Anda di halaman 1dari 27

MAKALAH IFRS NO 1

FIRST-TIME ADOPTION OF IFRS


SEMINAR AKUNTANSI KEUANGAN

Oleh :
Husniyah Khuzaimah (1711070266)

S1 AKUNTASI KELAS KARYAWAN


PERBANAS INSTITUTE BEKASI
2018
1
A. PENDAHULUAN

IFRS mrupakan standar yang digunakan sebagai panduan untuk pelaporan keuangan
secara global. IFRS merupakan Standar, Interpretasi dan Kerangka Dasar Penyusunan dan
Penyajian Laporan Keuangan (dengan tidak adanya Standar atau Interpretasi) yang diadopsi
oleh Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB).

Penerimaan secara luas atas perkembangan IFRS sebagai dasar pelaporan keuangan AS
merupakan perubahan mendasar bagi profesi akuntansi di Amerika Serikat. Hingga saat ini
sudah hampir 100 negara mengizinkan penggunaan IFRS untuk penyusunan laporan keuangan
oleh perusahaan publik. Di Amerika, Securities and Exchange Commission (SEC) sedang
mempertimbangkan mengambil langkah-langkah untuk menetapkan tanggal untuk
memungkinkan perusahaan-perusahaan publik AS untuk mengimplementasikan IFRS, dan
juga sedang dilakukan sustu pengkajian untuk mewajibkan perusahaan publik untuk
mengadopsi IFRS.

Proses penyusunan standar internasional mulai beberapa dekade yang lalu sebagai upaya
oleh negara-negara industri untuk menciptakan standar yang dapat digunakan oleh
negaranegara berkembang dan kecil tidak/belum mampu membangun standar akuntansi
mereka sendiri. Tetapi karena dunia bisnis saat ini sudah menjadi lebih global, pihak-pihak
regulator, investor, perusahaan besar dan perusahaan jasa audit mulai menyadari pentingnya
memiliki standar umum di semua bidang yang terkait dengan pelaporan keuangan. Globalisasi
sektor keuangan dan bisnis telah menyebabkan lebih dari 12.000 perusahaan di hampir seratus
negara untuk mengadopsi IFRS. Pada tahun 2005, Uni Eropa (UE) mulai mensyaratkan
perusahaan yang tergabung dalam negara-negara anggotanya mencatatkan sahamnya di bursa
efek Uni Eropa-diatur untuk menyiapkan laporan keuangan konsolidasi sesuai dengan IFRS.
Australia, Selandia Baru dan Israel pada dasarnya mengadopsi IFRS sebagai standar nasional
mereka. Kanada, yang sebelumnya tunduk Prinsip Akuntansi yang berlaku umumnya US
(GAAP), bersama-sama dengan Amerika siap untuk melakukan konvergensi, dan berencana
meminta entitas publik untuk menerapkan IFRS pada tahun 2011. Dewan Standar Akuntansi
Jepang (ASBJ) dan Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB) juga berencana untuk
konvergensi pada tahun 2011.

Tujuan diterapkannya IFRS merupakan suatu pengupayaan untuk memperkuat arsitektur


keungan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap kurangnya transparansi informasi
keuangan. Selain itu IFRS juga memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk

2
periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung informasi
berkualitas tinggi yang:

1. Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang disajikan
2. Menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS
3. Dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna

Jika sebuah negara menggunakan IFRS, berarti negara tersebut telah mengadopsi sistem
pelaporan keuangan yang berlaku secara global sehingga memungkinkan pasar dunia mengerti
tentang laporan keuangan perusahaan di negara tersebut berasal. Dengan mengadopsi penuh
IFRS, khususnya di negara Indonesia laporan keuangan yang dibuat berdasarkan PSAK tidak
memerlukan rekonsiliasi signifikan dengan laporan keuangan berdasarkan IFRS. Adopsi
penuh IFRS diharapkan memberikan manfaat sebagai berikut:

1. Memudahkan pemahaman atas laporan keuangan dengan menggunakan SAK yang dikenal
secara Internasional.
2. Meningkatkan arus investasi global.
3. Menurunkan biaya modal melalui pasar modal global dan menciptakan efisiensi
penyusunan laporan keuangan.

Strategi adopsi yang dilakukan untuk konvergensi ada dua macam, yaitu big bang strategy
dan gradual strategy. Big bang strategy mengadopsi penuh IFRS sekaligus, tanpa melalui
tahapan – tahapan tertentu. Strategi ini digunakan oleh negara – negara maju. Sedangkan pada
gradual strategy, adopsi IFRS dilakukan secara bertahap. Strategi ini digunakan oleh negara
– negara berkembang seperti Indonesia.
Beberapa hal yang harus dilakukan oleh suatu perusahaan saat pertama kali memakai IFRS
adalah kesiapan dari akunting perusahaan agar segera mengupdate pengetahuannya tentang
IFRS sehubungan dengan perubahan SAK. Akuntan manajemen atau perusahaan dapat
mengatisipasi dengan segera membentuk tim sukses konvergensi IFRS yang bertugas
mengupdate pengetahuan akuntan manajemen atau perusahaan, melakukan gap analysis, dan
menyusun road map konvergensi IFRS serta berkoordinasi dengan proyek lainnya untuk
optimalisasi sumber daya, dikarenakan dalam IFRS terdapat beberapa hal besar perbedaan
dibandingkan dengan prinsip yang saat ini berlaku, antara lain penggunaan fair-value basis
dalam penilaian aktiva, baik aktiva tetap, saham, obligasi dan lain-lain, sementara sampai
dengan saat ini penggunaan harga perolehan masih menjadi basic mind akuntansi Indonesia.

