Anda di halaman 1dari 11

JOURNAL READING

HIPERGLIKEMIA PADA BAYI SANGAT PRETERM – PENATALAKSANAAN


INSULIN, MORTALITAS, DAN INTAKE NUTRIEN

Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di RSUD Sunan Kalijaga Demak

Pembimbing :

dr. Chatarina Rini Pratiwi, Sp.A

Disusun oleh :

Febriyani Ayu Wulandari

30101407186

FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS ISLAM SULTAN AGUNG
SEMARANG
2018
LEMBAR PENGESAHAN

JOURNAL READING

Untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik dan Melengkapi Salah Satu Syarat
Menempuh Program Pendidikan Profesi Dokter Bagian Ilmu Kesehatan Anak
Di RSUD Sunan Kalijaga Demak

Telah disetujui dan dipresentasikan pada : Juli 2018

Disusun oleh :

Febriyani Ayu Wulandari

30101407186

Demak, Juli 2018

Dosen Pembimbing

dr. Chatarina Rini Pratiwi, Sp.A


HIPERGLIKEMIA PADA BAYI SANGAT PRETERM – PENATALAKSANAAN
INSULIN, MORTALITAS, DAN INTAKE NUTRIEN

Itay Zamir, MD, Andreas Tornevi, PhD, Thomas Abrahamsson, MD, PhD, Fredrik Ahlsson,
MD, PhD, Eva Engström, MD, PhD, Boubou Hallberg, MD, PhD, Ingrid Hansen-Pupp, MD,
PhD, Elisabeth Stoltz Sjöström, RD, PhD, and Magnus Domellöf, MD, PhD

Abstrak

Tujuan Untuk mengetahui prevalensi hiperglikemia dan hubungan antara intake nutrisi,
hiperglikemia, penatalaksaan insulin, dan mortalitas pada bayi sangat preterm

Desain Penelitian Data yang dikumpulkan secara prospektif dari bayi yang sangat Preterm pada
Penelitian Sweden/Extremely Preterm Infant in Sweden Study (EXPRESS) digunakan pada
penelitian ini dan menginklusi 580 bayi yang lahir <27 umur kehamilan saat 2004-2007.
Pengukuran glukosa yang tersedia (n=9850) dan juga penatalaksaan insulin dan data nutrisional
didapat secara retrospektif dari rekam medik rumah sakit untuk 28 hari postnatal pertama dan juga
28-70 hari data mortalitas.

Hasil Prevalensi harian hiperglikemia >180 mg/dl (10 mmol/L) hingga 30% tampak saat 2 minggu
postnatal pertama, diikuti oleh penurunan perlahan kejadian setelahnya. Analitis model aditif
keseluurhan menunjukkan bahwa meningkatkan suplai karbohidrat parenteral sebanyak 1
g/kg/hari berhubungan dengna 1,6% peningkatan konsentrasi glukosa (P < 0,001). Hiperglikemia
berhubungan dengan mortalitas 28 dan 70 hari yang lebih rendah bila diberikan ke bayi dengan
hiperglikemia tanpa meninjau durasi episode hiperglikemia (P < 0,05)

Kesimpulan Hiperglikemia sering terjadi pada bayi yang lahir sangat preterm sepanjang bulan
postnatal pertama. Infus glukosa tampak hanya mempunyai pengaruh minimal pada konsentrasi
glukosa. Pada kohort EXPRESS, penatalaksaan insulin berhubungan dengan mortalitas lebih
rendah pada bayi dengan hiperglikemia. Praktik sekarang untuk hiperglikemia pada bayi yang lahir
sangat preterm harus dievaluasi ulang dan dikaji dalam randomized controlled trial.
Bayi yang lahir sangat preterm rentan terhadap gangguan homeostasis glukosa. Saat
minggu postnatal pertama, sektiara sepertiga dari bayi dengan berat badan lahir sangat rendah
(<1500 g) mempunyai konsentrasi glukosa >180 mg/dl (10 mmol/L). Beberapa penelitian telah
memfokuskan terhadap minggu-minggu setelahnya, walau beberapa penelitian belakangan ini
mensugesti bahwa bayi yang lahir sangat preterm dapat mengalami episode hiperglikemia yang
sering saat mendekati waktu selesai perawatan.

