Anda di halaman 1dari 23

KATA PENGANTAR

Undang-Undang RI No 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit Pasal 29


menyebutkan bahwa Rumah Sakit berkewajiban untuk memenuhi hak pasien dan
mengedepankan kepuasan pasien. oleh. sebab itu disusunlah Panduan Transportasi
Pasien yang bertujuan memberikan pelayanan transportasi yang seragam di seluruh
rumah sakit.

Panduan transportasi pasien membahas prosedur atau tata cara bagaimana


mengelola sarana transportasirumah sakit, dimana prosedur ini harus dipatuhi oleh
semua instansi / unit pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah KH.
Muhammad Thohir Krui khususnya bagi para petugas ambulance di Rumah Sakit
Umum Daerah KH. Muhammad Thohir Krui. Panduan ini bertujuan meningkatkan
mutu pelayanan, meningkatkan keselamatan pasien serta melindungi pasien dari
risiko yang mengancam jiwa selama proses transfer dengan menggunakan
transportasi rumah sakit ini berlangsung.

Panduan ini disusun bersama antara bidang Pelayanan dan Sub Bagian
Umum dengan beberapa instalasi terkait dan perwakilan Pokja ARK (Akses Ke
Rumah Sakit & Kontinuitas Pelayanan) yang merupakan bagian dari Tim Akreditasi
Rumah Sakit Umum Daerah KH. Muhammad Thohir Krui.

Akhir kata semoga panduan ini dapat digunakan sebagairnana mestinya,


sehingga bermanfaat bagi seluruh tenaga medis dalam memberikan pelayanan yang
aman dan bermutu menuju kepuasan pasien. Kritik dan saran untuk perbaikan buku
panduan ini akan menambah kesempurnaan penyusunan panduan dimasa
mendatang.

Krui, 2019

Penyusun

1
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ............................................................................................................ 1


BAB I DEFINISI .............................................................................................. 2
BAB II RUANG LINGKUP ............................................................................... . 3
BAB III TATALAKSANA ................................................................................... . 4
A. Tata tertib ..................................................................................................... 7
B. Persiapan pemeriksaan ambulance .............................................................. 7
C. Pemeriksaan dan persediaan dan perlengkapan kompartmen ambulance ... 9
D. Standar kelengkapan alat ............................................................................. 9
E. Mengoperasikan ambulance ....................................................................... 10
F. Memindahkan pasien ke ambulance ........................................................... 14
G. Transprortasi............................................................................................... 16

BAB IV DOKUMENTASI................................................................................... 21
BAB I

DEFINISI

DEFINISI PELAYANAN AMBULANCE

Pelayanan ambulance adalah bagian dari manajemen penatalaksanaan


penderita gawat darurat yang memerlukan keseragaman organisasi dan pedoman
yang baik, sehingga mortalitas dan morbiditas dapat ditekan serendah mungkin.
Pelayanan ambulance merupakan rangkaian yang berkesinambungan dan terdiri dari
beberapa tahap yaitu :
1. Rescue / Extrikasi
2. Resusitasi / Stabilisasi
3. Retrieve / Evakuasi
Pertolongan pertama saat terjadi cedera dapat dilakukan oleh siapapun, proses
pertolongan sangat beragam dan sering kali dijumpai masalah karena niat baik
menolong dilakukan dengan cara yang tidak benar / salah, sehingga sering kali
terjadi cedera bertambah berat. Focus perhatian sering kali tidak memperhatikan
saluran nafas/aiway dan C-Spain control, pernafasan / breathing, ventilation dan
sirkulasi/circulation yang sangat berpotensi menimbulkan kematian.
Resusitasi dilakukan di tempat kejadian (pra rumah sakit) atau di rumah sakit,
resusitasi mencangkup 3 (tiga) hal yaitu resusitasi nafas/airway, resusitasi breathing
dan ventilasi serta peredaran darah/circulation. Tindakan ini dilakukan oleh
paramedic di pra rumah sakit, kompetensi penatalaksanaan penderita gawat darurat
pada umumnya.
Setelah penatalaksanaan resusitasi, penderita selanjutnya melewati proses
rujukan /transper. Rujukan tersebut menyangkut ketersediaan tenaga medis
(kompetensi yang dimiliki), saranan maupun prasarana yang tersedia untuk tujuan
rujukan (the right patient to the right hospital by the right ambulance at the right time)
BAB II RUANG

