Anda di halaman 1dari 18

TINJAUAN PUSTAKA

Peran Polisakarida Terhadap Pengendalian Gula Darah


Pada Pasien Dengan Diabetes Mellitus

Pembimbing:

Dr. dr. Meilani Kumala, MS, SpGK(K)


dr. Idawati Karjadidjaja, MS, SpGK
dr. Alexander Santoso, M.Gizi
dr. Frisca, M.Gizi

KEPANITERAAN KLINIK ILMU GIZI


PERIODE 19 MARET 2018 – 29 MARET 2018
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TARUMANAGARA
2018
BAB I
PENDAHULUAN

Diabetes melitus (DM) merupakan keadaan yang sering dihubungkan dengan


meningkatnya risiko kesakitan dan kematian. DM telah menyebabkan sekitar 60% kematian
dan 43% kesakitan di seluruh dunia. Pada tahun 2030 diperkirakan prevalensi DM di seluruh
dunia akan meningkat dua kali lipat karena insidens dan prevalensinya semakin meningkat.
Prevalensi DM tertinggi didapatkan pada penduduk berusia ≥60 tahun dengan insidens
tertinggi juga didapatkan pada kelompok usia tersebut. Menurut survei yang dilakukan World
Health Organization (WHO), Indonesia menempati urutan ke-4 dengan jumlah penderita DM
terbesar di dunia setelah India, Cina dan Amerika Serikat. Pada tahun 2000 terdapat 8,4 juta
penderita DM dan diperkirakan meningkat menjadi 21,3 juta penderita pada tahun 2030.
Sedangkan International Diabetes Federation (IDF) memprediksi adanya kenaikan jumlah
penyandang DM di Indonesia dari 9,1 juta pada tahun 2014 menjadi 14,1 juta pada tahun
2035.1
Kualitas sumber daya manusia sangat dipengaruhi apabila terdapat penyakit DM dan
hal ini akan berdampak pada peningkatan biaya kesehatan yang cukup besar. Oleh karena itu,
semua pihak seharusnya ikut serta secara aktif dalam usaha penanggulangan DM, khususnya
dalam upaya pencegahan karena DM adalah penyakit menahun yang akan disandang seumur
hidup oleh penderitanya. Pengelolaan DM perlu peran serta dokter, perawat, ahli gizi, dan
tenaga kesehatan lain. Peranan yang penting juga dipegang oleh pasien dan keluarga,
sehingga perlu mendapatkan edukasi agar mereka memahami perjalanan penyakit,
pencegahan, penyulit, dan penatalaksanaan DM.2 Perubahan gaya hidup dan kesadaran pola
hidup sehat sangat diperlukan untuk pencegahan dan pengendalian penyakit DM.
Pola diet yang sehat merupakan salah satu elemen inti dalam tatalaksana DM, diiringi
dengan olahraga rutin dan terapi farmakologi. Diet memainkan peranan penting dalam
pencegahan dan penanganan DM, seperti menurunkan resiko DM pada individu dengan
obesitas dan menghindari komplikasi yang berkaitan dengan DM. Kadar gula darah dapat
dikontrol dengan mempertimbangkan jumlah dan jenis karbohidrat. Karbohidrat terdiri dari
gula (glukosa, fruktosa), starch (amilosa, amilopektin), dan serat (larut, tidak larut).
Distribusi karbohidrat yang merata dalam sehari direkomendasikan dalam diet DM.
Dikarenakan sangat berpengaruhnya pola diet terhadap penderita DM, kami tertarik untuk
membahas peranan polisakarida terhadap pengendalian gula darah pada pasien dengan DM.

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Diabetes Mellitus (DM)

DEFINISI
DM merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang
terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya.2

PATOGENESIS
Resistensi insulin pada otot dan liver serta kegagalan sel beta pankreas telah dikenal sebagai
patofisiologi kerusakan sentral dari DM tipe-2. Belakangan diketahui bahwa kegagalan sel
beta terjadi lebih dini dan lebih berat daripada yang diperkirakan sebelumnya. Selain otot,
liver dan sel beta, organ lain seperti jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal
(defisiensi incretin), sel alfa pankreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi
glukosa), dan otak (resistensi insulin), ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan
toleransi glukosa pada DM tipe-2. Delapan organ penting dalam gangguan toleransi glukosa
ini (ominous octet) penting dipahami karena dasar patofisiologi ini memberikan konsep
tentang:2
o Pengobatan harus ditujukan guna memperbaiki gangguan patogenesis, bukan hanya
untuk menurunkan HbA1c saja
o Pengobatan kombinasi yang diperlukan harus didasari atas kinerja obat pada
gangguan multipel dari patofisiologi DM tipe 2.
o Pengobatan harus dimulai sedini mungkin untuk mencegah atau memperlambat
progresivitas kegagalan sel beta yang sudah terjadi pada penyandang gangguan
toleransi glukosa

2
KLASIFIKASI

DIAGNOSIS
Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah . Pemeriksaan glukosa
darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara enzimatik dengan bahan plasma
darah. Berbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. Kecurigaan adanya DM
perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti:2
 Keluhan klasik DM: poliuria, polidipsia, polifagia dan penurunan berat badan yang
tidak dapat dijelaskan sebabnya.
 Keluhan lain: lemah badan, kesemutan, gatal, mata kabur, dan disfungsi ereksi pada
pria, serta pruritus vulva pada wanita.