Tidak ada definisi yang ditetapkan untuk hiperlgikemia pada bayi lahir sangat preterm dan
beberapa titik potong telah digunakan oleh berbagai penulis. Ini, kombinasi dengan kurangnya
bukti dari keuntungan klinis pengobatan insulin, mungkin adalah penyebab perbedaan pada
manajemen hiperglikemia klinis pada bayi lahir preterm yang tampak antar unit neonatal dan
negara yang berbeda-beda. Walau demikia, hiperglikemia pada periode awal kehidupan bayi ahir
preterm telah berhubungan dengan berbagai outcome morbiditas dan mortalitas

Kami bertujuan untuk menggambarkan tren pada konsentrasi glukosa plasma pada bayi
lahir sangat preterm pada 28 hari postnatal pertama untuk menilai hubungan yang mungkin antara
konsentrasi glukosa plasma, intake nutrisi, pengobatan insulin, dan mortalitas neonatal. Kami
menghipotesiskan bahwa hiperlgikemia akan sering tampak selain minggu postnatal pertama,
bahwa infus glukosa akan menyebabkan sebagian besar variabilitas konsentrasi glukosa dan bahwa
pemberian insulin berhubungan dengan mortalitas lebih rendah pada bayi hiperglikemia.

Metode

Kami menggunakan data dari penelitian bayi lahir sangat preterm Swedia/Extremely
Preterm Infants in Sweden Study (EXPRESS)M suatu penelitian kohort berbasis populasi termasuk
semua bayi yang lahir pad aumur kehamilan <27 minggu lengkap saat periode 3 tahun antara 1
April 2004, dan 31 Mart 2007. Karakteristik kohort, intake nutrisional, outcome perinatal dan
pertumbuhan, dan juga outcome bertahan hidup dan morbiditas telah diterbitkan sebelumnya.

Pada total 707 bayi lahir hidup yang ikut serta penelitian, telah dieksklusi 105 bayi yang
tidak berhasil bertahan hidup pada 24 jam pertama, 14 bayi yang data perinatal-nya tidak dapat
dilihat, 8 bayi dengan malformasi kongenital melibatkan usus atau berbagai malformasi atau
gangguan kromosom. Untuk analisis hubungan antara hiperglikemi saat 2-3 hari berturut-turut,
pemberian insulin dan mortlaitas, kami mengeksklusi penelitina lebih lanjut yang tidak bertahan
hidup pada 48 dan 72 jam pertama kehidupan (n = 11 dan 23), berturut-turut.

Penelitian ini disetujui oleh komite etik regional di Lund, Swedia (Dnr 42/2004 dan
138/2008), dan informed consent tertulis didapat dari semua orang tua sebelum atau setelah bayi
lahir. Data klinis didapat dari database EXPRESS. Setiap pengukuran glukosa plasma yang
tersedia didapat secara retrospektif dari rekam medik rumah sakit untuk 28 hari postnatal pertama.
Nilai glukosa tertinggi dan terendah harian telah dicatat. Bila hanya 1 nilai glukosa tersedia untuk
suatu hari spesifik, maka diklasifikasikan menjadi tertinggi dan terendah. Hari ke-0 didefinisikan
sebagai waktu saat waktu kelahiran hingga tengah malam setelahnya. Sebagian besar dari
pengukuran glukosa dianalisis dari sampel plasma menggunakan penganalisis gas darah yang
tersedia pada semua unit perawatan neonatal (sistem yang paling umum: Radiometer, Bronshoj,
Denmark). Nilai glukosa dicatat tanpa meninjau asal dari sampel darah (kapiler, bena, atau arterial.
Pengukuran dieksklusi bila sampel didapat dari infus vena yang sedang diberi infus glukosa.

Data pemberian insulin didapat, bila tersedia, termasuk tipe preparat yang diberikan, mode
pemberian, konsentrasi, dosis, dan juga total dosis yang diberikan, dan laju infus maksimum untuk
setiap hari pengoabtan. Saat periode penelitian, tidak terdapat guideline nasional untuk pemberian
insulin dan untuk sebagian besar tidak ada guideline lokal yang digunakan pada populasi ini. Insuin
diberikan sesuai penilaian klinis. Data nutrisional didapat secara retrospektif yang dideskripsikan
sebelumnya. Data harian didapat dari rekam medik rumah sakit terkait intake enteral dan parenteral
makronutrien (karbohidrat, protein, dan lemak; g/kg/hari) hingga hari postnatal ke-28. Data marker
biokimia didapat dan disimpan menggunakan sistem terkomputersisasi. Ukuran kecil untuk umur
kehamilan/Small for gestational age (SGA) didefinisikan sebagai berat badan lahir dibawah
persentil ke-10 untuk populasi umum.