LINGKUP

Ambulance RSUD KH. Muhammad Thohir Krui mengacu pada standar


kendaraan pelayanan medis dari departemen kesehatan yang terdiri dari :

a. Ambulance Transportasi
b. Ambulance gawat darurat (Basic dan Advanced)

Matrik persyaratan teknis ambulance transportasi dan gawat darurat berdasarkan


standarisasi depkes :

NO JENIS AMBULANCE TRANSPORTASI GAWAT DARURAT


I Hard Ware
A Jenis kendaraan Roda 4 Roda 4
B Warna cat kendaraan PUTIH / KUNING PUTIH / KUNING
C Perlengkapan kendaraan √ √
1 Pendingin ruangan √ √
2 Sirine (1-2 nada) √ √
3 Lampu rotator warna biru √ √
4 Sabuk pengaman pengemudi √ √
5 Sabuk pengaman petugas √ √
D Isi dan luas ruangan kendaraan
1 Penempatan alat medis √ √
2 Almari obat √ √
3 Lampu penerangan √ √
Sumber listrik 12volt DC (stop
4 √ √
kontak)
1 stretcher 1 stretcher
5 Luas ruang kendaraan
1 petugas duduk 1 petugas duduk
Cukup terang
6 Lampu ruangan Cukup terang
Dapat bergerakdan dilipat
7 Tambahan Temapat sampah
E Perlengkapan petugas (APD) √ √
F Kualifikasi petugas
1 Dokter ATCLS dan lain-lain ATCLS dan lain-lain
Paramedis BTCLS dan lain-lain BTCLS dan lain-lain
Non medis BHD BHD
G Perlengkapan medis
Pemeriksaan Umum
Tensimeter, stethoscope,
1 √ √
thermometer dan senter
Airway ─ √
1 Tongue Spatel metal ─ √
Magil forceps ─ √
Portable suction, suction electric ─ √
Chateter suction ─ √
OPA (Gudel) ─ √
NPA ─ √
LMA ─ √
ETT ─ √
Laringoscope Dewasa ─ √
Mandrein/ Stylet ─ √
Ky Jelly ─ √
NGT ─ √
Breathing ─ √
Tabung O2, regulator & humidifier
1 √ √
(statis)
Tabung O2 portable dan
2 ─ √
Regulator portable
3 Ambu Bag Dewasa & Anak ─ √
Sungkup Ambu bag Dewasa &
4 ─ √
Anak
5 Conector Ambu bag ─ √
Selang O2 nasal canul dewasa
6 √
dan anak
Selang O2 non Rebreathing mask
7 ─ √
dewasa dan anak
8 Ventilator portable ─ √

5
Circulation √
IV Cateter ─ √
Tranfusion set ─ √
Infusion set makro & Mikro ─ √
Cairan kristaloid, koloid dan
─ √
dextrose
Foley Chateter & Urine bag ─ √
Spuit, Wing Needle, threeway
─ √
stopcock
Tourniquet ─ √
Monitor pasien ─ √
AED chest electrode ─ √
Trauma Set
1 Collar neck √
2 Wound toilet ─ √
3 Gunting Verband ─ √
4 Kasa steril, verban balut ─ √
5 Plaster, hipapix ─ √
6 Elastis bandage ─ √
NaCL 0,9% ─ √
Spalk kaki & tangan dewasa &
─ √
Anak
Transport / Evakuasi
1 Stretcher √ √
2 Long spine board √ √
3 Scope stretcher ─ √
4 Incubator transport √ √
Obat-obatan
Obat Bantuan Hidup Dasar ─ √
Obat-obat stabilisasi ─ √
Obat-obat definitive ─ √
Cairan cristaloid ─ √
H Alat Komonikasi
1 Radio medic √ √

6
2 Mobile Phone √ √
II Soft Ware
A Kendaraan
1 Buku Operasional Kendaraan √ √
2 Buku Pemeliharaan Kendaraan √ √
B Peralatan medis
1 Buku Operasional √ √
2 Buku Pemeliharaan alat medis √ √
C SPO
1 Penanganan Pasien √ √
2 Operasional Ambulance √ √
3 Komonikasi dan Informasi √ √
Pemeriksaan Kesiapan Alat Medic
4 √ √
Ambulance
Membersihkan dan dekontaminasi
5 √ √
ambulance
Penilaian kebutuhan transportasi
6 √ √
pasien