Kriteria Diagnosis DM2


o Pemeriksaan glukosa plasma puasa ≥126 mg/dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan
kalori minimal 8 jam.
o Pemeriksaan glukosa plasma ≥200 mg/dl 2-jam setelah Tes Toleransi Glukosa Oral
(TTGO) dengan beban glukosa 75 gram.
o Pemeriksaan glukosa plasma sewaktu ≥200 mg/dl dengan keluhan klasik.
o Pemeriksaan HbA1c ≥6,5% dengan menggunakan metode yang terstandarisasi oleh
National Glycohaemoglobin Standarization Program (NGSP).

3
Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM digolongkan ke
dalam kelompok prediabetes yang meliputi Toleransi Glukosa Terganggu (TGT) dan Glukosa
Darah Puasa Terganggu (GDPT):2
 Glukosa Darah Puasa Terganggu (GDPT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa
antara 100-125 mg/dl dan pemeriksaan TTGO glukosa plasma 2-jam <140 mg/dl;
 Toleransi Glukosa Terganggu (TGT): Hasil pemeriksaan glukosa plasma 2 -jam
setelah TTGO antara 140-199 mg/dl dan glukosa plasma puasa <100 mg/dl
 Bersama-sama didapatkan GDPT dan TGT
 Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan HbA1c
yang menunjukkan angka 5,7-6,4%.

Kadar tes lab untuk diagnosis diabetes dan prediabetes2


Glukosa darah puasa Glukosa plasma 2 jam setelah
HbA1c %
( mg/dl ) TTGO (mg/dL)
Diabetes ≥6,5 ≥126 mg/dL ≥ 200 mg/dL
Prediabetes 5,7-6,4 100 – 125 140-199
Normal < 5,7 < 100 < 140

TATALAKSANA
Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang
diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi: 2
1. Tujuan jangka pendek: menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup, dan
mengurangi risiko komplikasi akut.
2. Tujuan jangka panjang: mencegah dan menghambat progresivitas penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati.
3. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM.
Untuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah,
berat badan, dan profil lipid, melalui pengelolaan pasien secara komprehensif.
Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan
aktivitas fisik) bersamaan dengan intervensi farmakologis dengan obat anti hiperglikemia
secara oral dan/atau suntikan. Obat anti hiperglikemia oral dapat diberikan sebagai terapi
tunggal atau kombinasi. Pada keadaan emergensi dengan dekompensasi metabolik berat,

4
misalnya: ketoasidosis, stres berat, berat badan yang menurun dengan cepat, atau adanya
ketonuria, harus segera dirujuk ke Pelayanan Kesehatan Sekunder atau Tersier.2
Pengetahuan tentang pemantauan mandiri, tanda dan gejala hipoglikemia dan cara
mengatasinya harus diberikan kepada pasien. Pengetahuan tentang pemantauan mandiri
tersebut dapat dilakukan setelah mendapat pelatihan khusus.2

TERAPI NUTRISI MEDIS


Terapi nutrisi medis merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DM Tipe-2 secara
komprehensif, guna mencapai sasaran terapi nutrisi medis yang sesuai dengan kebutuhan tiap
penyandang DM.2
Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari :
 Karbohidrat
- Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45-65% total asupan energi. Terutama
karbohidrat yang berserat tinggi.
- Pembatasan karbohidrat total <130 g/hari tidak dianjurkan.
- Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapat makan
sama dengan makanan keluarga yang lain.
- Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.
- Pemanis alternatif dapat digunakan sebagai pengganti glukosa, asal tidak melebihi
batas aman konsumsi harian (Accepted Daily Intake/ADI).
- Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan selingan
seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari.
 Lemak
- Asupan lemak dianjurkan sekitar 20- 25% kebutuhan kalori, dan tidak diperkenankan
melebihi 30% total asupan energi.
- Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak jenuh
dan lemak trans antara lain: daging berlemak dan susu fullcream.
- Konsumsi kolesterol dianjurkan < 200 mg/hari.
- Komposisi yang dianjurkan:
o Lemak jenuh < 7 % kebutuhan kalori.
o Lemak tidak jenuh ganda < 10 %.
o Selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal.

5
 Protein
- Kebutuhan protein sebesar 10 – 20% total asupan energi.
- Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa
kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.
- Pada pasien dengan nefropati diabetic perlu penurunan asupan protein menjadi 0,8
g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi, dengan 65% diantaranya bernilai
biologik tinggi.Kecuali pada penderita DM yang sudah menjalani hemodialisis asupan
protein menjadi 1-1,2 g/kg BB perhari.
 Natrium
- Anjuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang sehat yaitu <2300
mg perhari
- Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan pengurangan
natrium secara individual
- Sumber natrium antara lain adalah garam dapur, vetsin, soda, dan bahan pengawet
seperti natrium benzoat dan natrium nitrit.
 Serat
- Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari kacangkacangan, buah dan
sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat.
- Anjuran konsumsi serat adalah 20-35 gram/hari yang berasal dari berbagai sumber
bahan makanan.
 Pemanis alternatif
- Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (Accepted
Daily Intake/ADI).
- Pemanis alternatif dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak
berkalori.
- Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari
kebutuhan kalori, seperti glukosa alkohol dan fruktosa.
- Glukosa alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol, sorbitol dan xylitol.
- Fruktosa tidak dianjurkan digunaka pada penyandang DM karena dapat meningkatkan
kadar LDL, namun tidak ada alasan menghindari makanan seperti buah dan sayuran
yang mengandung fruktosa alami.
- Pemanis tak berkalori termasuk: aspartam, sakarin, acesulfame, potassium, sukralose,
neotame.

