Anda di halaman 1dari 3

JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No.

1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 1

Studi Pemanfaatan Batubara Kualitas Rendah


Sebagai Bahan Bakar Rotary Cement Kiln
Berbasis CFD
Rinukti Wilujeng Puspitorini, Ira Setyo Damayanti, Tantular Nurtono, Sugeng Winardi
Jurusan Teknik Kimia, Fakultas Teknologi Industri, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS)
Jl. Arief Rahman Hakim, Surabaya 60111 Indonesia
e-mail: swinardi@chem-eng.its.ac.id

Abstrak—Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji menggunakan permodelan PDF. Pada penelitian ini disebutkan
pemanfaatan batubara kualitas rendah terhadap hasil proses bahwa ukuran combustion burner akan mempengaruhi
pembakaran dalam kiln semen melalui analisa distribusi karakteristik proses combustion. Mintus. et. al. (2006)
temperatur berbasis CFD (Computational Fluid Dynamics). melakukan penelitian secara modeling dan simulasi tentang
Geometri kiln yang digunakan berbentuk silinder dengan wet process rotary cement kiln. Dalam penelitian ini
panjang kiln 84 m dan diameter 5,6 m. Bahan yang digunakan
pada penelitian ini berupa batubara dan udara sebagai oksidan.
disebutkan bahwa proses yang efisien memerlukan desain
Variabel yang digunakan adalah kualitas batubara. Metodologi ruang bakar yang optimal untuk meningkatkan performa kiln.
yang dilakukan meliputi beberapa tahapan diantaranya: Mujumdar. et. al. (2006) melakukan penelitian secara
membuat model geometri dan grid-nya, menentukan model, simulasi. Dalam penelitian ini disebutkan bahwa peningkatan
kondisi operasi, kondisi batas, parameter, dan penyelesaian throughput pada kiln semen dapat mengurangi net losses dari
simulasi gasifikasi batubara. Hasil simulasi menunjukkan bahwa shell kiln per satuan berat produk. Penggunaan shell sekunder
dibanding variabel batubara lain, lignite memiliki potensi besar dengan udara yang dilewatkan antara shell kiln dan shell
untuk dimanfaatkan sebagai bahan bakar kiln. Namun sekunder untuk mengganti ruang insulasi juga menjanjikan
diperlukan tindak lanjut untuk menghindari temperatur tinggi untuk mengurangi konsumsi energi dalam rotary cement kiln.
di sekitar wall kiln.
James E. Macphee. et. al. (2009) melakukan penelitian secara
Kata Kunci—Pembakaran, Rotary Cement Kiln, CFD,
simulasi berbasis CFD untuk proses pembakaran pada Rotary
Batubara Kualitas Rendah. Lime Kiln dengan pulverized coal sebagai bahan baku solid
yang digunakan. S. Sarkar. et. al. (2009) melakukan penelitian
secara simulasi berbasis CFD untuk memodelkan kiln semen
I. PENDAHULUAN dengan multi channel burner serta menggunakan berbagai
variabel sudut baling-baling untuk mendapatkan optimasi
B ATUBARA adalah salah satu sumber energi yang penting
bagi dunia. Batubara telah memainkan banyak peran
selama berabad-abad, tidak hanya membangkitkan listrik
bentuk api pada pembakaran di kiln.
Penelitian ini sendiri bertujuan untuk mengkaji
namun juga merupakan bahan bakar utama bagi kegiatan- pemanfaatan batubara kualitas rendah (lignite) terhadap hasil
kegiatan industri seperti industri semen. Menurut jenisnya, proses pembakaran dalam kiln semen melalui analisa distribusi
batubara dapat dibagi menjadi batubara kualitas rendah temperatur, vektor kecepatan, distribusi fraksi massa dan
(lignite), kualitas sedang (sub-bituminous), kualitas tinggi fraksi mol reaktan dan produk berbasis CFD (Computational
(bituminous), dan kualitas sangat tinggi (anthracite). Batubara Fluid Dynamics). Adanya data tentang pengaruh pemanfaatan
kualitas tinggi sebagian besar diekspor dan digunakan selain batubara kualitas rendah (lignite) terhadap hasil proses
untuk industri semen. Oleh karena itu, selama ini di Indonesia pembakaran dapat diaplikasikan dalam industri semen.
sebagian besar proses pembakaran dalam kiln menggunakan
jenis batubara kualitas sedang (sub-bituminous). Belum ada II. URAIAN PENELITIAN
industri semen yang menggunakan jenis batubara kualitas
rendah (lignite) untuk proses pembakaran dalam kiln. Gambar 1 menunjukkan bentuk kiln yang tampak dari
Dalam industri pembuatan semen, batubara digunakan samping. Dimensi kiln yang digunakan sesuai dengan yang
sebagai bahan bakar dalam kiln untuk membentuk klinker ada di PT. Semen Gresik yaitu diameter sebesar 5,6 m dan
yang merupakan bahan dasar semen. Operasi pembakaran di panjang sebesar 84 m dengan kapasitas 7.800 ton klinker/hari.
dalam kiln ini menentukan operasi pada unit-unit yang lain,
serta memerlukan energi panas yang nilainya dapat mencapai
30% dari biaya operasi keseluruhan.
Beberapa penelitian sebelumnya telah dilakukan untuk
mempelajari fenomena yang terjadi pada proses combustion
batubara. Bockelie. et. al. (2001) melakukan penelitian secara
simulasi untuk entrained flow combustion burner dengan
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 2

