Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

PRAKTEK KURIKULUM DI INDONESIA

Mata kuliah : Manajemen Pengembangan Kurikulum

Dosen Pengampu :

Nama : Moh. Salman Al farisi

(2016.5.2.1.00044)

INSTITUT AGAMA ISLAM


BUNGA BANGSA
CIREBON
KATA PENGANTAR

Alhamdulillah, segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan
Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga makalah ini dapat terselesaikan. Shalawat serta salam
kepada junjungan Nabi Besar Muhammad SAW yang telah menjadi suri tauladan, sumber
inspirasi dan motivasi dalam membangun kurikulum pendidikan yang Islami di masa
sekarang.

Makalah yang berjudul “ PRAKTIK PERKEMBANGAN KURIKULUM DI


INDONESIA” ini, sengaja kami susun untuk dijadikan sebagai bahan diskusi pada tatap-
muka perkuliahan “MANAJEMEN PENGEMBANGAN KURIKULUM ”.

Kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah ini tak luput dari segala
kekurangan dan keterbatasan, baik dari segi penulisan maupun isi di dalamnya. Untuk itu,
kami sangat mengharapkan kritik ataupun saran yang bersifat membangun, khususnya dari
dosen pembimbing, demi kesempurnaan pembuatan makalah-makalah selanjutnya.

Akhirul Kalam, mudah-mudahan makalah ini bermanfaat dan membawa hikmah buat
kita semua, terutama bagi diri kami pribadi, Amien..

15 APRIL 2019

Pemakalah
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ........................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB 1 PENDAHULUAN ..................................................................................................

A. Latar Belakang ........................................................................................................


B. Rumusan Masalah ..................................................................................................
C. Tujuan .....................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN ....................................................................................................

A. Pengertian Kurikulum .............................................................................................


B. Praktek Perkembangan Kurikulum di Indonesia ....................................................
1. Kurikulum 1947 ................................................................................................
2. Rentjana Peladjaran Terurai 1952 .....................................................................
3. Kurikulum Rencana Pendidikan 1964 ..............................................................
4. Kurikulum 1968 ................................................................................................
5. Kurikulum 1975 ................................................................................................
6. Kurikulum 1984 ................................................................................................
7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999 .............................................
8. Kurikulum 2004 (KBK) ....................................................................................
9. Kurikulum 2006 (KTSP)...................................................................................

BAB III PENUTUP ............................................................................................................


A. KESIMPULAN .................................................................................................
B. SARAN .............................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Berbagai upaya untuk meningkatkan pendidikan telah banyak dilakukan oleh pemerintah,
namun hasilnya belum dapat memuaskan. Hal ini mungkin terjadi karena banyak faktor yang
mendasarinya, baik pada faktor intern siswa maupun ekstern siswa, atau juga mungkin pada
kemapanan sumber daya manusia, guru dan kelengkapan sarana belajar mengajar yang
terdapat dalam lembaga tersebut.

Hingga kini, pengajaran dengan pedoman ajar telah menggunakan beberapa kali
pergantian kurikulum, dari kurikulum 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004 dan
2006. Karena kurikulum yang terakhir ini juga masih mendapat kritikan dengan dianggap
tidak relevan dengan perkembangan pengetahuan abad ke 21, pemerintah melakukan
penyempurnaan kurikulum tersebut dengan mengembangkan kurikulum 2013.

Pengembangan dan perbaikan kurikulum terus dilakukan, maka dari itu kita harus
mengetahui bagaimana praktek pengembangan kurikulum diindonesia.

B. Rumusan Masalah

a. Jelaskan yang dimaksud dengan kurikulum?

b. Jelaskan bagaimana sejarah kurikulum di Indonesia?

c. Jelaskan bagaimana praktek pengembangan kurikulum di indonesia?

C. Tujuan Penulisan

a. untuk memahami yang dimaksud dengan kurikulum.


b. untuk mengetahui bagaimana sejarah kurikulum di Indonesia.
c. untuk mengetahui bagaimana praktek pengembangan kurikulum di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Kurikulum

Sehubungan dengan banyaknya definisi tentang kurikulum, dalam implementasi


kurikulum kiranya perlu melihat definisi kurikulum yang tercantum dalam Undang-undang
No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat (19) yang berbunyi:
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Pasal 36 ayat (3) disebutkan bahwa
kurikulum disusun sesuai dengan jenjang dan jenis pendidikan dalam kerangka Negara
Kesatuan Republik Indonesia dengan memperhatikan:

1. peningkatan iman dan takwa;

2. peningkatan akhlak mulia;

3. peningkatan potensi, kecerdasan, dan minat peserta didik;

4. keragaman potensi daerah dan lingkungan;

5. tuntutan pembangunan daerah dan nasional;

6. tuntutan dunia kerja;

7. perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni;

8. agama

9. dinamika perkembangan global

10. persatuan nasional dan nilai-nilai kebangsaan

Penjelasan diatas dapat penulis simpulkan, Pasal ini jelas menunjukkan berbagai
aspek pengembangan kepribadian peserta didik yang menyeluruh dan pengembangan
pembangunan masyarakat dan bangsa, ilmu, kehidupan agama, ekonomi, budaya, seni,
teknologi dan tantangan kehidupan global. Artinya, kurikulum haruslah memperhatikan
permasalahan ini dengan serius dan menjawab permasalahan ini dengan menyesuaikan
diri pada kualitas manusia yang diharapkan dihasilkan pada setiap jenjang pendidikan.