6
2.2 Polisakarida

Karbohidrat adalah turunan aldehida atau keton dari alkohol polihidrat dimana terbentuk dari
tanaman dan merupakan sumber energi sebanyak 50% dari total kalori dalam diet.
Karbohidrat digolongkan sebagai berikut:3,4
1. Monosakarida merupakan karbohidrat yang tidak dapat dihidrolisis menjadi
karbohidrat yang lebih sederhana. Monosakarida ini dapat diklasifikasikan sebagai
triosa (gliserosa, dihidroksiaseton), tetrosa (eritrosa, eritrulosa), pentosa (ribosa,
ribulosa), heksosa (glukosa, fruktosa). Monosakarida dalam jumlah sedikit yang
terdapat di dalam diet manusia antara lain glukosa, galaktosa, fruktosa. Glukosa
merupakan komponen distribusi yang paling banyak dan juga merupakan komponen
dasar dari disakarida dan polisakarida. Dekstrosa adalah glukosa yang diproduksi
setelah cornstarch (tepung maizena) yang terhidrolisis. Fruktosa juga dikenal sebagai
fruit sugar merupakan monosakarida termanis dan terdapat di dalam buah-buahan
sebanyak 1-7%, sayur-sayuran sebanyak 3% serta madu sebanyak 40%. Galaktosa
terbuat dari laktosa (milk sugar) yang terhidrolisis oleh proses pencernaan.3,4
2. Disakarida merupakan produk kondensasi dua unit monosakarida, contohnya maltosa,
laktosa, laktulosa, trehalosa dan sukrosa dan terdapat 3 komponen terbesar dalam
nutrisi manusia antara lain sukrosa, laktosa, dan maltosa. Sukrosa terbentuk dari
glukosa dan fruktosa. Sumber makanan yang mengandung sukrosa antara lain gula
pasir, gula tebu, gula bit, gula anggur, invert sugar, madu dan zat aditif makanan.
Laktosa (milk sugar) terbentuk dari glukosa dan galaktosa, hanya terdapat dari hewan
mamalia yang menyusui. Kandungan laktosa dalam air susu ibu dan susu sapi
sebanyak 7,5% dan 4,5%. Maltosa terdiri dari 2 molekul glukosa dan jarang terdapat
dalam makanan. Maltosa umumnya merupakan hasil pencernaan polimer starch atau
zat aditif dalam makanan. Karbohidrat yang terdapat molekul tidak dapat dicerna
disebut dengan dietary fiber.3,4
3. Oligosakarida merupakan produk kondensasi tiga sampai sepuluh monosakarida dan
larut dalam air. Sebagian besar oligosakarida tidak dicerna oleh enzim dalam tubuh
manusia.3,4
4. Polisakarida merupakan produk kondensasi lebih dari sepuluh unit monosakarida,
contohnya pati dan dekstrin yang mungkin merupakan polimer linier atau bercabang.
Selain pati dan dekstrin, makanan mengandung beragam polisakarida lain yang secara
kolektif dinamai polisakarida nonpati; zat ini tidak dicerna oleh enzim manusia, dan

7
merupakan komponen utama serat dalam makanan, contohnya selulosa dari dinding
sel tumbuhan (suatu polimer glukosa) dan inulin yaitu simpanan karbohidrat pada
beberapa tumbuhan (suatu polimer fruktosa).3,4

Polisakarida mencakup beberapa karbohidrat yang penting secara fisiologis:3,4


1. Pati (kanji, starch) adalah homopolimer glukosa yang membentuk rantai α-glukosida
yang disebut glukosan atau glukan. Dua konstituen utamanya adalah amilosa dan
amilopektin. Contohnya pada jagung, singkong, beras, kentang, tapioka, kacang-
kacangan, dan sayuran lain. Namun ketika starch mentah melalui proses masak akan
membuat granul mengalami hidrasi sehingga membengkak dan terjadi gelatinisasi,
dinding sel rusak sehingga starch mudah dicerna. Namun, sebagian starch akan tetap
intak atau rekristalisasi setelah pendinginan dan tahan terhadap kerusakan enzim.
Starch ini disebut dengan resistant starch yang terdiri dari sejumlah glukosa yang
dapat diabsorpsi. Indeks glikemik suatu makanan yang mengandung pati adalah
ukuran kemudahan makanan tersebut dicerna, berdasarkan jumlah peningkatan kadar
glukosa darah akibat makanan tersebut dibandingkan dengan glukosa atau makanan
pembanding dalam jumlah setara, misalnya roti tawar atau nasi. Starch juga
digunakan dalam produk makanan industri seperti saus, pie buahan beku, kaldu,
pudding instan, salad dressing, dan makanan bayi.
2. Glikogen adalah simpanan polisakarida pada hewan dan kadang-kadang disebut pati
hewani.
3. Inulin adalah suatu polisakarida fruktosa yang terdapat dalam ubi sebagai contohnya.
Senyawa ini mudah larut dalam air dan digunakan untuk menentukan laju filtrasi
glomerulus, tetapi tidak dihidrolisis oleh enzim usus.
4. Dekstrin adalah zat antara dalam hidrolisis pati .
5. Selulosa adalah konstituen utama dinding sel tumbuhan. Senyawa ini tidak larut.
Selulosa adalah sumber utama karbohidrat dalam diet dan komponen utama serat
dalam diet. Di kolon, metabolisme selulosa oleh bakteri juga terjadi.
6. Kitin adalah polisakarida struktural juga terdapat di jamur.
7. Glikosaminoglikan (mukopolisakarida) adalah karbohidrat kompleks yang
mengandung gula amino dan asam uronat. Dimana dapat melekat pada suatu molekul
protein membentuk proteoglikan (bahan dasar atau bahan pembungkus jaringan ikat).
Senyawa ini menahan banyak air. Contohnya adalah asam hialuronat, kondroitin
sulfat dan heparin.