Analisis statistik

Data dianalisis menggunakan software statistic SPSS v 24,0 untuk Windows dan R v 3,3,2.
Hiperglikemia didefinisikan sebagai kadar glukosa plasma tertinggi >180 mg/dl (10 mmol/L) pada
hari yang dinilai, kecuali didefinisikan yang lain. Untuk menilai bias atrisi karena berhentinya
monitoring glukosa palsma pada bayi tanpa hiperglikemia sebelum mencapai umur postnatal 28
hari, Student t test digunakan untuk membandingkan frekuensi pemeriksaan glukosa pada 2
subkelompok: (1) bayi yang ditatalaksana pada 1 rumah sakit universitas (Rumah sakit A) dimana
praktik klinis termasuk pengukuran glukosa pasla setiap hari, dan (2) bayi yang ditatalaksana pada
rumah sakit universtias lain (Rumah sakit B-G). Frekuensi dari pemeriksaan glukosa dibandingkan
per minggu pada bayi yang bertahan hidup di minggu setelahnya. Kejadian hiperglikemia
dibandingkan antara kelompok menggunakan tes X2.

Untuk menilai hubungan yang mungkin antara intake nutrisonal dan konsentrasi glukosa
plasma, model aditif umum digunakan termasuk efek acak untuks etiap pasien, dan suatu kurva
yang menyesuaikan tren waktu rata-rata pada konsentrasi glukosa yang diamati. Maka, analisis
bertujuan untuk menilai bagaimana intake nutrisi yang diberikan ke bayi setiap hari mempengaruhi
kadar glukosa di 28 hari postnatal. Hari-hari dimana insulin diberikan dieksklusi dari analisis ini.
KOnsentrasi glukosa ditransformasi log (logaritme natural) untuk mendapat data Gaussian yang
terdistribusi, dan semua model disesuaikan untuk berat lahir dan umur gestasional. Efek relatif dari
intake makronutrien setiap hari (karbohidrat, protein, dan lemak) terhadap konsentrasi glukosa
dianalisis terpisah untuk setiap intake parenteral, enteral, dan total, dan pada suatu model gabungan
untuk menilai efek intake smeua makronutrien bersamaan. Suatu model termasuk total intake
karbohidrat, jumlah dari kejadian sepsis yang diverifikasi kultur saat 28 hari postnatal pertama dan
durasi (dalam hari) pemberian antibiotic di periode yang sama digunakan untuk meninjau efek
yang mungkin sepsis terhadap konsentrasi glukosa.

Hubungan yang mungkin antara hiperglikemia, pemberian insulin, dan mortalitas hari ke-
28 dan 70 dianalisis pada model regresi logistic, disesuaikan dengna umur kehamilan dan berat
lahir. Pada analisis pemberian insulin dan mortalitas, hiperglikemia didefinisikan menggunakan
pendekatan yang berbeda – suatu konsentrasi glukosa >180 mg/dl (10mmol/L), atau >216 mg/dl
(12 mmol/L), pada 1 hari saja, atau saat 2 atau 3 hari setelahnya pada 28 hari postnatal pertama
(12 analisis terpisah dalam total).

Untuk meninjau perbedaan pada rutinitas pengobatan lokal, kami membagi seluruh kohort
menjadi 2 kelompok: regio grup 1 – dimana insulin diberikan lebih sering (jumlah pemberian
>20%; n = 314; 4 rumah sakit universitas) dan regio grup 2 – dimana pemberian insulin jarang
(jumlah pemberian <20%; n = 266). Suatu analisis mortalitas 28 dan 70 hari pada bayi dengan
hiperglikemia >180 mg/dl (10 mmol/L) terjadi saat 28 hari postnatal pertama dan pemberian
insulin disesuaikan lebih lanjut untuk kejadian perdarahan intraventricular/Intraventricular
hemorrhage (IVH) (grade 3-4), skor indeks resiko klinis untuk bayi/Clinical risk index for babies
(CRIB), diagnosis necrotizing enterocolltis (NEC), semua didefinisikan menurut jurnal pasien, dan
untuk kelompok regio. Tingkat signifikansi terletak pada P < 0,05.