B. Praktek Pengembangan Kurikulum di Indonesia

kurikulum diindonesia telah banyak direvisi hal ini terbukti kurikulum Indonesia
selalu melakukan perbaikan. Dalam prakteknya, kurikulum pendidikan nasional telah
mengalami perubahan, yaitu pada tahun 1947, 1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004,
dan 2006. Berikut penjelasannya mengenai praktek pengembangannya.
1. Rencana Pelajaran 1947

Kurikulum pertama yang lahir pada masa kemerdekaan memakai istilah “leer
plan,” dalam bahasa Belanda artinya rencana pelajaran, lebih populer
ketimbang curriculum (bahasa Inggris). Perubahan kisi-kisi pendidikan lebih bersifat
politis dari orientasi pendidikan Belanda lebih ke kepentingan Nasional. Asas pendidikan
di tetapkan pancasila. Awalnya pada tahun 1947, pada saat itu diberi nama rentjana
peladjaran 1947, dan pada saat itu kurikulum pendidikan di Indonesia masih di pengaruhi
oleh sistem pendidikan kolonial Belanda dan Jepang sehingga hanya meneruskan yang
pernah di gunakan sebelumnya. Rentjana Peladjaran 1947 berbangsa saat itu masih dalam
kondisi semangat juang merebut kemerdekaan maka pendidikan sebagai development
conformism lebih menekankan pada pembentukan karakter manusia Indonesia yang
merdeka dan berdaulat dan sejajar dengan bangsa lain yang ada di muka bumi ini.

Rentjana Peladjaran1947 baru dilaksanakan oleh sekolah pada tahun 1950. sejumlah
kalangan menyebutkan sejarah perkembangan kurikulum di awali dari kuikulum 1950,
bentuknya memuat dua hal pokok:

1. Daftar mata pelajaran dan jam mengajar

2. Garis-garis besar pengajaran (GBP)

Rencana peladjaran1947 mengurangi pendidikan pikiran dalam arti kognitif namun


yang diutamakan pendidikan watak atau kepribadian (value attitude) meliputi:

1. Kesadaran bernegara dan bermasyrakat.

2. Materi pelajaran dihubungkan dengan kejadian sehari-hari.

3. Perhatian terhadap kesenian dan pendidikan jasmani.

2. Rentjana Peladjaran Terurai 1952

Setelah Rentjana Peladjaran 1947, pada tahun 1952 kurikulum di Indonesia


mengalami penyempurnaan. Pada tahun 1952 diberi nama Rentjana Peladjaran Terurai
1952, kurikulum ini sudah mengarah pada sistem pendidikan Nasional. Hal yang paling
menonjol dan menjadi ciri dari urikulum 1952 ini bahwa setiap rencana pelajaran harus
memperhatikan isi pelajaran yang dihubungkan dengan kehidupan sehari-hari.

Pada perkembangan rencana pelajaran lebih dirinci lagi pada setiap mata pelajaran
yang dikenal dengan istilah Rencana pelajaran terurai 1952 “silabus mata plajarannya
jelas sekali, seorang guru mengajar hanya satu mata pelajaran.”Pada masa itu juga di
bentuk kelas masyarakat yaitu sekolah khusus bagi lulusan Sekolah Rakyat (SR) 6 tahun
yang tidak melanjutakan ke SMP, kelas masyarakat mengajarkan keterampilan seperti
pertanian, pertukangan dan perikanan , tujuannya agar anak yang tidak mampu
melanjutkan ke SMP bisa langsung bekerja .
Mata pelajaran yang ada pada kurikulum 1954 yakni untuk jenjang sekolah rakyat
(SR) menurut rencana pelajaran 1947:

1. Bahasa Indonesia.

2. Banahas daerah.

3. Ilmu alam.

4. Ilmu hayat.

5. Ilmu bumi.

6. Seni suara.

7. Pekerjaan tangan.

8. Pekerjaan keputerian.

9. Gerak badan.

10. Kebersihan dan kesehatan.

11. Didikan budi pekerti.

12. Pendidikan agama.

3. Kurikulum Rencana Pendidikan 1964

Pada akhir kekuasaan Soekarno, kurikulum pendidikan yang lalu diubah menjadi
rencana pendidikan 1964. Isu yang berkembang pada rencana pendidikan 1964 adalah
konsep pembelajaran yang bersifat aktif, kreatif, dan produktif. Konsep pembalajaran ini
mewajibkan sekolah membimbing anak agar mampu memikirkan sediri pemecahan
persoalan (problem solving).

Rencana pendidikan 1964 melahirkan kurikulum 1964 yang menitik beratkan pada
pengembngan cipta, rasa, karsa, karya, dan moral yang kemudian di kenal dengan istilah
pancawardhana, Disebut pancawardhana karena lima kelompok bidang studi, yaitu
perkembangan moral, kecerdasan, emosion/artistik, keprigelan (keterampilan), dan
jasmaniah. Pada saat itu pendidikan dasar lebih menekankan pada pengetahuan dan
kegiatan fungsional praktis yang disesuaikan dengan perkembangan anak.

