Anda di halaman 1dari 10

SEPSIS NEONATORUM

PENGERTIAN
Sepsis neonatorum adalah infeksi bakteri umum pada aliran darah. Neonatus
berisiko tinggi untuk terkena infeksi sebagai hasil dari berkurangnya imunitas
spesidik dan non spesifik seperti terganggunya fagositosis, respon kemostatik yanga
lambat atau tidak adanya Ig A dan Ig M

PENYEBAB
1. Mikroorganisme pathogen seperti streptococcus grup B, klebsiela
enterococcus, hemofilus influenza, stafilococcus pneumonia
2. Hambatan penarikan plasenta pada bayi yang premature
3. Kontak langsung selama kelahiran melauli jalan lahir
4. Kontaminasi dengan bayi lain, personal, objek dan lingkungan

TANDA DAN GEJALA


1. Hipotermia atau hipertermia, tampak tidak sehat, malas minum, letargi
2. Distensi abdomen, anorexia, muntah, diare dan hepatomegali
3. Apnu, dispnu, takipnu, retraksi dinding dada, napas cuping hidung, merintih
dan cianosis
4. Pucat, kulit lembab, hipotensi, tachicardi atau bradicardi
5. Icterus, splenomegali, peteki dan purpura

PATOFISIOLOGI
Hambatan penarikan plasenta pada bayi yang premature menyebabkn bayi
mudah terserang virus, bakteri, jamur dan infeksi parasit. Normalnya substansi
immune, utamanya Ig G didapatkan dari system maternal dan dibawa kejaringan fetal
selama gestasi pada minggu terakhir untuk memberikan imunitas pasif bagi bayi baru
lahir terhadap agen infeksi.

1
Mekanisme pertahanan neonatus selanjutnya menghambat complement yang
lebih rendah, disfungsi monosit dan sirkulasi monosit dan leukosit menurun jumlah
dan fungsinya tidak efesien.
Sepsis pada periode neonatal dapat diperoleh pada masa melalui plasenta yang
berasal dari aliran darah maternal dan selama ingesti atau aspirasi yang dipengaruhi
oleh cairan amnion. Pada waktu lahir, infeksi dapat terjadi dari kontak langsung
dengan jaringan maternal selama perjalanan kelahiran. Agent infeksi umumnya E.
coli yang mungkin terdapat dalam vagina yang berasal dari kontaminasi fekal.
Candida albicans, virus herpeks, streptococcus hemolitik adalah mikroorganisme lain
yang dapat menyebabkan infeksi pada neonatus yang mendiami vagina.
Bayi berisiko infeksi terhadap dirinya sendiri karena dekatnyya umbilical
keperineum. Invasi bakteri dapat terjadi melalui tempat ujung umbilical misalnya
kulit, membrane mukosa dan lain-lain
Infeksi post natal diperoleh dari kontaminasi yang berasal dari bayi lain,
personal atau objek dalam lingkungan. Bakteri yang sering disebut water bugs
(mampu berkembang didalam air) ditemukan dalam air, apparatus yang lembab.
Mesin suction, sebagian besar alat respirasi tau indwelling vena dan kateter arteri.
Mikroorganisme dapat ditransmisi secara personal dari organ ke orang lain dengan
kebersihan tangan yang buruk.

FAKTOR RISIKO
Prematuritas dan berat badan lahir rendah, ketuban pecah dini (> 18 jam),
o
demam in partum maternal (>37,5 C), leukositosis maternal (> 18.000/µL),
korioamnionitis, resusitasi pada saat lahir

KOMPLIKASI
 Meningitis
 Henti jantung
 Henti Napas

2
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Bila sindrom klinis mengarah kesepsis perlu dilakukan evaluasi sepsis secara
menyeluruh. Hal ini termasuk biakan darah, lumbal, analisis dan kultur urin serta foto
dada.
Diagnosis sepsis ditegakkan dengan dengan ditemukannya kuman pada
biakian darah. Pada pemeriksaan darah tepi dapat ditemukan neutropenia denga
pergeseran kekiri. Adanya peningkatanm reaktans fase akut seperti C-reaktif protein
memperkuat dugaan sepsis.

