Anda di halaman 1dari 11

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Masa Nifas

1. Pengertian Nifas

Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir

ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas

berlangsung selama kira-kira 6 minggu atau 42 hari, namun secara keseluruhan

akan pulih dalam waktu 3 bulan (Anggraini, Y, 2010).

Masa Nifas atau Puerperium adalah masa setelah persalinan selesai

sampai 6 minggu atau 42 hari. Asuhan selama periode nifas perlu mendapat

perhatian karena sekitar 60% angka kematian ibu terjadi pada periode ini

(Martalina D., 2012)

2. Tujuan Asuhan Masa Nifas

Menurut Anggraini, Y (2010) tujuan masa nifas antara lain sebagai berikut:

a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik fisik maupun psikologis

b. Melaksanakan skrining yang komprehensif, mendeteksi masalah, mengobati

atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayinya.

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehatan dini,

nutrisi, KB, menyusui, pemberian imunisasi pada bayi dan perawatan bayi

sehat.

d. Memberikan pelayanan KB

e. Mendapatkan kesehatan emosi

4
Universitas Sumatera Utara
5

3. Tahapan Masa Nifas

Menurut Saleha (2009) tahapan yang terjadi pada masa nifas adalah sebagai

berikut:

a. Periode Immediate Postpartum

Masa segera setelah plasenta lahir sampai dengan 24 jam. Pada masa ini

sering terdapat banyak masalah, misalnya pendarahan karena atonia uteri.

Oleh karena itu, bidan dengan teratur harus melakukan pemeriksaan

kontraksi uterus, pengeluaran lokia, tekanan darah, dan suhu.

b. Periode Early Postpartum (24 jam – 1 minggu)

Pada fase ini bidan memastikan involusio uteri dalam keadaan normal, tidak

ada perdarahan, lokia tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup

mendapatkan makanan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.

c. Periode Late Postpartum (1 minggu – 5 minggu)

Pada periode ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-

hari serta konseling KB.

4. Peran dan Tanggung Jawab Bidan dalam Masa Nifas

Menurut Anggraini, Y (2010) peran dan tanggung jawab bidan dalam masa

nifas adalah dengan cara sebagai berikut:

a. Mendukung dan memantau kesehatan fisik ibu dan bayi

b. Mendukung dan memantau kesehatan psikologis, emosi, sosial serta

memberikan semangat pada ibu

c. Membantu ibu dalam menyusui bayinya

d. Membangun kepercayaan diri ibu dalam perannya sebagai ibu

e. Mendukung pendidikan kesehatan termasuk pendidikan dalam perannya

sebagai orang tua

Universitas Sumatera Utara


6

f. Sebagai promotor hubungan antara ibu dan bayi serta keluarga

g. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa nyaman

h. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan dengan

ibu dan anak serta mampu melakukan kegiatan administrasi

i. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan

j. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara mencegah

perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi yang baik, serta

mempraktekkan kebersihan yang aman

k. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,

menetapkan diagnosa dan rencana tindakan serta melaksanaknnya untuk

mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan memenuhi

kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas

l. Memberikan asuhan secara professional.

5. Kebijakan Program Pemerintah dalam Asuhan Masa Nifas

Kunjungan masa nifas dilakukan paling sedikit empat kali yang

bertujuan untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir, untuk mencegah,

mendeteksi, dan menangani masalah-masalah yang terjadi. Kunjungan dalam

masa nifas antara lain :

Kunjungan pertama dilakukan pada 6-8 jam setelah persalinnan yang

bertujuan untuk mencegah perdarahan, mendeteksi dan merawat penyebap lain

perdarahan rujuk bila perdarahan berlanjut, memberi konseling pada ibu atau

salah satu keluarga bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia

uteri, pemberian ASI 1 jam setelah Inisiasi Menyusui Dini (IMD) berhasil

dilakukan, melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir, menjaga bayi

tetap hangat dengan cara mencegah hipotermia.

Universitas Sumatera Utara


7

Kunjungan kedua dilakukan 6 hari setelah persalinan yang bertujuan

untuk memastikan involusio uteri berjalan normal, uterus berkontraksi fundus

di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal, tidak ada bau, menilai

adanya tanda-tanda demam infeksi atau perdarahan abnormal, memastikan ibu

menyusui dengan baik dan tidak memperlihatkan tanda-tanda penyulit pada

payudara ibu, memberi konseling pada ibu mengenai asuhan pada tali pusat

bayi, menjaga bayi tetap hangat, dan merawat bayi setiap hari.

Kunjungan ketiga dilakukan 2 minggu setelah persalinan yang memiliki

tujuan yang sama dengan kunjungan ke dua.