Selain itu, dikenal juga cara belajar dengan metode gotong royong terpimpin. Selain
pemerintah menerapkan hari sabtu sebagai hari krida, artinya pada hari sabtu anak diberi
kebebasan berlatih kegiatan di bidang kebudayaan, kesenian, olah raga, dan permainan
sesuai dengan minat siswa . Kurikulum 1964 adalah alat untuk membentuk manusia
pancasilais yang sosialis.

Penyelenggaraan pendidikan dengan kurikulum 1964 mengubah peniliaan di rapor


bagi kelas 1 dan 2 yang asalnya berupa skor 10-100 menjadi A, B, C, dan D. Sedangkan
bagi kelas 3 sampai 6 tetap menggunakan angka skor 10-100. Kurikulum 1964
bersifat separate subjek curriculum, yang memisahkan mata pelajaran berdasarkan lima
kelompok bidang studi, (panca wardhana). Mata pelajaran yang ada pada kurikulum
1968 adalah:

Kelompok Bidang Studi Mata Pelajaran

1. Pendidikan
Kemasyarakatan

1 Pengembangan Diri 2. Pendidikan Agama

1. Bahasa Indonesia

3. Bahasa Daerah

4. Berhitung

Pengembangan
2 Kecerdesan 5. Pengetahuan alamiah

Pengembangan Emosional
3 atau Artistik 1. Pendidikan kesenian

4 Pendidikan Keprigelan 1. Pendidikan keprigelan

5 Pengembangan Jasmani 1. Pendidikan jasmanai

4. Kurikulum 1968

Kurikulum 1968 merupakan bentuk pembaharuan dari kurikulum 1964, yaitu


dilakukan perubahan struktur kurikulum pendidikan pancawardhana menjadi pembinaan
jiwa pancasila, pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Kurikulum 1968 merupakan
perwujudan dari perubahan orientasi pada pelaksanaan UUD 1945 secara murni. Dari
segi tujuan pendidikan, kurikulum 1968 ditekankan pada upaya untuk membentuk
manusia pancasila sejati, kuat, sehat jasmani, mempertinggi kecerdasan dan keterampilan
jasmani, moral, budi pekerti, dan keyakinan beragama. Sedangkan isi pendidikan
diarahkan pada kegiatan mempertinggi kecerdasan dan keterampilan, serta
mengembangkan fisik yang sehat dan kuat . Kelahiran kurikulum 1968 bersifat politis,
mengganti rencana pendidikan 1964 yang dicitrakan produk Orde Lama. Pada tujuan
pembentukan manusia pancasila sejati, kurikulum 1968 menekankan pendekatan
organisasi materi pelajaran: kelompok pembinaan pancasila, pengetahuan dasar, dan
kecakapan khusus. Dalam kurikulum ini sendiri terdapat 9 mata pelajaran.

Kurikulum 1968 dinamakan kurikulum bulat “hanya memuat mata pelajaran pokok-
pokok saja,” karena muatan materi pelajaran bersifat teoritis dengan tidak mengaitkan
dengan permasalahan faktual di lapangan. Titik beratnya pada materi apa saja yang tepat
diberikan kepada siswa disetiap jenjang pendidikan. Kurikulum 1968 lahir dengan
pertimbangan politis-ideologis. Tujuan pendidikan pada kurikulum 1964 yang
menciptakan masyarakat yang sosialis Indonesia diberangus, pendidikan pada masa ini
lebih di tekankan untuk membentuk manusia pancasilais sejati.

Kurikulum 1968 bersifat correlated subject curiculum, artinya materi pelajaran


tingkat bawah dikorelasikan dengan kurikulum sekolah lanjutan. Bidang studi pada
kurikulum ini di kelompokan pada tiga kelompok besar, pembinaan pancasila,
pengetahuan dasar, dan kecakapan khusus. Jumlah pelajaran ada 9 mata pelajaran, yang
memuat hanya mata pelajaran pokok saja. Materi pelajaran sendiri hanya teoritis, tidak
lagi mengaitkan dengan permasalahan yang aktual di lingkungan sekitar. Metode
pembelajaran sangat dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pendidikan dan psikologi.
Pada akhir tahun 1960-an salah satunya teori psikologi unsur, contoh penerapan metode
pembelajaran ini adalah eja ketika pembelajaran membaca. Begitu pula pada mata
pelajaran lain “anak belajar melalui unsur-unsur nalar dulu”. Struktur kurikulum 1968
adalah sebagai berikut:

n Kelompok Bidang Studi Mata Pelajaran

1. Pendidikan
Agama

2. Pendidikan
Kewarganegaraan

3. Bahasa
Indonesia

4. Bahasa
1 Pembinaan Pancasila Daerah
5. Pendidikan
Olahraga

1. Berhitung

2. IPA

3. Pendidikan
Kesenian

4. Pendidikan
Kesejahteraan
2 Pengetahuan Dasar Keluarrga

1. Pendidikan
3 Pembinaan Kecakapan Khusus Kejujuran

5. Kurikulum 1975

Latar belakang lahirnya kurikulum 1975, menteri pendidikan Republik Indonesia


(Syarif Thayeb) menjelaskan tentang diterapkan kurikulum 1975 sebagai pedoman
pelaksanaan pengajaran di sekolah penjelasan tersebut sebagai berikut:

Sejak tahun 1968 di negara Indonesia telah banyak perubahan yang terjadi sebagai
akibat lajunya pembangunan nasional, yang mempunyai dampak baru terhadap program
pendidikan nasional. Hal-hal yang mempengaruhi program maupun kebijaksanaan
pemerintah yang menyebabkan pembeharuan itu adalah:

1. Selama PELITA 1 yang mulai pada tahun 1969 talah banyak timbul gagasan baru
tentang pelaksanaan sistem pendidikan nasional.

