kehidupan
kepada faktor genetis seseorang individu, keluarga atau dimulai di lingkungan di
seperti tinggi fisik, bentuk wajah, gender, mana anak atau seorang individu itu
dibesarkan/dikembangkan. Keluarga

Tunas Siliwangi Vol.1, No.1, Oktober 2015: 1-12


9

merupakan tempat yang pertama dan utama e. Usia Remaja : mengembangkan


dalam membangun kepribadian anak. Ibu, kemandirian, melakukan hubungan
bapak atau anggota keluarga lainnya perlu dengan jenis kelamin yang berbeda.
mensosialisasikan tentang etika atau tentang f. Dewasa : belajar untuk saling
baik buruk norma, nilai yang berlaku, mulai tergantung, tanggung jawab terhadap
dari yang berlaku dalam kehidupan orang lain.
keluarga, sekolah, dan masyarakat secara Sesuai dengan masa perkembangan
bertahap sesuai dengan usia dan tingkat usia pada manusia tersebut, terutama
perkembangannya. Fungsi sosialisasi keluarga, guru anak usia dini perlu
tentang norma-norma yang ada yaitu untuk mengenal adanya tugas-tugas
menginformasikan, mempengaruhi, perkembangan yang harus diselesaikan oleh
membina, membimbing, mengarahkan, dan setiap individu. Membangun kepribadian
mendidik agar anak kelak memiliki seseorang diperlukan dan harus dilakukan
kepribadian yang baik yang diharapkan oleh orang tua/ibu bapak pengasuh (seperti
oleh keluarga dan masyarakat pada anak-anak yang tinggal di panti-panti).
umumnya. Pembangunan kepribadian berarti
Perkembangan kepribadian dapat membangun watak, sifat, perilaku, yang
dibagi menjadi beberapa masa, yaitu : akan terkait dengan etika dan moral.
a. Masa bayi : ”Masalah inti pendidikan moral
Pada masa bayi dominan adanya menyangkut relativitas anak ? Kohlberg
kebutuhan akan rasa aman dalam memecahkan masalah ini atas dasar
mengembangkan rasa percaya yang penemuan-penemuan baru dari penelitian
mendasar (basic trust). psikologi yang memperhatikan adanya
b. Masa kanak-kanak : untuk awal belajar tahap-tahap universal secara kultural dalam
berkomunikasi. perkembangan moral”.
c. Pra sekolah : mengembangkan body Masalah membangun kepribadian
image. seseorang, adalah masalah kita bersama
d. Usia sekolah : mengembangkan mulai dari keluarga, sekolah, dan juga
hubungan dengan sebaya, melalui masyarakat. Pendidikan dalam kehidupan
kompetisi, kompromi, dan kooperatif. keluarga cenderung menentukan
kepribadian seseorang, walaupun setelah
anak mulai sekolah, mulai dari pendidikan

Tunas Siliwangi Vol.1, No.1, Oktober 2015: 1-12


10

anak usia dini di manapun (play group, akhlak atau etika ini akan mempengaruhi
kelompok belajar anak usia dini, Satuan kepribadian anak/ seseorang.
Pendidikan Sejenis, Taman Kanak-Kanak) Pendidikan etika pada anak usia dini
akan mempengaruhi pula kepribadian anak dapat dilakukan dengan beberapa jenis
atau seseorang. Pembangunan kepribadian pembelajaran yang dilaksanakna pada anak
pada kegiatan pendidikan formal dan usia dini dapat memilih beberapa teori
pendidikan nonformal serta kegiatan belajar. Teori belajar behaviorisme yang
masyarakat lainnya dapat diarahkan untuk menurut Conny R. Semiawan (2002)
menanamkan kepedulian sosial, jiwa memandang bahwa manusia belajar
patriotik, kejujuran, dan kerukunan dipengaruhi oleh lingkungan, sehingga
berkehidupan dalam masyarakat untuk belajar menurut etori ini merupakan
menyiapkan generasi muda yang berpribadi perubahan perilaku yang terjadi melalui
sebagai generasi penerus yang beriman, proses stimulus dan respon. Dikemukakan
bertaqwa, semangat maju menuju pula bahwa belajar membangun (to
masyarakat yang bermoral, berbangsa, dan construct) ini termasuk teori belajar
berbudaya. konstruktivisme. Belajar juga harus
Pendidikan etika merupakan bagian berpusat pada anak, sehingga pendidik
dari pendidikan karakter atau dalam agama harus menyesuaikan dengan kebutuhan
pendidikan akhlak. Dapat diartikan anak, maka anak akan dibiarkan terlibat
pendidikan etika identik dengan pendidikan secara aktif baik fisik maupun mentalnya,
akhlak, karena etika akan berkaitan dengan misalnya dengan memilih metode bermain
baik buruk, norma-norma atau nilai-nilai peran yang temanya terkait dengan etika.
yang berlaku dalam masyarakat. Garrett Dalam kegiatan pembelajaran harus
dalam Hamdani Hamid dan Beni Ahmad bersifat holistik dan integratif, yang berarti
Soebari (2013 : 44) mengemukakan ”… kegiatan belajar yang dilakukan anak tidak
ilmu akhlak adalah ilmu yang mengkaji terpisah menjadi bagian-bagian, tetapi
tingkah laku manusia, baik dan buruknya terpadu seperti pembelajaran dengan model
menurut ukuran norma-norma yang sentra-sentra. Untuk membiasakan
disepakati, misalnya norma agama, norma berkomunikasi dengan cara-cara yang
sosial dan budaya, serta norma hukum”. sopan, beretika, melaksanakan aturan-
Jadi, pendidikan etika dapat diartikan aturan yang disepakati. Pembelajaran bagi
pendidikan akhlak. Hasil dari pendidikan anak usia dini ini pun harus fleksibel,

