Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan matematika merupakan bagian integral dari pendidikan nasional.

Hal ini dikarenakan matematika merupakan salah satu komponen penting dalam

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mampu meningkatkan sumberdaya

manusia (SDM). Oleh sebab itu, pemerintah melalui Dinas Pendidikan Nasional

menetapkan matematika sebagai salah satu mata pelajaran wajib pada setiap jenis dan

jenjang pendidikan.Namun, materi matematika yang cenderung bersifat abstrak acap

kali membuat siswa mengalami berbagai kesulitan dalam mempelajari matematika,

terutama dalam memahami dan menyelesaikan masalah matematika akibat

kurangnya konsep-konsep matematika yang dikuasai, sehingga sulit untuk

mengaplikasikan ilmu matematika dalam kehidupan sehari-hari. Konsep-konsep

matematika akan lebih bermakna apabila dapat diterapkan melalui proses

matematisasi fenomena, baik yang terkandung dalam matematika itu sendiri maupun

fenomena yang berasal dari luar matematika. Sehingga untuk memahami dan

menguasai matematika perlu dilakukan upaya peningkatan kemampuan kognitif

tertentu yang dalam hal ini dinamakan sebagai pemahaman matematis dalam

pembelajaran matematika.

Kemampuan pemahaman matematis adalah salah satu tujuan penting dalam

pembelajaran matematika, karena dengan pemahaman matematis mendukung pada

kemampuan-kemampuan matematis lain, yaitu komunikasi matematis, penalaran

matematis, representasi matematis dan problem solving. Hal tersebut didukung oleh

1
2

pendapat Anderson et al. (2001: 70) bahwa siswa dikatakan memiliki kemampuan

pemahaman yang baik, apabila mampu mengkonstruksi makna dari pesan-pesan

yang timbul dalam pengajaran seperti komunikasi lisan, tulisan, dan grafik

(Kesumawati, 2012: 31).

Pemahaman matematis menjadi salah satu tujuan penting dalam

pembelajaran matematika memberikan pengertian bahwa materi-materi yang

diajarkan kepada siswa bukan hanya sebagai hafalan, tetapi dengan pemahaman

siswa dapat lebih mengerti konsep materi pelajaran yang diberikan, karena

pemahaman matematis merupakan landasan untuk berpikir menyelesaikan berbagai

persoalan dalam matematika maupun merealisasi konsep pemahaman yang dimiliki

pada persoalan konteks nyata.Pada hakekatnya ilmu matematika ini menekankan

pada pemberian pengalaman langsung kepada siswa untuk aktif mengembangkan

kemampuan dalam konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antarkonsep dan

mengaplikasikan konsep atau logaritma, secara luwes, akurat, efisien, dan tepat,

dalam pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan Permendiknas No.22 tahun 2006.

Proses pembelajaran belum sepenuhnya mengacu pada Permendiknas No.22

tahun 2006. Berdasarkan temuan Depdiknas (Trianto, 2007: 66) diketahui bahwa

terdapat permasalahan dalam pembelajaran matematika yaitu siswa hanya

menghafalkan konsep yang diajarkan guru, siswa kurang mampu menggunakan

konsep yang dipelajari jika menemui masalah dalam kehidupan nyata, dan siswa

kurang mampu menentukan masalah dan merumuskannya (Prayoga, 2014: 3). Selain

itu, berdasarkan hasil telaah jawaban soal ulangan harian pada pokok bahasan operasi

bilangan pecahan dari siswa yang memperoleh nilai tertinggi di kelas VII MTs
3

Negeri 3 Muna bahwa konsep pada materibelum diimplementasikan secara efektif

dalam menjawab soal. Terbukti pada ketidaktepatan siswa dalam dalam

menyelesaikan soal ceita yang ditampilkan pada gambar 1.1.

Soal uji coba

Jawaban salah satu siswa MT.s Negeri 3 Muna

Hal ini menunjukkan bahwa pemahaman matematis siswa rendah,

sedangkan tuntutan hasil belajar semakin tinggi. Perbedaan antara rendahnya


4

pemahaman matematis siswa dan tingginya tuntutan belajar berakibat pada hasil

yang tidak memuaskan dari siswa dan kegagalan mengajar pada guru.