Hasil

Total 580 bayi dengan 9850 hari pengukuran glukosa plasma diikutsertakan dalam analisis.
Karakteristik pasien dideskripsikan pada Tabel 1; 70% Dari bayi mengalami hiperglikemia pada
satu titik dan 44% dari bayi mengalami hiperglikemia selama 2 hari berturut-turut saat 28 hari
postnatal pertama. Nilai glukosa tertinggi harian rata-rata berkisar dari 122 mg/dl (5,8 mmol/L;
hari kelahiran) dan 162 mg/dl (9,0 mmol/L; hari 12). Suatu tren peningkatan nilai glukosa rata-
rata tampak pada 2 minggu postnatal pertama, diikuti oleh penurunan perlahan. Kejadian
hiperglikemia mengikuti pola yang serupa, meningkat dari 13% pada hari kelahiran hingga 30%
dari bayi yang diperiksa glukosa pada hari ke-12 kehidupan. Sekitar 20% mempunyai
hiperglikemia hingga 4 minggu kehidupan.

Di antara bayi hiperglikemia, 25,9% (105 bayi) lahir dengan SGA. Tidak ada perbedaan
signifikan pada tingkat hiperglikemia antara bayi lahir SGA dan tidak lahir SGA (71,9% vs 69,1%,
berturut-turut; P = 0,53).

Pada kohort kami, 14% dari bayi diberi infus insulin saat 28 hari postnatal pertama.
Pemberian insulin kurang dari 1% dari kohort pada hari kelahiran hingga 5% dari kohort pada 14
hari kelahiran, dan mulai berkurang setelahnya. Sekitar 5% dari bayi yang mengalami
hiperglikemia pada hari kelahiran mendapat insulin, dibandingkan dengan hampir 60%, dari bayi
hiperglikemik pada hari postnatal ke-25. Bayi hiperglikemik yang diberi insulin mempunyai umur
kehamilan yang rendah signifikan pada saat lahir (24,5 vs 25,2 minggu), berat lahir lebih rendah
(647 vs 744 g), skor CRIB lebih tinggi (9 vs7), dan membutuhkan ventilasi mekanik untuk periode
lebih lama (semuanya P < 0,001), dibandingkan dengan bayi hiperglikemik yang tidak mendapat
insulin. Tidak ada perbedaan yang tercatat terkait jenis kelamin, NEC, IVH grade 3-4, hari
pemberian antibiotic, atau jumlah kejadian sepsis yang terkonfirmasi.

Tidak ada perbedaan signifikan pada tingkat hiperglikemia yang ditemukan antar rumah
sakit A (dimana bayi sering diperiksa glukosa) dan rumah sakit B-G (rumah sakit lainnya),
walaupun ada perbedaan signifikan pada frekuensi pemeriksaan glukosa.

Saat 28 hari postnatal pertama, terdapat peningkatan gradual intake karbohidrat enteral dan
penurunan pada suplai nutrisi parenteral. Suatu hubungan positif ditemukan antara intake
karbohidrat (parenteral dan total) dan konsentrasi glukosa plasma: suatu peningkatan 1%-3%
konsentrasi plasma glukosa terjadi untuk setiap peningkatan 1g/kg/hari pada intake karbohidrat
parenteral dan total, disesuaikan dengan berat lahir dan umur kehamilan (P < 0,001). Pada model
yang mengikutsertakan suplai nutrisional parenteral dengan semua markonutrien, terdapat
peningkatan 1,6% (P < 0,001) dan penurunan sebanyak 3,1% (P < 0,001) dan 1,4% (P = 0,01)
pada konsentrasi glukosa plasma untuk setiap peningkatan 1g/kg/hari pada intake karbohidrat,
lipid, dan protein, secara berturut-turut, disesuaikan dengan berat lahr dan umur gestasional. Hasil
yang serupa didapat bila membatasi analisis hanya pada hari dimana intake nutrisi lebih dari 75%
parenteral.