3
Sayangnya IFRS sendiri belum memiliki definisi dan petunjuk yang jelas dan seragam tentang
pengukuran berdasarkan nilai wajar ini

Jenis laporan keuangan berdasarkan PSAK terdiri dari 4 elemen (Neraca, Rugi-Laba dan
Perubahan Ekuitas, Cashflow, dan Catatan atas Laporan keuangan). Dalam draft usulan IFRS
menjadi 6 elemen (Neraca, Rugi-Laba Komprehensif, Perubahan Ekuitas, Cashflow, Catatan
atas Laporan keuangan, dan Neraca Komparatif). Penyajian Neraca dalam IFRS tidak lagi
didasarkan pada susunan Aktiva, Kewajiban dan Ekuitas, tapi dengan urutan Aktiva dan
Kewajiban usaha, Investasi, Pendanaan, Perpajakan dan Ekuitas. Laporan Cashflow tidak
disajikan berdasarkan kegiatan Operasional, Investasi dan Pendanaan, melainkan berdasarkan
Cashflow Usaha (Operasional dan investasi), Cashflow perpajakan dan Cashflow penghentian
usaha. Perpajakan perusahaan, terutama terkait pajak atas koreksi laba-rugi atas penerapan
IFRS maupun atas revaluasi aktiva berdasarkan fair-value basis.

B. RUANG LINGKUP

Suatu entitas akan menerapkan IFRS ini di:


1. Laporan keuangan IFRS pertamanya; dan
2. Setiap laporan keuangan interim, jika ada yang disajikan sesuai dengan IAS 34 Pelaporan
Keuangan Interim untuk bagian dari periode yang dicakup oleh laporan keuangan IFRS
pertamanya.

Standar ini berlaku apabila sebuah perusahaan menerapkan IFRS untuk pertama kalinya
melalui suatu pernyataan eksplisit dan tanpa syarat tentang kesesuaian dengan IFRS.
Tujuannya adalah untuk memastikan bahwa laporan keuangan perusahaan yang pertama kali
berdasarkan IFRS (termasuk laporan keuangan interim untuk periode pelaporan tertentu)
menyediakan titik awal yang memadai dan transparan kepada para pengguna dan dapat
dibandingkan sepanjang seluruh periode yang disajikan

C. PENGECUALIAN TERHADAP ATURAN ADOPSI PERTAMA KALI

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam pengecualian untuk penerapan retrospektif IFRS
adalah :
1. Penggabungan usaha sebelum tanggal transisi
2. Nilai wajar jumlah penilaian kembali yang dapat dianggap sebagai nilai terpilih

4
3. Employee benefits
4. Perbedaan kumulatif atas translasi (penjabaran) mata uang asing, muhibah (goodwill), dan
penyesuain nilai wajar
5. Instrument keuangan termasuk akuntansi lindung nilai (hedging).

D. LAPORAN POSISI KEUANGAN AWAL MENURUT STANDAR PELAPORAN


KEUANGAN INTERNASIONAL

Neraca, secara umum, menyajikan informasi mengenai kekayaan perusahaan dan klaim-
klaim sehubungan dengan kekayaan tersebut. Klaim dalam hal ini, bisa berupa utang atau
kepemilikan saham oleh pihak luar (kreditur dan pemegang saham).

Penyajian laporan posisi keuangan menurut IFRS, yaitu :


1. Laporan Posisi Keuangan (Neraca)
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif
3. Laporan Perubahan Ekuitas
4. Laporan Arus Kas
5. Catatan atas Laporan Keuangan
6. Laporan Posisi Keuangan Komparatif awal periode dan penyajian retrospektif terhadap
penerapan kebijakan akuntansi

Penyajian aset dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu:


1. Aset Lancar (Current Assets)
Suatu aset diklasifikasikan ke dalam kelompok “aset lancar” apabila memenuhi salah satu
kriteria berikut ini:
a. Dalam bentuk kas atau setara-kas yang penggunaannya tidak dibatasi
(untuk menyelesaikan laibilitas sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode
pelaporan); atau
b. Diharapkan dapat direalisasikan dalam jangka waktu 12 bulan dari tanggal laporan
posisi keuangan (sama dengan tanggal neraca); atau
c. Diharapkan dapat direalisasikan, baik digunakan/dikonsumsi sendiri maupun untuk
dijual kepada pihak lain, dalam “siklus operasi normal” perusahaan; atau
d. Dimiliki untuk maksud diperdagangkan.

5
Jika tak satupun dari keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu aset diklasifikasikan
ke dalam kelompok “aset tak lancar”.

Menggunakan ketentuan di atas, maka yang bisa diklasifikasikan ke dalam kelompok aset
lancar adalah item-item berikut ini:
a. Kas dan Setara Kas
Apapun yang bisa ditabung di bank dan bisa ditarik dalam wujud kas sewaktu
waktu, dianggap “Kas“. Misalnya: uang kertas, koin, check yang belum diuangkan,
termasuk kas yang sudah tersimpan di bank. Sedangkan sertifikat deposito, bukan kas,
sebab ada pembatasan jangka waktu penarikan.
Sedangkan yang diklasifikasikan ke dalam pos “Setara Kas” (cash equivalents)
adalah investasi jangka-pendek bersifat likuid yang (1) siap diuangkan dengan nilai
pasti; dan (2) sudah mendekati masa jatuh tempo pencairan (biasanya memiliki jangka
waktu pencairan 3 bulan atau kurang), tidak memiliki risiko perubahan nilai yang
signifikan akibat perubahan suku bunga. Misalnya: treasury bills, commercial paper,
dan reksadana pasar uang.