8
2.3 Peranan Polisakarida terhadap Pengendalian Gula Darah

Mekanisme polisakarida dalam menurunkan kadar gula darah terdiri dari beberapa metode,
antara lain:
1. Memperlambat Pengosongan Lambung dan Menghambat Penyerapan Glukosa
Polisakarida mengurangi kadar glukosa sesudah makan dan memperbaiki profil insulin.
Polisakarida bersifat hipoglikemik melalui beberapa mekanisme. Peningkatan viskositas
dalam saluran pencernaan dianggap sebagai faktor utama yang mempengaruhi kecepatan
penyerapan glukosa. Dalam hal ini, polisakarida dapat memperlambat proses
pengosongan lambung pada pasien penderita diabetes yang tidak tergantung insulin.5
2. Polisakarida Mereduksi Stress Retikulum Endoplasma pada Hati dan Memulihkan
Homeostasis Glukosa
Stres pada retikulum endoplasma merupakan kunci dari hubungan antara kegemukan,
resistensi insulin, dan diabetes tipe 2. Ini memberi bukti baru bahwa Astragalus
Polysaccharides (APS) membuat aktivitas hipoglikemiknya melalui penurunan resistensi
respon insulin hati dan juga mengurangi stress pada retikulum endoplasma. Sebagai
tambahan, perlakuan pada tikus yang kegemukan dan diabetes dengan APS menghasilkan
pengurangan yang signifikan dari hiperglikemia, pemulihan sensivitas insulin,
penyelesaian penyakit lemak hati, peningkatan kerja insulin dalam jaringan hati. Diantara
tiga jaringan yang bertanggungjawab terhadap insulin (lemak, otot, dan hati), hati
memegang peran utama dalam pengendalian homeostasis glukosa. Sinyal insulin dalam
hati penting dalam menjaga fungsi hati secara normal. Banyak studi telah membuktikan
bahwa pengaturan yang salah dari produksi glukosa hati merupakan karakteristik dari
sindrom metabolik, yang juga dikenal dengan “sindrom resistensi insulin”, meliputi
kegemukan, resistensi insulin, diabetes tipe 2 dan gangguan metabolik lainnya.5

2.4 Pengaruh Resistant Starch (RS) Terhadap Gula Darah

Resistant Starch (RS) adalah zat tepung dan produk degradasinya yang tidak terabsorpsi di
saluran pencernaan pada orang normal. Menurut penelitian Chia Hung Lin dkk yang
membandingkan efek gula darah pada formula RS baru yaitu PBB-R-203 dengan makanan
komersial pada 40 orang sehat dan 44 orang dengan DM tipe 2, didapatkan diet dengan
formula PBB-R-203 ini lebih bagus untuk mengontrol gula darah dimana rerata gula darah

9
post prandialnya lebih rendah, karena dapat menurunkan kadar insulin dan meningkatkan
sensitivitas insulin, baik pada orang sehat maupun penderita DM dibandingkan dengan
mengonsumsi makanan komersial.6
Pada penelitian Stewart ML dkk, digambarkan bahwa makanan yang dipanggang dan
diperkaya dengan RS4 (acid hydrolized and heat treated maize starch) yang mengganti
karbohidrat pada tepung terigu, dapat menurunkan respon glukosa plasma postprandial
(venous dan insulin) yang secara bersamaan mengurangi insulin plasma dan meningkatkan
rasa kenyang dalam suatu pengaturan tertentu. Scone tinggi serat sangat dapat di toleransi dan
tidak berdampak buruk pada saluran pencernaan. RS tipe 4 memiliki potensial untuk mengisi
kekurangan serat pada pola makan rendah serat sekaligus meningkatkan kesehatan glikemik.7
Steffi Sonia dkk menemukan bahwa nilai glukosa darah postprandial lebih rendah setelah
konsumsi beras kemarin (didinginkan 24 jam pada 4°C dan kemudian dipanaskan)
dibandingkan dengan yang baru beras yang dimasak, meskipun perbedaannya tidak terlalu
banyak. Pendinginan nasi putih yang dimasak meningkatkan Resistant Stratch. Nasi putih
dimasak didinginkan pada 4°C selama 24 jam kemudian dipanaskan memiliki Resistant
Stratch lebih tinggi daripada nasi putih dimasak dan didinginkan pada suhu kamar selama 10
jam. Konsumsi nasi putih matangdidinginkan pada 4°C selama 24 jam kemudian dipanaskan
menghasilkan respon glikemik lebih rendah dibandingkan dengan konsumsi baru nasi putih
yang dimasak di bagian yang sama. Karena itu,mengubah nasi putih yang baru dimasak
menjadi nasi putih yang dimasak didinginkan pada 4°C selama 24 jam kemudian dipanaskan
dapat direkomendasikan untuk pasien diabetes dalam diet sehari-hari.8
Pada penelitian yang dilakukan oleh Sarah AD dkk mengenai resistant starch (RS) bagel
didapatkan RS bagel tidak mempengaruhi glukosa darah puasa secara signifikan namun
menurunkan insulin puasa secara signifikan pada 24 orang dewasa yang berisiko terkena
Diabetes Mellitus tipe 2. Selain itu juga menurunkan marker dari insulin puasa resisten
(HOMA-IR) dan fungsi sel β (HOMA-%B), hal ini menandakan adanya perbaikan dari
sensitivitas insulin sehingga hanya butuh insulin dalam jumlah sedikit untuk
mempertahankan homeostasis glukosa darah. RS bagel juga tidak menurunkan glukosa darah
pasca makan secara signifikan namun menurunkan insulin pasca makan secara signifikan.9