PENATALAKSAAAN
1. Supportif
 Monitoring cairan, elektrolit dan glukosa. Bilaterjadi SIADH (Sindrom of In
Appronate Anti Diuretik Hormon) maka perlu dilakaukan pembatasan cairan
 Awasi adanya hiperbilirubinemia, lakukan transfusi tukar bila perlu
 Pertimbangkan pemberian nutrisi parenteral bil pasien tidak dapt menerima
nutrisi enteral
2. Kausatif
 Antibiotika diberikan sebelum kuman penyebab ditemukan. Biasanya dengan
pemberian ampicillin atau gentamisin selama 7 – 10 hari dan erring kali
diberikan melalui IVFD
 Terapi oksigen untuk mengatasi distress pernapasan dan cianosis
 Transfusi yang baru dengan leukosit polimorfonuklear dari donor adult

3
KONSEP KEPERAWATAN
DATA DASAR PENGKAJIAN PASIEN
Aktifitas/Istirahat : Malaise
Sirkulasi : Tekanan darah normal/sedikit dibawa jangkauan normal (selama
hasil curah jantung tetap meningkat), Denyut perifer kuat, cepat,
tachycardia ekstrim (syok). Suara jantung disritmia, Kulit
hangat kering, pucat, lembab, burik (vasokonstriksi) atau
barcahaya (vasodilatasi)
Eliminasi : Diare
Makanan & Cairan : Anorexia, mual dan muntah, penurunan bebrat badan,
penurunan massa otot, penurunan haluaran, konsentasi urin;
perkembangan kearah oliguria dan anuria
Neurosensori : Gelisah, penurunan tingkat kesdaran
Ketidaknyamanan : Kejang abdominal, urtikaria
Pernapasan : Takipnu dengan penurunan kedalaman pernapasan, suhu
umumnya meningkat, (37,95o C atau lebih), menggigil

PRIORITAS KEPERAWATAN
1. Menghilangkan infeksi
2. Mendukung perfusi jaringan/volume sirkulasi
3. Mencegah komplikasi
4. Memberikan informasi mengenai proses penyakitnya, prognosa dan
kebutuhan pengobatan

TUJUAN PEMULANGAN
1. Infeksi teratasi
2. Homeostasis dapat dipertahankan
3. Komplikasi dicegah minimal
4. Proses penyakit, prognosis dan aturan terapeutik dipahami

4
PATOFISIOLOGI & PENYIMPANGAN KDM
SEPSIS NEONATORUM

Hambatan penarikan plasenta Kontak langsung selama Aliran darah dari maternal Kontaminasi dengan bayi lain,
pada bayi prematur kelahiran pada jalan lahir ke neonatus personal, objek dalam lingkungan

Transmisi antibody-
plasenta terganggu SEPSIS NEONATORUM Septikemia & Viremia

Ig A dan Ig M tidak dapat Vasodilatasi pembuluh darah Pelepasan mediator Proses inflamasi Melepaskan interleukin I
ditransfer ke neonatus kimia dan prostaglandin 2

Peningkatan permeabilitas
Penurunan immunitas pada pembuluh darah Perubahan set point pada
neonatus hipotalamus bagian anterior

Peningkatan volume plasma


Risiko Tinggi Infeksi; Evaporasi meningkat Peningkatan suhu tubuh
Sepsis Ke Syok Sepsis
Penurunan volume sirkulasi
Hipertermia
Dehidrasi/kehilangan cairan
Perubahan membrane Penurunan perfusi jaringan
alveolar - kapiler
Perubahan status kesehatan
Risiko Kurangnya Volume Cairan

Risiko Tinggi Kerusakan Perubahan Perfusi


Pertukaran Gas Jaringan Kecemasan Orang Tua Anak dihospitalisasi

5
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Risiko tinggi Infeksi; dari sepsis ke syok sepsis berhubungan dengan :
 Penurunan system immune
 Prosedur invasive
 Pemajanan lingkungan (nosokomial)
Tujuan : menunjukkan penyembuhan seiring perjalanan waktu, bebas dari
sekresi purulent, drainase atau eritema dan afebris

Intervensi Rasional
1. Isolasi dan batasi pengunjung Mengurangi risiko kemungkinan infeksi dan
pembatasan pengunjung diperlukan untuk
melindungi pasien imunosupresi