Suatu model yang mengikutsertakan total intake semua makronutrien menunjukkan


peningkatan 3,0% (P < 0,001), suatu penurunan 0,3% (P = 0,20), dan peningkatan 0,8% (P =
0,12) pada konsentrasi glukosa plasma untuk setiap peningkatan 1 g/kg/hari pada intake
karbohidrat, lipid, dan protein, berturut-turut, diseusaikan dengan berat lahir dan umur kehamilan.

Hiperglikemia terjadi pada suatu waktu saat 28 hari postnatal pertama berhubungan dengan
mortalitas 28-hari lebih tinggi dengan faktor perkalian 2,45 kali lipat, disesuaikan dengan umur
kehamilan dan berat lahir (Beta 0,897; P = 0,006). Hasil yang serupa tampak untuk hiperglikemia
yang bertahan hingga 2 hari berturut-turut saat 28 hari postnatal pertama, dengan peningkatan
mortalitas 28 hari 2,55 kali lipat, disesuakan dengan umur kehamilan dan berat lahir (B 0,935; P
= 0,005). Konsentrasi glukosa tertinggi harian tidak berhubungan dengan jumlah kejadian sepsis
yang terverifikasi kultur atau durasi pemberian antibiotik.

Mendapat insulin saat 28 hari postnatal pertama berhubungan dengan mortalitas 28 dan70-
hari pada bayi yang menderita hiperglikemia sepanjang 1 hari dan selama 2 dan 3 hari berturut-
turut saat periode ini. Hasil yang serupa tampak pada bayi yang menderita hiperglikemia >216
mg/dL (12 mmol/L) tanpa mennjau durasi hiperglikemia.

Saat membandingkan semua bayi dari regio kelompok 1 (rumah sakit dimana
insulin lebih sering diberikan, 29% dari bayi hiperglikemik, proporsi dari bayi yang
ditatalaksana 26% - 34,3%) dengan regio kelompok 2 (rumah sakit dimana jarang diberi
insulin; 8,2% dari bayi hiperglikemik yang ditangani, proporsi dari bayi yang ditatalaksana:
0%--11,5%), tidak ada efek tempat signifikan yang ditemukan pada mortalits 28-hari atau
70 hari.

Pembahasan

Penelitian ini menunjukkan bahwa hiperglikemia adalah temuan yang umum pada bayi
yang lahir sangat preterm. Prevalensi dari hiperglikemia memuncak pada 30% mendekati akhir
minggu postnatal kedua tetapi berlanjut relatif tinggi (sekitar 20%) bahkan saat minggu ke-4
kehidupan.

Saat bayi preterm mulai stabil, monitoring glukosa plasma menjadi lebih jarang. Hanya
sangat sedikit penelitian meneliti konsentrasi glukosa pada bayi lahir sangat preterm setelah
minggu postnatal pertama. Hays et al melaporkan bahwa 57% dari bayi dengan berat badan lahir
sangat rendah (<1000 g) mempunyai konsentrasi glukosa darah yang persisten >150 mg/Dl (8,3
mmol/L) saat minggu postnatal pertama dan 32% mempunyai konsentrasi glukosa >250 mg/Dl
(13,8 mmol/L). Pada penelitian lain, 35% dari 216 bayi yang lahir <1000 g mempunyai
hiperglikemia >200 mg/Dl (11 mmol/L) yang membutuhkan pemberian insulin pada 10 postnatal
pertama. Blanco et al melakukan penelitian retrospektif yang termasuk 169 bayi lahir <1000 g,
dan ditemukan bahwa 88% dari bayi mempunyai konsentrasi glukosa saat > 150 mg/Dl (8,3
mmol/L) pada setidaknya 2 waktu berbeda saat 2 minggu postnatal pertama. Bayi hiperglikemik
mencapai konsentrasi plasma puncak pada hari ke-6 kehidupan rata-rata dan tetap hiperglikemik
selama 3,7 hari. Chaves-Valdez et al melaporkan sekitar 80% bayi yang lahir <1000 g mempunyai
hiperglikemia >150 mg/dL (8,3 mmol/L) pada suatu waktu saat 30 hari postnatal pertama. Pada
penelitian termasuk 23 bayi yang lahir <1000 g, 35% mempunyai episode berulang konsentrasi
glukosa interstisial >150 mg/dL (8,3 mmol/L) pada umur postmenstrual 32 minggu dan 48%
mengalami konsentrasi glukosa interstisial >300 mg/dL (11,1 mmol/L). Hasil kami sesuai dengan
temuan ini, dengan hiperglikemia >180 mg/dL (10 mmol/L) terjadi pada 70% dari bayi pada suatu
titik saat 28 hari postnatal pertama.