7
BAB III TATA

LAKSANA

A. TATA TERTIB AMBULANCE


1. Pada saat menuju tempat pasien boleh menggunakan sirine dan lampu
rotator
2. Pada saat mengangkut pasien hanya boleh mengunakan lampu rotator
3. Semua peraturan lalulintas harus di taati
4. Kecepatan maksimum 40 km / jam di jalan biasa dan 80 km / jam di jalan
bebas hambatan
5. Petugas membuat laporan keadaan penderita selama transportasi, yang
disebut dengan lembar catatan penderita yang mencakup identitas pasien
waktu dan keadaan penderita
6. Petugas memakai seragam dengan identitas yang jelas
7. Setelah selesai melakukan transportasi harus langsung menuju Rumah
Sakit.
8. Penggunaan ambulance harus sesuai fungsi dari masing-masing
ambulance
a. Ambulance transport
Pengangkutan penderita yang tidak memerlukan perawatan khusus /
tindakan daruratnuntuk menyelamatkan nyawa dan diperkirakan tidak
akan timbul kegawatan selama dalam perjalanan.
b. Ambulance gawat darurat
Pengangkutan penderita gawat darurat yang sudah di stabilkan ke
tempat pelayanan devinitive. Pasien memerlukan pengawasan medic
khusus dan memungkinkan tindakan resusitasi dalam perjalanan
rujukan
9. Penggunaan ambulance untuk transportasi diluar ketentuan tsb seperti
antar jemput dokter, atau perawat dan lain-lain harus mendapat
persetujuan Direktur utama.
10. Tariff pelayanan mengacu pada tariff pelayanan ambulance
yang dikelauarkan oleh rumah sakit

8
B. PERSIAPAN PEMERIKSAAN AMBULANCE
1. Mesin mati
- Periksa seluruh bodi ambulance
- Periksa roda / ban tekanan
- Periksa sepion dan jendela, pastikan spion bersih dan berada di posisi
yang tepat
- Periksa fungsi setiap pintu dan kunsi
- Periksa bagian system pendingin
- Periksa jumlah cairan kendaraan termasuk minyak mesin, air radiator,
pelumas, rem air aki, dan pelumas setir
- Periksa portal indicator aki dan tanda-tanda korosi
- Periksa kebersihan kabin termasuk dashboard
- Periksa fungsi jendela
- Tes fungsi klakson
- Tes fungsi sirene
- Periksa sabuk pengaman
- Posisikan kursi pengemudi senyaman munkin
- Periksa jumlah bahan bakar dan kalao perlu isi bahan bakar
2. Mesin Hidup
Nyalakan mesin dan keluarkan ambulance dari ruang penyimpanan dan
pemeriksaan sebagai berikut :
- Tes fungsi indicator di dashboard
- Periksa meteran yang terletakdi dashboard
- Tes fungsi rem
- Tes fungsi rem tangan
- Tes fungsi stir
- Periksa fungsi wifer
- Tes fungsi lampu
- Periksa fungsi pendingin baik di komponen pasien
- Periksa perlengkapan komonikasi
Untuk memudahkan pemeriksaan dapat juga menggunakan akronim
( EWAGON )
a. Enggine : Periksa mesin baik / tidak
b. Water : Periksa air radiator, wiper, air cadangan
radiator, air accu sesuai dengan petunjuk
pemakaian.
c. Air : Periksa tekanan udara ban cukup atau tidak,
AC dan blower berfungsi baik atau tidak
d. Gas : Periksa bahan bakar minyak (solar /
premium) sesuai petunjuk pemakaianatau
tidak
e. Oil : Periksa indicator oli mesin dan minyak rem
sesuai petunjuk pemakaian
f. Noise : Dengarkan suara mesin normal atau tidak
g. Elektrikal system : Periksa dan lihat lampu dekat, lampu jauh,
sign hazard, rotator, sirine, lampu kabin
depan dan belakang, dan lampu-lampu
indicator menyala atau tidak dan pecah atau
tidak.
h. Body : Periksa seluruh bodi mobil bersih dan mulus,
ada kerusakan atau tidak
i. Alat penunjang : periksa toolkit, dongkrak, ban serep, triangle
hazard, dan APAR tersedia pada tempatnya
j. Kondisi ban : Periksa kondisi ban mobil, kembang ban baik
atau sudah gundul, apakah retak atau sobek
k. Sabuk pengaman : Pemeriksaan dan coba sabuk pengamanan
masih dalam kondisi baik atau tidak, kain
sabuk pengaman sobek atau tidak.
C. Pemeriksaan persediaan dan perlengkapan kompartemen pasien
1. Periksa tekanan tabung oksigen
2. Periksa semua perlengkapan oksigen dan ventilasi berfungsi dengan
baik
3. Bersihkan debu dan cari tanda-tanda kerat pada alat rescue
4. Nyalakan semua peralatan bertenaga aki untuk memastikan
kinerjanya
5. Lakukan pemeriksaan tambahan pada alat khusus seperti monitor
pasien, suction electric dan AED (Automated External Defibrillation)
6. Lenkapi laporan pemeriksaan, Perbaiki kerusakan, ganti barang-
barang yang hilang.
7. Bersihkan kompartmen untuk menghindari resiko infeksi
D. Standar kelengkapan alat ambulance gawat darurat ( Advance)
1. Alat Non Medis
a. Kunci inggris : Ada / tidak
b. Alat kebersihan : Lengkap / tidak
c. Alat tenun : Bersih / kotor
d. Administrasi & dokumentasi : Ada / tidak
e. Alat komonikasi : Baik / rusak
f. Alat teknik untuk ambulance : Lengkap / tidak
g. Alat bPerlindungan diri (APD) : Lengkap / tidak
2. Alat Medis
1) Airway : Lengkap / tidak
2) Breathing : Lengkap / tidak
3) Circulation : Lengkap / tidak
4) Alat proteksi diri (APD) : Lengkap / tidak