2. Adanya kebijakan pemerintah dibidang pendidikan nasional yang digariskan dalam


GBHN yang antara lain: ”mengejar ketinggalan di bidang ilmu pengetahuan dan
teknologi untuk mempercepat lajunya pembengunan”.

3. Adanya hasil analisis dan penelaian pendidikan nasional oleh departemen pendidikan
dan kebudayaan mendorong pemerintah untuk meninjau kebijaksanaan pendidikan
nasional.

4. Adanya inovasi dalam sistem belajar mengajar yang dianggap lebih efesien dan
efektif yang telah memasuki dunia pendidikan Indonesia.
5. Keluhan masyarakat tentang mutu lulusan pendidikan untuk meninjau sistem yang
sudah berlaku.

6. Pada kurikulum 1968 terdapat hal-hal yang merupakan faktor kebijakan pemerintah
yang berkembang dalam rangka pembangunan nasional tersebut belum
diperhitungkan, sehingga diperlukan peninjauan terhadap kurikulum 1968 tersebut
agar sesuai dengan tuntunan masyarakat yang sedang membangun.

Atas pertimbangan tersebut maka dibentuklah kurikulum tahun 1975. Segala upaya
untuk mewujudkan strategi pembangunan di bawah pemerintah Orde Baru dengan
program PELITA dan REPELITA.

 Prinsip Pelaksanaan Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 sebagai pengganti kurikulum 1968 menggunakan prinsip-prinsip


diantaranya sebagai berikut:

1. Berorientasi pada tujuan. Dalam hal ini pemerintah merumuskan tujuan-tujuan yang
harus di kuasai oleh siswa yang lebih dekenal dengan hirearki tujuan pendidikan yang
meliputi: tujuan nasional, tujuan instutusional, tujuan kurikuler, tujuan intruksional
umum, tujuan intruksional khusus.

2. Menganut pendekatan integratif, dalam arti bahwa setiap pelajaran memiliki arti dan
peranan yang menunjang kepada tercapainya tujuan-tujuan yang lebih integratif.

3. Menekankan kepada efesiensi dan efektivitas dalam hal waktu.

4. Menganut pendekatan sistem intruksioanal yang dikenal dengan Prosedur


Pengembangan Sistem Intruksional (PPSI) sistem yang senantiasa mengarah kepada
tercapainya tujuan yang spesifik dapat di ukur dn dirumuskan dalam bentuk tingkah
laku siswa.

5. Dipengaruhi psikologi tingkah laku dengan menekankan kepada stimulus respon


(rangsang jawab) dan latihan (drill), Pembelajaran lebih banyak menggunakan teori
Behaviorisme, yakni memandang keberhasilan dalam belajar ditentukan oleh
lingkungan denga stumulus dari luar, dalam hal ini adalah sekolah dan guru.

 Komponen Kurikulum 1975

Kurikulum 1975 memuat ketentuan dan pedoman yang meliputi unsur-unsur berikut:

1. Tujuan institusional yang dimulai dari SD,SMP, maupun SMA adalah tujuan yang
hendak di capai lembaga dalam melaksanakan program pendidikan.

2. Struktur program kurikuler adalah kerangka umum program pengajaran yang akan
diberikan kepada tiap-tiap sekolah.

3. Garis-garis Besar Program Pengajaran (GBPP),dengan namanya, meliputi:


4. Tujuan kurikuler adalah tujuan yang harus dicapai setelah mengikuti program
pengajaran yang bersangkutan selama masa pendidikan.

5. Tujuan intruksional umum adalah yang akan dicapai dalam setiap satuan pelajaran
baik dalam satu semester maupun satu tahun.

 Sistem Penilain

Dengan melaksanakan PPSI, penilaian diberikan pada setiap akhir pelajaran atau pada
akhir satuan pelajaran, inilah yang membedakan kurikulum 1975 dengan kurikulum
sebelumnya yaitu memberikan penilaian pada akhir semester akhir tahun saja.

 Mata pelajaran

Mata pelajaran yang ada dalam kurikulum tahun 1975 adalah:

1. Pendidika agama Islam.

2. Pendidkkan Moral Pancasila.

3. Bahasa Indonesia.

4. Ilmu Pengetahuan Sosial.

5. Ilmu Pengetahuan Alam.

6. Olah raga.

7. Keterampilan khusus.

6. Kurikulum 1984

Kurikulum 1975 hingga menjelang tahun 1983 dianggap sudah tidak mampu lagi
memenuhi kebutuhan masyarakat dan tuntunan ilmu pengetahuan dan teknologi. Bahkan
sidang umum MPR 1983 yang produknya tertuang dalam GBHN 1983 menyatakan
keputusan politik yang menghendaki perubahan kurikulum dari kurikulum 1975 kepada
kurikulum 1984.