b. Investasi Jangka Pendek untuk Diperdagangkan


Instrumen investasi yang dimaksudkan untuk dijual kembali dalam jangka
pendek guna memperoleh keuntungan, masuk kelompok “aset lancar”. Masuk
kelompok ini antara lain: efek sekuritas dan sekuritas ekuitas yang dibeli untuk
maksud diperjualbelikan. Aset derivative keuangan, rata-rata masuk dalam kelompok
ini, kecuali yang dimaksudkan untuk tujuan pemagaran (hedging).

c. Piutang Dagang (Piutang)


Piutang Dagang atau Piutang saja (accounts receivable), adalah sejumlah
tagihan kepada pelanggan yang timbul dari operasional normal perusahaan. Masuk
dalam kelompok ini antara lain : piutang pada pelanggan, piutang pada perusahaan
afiliasi, piutang pada karywan (staf, manager, eksekutif). Jika ada cadangan piutang
atau penurunan nilai piutang akibat adanya diskon, retur penjualan, dan piutang tak
tertagih, harus dirinci dalam “penjelasan laporan keuangan”.

6
d. Persediaan
Persediaan (inventory) adalah aset tersimpan, entah untuk digunakan sendiri
(misal: bahan baku, barang dalam proses) atau untuk dijual ke pihak lain (misal:
persediaan barang jadi), dalam kurun waktu operasional normal perusahaan.
Dasar penentuan nilai persediaan yang saat ini dibatasi hanya dalam metode
FIFO dan metode biaya rata-rata tertimbang (weighted-average cost) harus
disebutkan dengan jelas dalam “penjelasan laporan keuangan”. Khusus di perusahaan
manufaktur, bahan baku, barang dalam proses, dan barang juga harus disclosed secara
terpisah, entah itu di catatan kaki atau dalam “penjelasan laporan keuangan”.

e. Uang Muka Biaya (Biaya Dibayar Dimuka)


Uang Muka Biaya (prepaid expenses) adalah aset yang timbul akibat
pembayaran muka untuk biaya yang manfaatnya tidak habis terpakai dalam satu
periode. Bisa juga disebut “biaya dibayar dimuka.” Misalnya: sewa dibayar dimuka,
asuransi dibayar dimuka, dan aset pajak tangguhan jangka pendek.

2. Aset Tak Lancar (Non Current Assets)


Masuk ke dalam klasifikasi “Aset Tak Lancar’ antara lain:
a. Investasi Bersifat Held to Maturity
Masuk dalam kelompok ini adalah instrument investasi yang disimpan hingga
jatuh tempo, yang biasanya berjangka waktu panjang. Misalnya: efek hutang (debt
securities), efek ekuitas, dan saham istimewa yang wajib ditebus oleh pihak lain
(istilahnya “redeemed preferred shares“). Investasi jenis ini diukur pada biaya
teramortisasi.

b. Properti Investasi
Yang dimaksud dengan “Properti Investasi” (investment property) adalah
property (tanah, bangunan/gedung) yang diperoleh bukan untuk digunakan dalam
operasional perusahaan secara normal, melainkan untuk mendapat keuntungan
tertentu, misalnya: dengan cara disewakan atau dijual kembali dengan harga yang lebih
tinggi.
Properti investasi, awalnya diukur sebesar nilai perolehannya. Selanjutnya,
seiring waktu, properti investasi diukur entah dengan menggunakan metode fair value
atau model pengukuran berdasarkan biaya perolehan.

7
c. Tanah, Bangunan, Mesin, dan Peralatan
Masuk dalam kelompok ini adalah bangunan, mesin dan peralatan, yang
digunakan dalam operasional perusahaan guna menghasilkan barang/jasa, memiliki
umur ekonomis lebih dari satu tahun buku. Masuk dalam kelompok ini, antara lain:
tanah, bangunan/gedung, mesin, peralatan, furniture, dan kendaraan.
Akumulasi penyusutan atas kelompok aset tak lancar ini harus disajikan dalam
laporan keuangan atau di catatan kaki atau di bagian penjelasannya. Misalnya:
Bangunan = Rp xxx
Akumulasi Penyusutan = (Rp xxx)
Nilai Buku Bangunan = Rp xxx
Atau
Bangunan (net dari akumulasi Rp xxx) = xxx
Metode yang digunakan dalam menghitung penyusutan, harus disebutkan di bagian
“penjelasan laporan keuangan”.

d. Aset Tak Berwujud


Aset Tak Berwujud (intangible assets) adalah aset tak lancar perusahaan yang
tidak memiliki wujud fisik, akan tetapi diharapkan akan mendatangkan manfaat, baik
di masa kini maupun di masa yang akan datang.
Masuk dalam klasifikasi ini adalah:
1) Aset tak berwujud yang bisa diidentifikasi (misal: goodwill); dan
2) Aset tak berwujud yang tidak bisa diidentifikasi (misal: merk dagang, hak paten,
copyrights, dan biaya organisasional).

e. Aset Dimiliki untuk Dijual


Sedikit mirip dengan properti investasi, hanya saja “aset dimiliki untuk dijual”
tidak harus direncanakan sejak awal. Jika perusahaan berencana untuk menjual
sekelompok aset, mesikpun tadinya digunakan untuk operasional, maka aset tersebut
harus diklasifikasikan sebagai “aset dimiliki untuk dijual”.

f. Aktiva Lain – lain


Segala aset tak lancar yang tidak bisa dimasukan ke dalam 5 klasifikasi di atas,
masuk ke kelompok ini. Misalnya: “Uang Muka” yang baru akan habis dibiayakan

8
dalam jangka waktu lama (panjang), “Aset Pajak Tangguhan” yang waktu
pemulihannya lama atau tidak pasti.