3. Penunjang Evakuasi dan transportasi


1) Stretcher : Baik / rusak
2) Scope stretcher : Baik / rusak
3) Safety belt : Baik / rusak
4) Long spine board : Baik / rusak
5) Neck collar, bidai : Lengkap / tidak
6) CPR board : Baik / rusak
E. Mengoperasikan Ambulance
1. Syarat pengemudi ambulance
a. Sehat secara fisik
b. Sehat secara mental
c. Bisa mengemudi di bawah tekanan
d. Memiliki keyakinan positif atas kemampuan diri
e. Bersikap toleran selalu ingat bahwa pengemudi lain akan
bereaksi berbeda ketika mengetahui kendaraan gawat darurat.
f. Tidak dalam pengaruh obat-obatan berbahaya, terlarang dan
obat penenang
g. Mempunyai SIM yang masih berlaku
h. Jika dibutuhkan, kacamata dan lensa kontak harus selalu di pakai
i. Evaluasi keadaan diri sendiri berdasarkan respon terhadap
tekanan, kelelahan dan rasa kantuk
j. Mempunyai sertifikat paramedic level 1 (basic) atau BHD
2. Operasional Ambulance
a. Setiap hari ambulance yang disiapkan untuk operasional
berjumlah 4 buah
b. Penentuan layak tidaknya ambulance untuk operasional
ditentukan oleh coordinator sopir ambulance dan penanggung
jawab medis ambulance dengan memperhatikan ceklist yang di
buat oleh perawat dan sopir.
3. Aturan di jalan
Ambulance memiliki hak-hak khusus saat menggunakan jalan,
jika digunakan untuk respon gawat darurat. Hak-hak khusus tidak
berlaku jika tidak dalam respon gawat darurat. Menurut UU No. 22
Tahun 2009 pasal 134, pengguna jalan yang memperoleh hak utama
untuk didahulukan sesuai dengan urutan berikut :
a. Kendaraan pemadam kebakaran yang sedang
melaksanakan tugas
b. Ambulance yang mengangkut orang sakit
c. Kendaraan untuk memberikan pertolongan pada kecelakaan
lalu lintas
d. Kendaraan pimpinan lembaga Negara Republik Indonesia
e. Kendaraan pimpinan dan pejabat Negara Asing serta
lembaga internasional yang menjadi tamu Negara.
f. Iring-iringan pengantar jenasah
g. Konvoi dan / kendaraan untuk kepentingan tertentu menurut
pertimbangan petugas kepolisian Negara Republik
Indonesia.
h. Respon gawat darurat ini harus di tunjukkan dengan
menghidupkan alat peringatan (warning device) berupa
sirene dan lampu rotator. Sebagaimana bunyi UU No.22
tahun 2009
i. Resiko kecelakaan tetap ada, sehingga pengemudi tetap
harusd memiliki kewaspadaan tinggi, mempedulikan
keselamatan pengemudi lain dan tidak ceroboh.
j. Hak-hak khusus ini meliputi :
- Memarkir kendaraan dimanapun selama tidak
membahayakan orang lain dan tidak merusak hak milik
orang lain.
- Melewati lampu merah dan tanda berhenti lain
- Melewati batas kecepatan maksimum yang
diperbolehkan selama tidak membahayakan nyawa
orang lain
- Mendahului kendaraan lain di daerah larangan,
mendahului setelah member sinyal yang tepat,
memastikan jalur aman dan menghindari hal-hal yang