Tunas Siliwangi Vol.1, No.1, Oktober 2015: 1-12


11

bersifat dinamis, tidak terstruktur dan mengatur diri sendiri dan menghargai orang
disesuaikan dengan kondisi dan cara belajar lain.
anak. Pendidik/guru maupun orang tua
mengarahkan dan membimbing anak, Daftar Referensi
sehingga anak aktif belajar sambil bermain Abin Syamsuddin Makmun, 2003.
sesuai minatnya, dengan diarahkan Psikologi Pendidikan. Bandung : PT.
Rosda Karya Remaja.
mempraktikan kebiasaan-kebiasaan yang
Astim Riyanto, 2010. Filsafat Hukum.
terkait etika. Di samping itu sebagai Bandung : Yapemdo.
pendidik harus menghargai perbedaan Conny R.Semiawan, 2002. Belajar dan
individual, sehingga pendidik perlu Pembelajaran Dalam Taraf Usia
Dini. Jakarta : Ikrar Mandiri Abadi.
merancang dan menyediakan alternatif
Franz Magnis-Suseno, 1991. Etika Dasar
kegiatan belajar sesuai dengan minat dan Masalah-masalah Pokok Filsafat
kemampuannya, walaupun sedang Moral. Cetakan Ketiga (Cetakan
Pertama 1989). Yogyakarta : Yayasan
membelajarkan, menamamkan etika Kanisius.
misalnya yang terkait dengan sopan santun. Hamdani Hamid dan Beni Ahmad Saebani,
2013. Pendidikan Karakter Perspektif
Metode pembelajaran yang dapat
Islam. Bandung : CV. Pustaka Setia.
dipilih untuk menanamkan etika pada anak
Hasbullah Bakry, H., 1971. Sistematik
usia dini bisa berbagai macam seperti Filsafat. Cetakan Ketiga (Cetakan
Pertama 1961). Jakarta : Widjaya.
metode bermain dapat menanamkan antara
Iyus Yosep, [t.t.]. Hand Out Perkuliahan
lain bagaimana aturan-aturan harus Psikologi. Bandung : Yayasan
diperhatikan, metode bercakap-cakap antara Persatuan Perawat Nasional Indonesia
Akademi Keperawatan PPNI Jawa
lain untuk membiasakan menghormati Barat.
orang lain ketika orang berbicara, memberi Isjoni, H., 2010. Model Pembelajaran Anak
kesempatan pada orang lain untuk Usia Dini. Bandung : Alfabeta.
berbicara, bercakap, juga belajar berbahasa Kohlberg, Lawrence, 1995. Tahap-tahap
Perkembangan Moral. Yogyakarta :
yang sopan. Metode bercerita dapat Kanisius.
memperkenalkan atau mengkomunikasikan Pemerintah Republik Indonesia, 2010.
sopan santun dalam bersosialisasi, Kebijakan Nasional Pembangunan
Karakter Bangsa Tahun 2010-2025.
menanamkan nilai-nilai budaya, Jakarta.
menanamkan nilai-nilai keagamaan, Rismawati, 2008. Kepribadian Dan Etika
berbahasa dan lain-lain. Metode proyek Profesi. Yogyakarta : Graha Ilmu.

dapat mempunyai makna bagi anak dapat Subekti, R. dan R. Tjitrosoedibio, 1989.
Kamus Hukum. Cetakan Kesepuluh

Tunas Siliwangi Vol.1, No.1, Oktober 2015: 1-12


12

(Cetakan Kesatu 1969). Jakarta : PT.


Pradnya Paramita.
Suyadi, 1010. Psikologi Belajar Pendidikan
Anak Usia Dini. Yogyakarta :
Pedagogia.
Syamsu Yusuf LN, 2003. Psikologi
Perkembangan Anak dan Remaja.
Bandung : PT. Rosda Karya Remaja.
http://www.psikologizione.com/pengertian-
kepribadian-menurut-awam-dan-
psikologi/ 06511225.
http://dict.die.net/personalit.

Tunas Siliwangi Vol.1, No.1, Oktober 2015: 1-12

Anda mungkin juga menyukai