Penyajian Liabilitas dipisahkan menjadi 2 kelompok, yaitu:


1. Liabilitas Lancar (Current Liabilities)
Suatu liabilitas masuk klasifikasi “Jangka Pendek” (atau lancar) apabila :
a. Diharapkan bisa diselesaikan (dibayar/dilunasi) dalam kurun waktu operasional
normal perusahaan; atau
b. Jatuh tempo dalam jangka waktu tidak lebih dari 12 bulan dari tanggal laporan
posisi keuangan (tanggal neraca); atau
c. Dimiliki untuk maksud diperdagangkan; atau
d. Entitas tidak memiliki hak tanpa syarat untuk menunda penyelesaian laibilitas
selama sekurang-kurangnya 12 bulan setelah periode pelaporan.

Jika tak satupun diantara keempat kriteria di atas terpenuhi, maka suatu liabilitas
diklasifikasikan sebagai “liabilitas jangka panjang”.

Masuk dalam klasifikasi liabilitas jangka pendek, antara lain :


a. Kewajiban yang timbul dari pembelian barang atau jasa yang digunakan dalam
operasional normal perusahaan, diantaranya :
1) Utang Dagang
2) Utang Tertulis Jangka Pendek
3) Utang Upah dan Gaji Pegawai
4) Utang Pajak
5) Utang Lain-lain.

b. Pembayaran diterima dimuka yang mengakibatkan timbulnya kewajiban untuk


menyerahkan barang atau jasa di masa yang akan datang, misalnya :
1) Pendapatan Diterima Dimuka
2) Deposit Dari Pelanggan
3) Sewa Diterima Dimuka

c. Kewajiban lain yang akan jatuh tempo di periode berjalan, misalnya : promes yang
akan segera jatuh tempo. Lebih jauh lagi, laibilitas lainnya yang masuk klasifikasi
jangka pendek adalah: liabilitas tidak diselesaikan dalam siklus operasi normal

9
tetapi jatuh tempo untuk diselesaikan dalam waktu dua belas bulan setelah periode
pelaporan atau dimiliki untuk tujuan diperdagangkan. Misalnya :
1) Liabilitas keuangan yang diklasifikasikan sebagai dimiliki untuk
diperdagangkan;
2) Cerukan bank;
3) Bagian jangka pendek dari laibilitas keuangan jangka panjang;
4) Dividen terutang;
5) Pajak penghasilan terutang; dan
6) Terutang non usaha lainnya.

2. Liabilitas Tak Lancar (Non Current Liabilities)


Kewajiban-kewajiban yang akan terselesaikan melebihi siklus operasional normal
perusahaan masuk klasifikasi “Liabilitas Jangka Panjang”, antara lain :
a. Kewajiban yang timbul sebagai bagian dari strukturisasi modal perusahaan
berjangka panjang, misalnya: pinjaman bank jangka panjang, promes, kewajiban
sewa jangka panjang.
b. Kewajiban yang timbul tidak dari opersional normal perusahaan, misalnya:
kewajiban premi pensiun, liabiltas pajak tangguhan yang penyelesaiannya belum
diketahui secara pasti.

E. PENYESUAIAN YANG DIPERLUKAN DALAM MENYUSUN LAPORAN POSISI


KEUANGAN AWAL MENURUT STANDAR PELAPORAN KEUANGAN
INTERNASIONAL

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan posisi keuangan
menurut IFRS 1 antara lain :
1. Pendahuluan dan Kerangka Dasar
a. Desain IFRS diperuntukkan untuk entitas yang bersifat profitoriented dan SME
(Small Medium Enterprise). IFRS belum mengatur standar akuntansi untuk
perusahaan berbasis syariah.
b. Memungkinkan penilaian aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud menggunakan
nilai wajar. Laporan keuangan harus disajikan dengan basis true and fair (IFRS
Framework par 46)

10
c. Entitas harus membuat pernyataan eksplisit tentang kepatuhan akan standar IFRS
d. Tidak diatur secara khusus kapan entitas menyajikan laporan keuangan
e. Menganut standar akuntansi berbasis prinsip untuk meningkatkan transparansi,
akuntabilitas, dan keterbandingan laporan keuangan antar entitas secara global.
f. Tidak lagi mengakui prinsip konservatif, namun diganti dengan prinsip kehati-
hatian (Prudence)

2. Pengungkapan dan Penyajian Laporan Keuangan


a. Komponen laporan keuangan lengkap terdiri atas :
1) Laporan posisi keuangan (neraca)
2) Laporan laba rugi komprehensif
3) Laporan perubahan ekuitas
4) Laporan arus kas
5) Catatan atas laporan keuangan
6) Laporan posisi keuangan komparatif awal periode dan penyajian retrospektif
terhadap penerapan kebijakan akuntansi
b. Berdasarkan ilustrasi IFRS :
1.) Asset : Asset Tidak Lancar dan Asset Lancar
2.) Ekuitas : Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk dan
Hak non pengendali.
3.) Liabilitas : Liabilitas jangka panjang dan Liabilitas jangka pendek
c. Istilah minority interest (hak minoritas) diganti menjadi non controlling interest
(hak non pengendali) dan disajikan dalam laporan perubahan ekuitas.
d. Tidak mengenal istilah pos luar biasa (extraordinary item)
e. Liabilitas jangka panjang disajikan sebagai liabilitas jangka pendek jika akan jatuh
tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan kembali sudah selesai
setelah periode pelaporan dan sebelum penerbitan laporan keuangan.