dapat membahayakan nyawa dan harta benda
- Mengabaikan arah jalur dan aturan belokm setelah
member sinyal yang tepat.
4. Penggunaan Alat Peringatan (Warning Device)
Alat peringatan bukanlah segalanya, penelitian membuktikan
bahwa pengemudi lain tidak melihat rotator atau mendengar sirene
sampai jarak antara 15-30meter.
5. Sirine
a. Sirine adalah alat peringatan audio
b. Gunakan sirine dengan bijak dan hanya ketika perlu. Sirine
hanya digunakan saat respon gawat darurat. Suara sirine dapat
menambah rasa takut dan cemas pasien. Jika terlalu sering
digunakan, pengemudi lain cendrung tidak member jalan
karena dianggap sebagai penyalahgunaan.
c. Selalu waspada meski sudah membunyikan sirine. Adanya
bangunan, pepohonan, semak belukar dan radio tape dapat
menghalangi bunyi sirine
d. Selalu waspada terhadap maneuver aneh pengemudi lain yang
menjadi panic karena suara sirine.
e. Jangan membunyikan sirine secara tiba-tiba di dekat kendaraan
lain, gunakan klakson.
f. Jangan gunakan sirine untuk menakut-nakuti orang.
6. Lampu rotator
a. Berdasarkan UU No 22 tahun 2009 tentang lalulintas dan
angkatan jalan pasal 59 ayat 5
b. Lampu isyarat-isyarat yang digunakan oleh ambulance adalah
berwarna merah
c. Rotator, lampu peringatan dan semua lampu lain harus
dinyalakan pada respon gawat darurat.
7. Kecepatan dan keselamatan
a. Kecepatan yang berlebihan dapat meningkatkan kemungkinan
terjadinya tabrakan
b. Kecepatan yang tinggi membutuhkan jarak yang lebih panjang
untuk berhenti
c. Pastikan pengemudi dan semua penumpang menggunakan
sabuk pengaman saat ambulance berjalan.
8. Kendaraan Pengiring dan Forwarder
a. Keadaan iring-iringan kendaraan meningkatkan risiko
kecelakaan karena jarak yang terlalu dekat, berhenti mendadak
dan respon pengemudi lain
b. System EMS tidak merekomendasikan iring-iringan ambulance
dengan kendaraan lain kecuali lokasi tujuan tidak diketahui.
9. Jalur Alternatif
a. Perkiraan waktu sampai tujuan / estimated time of arrival (ETA)
harus diketahui dengan baik, sehingga pertimbangan untuk
mencari jalur alternative dapat segera di buat.
b. Dapatkan peta detail wilayah pelayanan untuk segera mencari
jalur alternative
10. Posisi Parkir di Lokasi Kejadian / Bencana
a. Lakukan penilaian lokasi kejadian dengan cepat termasuk
menentukan area bahaya dan jalur evakuasi
b. Ambulance di parkir sekurangnya 30meter dari lokasi kejadian
Jika ada tanda bahaya seperti nyala api atau kebocoran cairan
dan asap. Jika tidak ada tanda bahaya ambulance di parkir
sekurangnya 15 meter .
c. Rem tangan harus ditarik dan sebaiknya di tambah penggajal
roda
d. Jika anda kendaraan penolong yang pertama datang parkir di
belakang lokasi kejadian (dari arah datang). Sehingga lampu
peringatan kita dapat memperingatkan kendaraan lain yang