1.273 K. Kiln yang digunakan untuk simulasi dalam keadaan


kosong, posisi horizontal dan tidak berputar (stasioner).
Model pencampuran dan transport spesies kimia yang
digunakan untuk penelitian ini adalah model Species
Transport. Laju reaksi yang muncul sebagai source term
dalam persamaan transport senyawa dihitung berdasarkan
ekspresi laju Arrhenius atau menggunakan konsep eddy
dissipation dari Magnussen dan Hjertager. Dalam penelitian
ini dipilih Model Constant-Rate Devolatilization. Laju konstan
didefinisikan sebagai bagian dari input pemodelan, dengan
nilai anggapan 12/s yang diturunkan dari studi Pillai pada
Gambar 1. Bentuk Kiln Tampak Samping pembakaran batubara. Untuk model pembakaran partikel,
digunakan multiple surface reaction model. Model reaksi
Sedangkan bentuk kiln yang tampak dari depan dapat dilihat permukaan partikel mengikuti pola yang sama dengan model
seperti pada Gambar 2 berikut : reaksi permukaan dinding. Untuk bahan campuran
didefinisikan dalam kotak dialog Spesies Model. Di dalam
simulasi ini pemodelan ukuran partikel menggunakan Rosin-
Rammler Diameter Distribution Method.
Kondisi batas yang digunakan pada simulasi adalah
sebagai berikut: dinding di dalam ruang bakar sebagai wall,
sistem yang dipelajari adalah radiant section, saluran inlet
udara - batubara sebagai mass flow inlet, dan saluran outlet
sebagai pressure outlet.
Variabel dalam penelitian ini adalah kualitas batubara yang
disimulasikan, meliputi lignite, sub-bituminous, bituminous,
dan anthracite.

III. HASIL DAN DISKUSI


Gambar 2. Bentuk Kiln Tampak Depan
Distribusi Temperatur
Bahan yang digunakan pada penelitian ini berupa
pulverized coal dan udara sebagai gas oksidan. Pada simulasi
ini akan digunakan batubara Indonesia dengan proximate dan
ultimate analysis seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Proximate dan Ultimate Analysis Masing-masing Jenis Batubara
Sub-
Lignit Bituminus Antrasit
bituminus
Mulia Pinang Prima
Melawan
Proximate Analysis,
% adb
Fixed Carbon 27,8 43,6 54,9 81,8
Volatile Matter 24,9 34,7 35,6 7,7
Pembakaran Transisi
Water 36,9 10,5 5,3 4,5 Klinkerisasi Kalsinasi
Gambar 3. Distribusi Temperatur (K) : (a) Anthracite, (b) Bituminous, (c) Sub-
Ash 10,4 11,2 4,2 6,0
bituminous, (d) Lignite
Ultimate Analysis,
% daf Pengaruh variasi jenis batubara terhadap distribusi
C 71,0 76,4 82,8 91,8 temperatur jika ditinjau dari bidang pengamatan dapat dilihat
H 4,3 5,6 5,1 3,6 pada Gambar 3. temperatur maksimum untuk batubara lignite,
sub-bituminous, bituminous dan anthracite berturut-turut
O 23,2 14,9 10,1 2,5
adalah 3.317,28 K; 3.040,83 K; 2.981,46 K; 2.984,46 K.
N 1,1 1,7 1,4 1,4 Temperatur maksimum yang seharusnya dicapai adalah
S 0,4 1,4 0,6 0,7 rentang 1.600 – 2.100 K. Temperatur pada simulasi ini lebih
tinggi daripada temperatur pada literatur tersebut. Hal ini
Batasan masalah dalam penelitian ini antara lain: udara karena kiln pada simulasi ini diasumsikan kosong sehingga
masuk dengan tekanan 1 bar dan temperatur 318 K, batubara tidak ada penggunaan panas untuk pembentukan klinker.
diinjeksikan dalam carrier gas bersuhu 383 K dan udara Secara umum, dapat dilihat pada sekitar 1% dari panjang
sekunder diinjeksikan dengan tekanan 1 bar dan temperatur kiln terjadi zona heating, dengan suhu 320 K hingga 500 K
untuk semua jenis variabel batubara. Kemudian hingga 5%
JURNAL TEKNIK POMITS Vol. 2, No. 1, (2013) ISSN: 2337-3539 (2301-9271 Print) 3