Pernyataan tersebut sejalan dengan kegiatan observasi yang dilaksanakan

pada tanggal 10 September 2018 di MTs Negeri 3 Muna, diperoleh informasi dari

guru matematika kelas VII bahwa salah satu masalahnya adalah kemampuan

intelektual prestasi siswa yakni pemahaman matematis masih kurang dalam

menyelesaikan suatu permasalahan.

Banyak siswa yang mampu menyelesaikan suatu masalah dengan tingkat

koneksi matematis tinggi pada latihan soal dalam pembelajaran, tetapi tidak sedikit

pula siswa yang bingung dalam menjelaskan pernyataan yang dipilih sebagai

jawaban dari permasalahan tersebut. Hal ini dikarenakan dalam pembelajaran hanya

menampilkan prosedur rutin dengan menggunakan suatu rumus tertentu tanpa

menjelaskan konsep dari materi tersebut, sehingga sulit untuk menghubungkannya

dengan konteks nyata. Kemampuan ini merupakan kemampuan pemahaman

instrumental, sedangkan dalam menjelaskan mengapa dipilih proses maupun

pernyataan tersebut sebagai penyelesaian masalah dituntut kemampuan pemahaman

relasional. Meskipun demikian, kemampuan pemahaman instrumental dan

kemampuan pemahaman relasional keduanya perlu ditingkatkan dalam pembelajaran

matematika.

Pemahaman instrumental menuntut siswa untuk berpikir secara prosedural

atau algoritmik. Siswa biasanya dihadapkan pada persoalan rutin sehingga

kemampuan koneksi terbatas, dan akan sulit untuk mengadaptasi suatu permasalahan

yang tidak rutin dengan skema dalam struktur mentalnya. Pemahaman relasional
5

mengarahkan untuk mengaitkan konsep dalam satu topik maupun antar topik,

sehingga membantu dalam mengaplikasikan konsep matematis.

Hasil observasi menunjukkan rendahnya kemampuan pemahaman

matematis siswa diakibatkan oleh pembelajaran yang masih berpusat pada guru

sehingga siswa kurang tertarik dengan materi pembelajaran dan malas mengulangi

pelajaran. Hal ini membuat konsep matematika yang telah ditangkap hanya melekat

sementara. Selain itu, partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran kurang, terbukti dari

pembelajaran yang monotonhanya sebagian siswa yang mengemukakan pendapat,

menjawab pertanyaan guru, dan bertanya jika menemukan materi yang belum

dipahami. Kurangnya partisipasi siswa dalam pembelajaran menyebabkan siswa yang

kurang dalam kemampuan berpikir dan membentuk suatu konsep matematika dengan

sendirinya, akan semakin sulit dalampemahaman matematis. Dalam rangka

mewujudkan kemampuan pemahaman matematis siswa agar berkembang dan

meningkat sesuai dengan harapan, maka proses pembelajaran yang dilaksanakan

harus melibatkan siswa secara aktif membangun pemahamannya sendiri dan

memunculkan intuisinya. Guru tidak sekedar memberikan pengetahuan kepada

siswa, tetapi siswa harus membangun sendiri pengetahuan di benaknya. Guru dapat

memberi siswa anak tangga yang membawa siswa kepada pemahaman yang lebih

tinggi dengan catatan bahwa siswa sendiri yang harus melakukannya. Prinsip

demikian merupakan salah satu prinsip teori konstruktivisme yang penting dalam

psikologi pendidikan.