Suatu kekuatan dari penelitian kami adalah penilaian untuk hiperglikemia pada awal
kehidupan di populasi besar bayi lahir sangat preterm. Hasil kami menunjukkan bahwa
hiperglikemia pada bayi lahir sangat preterm adalah temuan yang sering dan berlanjut melewati
minggu postnatal pertama. Mekanismenya masih belum jelas dan mungkin berhubungan dengan
respon imatur dari hepatosit terhadap konsentrasi insulin bersirkulasi saat hiperglikemia, yang
berujung ke produksi glukosa terus-menerut. Pertumbuhan intauterin mungkin berkontribusi
terhadap hiperglikemia, tetapi bayi SGA pada penelitian kami tidak mengalami hiperglikemia
lebih sering dibanding bayi non-SGA. Suatu penjelasan yang mungkin dan parallel lain adalah
imaturitas sel beta pancreas, yang berujung ke produksi yang tidak adekuat. Hiperglikemia pada
bayi sangat preterm sebelumnya berhubungan dengan kadar lebih rendah adiponectin, mungkin
disebabkan oleh imaturitas jaringan adiposa. Teori ini tidak dapat diuji pada desain penelitian yang
dipresentasikan disini, dan penelitian lebih lanjut dibutuhkan untuk menentukan keterlibatan
hormone dan pengaruhnya pada homeostasis glukosa pada bayi lahir sangat preterm.
Kami juga menemukan bahwa sekitar setengah dari bayi yang mendapat hiperglikemia
pada minggu postnatal 3-4 mendapat insulin sementara sangat sedikit bayi hiperglikemik
mendapat insulin pada minggu postnatal pertama. Hal ini mungkin mencerminkan pendekatan
“watchful wait” meninjau pengobatan insulin sementara memonitor konsentrasi glukosa dan
durasi hiperglikemia.

Kami menemukan bahwa laju infus glukosa dan intake karbohidrat hanya sedikit
berpengaruh terhadap konsentrasi glukosa plasma. Hasil ini sidukung oleh temuan sebelumnya
oleh Perterra-Cortada et al dimana sebagian besar kejadian hiperglikemia tidak berhubungan
dengan intake karbohidrat. Eardsall et al tidak menemukan hubungan signifikan apapun antara
hiperglikemia dan peningkatan infus dextrose. Pada suatu oleh Blanco et al, hiperglikemia
iatrogenic menjelaskan hanya 21% episode hiperglikemia, dan tidak ada perbedaan pada laju infus
glukosa ditemukan antara bayi hiperglikemik dan euglikemik. Di sisi lain, Stensvold et al tidak
menemukan suatu porporsi meningkat hiperglikemia antara bayi yang mendapat nutrisi parenteral
lebih tinggi. Walau demikian, kami menemukan bahwa bahkan pad ahari-hari yang sebagian bear
intake parenteral, intake glukosa dan makronutrien lain hanya mempunyai efek yang sedikit pada
konsentrasi glukosa, dan hiperglikemia sering terjadi bahkan setelah minggu postnatal pertama,
suatu periode dimana intake karbohidrat parenteral umumnya rendah.