mendekat sebelum tanda lain diletakkan
e. Jika lokasi kejadian telah di amankan, parkirlah di depan lokasi
kejadian untuk mencegah ambulance anda tertabrak arus
lalulintas dari belakang.
f. Ambulance sebaiknya tidak berjalan mundur, tetapi jika
terpaksa harus ada orang lain yang memandu, karena
pengemudi ambulance memiliki keterbatasan pandangan
kearah belakang.
11. Memindahkan pasien ke ambulance
a. Pasien harus sudah di periksa kondisinya, dilakukan prosedur
penanganan gawat darurat jika dibutuhkan, di stabilisasi dan
kemudian baru di pindahkan ke ambulance.
b. Pada kasus tertentu yang tidak mungkin intervensi di tempat,
seperti lokasi yang berbahaya, atau pasien memerlukan
prioritas tinggi, maka pemindahan dapat dilakukan terlebih
dahulu.
c. Jika curiga cedera spinal, stabilisasi harus segera dilakukan.
Cervical collar harus terpasang dan pasien harus di mobilisasi
dengan spinal board.
12. Stabilisasi
a. Stabilisasi adalah urutan tindakan untuk mempersiapkan pasien
sebelum di pindah.
b. Stabilisasi meliputi :
1) Kondisi ABCD
2) Perawatan luka dan cidera lain
3) Pemasangan balut dan bidai
4) Pemakaian selimut untuk menjaga suhu tubuh
5) Alat pengangkut harus terfiksir kepada pasien dengan baik,
tali pengikat minimal diletakkan di tiga tempat.
 Setinggi dada
 Setinggi pinggang atau panggul
 Setinggi tungkai
 Pada prinsipnya pemindahan harus dilakukan secepat
mungkin mengingat kondisi pasien
F. Langkah-langkah sebelum transportasi pasien
1. Penilaian awal
a. Pastikan keselamatan diri sendiri dan lingkungan, gunakan sarung
tangan, pakaian pelindung, kaca mata
b. Jumlah pasien
Minta bantuan jika diperlukan
c. Mekanisme cedera
Curigai cedera / penyakit yang spesifik
d. Dapatkan kesan umum tentang umur, jenis kelamin, berat badan,
posisi, cidera minor dan mayor yang kelihatan.
e. Dapatkan informasi mengenai data-data korban, riwayat penyakit
2. Tingkat kesadaran
a. A = Alert
b. V = Verbal
c. P = Pain
d. U = Unresponsive
3. Primeri Survey
a. Airway
 Pastikan dan amankan saluran nafas
 Jika tidak ada respons, bebaskan jalan nafas
 Imobilisasi tulang leher jika trauma
b. Breathing
 Periksa pernafasan : lihat, dengar, dan rasakan
 Jika bernafas perhatikan frekuensi dan dalamnya pernafasan
 Jika tidak bernafas segera lakukan pernafasan buatan
 Berikan oksigen
c. Circulation
 Periksa arteri karotis
 Periksa perdarahan
 Hentikan perdarahan
 Lakukan RJP
d. Disability
 GCS
 Pupil
e. Exsposure
 Periksa bagian belakang dengan tehnik log roll
 Cegah hipotermi
f. Five Intervention
 Perencanaan laboratorium
 Perencanaan rontgn
 Pasang catheter
 Pasang NGT
 Pasang heart monitor
g. Give comport
 Intervensi nyeri
 Intervensi mual, muntah
4. Secondary survey
a. History / anamnesa dengan SAMPLE
b. Head to toe / pemeriksaan fisik
c. Vital sign