2. Cuci tangan sebelum dan sesudah Mengurangi kontaminasi silang


melakukan aktifitas walaupun
menggunakan sarung tangan steril

3. Batasi penggunaan alat/ prosedur Mengurangi jumlah lokasi yang yang dapat
invasive setiap hari menjadi tempat masuknya mikroorganisme

4. Gunakan teknik steril pada waktu Mencegah masuknya bakteri dan mengurangi
penggantian balutan/penghisapan. risiko infeksi nosokomial
Misalnya jalur invasive dan kateter
urinarius

5. Pantau kecenderungan suhu Demam (38,5o C – 40 o C) disebabkan oleh


efek dari endotoksin pada hipotalamus dan
endomorfin yang melepaskan pirogen.
Hipotermia (<36 o C) adalah tanda genting
yang merefleksikan perkembangan status
syok/penurunan perfusi jaringan

6. Amati adanya mengigil dan Menggigil sering mendahului memuncaknya


diaforesis suhu papa infeksi

Kolaborasi Indetifikasi terhadap portal entry dan


 Dapatkan specimen urin, organisme penyebab septicemia adalah
darah, sputum sesuai petunjuk untuk penting bagi efektifitas pengobatan
pewarnaan
Dapat membasmi/memberikan imunitas
sementara untuk infeksi umum atau infeksi
 Berikan obat anti infeksi khusus
seperti antibiotic spectrum luas misalnya

6
gentamisin atau sefalosporin

2. Hipertermia berhubungan dengan peningkatan tingkat metabolisme, dehidrasi,


efek langsung dari sirkulasi endotoksin pada hipotalamus, perubahan pada
regulasi temperature
Tujuan : Mendemonstrasikan suhu tubuh dalam batas normal, bebas dari ke-
dinginan, tidak mengalami komplikasi

Intervensi Rasional
1. Pantau suhu pasien (derajat dan Suhu 38,9 – 41,1 o C menunjukkan proses
pola); perhatikan menggigil dan diaforesis infeksi akut. Pola demam dapat membantu
dalam diagnosis misalnya demam lanjut
berakhir lebih dari 24 jam menunjukkan
pneumonia peneumokokkal

2. Pantau suhu lingkungan, Suhu ruangan berpengaruh terhadap


batasi/tambahkan linen tempat tidur peningkatan maupun penurunan suhu tubuh
penderita

3. Berikan kompres hangat; hindari Menurunkan suhu tubuh melalui proses


penggunaan alcohol konduksi. Alcohol dapat mengeringkan kulit

Kolaborasi
 Berikan antipiretik misalnya Menghambat pengeluaran prostaglandin dan
asetaminofen meningkatkan autodestruksi dari sel-sel yang
terinfeksi

3. Risiko tinggi perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan :


Faktor risiko : hipovolemia, reduksi aliran darah pada arteri/vena; vasokonstriksi
selektif, oklusi vaskuler (kerusakan intimal/mikroemboli)
Tujuan : menunjukkan perfusi adekuat yang dibuktikan dengan tanda-tanda vital
stabil, nadi perifer jelas, kulit hangat dan kering, tingkat kesadaran
umum, haluaran urinarius individu yang sesuai dengan bising usus aktif
Intervensi Evaluasi
1. Pantau frekuensi dan irama jantung Bila terjadi takikardia mengacu pada
sirkulais sekunder system saraf simpatis
untuk menekankan respon untuk
menggantikan kerusakan pada hipovolemia
relative

7
2. Perhatikan kualitas/kekuatan dari Penurunan curah jantung dan vasokonstriksi
denyut perifer perifer salah satu tanda status syok

Intervensi Evaluasi
3. Kaji frekuensi pernapasan, Peningkatan pernapasan terjadi sebagai
kedalaman dan kualitas. Perhatikan dispnu respon terhadap efek langsung dari
berat endotoksin pada pusat pernapasan didalam
otak, dan juga perkembangan hipoksia dan
demam

Penurunan curah jantung dan vasokonstriksi


4. Kaji kulitr terhadap perubahan perifer salah satu tanda status syok
warna, suhu dan kelembaban
Penurnan haluaran urin mengindikasikan
5. Catat haluaran urin setiap jam dan penurunan perfusi ginjal yang dihubungkan
berat jenisnya dengan perpindahan cairan dan
6. Auskultasi bising usus vasokonstriksi selektif