3. Laporan Arus Kas


a. Dianjurkan menggunakan metode langsung, namun metode tidak langsung tetap
diperbolehkan
b. Item pos luar biasa tidak diperbolehkan dalam IFRS

11
4. Persediaan
a. Pengukuran persediaan berdasarkan biaya atau net realizable value (nilai realisasi
bersih) mana yang lebih rendah.
b. IFRS melarang penggunaan metode LIFO (Last In First Out). Hanya boleh
menggunakan metode FIFO atau rata-rata tertimbang

5. Perubahan Kebijakan dan Prinsip Akuntansi dan Kesalahan Mendasar


a. Dicatat secara retrospektif dan dilakukan penyajian kembali terhadap laba ditahan
serta adanya penjelasan efek kumulatif perubahan pada saat periode dilakukan
perubahan
b. Konsep kesalahan mendasar (fundamental error) dihapus dan diganti dengan prior
period error (kesalahan periode lalu)
c. Perubahan estimasi dicatat secara retrospektif dengan cara melakukan penyesuaian
atas laba atau rugi tahun terjadinya perubahan estimasi dan laba rugi periode yang
akan datang jika mempengaruhi keduanya.

6. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca


a. Mengatur pengungkapan dan penyesuaian laporan keuangan terkait peristiwa baik
yang bersifat favorable maupun unfavorable yang terjadi antara akhir periode
pelaporan hingga tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit
b. Istilah events after balance sheet date (peristiwa setelah tanggal neraca) direvisi
menjadi events after reporting period (peristiwa setelah periode pelaporan)
c. Terdapat istilah tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit (the date when
the financial statements are authorised for issue).
d. Terdapat pengungkapan fakta adanya pihak yang dapat mengubah laporan
keuangan setelah diterbitkan jika ada.

7. Kontrak Kontsturksi
IAS mengharuskan penggunaan metode persentase penyelesaian (percentage of
completion method) untuk melakukan pengakuan terhadap pendapatan dan beban jika
realisasi konstruksi dapat diestimasi dengan andal. IAS 11 memberikan pedoman yang
sangat terbatas dalam menentukan estimasi realisasi kontrak.

12
8. Pajak Penghasilan
a. IAS 12 mengatur tentang beda temporer (temporary difference) antara basis pajak
dengan basis komersil yang dijadikan basis dalam mengakui aktiva atau kewajiban
pajak tangguhan
b. Mencakup perbedaan temporer akibat adanya hibah pemerintah (government
grants)
c. Pengakuan pajak tangguhan yang berasal dari Goodwill yang muncul dari
penggabungan usaha tidak diijinkan
d. Tidak mengatur pengungkapan yang berasal dari pos luar biasa
e. Tidak mengatur tentang PPh Final
f. Tidak mengatur tentang SKP
g. Terdapat pengaturan beda temporer dari perbedaan basis pelaporan fiskal dan
komersial sebagai konsekuensi penerapan model revaluasi sebagaimana diatur
dalam IAS 16

9. Aktiva Tetap
a. Penerapan prinsip nilai wajar dalam penilaian Aset. Aktiva dapat diukur dengan
menggunakan dua pendekatan, yaitu model revaluasi dan model harga perolehan.
b. Nilai selisih akibat adanya revaluasi disajikan dalam lapora laba rugi dan ekuitas
c. Metode penyusutan yang digunakan harus ditelaah secara periodik. Koreksi akibat
penelaahan ini akan diperlakukan sesuai dengan IAS 8. Dimungkinkan juga
perubahan terhadap metode penyusutan jika dalam hasil review terdapat perubahan
signifikan dengan pola pemanfaatan ekonomi yang diharapkan dari aktiva tersebut.
d. Manajemen harus melakukan review atas nilai residu dan masa manfaat aktiva
setiap tahun. Jika terdapat perubahan, maka disesuaikan dengan menggunakan
IAS8.

10. Sewa
a. Aktiva sewa pembiayaan dikapitalisasi jika kontrak sewa mengalihkan secara
substansial seluruh resiko dan manfaat terkait kepemilikan aktiva. Suatu sewa
diklasifikasikan sebagai sewa operasi jika sewa tidak mengalihkan mengalihkan
secara substansial seluruh resiko dan manfaat terkait kepemilikan aktiva.
b. Kriteria yang harus dipenuhi untuk diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan:
1.) Pengalihan kepemilikan aktiva pada akhir masa sewa

13
2.) Lesse memiliki hak opsi untuk membeli dengan harga cukup rendah di akhir
masa sewa
3.) Masa sewa meliputi sebagian besar umur ekonomis aktiva
4.) Pada awal sewa nilai kini dari jumlah pembayaran sewa minimum mendekati
nilai wajar aktiva
5.) Aktiva sewa bersifat khusus dimana lessee yang menggunakannya tanpa perlu
modifikasi
6.) Tidak mengatur tentang sewa pembiayaan tanah.

11. Pendapatan
a. Pendapatan diakui jika dapat terukur dengan andal, manfaat ekonomi yang
probable. Jika pendapatan diakui dari transaksi penjualan, maka pendapatan diakui
jika resiko dan manfaat aktiva yang diperjual belikan telah dialihkan pada pembeli
b. Pengakuan pendapatan pada industry khusus tidak diatur.

12. Imbalan Kerja


a. Imbalan kerja dibagi dalam dua kelompok yaitu imbalan kerja jangka pendek dan
imbalan pasca kerja
b. Dengan menggunakan metode projected unit credit method
c. Tidak mengatur imbalan kerja ekuitas

13. Hibah Pemerintah


Hibah pemerintah, termasuk yang bersifat moneter, diakui ketika terdapat
kepastian bahwa entitas yang menerima akan memenuhi semua persyaratan yang
diharuskan dalam ketentuan. Hibah akan diakui sebagai laba pada periode-periode
pelaporan dimana entitas mengeluarkan biaya untuk memperoleh hibah tersebut.