10
2.5 Pengaruh Gandum Terhadap Gula Darah

Menurut penelitian Lan Su Que dkk menggunakan roti gandum kukus dari gandum biji ungu
varietas baru Jizi439, campuran gandum biji putih varietas Shi485 dan Shixin733 serta
buckwheat pada 10 orang sehat dan 10 orang dengan DM, didapatkan roti gandum kukus
Jizi439 memiliki respon gula darah postprandial paling rendah, disusul oleh campuran
gandum biji putih dan buckwheat pada orang sehat. Sedangkan pada orang dengan DM
berturut-turut yang memiliki respon GDPP dari rendah ke tinggi adalah roti gandum kukus
Jizi439, buckwheat dan campuran gandum biji putih. Studi ini menunjukkan bahwa roti
gandum kukus Jizi439 memiliki indeks glikemik paling rendah dibanding kedua jenis yang
lain.10
Sedangkan pada penelitian Liu Y dkk, digunakan beras hitam dimana kadar antosianin,
polisakarida dan protein nya lebih tinggi dibandingkan gandum lain. Hasilnya didapatkan
perbedaan level Glycated Albumin (GA) dimana kadarnya lebih rendah setelah pemberian 5
minggu beras hitam terhadap kelompok kontrol, sedangkan gula darah, HbA1C, kadar insulin
dan HOMA-IR (homeostasis model assessment of insulin resistance) tidak berpengaruh pada
subjek dengan penderita DM. Glycated Albumin (GA) adalah indikator kadar gula darah
sehingga dapat digunakan sebagai marker untuk kontrol glikemik khususnya evaluasi kontrol
glikemik jangka pendek pada penderita DM.11
Konsumsi oats dengan diet yang sehat (diet rendah lemak dan tinggi serat) memiliki efek
pada metabolisme glucolipid pada pasien overweight dengan diabetes mellitus tipe 2. Pada
penelitian yang dilakukan oleh Xue Li dkk, dari hasil analisis data berat badan, BMI, lingkar
pinggang, ratio lemak tubuh, index lemak visceral, gula darah puasa, glukosa plasma 1 jam
post-prandial, HbA1c, kolesterol total, trigliserida, LDL, dan HDL didapatkan bahwa pada
kelompok yang diberikan 100g oat memberikan efek yang lebih baik untuk tubuh, disusul
kelompok yang diberikan oat 50 g, kelompok diet sehat, dan kelompok perawatan biasa. Hal
ini berhubungan dengan kandungan oats yang tinggi kandungan β glucan dan berperan dalam
meningkatkan viskositas intestinal (berdampak pada mikrobiota usus yang berperan dalam
meningkatkan produksi asam lemak rantai pendek dan melepaskan senyawa bioaktif),
menurunkan absorbsi karbohidrat dan lipid, dan mereduksi intake makanan dalam
mengontrol hiperglikemia, menurunkan lipid serta menurunkan berat badan.12

11
2.6 Pengaruh Starch Dengan Campuran Serat Terhadap Gula Darah

Banyak asosiasi diabetes menyarankan peningkatan asupan serat, baik untuk meningkatkan
kontrol glikemik atau untuk memberikan manfaat kesehatan umum. Peningkatan serat dari
berbagai sumber makanan telah terbukti meningkatkan kontrol glikemik pada diabetes tipe 2.
Studi awal menunjukkan bahwa serat sereal meningkatkan kontrol glikemik pada diabetes
dan toleransi glukosa pada subjek nondiabetes. Serabut sereal tidak mengurangi laju
pengosongan lambung dan penyerapan usus kecil atau meratakan respon glikemik
postprandial ke makan uji tinggi karbohidrat. Sebaliknya, serat yang kental seperti pectin, oat,
dan psyllium telah terbukti mengurangi laju pengosongan lambung, menurunkan serum
kolesterol, memperbaiki profil lipid darah dan penyerapan usus kecil, sehingga memberikan
mekanisme untuk manfaat potensial. Serat-serat ini telah terbukti mengurangi GDPP ketika
ditambahkan ke makanan uji. Mereka juga mengurangi kehilangan glukosa urin 24 jam
ketika ditambahkan ke diet subjek dengan dia betes tipe 2.13
Biskuit atau snack dengan campuran berbagai macam serat merupakan snack yang cocok
dan lezat bila ditambahkan ke snack berbahan dasar starch. Biskuit dan campuran makanan
berbahan dasar serat dengan kadar glikemik index yang rendah yang dicampur dengan
makanan berbahan dasar starch dapat menjadi snack pengganti untuk snack dengan kadar
glikemik index yang tinggi dan dapat ditambahkan pada menu diet.14