Kunjungan ke empat dilakukan 6 minggu setelah persalinan yang

bertujuan untuk menanyakan pada ibu tentang penyakit yang ia atau bayi

alami, memberikan konseling untuk menggunakan KB secara dini (Anggraini,

Y. 2010).

6. Perubahan Fisiologis

Menurut Anggraini, Y (2010) secara Fisiologis, seorang wanita yang

telah melahirkan akan perlahan-lahan kembali seperti semula. Alat reproduksi

sendiri akan pulih setelah enam minggu. Pada kondisi ini, ibu dapat hamil

kembali. Yang perlu diketahui ibu hamil, keluarnya menstruasi bukanlah

pertanda kembalinya kesuburan, karena sebelum mens datang, pada saat habis

masa nifas, orang bisa saja hamil. Adapun perubahan-perubahan dalam masa

nifas adalah sebagai berikut :

1). Perubahan Alat Reproduksi

a. Involusio Uterus

Involusio atau pengerutan uterus merupakan suatu proses dimana

uterus kembali ke kondisi sebelum hamil dengan berat sekitar 60 gram.

Universitas Sumatera Utara


8

Proses ini dimulai segera setelah plasenta lahir akibat kontraksi otot-otot

polos uterus.

b. Serviks

Segera setelah post partum bentuk serviks agak menganga seperti

corong. Bentuk ini disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan

kontraksi, sedangkan serviks uteri tidak berkontraksi, sehingga seolah-

olah pada perbatasan antara korpus dan servik uteri terbentuk semacam

cincin. Serviks mengalami involusio bersama-sama uterus. Setelah

persalinan, ostium eksterna dapat dimasuki 2 hingga 3 jari tangan, setelah

6 minggu persalinan serviks menutup.

c. Vulva dan Vagina

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari

pertama sesudah proses tersebut, kedua organ ini tetap kendur. Setelah 3

minggu akan kembali kepada keadaan tidak hamil, rugae berangsur-

angsur muncul dan labia menjadi lebih menonjol.

d. Perineum

Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena

sebelumnya teregang oleh tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada

post natal hari ke 5, perineum sudah mendapatkan kembali sebagian

besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum

melahirkan.

e. Rahim

Setelah melahirkan rahim akan mengecil seperti sebelum hamil,

rahim setelah melahirkan teraba keras setinggi 2 jari dibawah pusar, 2

Universitas Sumatera Utara


9

pekan setelah melahirkan rahim sudah tak teraba, 6 pekan akan seperti

semula. Akan tetapi biasanya perut ibu masih terlihat buncit dan muncul

garis-garis putih atau coklat berkelok.

2) Perubahan Sistem Pencernaan

Biasanya ibu mengalami obstipasi setelah melahirkan, dikarenakan

waktu melahirkan alat pencernaan mendapat tekanan yang menyebabkan

kolon menjadi kosong, pengeluaran cairan yang berlebihan pada waktu

persalinan, kurang makan, haemoroid, laserasi jalan lahir. Untuk mengatasi

hal tersebut dapat diberikan makanan mengandung serat dan pemberian

cairan yang cukup (Anggraini, Y 2010).

3) Perubahan Tanda-tanda Vital

Sesudah partus suhu tubuh dapat naik sekitar 0,5ºC dari normal dan

tidak melebihi 8ºC. Sesudah dua jam pertama melahirkan umumnya suhu

badan akan kembali normal.

Denyut nadi umumnya labil dibandingkan dengan suhu tubuh,

sedangkan pernafasan akan sedikit meningkat setelah partus kemudian

kembali seperti keadaan semula. Pada beberapa kasus ditemukan keadaan

hipertensi postpartum namun akan menghilang dengan sendirinya apabila

tidak terjadi penyakit-penyakit lain yang menyertainya dalam setengah

bulan tanpa pengobatan (Saleha, 2009).

7. Perawatan Kebutuhan Dasar Pada Masa Nifas

Pada mereka yang melahirkan secara normal, tidak ada pantangan diet.

Dua jam setelah melahirkan perempuan boleh minum dan makan seperti biasa

bila ingin. Kebutuhan nutrisi pada masa menyusui meningkat 25 % yaitu untuk

produksi ASI dan memenuhi kebutuhan cairan yang meningkat tiga kali dari

Universitas Sumatera Utara


10

biasanya. Penambahan kalori pada ibu menyusui sebanyak 500 kkal tiap hari.

Makanan yang dikonsumsi ibu berguna untuk melakukan aktivitas,

metabolisme, cadangan dalam tubuh, proses produksi ASI serta sebagai ASI itu

sendiri yang akan dikonsumsi bayi untuk pertumbuhan dan perkembangannya

(Anggraini, Y. 2010).