14. Mata Uang Asing


a. Pengaturan tentang mata uang fungsional dan mata uang asing terdapat di IAS 21
tentang The Effects of Changes in Foregn Exchange Rates.
b. IAS 21 mengharuskan penggunaan indikator primer dan sekunder. Indikator primer
terdiri dari harga barang dan jasa, mata uang pembayaran bahan baku, upah, dan
biaya lain. Indicator sekunder terdiri dari mata uang dominan dalam pendanaan,
operasional, dan hubungan antara anak perusahaan dan induk.

14
c. Proses penjabaran laporan keuangan dilakukan jika mata uang pelaporan yang
digunakan berbeda dengan mata uang fungsional (mata uang dasar entitas bisnis
dalam menyajikan laporan keuangan)
d. Jika mata uang fungsional laporan keuangan adalah mata uang suatu ekonomi yang
sedang mengalami inflasi tinggi, maka laporan keuangan harus disajikan kembali
sesuai IAS 29 tentang Financial Reporting in Hyper Inflation Economies

15. Biaya Pinjaman


Biaya pinjaman yang dapat diatribusikan langsung terhadap akuisisi,
konstruksi, atau produksi suatu aktiva harus dikapitalisasi sebagai bagian biaya
perolehan aktiva tersebut.

16. Hubungan Istimewa


a. Definisi dan kriteria pihak yang memiliki hubungan istimewa diatur secara detail
b. Pengungkapan dilakukan secara luas termasuk pengungkapan tentang kompensasi
yang diberikan perusahaan terhadap manajemen dan karyawan kunci dalam bentuk
imbalan jangka pendek, imbalan pasca kerja, imbalan jangka panjang, pemutusan
hubungan kerja dan imbalan saham
c. Pengeliminasian akun ketika dilakukan konsolidasi laporan keuangan harus
diungkapkan

17. Dana Pensiun


a. Standar ini digunakan untuk seluruh entitas yang menyelenggarakan program
pensiun
b. Laporan keuangan dibedakan antara lain:
1) Dana pensiun iuran pasti, terdiri dari laporan aktiva bersih yang tersedia untuk
manfaat dan informasi terkait kebijakan pendanaan.
2) Dana pensiun manfaat pasti, terdiri dari laporan informasi aktiva bersih, nilai
sekarang manfaat yang dijanjikan, serta surplus dan defisit.
c. Penilaian investasi menggunakan nilai wajar

18. Laporan Keuangan Konsolidasi


a. Akun minority interest dihapuskan dan diganti dengan non controlling interest yang
disajikan sebagai bagian ekuitas

15
b. Pengendalian ada jika suatu entitas memiliki 50% hak suara, kecuali dapat
dibuktikan bahwa tidak ada pengendalian.
c. Laporan keuangan konsolidasi harus mencakup “semua” anak perusahaan, kecuali
jika akuisisi terhadap anak perusahaan termasuk criteria sebagai dimiliki untuk
dijual, maka harus disajikan sebagaimana diatur dalam IFRS 5 tentang Non-current
Assets Held for Sale and Discontinued Operations.
d. Entitas induk dapat tidak menyajikan laporan keuangan konsolidasi jika :
1) Entitas induk tersebut adalah entitas anak yang dimilikiseluruhnya, atau entitas
anak yang dimiliki sebagian olehentitas lainnya dan pemilik lain, termasuk
pihak yang tidakmemiliki hak suara, yang telah diinformasikan dan
tidakmenolak entitas induk tersebut untuk tidak menyajikanlaporan keuangan
konsolidasian;
2) Instrumen utangdan instrumen ekuitas entitas induk tersebut tidak
diperdagangkan di pasar public
3) Entitas induk sedang tidak dalam proses menerbitkan sekuritas ke public
4) Entitas induk akhir atau entitas induk antara telah menghasilkan laporan
keuangan konsolidasi sesuai IFRS
e. IFRS mengijinkan penggunaan penggunaan 2 pendekatan, yaitu pendekatan
proporsi kepemilikan dan pendekatan nilai wajar.

19. Investasi di Perusahaan Asosiasi


a. Terdapat pengaturan rinci tentang penjabaran dan selisih penjabaran mata uang
asing terhadap nilai investasi yang dicatat dengan menggunakan metode ekuitas.
b. Terdapat pengaturan tentang cara pembuktian pengaruh signifikan suatu
perusahaan sehingga perusahaan investee dikategorikan sebagai perusahaan
asosiasi

20. Pelaporan dalam Kondisi Ekonomi Hiperinflasi


a. Kriteria Kondisi Hiperinflasi:
1) Penduduknya lebih memilih untuk menyimpan kekayaan mereka dalam bentuk
aset non moneter atau dalam mata uang asing yang relatif stabil. Jumlah mata
uang lokal yang dimiliki segera diinvestasikan untuk mempertahankan daya
beli;

16
2) Penduduknya mempertimbangkan jumlah moneter bukan dalam mata uang
lokal tetapi dalam mata uang asing yang relatif stabil. Harga-harga mungkin di
kuotasikan dalam mata uang asing tersebut;
3) Harga yang berlaku dalam penjualan dan pembelian secara kredit ditentukan
dengan memasukkan faktor ekspektasi hilangnya daya beli selama periode
kredit, bahkan jika periode kreditnya singkat;
4) Suku bunga, upah dan harga dikaitkan dengan indeks harga; dan
5) Tingkat inflasi kumulatif selama tiga tahun mendekati atau melebihi 100%.
b. Terdapat prosedur detail bagaimana cara menyajikan kembali akun akun dalam
laporan keuangan

21. Modal Ventura


a. Kerja sama operasi dibagi atas tiga skema, yaitu pengendalian bersama operasi,
pengendalian bersama aktiva, dan pengendalian bersama entitas
b. Menggunakan metode ekuitas atau metode proporsional.