2.7 Pengaruh Nasi Terhadap Gula Darah

Pemberian nasi putih yang dicampur dengan biji-bijian yang memiliki indeks glikemik
rendah dapat menurunkan gula darah dan memberikan rasa kenyang pada penderita DM yang
terbiasa konsumsi nasi putih saja. Penelitian Zhuoshi Zhang dkk membuktikan bahwa kadar
gula postprandial berkurang secara signifikan pada nasi yang dicampur, jika dibandingkan
dengan nasi putih saja. Walaupun konsumsi kedua makanan nasi tetap menghasilkan
konsentrasi glukosa puncak melebihi nilai yang direkomendasikan American Diabetes
Association sebesar 10 mmol / L. Ukuran porsi ditentukan berdasarkan informasi yang
dikumpulkan dari orang-orang China menggambarkan porsi makan 'biasa' dimana ukuran
porsi itu cukup besar untuk menginduksi hiperglikemia yang melebihi Rekomendasi ADA.
Didapatkan penurunan gula darah post prandial setelah konsumsi nasi yang dicampur biji-
bijian ini, walaupun tidak terlalu signifikan namun dapat dianjurkan pada penderita DM yang

12
terbiasa makan nasi putih terlalu banyak dan kesulitan dalam mengganti pola dan bahan
makanan.15
Pada penelitian yang dilakukan oleh Takakori dkk mengenai efek Bran Rice terhadap
gula darah dan serum lipid pada pasien Diabetes Mellitus tipe 2 ditemukan penurunan
glukosa darah puasa, glukosa darah 2 jam pasca makan, dan trigliserid serta peningkatan
HDL yang signifikan dan perbedaan yang signifikan antara kelompok kontrol dan
intervensi.16
Pada penelitian dengan metode RCT pada kelompok diet vegan berbasis beras cokelat
dibandingkan dengan kelompok diet konvensional yang dilakukan di Korea, tampak
penurunan kadar HbA1c yang lebih besar dan kontrol gula darah yang lebih baik pada
kelompok diet vegan berbasis beras cokelat dibandingkan dengan kelompok diet
konvensional. Mekanisme lain dari penurunan gula darah juga dapat dipengaruhi oleh
kandungan serat pada karbohidrat yang dapat menurunkan indeks glikemik dengan cara
memperlambat penyerapan glukosa di saluran cerna.17
Pada penelitian lain di Jepang dengan kelompok konsumsi beras cokelat dibandingkan
dengan kelompok konsumsi beras putih selama 8 minggu, tampak ekskursi glukosa pada
kelompok konsumsi beras cokelat lebih rendah dibandingkan dengan kelompok konsumsi
beras putih, walaupun tidak ada perubahan signifikan kadar HbA1c pada kedua grup ini.
Selain itu, insulin post prandial pada kelompok konsumsi beras cokelat lebih rendah
dibandingkan kelompok konsumsi beras putih. Pemberian beras cokelat juga efektif terhadap
perbaikan fungsi endotel karena mengandung vitamin B1 dan magnesium tinggi.18
Dalam 5 hari, rata-rata respon glikemik pada kelompok dengan beras cokelat lebih
rendah dibandingkan dengan kelompok beras putih. Penambahan legumes pada beras cokelat
dapat menurunkan respon glikemik lebih rendah dibandingkan hanya beras cokelat saja.
Namun perbedaan antara beras cokelat dan beras cokelat dengan legumes tidak bermakna
secara statistik. Kadar insulin puasa pada kelompok beras cokelat dan beras cokelat dengan
legumes lebih rendah dibandingkan dengan kelompok beras putih, dimana beras cokelat
dapat menurunkan kadar insulin puasa sebesar 57% dan kelompok beras cokelat dengan
legumes hanya menurunkan kadar insulin puasa sebesar 54 %.19

13
2.8 Pengaruh Tepung Terhadap Gula Darah

Markisa memiliki sifat penenang terutama ketika buah tersebut diinfus atau di tingtur
bersamaan dengan daunnya. Kulit buah markisa kaya akan serat larut terutama pectin yang
bermanfaat bagi manusia untuk mengurangi kadar glukosa darah dan lipid dengan
membentuk gel yang mencegah penyerapan kolestrol dan glukosa dari makanan yang
dikonsumsi. Pada penelitian yang dilakukan oleh Marcio Araujo dkk, penggunaan tepung
yang terbuat dari kulit buah markisa kuning sebanyak 12 g/hari sebelum makan (pagi, siang,
dan malam) selama 8 minggu ternyata tidak dapat mengatur kadar glukosa darah pada orang-
orang yang menderita penyakit DM tipe 2.20