G. TRANSPRORTASI
1. Penentuan Tujuan
a. Pasien kritis dapat dapat dipindahkan ke rumah sakit lain dengan
fasilitas gawat darurat terdekat
b. Termasuk dalam kategori diatas adalah :
 Henti nafas atau henti jantung
 Sumbatan jalan nafas yang tidak dapat diatasi
 Kejang berulang atau sedang terjadi
 Trauma mayor
 Amputasi
 Pasien luka bakar
 Persalinan iminen
 Sempat infark miokard pada pasien lebih dari 40 tahun
dengan nyeri dada hebat.
c. Pasien yang stabil dapat dipindahkan ke RS yang menjadi
pilihannya atau berdasarkan keputusan DPJP
d. Gunakan rute dan kecepatan yang sesuai menuju RS tujuan. Pilih
rute alternative yang sesuai jika rute normal tidak memungkinkan
pasang sabuk pengaman. Gunakan sirine dan lampu sesuai
kondisi.
e. Jika pasien memburuk selama perjalanan dan kemungkinan hidup
menuju RS yang dituju meragukan maka pasien dapat di transport
ke IGD rumah sakit yang mampu melakukan pertolongan sesuai
kondisi pasien.
2. Modus berangkat
a. Sebelum transportasi,pastikan hal-hal berikut
1) Kondisi vital meliputi jalan nafas, pernafasan dan sirkulasi,
pastikan ikatan pada alat pengangkut / stretcher tidak
menyebabkan pasien kesulitan bernafas jika pasien tidak
sadar,pastikan pasien mendapatkan pertukaran udara yang
cukup.
2) Keamanan posisi alat pengangkut di dalam ambulance
b. Persiapkan jika timbul perburukan kondisi pernafasan dan
sirkulasi dengan meletakkan spine board pendek atau papan RJP
di bawah matras
c. Longgarkan pakaian yang ketat
d. Periksa posisi balut dan bidai
e. Naikkan keluarga atau teman dekat yang harus menemani pasien.
Mereka harus di tempatkan di kabin pengemudi dan memakai
sabuk pengaman dengan baik agar tidak mempengarugi peruses
perawatan pasien.
f. Naikkan barang pribadi seperti dompet, koper,dan tas serta
pastikan barang-barang tersebut aman di ambulance jika
memungkinkan, beritahu petugas keamanan tentang hal ini.
3. Selama perjalanan
a. Lengkapi riwayat penyakit dan secondary survey
b. Lanjutkan perawatan kegawat daruratan yang dibutuhkan
c. Catat dan monitoring vital sign secara terus menerus
d. Lakukan monitoring dan observasi berkelanjutan yang berfokus
pada airway, breathing, circulation dan tingkat kesadaran.
e. Jika terjadi kondisi perburukan pada salah satu atau lebih
komponen ABCD lakukan ulang primary survey dan laukan
resusitasi
f. Yakinkan alat yang anda perlukan terjangkau dan siapkan alat
yang mungkin anda perlukan sesuai kondisi pasien
g. Pertahankan komonikasi dengan pasien untuk memeriksa respon
pasien
h. Jika pasien gelisah
1) Perbaiki ABCD
2) Lakukan restrain jika pasien membahayakan diri sendiri dan
orang lain.
i. Koordinasikan dengan pengemudi tentang kondisi pasien dan cara
mengemudinya. Pengemudi perlu menyesuaikan kecepatan dan
cara mengemudinya sesuai kebutuhan pasien.
j. Jika terjadi henti jantung RJP harus dilakukan dalam kondisi
ambulance berhenti, pastikan DPJP dan fasilitas rujukan
mengetahui kejadian ini.
4. Sampai di tempat rujukan
a. Jika kondisi tempat rujukan cukup ramai, janganterburu-buru
menurunkan pasien, lanjutkan penanganan pasien di atas
ambulance sampai ada petugas yang siap mengambil alih.
b. Damping petugas yang akan mengambil alih
 Lakukan operan / komonikasikan dengan petugas penerima
dengan tehnik SBAR
 Serahkan barang pribadi pasien
 Minta diri untuk meninggalkan tempat rujukan
c. Kembalikan peralatan ambulance ke tempat semula
d. Tukar barang-barang yang melekat pada pasien dengan milik
rumah sakit jika memungkinkan
 Prinsifnya adalah “satu untuk satu”
 Termasuk dalam hal ini: balut steril, verban, masker oksigen,
sarung tangan, alat bantu nafas.
 Jika ada program pertukaran yang baik dengan rumah sakit
bidai, spinal dapat langsung di tukar dengan logistic rumah
sakit, bidai, spinal board,
 Keuntungannya adalah
 Tidak ada resiko perburukan cidera pasien akibat