 Ciri-ciri Kurikulum 1984

Atas dasar perkembangan itu maka menjelang tahun 1983 antara kebutuhan dan
tuntutan masyarakat dan ilmu pengetahuan dan teknologi terhadap pendidikan dalam
kurikulum 1975 dianggap tidak sesuai lagi. Oleh karena itu, diperlukan perubahan
kurikulum. kurikulum 1984 tampil sebagai perbaikan atau revisi terhadap kurikulum
1975. Kurikulum 1984 memilki sebagai berikut:

1. Berorientasi kepada tujuan institusional. Didasari dari pandangan bahwa pemberian


pengalaman belajar kepada siswa dalam waktu belajar yang sangat terbatas di sekolah
harus benar-benar fungsional dan efektif. Oleh karena itu, sebelum memilih atau
menentukan bahan ajar, yang pertama harus dirumuskan adalah tujuan apa yang
harus dicapai siswa.

2. Pendekatan pengajaran berpusat pada anak didik Cara Belajar Siswa Aktif (CBSA).
CBSA adalah pendekatan pengajaran yang memberikan kesempatan kepada anak
untuk aktif terlibat secara fisik, mental, intelektual, dan emosional dengan harapan
siswa memperoleh pengalaman belajar secara maksimal, baik dalam ranah kognitif,
afektif, maupun psikomotorik.

3. Materi pejaran dikemas dengan menggunakan pendekatan spiral, spiral adalah


pendekatan yang di gunakan adalah pengemasan bahan ajar berdasarkan kedalaman
dan keluasan materi pelajaran. Semakin dalam dan luas materi pelajaran yang
diberikan.

4. Menanamkan pengertian terlebih dahulu sebelum diberikan latihan, konsep-konsep


yang dipelajari siswa harus berdasarkan pengertian. Untuk menunjang pengertian alat
peraga sebagai media digunakan untuk membantu siswa memahami konsep yang
dipelajari.

5. Materi disajikan berdasarkan tingkat kesiapan atau kematangan mental siswa, dan
penyajian pada jenjang sekolah dasar harus melalui pendekatan kongkrit,
semikongkret, semiabstrak dan abstrak, dengan menggunakan pendekatan induktif
dari contoh-contoh ke kesimpulan dari yang mudah menuju ke yang sukar, dari yang
sederhana menuju ke yang kompleks.

6. Menggunakan pendekatan keterampilan proses, keterampilan proses adalah


pendekatan belajar mengajar yang memberi tekanan kepada proses pembentukan
keterampilan memperoleh pengetahuan dan mengkomunikasikan perolehannya.
Pendekatan keterampilan proses diupayakan dilakukan secara efektif dan efesien
dalam mencapai tujuan pelajaran.

 Kebijakan Dalam Penyususnan Kurikulum 1984

Kebijakan dalam penyususnan kurikulum 1984 adalah sebagai berikut:

1. Adanya perubahan dalam perangkat mata pelajaran inti, kalau pada kurikulum 1975
terdapat delapan pelajaran inti, pada kurikulum 1984 terdapat enam belasa mata
pelajaran inti, Mata pelajaran yang termasuk kelompok inti tersebut adalah: Agama,
Pendidikan Moral Pancasila, pendidikan sejarah perjuangan bangsa , Bahasa dan
sastra Indonesia, Geografi Indonesia, Geografi Dunia, Ekonomi, Kimia, Fisika,
biolagi, Matematika, Bahas Inggris, Kesenian, Keterampilan, Pendidikan Jasmani dan
olah raga, Sejarah dunia dan Nasional.

2. Penambahan mata pelajaran pilihan yang sesuai dengan jurusan dan bakat siswa.
3. Perubahan program jurusan kalau semula pada kurikulum 1975 terdapat 3 jurusan di
SMA, yaitu IPA,IPS, Bahasa, maka dalam kurikulum 1984 jurusan di nyatakan dalam
program A dan B, program A terdiri dari:

4. A1, penekanan pada mata pelajaran fisika

5. A2, penekanan pada mata pelajaran Biologi

 A3,penekanan pada mata pelajarn Ekonomi

1. A4,penekanan pada mata pelajaran Bahas dan Budaya

Sedangkan program B adalah program yang mengarah kepada keterampilan kejuruan


yang akan dapat menrjunkan siswa langsung berkecimpung di masyarakat, Tetapi
mengingat program B memerlukan sarana sekolah yang cukup, maka program ini untuk
sementara ditiadakan.

 Penetapan kurikulum waktu pelaksanaan.

Kurikulum 1984 dilaksanakan secara bertahap dari kelas 1 SMA berturut – turut
sampai berikutnya di kelas yang lebih rendah.

7. Kurikulum 1994 dan Suplemen Kurikulum 1999

Kurikulum 1994 bergulir lebih pada upaya memadukan kurikulum-kurikulum


sebelumnya. Jiwanya ingin mengkombinasikan antara Kurikulum 1975 dan Kurikulum
1984.

