BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Masa remaja merupakan masa perubahan. Perubahan tersebut terjadi
baik dari proses berpikir, gejolak emosional, perubahan sosial, dan minat
terhadap suatu hal yang baru. Perubahan-perubahan tersebut perlu
diperhatikan dengan baik, karena pada masa ini remaja sedang mengalami
masa kritis. Masa dimana terjadinya perubahan tekanan baik secara sosial, dan
akademis mengharuskan remaja memiliki banyak peran dan tanggung jawab
yang berbeda dari masa sebelumnya. Masa remaja prestasi dan minat sosial
menjadi hal yang penting. Remaja mulai merasakan bahwa kehidupannya saat
ini akan menentukan di masa depan. Contohnya kegagalan dan keberhasilan
yang dicapai sekarang akan berpengaruh terhadap keberhasilan di masa yang
akan datang. Suatu harapan yang ditetapkan oleh remaja ini terkadang tidak
sesuai dengan tuntutan lingkungan dimana remaja berada, hal tersebut akan
menimbulkan tekanan yang merupakan tuntutan bagi mereka yang
menjadikanya beban. Tekanan-tekanan tersebut biasa disebut dengan stres
yaitu akibat dari perasaan kecewa karena adanya ketidak sesuaian harapan dan
kenyataan yang biasa terjadi pada setiap orang yang mempengaruhi fisik dan
psikologi Yusuf (2011) mengemukakan bahwa stres merupakan fenomena
psikofisik yang bersifat manusiawi, dalam arti bahwa stress itu bersifat
inheren dalam diri setiap orang dalam menjalani kehidupannya sehari-hari.
Stres terjadi apabila adanya ketidak seimbangan antara tuntutan dan
kemampuan Artinya, stres yang dialami oleh siswa erat kaitannya dengan
sumber stres. Jika siswa memiliki kemampuan untuk memenuhi tuntutan
lingkungan maka stres akan dikelola secara positif. Sebaliknya jika siswa
merasa bahwa dirinya lemah dan tidak mampu untuk memenuhi tuntutan
lingkungan maka stres akan berdampak negatif. Stres akan berdampak negatif
2
jika individu menilai dirinya tidak mampu dalam mengatasi hambatan atau
tekanan yang datang sehingga akan berpengaruh terhadap cara berpikir serta
berperilaku dan hal tersebut akan bereaksi pada fisik. Individu yang
mengalami stres akan muncul reaksi dari stressor yang dialaminya Yusuf
(2011) membagi kedalam empat reaksi yaitu, (1) reaksi fisik yang ditandai
dengan munculnya kelehan fisik seperti kesulitan tidur, merasa sakit kepala,
telapak tangan sering berkeringat; (2) reaksi emosional ditandai dengan
munculnya reaksi dari perasaan yang merasa diabaikan, tidak memiliki
kepuasan, cemas; (2) reaksi perilaku atau behavioral ditandai bersikap agresif,
membolos, dan berbohong untuk menutupi kesalahan; (4) reaksi proses
berpikir, ditandai dengan kesulitan konsentrasi, perfeksionis, berpikir negatif
hingga tidak memiliki priotitas hidup. Keempat reaksi ini yang akan
mengungkap gejala stres akademik siswa ketika berkenaan dengan stressor
yang dialaminya. Ketika individu memiliki permasalahan atau mengalami
suatu hal keadaan tertekan. Individu akan menceritakan permasalahan kepada
orang yang dipercaya, menangani masalahnya sendiri, rekreasi, mencari
perhatian orang lain dan macam lainnya. Secara alamiah seseorang ketika
dihadapkan pada situasi yang menimbulkan tekanan akan mencoba untuk
mangatasinya baik secara positif maupun negatif (Liana, 2015)
Layanan bimbingan konseling yang dapat digunakan untuk mengatasi
masalah stres akademik yaitu konseling kognitif dengan teknik restrukturisasi
kognitif . Restrukturisasi kognitif, berfokus pada modifikasi kognitif konseli.
Teknik restrukturisasi kognitif menekankan bahwa permasalahan yang
dialami konseli merupakan konsekuensi dari pikiran yang negatif. Tujuan
teknik restrukturisasi kognitif yaitu untuk membangun pola pokir yang lebih
sesuai dan positif. Restrukturisasi Kognitif, yaitu teknik yang menghasilkan
kebiasaan baru pada konseli dalam berfikir, merasa, bertindak dengan cara
mengidentifikasi kebiasaan bermasalah, memberi label pada kebiasaan
tersebut, dan menggantikan tanggapan/persepsi diri yang negatif/irasional
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan gejala-gejala penelitian, dapat
dirumuskan permasalahan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat stres akademik siswa sebelum dan sesudah diadakan
teknik restrukturisasi kognitif ?
2. Apakah terdapat pebedaan tingkat stres akademik siswa sebelum dan
sesudah diadakan teknik restrukturisasi kognitif ?
3. Apakah terdapat pengeruh tingkat stres akademik siswa sebelum dan
sesudah diadakan teknik restrukturisasi kognitif?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat stres akademik siswa sebelum dan sesudah
diadakan teknik restrukturisasi kognitif?
D. Manfaat Penelitian
Manfaat diadakannya penelitian ini antara lain:
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan dalam bidang
bimbingan dan konseling yaitu tentang stres akademik siswa.
2. Manfaat Praktis
a. Sebagai bahan masukan bagi penulis sendiri tentang bagaimana
mengendalikan atau mengontrol stres.
b. Sebagai persyaratan untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan
pada FKIP Universitas Riau.
6
E. Definisi Oprasional
1. Konsep restrukturisasi kognitif
Restrukturisasi Kognitif, yaitu teknik yang menghasilkan kebiasaan
baru pada konseli dalam berfikir, merasa, bertindak dengan cara
mengidentifikasi kebiasaan bermasalah, memberi label pada kebiasaan
tersebut, dan menggantikan tanggapan/perspsi diri yang negatif/irasional
menjadi lebih rasional/relistis. Restrukturisasi kognitif memusatkan
perhatian pada upaya mengidentifikasi dan mengubah pikiran-pikiran atau
pernyataan diri negatif dan keyakinan-keyakinan konseli yang tidak
rasional menjadi positif atau sesuai.
2. Stres Akademik
Stres akademik merupakan kondisi dimana siswa tidak mampu
menghadapi dan mempersepsi segala tuntutan-tuntutan akademik yang
diterima sebagai gangguan atau ancaman Stres akademik yang dimaksud
dalam penelitian adalah reaksi siswa terhadap kegiatan akademik yang
dipersepsi siswa sebagai beban yang melebihi batas kemampuan.
7
3. Bimbingan Kelompok
Prayitno (2013) mengemukakan bahwa Bimbingan kelompok adalah
Suatu kegiatan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan
memanfaatkan dinamika kelompok. Dalam konteks penelitian ini yang
dimaksud dengan bimbingan kelompok adalah kegiatan konseling yang
dilaksanakan dalam jumlah anggota kelompok 5-15orang yang
didalamnya membahas mengenai topik yang telah ditentukan guna
mengembangan potensi anggota didalamnya sesuai dengan tujuan dari
materi yang dibahas dengan memanfaatkan interaksi aktif dalam
kelompok.