Kolaborasi Mempertahankan perfusi jaringan, sejumlah


 Berkan cairan parenteral besar cairan mungkin dibutuhkan untuk
mendukung volume sirkulasi

Perkembangan asidosis respiratorik/


 Pantau pemeriksaan metabolic merefleksikan kehilangan
laboratorium misalnya GDA, kadar laktat mekanisme kompensasi misalnya penurnan
sekresi ginjal

Memaksimalkan masukan oksigen yang


 Berikan tambahan oksigen tersedia untuk masukan seluler

4. Ansietas/ketakutan b/d krisis situasi, transmisi interpersonal dan keikutsertaan


merasakan.
Dapat ditandai dengan : Peningkatan tegangan/ keputusasaan. Ketakutan/ ketidak
pastian hasil, berfokus pada diri sendiri dan gelisah.
Tujuan : Mengakui dan mendiskusikan rasa takut. Mengungkapkan keakuratan
pengetahuan tentang situasi. Tampak rileks dan melaporkan ansietas
berkurang sampai pada tingkat dapat diatasi.

Intervensi Rasional
1. Kaji status mental dan tingkat Gangguan tingkat kesadaran dapat
ansietas dari pasien/keluarga. Catat adanya mempengaruhi ekspresi rasa takut tetapi

8
tanda-tanda verbal atau non verbal. tidak menyangkal keberadaannya. Derajat
ansietas akan dipengaruhi bagaimana
informasi tersebut diterima oleh individu.

Intervensi Evaluasi
2. Berikan penjelasan hubungan antara Meningkatkan pemahaman, mengurangi resa
proses penyakit dan gejalanya. takut karena ketidaktahuan dan dapat
membantu menurunkan ansietas.

3. Jawab setiap pertanyaan dengan Penting untuk menciptakan kepercayaan


penuh perhatian dan berikan informasi karena diagnosa enfeksi otak mungkin
tentang prognosa penyakit menakutkan, ketulusan dan informasi yang
akurat dapat memberikan keyakinan pada
pasien dan juga keluarga.

4. Jelaskan dan persiapkan untuk Dapat meringankan ansietas terutama ketika


tindakan prosedur sebelum duilakukan pemeriksaan tersebut melibatkan otak.

5. Berikan kesempatan pasien/keluarga Mengungkap , rasa takut secara terbuka di


untuik mengumgkapkan isi pikiran dan mana rasa takut dapat ditunjukkan.
perasaan takutnya.

6. Libatkan pasien/keluarga dalam Meningkatkan perasaan control terhadap diri


perawatan. dan meningkatkan kemandirian.

Memberikan jaminan bahwa bantuan yang


7. Berikan petunjuk mengenai sumber- diperlukan adalah penting untuk
sumber penyokong yang ada, seperti peningkatan/menyokong mekanisme koping
keluarga, konselor professional dan pasien.
sebagainya

9
1. Carpenito, LJ. 2000. Diagnosa Keperawatan, Aplikasi pada Praktek Klinis,

Edisi 6. Jakarta : EGC.

2. Doengoes, dkk. 1999 .Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. Jakarta :EGC

3. Harianto, Agus. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses internet di

http://www.pediatrik.com/artikel/sepsis-neonatorium

4. Novriani, Erni. 2008. Sepsis Neonatorum. Akses Internet di http://cemolgadis-

melayu.blogspot.com/2008/12/kepanak-sepsis.htm

5. Anonim. 2007. Sepsis. Akses internet di

http://www.pediatrik.com/ilmiah_popular/20060220-1uyr3qilmiahpopular.doc

6. Berkow & Beers. 1997. Neonatal Problems : Sepsis Neonatorum. Akses

internet di http://debussy.hon.ch/cgi-bin/find?1+submit+sepsis_neonatorum

7. Nelson, Ilmu Kesehatan Anak ed.15 vol.I.1999.EGC:Jakarta

8. Bobak,keperawatn maternitas ed.4.2004.EGC:Jakarta

10

Anda mungkin juga menyukai