Perpaduan tujuan dan proses belum berhasil. Kritik bertebaran, lantaran beban belajar
siswa dinilai terlalu berat. Dari muatan nasional hingga lokal. Materi muatan lokal
disesuaikan dengan kebutuhan daerah masing-masing, misalnya bahasa daerah kesenian,
keterampilan daerah, dan lain-lain. Berbagai kepentingan kelompok-kelompok
masyarakat juga mendesakkan agar isu-isu tertentu masuk dalam kurikulum. Walhasil,
Kurikulum 1994 menjelma menjadi kurikulum super padat. Kejatuhan rezim Soeharto
pada 1998, diikuti kehadiran Suplemen Kurikulum 1999. Tapi perubahannya lebih pada
menambah sejumlah materi.

Terdapat ciri-ciri yang menonjol dari pemberlakuan kurikulum 1994, di antaranya


sebagai berikut:

1. Pembagian tahapan pelajaran di sekolah dengan sistem caturwulan

2. Pembelajaran di sekolah lebih menekankan materi pelajaran yang cukup padat


(berorientasi kepada materi pelajaran/isi)

3. Kurikulum 1994 bersifat populis, yaitu yang memberlakukan satu sistem


kurikulum untuk semua siswa di seluruh Indonesia. Kurikulum ini bersifat
kurikulum inti sehingga daerah yang khusus dapat mengembangkan pengajaran
sendiri disesuaikan dengan lingkungan dan kebutuhan masyarakat sekitar.
4. Dalam pelaksanaan kegiatan, guru hendaknya memilih dan menggunakan strategi
yang melibatkan siswa aktif dalam belajar, baik secara mental, fisik, dan sosial.
Dalam mengaktifkan siswa guru dapat memberikan bentuk soal yang mengarah
kepada jawaban konvergen, divergen (terbuka, dimungkinkan lebih dari satu
jawaban), dan penyelidikan.

5. Dalam pengajaran suatu mata pelajaran hendaknya disesuaikan dengan kekhasan


konsep/pokok bahasan dan perkembangan berpikir siswa, sehingga diharapkan
akan terdapat keserasian antara pengajaran yang menekankan pada pemahaman
konsep dan pengajaran yang menekankan keterampilan menyelesaikan soal dan
pemecahan masalah.

6. Pengajaran dari hal yang konkrit ke hal yang abstrak, dari hal yang mudah ke hal
yang sulit, dan dari hal yang sederhana ke hal yang komplek.

7. Pengulangan-pengulangan materi yang dianggap sulit perlu dilakukan untuk


pemantapan pemahaman siswa.

Selama dilaksanakannya kurikulum 1994 muncul beberapa permasalahan, terutama


sebagai akibat dari kecenderungan kepada pendekatan penguasaan materi (content
oriented), di antaranya sebagai berikut:

1. Beban belajar siswa terlalu berat karena banyaknya mata pelajaran dan banyaknya
materi/substansi setiap mata pelajaran

2. Materi pelajaran dianggap terlalu sukar karena kurang relevan dengan tingkat
perkembangan berpikir siswa, dan kurang bermakna karena kurang terkait dengan
aplikasi kehidupan sehari-hari.

Permasalahan di atas terasa saat berlangsungnya pelaksanaan kurikulum 1994. Hal ini
mendorong para pembuat kebijakan untuk menyempurnakan kurikulum tersebut. Salah
satu upaya penyempurnaan itu diberlakukannya Suplemen Kurikulum 1999.
Penyempurnaan tersebut dilakukan dengan tetap mempertimbangkan prinsip
penyempurnaan kurikulum, yaitu:

1. Penyempurnaan kurikulum secara terus menerus sebagai upaya menyesuaikan


kurikulum dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta tuntutan
kebutuhan masyarakat.

2. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk mendapatkan proporsi yang tepat


antara tujuan yang ingin dicapai dengan beban belajar, potensi siswa, dan keadaan
lingkungan serta sarana pendukungnya.

3. Penyempurnaan kurikulum dilakukan untuk memperoleh kebenaran substansi


materi pelajaran dan kesesuaian dengan tingkat perkembangan siswa.
4. Penyempurnaan kurikulum mempertimbangkan berbagai aspek terkait, seperti
tujuan materi, pembelajaran, evaluasi, dan sarana/prasarana termasuk buku
pelajaran.

5. Penyempurnaan kurikulum tidak mempersulit guru dalam


mengimplementasikannya dan tetap dapat menggunakan buku pelajaran dan
sarana prasarana pendidikan lainnya yang tersedia di sekolah.

8. Kurikulum 2004

Pusat kurikulum, Balitbang Depdiknas (2002) mendefinisikan bahwa kurikulum


berbasis kompetensi merupakan perangkat rencana dan pengaturan tentang kompetensi
dan hasil belajar yang harus dicapai siswa, penilaian, kegiatan belajar mengajar, dan
pemberdayaan sumber daya pendidikan dalam pengembangan kurikulum sekolah.
Kurikulum ini berorientasi pada: (1) hasil dan dampak yang diharapkan muncul pada diri
peserta didik melalui serangkaian pengalaman belajar yang bermakna, dan (2)
keberagaman yang dapat diwujudkan sesuai dengan kebutuhannya.