Model pembelajaran yang relevan dapat membantu guru dalam

memperbaiki kegiatan pembelajaran. Upaya perbaikan pembelajaran berkaitan erat


6

dengan inovasi pembelajaran, salah satu bentuk inovasi pembelajaran yaitu

mengubah metode pembelajaran yang biasa digunakan dengan metode pembelajaran

yang dianggap mampu untuk memfasilitasi siswa untuk mengembangkan aktifitas

mental dan fisik secara optimal. Karakteristik peserta didik tingkat SMP/ MTs yang

mempunyai rasa ingin tahu dan cenderung untuk berkelompok dalam menyelesaikan

masalah maka model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) merupakan

model pembelajaran yang dianggap memiliki karakteristik yang cocok diterapkan

pada pembelajaran matematika di SMP/MTs karena dalam mempelajari matematika

tidak cukup hanya dengan mengenal dan menghafalkan konsep-konsep matematika

tetapi dibutuhkan pemahaman yang dapat membiasakan siswa dalam membuat

keputusan-keputusan tentang cara mereka akan menemukan jawaban-jawaban

maupun menemukan sebuah konsep sendiri dalam materi pembelajaran dan

kemampuan menyelesaikan masalah dalam matematika dengan benar sehingga

melalui itu diharapkan mampu meningkatkan kemampuan pemahaman matematis

siswa.

Problem Based Learning (PBL) menjadi sebuah pendekatan pembelajaran

yang berusaha menerapkan masalah yang terjadi dalam dunia nyata sebagai konteks

bagi para siswa dalam berlatih bagaimana cara menginterpretasi masalah yang

disajikan dan mendapatkan keterampilan dalam menyelesaikan suatu masalah, serta

tak terlupakan untuk mendapatkan pemahaman matematis sekaligus membangun

konsep matematika dari materi yang diajarkan.

Bertitik tolak dari beberapa uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian

dengan judul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


7

Terhadap Kemampuan Pemahaman Matematis Siswa Kelas VII MTs Negeri 3 Muna

Tahun 2018/2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian dari latar belakang, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana deskripsi pembelajaran matematika menggunakan model Problem

Based Learning pada siswa kelas VII MTs. Negeri 3 Muna?

2. Bagaimana deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII

Ms. Negeri 3 Muna yang diajar dengan menggunakan model Problem Based

Learning?

3. Bagaimana deskripsi kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas VII

MTs. Negeri 3 Munayang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

langsung?

4. Apakah ada pengaruh model Problem Based Learning terhadap kemampuan

pemecahan masalah matematis siswa di kelas VII MTs. Negeri 3 Muna?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan rumusan masalah yang telah dikemukakan sebelumnya, maka

penelitian ini bertujuan untuk:

1. Untuk mendeskripsikan pembelajaran matematika menggunakan model Problem

Based Learning pada siswa kelas VII MTs. Negeri 3 Muna.


8

2. Untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas

VII MTs. Negeri 3 Munayang diajar dengan menggunakan model Problem

Based Learning.

3. Untuk mendeskripsikan kemampuan pemecahan masalah matematis siswa kelas

VII MTs. Negeri 3 Munayang diajar dengan menggunakan model pembelajaran

langsung.

4. Untuk mengetahui ada pengaruh model Problem Based Learningterhadap

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa di kelas VII MTs. Negeri 3

Muna.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai

berikut:

1. Bagi sekolah; dapat memberikan informasi sebagai bahan kajian bersama agar

dapat meningkatkan kualitas sekolah dan dapat memberikan masukan yang

berarti pada sekolah dalam rangka perbaikan atau peningkatan pembelajaran.

2. Bagi guru matematika; sebagai bahan masukan guru dalam meningkatkan

kemampuan pemecahan masalah matematis siswa menggunakan model Problem

Based Learning dan dapat memberi inovasi baru dalam pembelajaran

matematika di kelas.

3. Bagi siswa; dapat meningkatkan kemampuan pemecahan masalah matematis

sehingga mempengaruhi tingkat pola pikir, dan dapat menemukan berbagai

solusi dalam menyelesaikan permasalahan permasalahan matematika.


9

4. Bagi peneliti; dapat meningkatkan pemahaman dan penguasaan peneliti tentang

model Problem Based Learning terhadap kemampuan pemecahan masalah

matematis siswa.

Anda mungkin juga menyukai