2.9 Pengaruh Psylium Terhadap Gula Darah

Psylium merupakan suatu serat larut kental yang mirip dengan beta glukan yang dapat
berfungsi untuk menurunkan gula darah post prandial dan jika penggunaan nya sebelum
makan dapat menurunkan Gula Darah Puasa (GDP) dan HbA1c pada orang-orang dengan
penyakit sindrom metabolik dan diabetes mellitus tipe 2. Hal ini sejalan dengan penelitian
yang dilakukan oleh Mark Feinglos dkk dengan membandingkan penggunaan psylium 3,4 g,
psylium 6,8 g, dengan plasebo, dimana orang yang diberikan psylium (baik 3,4 g maupun 6,8
g) sebelum makan pagi dan malam dapat menurunkan Gula Darah Puasa (GDP) pada minggu
ke 4, 8, 12 dibandingkan dengan plasebo serta menurunkan HbA1c pada minggu ke 12.
Kemudian psylium 6,8 g dapat menurunkan HbA1c pada minggu ke 8 jika dibandingkan
dengan plasebo.21

2.10 Pengaruh Fruktosa terhadap Gula Darah

Diet tinggi fruktosa dapat menyebabkan hipertrigliserida dan resistensi insulin hepatik pada
manusia. Pada penelitian yang dilakukan oleh Camille Despland dkk, dilakukan penggantian
25% dari total energi dengan jumlah kalori yang sama dari zat starch dengan fruktosa bebas
dan glukosa serta madu selama 8 hari dan dapat menurunkan sedikit glukosa plasma dan
konsentrasi insulin, sedangkan pada tes toleransi glukosa oral menunjukkan bahwa glukosa
darah postprandial dan konsentrasi insulin tidak memiliki efek yang signifikan, dan efek
metabolik tidak berbeda secara signifikan pada pemberian campuran fruktosa dan glukosa,
madu maupun kontrol diet.22

14
BAB II
KESIMPULAN

 DM telah menyebabkan sekitar 60% kematian dan 43% kesakitan di seluruh dunia.
 Pola diet yang sehat merupakan salah satu elemen inti dalam tatalaksana DM diiringi
dengan olahraga rutin dan terapi farmakologi.
 Kadar gula darah dapat dikontrol dengan mempertimbangkan jumlah dan jenis
karbohidrat, yang terdiri dari gula, pati, dan serat.
 Karbohidrat terdiri dari polisakarida, terutama pati yang memiliki peranan terhadap
pengendalian kadar gula darah, yaitu memperlambat pengosongan lambung dan
menghambat penyerapan glukosa, dan mereduksi stress retikulum endoplasma pada hati
dan memulihkan homeostasis glukosa.
 Resistant Starch (RS) terbukti menurunkan kadar gula darah post prandial dan
meningkatkan sensitivitas insulin baik pada orang sehat maupun pada penderita DM.
 Oats memiliki kandungan beta glukan yang dapat menurunkan absorpsi karbohidrat dan
lipid dan mereduksi asupan makanan dalam mengontrol hiperglikemia, menurunkan lipid,
serta menurunkan berat badan.
 Peningkatan asupan serat dari berbagai sumber makanan, terbukti meningkatkan kontrol
glikemik pada DM tipe 2.
 Pemberian nasi putih yang dicampur dengan biji-bijian yang memiliki indeks glikemik
rendah dapat menurunkan gula darah dan memberikan rasa kenyang pada penderita DM
yang terbiasa konsumsi nasi putih saja.
 Beras cokelat terbukti dapat menurunkan HbA1c yang lebih besar dan kontrol gula darah
yang lebih baik dibandingkan dengan konsumsi beras putih. Beras cokelat yang
ditambahkan legumes, dapat menurunkan respon glikemik lebih besar dibandingkan
hanya beras cokelat saja.
 Tepung yang terbuat dari kulit markisa kuning terbukti tidak memiliki efek yang
bermakna terhadap penurunan kontrol glukosa darah.
 Psyllium terbukti dapat menurunkan gula darah puasa dan HbA1c pada orang-orang
dengan penyakit sindroma metabolik dan DM tipe-2
 Diet dengan fruktosa dapat sedikit menurunkan kadar glukosa plasma, gula darah post
prandial, dan konsentrasi insulin, namun tidak terlalu signifikan.