22. Laporan Keuangan Interim


a. Penyajian laporan keuangan interim harus dilakukan secara komparatif dengan
periode interim tahun sebelumnya untuk laporan laba rugi, arus kas dan laporan
perubahan ekuitas. Namun neraca periode interim dibandingkan dengan neraca
tahunan yang terakhir
b. Manajemen dapat menyajikan laporan keuangan dengan format ringkas (condensed
financial statement) dengan selected explanatory notes.

23. Penurunan Nilai Aktiva


a. Penurunan nilai aktiva tidak boleh melampauai batas nilai tercatatnya
b. Perusahaan tidak diperkenankan melakukan reversal atas penurunan nilai Goodwil
pada periode interim sebelumnya.

24. Agrikultur
a. Mengatur penyajian aktiva biologi dan produk pertanian serta pelaporannya yang
menggunakan nilai wajar
b. Menggunakan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual (konsep akresi).
Selisihnya dimasukkan dalam laporan laba rugi.

17
25. Restrukturisasi Utang Bermasalah
Tidak diatur dalam satu standar khusus, namun tersirat dalam IAS 23 tentang
Borrowing Cost dan IAS 37 tentang Provisions, Contingent Liabilities and Contingent
Asset.

26. Kuasi Reorganisasi


Tidak diatur dalam satu standar khusus

F. KEBIJAKAN AKUNTANSI

Kebijakan akuntansi adalah mengenai bagaimana memilih kebijakan akuntansi. IAS 8 atau
PSAK 25 ini mengatur hirerarki atau urutan acuan yang perlu kita ikuti dalam rangka memilih
suatu kebijakan akuntansi.

Dalam suatu periode akuntansi mewajibkan kita untuk menerapkan kebijakan ini secara
konsisten sepanjang tidak terdapat standar akuntansi yang secara spesifik mengatur berbeda.
Apabila terdapat standar yang mengatur spesifik yang mengatur berbeda maka kita harus
mengacu ke standar tersebut dan menenerapkannya secara konsisten.

Perubahan kebijakan akuntansi diperbolehkan jika :


1. Dibutuhkan perubahan berdasarkan IFRS
2. Hasil dari laporan keuangan menghasilkan informasi yang relevan dan handal untuk
keperluan bisnis

Ada beberapa ketentuan yang harus ditaati sebelum merubah kebijakan akuntansi yang ada :
1. Dalam kondisi terdapat standar akuntansi yang mengatur secara spesifik.
Mengikuti ketentuan yang ditetapkan dalam standar tersebut. Namun ketentuan
dalam paragraf selanjutnya memberikan sedikit kelonggaran yaitu diijinkan untuk
tidak mengikuti ketentuan dalam suatu standar dalam kondisi dampak penerapannya
tidak material dan tidak dimaksudkan untuk mencapai tujuan suatu penyajian teretentu
yang dapat mengakibatkan tidak tercapainya tujuan pelaporan keuangan untuk
menghasilkan laporan keuangan yang berisi informasi relevan dan andal.
2. Dalam kondisi tidak terdapat standar akuntansi yang mengatur secara spesifik.
Jika tidak erdapat standar akuntansi yang secara spesifik mengatur transaksi
yang dilakukan oleh suatu perusahaan, maka mangement dari perusahaan tersebut
diberikan kewenangan untuk menggunakan pertimbangannya sendiri untuk

18
menentukan kebijkan akuntansi bagi transaksi tersebut. Kebijakan akuntansi yang
dipilih harus menghasilkan informasi yang relevan dan andal dengan beberapa kriteria
sebagaimana disebutkan dalam paragraf diatas. Ketentuan ini memperjelas arti
pentingnya pencapaian tujuan dibuatnya standar akuntansi yaitu untuk menghasilkan
informasi yang relevan dan andal.

G. PERIODE PELAPORAN

Tanggal pelaporan (reporting date) adalah tanggal nearaca untuk laporan keuangan
pertama yang secara eksplisit menyatakan bahwa laporan tersebut sesuai dengan IFRS.
Laporan keuangan disusun sekurang-kurangnya sekali dalam satu tahun. Jika entitas mengubah
periode pelaporan dan menyusun laporan keuangan untuk periode yang bukan satu tahun,
entitas harus mengungkapkan alasan perubahan itu dan menegaskan bahwa jumlah – jumlah
yang disajikan tidak sepenuhnya dapat dibandingkan.

H. PENGECUALIAN OPSIONAL DARI STANDAR PELAPORAN KEUANGAN


INTERNASIONAL LAINNYA

Sebuah Entitas juga harus membuat laporan posisi keuangan IFRS pembuka pada tanggal
transisi IFRS. Tanggal transisi IFRS adalah awal periode dimana sebuah entitas menyajikan
informasi komparatif berdasarkan IFRS dalam laporan keuangan IFRSnya. Sebagai contoh,
bila berdasarkan target IAI Indonesia akan full convergence pada 1 Januari 2012, itu artinya
pada laporan keuangan akhir tahunnya per 31 Desember 2012 semua perusahaan di Indonesia
harus membuat laporan keuangan komparatif per 31 Desember 2011 juga, dan juga harus
menyajikan laporan posisi keuangan (hanya laporan posisi keuangan saja) pada awal periode
komparatif yaitu per 1 Januari 2011. Sehingga dalam contoh ini tanggal transisi IFRS adalah
tanggal 1 Januari 2011 (dalam IFRS 1, tanggal ini disebut dengan laporan posisi keuangan
IFRS pembuka (opening IFRS statement of financial position)). Penerapan mundur ini
disebut dengan istilah retrospektif.