Kurikulum berbasis kompetensi adalah kurikulum yang pada tahap perencanaan,


terutama dalam tahap pengembangan ide akan dipengaruhi oleh kemungkinan-
kemungkinan pendekatan, kompetensi dapat menjawab tantangan yang muncul. Artinya,
pada waktu mengembangkan atau mengadopsi pemikiran kurikulum berbasis kompetensi
maka pengembang kurikulum harus mengenal benar landasan filosofi, kekuatan dan
kelemahan pendekatan kompetensi dalam menjawab tantangan, serta jangkauan validitas
pendekatan tersebut ke masa depan. Harus diingat bahwa kompetensi bersifat terus
berkembang sesuai dengan tuntutan dunia kerja atau dunia profesi maupun dunia ilmu
(Suyanto, 2005)

Kurikulum berbasis kompetensi memuat standar kompetensi dan kompetensi dasar


pada setiap mata pelajaran. Standar kompetensi diartikan sebagai kebulatan pengetahuan,
keterampilari, sikap, dan tingkat penguasaan yang diharapkan dicapai dalam mempelajari
suatu matapelajaran. Cakupan standar kompetensi standar isi (content standard) dan
standar penampilan (performance standard). Kompetensi dasar, merupakan jabaran dari
standar kompetensi, adalah pengetahuan, keterampilan dan sikap minimal yang harus
dikuasai dan dapat diperagakan oleh siswa pada masing-masing standar kompetensi.
Materi pokok atau materi pembelajaran, yaitu pokok suatu bahan kajian yang dapat
berupa bidang ajar, isi, proses, keterampilam, serta konteks keilmuan suatu mata
pelajaran. Sedangkan indikator pencapaian dimaksudkan adalah kemampuan-kemampuan
yang lebih spesifik yang dapat dijadikan sebagai ukuran untuk menilai ketuntasan belajar.

Dari definisi-definisi di atas dapat penulis simpulkan, kurikulum berbasis kompetensi


menekankan pada mengeksplorasi kemampuan/potensi peserta didik secara optimal,
mengkonstruksi apa yang dipelajari dan mengupayakan penerapan dalam kehidupan
sehari-hari.
kurikulum berbasis kompetensi berupaya mengkondisikan setiap peserta didik agar
memiliki pengetahuan, keterampilan, sikap dan nilai-nilai yang diwujudkan dalam
kebiasaan berpikir dan bertindak sehingga proses penyampaiannya harus bersifat
kontekstual dengan faktor kemampuan, lingkungan, sumber daya, norma, integrasi dan
aplikasi berbagai kecakapan kinerja, dengan kata lain KBK berorientasi pada pendekatan
konstruktivisme, hal ini terlihat dari ciri-ciri KBK, yaitu:

1. Menekankan pada ketercapaian kompetensi siswa mempertimbangkan

2. Berorientasi pada hasil belajar dan keberagaman

3. Penyampaian dalam pembelajaran menggunakan pendekatan dan metode yang


bervariasi

4. Sumber belajar bukan hanya guru, tetapi juga sumber belajar yang lain yang
memenuhi unsur edukasi

5. Penilaian menekankan pada proses dan hasil dalam upaya penguasaan atau
pencapaian suatu kompetensi.

Dengan demikian kurikulum berbasis kompetensi ditujukan untuk menciptakan


tamatan yang kompeten dan cerdas dalam membangun identitas budaya dan bangsanya.
Kurikulum ini dapat memberikan dasar-dasar pengetahuan, keterampilan, pengalaman
belajar yang membangun integritas sosial, serta membudayakan dan mewujudkan
karakter nasional. Dengan kurikulum yang demikian dapat memudahkan guru dalam
penyajian pengalaman belajar yang sejalan dengan prinsip belajar sepanjang hayat yang
mengacu pada empat pilar pendidikan universal, yaitu: belajar mengetahui, belajar
melakukan, belajar menjadi diri sendiri, dan belajar hidup dalam kebersamaan.

9. Kurikulum 2006

Awal 2006 ujicoba KBK dihentikan. Muncullah Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan. Pelajaran KTSP masih tersendat. Tinjauan dari segi isi dan proses pencapaian
target kompetensi pelajaran oleh siswa hingga teknis evaluasi tidaklah banyak perbedaan
dengan Kurikulum 2004. Perbedaan yang paling menonjol adalah guru lebih diberikan
kebebasan untuk merencanakan pembelajaran sesuai dengan lingkungan dan kondisi
siswa serta kondisi sekolah berada. Hal ini disebabkan karangka dasar (KD), standar
kompetensi lulusan (SKL), standar kompetensi dan kompetensi dasar (SKKD) setiap
mata pelajaran untuk setiap satuan pendidikan telah ditetapkan oleh Departemen
Pendidikan Nasional. Jadi pengambangan perangkat pembelajaran, seperti silabus dan
sistem penilaian merupakan kewenangan satuan pendidikan (sekolah) dibawah koordinasi
dan supervisi pemerintah Kabupaten/Kota.

KTSP ini merupakan bentuk implementasi dari UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem
pendidikan nasional yang dijabarkan ke dalam sejumlah peraturan antara lain Peraturan
Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang standar nasional pendidikan. Peraturan
Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan delapan
standar nasional pendidikan, yaitu: (1)standar isi, (2)standar proses, (3)standar
kompetensi lulusan, (4)standar pendidik dan tenaga kependidikan, (5)standar sarana dan
prasarana, (6)standar pengelolaan, standar pembiayaan, dan (7)standar penilaian
pendidikan.