proses tukar-menukar
 Kru ambulan tidak perlu berlama-lama di rumah sakit
 Segera periksa kelengkapan dan fungsi barang yang ditukar,
dan laporkan jika kerusakan.
e. Segera setelah tidak menangani pasien, buat laporan tertulis
sebainya mencari tempat tenang untuk melakukan ini
5. Kembali dari tempat rujukan
a. Dalam perjalanan kembali selalu isi ulang bahan bakar hingga
penuh
b. Bersihkan dengan cepat kopartemen pasien menggunakan sarung
tangan
 Bersihkan darah, muntahan dan cairan tubuh lain yang
mengering di permukaan mobil termasuk stretcher
 Buang sampah medis termasuk verban dan pembalut yang
sudah terbuka dan belum di gunakan
 Bersihkan sampah kotoran non medis
 Gunakan pengharum ruangan untuk menetralkan bau yang
ada
c. Bersihkan dan desinfeksi peralatan medis
 Bersihkan dan lakukan prosedur disinfeksi pada barang non
disposable
 Ganti barang-barang sekali pakai (disposable) dengan
cadangan
d. Mengecek fungsi stretcher ambulance
6. Penolakan perawatan
a. Pasien / keluarga harus sudah dijelaskan tentang kondisi penyakit,
tindakan / transper yang harus dilakukan dan resikonya serta
resiko jika tindakan / transper tidak dilakukan
b. Inform consen harus di dokumentasikan dengan benar
c. Jika orang tua atau wali menolak sedangkan kondisi cidera /
penyakit bersifat mengancam jiwa, maka perawatan dan
transportasi dapat dilakukan tanpa persetujuan mereka. Tujuan
transportasi harus di sampaikan, situasi ini harus dicatat dengan
baik
d. Jika orang tua wali menolak tindakan dan kondisinya tidak
mengancam jiwa maka harus dijelaskan dan di yakinkan tentang
kemungkinan yang akan terjadi, jika tetap menolak bantuan
perawat dan transportasi harus di hentikan dan kejadian ini harus
di dokumentasikan.
7. Pasien dengan gangguan emosional
a. DPJP bertanggung jawab untuk menentukan keamanan petugas
ambulance dan transper pasien.
b. Petugas ambulance dapat memutuskan untuk menunda tindakan
sampai ada jamianan keamanan
c. jika pasien gangguan jiwa itu cukup sadar dan memutuskan untuk
meminta pertolongan serta DPJP melihat bahwa tindakan cukup
aman dilakukan, transportasi dapat dilakukan tanpa jaminan
keamanan
8. Kematian yang belum di pastikan
a. Jika timbul kondisi kematian yang belum di tetapkan, tindakan
resusitasi harus tetap dilakukan
b. Jika kematian sudah ditetapkan, kejadian harus dicatat dengan
baik, ter masuk waktu, tempat dan nama petugas yang ada
c. DPJP dan rumah sakit rujukan harus diberitahu secepatnya
9. Bencana masal
a. Jarak aman ambulance dari tempat kejadian adalah 30-
50meter b. Berlawanan dengan arah angin
c. Command dan control bersama- sama dengan security dan
rescue
d. APO Ambulance Parking Officer bertugas mengatur lokasi
ambulance dan kendaraan lain yang datang ke lokasi
e. ALO-Ambulance Loading Officer bertugas menentukan korban
yang akan di evakuasi (dirujuk)
f. Ado – Ambulance Dispatch Officer bertugas mencatat identitas,
data korban dan rumah sakit rujukan sesuai dengan warna kartu
triage.
Ambulance Gawat Darurat RSUD KH. Muhammad Thohir Krui
Kabupaten Pesisir Barat. akan merespon setiap kejadian bencana
ataupun korban masal apabila kondisi bencana / korban masal
tersebut memiliki kriteria sebagai berikut :
1. Terjadinya structure collaps / Kerusakan infrastruktur
2. Terjadinya fungsional collaps / tidak ada personil / petugas di
rumah sakit atau di tempat korban bencana / korban masal.
3. Terjadinya penurunan kualitas pelayanan medis di tempat
bencana / korban masal.
BAB IV

DOKUMENTASI

1. Buku Operasional Kendaraan

2. Buku Pemeliharaan kendaraan

3. Buku pemakaian dan operan dan alat medis

4. Formulir monitoring pasien dalam ambulance

5. Standar Prosedur Operasional Merujuk Pasien Dengan Ambulance

6. Standar Prosedur Operasional Ambulance Jenazah

Anda mungkin juga menyukai