Pada masa nifas, perempuan sebaiknya melakukan ambulansi dini yaitu

beberapa jam setelah melahirkan, segera bangun dari tempat tidur dan

bergerak, agar lebih kuat dan lebih baik. Gangguan berkemih dan buang air

besar juga dapat teratasi.

Ibu diminta buang air kecil (miksi) 6 jam postpartum. Jika dalam 8 jam

postpartum belum dapat berkemih atau sekali berkemih belum melebihi 100 cc

maka dilakukan kateterisasi. Akan tetapi, kalau ternyata kandung kemih penuh,

tidak perlu menunggau 8 jam untuk kateterisasi. Penyebab terjadinya kesulitan

berkemih pada ibu postpartum adalah karena berkurangnya tekanan

intraabdominal, otot-otot perut masih lemah, edema dan uretra, dinding

kandung kemih kurang sensitif (Saleha, 2009).

Ibu postpartum diharapkan dapat buang air besar (defekasi) setelah hari

kedua postpartum. Jika hari ketiga belum juga BAB maka perlu diberi obat

pencahar per oral atau per rektal. Jika setelah pemberian obat pencahar masih

belum bisa BAB maka dilakukan klisma (huknah).

Pada masa postpartum seorang ibu sangat rentan terhadap infeksi. Oleh

karena itu, kebersihan diri sangat penting untuk mencegah terjadinya infeksi.

Kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungan sangat penting untuk

tetap dijaga. Mengajarkan ibu bagaimana membersihkan daerah kelamin

dengan sabun dan air, daerah sekitar vulva terlebih dahulu, dari depan ke

Universitas Sumatera Utara


11

belakang kemudian membersihkan daerah sekitar anus. Nasihati ibu

membersihkan vulva setiap kali selesai buang air kecil atau besar. Sarankan ibu

mengganti pembalut setidaknya dua kali sehari. Sarankan ibu mencuci tangan

sebelum dan sesudah membersihkan daerah kelaminnya (Anggrainni, Y. 2010).

Perawatan payudara dengan melakukan masase pada payudara dengan

mencuci tangan sebelum melakukan masase, menuangkan minyak pada kedua

belah telapak tangan secukupnya dan masase dilakukan (Saleha, 2009).

B. Ibu

Ibu adalah sasaran utama pelayanan kebidanan ibu yang sehat akan

melahirkan bayi yang sehat. Masalah kesehatan dimulai sejak terjadinya konsepsi

bayi, balita yang sehat akan menjadi modal utama dalam pembentukan generasi

yang kuat, berkualitas, dan produktif dimasa yang akan datang (Soeparman,

2008).

Ibu juga sebagai individu juga memberi konstribusi yang penting bagi

kesehatan dan kesejahteraan keluarga di masyarakat. Sebagai wanita ibu dapat

berperan diberbagai sector. Sebagai bagian keluarga maka ibu dan anak yang

sehat merupakan sasaran pelayanan atau asuhan kebidanan di Indonesia

(Soeparman, 2008).

C. Konsep Budaya Dalam Kebiasaan Pasca Melahirkan

1. Pengertian Persfektif atau Pandangan

Dalam Khairunnisa (2011) persfektif atau cara pandang, yang

merupakan pandangan dari sudut satuan bahasa sebagaimana satuan itu

berhubungan dengan yang lain.

Universitas Sumatera Utara


12

2. Konsep Sosial Budaya

Budaya bukan hal yang statis melainkan bersifat dinamis dan selalu

berubah. Praktik budaya yang diingat individu dan praktik dari negara atau

tempat asal mereka sering kali berbeda dari praktik yang sedang terjadi di

tempat yang sama pada saat ini (Varney, dkk, 2006).

Kebudayaan adalah kompleks yang mencakup pengetahuan,

kepercayaan, kesenian, moral, hukum dan istiadat (menurut EB. Taylor).

Sedangkan menurut Selo Soemardjan Soelaeman Soemadi adalah semua hasil

karya, rasa cipta, masyarakat yang berfungsi sebagai tempat berlindung,

kebutuhan makanan dan minum, pakaian dan perhiasan (Syafrudin 2009).

Sistem nilai budaya adalah konsepsi-konsepsi tentang nilai yang hidup

dalam alam pikiran sebagian besar anggota masyarakat, dan berfungsi sebagai

pedoman tertinggi bagi sikap mental, cara berfikir, dan tingkah laku mereka.

Sistem nilai budaya tersebut adalah hasil pengalaman hidup yang berlangsung

dalam kurun waktu yang lama, sehingga menjadi kebiasaan yang berpola.