 Kelebihan kurikulum 2006 (KTSP)

Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia memiliki kelebihan masing-masing


tergantung pada situasi dan kondisi pada saat kurikulum diberlakukan.Kelebihan-
kelebihan KTSP ini antara lain :

1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam pendidikan.


Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu bentuk kegagalan pelaksanaan kurikulum
dimasa lalu adalah adanya penyeragaman kurikulum diseluruh Indonesia, tidak
melihat situasi riil dilapangan, dan kurang menghargai potensi keunggulan lokal.
Untuk itulah kehadiran KTSP diharapkan dapat memberikan jawaban yang
konkrit terhadap mutu dunia pendidikan di Indonesia. Dengan semangat otonomi
itu, sekolah bersama dengan komite sekolah dapat secara bersama-sama
merumuskan kurikulum sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi lingkungan.

2. Mendorong guru, kepala sekolah dan pihak manajemen untuk semakin


meningkatkan kreatifitasnya dalam penyelenggaraan program pendidikan.
Dengan berpijak pada panduan KTSP sekolah diberi kebebasan untuk merancang,
mengembangkan, dan mengimplementasikan kurikulum sekolah sesuai dengan
situasi, kondisi dan potensi keunggulan local yang bisa dimunculkan oleh sekolah.

3. KTSP sangat memungkinkan bagi tiap sekolah untuk mengembangkan mata


pelajaran tertentu bagi kebutuhan siswa.KTSP menitikberatkan pada mata
pelajaran tertentu yang dianggap paling membutuhkan siswanya. Sebagai contoh
sekolah yang berada dalam kawasan pariwisata dapat lebih menfokuskan pada
mata pelajaran bahasa Inggris atau mata pelajaran di bidang kepariwisataan
lainnya.

4. KTSP mengurangi beban belajar siswa yang sangat padat dan memberatkan
kurang lebih 20 persen. Dengan diberlakukannya KTSP beban belajar siswa
berkurang karena KTSP lebih sederhana. Tetapi tetap memberikan tekanan bagi
perkembangan siswa. Alasan diadakannya pengurangan jam pelajaran ini karena
menurut pakar pendidikan anak bahwa jam pelajaran di sekolah-sekolah selama
ini terlalu banyak. Sehingga suasana yang tercipta pun terkesan sangat formal.
Akibat yang lebih jauh lagi dapat mempengaruhi perkembangan jiwa anak. Hal ini
dirasakan oleh siswa SD yang masih anak-anak dan mereka membutuhkan waktu
bermain yang cukup untuk mengembangkan kepribadiannya secara alami.

5. KTSP memberikan peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus untuk
mengembangkan kurikulum sesuai dengan kebutuhannya.
 Kelemahan kurikulum 2006 (KTSP)

Setiap kurikulum yang diberlakukan di Indonesia disamping memiliki Kelebihan juga


memiliki kelemahan. Kelemahan-kelemahan KTSP antara lain :

1. kurangnya SDM yang diharapkan mampu menjabarkan KTSP pada kebanyakan


satuan pendidikan yang ada. Pola penerapan KTSP terbentur pada masih
minimnya kualitas guru. Sebagian guru belum bisa diharapkan memberikan
kontribusi pemikiran dan ide-ide kreatif untuk menjabarkan panduan
KTSP. Selain itu juga disebabkan pola kurikulum lama yang terlanjur mengekang
kreatifitas guru.

2. kurangnya ketersediaan sarana dan prasarana pendukung sebagai kelengkapan dari


pelaksanaan KTSP. Ketersediaan sarana dan prasarana yang lengkap merupakan
salah satu syarat yang paling penting bagi pelaksaan KTSP. Sementara kondisi di
lapangan menunjukan masih banyak satuan pendidikan yang minim alat peraga,
laboratorium serta fasilitas penunjang lainnya.

3. masih banyaknya guru yang belum memahami KTSP secara komprehensip baik
konsepnya, penyusunannya, maupun praktek pelaksaannya di lapangan. Masih
rendahnya kuantitas guru yang diharapkan mampu memahami dan menguasai
KTSP dapat disebabkan karena pelaksanaan sosialisasi masih belum terlaksana
secara menyeluruh.

4. penerapan KTSP yang merekomendasikan pengurangan jam pelajaran berdampak


pada pendapatan guru.
BAB III

PENUTUPAN

A. Kesimpulan

Indonesia sering melakukan revisi terhadap kurikulum, hal ini merupakan wujud suatu
keiinginan untuk meningkatkan mutu pendidikan Negara Indonesia. Praktek pengembangan
kurikulum di Indonesia terdapat pada tahun 1947,1952, 1964, 1968, 1975, 1984, 1994, 2004
dan 2006. Mengapa di Indonesia sering melakukan revisi terhadap kurikulum hal ini karena
kurikulum harus bersifat dinamis, yaitu relevan dengan perkembangan masyarakat.

B. Saran

Penulis mengharapkan kritikan atau masukan dari pembaca, baik itu mengenai
sistematika penulisan, format penulisan, dan juga ketepatan materi yang disajikan hal ini
diperlukan untuk perbaikan makalah ini, sehingga menjadi sebuah makalah yang benar, baik
itu secara sistematika penulisan, format penulisan, dan ketepatan materi.

Anda mungkin juga menyukai