dari panjang kiln merupakan zona evaporasi dan devolatilisasi kalsinasi yang range temperaturnya antara 1.200 – 1.400 K,
batubara yang ditunjukkan dengan adanya kenaikan suhu keempat variabel batubara menghasilkan temperatur yang
mencapai 1.000 K untuk semua jenis variabel batubara. mencukupi untuk terjadinya reaksi pada zona ini. Untuk zona
Semakin bertambahnya posisi aksial kiln, mulai terjadi zona transisi yang memiliki range temperatur 1.400 – 1.600 K,
pembakaran yang ditunjukkan oleh temperatur maksimum keempat variabel batubara juga menghasilkan temperatur yang
lokal sangat tinggi (>2.200 K) dan konversi karbon berjalan mencukupi untuk terjadinya reaksi. Untuk zona klinkerisasi
dengan cepat. Distribusi suhu pada zona akhir kiln merupakan yang memiliki range temperatur 1.600 – 2.100 K, keempat
transfer panas dari zona awal. variabel batubara memiliki temperatur rata-rata yang sesuai.
Untuk variabel batubara anthracite, 20% dari panjang kiln Namun untuk variabel batubara sub-bituminous dan lignite
rata-rata memiliki range suhu 320 K – 2.000 K, kemudian terdapat distribusi suhu dibawah 1.600 K pada sedikit bagian
meningkat hingga mencapai suhu maksimum 2.984,46 K kiln. Zona klinkerisasi inilah zona akhir dimana klinker liquid
kemudian secara perlahan menurun hingga temperatur pada akan terbentuk dan keluar dari kiln.
outlet kiln sebesar 2.639,56 K. Panas yang dihasilkan oleh
batubara anthracite sudah mencukupi untuk proses
pembentukan klinker, dimana proses pembentukan klinker IV. KESIMPULAN DAN SARAN
membutuhkan temperatur di atas 1.600 K. Distribusi Dari hasil studi pemanfaatan batubara kualitas rendah
temperatur yang dihasilkan oleh variabel batubara anthracite sebagai bahan bakar kiln, lignite memiliki potensi besar untuk
rata-rata masih kurang sempurna karena distribusi temperatur dimanfaatkan sebagai bahan bakar kiln. Namun diperlukan
secara radial kurang memiliki pola yang simetris. penanganan lebih lanjut untuk menghindari temperatur tinggi
Untuk variabel batubara bituminous, 15% dari panjang kiln di sekitar wall kiln.
rata-rata memiliki range suhu 320 K – 2.000 K, kemudian Saran penulis untuk penelitian yang akan datang adalah
meningkat hingga mencapai suhu maksimum 2.981,46 K penggunaan geometri yang berbeda, swirling tool serta
kemudian secara perlahan menurun hingga temperatur pada melakukan simulasi dengan adanya pembakaran bahan baku
outlet kiln sebesar 2.796,51 K. Panas yang dihasilkan oleh klinker membentuk klinker liquid sehingga didapatkan hasil
variabel batubara bituminous juga sudah mencukupi untuk yang lebih valid untuk actual kiln.
proses pembentukan klinker. Distribusi temperatur yang
dihasilkan oleh variabel batubara bituminous sudah cukup baik
UCAPAN TERIMAKASIH
dimana temperatur maksimum terdistribusi merata di bagian
tengah kiln dan semakin mendekati wall temperaturnya Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan
cenderung lebih kecil. terimakasih kepada Dr. Tantular Nurtono, ST., M.Eng dan
Untuk variabel batubara sub-bituminous, 20% dari panjang Prof. Dr. Ir. Sugeng Winardi, M.Eng atas bimbingan dan