15
DAFTAR PUSTAKA

1. Khairani R. Prevalensi diabetes melitus dan hubungannya dengan kualitas hidup lanjut
usia di masyarakat. Universa Medicina 2007; 26: 19-20.
2. Rudijanto A, Yuwono A, Shahab A, Manaf A, Pramono B, Lindarta D, dkk. Konsensus
pengeolaan dan pencegahan diabetes mellitus tipe 2 di Indonesia. Pengurus Besar
Perkumpulan Endokrinologi Indonesia; 2015.
3. Murray RK, Granner DK, Rodwell VW. Biokimia harper. Edisi ke-27. Jakarta: ECG;
2009. p.119, 124-7.
4. Mahan LK, Escott-Stump S. Krause’s food and nutrition therapy. 12th ed. Canada:
Elsevier; 2008. p.42-6.
5. Maulida D, Estiasih T. Efek hipoglikemik polisakarida larut air umbi gadung (dioscorea
hispida) dan alginat : Kajian pustaka. Jurnal Pangan dan Agroindustri. 2014 Jul; 2(3):
136-40. Available from : http://jpa.ub.ac.id/index.php/jpa/article/viewFile/61/70
6. Lin CH, Chang DM, Wu DJ, Peng HY, Chuang LM. Assessment of blood glucose
regulation and safety of resistant starch formula-based diet in healthy normal and subjects
with type 2 diabetes. Wolters Kluwer Health. 2015; 94(33): p.1-6.
7. Stewart ML, Wilcox ML, Bell M, Buggia MA, Maki KC. Type-4 resistant starch in
substitution for available carbohydrate reduces postprandial glycemic response and
hunger in acute, randomized, double-blind, controlled study. MDPI 2018; p.1-12.
8. Sonia S, Witjaksono F, Ridwan R. Effect of cooling of cooked white rice on resistant
starch content and glycemic response. Asia Pac J Clin Nutr. 2015; 24(4): p.620-5.
9. Dainty SA, Klingel SL, Pilkey SE, McDonald E, McKeown B, Emes MJ et al. Resistant
starch bagels reduce fasting and postprandial insulin in adults at risk of type 2 diabetes.
American Society of Nutrition. 2016: p.2252-9.
10. Que LS, Ning MY, Pu LX, Lun ZY, Yao SG, Juan MH. Effect of consumption of
micronutrient enriched wheat steamed bread on postprandial plasma glucose in healthy
and type 2 diabetic subjects. Nutrition Journal. 2013; 12:64 p.1-7.
11. Liu Y, Qiu J, Yue Y, Li K, Ren G. Dietary black-grained wheat intake improves glycemic
control and inflammatory profile in patients with type 2 diabetes: a randomized control
trial. Dove Medical Press. 2018: 14: p.247-56.
12. Li X, Cai X, Ma X, Jing L, Gu J, Bao L, et al. Short and long-term effects of wholegrain
oat intake on weight management and glucolipid metabolism in overweight type-2
diabetics: a randomized control trial. MDPI 2016; p.1-14.
13. Jenkins DJA, Kendall CWC, Augustin LSA, Martini MC, Axelsen M, Faulkner Dorothea
et al. Effect of wheat bran on glycemic control and risk factors for cardiovaskular disease
in type 2 diabetes. Diabetes Care. 2002: 25(9): p.1522-8.
14. Jenkins AL, Jenkins DJA, Wolever TMS, Rogovik AL, Jovanovski E, Bozikov V et al.
Comparable postprandial glucose reductions with viscous fiber blend enriched biscuits in

16
healthy subjects and patients with diabetes mellitus: acute randomized controlled clinical
trial. Croat Med J. 2008: p.772-82.
15. Zhang Z, Kane J, Liu AY, Venn BJ. Benefits of a rice mix on glycaemic control in Asian
people with type 2 diabetes: a randomized trial. Nutrition and Dietics. 2014: p.1-7.
16. Takakori Z, Zare M, Iranparvare M, Mehrabi Y. Effect of rice bran on blood glucose and
serum lipid parameters in diabetes 2 patients. The Internet Journal of Nutrition and
Wellness. 2004; 2(1): p.1-5.
17. Lee YM, Kim SA, Lee IK, Kim JG, Park KG, Jeong JY, et al. Effect of a brown rice
based vegan diet and conventional diabetic diet on glycemic control of patients with type
2 diabetes: A 12-week randomized clinical trial. PLoS ONE. 2016 Jun;11(6): Available
from: http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0155918
DOI:10.1371/journal.pone.0155918
18. Kondo K, Morino K, Nishio Y, Ishikado A, Arima H, Nakao K, et al. (2017) Fiber-rich
diet with brown rice improves endothelial function in type 2 diabetes mellitus: A
randomized controlled trial. PLoS ONE. 2017 Jun;12(6):5-13. Available from:
http://journals.plos.org/plosone/article?id=10.1371/journal.pone.0179869
DOI:10.1371/journal.pone.0179869
19. Mohan V, Spiegelman D, Sudha V, Gayathri R, Hong B, Praseena K, et al. Effect of
brown rice, white rice, and brown rice with legumes on blood glucose and insulin
responses in overweight asian indians: A randomized controlled trial. Diabetes Technol
Ther. 2014 May; 16(5):317-325. Available from:
https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3996977/ DOI:10.1089/dia.2013.0259.
20. Araujo MFM, Veras VS, Freitas RWJF, Paula ML, Araujo TM, Uchoa LRA. The effect
of flour from the rind of the yellow passion fruit on glycemic control of people with
diabetes mellitus type 2: a randomized clinical trial. Journal of Diabetes and Metabolic
Disorders. 2017; 16(18): p.1-7.
21. Feinglos MN, Gibb RD, Ramsey DL, Surwit RS, McRorie JW. Psyllium improves
glycemic control in patients with type-2 diabetes mellitus. Bioactive Carbohydrates and
Dietary Fibre. 2013: p.156-61.
22. Despland C, Walther B, Kast C, Campos V, Rey V, Stefanoni N et al. A randomized-
controlled clinical trial of high fructose diets from either Robinia honey or free fructose
and glucose in healthy normal weight males. Clinical Nutrition ESPEN. 2017; 19: p16-22

17

Anda mungkin juga menyukai