Keterbatasan penelitian kami adalah ketidakmampuan untuk meninjau waktu yang telah
berlalu antara pemberian nutrisi dan waku setiap pengukuran glukosa di hari tersebut, yang
mungkin mempengaruhi tingkat hubungan yang ada. Suatu penjelasan yang mungkin untuk hasil
kami mungkin bahwa keputusan klinis untuk menyesuaikan intake menurut konsentrasi glukosa
plasma mengenalkan suatu bias dengan menggunakan intake karbohidrat saat periode 24 jam
segera sebelum pengukuran glukosa plasma. Kami juga mengeksklusi dari analisis hari dimana
bayi mendapat insulin yangmungkin dapat mempengaruhi konsentrasi glukosa. Hasil ini
memberikan dukungan pada bukti yang meningkat bahwa hiperglikemia pada bayi lahir sangat
preterm tidak hanya disebabkan oleh regimen nutrisional. Intake nutrisional, terutama parenteral,
mempengaruhi konsentrasi glukosa tetapi besarnya efek ini tampak kecil dan penelitian lebih
lanjut dibutuhkan untuk mengklarifikasi faktor dibalik hiperglikemia di populasi ini. Kami
menemukan hubungan negative signifikan antar intake lipid parenteral dan konsentrasi glukosa.
Ini mengejutkan karena beberapa penelitian lain telah menunjukkan kebalikannya. Suatu
kemungkinan adalah penelitian kami suaut temuan kemungkinan yang disebabkan oleh
kolinearitas antara intake makronutrien parenteral. Hasil bertentangan ini membutuhkan penelitian
lebih lanjut untuk memberikan pengetahuan baru terkait efek intake lipid parenteral terhadap
metabolisme glukosa pada bayi lahir sangat preterm. Pengamatan kami untuk efek penurun
glukosa dari intake asam amino sesuai dengan hasil yang diterbitkan sebelumnya oleh Braake et
al, dan mungkin disebabkan oleh efek insulinogenic dari beberapa asam amino.

Penelitian sebelumnya telah mensugesti bahwa bayi lahir sangat preterm dengan
hiperglikemia >180 mg/Dl (10 mmol/L) saat minggu postnatal pertama mempunyai peningkatan
mortalitas. Pada 1 penelitian kohort observasional, hiperglikemia berat (>216 mg/Dl [12 mmol/L)
pada 2 waktu yang berbeda 3 jam) saat minggu postnatal pertama telah dilaporkan sebagai faktor
resiko independent untuk kematian. Pada penelitian kohort pusat tunggal lain, Alexandrou et al
melaporkan bahwa hiperglikemia >150 mg/dL (8,3 mmol/L) saat 24 jam pertama kehidupan
berhubungan dengan mortlaitas sebelum umur term. Penelitian kami menunjukkan bahwa
hiperglikemia >180 mg/dL (10 mmol/L) saat 28 hari postnatal pertama berhubungan dengan
peningkatan 2 kali lipat mortalitas 28-hari.

Peran pemberian insulin dan efek merugikannya masih diperdebatkan. Kami menemukan
bahwa pemberian insulin pada 28 hari postnatal pertama berhubungan dengna mortalitas 28 dan
70-hari pada bayi lahir sangat preterm hiperglikemik. Hubungan ini tampak untuk definisi dan
durasi hiperglikemia yang berbeda. Hasil ini berlawanan dengan hasil yang sebelumnya
diterbitkan oleh Beardsall et al, yang menmukan suaut peningkatan tingkat mortalitas 28 hari pada
bayi dengan berat badan lahir sangat rendah yang diberi insulin pada minggu postnatal pertama.
Perbedaan ini mungkin berasal dari pendekatan preventif pemberian insulin pada penelitian
tersebut, sementara suatu dosis insulin 0,05 unit/kg/jam diberikan untuk semua bayi dari hari
postnatal pertama, dibandingkan pada penelitian kami, dimana bayi mendapat pemberian insulin
hanya bila hiperglikemik.

Suatu keterbatasn dari penelitian retrospektif kami adalah bahwa variabel confounding
tidak dapat dieksklusi. Selain itu, karena desain observasional, hasil kami mewakili hubugan saja
dibandingkan keterkaitan sebab-akibat.

Kesimpulannya, kami menemukan bahwa hiperglikemia saat 28 hari postnatal pertama,


hanya sedikit dipengaruhi oleh intake karbohidrat, dan berhubungan dengan penignkatan
mortalitas. Pemberian insulin pada bayi lahir sangat preterm hiperglikemik saat periode ini
berhubungan dengan mortalitas lebih rendah. Hasil kami mensugesti kepentingan klinis potensial
dari waktu pemberian insulin dan acuan konsentrasi glukosa untuk menggunakan insulin. Walau
demikian, insulin mempunyai potensi yang harus dipertimbangkan sebelum dapat
direkomendasikan. Randomized controlled-trial yang membandingkan waktu pemberian berbeda
dan acuan penatalaksanaan dan juga regimen dosis yang berbeda perlu dilakukan.

Anda mungkin juga menyukai