kiln rata-rata memiliki range suhu 320 K – 2.000 K, kemudian dukungan dalam menyelesaikan penelitian ini. Penulis juga
meningkat hingga mencapai suhu maksimum 3.040,83 K menyampaikan terimakasih kepada Prof. Dr. Ir. Tri Widjaja,
kemudian secara perlahan menurun hingga temperatur pada M.Eng., Dr. Widiyastuti, ST., MT., dan Dr. Siti Machmudah,
outlet kiln sebesar 2.990,56 K. Sama halnya dengan variabel ST., M.Eng. atas saran dan kritik yang membangun dalam
batubara anthracite dan bituminous, panas yang dihasilkan penyelesaian penelitian ini. Serta rekan-rekan yang telah
oleh variabel batubara sub-bituminous juga sudah mencukupi memberikan semangat dan dukungan dalam pengerjaan
untuk proses pembentukan klinker. Distribusi temperatur yang penelitian ini.
dihasilkan oleh variabel batubara sub-bituminous rata-rata
masih kurang sempurna karena ada beberapa bagian sekitar
wall yang temperaturnya seragam secara radial dengan DAFTAR PUSTAKA
temperatur bagian tengah kiln. [1] Bockelie M. J, Denison M. K, Chen Z, Linjewile T, Senior C. L,
Untuk variabel batubara lignite, 20% dari panjang kiln Sarofim A. F. (2001) . “CFD Modelling For Entrained Flow Burner In
rata-rata memiliki range suhu 320 K – 2.000 K, kemudian Vision 21 System”, Reaction Engineering International, Salt Lake City.
[2] Kaustubh S.Mujumdar, Amit Arora, and Vivek V.Ranade. (2006).
meningkat hingga mencapai suhu maksimum 3.317,28 K “Modeling of Rotary Cement Kilns: Applications to Reduction in
kemudian secara perlahan menurun hingga temperatur pada Energy Consumption”. Industrial Flow Modeling Group, National
outlet kiln sebesar 2.836,03 K. Dapat disimpulkan panas yang Chemical Laboratory, Pune 411008, India.
dihasilkan oleh variabel batubara lignite sudah mencukupi [3] Mintus. F, Hamel. S, Krumm, W. (2005) . ”Wet Process Rotary Cement
Kilns : Modelling and Simulation”. Universitat Siegen – Germany
untuk proses pembentukan klinker seperti halnya semua [4] T P BHAD, S Sarkar, A Kaushik & S V Herwadkar. (2009). “CFD
variabel batubara lain. Distribusi temperatur yang dihasilkan Modeling of a Cement Kiln With Multi Channel Burner For
oleh variabel batubara lignite pada bagian ¼ hingga akhir Optimization of Flame Profile”. Seventh International Conference on
panjang kiln merupakan yang paling baik dari variabel CFD in the Minerals and Process Industries, CSIRO, Melbourne,
Australia.
batubara lain, dimana temperatur maksimum terdistribusi [5] James E. Machpee, Mathieu Sellier, Mark Jermy and Edilberto Tadulan.
merata di bagian tengah kiln dan semakin mendekati wall (2009). “CFD Modeling of Pulverized Coal Combustion in A Rotary
temperaturnya cenderung lebih kecil. Namun pada bagian Lime Kiln”. Seventh International Conference on CFD in the Minerals
10% hingga 25% dari panjang kiln, temperatur maksimum and Process Industries, CSIRO, Melbourne, Australia.
pembakaran justru terjadi di sekitar wall kiln dimana hal ini
cukup dihindari.
Berikut ini pembahasan mengenai profil distribusi suhu
berdasarkan keempat zona proses pada kiln. Untuk zona

Anda mungkin juga menyukai