19
I. PENGECUALIAN MANDATORI TERHADAP PENERAPAN BERLAKU SURUT
STANDAR PELAPORAN KEUANGAN INTERNASIONAL LAINNYA

Tahun pertama perusahaan menerapkan IFRS memberikan kejadian unik ketika akan
melaporkan laporan keuangan di tahun tersebut, karena persyaratan transisi dari IFRS 1,
laporan keuangan untuk setidaknya satu tahun sebelum pergeseran yang tersedia di bawah
dua set standar akuntansi: GAAP lokal dan IFRS.

Sebagai contoh, jika sebuah perusahaan Indonesia bergeser ke IFRS pada tahun 2009,
itu diperlukan untuk menyajikan laporan keuangan komparatif retrospektif disesuaikan
dengan IFRS untuk setidaknya satu tahun sebelum tahun 2009, yaitu untuk tahun 2008.
Dalam hal ini, laporan keuangan penuh 2008 yang tersedia di bawah kedua PSAK Indonesia
dan IFRS, termasuk neraca pembukaan. Hal ini memungkinkan untuk perbandingan dan
identifikasi perbedaan antara mereka.

Namun, perbandingan itu tidak sepenuhnya tepat sebagai IFRS 1 dipersalahkannya


pengecualian tertentu dan pembebasan. Dalam aplikasi retrospektif, SAK efektif pada
tanggal pelaporan sepenuhnya diterapkan, tidak termasuk pengecualian wajib dan
pengecualian opsional. Pengecualian dan pembebasan dari IFRS 1 adalah satu kali
perawatan yang mungkin tidak mewakili aplikasi yang sedang berlangsung dari SAK.
Pengecualian mengacu pada kebijakan akuntansi yang tidak retrospektif karena mereka
biasanya akan membutuhkan pengecualian, pada gilirannya, memberikan perlakuan
akuntansi beberapa alternatif yang tersedia secara opsional.

J. PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN


Basis penyajian laporan keuangan bertujuan umum (general purpose financial statements)
diatur dalam IAS 1 yang sebagian besar ketentuannya diadopsi di Indonesia menjadi PSAK 1.
Laporan keuangan bertujuan umum, selanjutnya disebut laporan keuangan, adalah laporan
keuangan yang dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan pengguna yang tidak berada dalam
posisi untuk meminta entitas menyiapkan laporan untuk memenuhi kebutuhan informasi
mereka. Semua laporan keuangan harus disajikan dan dipandang sama pentingnya.
Penerapan IFRS/SAK dengan pengungkapan tambahan yang diperlukan seharusnya akan
menghasilkan laporan keuangan yang menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar berarti menggambarkan secara apa
adanya (jujur) dampak transaksi, kejadian, serta kondisi lainnya sesuai dengan definisi dan

20
kriteria pengakuan aset, liabilitas, penghasilan, dan beban yang dinyatakan dalam Kerangka
Konseptual.

K. Laporan Keuangan

Berikut terlampir contoh laporan keuangan PT. Garuda Indonesia, Tbk tahun 2012. Karena
di tahun tersebut PT Garuda Indonesia, Tbk sedang masa transisi dari sebelum menggunakan
IFRS ke tahap penggunaan mengadopsi IFRS.
Karena berdasarkan Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI), mulai Januari 2012, Indonesia
sudah mengadopsi IFRS secara penuh/ adopsi seluruh. Hal ini dikarenakan Indonesia
merupakan salah satu negara yang tergabung sebagai anggota G-20 yang ingin menciptakan
suatu standar yang berlaku secara internaional, yang ini berarti Indonesia harus mengikuti
ketentuan yang telah disepakati bersama yang mengharuskan konvergensi ke IFRS.
Meskipun pada awalnya sebelum tahun 2012 Indonesia juga sudah mengadopsi IFRS,
tetapi saat itu sifatnya masih harmonisasi yang bertahap, yang disesuaikan dengan kondisi
ekonomi, politik dan sistem pemerintahan di indonesia, dan pada tahun 2012, Indonesia
ditetapkan sudah mengadopsi IFRS secara menyeluruh. Harmonisasi ini merupakan proses
untuk meningkatkan kesesuaian praktik akuntansi dengan menentukan batasan-batasan
seberapa besar praktik tersebut dapat beragam. Suatu negara tidak mengikuti sepenuhnya
standar yang berlaku internasional, tetapi membuat agar standar akuntansi mereka tidak
bertentangan dengan standar akuntansi internasional. Harmonisasi ini membuat standar
akuntansi keuangan sejalan dengan standar akuntansi internasional. Adopsi secara penuh ke
IFRS akan merubah prinsip akuntansi yang selama ini dipakai menjadi suatu standar akuntansi
yang berlaku secara internasional. Konvergensi ke standar internasional berarti menunjuk
hanya pada satu standar yang berlaku dan digunakan oleh semua negara secara internasional.
Dengan adanya harmonisasi bahkan konvergensi ke IFRS diharapkan akan membuat informasi
akuntansi menjadi lebih berkualitas seperti komparabilitas dan relevansi.

21
22
23
24
25
26
27

Anda mungkin juga menyukai