Sistem nilai budaya yang sudah berpola itu meliputi segala aspek nilai

kehidupan masyarakat. Kehidupan masyarakat adalah pola kehidupan yang

berkelompok dalam bentuk-bentuk tertentu (Muhammad, 2008 dalam Sitorus,

R.F 2011).

Kebudayaan maupun adat istiadat dalam masyarakat indonesia ada yang

menguntungkan, dan ada pula yang merugikan bagi status kesehatan ibu hamil,

ibu bersalin maupun nifas (Syafruddin, 2009).

Faktor yang paling mempengaruhi status kesehatan masyarakat terutama

bagi ibu hamil, bersalin, dan nifas adalah lingkungan juga pendidikan dari

masing-masing dari kaum ibu tersebut dan seandainya mengetahui dan

Universitas Sumatera Utara


13

memahami hal-hal yang mempengaruhi status kesehatan terhadap hal itu, maka

diharapkan masyarakat tidak melakukan kebiasaan atau adat istiadat yang

merugikan kesehatan khususnya bagi ibu nifas (Syafruddin, 2009).

D. Pandangan Suku Batak Karo Tentang Kebiasaan Pasca Melahirkan

1. Suku Batak Karo di Sumatera Utara

Masyarakat Karo sendiri menempati dataran tinggi Karo dan disebut

sebagai Taneh Karo. Pengertian dari Taneh Karo sebenarnya bukan hanya

mencakup orang Karo yang berdiam di daerah Kabupaten Karo sekarang saja.

Melainkan mencakup juga orang-orang Karo yang sudah lama berdiam atau

menetap di daerah-daerah garis besar Karo, jauh sebelum Belanda menjajah

wilayah asli suku Karo seperti Kabupaten Deli Serdang, Langkat,

Simalungun, Dairi, Aceh Tenggara, Kotamadya Binjai dan Ibukota, Medan

bahkan tidak menutup kemungkinan di berbagai tempat di kepulauan

Nusantara ini. Seluruh perpaduan suku Karo diikat oleh suatu dialek (bahasa)

yang dapat dimengerti mulai dari Langkat, Deli Serdang dan dataran tinggi

Karo sampai ke Tanah Alas (Aceh Tenggara).

Pondasi utama masyarakat Karo adalah adat istiadat yakni tradisi

dalam membangun suatu hubungan, menentukan keputusan-keputusan

(runggu) dan melaksanakan hal tertentu sesuai hukum adat. Adat memiliki

sanksi-sanksi supranatural dimana apabila dilanggar maka akan menimbulkan

malapetaka dalam satu atau lain bentuk dan apabila dipatuhi kewajiban-

kewajibannya tentunya akan menjamin nasib atau tuah yang baik. Adatlah

yang memberikan daya lekat sosial dan norma-norma dan sanksi-sanksi

dalam kehidupan sehari-hari (Ginting Leo Joosten. 2014).

Universitas Sumatera Utara


14

2. Kebiasaan Pasca Melahirkan

Menurut beberapa ibu suku Batak Karo yang pernah melahirkan

kebiasaan yang dilakukan adalah :

a. Mengolesi kuning las keseluruh badan agar tubuh ibu tetep hangat dan

sehat

b. Mengolesi parem keseluruh badan agar tubuh hangat dan sehat

c. Melakukan tup dengan rebusan daun serai dan jeruk purut

d. Setiap makan bubur nasi harus menggunakan sira lada

E. Penelitian kualitatif Fenomenologi

Fenomenologi diartikan sebagai pengalaman subjektif atau pengalaman

fenomenologikal, suatu studi tentang kesadaran dari perspektif pokok dari

seseorang (Husserl). Istilah fenomenologi sering digunakan sebagai anggapan

umum untuk menunjukkan pada pengalaman subjektif dari berbagai jenis dan tipe

subjek yang ditemui. Dalam arti yang lebih khusus, istilah ini mengacu pada

penelitian terdisiplin tentang kesadaran dari perspektif pertama seseorang

(Moleong, 2012).

Penelitian kualitatif adalah penelitian yang menggunakan latar alamiah,

dengan maksud menafsirkan fenomena yang terjadi dan dilakukan dengan jalan

melibatkan berbagai metode yang ada. Dalam penelitian kualitatif metode yang

biasanya dimanfaatkan adalah wawancara, pengamatan, dan pemanfaatan

dokumen. Penelitian yang memanfaatkan wawancara terbuka untuk menelaah dan

memahami sikap, pandangan, perasaan, dan perilaku individu atau sekelompok

orang (Moleong, 2012).

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai